BAB V Kajian Penerapan Knowledge Base
V.1
Knowledge Base Dalam Knowledge Management
Knowledge base operasi pabrik amonia yang dihasilkan dalam tesis ini merupakan hasil dari proses knowledge capture dan knowledge codification [Awad&Ghaziri, 2003]. Kedua proses tersebut merupakan bagian dari knolwledge management process, yang mana prosesproses dalam KM tersebut melibatkan tiga komponen, yaitu teknologi, manusia, dan organisasi. Dalam hal ini knowledge base operasi pabrik amonia merupakan bentuk pendekatan KM dari sisi teknologi. Teknologi merupakan salah satu pendorong KM dalam suatu organisasi [Awad&Ghaziri, 2003]. Dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat, prosesproses KM seperti create, collect, organize, refine, disseminate, dan maintain pengetahuan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Penggunaan teknologi dalam KM ini bukan merupakan sesuatu yang baru, namun masih kurang populer di kalangan industri kimia. Tertinggalnya komunikasi dan teknologi canggih di industri kimia karena tejadinya pulaupulau pengetahuan dan ide pada pakar industri kimia [Mullin, 2001]. Selain dari faktor teknologi, pengembangan KM juga didorong oleh ketatnya persaingan menuju pasar bebas. Untuk mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan yang ketat, industri kimia harus mempunyai strategi organisasi yang berbasis teknologi dan pengetahuan untuk meningkatkan daya saing perusahaan [Turban, 2004]. Knowledge base operasi merupakan salah satu contoh sistem yang menggabungkan antara teknologi dengan managemen pengetahuan organisasi dalam industri kimia. Memproduksi barang yang menjadi produk pabrik merupakan inti bisnis industri kimia sebagai penghasil barang setengah jadi maupun barang jadi. Sedangkan peran Knowledge Base (KB) operasi dalam prosesproses KM terjadi pada fase
54
collect atau knowledge capture, organize dan refine, sharing, distribusi, dan maintain. Pada fase collect, KB operasi dipakai sebagai media untuk menuangkan ide dan pengetahuan, prosedur operasi, peralatan pabrik dan pemeliharaannya, serta rekaman kejadian dan penanganannya dalam operasi pabrik. Fase organize dan refine dengan menggunkaan KB operasi meliputi klasifikasi dalam domain operasi pabrik dengan menggunakan kelompokkelompok web. Klasifikasi yang telah dilakukan dalam tesis ini adalah mengelompokkan pengetahuan operasi menjadi kelompok peralatan dan pengoperasian. Sedangkan kelompok pemeliharaan pabrik serta rekaman kejadian dan penanganan opersi belum dilakukan. Fase transfer pengetahuan dalam organisasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan menggunakan KB. KB tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk belajar, menyimpan dokumentasi operasi, media untuk kolaborasi dan komunikasi antar pengguna. Transfer pengetahuan tersebut dengan menggunakan teknologi jaringan (internet dan interanet). Jaringan ini digunakan sebagai media komunikasi antara antarmuka pengguna dengan server knowledge base. Jaringan komputer tersebut merupakan jembatan yang digunakan untuk menghubungkan antar pengetahuan dengan pengguna dan antara pengguna dengan pengguna yang lain yang disebut dengan distribusi pengetahuan. Distribusi pengetahuan dengan menggunakan KB operasi ini digambarkan pada Gambar V.1. Kelemahan utama KB dengan mesin wiki adalah ketergantungan terhadap partisipasi pengguna yang sangat tinggi. User harus berperan aktif agar proses proses knowledge management dapat terjadi dengan baik. Pada awal penggunaan knowledge base wiki ini, para pengguna belum terbiasa dengan perangkat baru knowledge management. Oleh karena itu pihak managemen harus aktif mensosialisasikan perangkat tersebut. Namun seiring dengan waktu dan komitmen managemen untuk melakukan prosesproses KM dalam perusahaan maka partisipasi pengguna KB operasi pabrik amonia akan terus meningkat.
