BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
5.1.1. Sejarah berdirinya perusahaan Kimia farma merupakan poineer dalam industri farmasi di Indonesia. Asal mula berdirinya perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1997, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp and Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasional bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi Bhineka Kimia Farma (PNF). Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001, Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di bursa efek Jakarta dan Surabaya (Sitepu, 2008). Berdasarkan atas tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia
yang kian memainkan
peranan penting dalam pengembangan, pembangunan bangsa dan masyarakat (Sitepu, 2008). Bisnis Kimia Farma meliputi antara lain: 1) Holding PT. Kimia Farma Terbuka (Tbk) dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 19/2003 tentag BUMN. PT. Kimia Farma Tbk, merupakan sebuah perusahaan
59 pelaayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu industri, marketing, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan. 2) Anak Perusahaan (1) PT. Kimia Farma Trading and Distribution Perusahaan ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003, dengan jalur usaha distribusi obat dan alat kesehatan. PT. Kimi Farma (Persero) Tbk. PT. Kimia Farma Trading Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak dibidang yang sama, yaitu perdagangan dan distribusi. Oleh karena itu pengalamannya bukan baru satu tahun, tetapi sama dengan umur PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sendiri. (2) PT. Kimia Farma Apotek Perusahaan ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi. PT. Kimia Farma Apotek mengelola sebanyak 323 apotek yang tersebar di seluruh tanah air, yang memimpin pasar di bidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek diseluruh Indonesia. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter serta menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek diokter, apotek dan OTC (swalayan) serta pelayanan informasi obat. Apotek kimia farma dipimpin oleh tenaga apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik. Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dengan pihak yang memilki jaringan luas. PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi. Untuk wilayah Bali Kimia Farma telah memiliki sebanyak 22 (dua puluh dua) apotek kimia farma dengan jumlah karyawan sebanyak 221 orang.
60 5.1.2. Visi, misi dan strategi apotek kimia farma Apotek kimia farma memiliki visi ”Menjadi Perusahaan Jaringan Layanan Farmasi yang Terkemuka di Indonesia”.
Sedangkan misi Kimia
Farma adalah : 1)
Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta memberikan jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan.
2)
Meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan berdasarkan prinsip GCG.
3)
Mengembangkan kompetensi dan komitmen sumber daya manusia (SDM) yang
lebih
profesional
untuk
meningkatkan
nilai
perusahaan
dan
kesejahteraan SDM. Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah diuraikan tersebut maka strategi yang dilakukan adalah: Cost Effectiveness dan Growth Profitabilitas. 5.1.3. Struktur organisasi Adapun struktur organisasi Apotek Kimia secara umum adalah seperti pada Gambar 5.1. Gambar 5.1 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma PIMPINAN APOTEKER PEDAMPING
SUPERVISOR
KOORDINATOR TEKNIS (PEMBELIAN)
KOORDINATOR TEKNIS (PERACIKAN)
Sumber : Apotek Kimia Farma
KOORDINATOR
PELAYANAN OBAT
KOORDINATOR LAYANAN PURNA JUAL
61 5.1.4
Pelayanan yang diberikan Pelayanan obat di Apotik Kimia Farma terdiri dari pelayanan resep dan non
resep (obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek atau OWA). Ada dua resep di apotek kimia farma yaitu resep untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Resep untuk pasien rawat jalan meliputi tunai dan kredit. Resep kredit adalah resep-resep yang diberikan untuk pasien JAMSOSTEK dan IKS (Ikatan Kerjasama). Dalam pelaksanaan pelayanan resep ini selalu berpedoman terhadap enam langkah prosedur layanan resep sebagai berikut. 1)
Penerimaan resep Yang dilakukan dalam penerimaan resep adalah : (1) Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep (2) Pemberian nomor resep (3) Penetapan harga (4) Pemeriksaan ketersediaan oabt (5) Perjanjian dan pembayaran
2)
Peracikan Yang dilakukan dalam proses peracikan adalah : (1) Penyiapan tiket/penandaan obat dan kemasan (2) Peracikan obat (hitung dosis-timbang-campur-kemas) (3) Penyajian hasil akhir peracikan (4) Pemeriksaan akhir
3)
Penyerahan obat dan pemberian informasi Yang dilakukan dalam penyerahan obat : (1) Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang: nama obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, cara simpan, efek samping yang mungkin timbul dan car mengatasinya. (2) Tanda terima pasien/penerima obat
4)
Layanan purna jual
62 Yang dilakukan dalam layanan purna jual yaitu : 1) Komunikasi dan informasi setiap waktu 2) Penggantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter
5.1.5
Uji validitas dan reliabilitas Instrumen penelitian yang berupa kuisioner, dapat memberikan data-data
sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan penelitian terhadap instrumen tersebut dengan uji validitas dan reliabilitas. Berikut penjelasan uji validitas dan reliabilitas 1) Uji validitas Pengujian terhadap validitas suatu instrument dalam penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tetap. Cara menentukan validitas adalah dengan melihat hasil skor setiap butir dengan skor total yang penjumlahan tiap skor butir. Menurut Masrum seperti yang dikutip Sugiyono (2003), syarat minimum untuk dapat memenuhi syarat validitas apabila korelasi antara skor butir dengan skor total adalah 0,3. Jadi kalau korelasi skor butir dengan skor totalnya kurang dari 0,3 maka intrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan uji validitas didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel
Penempatan (X1)
Butir Penempatan karyawan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki (X11) Penempatan karyawan sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki (X12). Penempatan karyawan sesuai dengan pengalaman kerja yang dimiliki (X13). Penempatan karyawan sesuai dengan minat yang dimiliki (X14).
