46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Sejarah singkat rumah sakit BaliMed Sebanyak lima puluh tujuh dokter spesialis dari berbagai cabang ilmu
kedokteran bergabung mendirikan sarana pelayanan kesehatan yang mampu menyediakan fasilitas perawatan dan penunjang medis dalam satu atap. Berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar Nomor : 445/03.RS.02.VII.08/Dikes, didirikan dan diresmikan Rumah Sakit BaliMéd pada tanggal 8 Januari 2008, dengan kepemilikan saham oleh Badan Hukum PT. BDM sesuai atas Akte Pendirian Notaris No. 128, tanggal 29 Maret 2007. Pada akte pendirian tersebut dijelaskan Rumah Sakit BaliMéd diselenggarakan sebagai rumah sakit umum, dengan tipe C. Motto Rumah Sakit BaliMéd adalah ”Care With Integrity and Safety” yang berarti memberikan pelayanan medis dengan integritas diri yang jujur, dan bekerja penuh nilai profesionalisme di setiap individu yang ada di Rumah Sakit BaliMed.
Visi Rumah Sakit BaliMed adalah menjadi Rumah Sakit keluarga
pilihan dan terdepan dalam pelayanan medis yang berkualitas cepat, profesional, rasional dan aman. Misi rumah sakit BaliMed adalah sebagai berikut. 1) Memberikan pelayanan dengan standar kualitas tertinggi di seluruh elemen rumah sakit yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
47
2) Menciptakan suasanan serta hubungan kerja yang harmonis, dinamis, inovatif dan informatif antar elemen rumah sakit, pasien dan keluarga pasien. 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pelayanan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. 4) Meningkatkan kemampuan atau kompetensi tenaga medis dan paramedis
dengan pelatihan atau training, sehingga mampu memberikan keamanan pada penderita. 5) Menjalin kerjasama vertikal dan horisontal dengan intuisi pelayanan kesehatan lainnya di dalam maupun luar negeri dalam berbagai bentuk kegiatan. 5.1.2
Produk rumah sakit BaliMed Rumah Sakit BaliMed memiliki beberapa produk yang dikategorikan
melalui jenis pelayanan, fasilitas perawatan, fasilitas perawatan khusus, dan sarana penunjang.
5.1.2.1
Jenis pelayanan
1) Pelayanan 24 jam Jenis pelayanan 24 jam yang diberikan rumah sakit BaliMed antara lain Unit Gawat Darurat (UGD), Laboratorium, Farmasi, Ambulance, CT-Scan, USG 4 dimensi, Radiologi (Caudografi dan Myelografi).
2) Pelayanan spesialis Pelayanan spesialis ditangani oleh dokter konsultan dan spesialis yang bertugas di Rumah Sakit BaliMed dan poliklinik spesialis buka pagi dan sore
48
hari. Adapun pelayanan spesialis meliputi Penyakit Dalam dan Sub Spesialis, Jantung dan Pembuluh Darah, Anak, Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Bedah dan Sub Spesialis ( Digestif, Ortopedi, Urologi, Thorax & Cardiovaskuler, Saraf, Plastik ), Anasthesi dan Re-aminasi, Saraf, Gigi dan Mulut, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan (THT), Dokter Gigi atau Ahli Bedah Mulut, Paru, Kulit dan Kelamin, dan Endoscopy.
3) Fasilitas perawatan Fasilitas perawatan yang ada di rumah sakit BaliMed antara lain Paviliun Cendana ( Lantai 4 ) yang memiliki ruang perawatan Cendana Suite sebanyak 4 kamar, ruang perawatan Cendana Executive dengan 24 kamar. Paviliun Cempaka ( Lantai 3 ) memiliki ruang Cempaka VIP A dengan 12 kamar, Cempaka VIP B dengan 19 kamar, dan Cempaka Kelas I dengan 5 kamar. Paviliun Canigara ( Lantai 2 ) memiliki Canigara Kelas II dengan 12 kamar, dan Canigara Kelas III dengan 2 kamar. Fasilitas perawatan bayi antara lain Ruang Bayi Terpadu yang memiliki Ruang Bayi Sehat, Ruang Bayi Infeksi, Ruang Bayi Resti, Ruang Pojok Laktasi. Terdapat pula Intermediate Care, One Day Care unit.
Ruang Perawatan Intensif yang ada di rumah sakit
BaliMed antara lain ICU, ICCU, NICU, PICU
4) Sarana penunjang Sarana penunjang lainya yang ada di rumah sakit BaliMed antara lain ATM dan Bank (BPD Bali), Hot Spot Area, Salon & Spa, Mini Resto (Bali Bakery), 24 h Mini Mart, Executive Lounge, Helipad.
