BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 1.Umum a.Pelaksanaan model pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung, sebagian besar telah mengacu pada konsep-konsep pendidikan nilai dan pendidikan secara umum. Keadaan ini dilihat dari pola asuh yang dilakukan secara sistematis metodologis. Di dalam melaksanakan pola asuh anak tersirat komponenkomponen pendidikan, seperti : a) Visi dan Misi yang ingin di capai, b) Landasan nilai, moral yang disampaikan kepada anak, c) Sumber dan media yang digunakan dalam pola asuh orang tua, e) metode pola asuh yang digunakan, dan f) Evaluasi atau penilaian terhadap keberhasilan pendidikan dan pembinaan nilai moral yang telah dilakukan. b.Model pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluaga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung memiliki keunggulan dan kekurangan. Keunggulannya sebagai berikut: a). Para orang tua pada hakekatnya telah dapat merumuskan dan memiliki kesamaan visi dan misi yang terarah. b). Jenis landasan nilai yang dikominukasikan pada hakekatnya meliputi nilai agama yang dianutnya, nilai ideologi negara dan nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Nilai agama memiliki posisi yang sangat strategis dan
299
300
melandasi bagi nilai-nilai lainnya, oleh karena itu penyampaiannya lebih diutamakan. c) Para orang tua sudah memiliki sumber acuan pola asuh yang dipergunakan dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya. d) Jenis dan penataan media di rumah banyak bernuansa religius dan telah memiliki perencanaan dan melibatkan anak secara langsung
agar dapat mengemas kebersamaan dalam merealisasikan
nilai-nilai moral oleh anggota keluarga. e) Pola pengasuhan yang dikembangkan para
orang
tua
cenderung
mengutamakan
prinsip
demokratis
dengan
mengutamakan tauladan dan nasehat. f) Para orang tua sudah melakukan evaluasi terhadap hasil pola asuh dalam mengkomunikasikan nilai moral, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung walaupun dengan bentuk yang berbeda. Hasil evaluasi terhadap nilai moral anak akan dijadikan bahan masukan bagi pembinaan berikutnya. Adapun kekurangannya yaitu : a) Tidak semua orang tua menempatkan keimanan dan ketaqwaan sebagai prioritas utama yang akan dicapai. b) Nilai agama dipandang oleh orang tua sebagai nilai yang memiliki posisi paling strategis, tetapi ada orang tua yang merasa tidak mampu untuk menyampaikan nilai moral ideologi dan budaya karena berhubungan dengan hukum positif yang berlaku serta perkembangan peristiwa yang sangat cepat sehingga menyerahkan kepada sekolah. c) Pengalaman memperoleh didikan masa kecil orang tua yang dijadikan acuan dalam mendidik anak sekarang dapat mengandung kelemahan karena sudah jauh berbeda dengan tuntutan kehidupan dan zaman seperti sekarang ini.d) Tidak semua keluarga responden memiliki mushola rumah e) Masih ada orang tua yang memberikan sanksi pisik terhadap anak yang dianggap lalai melaksanakan nilai moral. f) Adanya ancaman sanksi yang lebih keras lagi dari orang tua terhadap anak
301
apabila hasil evaluasi menunjukkan penyimpangan prilaku dari nilai moral, merupakan tindakan yang tidak mendidik g) Sebagian orang tua belum memanfaatkan penggunaan hasil tes psikologi sebagai bahan evaluasi tentang, potensi, minat, pemahaman dan sikap nilai moral c.Pengembangan model pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluaraga wanita karier, dapat dirumuskan sebagai berikut; a) Memiliki visi dan misi yang akan dicapai sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan dari pencapaian usaha yang akan dilakukan.Visinya adalah, membentuk anak memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian yang baik, berguna bagi nusa bangsa dan agama, serta mampu berbakti kepada kedua orang tua. Misinya adalah menjungjung tinggi dan mengamalkan nilai-nilai agama, ideologi negara , dan budaya dalam kehidupan sehari-hari. b) Jenis nilai moral yang dikomunikasikan oleh orang tua kepada anak di lingkungan keluarga harus berlandaskan nilai