BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI
Bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian, implikasi, saran, keterbatasan dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai upaya untuk mendiskripsikan temuan penelitian ini dan juga relevansinya terhadap keterbatasan serta rekomendasi, termasuk juga urgensi untuk saran penelitian lanjutan
1. Kesimpulan Teori TAM dengan konteks budaya Indonesia yang menjadi acuan riset eksperimen ini didukung oleh hasil riset ini. Hasil riset menunjukkan variabel kemudahan penggunaan, risiko dan motivasi individu mengelaborasi informasi merupakan faktor penting dalam membangun niat adopsi e-banking, selain juga membangun sikap positif individu terhadap e-banking. Pada proses pembentukan sikap positif dan niat individu menunjukkan bahwa variabel kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan dan hal ini menunjukkan konsistensi hasil bahwa kemudahan penggunaan merupakan faktor penting adopsi teknologi, termasuk juga pada adopsi e-banking sesuai teori TAM. Hasil ini sejalan dengan era perkembangan layanan perbankan yang memberikan kemudahan, tidak saja dari bentuk akses, tapi juga kemudahan operasional melalui jaringan berbasis realtime online yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, beralasan jika perkembangan teknologi perbankan pada umumnya dan e-banking khususnya memberikan kemudahan nasabah. Selain itu, layanan
92
e-banking tidak bersifat subsitusi, tetapi komplementer untuk dapat meningkatkan kualitas layanan yang disediakan oleh perbankan. Hasil riset menunjukkan bahwa variabel risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan sikap positif individu dan niat adopsi e-banking. Hasil ini menunjukkan persepsian terhadap risiko cenderung berbeda bagi setiap individu yaitu di satu sisi ada yang memandang risiko sebagai hal negatif, meski di sisi lain ada yang memandang sebagai hal positif. Dualisme persepsian tentang risiko secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa mereduksi risiko dalam adopsi e-banking sangatlah penting, baik dalam bentuk human error atau technical error. Hasil riset ini menunjukkan bahwa persepsian risiko dianggap positif karena ketersediaan informasi di era global information society memungkinkan individu mencari dan mendapatkan informasi secara mudah dan murah sehingga mampu memetakan informasi dari berbagai sumber terkait e-banking. Artinya, informasi yang benar dan dari sumber yang dapat dipercaya mampu mereduksi persepsian risiko dalam kasus adopsi e-banking. Hasil ini menarik untuk membangun sumber informasi kepada publik sehingga dapat mereduksi persepsian tentang risiko yang kemudian mampu membangun sikap positif individu terhadap e-banking. Temuan lain riset ini juga menunjukkan bahwa motivasi mengelaborasi informasi yang memperkuat persepsi kemudahan penggunaan e-banking secara tidak langsung menunjukkan urgensi untuk mereduksi lack of knowledge dan lack of information yang selama ini menjadi persoalan adopsi teknologi pada umumnya dan kasus adopsi e-banking pada khususnya. Oleh karena itu, motivasi individu mengelaborasi informasi berpengaruh positif terhadap kemudahan penggunaan 93