Koefisien 0,678
Keterangan Valid
0,535
Valid
0,470
Valid
0,696
Valid
63 lanjutan Tabel 5.1
Kompensasi (X2)
Kesempatan Berprestasi (X3)
Komunikasi (X4)
Lingkungan Kerja (X5)
Semangat Kerja (Y)
Gaji yang saya terima adil sesuai dengan tingkat pendidikan (X21). Tunjangan yang saya terima adil sesuai dengan tanggung jawab (X22) Insentif yang saya terima adil sesuai dengan tanggung jawab (X23) Fasilitas yang disediakan adil sesuai dengan tanggung jawab (X24) Kesempatan mengikuti pendidikan jabatan (X31) terbuka secara luas dalam rangka untuk dapat dipromosikan pada suatu jabatan tertentu (X32). Kesempatan untu menyesuaikan ijazah (X33) Adanya intensitas komunikasi formal antar karyawan dalam hubungan kerja pada waktu jam kerja sering terjadi. (X41) Adanya komunikasi secara informal yang antar karyawan dalam hubungan kerja di luar jam kerja sering terjadi (X42) Ruang gerak di tempat kerja saya cukup leluasa (X51) Penataan ruang kerja teratur dengan rapi (X52). Ventilasi di ruang kerja saya baik (X53) Ruang kerja saya bebas dari suara bising yang berlebihan (X54) Ruang kerja saya selalu terlihat bersih (X55) Ruang kerja saya selalu nyaman (X56). Ruang kerja saya aman (X57) Saya selalu patuh pada jam kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan (Y1). Saya selalu patuh pada perintah dari atasan dalam melakukan pekerjaan (Y2). Saya selalu taat pada tata tertib yang diberlakukan di perusahaan (Y3). Saya selalu mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan (Y4). Saya puas melaksanakan tindakan bekerjasama dengan pegawai di bagian lain (Y5). Sala puas dengan menyumbangkan tenaga secara sukarela untuk melakukan pekerjaan yang di tugaskan (Y6). Saya sadar untuk saling membantu dalam melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan bersama (Y7) Saya merasa puas dapat menyelesaiakn pekerjaan yang bersifat menantang (Y8)
0,928
Valid
0,767
Valid
0,928
Valid
0,761
Valid
0,468 0,748
Valid Valid
0,749 0,726
Valid Valid
0,805
Valid
0,454 0,647 0,665 0,779
Valid Valid Valid Valid
0,697 0,552 0,876 0,485
Valid Valid Valid Valid
0,571
Valid
0,541
Valid
0,534
Valid
0,634
Valid
0,319
Valid
0,492
Valid
0,568
Valid
64 lanjutan Tabel 5.1 Saya merasa puas dapat mencari solusi terhadap masalah yang terjadi dalam pekerjaan (Y9). Saya merasa puas dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu (Y10) Saya merasa puas dapat menyelesaikan tugas tanpa harus diberitahu terlebih dahulu (Y11)
0,474
Valid
0,334
Valid
0,367
Valid
Sumber : Lampiran 4
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara skor batir dan skor total semuanya diatas 0,3 seingga dapat dikatakan bahwa semua butir pernyataan yang digunakan adalah valid. Dengan demikian semua indikator variabel yang digunakan dapat dianalisis lebih lanjut. 2) Uji reliabilitas instrumen Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran handal (reliabel) bila pengukuran dilakukan berulang-ulang. Tingkat reliabilitas dapat diukur dari nilai alpha cronbach. Semakin besar nilainya, maka akan semakin reliable. Tingkat reliabilitas pada umumnya dapat diterima sebesar 0,60. Intrumen yang reliabilitasnya dibawah 0,60 dianggap tidak reliable. Berdasarkan uji reliabilitas didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Butir
Penempatan (X1)
Penempatan karyawan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki (X11) Penempatan karyawan sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki (X12). Penempatan karyawan sesuai dengan pengalaman kerja yang dimiliki (X13). Penempatan karyawan sesuai dengan minat yang dimiliki (X14).
Cronbach’s Cronbach’s Alpha if Keterangan Alpha Item 0,846
0,758 0,758 0,889
0,859
Reliabel
65 lanjutan Tabel 5.2 Gaji yang saya terima adil sesuai dengan
0,734
tingkat pendidikan (X21). Tunjangan yang saya terima adil sesuai
0,860
Kompensasi dengan tanggung jawab (X22) Insentif yang saya terima adil sesuai dengan (X2)
0,734
tanggung jawab (X23) Fasilitas yang disediakan adil sesuai dengan
0,875
tanggung jawab (X24) Kesempatan mengikuti pendidikan jabatan
0,850
0,846
Reliabel
0,873
Reliabel
0,740
Reliabel
0,773
Reliabel
(X31)
Kesempatan terbuka secara luas dalam rangka untuk Berprestasi dapat dipromosikan pada suatu jabatan (X3)
0,700
tertentu (X32). Kesempatan untu menyesuaikan ijazah
0,700
(X33) Adanya intensitas komunikasi formal antar
0,750
karyawan dalam hubungan kerja pada
Komunikasi waktu jam kerja sering terjadi. (X41) Adanya komunikasi secara informal yang (X4)
0,745
antar karyawan dalam hubungan kerja di luar jam kerja sering terjadi (X42) Ruang gerak di tempat kerja saya cukup
0,798
leluasa (X51) Penataan ruang kerja teratur dengan rapi
0,752
(X52). Lingkungan Ventilasi di ruang kerja saya baik (X53) Ruang kerja saya bebas dari suara bising
Kerja (X5)
yang berlebihan (X54) Ruang kerja saya selalu terlihat bersih (X55) Ruang kerja saya selalu nyaman (X56). Ruang kerja saya aman (X57) Saya selalu patuh pada jam kerja yang telah
Semangat Kerja (Y)
ditentukan oleh perusahaan (Y1). Saya selalu patuh pada perintah dari atasan dalam melakukan pekerjaan (Y2). Saya selalu taat pada tata tertib yang diberlakukan di perusahaan (Y3).
0,745 0,715 0,738 0,771 0,681 0,873 0,868 0,837
66 lanjutan Tabel 5.2 Saya selalu mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan (Y4). Saya puas melaksanakan tindakan bekerjasama dengan pegawai di bagian lain (Y5). Sala puas dengan menyumbangkan tenaga secara sukarela untuk melakukan pekerjaan yang di tugaskan (Y6). Saya sadar untuk saling membantu dalam melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan bersama (Y7) Saya merasa puas dapat menyelesaiakn pekerjaan yang bersifat menantang (Y8) Saya merasa puas dapat mencari solusi terhadap masalah yang terjadi dalam pekerjaan (Y9). Saya merasa puas dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu (Y10) Saya merasa puas dapat menyelesaikan tugas tanpa harus diberitahu terlebih dahulu (Y11)
0,850
0,872
Reliabel
0,837
0,904
0,914
0,850 0,837
0,837 0,868
Sumbe : Lampiran 4 Berdasarkan data pada Tabel 5.2 nilai alpha cronbach untuk variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, lingkungan kerja dan semangat kerja karyawan berada diatas 0,60, ini berarti bahwa intrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliabel.