49
5.1.3
Struktur organisasi rumah sakit BaliMed Struktur organisasi rumah sakit BaliMed yang baru diberlakukan mulai 1
Mei 2010 (lampiran 5) terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut. 1) Direktur
bertugas
memimpin
dan
menjalankan
seluruh
kegiatan
operasional rumah sakit. 2) Komite medik bertugas mengurus dokter yang bekerja di rumah sakit BaliMed, mengawasi standar pelayanan medis yang dilakukan di rumah sakit BaliMed, mengarahkan dan mengawasi semua aktivitas yang dilakukan satuan medis fungsional (SMF) yang ada, dan memberikan masukan kepada direktur rumah sakit tentang kegiatan medis yang perlu dilakukan. 3) Komite keperawatan bertugas mengurus semua perawat yang bekerja di rumah sakit Balimed, mengawasi standar keperawatan yang dilakukan, mengawasi semua kegiatan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit BaliMed, dan memberi masukan kepada direktur yang berkaitan dengan keperawatan. 4) Wakil direktur pelayanan medik menjalankan, mengkoordinasikan dan mengawasi bagian yang berhubungan dengan pelayanan medis. Wakil direktur pelayanan medik membawahi kepala devisi pelayanan medik dan kepala devisi keperawatan dengan tugas sebagai berikut. (1)
Kepala
devisi
pelayanan
medik
bertugas
menjalankan,
mengkoordinasikan, dan mengawasi bagian pelayanan medik dan bagian punjang medik.
50
(2)
Kepala
devisi
keperawatan
bertugas
menjalankan,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelayanan keperawatan rawat jalan dan rawat inap yang dilakukan di rumah sakit BaliMed. 5) Wakil direktur umum dan keuangan bertugas menjalankan kegiatan yang bersifat umum di luar medis, yang dilakukan di rumah sakit BaliMed. Menjalankan dan mengawasi pelaksanaan perekrutan, pemberian pelatihan, dan penilaian kinerja karyawan rumah sakit BaliMed serta melaksanakan dan mengawasi kegiatan keuangan. Wakil direktur umum dan sumber daya manusia membawahi beberapa kepala devisi yang bertugas sebagai berikut. (1)
Kepala devisi umum dan sumber daya manusia bertugas
mengkoordinasikan, dan mengawasi bagian sistem informasi manajemen, rumah tangga seperti purchasing, dan di bagian kepegawaian. (2)
Kepala devisi pemasaran dan hubungan pelanggan bertugas
menjalankan kegiatan pemasaran rumah sakit baik kepada dokter konsultan maupun dokter umum yang praktek secara pribadi, memasarkan rumah sakit kepada masyarakat umum, menjaga hubungan baik dengan pelanggan, menangani komplain pelanggan, mengadakan kerjasama dengan perusahaan/organisasi yang ada, serta melakukan kunjungan kepada pasien yang loyal kepada rumah sakit BaliMed lewat program Home Visit. (3)
Kepala devisi keuangan bertugas melaksanakan segala kegiatan
keuangan yang ada di rumah sakit BaliMed. Pencatatan laporan keuangan,
51
pengurusan utang perusahaan,pembayaran honor dokter konsultan dan pembayaran pajak.
5.1.4
Karakteristik responden Berdasarkan data yang telah dikumpulkan ada 4 (empat) karakteristik
responden (lampiran 3) yang akan dipaparkan sebagai berikut.
1) Karakteristik responden berdasarkan usia Profil responden berdasarkan usia menjelaskan bahwa jumlah responden terbanyak adalah pada kelompok umur 20 – 29 sebanyak 45 orang. Profil responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah (orang) 20 – 29 tahun 45 30 – 39 tahun 19 40 – 49 tahun 11 50 tahun keatas 0 Jumlah Total 75 Sumber : Data Primer Diolah, 2011.
Persen (%) 60 25,3 14,7 0 100
Profil responden berdasarkan umur yang didominasi oleh rentang umur 20 hingga 29 tahun, termasuk dalam umur yang produktif. Responden dengan usia produktif ini cenderung mengalami stress kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maslach (1982) dan Farber (1991) dalam Soetjipto (2002) menyatakan bahwa pekerja di bawah usia empat puluh tahun memiliki resiko potensi terhadap gangguan yang berhubungan dengan stress kerja. Hal ini terjadi kepada para
52
pekerja pemberi layanan umum pada usia muda dipenuhi dengan harapan yang tidak realistik dibandingkan dengan pekerja yang memiliki usia lebih matang. Keadaan ini memberikan petunjuk kepada organisasi yang memiliki pegawai muda berenergi dan berpotensi yang besar akan dapat memberikan prestasi kerja yang tinggi dan profesional, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh organisasi.
2)
Karakteristik responden berdasarkan masa kerja. Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui responden dengan masa kerja lebih dari 3
(tiga) tahun merupakan responden terbesar dalam penelitian ini yaitu sebesar 38,7 persen dan 21 persen memiliki masa kerja 2 (dua) hingga 3 (tiga) tahun. Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Jumlah (orang) 0 - 1 tahun 12 1 - 2 tahun 13 2 – 3 tahun 21 Lebih dari 3 tahun 29 Jumlah Total 75 Sumber : Data Primer Diolah, 2011.