moral agama, ideologi negara dan budaya sesuai dengan peran anak secara komprehensif sebagai makhluk Tuhan, warga negara yang baik dan warga masyarakat dalam rangka hidup bermasyarakat. c) Sumber acuan yang dapat dijadikan pedoman belajar bagi orang tua adalah kesadaran akan perintah agama yang dianutnya, belajar dari buku, media, serta keberhasilan keluarga lain tentang pendidikan anak. Sedangkan media yang dipergunakan dapat berbentuk isi kitab suci Al Quran dan hadist bagi yang beragama Islam, tayangan peristiwa-peristiwa yang terjadi di televisi serta media cetak, do’a dan surat-surat pendek yang terpangpang di dinding kamar, foto keluarga, foto/gambar yang bernuansa religius serta mushola tempat sholat. d) Upaya orang tua dalam membantu anak untuk memiliki dan
302
mengembangkan nilai moral, harus dibangun dan dikembangkan orang tua melalui prilaku tauladan, nasihat , pembiasaan, teguran, sekaligus pujian. Metode yang paling diutamakan dan dominan penggunaannya adalah tauladan dan nasihat melalui pola asuh yang demokratis, didukung oleh rasa kebersamaan dalam merealisasikan nilainilai moral, keharmonisan hubungan orang tua (ayah-ibu), kemesraan hubungan orang tua dengan anak, pelibatan anak dalam penataan lingkungan keluarga, latihan dan pembiasaan anak-anak sejak usia dini, konsistensi dan kesatuan perilaku orang tua, penciptaan suasana keterbukaan, dan komunikasi dialogis. e) Evaluasi yang dilakukan oleh orang tua dimaksudkan untuk mengetahui sikap dan prilaku anak terhadap nilai moral yang telah disampaikan serta dapat dijadikan masukan untuk perbaikan dalam menyampaikan nilai moral selanjutnya . Cara yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi nilai moral anak adalah mengamati langsung berbagai sikap dan perilaku anak dalam berbagai situasi, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Sedangkan secara tidak langsung dengan mencari informasi dari pihak ketiga misalnya sekolah melalui wali kelas, kepada teman-temannya saat berkunjung ke rumah, atau tes psikologi kepada psikolog. 2.Khusus a.Komitmen terhadap visi dan misi, integritas serta konsistensi perilaku orang tua menentukan efektifitas komunikasi dan edukasi nilai moral kepada anak. b.Landasan nilai moral agama, budaya, dan ideologi yang terintegrasi merupakan acuan materi esensial dalam membina dan mengembangkan nilai moral kehidupan anak sebagai mahluk Tuhan yang beriman dan bertaqwa, makhluk sosial, dan warga negara yang baik.
303
c.Tauladan dan nasihat melalui pola asuh autoritatif, didukung oleh keharmonisan dan kemesraan hubungan orang tua dengan anak,
konsistensi dan kesatuan
perilaku orang tua, penciptaan suasana keterbukaan, dan komunikasi dialogis, merupakan unsur utama mencapai keberhasilan
membantu anak memiliki dan
mengembangkan nilai moral. d.Kesadaran terhadap perintah agama dan kewajiban membina nilai moral kepada anak merupakan sumber acuan mendidik yang paling utama demi keselamatan dunia dan akhirat. e.Sikap orang tua yang konsisten dan menghindari dualisme, menentukan pendidikan anak dalam mempelajari prinsip-prinsip yang dianut orang tua tentang nilai moral. f.Upaya orang tua mengkomunikasikan nilai moral pada anak mudah diterima apabila berangkat dari dunia anak-anaknya. g.Bantuan orang tua dalam memberikan solusi dari masalah nilai moral yang dialami anak, akan dimaknai oleh anak apabila dilandasi adanya kewibawaan yang diakui. h.Kaidah-kaidah nilai moral yang diimplementasikan secara langsung oleh anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur esensial bagi orang tua dalam membimbing anak menginternalisasi nilai moral. i.Perencanaan dan pelibatan anak dalam menata media serta penyusunan aturan bersama-sama merupakan wahana untuk saling menerima, menautkan diri, dan menghadirkan diri dalam mematuhi nilai moral. j.Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama membina nilai moral anak, dalam pengembangannya perlu kerjasama dengan pihak sekolah dan masyarakat sebagai satu kesatuan sistem yang saling menentukan.