5.1.6
Karakteristik responden Karakteristik responden
yang diteliti dikaitkan dengan semangat kerja
karyawan Apotik Kimia Farma meliputi empat aspek yaitu: jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir, dan masa kerja. Kategori semangat kerja diukur dengan skor sebagai berikut: semangat kerja karyawan yang digolongkan rendah dengan skor (1,0 – 2,5) dan semangat kerja yang digolongkan tinggi dengan skor (2,6 – 4,0). Karakteristik responden tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1). Karakteristik responden menurut jenis kelamin
67 Karakteristik responden menurut jenis kelamin dikaitkan dengan semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali adalah seperti pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Semangat Kerja Karyawan Kimia Farma - Bali No. 1. 2.
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Total Sumber : Lampiran 3
Rendah (orang) 5 8 13
Semangat kerja Tinggi % (orang) 5,7 83 14,8 46 9,2 120
% 94,3 85,2 90,8
Total Jumlah (orang) 88 54 142
% 100,0 100,0 100,0
Berdasarkan data pada Tabel 5.3 dapat dinyatakan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki 5,7 persen semangat kerjanya rendah dan 94,3 persen semangat kerjanya tinggi, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan 14,8 persen semangat kerjanya rendan dan 85,2 persen semangat kerjanya tinggi. Apabila dilihat dari jenis kelamin responden maka dapat dinyatakan bahwa responden laki-laki mempunyai semangat kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden perempuan. 2). Karakteristik responden menurut umur Karakteristik responden dilihat dari aspek umur, dikelompokkan menjadi empat, yaitu dibawah 30 tahun, 30 sampai 40 tahun, 41 sampai 50 tahun dan diatas 50 tahun. Adapun distribusi responden menurut kelompok umur dikaitkan dengan semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali seperti pada Tabel 5.4.
68 Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Umur dan Semangat Kerja Karyawan Kimia Farma - Bali No.
Umur (Tahun)
1. 2. 3. 4.
< 30 30 – 40 41 – 50 > 50 Total Sumber : Lampiran 3
Rendah (orang) 3 2 8 0 13
Semangat Kerja Tinggi % (orang) 25,0 9 3,1 63 14,3 48 0,0 9 9,2 129
% 75,0 96,9 85,7 100,0 90,8
Total Jumlah (orang) 12 65 56 9 142
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Berdasarkan distribusi responden menurut kelompok umur dan semangat kerja seperti pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kelompok umur kurang dari 30 tahun 25,0 persen semangat kerjanya rendah dan 75,0 persen semangat kerjanya tinggi, kelompok umur 30 sampai dengan 40 tahun 3,1 persen semangat kerjanya rendah dan 96,9 persen semangat kerjanya tinggi, kelompok umur 41 sampai dengan 50 tahun 14,3 persen semangat kerjanya rendah dan 85,7 persen semangat kerjanya tinggi, dan kelompok umur di atas 50 tahun semuanya memiliki semangat kerjanya tinggi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sebagian besar (90,8 persen) semangat kerjanya karyawan Apotik Kimia di Bali adalah tinggi. Dari jumlah karyawan yang mempunyai semangat kerjanya tinggi sebagian merupakan karyawan yang berumur masih muda yaitu 30 sampai dengan 40 tahun. 3). Karakteristik responden menurut pendidikan Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir
dikaitkan
dengan semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Semangat Kerja Karyawan Kimia Farma - Bali No.
Tingkat
Semangat Kerja
Total
69
Pendidikan 1. 2. 3. 4.
Tamat SMA Diploma Sarjana Pascasarjana Total Sumber : Lampiran 3
Rendah (orang) 12 1 0 0 13
% 9.4 10.0 0.0 0.0 9.2
Tinggi (orang) 115 9 5 0 129
% 90.6 90.0 100.0 0.0 90.8
Jumlah (orang) 127 10 5 0 142
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Berdasarkan data pada Tabel 5.5 dapat dinyatakan bahwa semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma - Bali yang berpendidikan Tamat SLTA 9,4 persen memiliki semangat kerja rendah dan 90,6 persen memiliki semangat kerja tinggi, semangat kerja karyawan yang berpendidikan diploma 10,0 persen memiliki semangat kerja rendah dan 90,0 persen memiliki semangat kerja tinggi, karyawan yang berpendidikan sarjana semuanya memiliki semangat kerja tinggi dan tidak ada karyawan yang berpendidikan pascasarjana. 4). Karakteristik responden menurut masa kerja Karakteristik responden menurut masa kerja dikaitkan dengan semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja dan dan Semangat Kerja Karyawan Kimia Farma - Bali No. 1. 2. 3. 4.
Masa Kerja
Rendah (orang) 8 0 0 5 13
Semangat Kerja Tinggi % (orang) 100,0 0 0,0 13 0,0 42 6,3 74 9,2 129
%
Total Jumlah % (orang) 8 100,0 13 100,0 42 100,0 79 100,0 142 100,0
<5 0,0 6 - 10 100,0 11 - 15 100,0 16 - 20 93,7 Total 90,8 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan data pada Tabel 5.6 dapat dinyatakan bahwa responden yang memiliki masa kerja kurang atau sama dengan 5 tahun semuanya memiliki semangat kerja rendah, responden dengan masa kerja 6 sampai dengan 10 tahun semuanya memiliki semangat kerja tinggi, responden dengan masa kerja
11
sampai dengan 15 tahun semuanya memiliki semangat kerja tinggi dan responden
70 dengan masa kerja 16 sampai dengan 20 tahun sebanyak 6,3 persen memiliki semangat kerja rendah dan sebanyak 93,7 persen memiliki semangat kerja tinggi. Dari jumlah tersebut dapat pula dinyatakan bahwa sebagian besar karyawan yang memiliki semangat kerja tinggi memiliki masa kerja 16 – 20 tahun. 5.1.7
Analisis deskripsi variabel penelitian Deskripsi terhadap masing-masing variabel dilakukan dengan harapan
dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas terhadap masing-masing variabel tersebut.
Skor
jawaban
responden
terhadap
masing-masing
variabel
diklasifikasikan menjadi empat yaitu sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), sangat setuju (4). Penentuan distribusi frekuensi jawaban didasarkan pada nilai intervalnya, yaitu dicari dengan formula sebagai berikut.
Nilai tertinggi – Nilai terendah Interval = Jumlah kelas 4-1 Interval =
= 0,75 4
Untuk mengetahui kondisi variabel-variabel penelitian secara menyeluruh akan dilihat dari rata-rata skor dengan kriteria sebagai berikut: 1,00
-
1,75 =
Sangat tidak baik
1,76
-
2,50 =
Tidak baik
2,51
-
3,25 =
Baik
3,26
-
4,00 =
Sangat baik
1) Variabel penempatan karyawan Variabel penempatan karyawan dalam hal ini diukur dengan 4 pernyataan yang berkaitan dengan penempatan karyawan, dimana setiap pernyataan diukur dengan skala 1 – 4. Untuk jawaban yang sangat tidak setuju berskala 1, tidak setuju
71 berskala 2, setuju berskala 3 dan sangat setuju berskala 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat jawaban responden atas pernyataan tersebut seperti pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penempatan Karyawan Pada Apotik Kimia Farma - Bali No
Indikator
1.