setelah mengetahui semua proses, prosedur dan regulasi tentang e-banking. Selain itu, motivasi mengelaborasi informasi mampu merubah persepsian risiko menjadi positif dan ini menunjukkan bahwa persoalan lack of trust adopsi e-banking karena ancaman cyber crime tidak benar karena persepsian risiko bisa direduksi dengan motivasi mengelaborasi informasi terkait informasi yang benar dan dari sumber yang benar sehingga risiko tidak dianggap negatif, tetapi justru sebaliknya yaitu positif. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh moderasi dari variabel motivasi mengelaborasi terhadap sikap positif individu terhadap e-banking. Keyakinan ini juga didukung dengan identifikasi pemetaan interaksi antara produk dan individu seperti dijelaskan dalam gambar 4.11. Hasil riset ini yang menegaskan peran variabel motivasi mengelaborasi informasi memoderasi pengaruh persepsi kemudahan, persepsi risiko terhadap sikap dan juga memoderasi pengaruh sikap terhadap niat adopsi e-banking secara tidak langsung menjelaskan bahwa keberagaman karakteristik nasabah haruslah diperhatikan, meskipun nasabah tersebut pada dasarnya tetap mampu berinteraksi dengan e-banking setelah termotivasi mengelaborasi informasi yaitu informasi yang benar dan berasal dari sumber yang juga benar. Hasil riset juga menegaskan konsistensi hubungan antara sikap dan niat sebagai model riset keperilakuan. Artinya, bahwa sikap positif terhadap e-banking berpengaruh positif terhadap niat adopsi e-banking. Oleh karena itu, perbankan perlu melakukan edukasi berkelanjutan sehingga mampu membangun sikap positif terhadap e-banking sehingga mampu meningkatkan niat adopsi e-banking. Hal ini sekaligus menegaskan konsistensi hubungan antara sikap dan niat merupakan 94
faktor kunci dari teori TAM yang dibangun dalam riset ini, meskipun di sisi lain hal ini juga mendukung pemahaman tentang riset keperilakuan dengan mengacu attitude behavior paradigm dalam menjawab riset adopsi teknologi.
2. Implikasi Hasil riset ini memberikan sejumlah implikasi yaitu implikasi teoretis, implikasi metodologis dan implikasi praktis. Penjelasan masing-masing implikasi tersebut adalah sebagai berikut :
2.1. Implikasi Teoretis Riset ini menggunakan teori TAM dengan konteks budaya Indonesia yang berbeda dibandingkan dengan beberapa riset terkait adopsi e-banking. Hasil riset ini memberikan gambaran dan peluang tentang pengembangan teori TAM dalam riset keperilakuan, terutama dalam kasus adopsi e-banking. Pengembangan teori TAM dalam riset keperilakuan juga mendukung pemahaman tentang attitude - behavior paradigm sebagai bagian dari model riset adopsi teknologi. Oleh karena itu, meskipun fokus kajian dari riset ini terbatas kepada aspek niat individu untuk adopsi, bukan pada fokus loyalitas, namun hasil riset memberikan peluang untuk pengembangan teoretis lebih lanjut yang tentunya disesuaikan setting amatan sesuai kasus yang muncul. Implikasi teoretis hasil riset ini memberikan peluang kepada eksplorasi dan pengembangan riset keperilakuan lainnya yaitu tidak hanya pada kasus adopsi teknologi, terutama yang berbasis riset keperilakuan. Oleh karena itu,
95
riset keperilakuan pada umumnya dan riset adopsi teknologi serta utamanya riset untuk kasus adopsi e-banking bisa mengembangkan dari teori TAM yang disesuaikan dengan setting amatan. Selain itu, lima variabel amatan dari hasil riset ini juga dimungkinkan untuk eksplorasi dan pengembangan lebih lanjut, terutama disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan juga setting amatan yang muncul sesuai perkembangan yang ada.