55
Gambar V.1 Distribusi pengetahuan dengan menggunakan KB operasi Fenomena diatas dibuktikan oleh survey yang dilakukan oleh Ann Majchrzak, Christian Wagner, Dave Yates (Denmark) pada tahun 2005, mengenai seberapa dapat bertahannya wiki pada 168 perusahaan responden (pengguna wiki) menyatakan wiki dapat bertahan dalam beberapa lama dan aktif digunakan dan semakin lama wiki bertahan dalam perusahaan, partisipasi user semakin meningkat. Gambar V.3 dan Gambar V.2 merupakan hasil survey Ann Majchrzak, Christian Wagner, Dave Yates (Denmark) pada tahun 2005.
Gambar V.2 Kebertahanan Wiki Pada Perusahaan [Majchrzak,Wagner,Yates, 2005]
56
Gambar V.3 Partisipasi User dalam Wiki [Majchrzak,Wagner,Yates, 2005] Dalam engine wiki, tidak terdapat aliran kerja (workflow) untuk informasi/dokumen. Hal ini dimaksdukan bahwa user dapat membuat isi web dengan bebas, dan langsung dapat dipublikasikan tanpa adanya urutan pembuatan dokumen perusahaan yang jelas. Untuk kondisi normal, urutan kerja pembuatan dokumen adalah dibuat, dicek, disahkan, baru dipublikasikan. Dalam wiki, aliran kerja semacam itu tidak dapat diterapkan. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan membentuk suatu tim yang bertugas untuk memvalidasi pengetahuan dalam KB operasi pabrik amonia. Isi web yang dibuat atau ditambahkan oleh user pada pada dasarnya langsung diterima oleh mesin wiki, sehingga tidak ada seleksi mengenai isi web oleh mesin. Admin KB harus melakukan validasi pengetahuan dengan cara manual apabila penambahan isi web yang tidak sesuai bercampur dengan penambahan isi web yang benar. Isi web tidak terstruktur, karena setiap user dapat melakukan penambahan dan membuat halaman web baru sesuai dengan keinginannya. Hal tersebut dapat diatasi dengan membuat struktur mengenai isi halaman web, namun aturan tersebut tidak dapat mengikat setiap user. Dalam hal ini struktur tetap tergantung pada kesadaran user. Namun struktur pengetahuan dalam KB operasi dapat dijaga dengan menugaskan kepada suatu tim untuk menjaga struktur penulisan. Selain
57
itu hak akses terhadap perubahan isi pengetahuan diberikan kepada sekelompok pengguna. KB dengan mesin wiki untuk tidak dapat memberikan deduksi permasalahan seperti halnya mechine readable knowledge base. Mesin ini hanya dapat sebagai alat bantu dalam hal mengingat suatu prosedur dan teori dan mencari informasi yang relevan. Dalam hal ini, peran manusialah untuk menganalisis permasalahan sehingga mendapatkan jawabannya.