Penempatan karyawan
STS 4
Frekuensi Jawaban TS S 8 93
SS 37
Jml Resp. 142
Jml Skor 447
RataRata 3.15
sesuai dengan tingkat pendidikan yang 2.
dimiliki (X11) Penempatan karyawan
4
4
101
33
142
447
3.15
5
8
111
18
142
426
3.00
19
67
43
13
142
334
2.35
sesuai dengan ketrampilan yang 3.
dimiliki (X12). Penempatan karyawan sesuai dengan pengalaman kerja yang
4.
dimiliki (X13). Penempatan karyawan sesuai dengan minat yang dimiliki (X14). Total Rata-Rata
11.65 2,91
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa secara umum jawaban ratarata yang diberikan responden pada butir pernyataan tentang penempatan adalah sebesar 2,91
yang nilainya sudah melebihi skor 2,5, ini berarti penempatan
karyawan yang telah dilakukan pada Apotik Kimia Farma dapat dikatakan baik.
2) Variabel kompensasi Variabel kompensasi dalam hal ini diukur dengan 4 pernyataan yang berkaitan dengan pemberian kompensasi, dimana setiap pernyataan juga diukur dengan skala 1 – 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa jawaban responden atas pernyataan tersebut seperti pada Tabel 5.8.
72
Tabel 5.8 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kompensasi Pada Kimia Farma - Bali No 1.
Indikator Gaji yang saya terima
STS 4
Frekuensi Jawaban TS S 22 106
SS 10
Jml Resp. 142
Jml Skor 406
RataRata 2.86
adil sesuai dengan tingkat pendidikan 2.
(X21). Tunjangan yang saya
5
26
101
10
142
400
2.82
4
22
107
9
142
405
2.85
4
41
87
10
142
387
2.73
terima adil sesuai dengan 3.
tanggung jawab (X22) Insentif yang saya terima adil sesuai dengan
4.
tanggung jawab (X23) Fasilitas yang disediakan adil sesuai dengan tanggung jawab (X24) Total Rata-Rata
11.25 2.81
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa secara umum jawaban ratarata yang diberikan responden pada butir pernyataan tentang kompensasi adalah sebesar 2,81 yang nilainya sudah melebihi skor 2,5, ini berarti kompensasi yang telah diberikan oleh Apotik Kimia Farma kepada karyawannya dapat dikatakan baik.
3) Variabel kesempatan berprestasi Variabel kesempatan berprestasi dalam hal ini diukur dengan 3 pernyataan yang berkaitan dengan kesempatan yang diberikan oleh manajemen untuk meningkatkan prestasinya, dimana setiap pernyataan juga diukur dengan skala 1 –
73 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat jawaban responden atas pernyataan tersebut seperti pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kesempatan Berprestasi pada Kimia Farma – Bali. No
Indikator
1.
Kesempatan mengikuti pendidikan
Frekuensi Jawaban STS TS S SS 4 15 86 37
Jml
Jml
Rata-
Resp. 142
Skor 440
Rata 3.10
2.
jabatan (X31) terbuka secara luas dalam rangka
4
25
88
25
142
418
2.94
4
14
100
24
142
428
3.01
untuk dapat dipromosikan pada 3.
suatu jabatan tertentu (X32). Kesempatan untu menyesuaikan ijazah (X33) Total Rata-Rata
9.06 3,19
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa secara umum jawaban ratarata yang diberikan responden pada butir pernyataan tentang kesempatan berprestasi adalah sebesar 3,19 yang nilainya sudah melebihi skor 2,5, ini berarti kesempatan untuk berprestasi yang diberikan manajemen Apotik Kimia Farma kepada karyawannya dapat dikatakan baik.
4) Variabel komunikasi Variabel komunikasi dalam hal ini diukur dengan 2 pernyataan yang berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan, dimana setiap pernyataan juga diukur dengan skala 1 – 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat jawaban responden atas pernyataan yang berkaitan dengan komunikasi seperti pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Komunikasi pada Kimia Farma - Bali No
Indikator
Frekuensi Jawaban
Jml
Jml
Rata-
74
1.
Adanya intensitas komunikasi
STS 5
TS 22
S 97
SS 18
4
45
79
14
Resp. 142
Skor 412
Rata 2.90
142
387
2.73
formal antar karyawan dalam hubungan kerja pada waktu jam 2.
kerja sering terjadi. (X41) Adanya komunikasi secara informal yang antar karyawan dalam hubungan kerja di luar jam kerja sering terjadi (X42) Total Rata-Rata
5.63 2,81
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa secara umum jawaban ratarata yang diberikan responden pada butir pernyataan tentang komunikasi adalah sebesar 2,81 yang nilainya melebihi skor 2,5, ini berarti bahwa komunikasi formal dan informal yang dilakukan karyawan dalam lingkungan kerja di Apotik Kimia Farma sudah baik. 5) Variabel lingkungan kerja Variabel lingkungan kerja dalam hal ini diukur dengan 7 pernyataan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan kerja, dimana setiap pernyataan juga diukur dengan skala 1 – 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat jawaban responden atas pernyataan kondisi kerja seperti pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Lingkungan Kerja Pada Kimia Farma - Bali No
Indikator
Frekuensi Jawaban STS TS S SS 5 40 93 4
Jml
Jml
Rata-
Resp. 142
Skor 380
Rata 2.68
1.
Ruang gerak di tempat kerja saya
2.
cukup leluasa (X51) Penataan ruang kerja teratur dengan
4
56
77
5
142
367
2.58
3.
rapi (X52). Ventilasi di ruang kerja saya baik
4
80
54
4
142
342
2.41
4.
(X53) Ruang kerja saya bebas dari suara
4
32
79
9
142
341
2.40
5.
bising yang berlebihan (X54) Ruang kerja saya selalu terlihat bersih
5
46
87
4
142
374
2.63
75
6. 7.