2.2. Implikasi Metodologis Riset ini memberikan gambaran model niat adopsi e-banking dengan mengacu lima variabel amatan yang tidak hanya mengacu kajian literatur tetapi dikonfirmasi dengan FGD dan indepth interview melibatkan praktisi. Oleh karena itu hasil riset ini melalui proses yang rigid sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan memberikan peluang pengujian ulang yang disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi dan juga setting amatan yang muncul pada kasus-kasus yang lain sesuai perkembangan yang ada. Artinya, hasil riset ini bersifat replikatif yang bisa disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan juga setting amatan yang muncul. Pengujian ulang menjadi sangat penting tidak hanya terkait identifikasi variabel amatan dari riset ini dan juga aspek peluang temuan terbaru dari riset lanjutan, tetapi juga untuk kepentingan terhadap generalisasi hasil dan juga review terhadap metodologisnya. Oleh karena itu, implikasi metodologis dari riset ini memberikan peluang bagi eksplorasi variabel dan juga persoalan yang muncul, terutama kasus adopsi teknologi dan utamanya adopsi e-banking. Hal 96
ini mengindikasikan bahwa riset ini memberikan peluang bagi pengembangan metodologis dengan tetap mengacu prosedur rigid, termasuk juga memenuhi syarat BLUE untuk menghasilkan model yang robuts sehingga tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Implikasi lain terkait metodologis dari riset ini yaitu adanya peluang riset keperilakuan dengan desain eksperimen. Hasil kajian literatur bahwa riset adopsi e-banking mayoritas dilakukan dengan survei. Meskipun semua metode memiliki keunggulan dan kelemahan, namun dalam riset persepsian adopsi e-banking sebagai suatu bentuk keterlibatan tinggi dalam pengambilan keputusan adopsi maka desain eksperimen menjadi alternatif untuk mereduksi sejumlah kendala yang menghambat adopsinya, misalnya terkait kemudahan penggunaan dan risiko karena variabel tersebut dikontrol. Oleh karena itu, desain eksperimen riset ini diharapkan bisa memberikan pemahaman untuk mereduksi hambatan adopsi e-banking dan sekaligus memberikan alternatif solusi menjawab riset adopsi teknologi lain. Desain eksperimen berpeluang untuk diterapkan pada kasus adopsi teknologi lainnya dengan tetap mengacu prosedur rigid sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2.3. Implikasi Praktis Hasil riset eksperimen ini memberikan implikasi praktis tidak hanya bagi pemasar, tapi juga bagi semua pihak yang berkepentingan dengan riset keperilakuan dan kasus adopsi teknologi, terutama pada adopsi e-banking. Konsep, variabel dan metodologis yang dibangun riset ini bisa menjadi acuan 97
bagi pemasar dan pihak lain yang berkepentingan mengembangkan stimulus sesuai tujuan pemecahan masalah yang ada dan juga setting amatan yang muncul. Oleh karena itu, bagi pemasar maka variabel amatan yang ada di riset ini bisa menjadi acuan untuk membangun niat adopsi teknologi secara umum dan utamanya kasus adopsi e-banking, terutama stimulus untuk membangun sikap positif individu terkait adopsi e-banking melalui persepsian kemudahan penggunaan, persepsian risiko dan motivasi individu mengelaborasi informasi tentang e-banking. Sektor perbankan juga berkepentingan dengan implikasi praktis hasil dari riset ini yaitu kelima variabel amatan menjadi acuan untuk memacu dua target kepentingan yaitu pertama membangun niat positif individu untuk adopsi e-banking dan kedua target lanjutan yaitu membangun niat loyalitas yang sudah menggunakan e-banking. Oleh karena itu, implikasi praktis riset ini memberikan peluang bagi perbankan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap layanan perbankan yang berbasis online, tanpa mengabaikan bentuk layanan tradisional offline karena keduanya komplementer, bukan subsitusi. Hal ini penting karena e-banking adalah no personal face-to-face contact sebagai bagian dari perkembangan layanan e-service. Pemerintah juga berkepentingan dengan implikasi praktis dari hasil riset ini yaitu membangun regulasi mengacu kelima variabel amatan untuk kepentingan edukasi dan juga stimulus. Hal ini menjadi sangat penting karena pemerintah berkepentingan terhadap tingkat kepercayaan masyarakat kepada sektor perbankan, terutama layanan online berbasis realtime online yang juga 98
didukung oleh tarif internet yang semakin murah dan ketersediaan softwarehardware yang bisa diperoleh semua individu serta regulasi melalui UU no. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pemerintah juga berkepentingan untuk mereduksi kejahatan melalui layanan perbankan dengan meningkatkan pengamanan berlapis, termasuk misal model single password atau one time password serta menyediakan informasi yang benar ke publik tentang e-banking. Hal ini sangat penting karena informasi yang benar dan berasal dari sumber yang benar mampu mereduksi risiko adopsi e-banking dan membangun sikap positif individu melalui pengetahuan cara penggunaan yang mudah dan aman, meskipun hal ini juga harus didukung dengan motivasi mengelaborasi informasi terkait e-banking.