Persen (%) 16 17,3 28 38,7 100
3) Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan Tabel 5.3 responden berpendidikan Diploma 3 merupakan responden terbesar dalam penelitian ini yaitu sebesar 80 persen kemudian diikuti oleh responden berpendidikan sarjana sebesar 16 persen. Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan
Jumlah (orang)
Persen (%)
53
SPK Diploma 3 Sarjana (S1) Jumlah Total Sumber : Data Primer Diolah, 2011
3 60 12 75
4 80 16 100
Sebagian besar pegawai rumah sakit BaliMed adalah paramedis yang berpendidikan diploma tiga. Bila tingkat pendidikan dapat dikatakan sebagai dasar profesionalisme dalam bekerja, maka rumah sakit BaliMed merupakan rumah sakit yang memiliki tenaga profesional dengan 50 persen lebih karyawanya mengenyam pendidikan perguruan tinggi (Diploma dan Sarjana). 5.1.5. Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen Pengujian istrumen pada daftar pernyataan kuisioner dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap jawaban responden. Uji validitas digunakan untuk mengetahui penafsiran responden terhadap setiap butir pertanyaan yang terdapat dalam instrumen penelitian, apakah penafsiran setiap responden sama atau beda sama sekali. Apabila penafsiran responden tersebut sama maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan valid, namun apabila tidak sama maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid, sehingga perlu diganti. Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Metode ekstraksi variabel yang digunakan adalah metode principle component factoring untuk membentuk satu faktor. Validitas instrumen dinilai berdasarkan kriteria nilai faktor loading item minimal 0,5 (Hair, Anderson, et al 1998), nilai Keisser Olkin Meyer minimal 0,50 dan Commulative explained variance minimal 0,50, serta nilai Eigen faktor minimal 1,0.
54
Setelah melakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas untuk pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid sebelumnya. Reliabilitas instrumen diukur berdasarkan nilai Cronbach alpha. Nilai minimal yang menyatakan reliabilitas memadai skala adalah bila nilai Cronbach alpha skala total minimal 0,70.
5.1.5.1 Uji validitas dan reliabilitas stres kerja
Validitas diukur dengan analisis faktor, dan reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach’s alpha. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebanyak 14 (empat belas) item pernyataan mengenai stress kerja menurut Kim (1996) memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5 dengan nilai Keisser Olkin Meyer (KMO) lebih besar dari 0,5, commulative explained variance lebih besar dari 50 persen dan nilai cronbach’s alpha diatas 0,7. Sebanyak 14 (empat belas) item pernyataan mengenai variabel stres kerja perawat wanita dinyatakan valid dan reliabel. Nilai dari validitas dan reliabilitas atas variabel stress kerja yang diukur melalui 14 (empat belas) pernyataan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.4
55
Tabel 5.4. Validitas Dan Reliabilitas Stres Kerja No
Daftar Pertanyaan
Faktor Loading
KMO
Explained Variance
Cronbach ’s alpha
1
Saya tidak tahu apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan yang saya jalankan.
0,709
0,868
52,874
0,928
2
Saya tahu dengan pasti apa yang diharapkan oleh manajemen rumah sakit dari saya sehubungan dengan jabatan saya.
0,580
3
Saya mengalami konflik dalam menjalankan berbagai tugas yang diberikan oleh atasanatasan saya yang berlainan.
0,771
4
Saya merasakan konflik dari tugas pekerjaan yang dibebankan atasan langsung saya.
0,843
5
Saya tidak punya cukup waktu menyelesaikan semua pekerjaan saya.
0,726
6
Beban tugas pekerjaan saya terlalu berat bagi saya.
0,797
7
Saya harus bekerja super menyelesaikan pekerjaan saya.
0,680
8
Saya tidak memiliki ruangan kerja yang cukup luas untuk menjalankan pekerjaan saya.
0,667
9
Saya memperoleh peralatan kantor memadai untuk bekerja.
0,841
10
Saya mendapat dukungan layanan yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan saya.
0,843
11
Saya mengalami kesulitan memperoleh bahanbahan habis pakai (seperti kertas, klip, bolpoin) yang saya butuhkan dalam pekerjaan saya.
0,631
12
Pekerjaan saya jarang membahayakan fisik saya.
0,794
13
Pekerjaan saya sering menempatkan saya dalam kondisi tidak sehat (misalnya polusi dan wabah penyakit).
0,768
14
Kecelakaan kerja yang serius sering terjadi dalam pekerjaan saya.