(X55) Ruang kerja saya selalu nyaman (X56). Ruang kerja saya aman (X57) Total Rata-Rata
15
64
50
13
142
345
2.43
5
41
91
5
142
380
2.68 17.81 2,54
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dinyatakan bahwa secara umum jawaban rata-rata yang diberikan responden pada butir pernyataan tentang lingkungan kerja Apotik Kimia Farma adalah sebesar 2,54 yang nilainya sudah melebihi skor 2,5, ini berarti bahwa lingkungan kinerja pada apotik Kimia Farma sudah baik. 6) Variabel semangat kerja Variabel semangat kerja dalam hal ini diukur dengan 11 pernyataan yang berkaitan dengan semangat kerja karyawan yang diukur berdasarkan indikator ; disiplin, kerjasama dan kepuasan, dimana setiap pernyataan juga diukur dengan skala 1 – 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat jawaban responden atas pernyataan tersebut seperti pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Semangat Kerja Pada Kimia Farma - Bali No
Indikator
1.
Disiplin Saya selalu patuh pada jam kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan (Y1). Saya selalu patuh pada perintah dari atasan dalam melakukan pekerjaan (Y2). Saya selalu taat pada tata tertib yang diberlakukan di perusahaan (Y3). Saya selalu mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan (Y4). Kerjasama Saya puas melaksanakan tindakan bekerjasama dengan pegawai di
2.
Frekuensi Jawaban STS TS S SS
Jml Resp.
Jml Skor
RataRata
4
5
102
31
142
444
3.13
4
5
110
23
142
436
3.07
5
5
114
18
142
429
3.02
5
5
114
18
142
429
3.02
5
32
85
20
142
404
2.85
76
3.
bagian lain (Y5). Sala puas dengan menyumbangkan tenaga secara sukarela untuk melakukan pekerjaan yang di tugaskan (Y6). Saya sadar untuk saling membantu dalam melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan bersama (Y7) Kepuasan Saya merasa puas dapat menyelesaiakn pekerjaan yang bersifat menantang (Y8) Saya merasa puas dapat mencari solusi terhadap masalah yang terjadi dalam pekerjaan (Y9). Saya merasa puas dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu (Y10) Saya merasa puas dapat menyelesaikan tugas tanpa harus diberitahu terlebih dahulu (Y11) Total Rata-Rata
4
28
105
5
142
395
2.78
5
4
90
43
142
455
3.20
4
14
119
5
142
409
2.88
4
5
124
9
142
422
2.97
4
4
111
23
142
437
3.08
4
5
111
22
142
435
3.06
33.06 3.01
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan data pada Tabel 5.12 dapat dinyatakan bahwa secara umum jawaban rata-rata yang diberikan responden pada butir pernyataan tentang semangat kerja karyawan adalah sebesar 3,01 yang nilainya sudah melebihi skor 2,5, ini berarti semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma sudah baik. Namun demikian semangat kerja karyawan harus terus ditingkatkan.
5.1.8
Analisis regresi linier berganda Dalam melakukan
pengujian hipotesis harus dilakukan terlebih dahulu
penentuan model analisis. Hal ini disebabkan karena model analisis yang sesuai akan menentukan suatu pengujian hipotesis. Model yang tidak sesuai dengan pengamatan serta landasan teori akan mengakibatkan keputusan hipotesis tersebut
77 tidak dapat dianalisis dengan benar. Dalam suatu penelitian, model analisis harus ditetapkan dan bersumber pada suatu persamaan fungsional dasar yaitu : Y = f (X1, X2, X3, X4, X4) Dimana Y
= Semangat kerja
X1 = Penempatan X2 = Kompensasi X3 = Kesempatan berprestai X4 = Komunikasi X5 = Lingkungan kerja Persamaan dasar tersebut di atas akan diwujudkan dalam bentuk regresi berganda. Dimana persamaan awal tersebut adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5 +e Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15.00, maka dapat dilakukan analisis berdasarkan data yang termuat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Penempatan (X1) Kompensasi (X2) Kesempatan Berprestasi (X3) Komunikasi (X4) Lingkungan Kerja (X5) Konstanta Adj. R Square R Square Sumber : Lampiran 6
Koefisien Korelasi 0,526 0,163 0,035 0,031 0,163 4,861 : 0,747 : 0,756
Stand.of t hitung Error 0,179 7,213 0,216 2,923 0,190 2,408 0,253 2,362 0,120 2,925 1,273 3,819 F : 84,389
Sig t 0,000 0,050 0,049 0,042 0,040 0,000
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut : Y = 4,861 + 0,526X1+0,163X2+0,035X3+0,031X4+0,163X5
78
5.1.9
Uji asumsi klasik Secara statistik, model persamaan regresi yang diajukan beserta hasil
pengujian hipotesisnya dapat dikatakan memenuhi syarat dalam arti eratnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Serta harus memenuhi asumsi klasik antara lain; normalitas, bebas dari multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Uji tersebut sudah terpenuhi dengan bukti sebagai berikut. 1) Uji normalitas Uji normalitas data merupakan suatu uji statistik untuk menentukan apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Bila data setiap variabel tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis tidak dapat menggunakan statistic parametrik. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan kualitatif dengan menggunakan grafik histogram atau secara kuantitatif menggunakan KolmogorovSemirnov dan chi square (Wibisono, 2003). Dalam penelitian ini normalitas data diuji dengan grafik histogram. Dari lampiran 7 dapat dilihat bahwa untuk masingmasing data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dengan menggunakan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S) diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.505 dan tidak signifikan pada 0.102 hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. 2) Uji multikolinieritas Adanya multikolinieritas sempurna, akan berakibat bahwa koefisien regresi tidak dapat ditentukan serta standar deviasi akan menjadi tak terhitung. Jika multikolinieritas tidak sempurna, maka koefisien regresi meskipun beringga akan mempunyai standar deviasi yang besar yang berarti pula koefisien-koefisiennya
79 tidak dapat ditaksirkan dengan mudah. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0 maka dapat diketahui ada tidaknya multikolinieritas antara variabel bebas dengan melihat Varian Infation Factor (VIF) dan Tolerance. Kriteria pengujian untuk VIF jika nilai berkisar antara 1 – 10 dan angka Tolerance > 0,1 sampai < 1, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2005). Tabel 5.14 Hasil Uji Multikolinieritas No. Variabel 1 Penempatan karyawan (X1) 2 Kompensasi (X2) 3 Kesempatan berprestasi (X3) 4 Komunikasi (X4) 5 Lingkungan kerja (X5) Sumber : Lampiran 7
Tolerance 0,331 0,191 0,354 0,479 0,230
Dari hasil pengujian pada Tabel 5.14
VIF 3,023 5.224 2.822 2,090 4,353
menunjukkan tidak ada
gejala
multikolinieritas karena pada masing-masing nilai tolerance > 0,1 sampai < 1, serta VIF variabel bebas ada diantara 1 – 10. 3) Uji heteroskedastisitas Uji asumsi regresi berganda heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
heteroskedastisitas, yaitu p > 0,05. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejer, dengan cara meregresikan nilai absolut residual dari variabel terikat terhadap semua variabel bebas (Ghozali, 2005).