304
B. Implikasi 1.Pentingnya Mengkomunikasikan Nilai Moral Pada Anak Di Lingkungan Keluarga. Kesimpulan
penelitian
ini
mengimplikasikan
pentingnya
orang
tua
mengkomunikasikan nilai moral pada anak di lingkungan keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung. Bagaimanapun sibuknya sebagai seorang wanita karier harus mampu mendidik anak dengan baik terutama dalam mengkomunikasikan nilai moral sebelum anak mengenal nilai lain dari masyarakat luas. Keluarga dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya, harus mampu memberikan bekal nilai, moral dan norma sebelum anak terjun kemasyarakat. Keluarga sebagai anggota masyarakat harus mampu menstransfer nilai sosial masyarakat yang dianutnya dalam kehidupan keluarga. Sehingga anak mengenal bagaimana aturan nilai, moral dan norma yang berlaku di keluarga dan masyarakat. Untuk itulah seorang ibu dalam keluarga harus mampu memberikan suri teladan bagi anak-anaknya tentang berbagai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai, moral dan norma yang dianut masyarakat. Kedekatan seorang ibu dengan anak akan memberikan ketenangan bagi anak, rasa aman dan kasih sayang yang hangat akan membuat anak patuh dan taat pada perintah dan nasehat orang tuanya. Keteladanan dan nasehat dalam suasana demokratis dari kedua orang tua adalah cara mendidik yang paling baik dalam sebuah keluarga, sehingga anak akan mudah diarahkan dan mengikuti aturan main yang ada dalam keluarga dan masyarakat. Selain itu juga suasana yang harmonis dalam sebuah keluarga
305
merupakan sebuah syarat dalam pelaksanaan pendidikan nilai, dimana semua anggota keluarga merasa nyaman, terlindungi dan tentram di dalamnya, sehingga akan muncul sikap saling menghargai, menyayangi dan saling memiliki satu sama lain sebagai anggota keluarga. 2.Pentingnya Mengkomunikasikan Nilai Moral dalam Pendidikan Formal Temuan penelitian ini mengimplikasikan bahwa pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung, mampu menjadikan anak memiliki nilai moral yang baik dalam bersikap dan berperilaku. Temuan penelitian ini semakin memperkokoh posisi pendidikan umum dalam pendidikan formal sebagai upaya mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat. Untuk itu pengembangan potensi yang dimiliki anak didik, merupakan aktivitas yang penting dalam membina kepribadian. Potensi yang harus dikembangkan pada diri anak adalah potensi kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan potensi ini perlu diperhatikan dalam memberdayakan individu, yang dalam pelaksanaanya harus didahulukan secara terintegrasi dan utuh. Pengembangan kemampuan pikir harus seimbang dengan rasa dan bertindak dalam diri anak. Bersama dengan pengembangan potensi ini ditanamkan pula kesadaran terhadap dirinya serta lingkungan dimana ia hidup. 3.Pentingnya Mengkomunikasikan Nilai Moral dalam Pendidikan Umum Mengkomunikasikan nilai moral dalam keluarga, secara implikatif pada dasarnya berada dalam ruang dan waktu pada masyarakat yang berubah. Kehidupan masyarakat yang luas mengisyaratkan pentingnya setiap keluarga memiliki berbagai
306
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menyelenggarakan fungsi pendidikan sebagai lembaga pendidikan umum. Secara implisit pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki orang tua menjadikan keluarga sebagai lembaga yang kondusif dalam menyiapkan anak untuk mampu menghadapi tantangan dalam hidup ditengah-tengah masyarakat yang berubah. Dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang didapat di dalam keluarga akan diaplikasikan untuk perannya sebagai hamba Allah, anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Pelaksanaan pendidikan nilai moral pada dasarnya mencakup semua aspek kehidupan, yaitu aspek individu dan aspek sosial. Aspek individu seperti fisik, intelektual, moral atau etik, dan spiritual. Sedangkan aspek sosial menyangkut pertumbuhan diri sebagai anggota keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga pendidikan nilai moral dalam pendidikan umum bersifat luas dan menyeluruh, tidak mengenal tingkatan usia dan jenis kelamin, tidak mengenal tingkatan pendidikan dan pekerjaan, miskin atau kaya, pejabat atau rakyat, dan sebagainya. Semuanya harus memiliki nilai, moral dan norma yang baik, yang sesuai dengan aturan main masyarakatnya itu sendiri, sehingga tumbuh manusia yang paripurna, kafah dan manusiawi. Tanggungjawab dalam mengkomunikasikan nilai moral tidak hanya terletak pada keluarga, sekolah maupun pemerintah, tetapi semua unsur lapisan masyarakat mempunyai tanggungjawab yang sama. Keluarga, sekolah, pemerintah dan masyarakat
harus
mampu
menjalankan
fungsinya
masing-masing
terhadap
pelaksanaan pendidikan nilai bagi generasi penerus bangsa dengan baik, agar
307
terbentuk generasi muda yang mampu menyikapi diri dan membangun bangsa ini lebih baik dari sebelumnya.
