BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
8.1. Pendahuluan Di Indonesia industri tekstil merupakan salah satu penghasil devisa bagi negara. Dalam melakukan kegiatannya, industri tekstil besar ataupun kecil membutuhkan banyak air dan bahan kimia yang digunakan antara lain dalam proses pelunturan, pewarnaan dan pemutihan. Salah satu proses penting dalam produksi garmen (salah satu produk tekstil) adalah proses pencucian (laundry) yang dapat disebut juga sebagai proses akhir dalam produksi garmen, yaitu dengan cara pelunturan warna asli dan memberikan warna baru yang diinginkan. Terutama dalam produk tekstil, hasil pencucian akan menjadi kunci keberhasilan produk tersebut, karena efek dari pencucian itu akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan harga jualnya di pasaran. Pada industri tekstil kegiatan pencucian bahan tekstil akan menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan. Industri tekstil di kota-kota besar kegiatan pencuciannya dilakukan dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan air yang banyak pula, sehingga kapasitas air limbah yang dibuang pun sebanding dengan jumlah air digunakan. Bahkan kegiatan pencucian bahan tekstil dapat menjadi industri tersendiri yang mengkhususkan kegiatannya dalam proses pencucian dan pelunturan bahan tekstil menggunakan mesin-mesin cuci dan pengering dalam kapasitas besar. Keberadaan industri pencucian bahan tekstil ini sangat dibutuhkan oleh industri penghasil bahan tentunan atau tekstil yang mempunyai kapasitas besar.
175
8.2. Proses Pencucian Tekstil Di industri tekstil, kegiatan pencucian hasil tenunan bahan tekstil dapat dibagi menjadi beberapa proses tahapan seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Proses Pencucian (Garment Wash)
Proses Pelunturan
Proses Pembilasan
Proses Pemerasan
Proses Pengeringan
Proses Pewarnaan Gambar 8.1. Diagram Alir Proses Industri Pencucian Tekstil 8.2.1. Proses Pencucian Proses ini bertujuan untuk membuang kanji dengan maksud melemaskan pakaian tekstil yang masih kaku. Bahan yang di gunakan adalah air sebanyak 500 liter, detergent merk Blue-J Scour (cair dan berwarna coklat) sebanyak 250-300 ml dan sebagai bahan pengganti detergent dapat digunakan zat kimia Genencor Desize-HT (cair dan berwarna biru) sebanyak 1,5 Kg. Pada proses pencucian ini suhu dioperasikan 40°C - 50°C dan pakaian digiling dalam mesin selama 25 menit. Apabila pihak konsumen hanya membutuhkan pencucian saja, maka proses selanjutnya tidak lakukan.
176
8.2.2. Proses Pelunturan Setelah proses pelemasan atau pencucian, kemudian dilakukan proses pelunturan atau pemucatan tekstil dengan masud melunturkan warna asli tekstil menjadi warna dasarnya atau lebih pucat dari warna asalinya. Proses ini dilakukan tergantung pada permintaan. Proses pelunturan ada dua macam yakni : (a) Proses stone wash yaitu proses pelunturan warna pakaian jadi tekstil dengan menggunakan bahan yang sama dengan batu apung sebagai bahan penggosok atau peluntur. (b) Proses stone bleanching yaitu proses pelunturan warna pakaian jadi selain menggunakan bahan yang sama dengan stone wash juga ditambah dengan sodium hipochlorite yang berfungsi untuk pemutih. Penggunaan sodium Hipochlorite ini tidak banyak tentunya tergantung permintaan (sesuai dengan warna putih yang di inginkan). 8.2.3. Proses Pembilasan Setelah proses pencucian dan pelunturan maka dilakukan proses pembilasan dimana dalam proses ini diperlukan air sebanyak 500 l, softener sebagai pelembut sebanyak 0,6 ml dan OBA untuk mencerahkan warna sebanyak 0,3 ml. Suhu disesuaikan tetap 30°C dan dapat diputar selama 10 menit sedangkan untuk proses pembilasan dimana dalam proses pembilasan yang berasal dari stone bleancing selain bahanbahan di atas ditambahkan pula sodium hipocrit dan mengilangkan bau sebanyak 1 kg permesin serta hidrogen perioksida (H2O2) yang berfungsi untuk membuat bersih atau warna terang sebanyak 1kg. 8.2.4. Proses Pemerasan Proses pemerasan adalah proses untuk menghilangkan air dari pakaian jadi tekstil. Proses ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan. Pada proses pemerasan ini digunakan mesin ekstrator yang berkapasitas 30 - 40 potong pakaian yang diputar selama 5 menit. 177
