BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian dari analisa hasil kuesioner, diketahui bahwa masyarakat Indonesia menunjukkan animo pada penggunaan uang elektronik (electronic money) di Indonesia. 2. Pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, diketahui bahwa pertumbuhan rata-rata uang elektronik per-semester dari Semester I Tahun 2006 hingga Semester I Tahun 2014 adalah sebesar 26% untuk Jumlah Nilai Transaksi dan 29% untuk Jumlah Volume Transaksi. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan animo masyarakat Indonesia terhadap penggunaan uang elektronik (electronic money) dari semester ke semester setiap tahunnya semakin baik dan meningkat. 3. Hasil analisa dari penelitian terhadap besaran persentase market-share dari tiap-tiap Penerbit uang elektronik (electronic money) yang menyelenggarakan bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia per-akhir Tahun 2013, menunjukkan bahwa market uang elektronik (electronic money) di Indonesia dikuasai oleh sedikit (tetapi lebih dari satu) Penerbit uang elektronik (electronic money) yang memiliki market-share dengan persentase yang besar (mayoritas) tanpa satupun dari antara para Penerbit itu yang memiliki kontrol penuh (mutlak) atas market, dengan jumlah Penerbit yang masih belum banyak yaitu 17 Penerbit pada akhir Desember 2013, dan dilengkapi dengan hasil perhitungan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) dari market91
share tersebut yang menunjukkan angka 1,946.36 yang berarti bahwa jenis persaingan yang ada pada bisnis uang elektronik di Indonesia sampai dengan akhir Desember 2013 adalah persaingan Oligopoli (Oligopoly). Selain itu, ada beberapa pengecualian khusus untuk market uang elektronik (electronic money) di Indonesia, yaitu bahwa Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia mengawasi dan mengatur para Penerbit uang elektronik (electronic money) untuk melindungi para pengguna uang elektronik (electronic money) sehingga Entry Barrier maupun Exit Barrier bagi para Penerbit uang elektronik (electronic money) adalah besar. Dengan HerfindahlHirschman Index (HHI) yang menunjukkan angka 1,946.36, yang berarti bahwa bisnis uang elektronik (electronic money) masih akan membutuhkan waktu beberapa saat lagi untuk dapat mencapai Herfindahl-Hirschman Index (HHI) pada angka 1,000.00 yang merupakan ambang batas indikator untuk persaingan Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) yaitu persaingan yang lebih ketat daripada persaingan Oligopoli (Oligopoly), terlebih lagi dengan adanya pengawasan dan pengaturan dari Bank Indonesia, sehingga untuk saat ini persaingan pada bisnis uang elektronik (electronic money) akan tetap terjaga pada persaingan Oligopoli (Oligopoly). 4. Hasil analisa 5 Forces Porter yang menunjukkan bahwa: 1) Karakter saat ini untuk ancaman masuknya Pendatang Baru (Threat of New Entrants) dibandingkan dengan Trend Masa Depan menunjukkan adanya penurunan dari angka 2.17 pada Karakter Saat Ini menjadi angka 2.00 pada Trend Masa Depan, yang berarti bahwa ancaman untuk masuknya Pendatang Baru di masa mendatang akan berkurang. Hal ini disebabkan karena untuk dapat bersaing
92
di dalam market uang elektronik (electronic money), produk maupun layanan uang elektronik (electronic money) yang disiapkan oleh Pendatang Baru haruslah dalam skala besar (Skala Ekonomi) dan memiliki modal yang cukup kuat, agar Pendatang Baru tersebut tidak mengalami cost disadvantage. Kemudian, adanya perlindungan dari Pemerintah melalui Bank Indonesia bagi penyelenggara (Penerbit) uang elektronik (electronic money) yang telah ada, serta persyaratan yang semakin sempurna yang dipersiapkan oleh Pemerintah melalui Bank Indonesia (Entry Barrier dan Exit Barrier yang tinggi) akan membuat ancaman masuknya Pendatang Baru menjadi berkurang. Sementara itu, perihal kurangnya pengalaman para Pendatang Baru pada bisnis uang elektronik (electronic money), dan kesetiaan dari pelanggan kepada merek tertentu
(Brand Loyalty), tidak