C. Rekomendasi 1. Bagi Pelaksanaan Pendidikan Nilai Moral dalam Keluarga . a.Keluarga dalam era globalisasi atau era modern ini, sangat berbeda dengan keluarga pada masa lampau. Pada masa lampau, ibu sebagai pendidik utama lebih banyak tinggal di rumah dan menghabiskan banyak waktu dengan anak-anaknya. Pada masa sekarang, karena berbagai faktor seorang ibu harus bekerja di luar rumah menjadi wanita karier seperti juga seorang ayah. Keluarga dengan wanita bekerja di luar rumah, akan berpengaruh terhadap kondisi keluarga. Salah satu kondisi yang harus diperhatikan adalah pendidikan anak. Pendidikan anak pada keluarga dengan wanita bekerja membutuhkan sebuah pola yang tepat agar tidak menjadi sebuah permasalahan pada masa-masa berikutnya. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah bagaimana memanfaatkan sisa waktu di rumah yang sebentar mampu dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara efektif dan berkwalitas kepada anak dan memberikan kasih sayang. Dengan meningkatkan kualitas dan intensitas komunikasi diharapkan tercipta suatu kondisi keluarga yang kondusif. Model pola asuh orang tua untuk mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung, dapat digunakan sebagai salah satu rujukan oleh orang tua atau pendidik lain dalam rangka mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya. Pemanfaatan model ini dalam pendidikan keluarga mampu mempribadikan nilai moral dan dapat menjadikan anak memiliki jati diri
308
sesuai dengan budaya masyarakatnya. Di samping itu model yang diajukan ini dapat memperkaya model-model pendidikan nilai yang telah ada sebelumnya. b.Keluarga sebagai wadah pendidikan yang pertama dan utama bagi pengembangan pribadi, jangan sampai lengah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan nilai moral. Jika fungsi keluarga ini terabaikan, akan berdampak pada perkembangan pribadi anak. Bila ini terjadi, anak akan menjadi sosok yang tidak mempunyai acuan dan pedoman dalam berperilaku dan hidup ditengah-tengah masyarakat. Pribadi seperti ini dalam kehidupannya akan mudah terombang ambing dalam arus pergaulan yang merusak nilai moral kemanusiaan. Ia akan menjadi pribadi yang destruktif baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negaranya. c.Sebaiknya pemerintah atau instansi terkait, dapat memberikan kebijakan bagi para wanita karier sebagai PNS yang sedang hamil dengan memberikan cuti yang cukup untuk mengurus anak mereka sehingga mencapai perkembangan yang optimal termasuh kesehatan dan kebutuhan kasih sayang terhadap anaknya. d.Perlu adanya komunikasi yang terprogram dan terus menerus antara sekolah dengan orang tua siswa untuk menyelaraskan nilai moral yang dibinakan di sekolah dengan di rumah sekaligus mengevaluasi sikap dan prilaku anak terhadap nilai moral tersebut, sehingga komunkasi ini terjalin sebagai bentuk kerjasama dan tanggung jawab bersama orang tuan dan sekolah. 2. Bagi Pengembangan Nilai Moral dalam Pendidikan Umum a.Dalam konteks penelitian pendidikan umum hendaknya kajian-kajian mengenai nilai digali dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa, sehingga kita tidak
309
terjebak ke dalam pembenaran teori-teori barat yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di Indonesia. Pada akhimya pendidikan nilai dapat dipijakkan kepada realita dan lingkungan sosial budaya bangsa Indonesia. b.Perlu menempatkan guru-guru yang berasal dari penduduk setempat yang memahami budaya siswanya. Penempatan ini dimaksudkan agar nilai moral yang telah diterima anak dari keluarga dapat selaras dengan nilai moral di sekolah terutama tingkat pendidikan dasar. Dengan menempatkan guru yang demikian, maka ia dapat menjadi mitra orang tua dalam menanamkan nilai moral budaya masyarakatnya secara simultan.