Apabila
probabilitas semua variabel bebas tidak ada yang signifikan atau lebih besar dari 0,05 berarti persamaan regresi tersebut tidak mengandung heteroskedastisitas. Sebaliknya jika probabilitas variabel bebas lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05
80 berarti
persamaan
regresi
mengandung
heteroskedastisitas.
Hasil
uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini, dapat dilihat hasil perhitungan seperti pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas No. Variabel 1 Penempatan karyawan (X1) 2 Kompensasi (X2) 3 Kesempatan berprestasi (X3) 4 Komunikasi (X4) 5 Lingkungan kerja (X5) Sumber : Lampiran 7
Sig 0,566 0,399 0,825 0,468 0,683
Berdasarkan hasil pengujian seperti pada Tabel 5.15. menunjukkan tidak adanya gejala heteroskedastisitas karena pada masing-masing variabel bebas nilai signifikansinya > 0,05. Oleh karena semua uji asumsi klasik sudah dipenuhi dalam penelitian ini, maka analisis statistik inferensial atau statistik parametrik dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda dapat diteruskan dengan hasil yang diperoleh sepeti pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16 Nilai Koefisien Regresi Linier Berganda Variabel Penelitian Konstanta Penempatan (X1) Kompensasi (X2) Kesempatan Berprestasi (X3) Komunikasi (X4) Lingkungan Kerja (X5) R = 0,870 R Square = 0,756 F = 84,389
Koefisien Korelasi
Stand.of Error
t hitung
Sig t
4,861 0,526 0,163 0,035 0,031 0,163
1,273 0,179 0,216 0,190 0,253 0,120
3,819 7,213 2,923 2,408 2,362 2,925
0,000 0,000 0,050 0,049 0,042 0,040
Sig = 0,000 Adj. R Square = 0,747
81 Sumber : Lampiran 6 Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 5.16 maka dapat disusun persamaan regresinya adalah sebagai berikut. Y = 4,861 + 0,526X1+0,163X2+0,035X3+0,031X4+0,163X5 Berdasarkan persamaan tersebut dapat disampaikan bahwa konstanta 4,86 berarti semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali cukup tinggi, tetapi perlu ditingkatkan lagi.
5.1.10 Uji hipotesis pertama Uji hipotesis ini sesuai dengan permasalahan pertama yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah variabel penempatan (X1), kompensasi (X2), kesempatan berprestasi (X3), komunikasi (X4) dan lingkungan kerja kinerja (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali.
Untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan
tersebut, dapat dilihat hasil perhitungan SPSS (Lampiran 6). Untuk membuktikan hipotesis pertama yang diduga bahwa secara simultan variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestai, komunikasi dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali, maka diuji dengan menggunakan uji F. Nilai F diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut : 1) Formula hipotesis Ho : β1=β2=β3=β4=β5
=
0, Variabel penempatan, kompensasi, kesempatan
berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja secara simultan tidak
82 berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Hi : β1,β2,β3,β4,β5
> 0, Variabel penempatan, kompensasi, kesempatan
berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. 2) Menentukan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah (α) = 5 persen dengan derajat kebebasan df (k-1);(n-k) = df (6-1);(142-6). Jadi nilai F tabel pada taraf nyata 5 persen adalah 2,26
3) Kriteria keputusan Ho diterima jika : F hitung < F tabel Ho ditolak jika : F hitung > F tabel 4) Hasil uji F dengan bantuan program SPSS menghasilkan nilai F hitung sebesar 84,389. 5) Kesimpulan / keputusan Hasil menunjukkan bahwa nilai F
hitung
> F
tabel
maka dapat disimpulkan Ho
ditolak. Ini berarti variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali. Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau teruji kebenarannya.
Dari hasil perhitungan determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,756 (lampiran 6), hal ini berarti bahwa 75,6 persen semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali dijelaskan oleh variasi penempatan (X1), kompensasi (X2),
83 kesempatan berprestasi (X3), komunikasi (X4) dan lingkungan kerja (X5) dan sisanya 24,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Koefisien korelasi berganda R sebesar 0,870
memberikan arti
bahwa hubungan antara semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali dengan kelima variabel bebas dalam hal ini penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja adalah kuat atau tinggi karena R lebih besar dari 0,800 (Sugiyono, 1999 dan Arikunto, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mudiartha (2005), dengan judul penelitian ”Bebeberapa Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan Kantor Rektorat Universitas Udayana”, menyatakan bahawa faktor penempatan, kompensasi, komunikasi, kesempatan berprestasi dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Dengan demikian dapat dikatakan ada kesamaan hasil yang diperoleh dimana variabel bebasnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap semangat kerja karyawan, namun dalam penelitiannya variabel yang berpengaruh dominan adalah komunikasi sedangkan dalam penelitian ini variabel yang berpengaruh dominan adalah adalah penempatan. 5.1.11 Uji hipotesis kedua Untuk membuktikan hipotesis kedua yang diduga bahwa masing-masing variabel yaitu: penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali, maka diuji dengan menggunakan uji t atau berdasarkan tingkat signifikansi / probabilitas koefisien regresi yang diperoleh seperti pada Tabel 5.17. Tabel 5.17
84 Nilai Signifikansi Koefisien Regresi Penempatan, Kompensasi, Kesempatan Berprestasi, Komunikasi dan Lingkungan Kerja Variabel Penelitian Penempatan (X1) Kompensasi (X2) Kesempatan Berprestasi (X3) Komunikasi (X4) Lingkungan Kerja (X5) Sumber : Lampiran 6
t hitung 7,213 2,923 2,408 2,362 2,925
Sig 0,000 0,050 0,049 0,042 0,040
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
1). Pengaruh variabel penempatan (X1) terhadap variabel semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. (1) Perumusan hipotesis Ho : β1 = 0 artinya, variabel penempatan (X1) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. Hi : β1 > 0 artinya, variabel penempatan (X1) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. (2) Taraf nyata Menentukan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalag (α:5) = 5 persen dengan Degree of Freedom (df) = (n-k) untuk menentukan t tabel dan menggunakan uji satu sisi. Jadi nilai t tabel pada taaraf nyata 5 persen dengan df = 142 – 6 = 136 adalah sebesar 1,960. (3) Kriteria keputusan Ho diterima jika : t hitung < t tabel Ho ditolak jika : t hitung > t tabel (4) Hasil uji dengan bantuan program SPSS menghasilkan nilai t hitung sebesar 7,213
85 (5) Kesimpulan / keputusan Hasil menunjukkan bahwa nilai t
hitung
>t
tabel
sehingga dapat disimpulkan