V.2
Implementasi Knowledge Base
Pembangunan KM merupakan kegiatan yang komplek dan akan berdampak pada bisnis organisasi. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang jelas dan tepat agar KM yang terbentuk mendukung aktivitas bisnis organisasi. Perencanaan pembanguanan KM tersebut meliputi kegiatan pembuatan strategi, desain, pengembangan, dan implementasi KM. Menurut Tiwana (2002), pembangunan KM dilakukan empat fase, yaitu evaluasi infrastruktur; analisis, deain, dan pengembangan KMS; sistem pemasangan KMS; dan evaluasi ROI (Return Of Investment) serta kinerja KMS. Pembangunan prototipe KB operasi pada penelitian tesis ini merupakan penerapan fase kedua dalam pengembangan KM menurut Tiwana (2002). Apabila prototipe KB operasi pabrik amonia ini akan diterapkan dalam pabrik kimia, maka keseluruhan dari fasefase diatas harus dilakukan agar mencapai kesuksesan. Kajian implementasi KM dalam tesis ini berdasarkan metodologi yang diungkapkan oleh Tiwana (2002). V.2.1 Evaluasi Infrastruktur Fase evaluasi infrastruktur terdiri dari analisis infrastruktur yang ada dan penyelarasan antara strategi KM dengan bisnis. Evaluasi infrastruktur yang dilakukan dalam tesis ini tidak secara rinci. Seharusnya semua infrastruktur yang ada dalam PT Pupuk Kaltim yang berhubungan dengan domain KM diidentifikasi
58
dan dibuat mapping. Infrastruktur tersebut meliputi analisis aplikasi yang menggunakan data mining, data warehousing, project management, DSS (Decision Support System), dan alat pembantu pengambilan keputusan yang lainnya. Pemahaman mengenai bagaimana server pengetahuan yang ada dalam organisasi bekerja dan integrasinya dengan aplikasi lain, serta analisis kebutuhan bisnis agar pilihan server pengetahuan untuk KMS sesuai. Selain itu perlu dilakukan integrasi jaringan komunikasi (internet dan intranet) yang ada dengan groupware KMS yang akan dikembangkan. Kemudian memahami keterbatasanketerbatasan tool yang ada pada infrastruktur lama. Serta melakukan identifikasi gap antara infrastruktur yang telah ada dengan infrastruktur KMS. Sistem dokumentasi dan workflow mengenai pembuatan dokumen juga harus diidentifikasikan. Evaluasi infrastruktur yang telah ada di PT Pupuk Kaltim, Tbk pada tesis ini hanya dilakukan pada bagian operasi pabrik, yang seharusnya dilakukan pada seluruh organisasi. Infrastruktur yang ada pada bagian operasi pabrik PKT adalah jaringan komputer, Personal Computer (PC), dan server untuk menyimpan data dari DCS. Sementara managemen dokumen dilakukan secara manual (paper base). Infrastruktur tersebut menjadi pertimbangan dalam pembangunan knowledge base dalam tesis ini. Penyelarasan antara strategi bisnis dengan KM dilakukan dengan memahami bagaimana pergantian dari strategi program menuju rencana strategi KM dalam perusahaan, kinerja Knowledge Work (KW) berdasarkan SWOT (Strenghts, Weakness, Oportunities, Threats) analysis untuk membuat KW map, analisis gap KW dan hubungannya dengan gap strategi, serta membawa stategi KM yang telah terbentuk dalam mendesain karakteristik sistem KM [Tiwana, 2002]. Namun PT Pupuk Kaltim belum melakukan pengelolaan pengetahuan, sehingga strategi KM tersebut merupakan hal yang baru dan harus dibuat dalam pengembangan KM. Penyelarasan strategi bisnis dengan KM tidak dilakukan dalam pembangunan
59