8.2.5. Proses Pengeringan Proses pengeringan adalah proses yang dilakukan setelah pakaian jadi telah mengalami proses pembilasan dengan maksud untuk mengeringkan pakaian. Proses pengeringan dapat dilakukan melalui penjemuran dengan sinar matahari maupun menggunakan mesin pengering berupa oven yang berkapasitas 50-70 potong pakaian. Proses ini memerlukan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam. 8.2.6. Proses Pewarnaan Pada proses ini pakaian jadi tekstil di beri warna yang sesuai dengan perintaan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Sebagai hasil sampingan dari proses kegiatan industri pencucian tekstil adalah limbah yang dihasilkan dari proses pencucian tekstil. Limbah pencucian tekstil secara fisik berwarna biru atau ungu berbau kaporit yang menyengat serta terdapat busa berwarna. Selain itu ada zat-zat tersuspensi dari batu apung yang hancur dari proses pelunturan banyak mengendap di saluran air sehingga menyebabkan pendangkalan seperti limbah industri lainnya, limbah pencucian tekstil ini dapat menimbulkan gangguan terhadap manusia, biota air maupun gangguan estetika. 8.3. Karakteristik Air Limbah Hasil Pencucian Tekstil Karakteristik air limbah hasil pencucian tekstil umumnya mengandung bahan pencemar yang telah melampaui baku mutu yang diizinkan oleh peraturan pemerintah. Sebagai contoh studi kasus yang pernah dilakukan untuk mengamati karakteristik air limbah pada industri pencucian tekstil yang ada di Jakarta menunjukkan bahwa beberapa parameter air limbah yakni BOD, COD, Total zat padat tersuspensi (TSS) dan Warna menunjukkan konsentrasi yang cukup tinggi, sehingga jika langsung dibuang ke saluran atau diresapkan ke tanah tanpa pengolahan dapat menjadi sumber pencemaran yang sangat potensial. Secara umum karaktersitik air limbah pencucian tekstil dapat dilihat pada tabel berikut :
178
Tabel 8.1. Contoh Karakteristik Air Limbah Pencucian Tekstil No
Parameter
Satuan
Konsentrasi
1
BOD
mg/l
1184-1215
2
COD
mg/l
1572-1612
3
TSS
mg/l
475-550
4
Warna
Pt.Co
524-548
5
pH
6,0-6,8
8.4. Proses Pengolahan Air Limbah 8.4.1. Pengolahan Biologis Pengolahan air buangan secara biologi adalah suatu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan memanfaatkan aktifitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut. Pengolahan secara biologis dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 pendekatan, yaitu berdasarkan lingkungan proses biologi, macam-macam biotransformasi yang terjadi dan konfigurasi reaktor bioproses. Proses pengolahan air buangan secara biologi merupakan suatu proses biokimia yang dapat berlangsung dalam 2 lingkungan utama, yaitu lingkungan aerob dan lingkungan anaerob. Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana kadar oksigen terlarut (DO) di dalam air terdapat cukup banyak, sehingga oksigen merupakan faktor pembatas. Pada keadaan ini oksigen bertindak sebagai akseptor elektron akhir dalam metabolisme mikroba, dan pertumbuhan akan berlangsung secara efisien. Sedangkan lingkungan anaerob merupakan kebalikan dari aerob, yaitu pada lingkungan ini tidak terdapat oksigen terlarut atau ada dalam konsentrasi yang sangat rendah, sehingga oksigen menjadi faktor penghambat berlangsungnya proses metabolisme anaerob. Pada kondisi ini bahan lain akan bertindak sebagai akseptor elektron akhir. Jika bahan tersebut adalah 179
molekul organik, maka istilah yang dipakai untuk menyebutkan proses yang berlangsung adalah fermentasi. Jika akseptor elektron akhir tersebut merupakan bahan anorganik, pertumbuhan tersebut dikatakan mengalami respirasi anaerob. 8.4.2. Proses Pengolahan Secara Anaerob Secara garis besar mekanisme proses pengolahan air limbah secara anaerob adalah konversi bahan organik atau organik karbon menjadi gas bio atau gas methan dan karbondioksida. Proses konversi tersebut meliputi tiga tahapan proses, yaitu : 1) Tahap Hidrolisis dan Fermentasi Tahap hidrolisis adalah tahap penguraian polimer-polimer organik tak larut menjadi senyawa organik terlarut. Polimer organik tak larut tersebut hadir dalam bentuk lemak, protein dan karbohidrat. Proses hidrolisis dapat dijelaskan sebagai berikut : • • •
Lemak dihidrolisis menjadi asam lemak yang selanjutnya diubah menjadi asam propionat Protein dihidrolisis menjadi asam amino yang selanjutnya diubah menjadi asam keto Karbohidrat dihidrolisis menjadi asam keto dan alkohol. Asam keto yang berasal dari hidrolisis protein dan karbohidrat diubah menjadi asam piruvat, yang selanjutnya diubah lagi menjadi asam laktat, asam propionat dan asam butirat.