3. Saran Hasil dari riset ini memberikan dua saran yaitu saran untuk studi ke depan terkait kepentingan riset dan juga saran bagi praktisi - pemasar terkait kepentingan pemasaran. Penjelasan dari keduanya adalah sebagai berikut :
3.1. Saran Studi Ke Depan Riset ini dilakukan melalui serangkaian prosedur yang rigid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga menghasilkan model yang robust untuk menjelaskan riset keperilakuan niat adopsi e-banking. Selain itu, kelima variabel amatan yang dibangun dalam setting kasus ini juga mengacu hasil kajian literatur yang dikonfirmasi melalui FGD dan indepth interview
99
yang melibatkan praktisi perbankan untuk validasi. Oleh karena itu, meskipun model riset ini telah teruji, tapi ke depan perlu eksplorasi dan pengembangan riset lanjutan, tidak hanya dari aspek variabel, tapi juga metodologis terutama mengacu permasalahan yang ada dan setting amatan yang berkembang. Hal ini sangat penting karena permasalahan tentang adopsi teknologi, khususnya e-banking berkembang sangat pesat sesuai perkembangan e-service sebagai bagian e-lifestyle dan fenomena branchless banking. Oleh karena itu, perlu ada penyesuaian dengan mengacu setting amatan yang muncul. Pendekatan melalui desain eksperimen yang dibangun dalam riset ini memiliki karakteristik mendasar yaitu validitas internalnya tinggi, sedangkan validitas eksternal rendah. Oleh karena itu, riset mendatang perlu eksplorasi dan pengembangan desain eksperimen yang lebih variatif. Selain itu, stimulus yang dipakai dalam desain eksperimen ini adalah film. Meski film memiliki kelebihan dalam desain audio visual namun riset ke depan juga perlu untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan desain visual bagi kepentingan stimulus dalam riset eksperimen yang lebih variatif dan konstruktif. Eksplorasi dan juga pengembangan untuk riset mendatang terkait riset keperilakuan, terutama kasus adopsi e-banking juga perlu mempertimbangkan kompleksitas permasalahan yang muncul dan setting amatan yang variatif. Hal ini tidak saja terkait dengan kepentingan generalisasi konsep, tetapi juga generalisasi hasil riset dengan tetap mengacu kepada proses riset yang rigid sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan juga hasil model riset yang robust. Oleh karena itu, saran bagi riset ke depan juga perlu memperluas 100
setting amatan. Artinya, kajian adopsi e-banking ke depan cenderung semakin berkembang seiring kompleksitas permasalahan yang muncul. Hal ini juga diperkuat saran dari sejumlah peneliti bahwa riset keperilakuan terkait adopsi teknologi dianjurkan melakukan eksplorasi. Riset lanjutan juga perlu mencermati pengaruh variabel moderasi yaitu motivasi mengelaborasi informasi sehingga dapat dipetakan tentang pengaruh moderasi lainnya dan atau identifikasi variabel lain yang memoderasi faktor sikap dan niat adopsi e-banking. Oleh karena itu, temuan riset ini bisa menjadi acuan dan eksplorasi lebih lanjut terkait permasalahan lainnya yang muncul sesuai setting amatan, termasuk juga relevansinya dengan aspek moderasi dalam riset lanjutan sesuai setting amatan yang muncul.