tesis ini karena beberapa kendala. Visi, misi, dan strategi bisnis suatu perusahaan adalah merupakan hal yang rahasia dan hanya bagian managemen atas yang mempunyai wewenang tersebut. Dengan demikian diambil asumsi bahwa industri kimia pada umumnya mempunyai tujuan bisnis yang berorientasi kualitas dan kuantitas produk. Sehingga bagian produksi pabrik PT Pupuk Kaltim menjadi inti bisnis, dan diasumsikan bahwa efisiensi proses produksi, inovasi produk baru yang lebih berkualitas, dan perbaikan suplay chain merupakan orientasi bisnis PKT. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dilakukan oleh Widodo (2007) dalam penelitian tesis dengan studi kasus PT Pupuk Kaltim, masalah utama adalah sulitnya mendapatkan bahan baku (gas alam), shutdown terencana, dan operasional pabrik amonia. Oleh karena itu, dalam tesis ini diutamakan penanganan permasalahan operasional pabrik amonia dari pada pasokan bahan baku. Hal ini disebabkan pasokan bahan baku terkait dengan regulasi dan kebijakan pemerintah, dimana PT Pupuk Kaltim merupakan perusahaan negara harus tunduk pada regulasi dan kebijakan tersebut. V.2.2 Analisis, Desain, dan Pengembangan KMS Setelah fase yang pertama dilakukan, kemudian dilakukan fase yang kedua yaitu analisis, desain, dan pengembangan KMS. Pada fase ini dilakukan desain arsitektur KM dan memilih komponen; audit dan analisis pengetahuan; desain tim KM; membuat cetak biru KM; dan kemudian pengembangan sistem sesungguhnya. Langkah pertama dalam fase kedua adalah pemilihan komponenkomponen arsitektur KMS. Komponen arsitektur KMS terdiri dari tujuh lapisan, yaitu antarmuka, akses dan autentifikasi, collaborative intelligence dan filering, aplikasi, transportasi, middleware dan integrasi legasi perangkat lunak, dan repositori [Tiwana, 2002]. Pada penelitian tesis ini, data dari DCS sebagai legacy data dan middleware untuk integrasi dengan KMS belum dipertimbangkan dalam
60
pembuatan KB operasi pabrik amonia. Arsitektur KB pada tesis ini dapat dilihat pada Tabel V.1. Berdasarkan arsitektur tersebut pada dasarnya KB operasi pabrik amonia hasil tesis ini belum dapat dikatakan suatu sistem KM yang lengkap dan masih perlu disempurnakan. Tabel V.1 Arsitektur KB operasi pabrik amonia Arsitektur KMS
Tool yang digunkaan
Lapisan antar muka
web browser
Lapisan akses dan autentifikasi
autentifikasi pengguna
Lapisan collaborative intelligence dan filering
search, indexing, web group, retrieval
Lapisan aplikasi
collaborative work tool
Lapisan transportasi
protokol web
Lapiasan middleware dan legacy integration
Lapisan repositori
document base , discussion forum
Mesin KB operasi pabrik amonia dibangun dengan arsitektur clientserver dan collaborative platform adalah web. Ketersediaan infrastruktur yang diperlukan pada mesin KB tersebut dapat dilihat padaTabel V.2. Tabel V.2 Tabel Ketersediaan Infrastruktur Perangkat keras
Ketersediaan
Personal Computer
Telah tersedia
Server KB
Investasi baru
Jaringan
Telah tersedia
Perangkat lunak
tidak berlisensi (free license)
Langkah audit dan analisis pengetahuan, serta pengembangan KMS ini telah dilakukan dalam pembangunan KB opersi pada tahap knowledge capture dan knowledge codification. Apabila PT Pupuk Kaltim berkeinginan menerapkan KM maka sebelum KMS dikembangkan harus disusun tim KM yang melibatkan pengembang KMS, para pakar, bagian operasi pabrik amonia Kaltim4, dan semua divisi yang terlibat dalam KM tersebut.