membuat ancaman masuk Pendatang Baru berkurang, bahkan sebaliknya Pendatang Baru akan berusaha keras mencari cara untuk bisa menguasai jaringan (network externalities) agar bisa membuat para pelanggan lama untuk mudah berpindah kepadanya. Namun secara keseluruhan, ancaman pada komponen masuknya Pendatang Baru di masa mendatang akan berkurang. 2) Dengan adanya Exit Barrier yang tinggi, Diferensiasi Produk dari Pendatang Baru dengan tujuan untuk dapat mengambil market-share dari pemain lama, switching cost yang murah untuk menarik pelanggan pindah ke penyelenggara uang elektronik (electronic money) yang berbeda, serta berbagai usaha dan inovasi dari para penyelenggara uang elektronik (electronic money) untuk dapat memperoleh dan
mempertahankan
market-share
secara
berkesinambungan
melalui
Keunggulan Kompetitif dengan tujuan agar tidak dapat ditiru oleh penyelenggara
93
uang elektronik (electronic money) lainnya, akan meningkatkan ancaman pada komponen Persaingan antara Perusahaan-Perusahaan Dalam Industri Sejenis (Rivalry among Existing Firms). Meskipun pengawasan dan pengendalian dari Bank Indonesia telah mengurangi ancaman pada komponen Persaingan antara Perusahaan-Perusahaan Dalam Industri Sejenis (Rivalry among Existing Firms) melalui pembatasan pemberian perijinan Penerbit uang elektronik (electronic money), namun hal ini tidak dapat mereduksi secara signifikan ancaman pada komponen Persaingan antara Perusahaan-Perusahaan Dalam Industri Sejenis (Rivalry among Existing Firms) secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari meningkatnya ancaman pada Trend Masa Depan yang menunjukkan angka 2.20, dibandingkan dengan ancaman pada Karakter Saat Ini yang menunjukkan angka 1.80, karena besarnya hambatan bagi para penyelenggara untuk dapat meninggalkan bisnis uang elektronik (electronic money) yang disebabkan oleh adanya
pengawasan
dan
pengendalian
dari
Bank
Indonesia
terhadap
kesinambungan bisnis (business sustainability) serta pertanggung-jawaban (liability) para penyelenggara uang elektronik (electronic money) di Indonesia atas pengelolaan uang elektronik (electronic money) yang telah mereka terbitkan kepada para pengguna, maka akan menyebabkan semakin kerasnya persaingan diantara para penyelenggara uang elektronik (electronic money) di Indonesia. 3) Dari antara beberapa sub-komponen pada komponen ancaman dari Produk Pengganti (Threat of Substitute Products and Services) uang elektronik, yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), price-value characteristics dari Produk Pengganti adalah merupakan sub-komponen yang menunjukkan
94
peningkatan ancaman pada Trend Masa Depan terhadap Karakter Saat Ini yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya untuk uang elektronik yang tidak terdaftar (unregistered) apabila hilang maka nilai uang yang terkandung di dalamnya akan hilang dan tidak dapat dikembalikan kepada pemilik awal dari uang elektronik tersebut. Namun untuk uang elektronik yang terdaftar (registered) akan sama hal nya seperti Alat Pembayaran Menggunakan Kartu lainnya (APMK) yang terdaftar (registered) sehingga sisa nilai uang yang terkandung di dalamnya dapat dikembalikan kepada pemilik uang tersebut dengan cara dibuatkan media/kartu yang baru dan kemudian media/kartu tersebut diisi dengan data sisa nilai uang yang terkandung di dalam kartu lama berdasarkan catatan transaksi terakhir yang terekam pada server sebelum kartu lama tersebut hilang. Kemudian, sejalan dengan perkembangan teknologi, Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
di
masa
mendatang
akan
mengalami
perkembangan
dengan
dikembangkannya kemungkinan penggunaan virtual card dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) untuk bertransaksi, sehingga dapat menyaingi uang elektronik (electronic money). Selain daripada sub-komponen yang diuraikan di atas, sub-komponen lainnya tidak menunjukkan peningkatan ancaman untuk Trend Masa Depan, malah sebaliknya ancaman untuk Trend Masa Depan mengalami reduksi/penurunan, seperti misalnya untuk price-elasticity (elastisitas harga) dari produk pengganti (produk substitusi) yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), price-elasticity (elastisitas harga) dari produk pelengkap / produk komplimenter yaitu produk koneksi jaringan internet dan koneksi jaringan telepon seluler, ketersediaan dari produk pelengkap / produk