Proses hidrolisis dan fermentasi dilakukan oleh aktivitas bakteri pembentuk asam yang merupakan bakteri fakultatif. 2) Tahap Asetogenesis Tahap asetogenesis merupakan tahap pembentukan asam asetat. Asam asetat yang terbentuk sebagian besar berasal dari asam propionat dan asam butirat. Pada tahap ini dihasilkan asam asetat, hidrogen dan karbondioksida. Reaksi kimia pembentukan asam asetat adalah sebagai berikut : 180
• Asam propionat menjadi asam asetat : CH3CH2COOH + 2 H2O → CH3COOH + CO2 + 3H2 • Asam butirat menjadi asam asetat : CH3CH2CH2COOH + 2H2O → 2 CH3COOH + 2H2 3) Tahap Metanogenesis Tahap ini merupakan tahap terakhir dari mekanisme proses anaerob. Pada tahap ini gas metana akan terbentuk, baik yang berasal dari asam asetat maupun dari hidrogen. Secara keseluruhan tahap ini merupakan tahapan yang paling menentukan dari keseluruhan tahap mekanisme proses secara anaerob. Proses metanogenesis merupakan proses yang berjalan paling lambat dari keseluruhan mekanisme anaerob. Hal ini dikarenakan oleh karena lambatnya pembelahan diri dari bakteri metana asetoklastik. Reaksi pembentukan gas metana adalah sebagai berikut : • Pembentukan gas metana dari asam asetat : CH3COOH → CH4 + CO2 • Pembentukan gas metana dari hidrogen : 3H2 + CO2
→ CH4 + H2O
Hal yang perlu diperhatikan dari ketiga tahapan pada mekanisme proses anaerob adalah bahwa secara keseluruhan proses konversi tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yang berbeda, dimana pada tahap hidrolisis dilakukan oleh bakteri fakultatif dan pada proses asetogenesis oleh bakteri anaerob. 8.4.3. Proses Pengolahan Secara Aerob Berbeda dengan proses anaerob, beban pengolahan pada proses aerob lebih rendah, sehingga prosesnya ditempatkan sesudah proses anaerob. Pada proses aerob hasil pengolahan dari proses anaerob masih mengandung zat organik dan nutrisi 181
yang dapat diubah menjadi sel baru, hidrogen maupun karbondioksida oleh sel bakteri baru tersebut dalam kondisi oksigen yang cukup. Sistem penguraian aerob umumnya dioperasikan secara kontinyu. Persamaan umum reaksi penguraian secara aerob adalah sebagai berikut : mikroba aerob Bahan organik + O2
Sel baru + energi untuk sel + CO2 + H2O + produk akhir lainnya
8.4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Biologis Pada Reaktor Gabungan 1) Temperatur : Temperatur tidak hanya mempengaruhi aktifitas metabolisme mikroorganisme, tetapi juga mempengaruhi faktor lain seperti kecepatan transfer gas dan karakteristik pengendapan lumpur. Temperatur optimum untuk mikroorganisme untuk proses aerob adalah sama dengan untuk proses anaerob 2) pH : Nilai pH merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa bakteri dapat hidup pada pH di atas 9,5 dan di bawah 4,0. Secara umum pH optimum bagi pertumbuhan mikroorganisme adalah 6,5-7,5. 3) Waktu tinggal hidrolis : Waktu Tinggal Hidrolik (WTH) adalah waktu perjalanan limbah cair di dalam reaktor, atau dapat pula dikatakan lamanya proses pengolahan limbah cair tersebut. Semakin lama waktu tinggal, maka penguraian yang terjadi akan semakin sempurna. Waktu tinggal dalam reaktor biologis sangat bervariasi dari 1 jam hingga berharihari. 4) Nutrien : Di samping kebutuhan karbon dan energi, mikroorganisme juga membutuhkan nutrien untuk sintesa sel dan pertumbuhan. Kebutuhan nutrien dinyatakan dalam bentuk perbandingan karbon dan nitrogen dan fosfor yang merupakan nutrien anorganik utama yang diperlukan mikroorganisme dalam bentuk BOD:N:P.