61
V.2.3 Pemasangan KMS Pemasangan KMS untuk dipergunakan dalam suatu organisasi, dilakukan dengan memasang KMS dengan menggunakan metodologi ResultDriven Incremental (RDI) dan mengelola perubahan, budaya, serta struktur penghargaan [Tiwana,, 2002]. Sedangkan menurut Awad&Ghaziri (2003), fase pemasangan KMS in merupakan proses transfer KMS serta kemampuan dari pengembang kepada unit operasi dan operator dalam organisasi. Pemasangan KMS tersebut sebaiknya dilakukan pada bagian tertentu sebagai proyek percobaan (pilot project). Kemudian dianalisis bagaimana hasil dari pemasangan tersebut, dengan mengidentifikasikan kegagalan pemasangan kemudian mengisolasinya. Kegagalan tersebut diperbaiki dan proses KMSLC dilakukan kembali. Seperti halnya KB operasi pabrik amonia, dapat digunakan sebgai proyek percobaan KMS di bagian operasional pabrik amonia Kaltim4 PT Pupuk Kaltim, Tbk. Kesuksesan pemasangan KMS ini meliputi beberapa faktor, yaitu faktor teknik, organisasi, prosedural, kebiasaan, politik, dan ekonomi [Awad&Ghaziri, 2003]. Oleh karena itu setelah KMS dipasang perlu adanya pengelolaan perubahan, budaya, dan penghargaan dalam organisasi [Tiwana, 2002]. Pemasangan KMS membawa perubahan dalam proses bisnis operasi pabrik amonia. KMS dapat digunakan sebagai managemen dokumen, repositori pengalaman, dan repositori laporan kejadian. Bisnis proses operasi pabrik dengan cara mengikuti prosedur yang mereka dapat dari pengalaman dan training, dan apabila terjadi permasalahan operasi operator melapor kepada atasan mereka. Pihak atasan akan menyelesaikan permasalahan berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Dengan menggunakan KMS ini, pihak yang bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan produksi dapat menggunkan KMS sebagai alat bantu dalam mengingat, mencari kasus yang pernah ada berdasarkan laporan permasalahan, serta dapat menggunakan formula kalkulasi perhitungan yang pernah dirumuskan.
62
Selain itu dengan adanya KMS ini, setiap terjadi permasalahan serta penyelesaiannya harus dituliskan dalam KMS tersebut untuk menambah pengetahuan dalam repositori KB. Dalam hal ini pengguna dapat aktif berperan serta dalam pembangunan isi KB dengan aturan partisipasi sesuai dengan kebijakan perusahaan. Perubahan kebiasaan tersebut bukan merupakan hal yang mudah untuk diterima bagi operator dan engineer yang terlibat dalam unit operasi. Untuk merubah budaya organisasi tersebut diperlukan usaha dari semua pihak, pihak managemen dan pihak operasional. Untuk usaha tersbut dapat dilakukan dengan sistem penghargaan bagi operator atau engineer yang menggunakan sistem KMS sesuai dengan kebijakan organisasi. Implementasi KB operasi pabrik amonia sebagai KMS di pabrik amonia Kaltim4 PKT memerlukan seseorang atau sekelompok orang sebagai administrator. Administrator tersebut bertugas menjaga operasi mesin KB, mengatur pemberian hak akses pengguna, menjaga struktur isi KB. Selain itu juga diperlukan seorang pakar untuk melakukan validasi pengetahuan yang ada dalam repositori KMS dan melakukan pengesahan apabila suatu pengetahuan diupdate oleh pengguna. Dengan demikian dapat terbentuk jenjang karir baru dalam perusahaan pada bagian pengelolaan pengetahuan (KM). Dalam perkembangannya perusahaan yang telah sukses mengimplementasikan KM untuk keseluruhan domain pengetahuan yang ada dalam perusahaan, dapat terbentuk Chief Knowledge Officer (CKO) yang sejajar dengan CEO (Chief Executive Officer) dan CIO (Chief Information Officer). V.2.4 Evaluasi KMS Evaluasi pemasangan KMS pada perusahaan dilakukan dengan melakukan evaluasi kinerja KM, mengukur dengan ROI (Return Of Invesstment), serta melakukan perbaikan KM secara bertahap [Tiwana, 2002]. Evaluasi kinerja KM dapat digunakan metode KM Balanced Scorecard (BSC) dan evaluasi benchmark.
63
KM BSC ini diadopsi dari BSC yang terdiri dari empat perspektif, yaitu finansial, bisnis proses internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta knowledge capital. Kemudian secara finansial, KMS dievaluasi dengan ROI yaitu dengan membandingkan keuntungan perusahaan setelah menggunakan KM dengan investasi perusahaan dalam pemasangan KMS. ROI tersebut dapat dihitung dalam jangka waktu tertentu, sebab hasil dari KMS dapat dilihat setelah periode waktu tertentu.