95
komplimenter di market, price-value characteristics dari produk pelengkap / produk komplimenter, sehingga secara keseluruhan, ancaman pada Karakter Saat Ini yang menunjukkan angka 2.00 dibandingkan dengan ancaman untuk Trend Masa Depan yang menunjukkan angka 1.60. 4) Pangsa pembeli yang tidak besar, maupun pembelian dalam jumlah yang tidak terlalu banyak pada saat ini, kurang dapat meningkatkan kekuatan tawar menawar pembeli pada industri uang elektronik (electronic money), namun di masa depan meningkatnya pangsa pembeli maupun meningkatnya jumlah pembelian akan meningkatkan ancaman pada Trend Masa Depan. Akan tetapi sebaliknya, kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyers) yang dipengaruhi oleh kecilnya peluang pembeli untuk melakukan integrasi ke belakang saat ini dan semakin kecil di masa depan, menyebabkan semakin kecilnya ancaman pada Trend Masa Depan, dibandingkan dengan ancaman pada Karakter Saat ini. Sementara itu, untuk sub-komponen sensitifitas harga dari pembeli, maupun sub-komponen banyaknya produk substitusi di market tidak menunjukkan peningkatan maupun penurunan ancaman pada Karakter Saat Kini maupun untuk Trend Masa Depan. Hal ini disebabkan oleh adanya peraturan dari Bank Indonesia yang mengatur penetapan harga dari produk uang elektronik (electronic money) sehingga harga akan terkendali dan ancaman tidak akan mengalami perubahan. Sedangkan pembeli akan semakin cerdas dalam memilih produk yang memiliki kualitas baik dan harga yang murah, sehingga meskipun produk substitusi / produk pengganti di market cukup banyak, namun dengan adanya peraturan Bank Indonesia yang mengatur penetapan harga dari produk
96
uang elektronik (electronic money) serta perkembangan fitur-fitur uang elektronik (electronic money) yang semakin menarik, maka ancaman tidak akan mengalami perubahan, dan akan tetap sama pada Karakter Saat Kini maupun untuk Trend Masa Depan. Secara keseluruhan, kekuatan tawar menawar pembeli pada industri uang elektronik (electronic money) akan tetap sama, yaitu untuk Karakter Saat Kini maupun Trend Masa Depan tetap menunjukkan angka 1.80. 5) Tidak banyaknya pemasok uang elektronik pada saat ini, menyebabkan kekuatan tawar menawar pemasok yang cukup besar di dalam industri uang elektronik (electronic money) saat ini. Namun sejalan dengan bertambahnya pengguna uang elektronik, akan menyebabkan semakin menariknya bisnis uang elektronik, sehingga hal ini akan mengundang semakin banyaknya pemasok pada industri uang elektronik, yang akan kekuatan tawar menawar pemasok uang elektronik di Indonesia menjadi berkurang, sehingga menyebabkan ancaman dari kekuatan tawar menawar pemasok menjadi semakin kecil pada Trend Masa Depan. Hanya satu sub-komponen yang dapat menyebabkan meningkatnya ancaman pada komponen kekuatan tawar menawar pemasok, yaitu sub-komponen integrasi ke depan oleh pemasok. Hal ini disebabkan karena semakin menariknya bisnis uang elektronik, sehingga pada Trend Masa Depan pemasok pun akan tertarik untuk melakukan integrasi ke depan (vertikal) untuk meningkatkan market share nya. Namun secara keseluruhan, ancaman pada kekuatan tawar menawar pemasok menunjukkan
berkurangnya
ancaman
pada
Trend
Masa
Depan,
yang
menunjukkan angka 1.43, dibandingkan dengan ancaman pada Karakter Masa Kini yang menunjukkan angka 2.29.
97
5.
Dari keempat kesimpulan di atas, diperoleh kesimpulan secara menyeluruh bahwa: 1) Bisnis uang elektronik di Indonesia adalah menarik, dan 2) Berdasarkan struktur industri dan persaingan yang ada pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, ada kesempatan untuk melakukan bisnis uang elektronik di Indonesia, karena jenis persaingannya adalah Oligopoli (Oligopoly) dengan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) yang menunjukkan angka 1,946.36, yang berarti bahwa bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia masih akan membutuhkan waktu beberapa saat lagi untuk dapat mencapai HerfindahlHirschman Index (HHI) pada angka 1,000.00 yang merupakan ambang batas indikator untuk persaingan Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) yaitu persaingan yang lebih ketat daripada persaingan Oligopoli (Oligopoly).