3.2. Saran Bagi Praktisi Pemasaran Faktor kemudahan penggunaan merupakan variabel penting dalam adopsi teknologi, terutama kasus e-banking. Oleh karena itu, pemasar perlu mencermati ini sehingga penekanan tentang kemudahan penggunaan menjadi acuan untuk mendukung daya tarik dari adopsi teknologi secara umum. Selain itu, pemasar juga perlu memberikan edukasi kepada publik tentang pentingnya pemahaman terkait kemudahan penggunaan dari suatu adopsi teknologi. Hal ini akan berpengaruh terhadap sikap positif individu untuk menerima adopsi teknologi. Edukasi tentang kemudahan penggunaan merupakan faktor penting terutama bagi kasus adopsi teknologi yang membutuhkan keterlibatan tinggi.
101
Faktor risiko, baik human error ataupun technical error, merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan pemasar dalam kasus adopsi teknologi. Meski demikian, faktor risiko dapat direduksi melalui penyampaian informasi yang benar. Selain itu, edukasi tentang adopsi teknologi juga dapat mereduksi risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, pemasar perlu menyampaikan edukasi kepada publik dan juga menyediakan informasi yang benar sehingga publik bisa memahami prosedur dan proses adopsi teknologi secara benar dan tepat sehingga dapat mereduksi risiko, baik human error ataupun technical error. Langkah ini secara tidak langsung dapat mengalihkan persepsi bahwa risiko dari adopsi teknologi tidak selalu berkonotasi negatif. Selain itu, testimoni yang melibatkan tokoh, publik figur, atau perwakilan lembaga berkompeten juga dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan sikap positif nasabah terhadap layanan e-banking. Identifikasi kedua faktor penting yaitu kemudahan penggunaan dan risiko juga harus disinergikan dengan membangun motivasi individu untuk mengelaborasi informasi. Hal ini dapat dilakukan pemasar dengan menyajikan informasi yang benar dan dari sumber yang benar. Stimulus melalui reward juga perlu diperhatikan pemasar agar publik mencari informasi yang benar dan dari sumber yang benar untuk mereduksi berbagai hambatan terkait kasus adopsi teknologi, baik dalam bentuk usage barrier, value barrier, risk barrier, tradition barrier dan image barrier. Selain itu, pemasar perlu secara kontinu menyampaikan informasi ke publik sehingga tidak ada lagi problem lack of
102
information, lack of trust dan lack of knowledge seperti yang dikhawatirkan dari adopsi teknologi pada umumnya dan adopsi e-banking pada khususnya.
4. Keterbatasan dan Rekomendasi Prosedur riset ini telah dilakukan secara rigid sehingga menghasilkan suatu model yang robust dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Meskipun demikian, riset ini memiliki keterbatasan yaitu : Pertama : variabel amatan yang terbangun dalam riset ini hanya 5 yaitu kemudahan penggunaan, risiko, motivasi mengelaborasi informasi, sikap positif individu dan niat individu untuk adopsi e-banking. Meski kelima variabel tersebut mengacu pemetaan hasil kajian literatur dan telah dikonfirmasi dengan FGD dan indepth interview yang melibatkan praktisi perbankan sehingga mewakili model dasar terkait niat adopsi e-banking, namun kelima variabel amatan tersebut belum mencerminkan secara keseluruhan terkait niat adopsi e-banking. Oleh karena itu, riset mendatang perlu eksplorasi dan pengembangan variabel amatan baru yang sesuai dengan permasalahan yang ada dan sesuai setting amatan yang muncul Kedua : fokus amatan dari riset ini adalah adopsi e-banking. Di satu sisi, diakui e-banking merupakan salah satu hal penting dalam transaksi dan trend-nya semakin berkembang seiring dengan regulasi branchless banking di Indonesia dan fenomena less cash society era global sehingga transaksi online menjadi lifestyle. Di sisi lain, hasil riset empiris menunjukkan masih ada keberagaman memandang persoalan e-banking. Oleh karena itu, riset mendatang perlu adanya eksplorasi dan pengembangan fokus riset terhadap produk-produk adopsi teknologi lainnya yang 103