V.3
Knowledge Base Dalam Konversi Pengetahuan
Program knowledge management dikaitkan dengan tujuan organisasional seperti perbaikan kineja, daya saing perusahaan, inivasi, pengembangan proses, transfer pengetahuan yang telah lalu, dan pengembangan kolaborasi. KM juga sering dihubungkan dengan sesuatu yang telah menjadi pengetahuan seperti learning organisation, lifelong learning, dan continuous improvement [KM Wikipedia, 2008]. Teori organization learning diungkapkan oleh Polanyi (1950) dan digunakan untuk formulasi konversi pengetahuan antara tacit dengan eksplisit (SECI model) oleh Nonaka (1995) [Marwick, 2001]. Knowledge creation merupakan proses interaksi secara spiral antara penetahuan eksplisit dengan pengetahuan tacit. Interaksi tersebut mendorong pembentukan pengetahuan baru [Nonaka, 1998]. Proses knowledge creation terdiri dari empat kategori, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Keempat kategorisasi ini dapat dilihat Gambar V.4.
64
Gambar V.4 Proses knowledge creation [Nonaka&Noburo, 1998] Sosialisasi
merupakan pertukaran pengetahuan tacit antar individu
[Nonaka&Noburo, 1998]. Dengan kata lain sosialisasi merupakan pembentukan pengetahuan tacit dan komunikasi [Marwick, 2001]. Pada sistem KB operasi pabrik amonia, dapat dilakukan dengan forum diskusi maupun dalam work collaboration mengenai operasi pabrik. Eksternalisasi memerlukan ekspresi dari pengetahuan tacit yang ditranslasikan menjadi pengetahuan eksplisit. Proses eksternalisasi ini merupakan proses knowledge capture dan knowledge codification dalam proses pembuatan KB operasi pabrik amonia. Knowledge capture dilakukan dengan cara user menuliskan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam mesin wiki. Knowledge base dengan menggunakan mesin ini akan menjadi kumpulan pengetahuan dan pengalaman semua user yang mempunyai akses dalam mesin tersebut. Cara pengumpulan pengetahuan semacam ini akan lebih efektif dari pada cara tradisional seperti
65
wawancara. Wawancara membutuhkan waktu yang lama dan biaya cukup besar. Selain itu wawancara sangat tergantung kemampuan orang yang mewawancarai untuk mengambil pengetahuan dari nara sumber (pakar). Wawancara melibatkan emosional pewawancara dan juga orang yang diwawancarai. Sedangkan kodifikasi dapat dilakukan dengan mengorganisasikan pengetahuan dengan cara membuat kelompokkelompok halaman web sesuai dengan klasifikasi pengetahuan pada domain tertentu. Seperti halnya dalam prototipe tesis ini, klasifikasi pengetahuan mengenai operasional pabrik amonia unit primary reformer dapat dibuat dengan mengelompokkan halamanhalaman web. Cara tersebut dapat membantu user dalam mencari pengetahuan yang diperlukannya. Proses kombinasi dalam SECI model merupakan konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan eksplisit yang lebih komplek. Dalam KB operasi pabrik amonia proses kombinasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membuat struktur dan klasifikasi pengtahuan yang ada meliputi teori, prosedur, dan pengalaman. Selain itu dokumen laporan kejadian permasalahan operasi dapat dimasukkan dalam sistem KB tersebut. Proses internalisasi pada SECI model merupakan konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit. Proses internalisasi ini merupakan pembelajaran bagi pengguna sistem KB operasi pabrik amonia dari pengetahuan yang ada dalam repositori KB tersebut. Proses pemahaman dokumentasi pelaporan, spesifikasi peralatan, prosedur operasi, serta dokumentasi yang berisi pengalaman yang telah lalu merupakan pembentukan pengetahuan tacit.