5.2
Saran Dari hasil analisa dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia adalah menarik, sehingga bagi perusahaan-perusahaan/investor yang tertarik untuk berpartisipasi pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, agar segera berusaha untuk ikut serta masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, karena akan semakin banyak investor yang akan berusaha untuk dapat berpartisipasi sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) di masa mendatang, namun Bank Indonesia akan menggunakan Peraturan Bank Indonesia dalam melakukan seleksi pemberian ijin sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) untuk dapat
98
mengendalikan persaingan diantara para Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia yang saat ini berada pada jenis persaingan Oligopoli (Oligopoly). 2. Berdasarkan struktur industri dan persaingan yang ada pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, dimana jenis persaingannya adalah Oligopoli (Oligopoly) dengan Herfindahl-Hirschman Index (HHI) yang menunjukkan angka 1,946.36, maka ada kesempatan untuk dapat melakukan bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia sebelum Herfindahl-Hirschman Index (HHI) mencapai angka 1,000.00 yang merupakan ambang batas indikator untuk persaingan Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) yaitu persaingan yang lebih ketat daripada persaingan Oligopoli (Oligopoly), maka penulis menyarankan agar perusahaan-perusahaan/investor yang tertarik untuk berpartisipasi pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia untuk segera memanfaatkan kesempatan tersebut, dan mengambil advantage dari kesempatan tersebut sebelum kesempatan tersebut berkurang/hilang
karena
berubahnya
variabel
yang
mempengaruhi
munculnya kesempatan tersebut, misalnya: bertambahnya jumlah Penerbit uang elektronik (electronic money) yang memiliki market share yang besar sehingga akan berpotensi untuk merubah jenis persaingan dari Oligopoli (Oligopoly) menjadi Kompetisi Monopolistik (Monopolistic Competition) apabila ada perubahan kebijaksanaan dari pihak Bank Indonesia di masa mendatang, ataupun adanya perubahan dari ancaman yang muncul pada salah satu atau beberapa komponen 5 Forces Porter sehingga akan menyebabkan semakin besarnya ancaman pada Trend Masa Depan dari hasil analisa 5 Forces Porter secara keseluruhan.
99
3. Bagi perusahaan-perusahaan/investor yang tertarik untuk berpartisipasi pada bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, agar segera melakukan persiapanpersiapan yang mendukung aktivitas sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia, seperti misalnya: a. Melakukan persiapan kerja-sama dengan berbagai pihak, terkait kelancaran kegiatan/aktivitas untuk menjadi Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia, b. Melakukan persiapan untuk penyusunan strategi selanjutnya, termasuk strategi marketing dalam menghadapi para pesaing (para Penerbit uang elektronik (electronic money) lainnya di Indonesia) baik yang lama maupun yang akan muncul. 4. Berdasarkan Dess, et all (2008) dan Thompson, et all (2012), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia, yaitu dengan cara: a. Akuisisi dan merger, merupakan salah satu cara untuk masuk ke dalam sebuah bisnis baru, dengan jalan membeli sebuah perusahaan yang sudah menjalankan
bisnis
tersebut
(yang
disebut
dengan
Akuisisi),
dan
menggabungkannya dengan perusahaan induk yaitu perusahaan yang membelinya (yang disebut dengan merger). Mengakuisisi, dan melakukan merger dengan perusahaan yang telah memiliki ijin sebagai Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia dan sedang menjalankan bisnis uang elektronik (electronic money) tersebut adalah cara yang paling populer dan tercepat yang dapat dilakukan untuk segera memulai bisnis uang
100
elektronik (electronic money) di Indonesia. Cara ini adalah sangat efektif untuk mengatasi hambatan-hambatan pada entry barrier untuk memulai bisnis uang elektronik (electronic money) jika dibandingkan dengan cara Pengembangan Internal (Internal Development), seperti penguasaan teknologi know-how, membangun hubungan dengan supplier, serta berbagai biaya iklan dan promosi untuk produk uang elektronik (electronic money) tersebut, dan hambatan-hambatan lainnya. Dengan cara ini, perusahaan yang mengakuisisi dan me-merger akan memiliki kontrol penuh terhadap perusahaan yang diakuisisinya. Tentu saja biaya untuk mengakuisisi dan me-merger tidaklah murah, karena biaya tersebut bukan hanya biaya akuisisi dan merger semata, akan tetapi juga