182
8.4.5. Biotransformasi Yang Terjadi Dalam Pengolahan Air Buangan Berdasarkan macam biotransformasinya, pengolahan air buangan secara biologi dapat dibagi menjadi 3 proses, yaitu : penyisihan bahan organik terlarut, stabilisasi bahan organik yang tak terlarut, dan konversi bahan anorganik terlarut. Salah satu tujuan pengolahan air limbah secara biologis adalah menyisihkan bahan organik terlarut yang dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme yang ada. Jika hal ini terjadi, maka karbon akan dikonversikan menjadi karbondioksida, dan sisanya akan dijadikan bahan sel baru yang dapat dipisahkan melalui proses fisis, sehingga akan diperoleh air yang bersih dari bahan organik asal, atau konsentrasinya berkurang. 8.4.6. Konfigurasi Reaktor Berdasarkan atas kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggungjawab dalam proses penguraian yang terjadi, bioreaktor dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : Reaktor pertumbuhan tersuspensi, Reaktor pertumbuhan lekat, dan Lagoon/kolam. Pada reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi dalam fasa cair.
Gambar 8.2. Klasifikasi Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Berdasarkan Konfigurasi Reaktor 183
Reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh dan berkembang di atas suatu media dengan membentuk suatu lapisan lendir untuk melekatkan diri di atas permukaan media tersebut membentuk lapisan biofilm dan pada proses lagoon dengan cara menampung air limbah pada suatu kolam dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga mikroorganisme akan tumbuh secara alami akan menguraikan bahan-bahan pencemar di dalamnya. Tetapi terkadang juga proses lagoon ini dapat pula digolongkan sebagai pertumbuhan tersuspensi. 8.4.7. Peranan Mikroorganisme Dalam Pengolahan Biologis Dalam pengolahan biologis keberadaan mikroorganisme sangat dibutuhkan karena proses tidak akan berlangsung tanpa kehadiran mikroorganisme pengurai. Berdasarkan kebutuhan nutrisi yang digunakan, mikro-organisme dapat dibedakan menjadi : 1) Mikroorganisme heterotrof, yaitu mikroorganisme yang memakai substrat organik karbon sebagai sumber energi. 2) Mikroorganisme autotrof, mikroorganisme yang memakai senyawa CO2 atau HCO3 sebagai sumber karbon untuk proses metabolismenya, dimana sumber karbon diperoleh dari proses oksidasi dari bakteri heterotrof. 3) Mikroorganisme fakultatif autotrof, yaitu mikroorganisme yang dapat menggunakan CO2 dan senyawa organik sebagai sumber karbon. Bakteri, jamur, alga, protozoa, crustacea dan virus adalah mikroorganisme yang berperan penting dalam proses pengolahan air buangan. Diantara mikroorganisme yang memegang peranan terpenting adalah bakteri dan juga yang paling banyak digunakan dalam proses pengolahan air buangan, sehingga struktur sel mikroorganisme lainnya dapat disamakan dengan bakteri. Sel bakteri sebagian besar terdiri dari air (80%) dan sisanya merupakan materi kering (20%). Materi kering tersebut terdiri dari 10 % bahan anorganik dan 90 % bahan organik (C5H7O2N). Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari suatu proses pengolahan air limbah secara biologis diperlukan desain sistem pengolahan yang efektif. Untuk mendapatkan desain yang efektif diperlukan faktor-faktor berikut : 184
1) Kebutuhan nutrisi mikroorganisme 2) Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme 3) Metabolisme mikroorganisme 4) Hubungan antara pertumbuhan mikroorganisme dan pemakaian substrat Berdasarkan temperatur untuk tumbuh dan berkembang biak, maka mikroorganisme dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1. Mikroorganisme Psikofilik, yaitu mikroorganisme yang hidup o dan tumbuh pada temperatur (10 – 30) C, dengan temperatur o optimal (12 – 18) C. 2. Mikroorganisme Mesofilik, yaitu mikroorganisme yang hidup o dan tumbuh pada temperatur (20 – 50) C, dengan temperatur o optimal (25 – 40) C. 3. Mikroorganisme Thermofilik, yaitu mikroorganisme yang o hidup dan tumbuh pada temperatur (35 – 75) C, dengan o temperatur optimal (55 – 65) C. Berdasarkan sumber energi yang dibutuhkan untuk proses metabolismenya, dapat digolongkan menjadi : 1. Mikroorganisme fototrof, yaitu mikroorganisme yang memakai cahaya sebagai sumber energi. 