V.4
Peran Knowledge Base Dalam Organisasi
Pada industri kimia, terdapat empat kategori utama kelompok fungsional dalam permasalahan pabrik. Kategorisasi ini berdasarkan kontribusi terhadap kehilangan produksi sesuai dengan konsep sistem Manual Exelence yang diadopsi dari perusahaan DSM Belanda [Widodo, 2007]. Keempat kategori tersebut dapat
66
dilihat pada Tabel V.3. Tabel V.3 Kelompok Fungional dan Kategori Penyebab Masalah Pabrik Operation
Maintenace
Business
External
lack of personnel people prod&training planned shutdown process control process disturbance process technology product flow product mix raw material
equipment failure people prod.&training planned shutdown
lack of personnel opt.economic rute product flow product mix raw material sales damand utilities
other product flow raw material safety, health, envirinment utilities
Berdasarkan Tabel V.3 sumber permasalahan operasional pabrik berasalal dari personil yang mengoperasikan pabrik, pengendalian proses, shutdown terencana, gangguan proses, teknologi proses, aliran bahan, produk, dan bahan baku. Dengan demikian knowledge base operation pada pabrik amonia ini dapat membantu menyelesaikan permasalahan operasional. Dengan alat bantu semacam knowledge base tersebut, akan menjembatani antara dokumentasi (termasuk prosedur dan informasi yang berkaitan dengan operasional) dengan personil yang mengoperasikan pabrik. Selain itu pengetahuan tacit yang berasal dari pakar berpengalaman dapat ditransfer dengan menggunakan wiki sehingga membantu personil yang mengopersikan pabrik dengan lebih baik. Selain itu dengan menggunakan KB wiki, pencarian informasi mengenai permasalahan yang sedang dihadapi akan jauh lebih cepat dengan fasilitas search engine yang disediakan oleh mesin wiki. Hal ini akan berdampak terhadap biaya operasional pabrik. Misalnya pabrik terjadi emergency shutdown, knowledge base wiki dapat membantu menemukan informasi yang dibutuhkan operator/engineer dengan cepat sehingga permasalahan diharpkan akan lebih cepat terselesaikan.
67
Gambar V.5 Peningkatan Harga Amonia Manfaat wiki diatas berhubungan dengan operasional pabrik dalam rangka meningkatkan efisiensi pabrik agar target produksi perusahaan tercapai. Biaya produksi pabrik amonia setiap tahun mengalami peningkatan (Gambar V.5), hal tersebut dipicu oleh harga gas alam yang terus meningkat. Dengan teknologi dan peralatan pabrik yang semakin tua, maka akan timbul permasalahan lebih banyak dalam pengoperasiannya. Oleh karena itu agar target produksi meningkat dengan biaya yang rendah, pabrik harus dioperasikan dengan lebih efisien, misalnya mempersingkat waktu shutdown karena permasalahan peralatan proses, transfer pengetahuan dan pengalaman antar operator/engineer agar semua personil, mempunyai kualitas yang lebih baik dalam pengoperasian pabrik, dan kolaborasi untuk membuat metode pengopersian pabrik yang efisien. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Ann Majchrzak, Christian Wagner, Dave Yates (WikiSym) pada tahun 2005, penggunaan wiki mempunyai manfaat bagi organisasi. Manfaat tersebut adalah membantu organisasi untuk mengidentifikasikan peluang bisnis baru, meningkatkan efisiensi kerja, sebagai alat kolaborasi dan penggunaan ulang suatu pengetahuan, dan memudahkan pekerja dalam melakukan tugasnya. Hasil survey WikiSym ditampilkan pada
68
Gambar V.6. Berbagai manfaat wiki diatas juga dapat diterapkan untuk industri kimia, misalnya untuk mengumpulkan pengetahuan tacit yang berada pada pegawainya. Pengetahuan tersebut merupakan aset persuahaan, namun jika tidak dituangkan dalam bentuk eksplisit akan terus melekat pada diri orang tersebut. Perusahaan juga dapat menggunakan knowledge base sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi perusahaan, untuk pengembangan produk (R&D), dan untuk efisiensi pabrik.
69
Gambar V.6 Hasil Survey Manfaat Wiki [Majchrzak,Wagner,Yates, 2005]
70