mencakup biaya negosiasi dan pelunasan biaya transaksi pembelian, serta biaya untuk mengintegrasikan bisnis uang elektronik (electronic money) ke dalam portfolio perusahaan yang mengakuisisi dan memerger. b. Joint Venture. Joint Venture adalah membangun suatu bisnis baru yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih. Joint Venture digunakan untuk masuk ke dalam suatu bisnis baru apabila bisnis tersebut sangat beresiko jika dimasuki oleh hanya satu perusahaan, tidak ekonomis, ataupun kesempatan yang ada sangatlah kompleks dan sulit untuk dicapai. Joint Venture juga digunakan apabila kesempatan yang ada pada bisnis baru tersebut memerlukan kompetensi dan know-how yang sangat luas dan bervariasi yang tidak dapat dipenuhi oleh hanya satu perusahaan saja. Selain itu, Joint Venture sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan
101
diversifikasi pada bisnis baru di luar negeri, dimana pemerintah dari negara tersebut mensyaratkan perusahaan asing yang beroperasi di negaranya harus memiliki partner lokal dengan kepemilikan minoritas (jika tidak mayoritas) pada bisnis tersebut. Namun Joint Venture (begitu pula halnya dengan Aliansi Strategis/Strategic
Alliance,
maupun
Aliansi
Kolaboratif/Collaborative
Alliance) bukanlah pilihan terbaik untuk masuk di dalam suatu bisnis baru, karena adanya potensi muncul konflik dan ketidak-cocokan dari para perusahaan pemilik (pemegang saham) mengenai pengontrolan Joint Venture tersebut di kemudian hari, karena masing-masing perusahaan pemilik (pemegang saham) merasa memiliki kepentingan atas Joint Venture tersebut. Dalam hal bisnis uang elektronik (electronic money), pemerintah Indonesia mensyaratkan bahwa kepemilikan bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia haruslah 100% lokal, tanpa ada kepemilikan perusahaan asing di dalamnya. c. Pengembangan Internal (Internal Development). Pengembangan Internal (Internal Development) untuk membangun suatu bisnis baru dari bawah, telah menjadi suatu hal yang penting bagi suatu perusahaan dalam melakukan diversifikasi, akan tetapi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Meskipun membangun suatu bisnis baru dari nol, membutuhkan waktu yang lama serta proses yang tidak pasti, namun dapat menghindari permasalahanpermasalahan yang ada pada cara masuk bisnis baru melalui Akuisisi (atau merger), dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada perusahaan dibandingkan dengan pada cara masuk bisnis baru yang
102
lainnya. Pada Pengembangan Internal (Internal Development) ini, perusahaan harus mampu mengatasi semua entry barrier yang ada, serta harus mampu melakukan investasi pada source of supply, rekrutmen dan training karyawan, membangun channel distribusi, menjamin kapasitas produksi, meningkatkan pertumbuhan customer base, dan lainnya, dimana hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan cepat. Pengembangan Internal (Internal Development) akan sangat tepat dilakukan: jika perusahaan telah memiliki semua atau sebagian besar skill dan resources yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis baru tersebut sehingga akan dapat bersaing secara efektif, jika terdapat cukup waktu untuk melakukan Pengembangan Internal (Internal Development) sampai dengan melakukan launching bisnis baru tersebut, jika biaya untuk masuk ke dalam bisnis baru melalui Pengembangan Internal (Internal Development) lebih murah daripada biaya masuk ke dalam bisnis baru melalui Akuisisi (atau merger), jika bisnis baru yang dituju terdiri dari banyak perusahaan-perusahaan kecil sehingga perusahaan
yang
akan
melakukan
Pengembangan
Internal
(Internal
Development) tidak perlu berhadapan langsung dengan kompetitor yang besar dan powerful, dan jika perusahaan-perusahaan yang ada pada bisnis baru yang dituju memiliki respon yang lambat atau kurang efektif terhadap usaha dari perusahaan
yang
akan
melakukan
Pengembangan
Internal
(Internal
Development) untuk masuk ke dalam market. Apabila perusahaanperusahaan/investor yang berminat untuk masuk ke dalam bisnis uang elektronik (electronic money) di Indonesia memenuhi kriteria-kriteria yang
103
telah dijelaskan di atas, maka cara masuk ke dalam bisnis baru melalui cara Pengembangan Internal (Internal Development) dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan/investor yang berminat untuk masuk ke dalam bisnis uang
elektronik
(electronic
money)
di
Indonesia,
dan
perusahaan-
perusahaan/investor tersebut dapat segera mengajukan permohonan untuk menjadi Penerbit uang elektronik (electronic money) di Indonesia.
104