0,510
Sumber : Lampiran
cepat
untuk
dalam
yang
56
5.1.5.2 Uji validitas dan realibilitas konflik pekerjaan keluarga
Uji validitas dan reliabilitas konflik pekerjaan keluarga terhadap 10 (sepuluh) pernyataan yang dikemukakan oleh Grandey et al, 2005. Uji validitas dilakukan dengan melakukan analisis faktor dan uji reliabilitas dengan nilai Cronbach’s alpha. Hasil pengukuran uji validitas dan reliabilitas ini dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Validitas Dan Reliabilitas Konflik Pekerjaan Keluarga No
Daftar Pertanyaan
Faktor Loading
KMO
Explained Variance
Cronbach ’s alpha
1
Jam kerja saya menghalangi waktu kebersamaan saya dengan keluarga yang lebih lama.
Tidak Valid
0,838
62,519
0,873
2
Saya ingin berbagi tanggung jawab saya terhadap keluarga dengan orang lain.
0,886
3
Saya akan membiarkan gaji saya dipotong supaya bisa berbagi waktu dengan keluaga.
0,818
4
Saya masih bisa berbagi waktu yang memadai dengan keluarga meski saya bekerja lembur atau masuk akhir minggu.
0,819
5
Merawat keluarga saya berpengaruh terhadap jam kerja saya.
0,704
6
saya dapat menyesuaikan dengan cepat peran saya di tempat kerja dan keluarga.
0,785
7
Jika pekerjaan saya mensyaratkan saya untuk bertugas di luar kota, keluarga saya akan mengizinkan dan menyesuaikannya.
0,815
8
Atasan saya mengirimkan saya untuk mengikuti pelatihan, walaupun dijalankan diluar jam kerja.
0,534
9
Saya hanya boleh mengisi acara liburan dengan keluarga, tidak dengan pekerjaan.
0,852
10
Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk menemani anak saya daripada untuk suami saya.
0,793
Sumber : Lampiran
57
Hasil analisis data menyatakan dari 10 (sepuluh) item hanya 9 (sembilan) pernyataan mengenai konflik pekerjaan keluarga memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5, nilai Keisser Olkin Meyer (KMO) lebih besar dari 0,5, commulative explained variance lebih besar dari 50 persen dan nilai cronbach’s alpha diatas 0,7. Berdasarkan nilai tersebut dinyatakan bahwa sebanyak satu pernyataan tidak valid dan reliabel.
5.1.5.3 Uji validitas dan realibilitas dukungan sosial
Uji validitas dan reliabilitas terhadap variabel dukungan sosial yang terdiri dari 12 (dua belas) pernyataan yang dikemukakan oleh Kim (1996). Pernyataan 1 hingga 4 untuk melihat dukungan dari pasangan (suami), pernyataan 5 hingga 8 untuk mengetahui dukungan dari atasan langsung, pernyataan 9 hingga 10 untuk menilai dukungan dari rekan sekerja, dan pernyataan 11 hingga 12 untuk menilai dukungan dari teman dekat (bukan rekan kantor). Perawat wanita rumah sakit BaliMed Denpasar yang kurang atau tidak mendapat dukungan sosial akan mengalami perasaan tertekan dalam bekerja sehingga prestasi kerja akan menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan riset untuk melihat dan menilai sejauh mana dukungan sosial yang dirasakan oleh setiap perawat wanita.
58
Tabel 5.6 Validitas Dan Reliabilitas Dukungan Sosial Sumber : lampiran No
Daftar Pertanyaan
Faktor Loading
KMO
Explained Variance
Cronbach’s alpha
1
Suami saya ingin mendengarkan masalahmasalah yang berkaitan dengan pekerjaan saya di kantor.
0,879
0,819
61,744
0,782
2
Suami saya menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap pekerjaan saya di kantor.
0,823
3
Suami saya dapat diandalkan jika suatu tugas berat terjadi pada pekerjaan saya.
0,827
4
Suami saya sangat membantu saya dalam menyelesaikan pekerjaan kantor.
0,853
5
Atasan langsung saya bersedia mendengarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan saya.
0,897
6
Atasan langsung saya menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap pekerjaan saya.
0,726
7
Atasan langsung saya tidak dapat diandalkan jika suatu tugas sulit terjadi pada pekerjaan saya.
0,734
8
Atasan langsung saya tidak peduli dengan kondisi perkembangan saya.
0,801
9
Saya sangat ramah dalam bergaul dengan satu atau lebih rekan kerja saya.
0,665
10
Secara rutin saya menjalankan suatu bentuk kegiatan dengan rekan sekerja saya di luar jam kerja kantor, seperti olahraga bersama, melakukan hobi bersama.
0,658
11
Saya dapat membicarakan masalah-masalah di tempat kerja saya dengan teman dekat.
0,770
12
Teman dekat saya berkeinginan mendengarkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan saya.
0,713
Berdasarkan Tabel 5.6 menyatakan bahwa sebanyak 12 (dua belas) item pernyataan dukungan sosial memiliki nilai faktor loading lebih besar dari 0,5, nilai Keisser Olkin Meyer (KMO) lebih besar dari 0,5, commulative explained
59
variance lebih besar dari 50 persen dan nilai cronbach’s alpha diatas 0,7. Berdasarkan nilai tersebut dinyatakan dinyatakan valid dan reliabel.
