Bab Satu Pendahuluan
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Kebutuhan manusia untuk melakukan suatu usaha tidak luput dari kehidupan bersosial mereka sendiri. Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Mobilitas manusia pun kian hari makin cepat, dan untuk komunitas terkecil yaitu keluarga, dengan kesibukan mereka sehari-hari maka mereka pun membutuhkan orang yang berperan untuk membantu pekerjaan sehari-hari mereka itu dalam mengurus pekerjaan dalam lingkungan terkecil yaitu seorang yang menawarkan jasanya dalam membantu pekerjaan rumah. Pembantu rumah tangga (PRT) nampaknya memang telah menjadi bagian dari budaya dan kehidupan masyarakat di Indonesia sejak berabad-abad yang silam. Pembantu rumah tangga menjadi salah satu bagian dari proses perkembangan masyarakat yang sukar dipastikan kapan fenomenanya bermula. Secara historis fenomena ini sulit ditelusuri mengingat profesi ini memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan fenomena pekerjaan domestik pada masa lampau. Dalam sejarah masyarakat, dikenal istilah budak, abdi, batur, bedinde, yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu seseorang yang melakukan pekerjaan di wilayah domestik, namun ada pula perbedaan eksistensinya karena masing-masing memiliki latar belakang historisnya sendiri-sendiri. Budak misalnya merupakan istilah yang menggambarkan kelas sosial rendah yang munculnya terkait dengan sejarah peperangan atau penaklukan suatu wilayah tertentu. Lalu abdi muncul pada masa kerajaan. Di kerajaan Jawa dikenal istilah abdi dalem. Pada masa ini juga telah terjadi pembagian kerja yang tercipta karena adanya profesionalisme kerja sesuai dengan peran dan tugas yang harus dilakukan oleh abdi tersebut. Salah satu pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan kerumahtanggaan seperti PRT dengan sebutan rewang, atau mbok emban. Sedangkan istilah batur atau bedinde dalam bahasa Inggris disamaartikan dengan maid yang dikenal bersamaan dengan masuknya budaya kolonial. Di masa sekarang keberadaan seorang pembantu terutama pembantu perempuan dalam sebuah keluarga bukan hanya membantu tetapi mereka murni menawarkan jasanya untuk melakukan pekerjaan di rumah pengguna jasa. Dalam perkembangan selanjutnya, di banyak wilayah dimana pembantu rumah tangga tersebut sebagian besar berasal dari pedesaan, lapangan kerja menjadi semakin terbatas sehingga mereka mencari kerja pada wilayah yang lebih jauh lagi. Mereka mulai bekerja di kotakota besar, mereka kemudian bekerja pada keluarga yang tidak mereka kenal sebelumnya. Hubungan yang semula bersifat kekerabatan menjadi memudar dan
2
mungkin juga menjadi hilang, hubungan yang kemudian terjadi adalah hubungan antara majikan dan orang upahan. Akhirnya, pekerjaan PRT telah mengikuti pola hukum ekonomi antara permintaan penawaran dan telah memasuki pola hubungan kerja antara majikan pekerja. Namun, sayangnya pola hubungan kerja tidak berjalan dengan baik dan adil. PRT khususnya pembantu perempuan selalu ada pada posisi lemah, tidak ada kontrak kerja yang jelas, uraian pekerjaan yang jelas, jaminan sosial, dsb. Hubungan kerja ini sangat tergantung pada perilaku individu masing-masing majikan. Artinya, seorang PRT akan mendapatkan perlakuan baik bila majikannya baik, sedangkan PRT akan mendapatkan perlakuan buruk jika majikannya memiliki tabiat yang buruk. 1.2
Identifikasi Masalah / Pembatasan Masalah
Perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh majikan kepada PRT berupa kekerasan fisik yang menjadi titik berat permasalahan ini dimana masalah ini banyak sekali mengundang perhatian dari berbagai kalangan yang ada, biasanya bermula dari ego yang melahirkan suatu faktor yang menjadikan ketidakpuasan majikan terhadap hasil pekerjaan PRT, yang kemudian lahirlah penyimpangan itu. Penyimpangan itu biasanya terjadi di wilayah yang mobilitas penduduknya tinggi sehingga angka kebutuhan akan ego majikan pun tinggi, yakni kota-kota besar yang ada di Indonesia Meninjau gambaran di atas, maka perlu dibatasi permasalahannya yakni bagaimana meyakinkan si majikan yang melakukan kekerasan fisik terhadap pembantu rumah tangga (PRT), tentang penyadaran pentingnya norma yang berlaku dan Hak asasi manusia. Penelitian dibatasi di Bandung dan Jakarta sebagai perwakilan kota-kota besar yang ada di Indonesia. Diharapkan penelitian dan sample-sample yang diambil dari kedua kota ini dapat cukup mewakili kota-kota yang lainnya. 1.3
Maksud dan Tujuan
Karena tingkat kekerasan terhadap PRT di kota besar tinggi, untuk itu perlu adanya kampanye sosial anti kekerasan terhadap PRT. Penelitian ini dibuat dengan maksud mensosialisasikan bahwa kekerasan terhadap pembantu itu merupakan suatu pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kurang sadarnya majikan tentang norma dan nilai sosial di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengubah perilaku majikan yang melakukan kekerasan baik itu fisik, psikis, seksual menjadi sadar dan bertanggung jawab atas
3
perilakunya. Dengan ini dapat mengurangi tingkat kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, dan mengurangi tingkat kriminalitas. 1.4
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pencarian data yang digunakan untuk pembuatan kampanye ini dilakukan dengan metoda survey, yaitu Studi literatur serta Wawancara. Studi literatur dilakukan dengan penelaahan dari buku-buku literatur, majalah, internet. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait diantaranya pembantu, majikan, Psikolog dan sumber lain yang dianggap kompeten terhadap masalah ini. Kemudian data diuraikan untuk membantu memberikan gambaran mengenai sikap, pandangan target, dan masyarakat mengenai masalah ini, yang kemudian diolah dan dijadikan suatu pesan melalui konsep serta strategi kampanye baik secara komunikasi visual maupun verbal sehingga dapat menghasilkan komunikasi kampanye yang persuasif, tepat dan efektif.
4
1.5
Kerangka Pemikiran INTERAKSI
PRT
MAJIKAN
TINDAKAN YANG WAJAR / NORMAL
HASIL INTERAKSI
STOP PENDUKUNG TINDAKAN YANG TIDAK WAJAR / MENJURUS KEPADA KEKERASAN
- majikan memiliki uang - Intelektualitas PRT yang rendah - Faham feodalisme yang cukup kuat - PRT memiliki posisi yang lemah - majikan memiliki perilaku yang buruk - kurangnya sosialisasi diri si majikan
KEKERASAN FISIK (Menendang, memukul, menyundut)
KEKERASAN PSIKIS (Menghina, mengancam, merendahkan)
KEKERASAN SEKSUAL (Pelecahan seksual, pemaksaan hubungan seksual)
KEKERASAN EKONOMI (Tidak membajar upah/gaji)
KAMPANYE ANTI KEKERASAN TERHADAP PRT
UJI SOSIALISASI/ KAMPANYE
Pengguna jasa PRT sadar akan hukum, norma, HAM, dan lebih bersosialisasi diri
STOP
5