Ho ditolak. Ini berarti variabel penempatan (X1) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau teruji kebenarannya. 2). Pengaruh variabel kompensasi (X2) terhadap variabel semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. (1) Perumusan hipotesis Ho : β2 = 0 artinya, variabel kompensasi (X2) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. Hi : β2 > 0 artinya, variabel kompensasi (X2) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. (2) Taraf nyata Menentukan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalag (α:5) = 5 persen dengan Degree of Freedom (df) = (n-k) untuk menentukan t tabel dan menggunakan uji satu sisi. Jadi nilai t tabel pada taaraf nyata 2,5 persen dengan df = 142 – 6 = 136 adalah sebesar 1,960. (3) Kriteria keputusan Ho diterima jika : t hitung < t tabel Ho ditolak jika : t hitung > t tabel (4) Hasil uji dengan bantuan program SPSS menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,923 (5) Kesimpulan / keputusan
86 Hasil menunjukkan bahwa nilai t
hitung
< t
tabel
sehingga dapat disimpulkan
Ho ditolak. Ini berarti kompensasi (X2) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau teruji kebenarannya 3). Pengaruh variabel kesempatan berprestasi (X3) terhadap variabel semangat kerja (Y) karyawan Kimia Farma di Bali. (1) Perumusan hipotesis Ho : β3 = 0 artinya, variabel kesempatan berprestasi (X3) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja (Y) karyawan Apotik Kimia Farma. Hi : β3 > 0 artinya, variabel kesempatan berprestasi (X3) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kinerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. (2) Taraf nyata Menentukan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah (α:5) = 5 persen dengan Degree of Freedom (df) = (n-k) untuk menentukan t tabel dan menggunakan satu sisi. Jadi nilai t
tabel
pada taaraf nyata 5 persen
dengan df = 142 – 6 = 136 adalah sebesar 1,960. (3) Kriteria keputusan Ho diterima jika : t hitung < t tabel Ho ditolak jika : t hitung > t tabel (4) Hasil uji dengan bantuan program SPSS menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,408 (5) Kesimpulan / keputusan Hasil menunjukkan bahwa nilai t
hitung
>t
tabel
sehingga dapat disimpulkan
Ho ditolak. Ini berarti variable kesempatan berprestasi (X3) berpengaruh
87 positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau teruji kebenarannya. 4). Pengaruh variabel komunikasi (X4) terhadap variabel semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. (1) Perumusan hipotesis Ho : β4 = 0 artinya, variabel komunikasi (X4) tidak berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. Hi : β4 > 0 artinya, variabel komunikasi (X4) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. (2) Taraf nyata Menentukan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalag (α:5) = 5 persen dengan Degree of Freedom (df) = (n-k) untuk menentukan t tabel dan menggunakan uji satu sisi. Jadi nilai t tabel pada taaraf nyata 5 persen dengan df = 142 – 6 = 136 adalah sebesar 1,960. (3) Kriteria keputusan Ho diterima jika : t hitung < t tabel Ho ditolak jika : t hitung > t tabel (4) Hasil uji dengan bantuan program SPSS menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,362 (5) Kesimpulan / keputusan Hasil menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak. Ini berarti variable komunikasi (X4) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan (Y) Apotik
88 Kimia Farma. Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau teruji kebenarannya. 5). Pengaruh variabel lingkungan kerja fisik (X5) terhadap variabel semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. (1) Perumusan hipotesis Ho : β5 = 0 artinya, variabel lingkungan kerja fisik (X5) tidak berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. Hi : β5 > 0 artinya, variabel lingkungan kerja fisik (X5) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan (Y) Apotik Kimia Farma. (2)
Taraf nyata
Menentukan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah (α:5) = 5 persen
dengan
Degree of Freedom (df) = (n-k) untuk
menentukan t tabel dan menggunakan uji satu sisi. Jadi nilai t
tabel
pada
taaraf nyata 5 persen dengan df = 142 – 6 = 136 adalah sebesar 1,960. (3)
Kriteria keputusan
Ho diterima jika : t hitung < t tabel Ho ditolak jika : t hitung > t tabel (4) Hasil uji dengan bantuan program SPSS menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,925 (5)
Kesimpulan / keputusan
Hasil menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak. Ini berarti variable lingkungan kerja fisik (X5) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan
89 (Y) Apotik Kimia Farma. Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau teruji kebenarannya. 5.1.12 Variabel bebas yang berpengaruh dominan Untuk mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan maka diuji dengan menggunakan Standardized Coefficients Beta tertinggi. Hasil uji terlihat seperti pada Tabel 5.18. Tabel 5.18 Standardized Coefficients Beta Penempatan, Kompensasi, Kesempatan Berprestasi, Komunikasi dan Lingkungan Kerja Fisik .Variabel Penelitia
Koefisien Beta
Rangking
0,531 0,186 0,029 0,022 0,170
I II IV V III
Penempatan (X1) Kompensasi (X2) Kesempatan Berprestasi (X3) Komunikasi (X4) Lingkungan Kerja Fisik (X5) Sumber : Lampiran 5
Dengan melihat hasil standardized coefficient beta dari masing-masing variabel bebas tersebut dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh dominan terhadap semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma adalah penempatan (X1 dengan ditunjukkan oleh koefisien beta tertinggi yakni sebesar 0,531. 5.2
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis deskriptif serta pengujian hipotesis, maka pada
bagian ini dapat dibahas hasil dari perhitungan yang telah dilakukan terhadap jawaban responden sebagai berikut. 5.2.1 Pengaruh secara simultan variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali Hasil
analisis
data
secara
statistik
membuktikan
bahwa
variabel
penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan
90 Apotik Kimia Farma di Bali. Dari hasil perhitungan determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,756 hal ini berarti bahwa 75,6 persen semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma di Bali dijelaskan oleh variasi penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja dan sisanya 24,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Koefisien korelasi berganda R sebesar 0,870 memberikan arti bahwa hubungan antara semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali dengan kelima variabel bebas dalam hal ini penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja adalah kuat atau tinggi karena R lebih besar dari 0,800 (Sugiyono, 1999 dan Arikunto, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mudiartha (2005), dengan judul penelitian ”Bebeberapa Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan Kantor Rektorat Universitas Udayana”, menyatakan bahawa faktor penempatan, kompensasi, komunikasi, kesempatan berprestasi dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Dengan demikian dapat dikatakan ada kesamaan hasil yang diperoleh dimana variabel bebasnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap semangat kerja karyawan, namun dalam penelitiannya variabel yang berpengaruh dominan adalah komunikasi sedangkan dalam penelitian ini variabel yang berpengaruh dominan adalah adalah penempatan. 5.2.2 Pengaruh secara parsial variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. 1). Pengaruh variabel penempatan terhadap variabel semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali.