juga membutuhkan keterlibatan tinggi. Hal ini menjadi penting karena trend ke depan terkait permasalahan adopsi teknologi cenderung semakin berkembang. Ketiga : riset ini menggunakan teori TAM mengacu konteks budaya di Indonesia yang berbeda jika dibandingkan dengan beberapa riset adopsi e-banking. Meskipun teori TAM bisa menjelaskan tentang riset keperilakuan sesuai dengan setting amatan kasus adopsi e-banking, namun diakui bahwa pemahaman tentang attitude - behavior paradigm sangat kompleks. Oleh karena itu, riset mendatang perlu eksplorasi dan pengembangan teoretis yang lebih aktual sehingga model yang dibangun mampu menjelaskan fenomena riset keperilakuan secara konkret mengacu prosedur rigid untuk mendapatkan model yang robust sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini penting untuk dipahami sebab tidak ada konsep teoretis yang sempurna karena semua memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga semua konsep teori bersifat saling melengkapi dan akan terus berkembang sesuai permasalahan dan setting amatan yang muncul pada saat yang tepat yang disesuaikan dengan kajian teoretis dan identifikasi hasil riset empiris. Keempat : riset menggunakan desain eksperimen. Hasil kajian literatur menunjukkan riset adopsi e-banking selama ini dilakukan dengan metode survei. Meskipun semua metode riset memiliki keunggulan dan kelemahan, namun dalam riset persepsian terkait adopsi e-banking sebagai bentuk keterlibatan tinggi dalam pengambilan keputusan maka desain eksperimen menjadi alternatif mereduksi kendala yang menghambat adopsi misal terkait kemudahan penggunaan dan risiko. Oleh karena itu, desain eksperimen dalam riset ini memberikan pemahaman untuk mereduksi hambatan adopsi e-banking dan memberikan alternatif solusi menjawab 104
riset adopsi teknologi lain. Meskipun hasil riset eksperimen ini memiliki validitas internal tinggi dan validitas eksternal rendah, namun untuk riset mendatang perlu eksplorasi dan pengembangan melalui metode lain sesuai kaidah ilmiah. Kelima : stimulus riset ini yaitu media film mirip tayangan 8-11 Show Metro TV. Metode riset eksperimen memberikan keleluasaan penggunaan materi stimulus untuk menjawab permasalahan sesuai setting amatan dan melakukan kontrol terhadap variabel amatan. Meskipun materi stimulus yang dipergunakan riset eksperimen ini berhasil mendukung riset serta menyajikan tayangan audio visual yang mirip kondisi riil, tetapi memiliki keterbatasan tidak adanya interaksi dua arah yang bisa melibatkan partisipan untuk berinteraksi langsung. Oleh karena itu, riset mendatang perlu eksplorasi dan juga pengembangan terhadap berbagai materi stimulus yang memang dimungkinkan dalam riset desain eksperimen. Keenam: riset ini memasukan variabel motivasi mengelaborasi informasi sebagai variabel moderasi dan hasil riset menunjukan temuan yang menarik dari riset ini sehingga ini perlu eksplorasi lebih lanjut, termasuk juga pengujian ulang pada riset lanjutan. Implikasi dari variabel moderasi tersebut juga memperkuat fakta pembeda riset ini dibandingkan sejumlah riset sebelumnya dan di sisi lain hal ini menjadi acuan untuk pengujian ulang dan juga eksplorasi lain terkait variabel moderasi dalam kasus adopsi e-banking. Hal ini menjadi penting karena niat adopsi e-banking dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga eksplorasi terhadap berbagai variabel lain menjadi tantangan yang sangat menarik sehingga mampu menjawab kompleksitas faktor daya tarik adopsi e-banking disesuaikan dengan setting amatan yang muncul. 105