5.1.6. Deskripsi variabel 5.1.6.1 Stress kerja Stress kerja dalam penelitian ini merupakan variabel terikat yang diukur dengan menggunakan 14 (empat belas) pernyataan yang berhubungan dengan tingkat stress kerja para perawat wanita di rumah sakit BaliMed. Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata jawaban tertinggi responden terhadap stress kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed sebesar 4,5600 disebabkan oleh kurang memadainya ruangan kerja untuk melaksanakan pekerjaan. Pemicu stress kerja perawat wanita disebabkan pula oleh kurang memadainya peralatan kantor untuk melaksanakan pekerjaan perawat serta adanya konflik yang dialami oleh perawat wanita atas berbagai tugas yang dibebankan oleh atasannya yang berlainan (4,3200). Dilihat dari rentang skor jawaban responden 1 hingga 5, dengan total nilai rata-rata stress kerja perawat wanita sebesar 4,0371. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikategorikan bahwa tingkat stress kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed termasuk tinggi.
60
Tabel 5.7
Distribusi Jawaban Responden Variabel Stress Kerja Perawat Wanita Rumah Sakit BaliMed Denpasar Sumber : lampiran
5.1.6.2 Konflik pekerjaan keluarga Konflik pekerjaan keluarga yang timbul akibat ketidakmampuan individu untuk mengatasi dan menyeimbangkan perannya sebagai anggota keluarga dan sebagai pekerja dapat diukur dengan menggunakan 9 (sembilan) pernyataan. Distribusi jawaban responden dapat dilihat pada tabel 5.8 Tabel 5.8
Distribusi Jawaban Responden Konflik Pekerjaan Keluarga Perawat Wanita
Rumah Sakit BaliMed Denpasar Sumber
:lampiran Hasil perhitungan pada Tabel 5.8. menunjukkan total rata-rata konflik pekerjaan keluarga yang dirasakan oleh perawat wanita cukup besar yaitu sebesar 4,0607. Hal ini menyatakan bahwa perawat wanita rumah sakit BaliMed tidak mampu untuk menyeimbangkan perannya dalam keluarga dan perannya sebagai perawat. Pemicu stress kerja yang dialami oleh perawat sebagian besar didominasi oleh tuntutan keluarga untuk mengisi waktu liburan hanya untuk keluarga sebesar 4,2400, disamping itu adanya kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh perawat diluar jam kerja (4,2267) dan kesediaan para perawat untuk mengorbankan gaji yang diperolehnya hanya untuk mendapatkan waktu untuk keluarga (4,1867).
5.1.6.3 Dukungan sosial Dukungan sosial merupakan variabel moderasi dalam penelitian ini. Dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang melibatkan perhatian
61
emosional, bantuan instrumental, informasi dan penelitian. Hasil perhitungan menunjukkan total rata-rata jawaban responden atas 12 (dua belas) item pernyataan dukungan sosial sebesar 4,3122 dikategorikan tinggi pada rentang jawaban 1 hingga 5. Hasil perhitungan tersebut menyatakan bahwa perawat wanita rumah sakit BaliMed merasa senang dan menikmati dukungan sosial yang diberikan baik oleh pihak teman dekat (4,4667) dan rekan kerja (4,5600), berbeda halnya dengan dukungan sosial yang diperoleh dari atasan dirasakan kurang oleh perawat (4,5600).
