152
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom of Will Selama menjalani kehidupannya, TU memiliki free will. Free will yang TU miliki tersebut terlihat ketika TU mengambil sebuah keputusan, termasuk di dalamnya sebuah keputusan yang penting. Sewaktu ia memutuskan menjadi pelatih dangdut, menjadi PSK, bahkan ketika ia memutuskan kapan dia akan berhenti dari pekerjaannya, semuanya bergantung pada dirinya sendiri, terlepas dari pengaruh yang datangnya dari luar dirinya. Kebebasannya itulah yang membuat TU memiliki tanggung jawab atas segala hal yang telah diputuskannya tersebut. b. The Will to Meaning TU memiliki keinginan untuk menjalani kehidupan yang bermakna (the will to meaning). Baginya, kehidupan yang bermakna adalah ketika ia telah berhenti dari pekerjaannya, menikah dengan lelaki yang dicintainya, serta mampu menggapai cita-citanya untuk berwirausaha. Namun hal tersebut baru sebatas pada keinginannya saja, sebab pada kenyataannya TU belum menjalani kehidupan
153
seperti itu meskipun kesempatan-kesempatan untuk mewujudkan hal tersebut telah datang padanya. Pada saat ini, TU menjalani hidupnya dengan mengejar kesenangan seksual, yang diperolehnya melalaui pekerjaannya sebagai PSK, dan mengejar kekuasaan, yang dalam hal ini adalah uang. c. Creative Values TU tidak menemukan makna hidupnya melalui nilai-nilai kreatif (creative values), baik itu melalui berdagang, pelatih dangdut, ataupun sebagai PSK. Sebab melalui pekerjaan-pekerjaannya tersebut, TU belum bisa memberikan apa yang dimilikinya kepada dunia, kehidupan diri sendiri dan sesama, yang didekati secara kreatif dan dijalankan sebagai tindakan komitmen pribadi yang berakar pada keberadaan totalnya. d. Eksperiential Values Keputusan-keputusan penting yang telah diambil TU, yang diantaranya adalah keputusannya untuk menjadi PSK, didasarkan kepada perasaan cintanya terhadap lawan jenis. TU menjadi PSK sebagai kompensasi atas frustrasi eksistensial yang disebabkan akibat perceraiannya dengan suami, begitu pula keputusan TU untuk berhenti menjadi PSK diakibatkan oleh datangnya lelaki baru yang mencintai TU. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa TU menemukan makna hidupnya melalui perasaan cintanya terhadap lawan jenis, yaitu BD, bukannya melalui jalan keindahan, kebenaran, maupun membaktikan hidupnya bagi sesama manusia.
154
e. Makna Penderitaan TU memaknai penderitaan ketika dunia perhubungan-dengan-manusialainnya (mitwelt) terganggu, yakni ketika ia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan perempuan lain, yang puncaknya adalah ketika akhirnya TU bercerai dengan suaminya. Terhadap penderitaannya tersebut, TU telah dapat mengambil jarak dan menyadari bahwa perceraian yang dialaminya tersebut membuat dirinya menderita. TU menyadari bahwa sikap seseorang bukan ditentukan oleh situasi yang dihadapinya, melainkan oleh orang itu sendiri dan sikap seseorang terhadap masa lalu dapat diubah. Meskipun demikian, TU belum dapat merubah sikap-sikap yang tidak menyehatkan yang diakibatkan oleh penderitaannya tersebut. Hingga saat ini, TU mengaku masih merasakan penderitaan jika dirinya teringat akan perceraiannya. TU masih merasa sedih, marah, dan kecewa setiap kali TU teringat akan hal tersebut, sehingga ia berusaha melupakannya dengan minum-minuman keras dan berhubungan seksual dengan kliennya. f. Attitudinal Values Ketika
menghadapi
penderitaan,
TU
belum
mampu
untuk
mengembangkan nilai-nilai bersikap (attitudinal values). Sehingga, TU tidak bisa menemukan makna di dalam penderitaan, yang dialaminya sebagai dampak dari perceraiannya dengan suami. Ketiadaan makna yang dihayati TU membawanya kepada perasaan hampa, yang oleh Frankl (1969) disebut sebagai kehampaan eksistensial. Sebagai pelarian dari perasaan hampanya tersebut, TU berusaha
155
mengejar
kesenangan
melalui
alkohol
dan
hubungan
seksual.
TU
mengompensasikan frustrasi keinginan akan maknanya dengan keinginan akan kesenangan. g. The Meaning of Life
Kehidupan yang dijalani TU saat ini merupakan kehidupan yang berdasarkan atas makna hidup yang masih bersifat estetis. Kierkegaard (Hassan, 2005) mengemukakan bahwa di dalam kehidupannya, belum ada ukuran-ukuran norma yang umum atau keyakinan iman yang membatasi ruang gerak TU. Nampaknya TU masih diombang-ambingkan oleh dorongan-dorongan indrawi dan
emosinya.
Hal
tersebut
diindikasikan
dari
penuturan
TU
yang
mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh kebahagiaan ketika bekerja sebab dengan menjadi PSK dia berhasil meraih tujuan hidupnya untuk membalas dendam atas perselingkuhan mantan suaminya dan mampu melepaskan diri dari bayang-bayang mantan suaminya tersebut. Namun, kebahagiaan yang diperoleh TU tersebut bersifat semu, sebab kebahagiaan yang sesungguhnya lahir ketika manusia berhasil melakukan hal-hal yang bermakna bagi hidupnya. Kebahagiaan semu tersebut lambat laun melahirkan perasaan jenuh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya keinginan pada diri TU untuk merubah kehidupannya berdasar atas makna hidup yang bersifat etis. Meskipun demikian, hal tersebut belum mampu diwujudkannya karena TU masih menikmati kehidupannya saat ini.
156
B. REKOMENDASI Dari penelitian yang telah dilakukan, beberapa hal yang perlu direkomendasikan adalah : 1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK) sehingga dapat memberikan sedikit gambaran mengenai faktor penyebab seseorang memutuskan menjadi seorang PSK dan pula berhenti dari pekerjaan tersebut. Dengan demikian, pembaca dapat ikut berperan serta meminimalisir timbulnya prostitusi di lingkungan sekitarnya. 2. Bagi masyarakat, hendaknya tidak begitu saja memberikan stigma yang negatif terhadap PSK sebab terkadang mereka justru adalah korban. Sebaliknya, rangkullah mereka dengan bijaksana, yang mungkin saja hal tersebut dapat menyebabkan mereka meninggalkan pekerjaannya sebagai PSK. 3. Bagi pekerja seks komersial (PSK), penelitian ini memberikan gambaran mengenai makna hidup dan proses pembentukan makna hidup pada diri mereka, sehingga mereka dapat termotivasi untuk mewujudkan kehidupan bermakna yang diharapkannya. 4. Bagi Psikolog dan Konselor, penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai makna hidup pada diri PSK, sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk membantu PSK menemukan dan mewujudkan makna hidupnya.
157
5. Bagi LSM yang menangani permasalahan prostitusi, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai makna hidup PSK sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan atau solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. 6. Bagi peneliti selanjutnya : a. Diharapkan dapat meneliti dengan netral, tanpa melibatkan prasangka ataupun stigma negatif terhadap PSK. b. Diharapkan dapat memperkaya bahan literatur sehingga dapat mempertajam analisis data. c. Diharapkan dapat meneliti tema yang sama dengan kriteria PSK yang berbeda.