Guru juga dapat dengan mudah menangani masalah-masalah yang
dihadapi anak didik, karena ia dan siswanya memiliki persepsi nilai moral yang relatif sama. c.Lembaga pendidikan non formal dapat memberikan program-program pendidikan umum bagi keluarga wanita karier agar dapat memberikan bekal terhadap pola asuh pendidikan anak yang lebih baik dalam mengkomunikasikan nilai moral yang sesuai dengan norma masyarakat dan agama yang dianutnya. d.Berbahasa santun dalam kehidupan sehari-hari hendaknya dipertahankan karena melalui bahasa yang santun kebersamaan, kegotong royongan, kerukunan hidup akan terbina dengan baik. Demikian pula aturan pergaulan keluarga akan berdampak positif pada keakraban, dan rasa memiliki serta kasih sayang dalam lingkungan kekerabatan pada keluarga besar maupun masyarakat luas. .3.Bagi Kehidupan Masyarakat Modern a.Kecenderungan pendidikan keluarga di masyarakat modern terhadap anak-anak mereka diserahkan kepada pembantu rumah tangga, sehingga warna pribadi anak
310
adalah gambaran dari pribadi pembantu, dan terkadang lebih parah lagi yang membentuk pribadinya lingkungan luar yang tidak terkontrol, mereka hidup bebas, bergaul tanpa norma dan moral yang baik.. Untuk itulah orang tua harus berusaha memberikan perhatian terhadap anak dengan meluangkan sedikit waktu tapi berkwalitas dalam mengkomunikasikan nilai moral bersama anak, menggunakan waktu libur untuk bercengkrama bersama keluarga atau melakukan perjalanan wisata secara terprogram ketempat-tempat yang menambah pengetahuan terhadap anak, dan lain sebagainya. b.Untuk menyikapi pengaruh negatif globalisasi dalam kehidupan masyarakat modern, pendidikan nilai, moral dalam keluarga harus ditanamkan sejak dini, yaitu sejak anak lahir kedunia ini dengan penuh kasih sayang dan dalam pengasuhan ibu kandungnya. Ada kecenderungan kehidupan masyarakat modern pengasuhan bayi diurus oleh orang lain, dan terkadang ibunya tidak mau menyusui, bayinya cukup diberi susu bubuk, bubur yang sudah siap saji. Perlakuan semacam ini menurut para ahli akan berpengaruh terhadap sikap mental anak.. Apabila anak sejak dini dikenalkan aturan main nilai, moral dan norma yang baik dalam keluarga, anak akan memiliki landasan dalam bergaul di masyarakat. c.Berdasarkan kecenderungan di atas, alangkah baiknya apabila pihak pemerintah dalam hal ini yang berhubungan dengan urusan pernikahan (KUA) dapat mewajibkan para calon pengantin untuk mengikuti pendidikan pra nikah diantaranya tentang pendidikan awal pola asuh anak dalam keluarga. Sehingga mereka mendapatkan bekal untuk mendidik anak lebih baik sesuai dengan perkembangan anak secara psikologis maupun secara kesehatan,
311
4.Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian model pola asuh orang tua untuk mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung, sudah barang tentu bukan sesuatu yang bisa dikatakan sempurna. Diberbagai sisi dari segi penelitian masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki oleh peneliti selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyarankan kepada para peneliti lainnya yang menaruh minat dan perhatian untuk memahami fenomena yang terjadi pada model pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral pada anak dilingkungan keluarga wanita karier hendaknya : (1) memperluas areal penelitian, misalnya dengan jumlah keluarga sumber penelitian yang lebih banyak, (2) menelaah sejauh mana kedekatan seorang anak dengan ibunya yang berprofesi sebagai wanita karier, (3) bagaimana peran pembantu rumah tangga dalam mengkomunikasikan nilai moral terhadap anak, dan sebagainya.
312