Tabel 5.9
Distribusi Jawaban Responden Dukungan Sosial Perawat Wanita Rumah Sakit BaliMed Denpasar Sumber : lampiran
5.1.7. Pengujian hipotesis Hasil analisis data dengan bantuan program SPSS Versi 15 diperoleh hasil uji ANOVA seperti Tabel 5.10 Tabel 5.10
Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga Terhadap Stress Kerja Perawat Wanita Rumah Sakit BaliMed Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi Sumber
df
Mean Square
F
Sig
34,872
,000
10609,645
,000
Corrected model
3
Intercept
1
334,428 101748,24 4
Konflik Pekerjaan Keluarga
1
583,889
60,884
,000
Konflik Pek-Kel * Dukungan Sosial 2 49,420 • R2 = 0,118 (Adjusted R Squered = 081) • Variabel Dependen : Stres Kerja
5,153
,008
62
1) Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis 1 menyatakan bahwa adanya pengaruh konflik pekerjaan keluarga terhadap stres kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed Denpasar ditunjukkan pada Gambar 5.1
Konflik Pekerjaan Keluarga
Stres Kerja
Gambar 5.1 Sub Model 1
Hasil analisis data diperoleh nilai F = 60,884 dengan nilai signifikansi p=0,000 < 0,05. Hasil analisis menunjukkan signifikan sehingga hipotesis 1 diterima. Hal ini mengandung arti bahwa konflik pekerjaan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja perawat wanita di Rumah Sakit BaliMed. 2) Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua merupakan hipotesis mengenai pengujian efek moderasi dari dukungan sosial seperti yang ditunjukkan Gambar 5.2
63
Dukungan Sosial
Konflik Pekerjaan Keluarga
Stres Kerja
Gambar 5.2 Sub Model 2
Hasil analisis ANOVA univariat menunjukkan adanya efek interaksi konflik pekerjaan keluarga dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi terhadap stress kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed, hal ini dinyatakan signifikan dengan nilai F(3,71) = 5,153, p = 0,008 < 0,05. Nilai tersebut mengandung makna adanya perbedaan stres kerja diantara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga yang berbeda dengan pemberian dukungan sosial yang berbeda pula. Deskripsi rerata skor stres kerja untuk masing-masing kelompok perawat wanita disajikan pada tabel 5.11 Tabel 5.11
Data Rerata Skor Stres Kerja Pada Kelompok Perawat Wanita Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi Kelompok Eksperimen
Konflik Pekerjaan Keluarga Rendah Dukungan Sosial Rendah Konflik Pekerjaan Keluarga Rendah Dukungan Sosial Tinggi Konflik Pekerjaan Keluarga Tinggi Dukungan Sosial Rendah Konflik Pekerjaan Keluarga Tinggi Dukungan Sosial Tinggi
Sumber : Lampiran
Mean
Std error
49,345
0,575
45,700
0,979
55,375
0,547
51,250
1,548
64
Data parameter estimasi menunjukkan bahwa efek dukungan sosial dan konflik pekerjaan keluarga dibentuk oleh persamaan regresi berikut: Stres Kerja = 51,250 + 9,550 (K) + 3,645 (K) (DS1) + 3,125 (K) (DS2) Sesuai dengan hipotesis H2a, maka untuk melakukan pengujian diperhatikan parameter β2= µ11- µ12 menunjukkan atau menentukan perbedaan rerata skor stress kerja pada kelompok konflik pekerjaan keluarga rendah. Sehingga hipotesis statistiknya adalah hipotesis pihak-kiri sebagai berikut H0 : β2 = 0 atau µ11 = µ12 H2a : β2 ≠ 0 atau µ11 ≠ µ12 Data parameter estimasi menunjukkan nilai ß2 = 3,645, t = 3,209, sig = 0,002. Nilai ini mengandung arti Ho ditolak dan H2a diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan stres kerja secara signifikan antara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan rendah dengan dukungan sosial rendah dibandingkan dengan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga rendah dengan dukungan sosial tinggi. 3) Pengujian Hipotesis H2b Pengujian parameter β3= µ12- µ22 menunjukkan atau menentukan adanya perbedaan rerata skor stres kerja pada kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial rendah dibandingkan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial tinggi, adapun hipotesis statistik sebagai berikut. H0 : β3 = 0 atau µ21 = µ22 H2b : β3 ≠ 0 atau µ21 ≠ µ22
65
Data parameter estimasi menunjukkan nilai ß3 = 3,125, t = 1,908 sig = 0,024. Nilai ini mengandung arti bahwa Ho ditolak dan H2b diterima. Nilai tersebut menunjukkan adanya perbedaan stress kerja antara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial yang rendah dibandingkan dengan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga dengan dukungan sosial yang tinggi. Pada hipotesis ini diketahui dukungan sosial dapat menurunkan stres kerja secara signifikan pada kelompok perawat wanita. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya nilai rata-rata stres kerja pada kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial rendah sebesar 55,375. Nilai stress ini lebih tinggi dibandingkan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial yang tinggi sebesar 51,250. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa dukungan sosial mampu menurunkan stres kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed baik yang memiliki konflik pekerjaan keluarga rendah maupun konflik pekerjaan keluarga tinggi. Ini artinya dukungan sosial memoderasi hubungan konflik pekerjaan keluarga dengan stres kerja secara signifikan.