91 Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa variabel penempatan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Besarnya pengaruh variabel penempatan terhadap semangat kerja ditunjukkan oleh nilai standardized regression weight sebesar 0,531. Ini berarti bahwa semakin bagus proses penempatan karyawan di Kimia Farma maka semakin bagus semangat kerja yang akan tercipta. Berkaitan
dengan
penempatan
maka
Sastrohadiwiryo
(2002),
menyatakan bahawa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penempatan tenaga kerja adalah: prestasi akademik, pengalaman, kesehatan fisik dan mental, status perkawinan, dan usia karyawan. Nainggolan (1985), menyatakan yang harus dipertimbangkan dalam penempatan karyawan dalam suatu jabatan adalah penilaian pelaksanaan pekerjaan, keahlian, minat, daftar urut kepangkatan, kesetiaan, pengalaman, dapat dipercaya, dan kemungkinan pengembangan. Sedangkan Tohardi (2002), menyatakan bahwa dalam menempatkan
atau
memberi
pekerjaan
kepada
karyawan
perlu
dipertimbangkan banyak hal yang melekat pada dirinya, sehingga penempatan tersebut akan memberi nilai tambah baik bagi karyawan maupun bagi perusahaan. 2). Pengaruh variabel kompensasi terhadap variabel semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan
Kimia Farma di Bali. Besarnya pengaruh variabel kompensasi terhadap semangat kerja ditunjukkan oleh nilai standardized regression weight sebesar
92 0,186. Ini berarti bahwa semakin bagus pemberian kompensasi karyawan di Kimia Farma maka semakin bagus semangat kerja yang akan tercipta. Berkaitan dengan kompensasi Namawi (1997), menyatakan bahwa penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) kompensasi langsung, disebut gaji atau upah yang dibayarkan secara tetap dengan tenggang waktu yang tetap; (2) kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian keuntungan bagi para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat berupa uang atau barang, misalnya tunjangan hari raya; dan (3) insentif adalah penghargaan yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitasnya tinggi. 3). Pengaruh variabel kesempatan berprestasi terhadap variabel semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Hasil
analisis
menunjukkan
bahwa
variabel
kesempatan
berprestasi
berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma. Besarnya pengaruh variabel kesempatan berprestasi terhadap semangat kerja ditunjukkan oleh nilai standardized regression weight sebesar 0,029. Ini berarti bahwa semakin bagus kesempatan berprestasi pada karyawan di Kimia Farma maka semakin bagus semangat kerja yang akan tercipta. 4). Pengaruh variabel komunikasi terhadap variabel semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa variable komunikasi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma. Besarnya pengaruh variabel komunikasi terhadap
93 semangat kerja ditunjukkan oleh nilai standardized regression weight sebesar 0,022. Ini berarti bahwa semakin bagus komunikasi antara karyawan di Kimia Farma maka semakin bagus semangat kerja yang akan tercipta. 5). Pengaruh variabel lingkungan kerja terhadap variabel semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa variable lingkungan kerja fisik berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma. Besarnya pengaruh variabel lingkungan kerja fisik terhadap semangat kerja ditunjukkan oleh nilai standardized regression weight sebesar 0,170. Ini berarti bahwa semakin bagus lingkungan kerja fisik yang ada di Kimia Farma maka semakin bagus semangat kerja yang akan tercipta. 5.3
Implikasi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian maka implikasi dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut. 1) Semangat kerja karyawan Apotik Kimia Farma, perlu ditingkatkan terutama dalam hal; (1) kerjasama (menyumbangkan tenaga secara sukarela untuk melakukan pekerjaan yang di tugaskan, melaksanakan tugas atau tindakan bekerjasama dengan pegawai di bagian lain), (2) kepuasan (merasa puas dapat menyelesaiakn pekerjaan yang bersifat menantang, merasa puas dapat mencari solusi atau pemecahan masalah yang terjadi dalam pekerjaan) 2) Penempatan karyawan Apotik Kimia Farma, perlu diperbaiki terutama dalam hal; penempatan atau penugasan karyawan sesuai dengan minat yang dimiliki.
94 3) Dalam upaya meningkatkan semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali, maka manajemen perlu memperhatikan: kompensasi karyawan Apotik Kimia Farma, terutama dalam hal menyediakan fasilitas yang adil sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dan pemberian tunjangan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab; lingkungan kerja pada Apotik Kimia Farma terutama dalam hal
ruang kerja, ventilasi dan
kenyamanan ruang kerja; kesempatan
berprestasi karyawan Apotik Kimia Farma, terutama dalam hal member kesempatan untu menyesuaikan ijazah yang diperoleh; dan komunikasi antar karyawan Apotik Kimia Farma, terutama dalam hal
komunikasi secara
informal yang efektif dan intensitas komunikasi antar karyawan dalam hubungan kerja di luar jam kerja. 5.4
Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, disadari bahwa temuan yang dihasilkan
belum sepenuhnya memberikan jawaban atau pemecahan masalah secara menyeluruh dalam usaha meningkatkan semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali, karena adanya keterbatasan-keterbatasan antara lain. 1) Penelitian ini hanya mengukur kesesuaian penempatan atau penugasan karyawan dengan minat karyawan secara umum, sementara dalam kebijakan atau keputusan penempatan karyawan, minat karyawan ada kalanya berbeda untuk lokasi/wilayah kerja, jabatan dan pendidikan. Demikian pula evaluasi kesesuaian jabatan tidak dihubungkan dengan latar belakang pendidikan yang terbukti mempengaruhi semangat kerja maupun kepuasan kerja. 2) Pemberian tunjangan masih bersifat umum, belum dikaitkan dengan jenis dan nilainya.
95 3) Pemberian insentif belum dikaitkan dengan tanggung jawab dan kinerja karyawan. 4) Dalam penelitian, data kecukupan insentif tidak diukur dalam hubungannya dengan tanggung jawab dan kinerja karyawan.