5.2.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis varian univariat
(ANOVA), maka pada bagian ini akan dibahas hasil perhitungan yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek moderasi dukungan sosial
66
terhadap konflik pekerjaan keluarga dan stress kerja para perawat wanita rumah sakit BaliMed Denpasar. 5.2.1. Pengaruh konflik pekerjaan keluarga terhadap stress kerja Hasil analisis data menunjukkan bahwa konflik pekerjaan keluarga berpengaruh terhadap stress kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed. Hasil analisis data memperoleh nilai F = 60,884, p = 0,000 < 0,05. Nilai ini berarti konflik pekerjaan keluarga berpengaruh terhadap stress kerja perawat wanita BaliMed Denpasar. Konflik pekerjaan keluarga pada perawat wanita cenderung mengarah pada stress kerja ketika urusan pekerjaan mencampuri kehidupan keluarga, tekanan seringkali terjadi pada individu untuk mengurangi waktu yang dihabiskan dalam pekerjaan dan menyediakan lebih banyak waktu untuk keluarga. Sama halnya dengan konflik keluarga pekerjaan dapat mengarah pada stress kerja dikarenakan banyaknya waktu untuk berkumpul bersama keluarga menyebabkan kurangnya waktu yang dibutuhkan dalam menangani urusan pekerjaan. Perawat wanita yang mengalami tingkat konflik pekerjaan keluarga yang tinggi akan mempunyai tingkat depresi yang tinggi sehingga mengarah pada stress kerja, tingkat kemangkiran kerja meningkat dan produktivitas menjadi berkurang.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan, et al dalam Thomas dan Ganster (1995) menjelaskan bahwa konflik pekerjaan keluarga merupakan salah satu bentuk konflik antar peran, tekanan untuk menyeimbangkan antara tanggung jawab keluarga dan pekerjaan tersebut dapat menyebabkan timbulnya stress. Cinamon et al (2002), menyatakan hal yang serupa dengan Khan
67
bahwa konflik pekerjaan keluarga akan mengarahkan para guru akan timbulnya stress kerja. Para guru akan berusaha mengatasi permasalahan yang timbul akibat keluarga maupun pekerjaan pemicu terjadinya konflik pekerjaan keluarga dan stress kerja pada akhirnya. Penelitian Cinamon ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chew (2002) menjelaskan bahwa para guru yang mengajar di SMP Kaoshiung bahwa merawat anak merupakan faktor pemicu tertinggi terjadinya konflik pekerjaan keluarga dan adanya campur tangan keluarga dalam urusan pekerjaan merupakan faktor utama dari stress kerja. 5.2.2. Efek moderasi dukungan sosial dalam hubungan konflik pekerjaan keluarga terhadap stress kerja. Efek moderasi dari dukungan sosial dalam hubungannya dengan konflik pekerjaan keluarga pada penelitian ini secara signifikan berpengaruh terhadap stress kerja. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai F yang diperoleh sebesar 5,153 dengan p = 0,008 < 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, Russell (1987) menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima oleh karyawan dapat mengurangi stress kerja dan burn out pada profesi guru. Penelitian serupa dilakukan pula oleh Deeter (1997) dimana hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan negatif antara dukungan sosial dengan stress kerja atau dengan kata lain tingginya dukungan sosial menyebabkan rendahnya stress kerja, karena melalui dukungan sosial individu dapat mengatasi stress. Berdasarkan hasil analisis secara total bahwa dukungan sosial dapat menurunkan stress kerja, hal ini menunjukkan tingkat stress yang dialami oleh
68
perawat wanita rumah sakit BaliMed dapat diatasi melalui dukungan sosial dari berbagai sumber. Akan tetapi pada penelitian ini penurunan tingkat stress kerja yang dialami oleh perawat wanita melalui pemberian dukungan sosial akan dibedakan menjadi beberapa kelompok perawat. Perawat wanita rumah sakit BaliMed yang telah menikah dan memiliki anak akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga rendah dengan pemberian dukungan sosial tinggi dan rendah, serta kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan pemberian dukungan sosial tinggi dan rendah. Pembagian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh efek moderasi dari dukungan sosial dalam hal menurunkan tingkat stress kerja yang dialami oleh perawat wanita dengan tingkatan konflik pekerjaan keluarga yang berbeda. Kelompok perawat wanita tingkat konflik pekerjaan keluarga yang rendah dan diberikan dukungan sosial yang berbeda akan menunjukkan penurunan tingkat stress yang berbeda pula pada penelitian ini. Hal ini didasari oleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga rendah diberikan dukungan sosial yang rendah memiliki tingkat stress kerja sebesar F = 49,534. Sedangkan pada kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga rendah diberikan dukungan sosial yang tinggi akan memiliki tingkat stress kerja sebesar F = 45,700. Nilai tingkat stress pada kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan pemberian dukungan sosial yang berbeda akan menunjukkan tingkat stress yang berbeda pula. Hal ini didasari oleh hasil analisis
69
yang menunjukkan bahwa kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga tinggi diberikan dukungan sosial yang rendah memiliki tingkat stress kerja sebesar F = 55,375. Sedangkan pada kelompok perawat wanita konflik pekerjaan keluarga tinggi diberikan dukungan sosial yang tinggi akan memiliki tingkat stress kerja sebesar F = 51,250. Hasil penelitian menemukan bahwa dukungan sosial dapat memoderasi konflik pekerjaan keluarga perawat wanita rumah sakit BaliMed dalam menurunkan tingkat stress kerja yang dialaminya. Hasil ini mendukung temuan dari Linda dan Ganster (1995) yang menekankan akan pentingnya dukungan sosial dalam menurunkan tingkat stress kerja yang dialami oleh karyawan dengan adanya konflik pekerjaan keluarga. 5.3 Implikasi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan hasil yang menyatakan sebagai berikut 1) Konflik pekerjaan keluarga yang dialami oleh perawat wanita rumah sakit
BaliMed Denpasar mempengaruhi stress kerja perawat. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan individu perawat untuk membagi peran keluarga dan pekerjaan yang dimilikinya. Stress kerja ini akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi perawat. 2) Formulasi sumber dukungan sosial dalam rangka menurunkan tingkat
stress kerja terhadap perawat wanita yang telah berkeluarga, memiliki anak dan mengalami konflik pekerjaan keluarga hendaknya diperhatikan oleh pihak manajemen rumah sakit BaliMed. Ada perbedaan yang signifikan stress kerja
70
pada kelompok konflik pekerjaan keluarga rendah yang diberi dukungan sosial rendah dan tinggi. Adanya perbedaan rata-rata tingkat stress kerja pada kelompok konflik pekerjaan keluarga rendah dengan dukungan sosial tinggi dibandingkan kelompok konflik pekerjaan keluarga rendah dengan dukungan sosial rendah. Hal ini juga terjadi pada perbedaan rata-rata tingkat stress kerja pada kelompok konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial tinggi dibandingkan dengan kelompok konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial rendah. Kedua hal ini mengandung arti bahwa benar adanya dukungan sosial yang tinggi mampu untuk menurunkan tingkat stress kerja perawat wanita rumah sakit BaliMed walaupun konflik pekerjaan keluarga yang dialami oleh masing-masing perawat berbeda-beda. 3) Dukungan sosial ini dapat diberikan oleh rekan kerja perawat, keluarga
dan pasangan hidup serta atasan dari perawat tersebut. Dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja dapat dilakukan dengan pembinaan hubungan yang baik dengan rekan kerja, karena rekan kerja merupakan sumber emosional bagi individu saat menghadapi masalah dengan klien. Individu yang memiliki persepsi adanya dukungan sosial akan merasa nyaman, diperhatikan, dihargai atau terbantu oleh orang lain. Dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja mampu membantu perawat mendapatkan feedback positif dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan sehingga lebih tahan terhadap timbulnya stress kerja yang berasal dari konflik pekerjaan keluarga. Dukungan sosial dapat mengurangi perasaan tertekan dan ketidakpuasan pada saat perawat dihadapkan pada tekanan dan kekakuan dari pekerjaannya.
71
Dukungan keluarga dapat membantu menurunkan stress kerja yang disebabkan karena konflik pekerjaan keluarga. Dalam sistem dual-career family dimana kedua orang tua bekerja (baik suami maupun istri) mengharuskan kedua belah pihak untuk menyeimbangkan antara urusan pekerjaan dan urusan keluarga dan hal ini menyebabkan timbulnya konflik antar peran (interrole conflict). Tekanan untuk menyeimbangkan dua peran tersebut dapat menyebabkan timbulnya stress dan masalah kesehatan. Dukungan sosial dari pasangan hidup dan keluarga yang tinggi dapat menurunkan stress kerja dan menurunkan masalah kesehatan yang dihadapi. Dukungan dari pasangan hidup dan keluarga dapat diterjemahkan sebagai sikap penuh perhatian yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk kerja sama yang positif, berbagi dalam menyelesaikan urusan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan suami atau istri. Dukungan dari atasan, salah satu komponen dari dukungan sosial, merupakan efek moderator dalam menurunkan tingkat stress kerja karyawan yang disebabkan adanya konflik pekerjaan keluarga. Kondisi atasan yang tidak responsif
akan
mendukung
terjadinya
situasi
yang
menimbulkan
ketidakberdayaan, yaitu bawahan akan merasa bahwa segala upayanya dalam bekerja tidak akan bermakna. Dukungan sosial dari atasan mempunyai pengaruh langsung terhadap stress kerja dengan mempengaruhi konflik pekerjaan keluarga.
72
5.4
Keterbatasan penelitian Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disampaikan
adanya keterbatasan penelitian ini sebagai berikut. 1) Penelitian ini menguji efek dukungan sosial terhadap stress kerja hanya mempertimbangkan konflik pekerjaan keluarga. Efek dukungan sosial pada penelitian tidak memfokuskan pengaruh dari masing-masing variabel dukungan sosial seperti variabel dukungan sosial dari rekan kerja, variabel dukungan sosial dari atasan, variabel dukungan sosial keluarga dan pasangan hidup. 2) Variabel karakteristik karyawan pada penelitian sebelumnya seperti usia dan tingkat pendidikan serta masa kerja memiliki korelasi dengan stress kerja. Penelitian selanjutnya disaran memasukkan variabel individu karyawan seperti usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan untuk menguji apakah konflik pekerjaan keluarga terhadap stress kerja dimoderasi oleh karakteristik individu karyawan yang berbeda khususnya dari aspek usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan 3) Penelitian ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari organisasi jasa kesehatan, untuk menguji konsistensi temuan disarankan melakukan replikasi dengan data karyawan industri jasa lain misalnya industri hotel, biro perjalanan dan lainya.