2. Mikroorganisme kemototrof, yaitu mikroorganisme yang memanfaatkan hasil reaksi oksidasi-reduksi untuk memenuhi kebutuhan energi. Mikroorganisme mengalami proses metabolisme yang terdiri dari katabolisme dan anabolisme. Proses anabolisme memerlukan energi (reaksi endergonik) dan terjadi pada proses sintesa mikroorganisme. Sedangkan proses katabolisme yang terjadi pada proses oksidasi dan respirasi merupakan reaksi eksergonik karena melepaskan energi. Proses transformasi substrat berlangsung dalam suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses biologis, yaitu enzim yang bersifat katalis. Kultur bakteri melakukan konversi yang dapat digambarkan menurut reaksi berikut ini :
185
Oksidasi dan sintesa : (bahan organik) bakteri COHNS + O2 + Nutrien
CO2 + NH3 + C5H7NO2
Respirasi endogenous : bakteri C5H7NO2 + 5 O2
5 CO2 + NH3 + 2H2O + energi
Bahan organik seperti C, O, H, N dan S terkandung dalam air buangan. 8.4.8. Proses Biofilter Unggun Tetap (Fixed Bed Biofilter) Reaktor fixed film upflow biasa disebut dengan biofilter. Sebenarnya nama ini kurang sesuai karena dalam hal ini penyaringan tidaklah berperan penting. Sebenarnya reaktor ini merupakan paket reaktor biologis yang diisi dengan batu ataupun modul plastik yang dapat disesuaikan dengan berbagai macam saluran dan daerah penyerapan yang luas. Air buangan masuk ke reaktor melalui dasar reaktor, kemudian secara overflow akan mencapai atas. Bakteri terdapat dalam bentuk gumpalan seperti menempel pada permukaan filter. Biofilter lekat terendam merupakan reaktor yang dilengkapi dengan media seperti kerikil, pasir, plastik dan partikel karbon aktif sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Di dalam pengoperasiannya, media dapat terendam sebagaian ataupun seluruhnya, maupun juga hanya dilewati air. Reaktor ini merupakan reaktor dengan pertumbuhan terlekat di atas suatu media dengan membentuk suatu lapisan lendir untuk melekat di atas permukaan media tersebut. Lapisan ini disebut biofilm. Beberapa keuntungan dari jenis reaktor ini antara lain : •
•
•
Proses relatif tidak mudah terpengaruh oleh perubahan debit aliran maupun besarnya beban pencemar baik itu yang bersifat mendadak ataupun tidak. Pengontrolan terhadap senyawa beracun yang masuk secara tiba-tiba ke dalam reator lebih mudah. Hal ini di tandai dengan komposisinya yang sering berubah-ubah. Dapat dipergunakan pada reaktor berukuran kecil.
186
Biofilm merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel bio solid dan material inorganik dalam bentuk polimerik matriks yang menempel pada suatu media penyokong. Akumulasi dari biofilm pada media solid merupakan suatu hasil dari proses mikrobiologi, fisis dan kimia yang terjadi di dalam fase liquid-biofilm-media. Mekanisme proses yang terjadi adalah : • • • •
•
•
Transportasi dan adsorpsi zat organik dan nutrien dari fase liquid ke fase biofilm atau media. Transportasi mikroorganisme dari fasa liquid ke biofilm/ media. Adsorpsi mikroorganisme pada biofilm Reaksi metabolisme mikoorganisme yang terjadi pada biofilm memungkinkan terjadinya mekanisme pertumbuhan, pemeliharaan dan kematian sel. Pelekatan dari sel yaitu pada saat lapisan biofilm mulai terbentuk dan terakumulasi secara lanjut dan granual pada lapisan biofilm-media. Mekanisme pelepasan biofilm dan produk lainnya.
Pertumbuhan mikroorganisme akan terus berlangsung pada slime yang sudah terbentuk sehingga ketebalan slime bertambah. Difusi makanan dan O2 akan berlangsung sampai ketebalan maksimum. Pada ketebalan maksimum makanan dan O2 tidak mampu lagi mencapai permukaan padat atau bagian terjauh dari fasa cair. Hal ini menyebabkan lapisan biomassa akan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu lapisan aerob dan lapisan anaerob.
Gambar 8.3. Mekanisme Proses Metabolisme Dalam Sistem Biofilm 187
8.4.9. Media Penyangga Sebagai tempat tumbuh dan berkembang mikroorganisme, media yang akan digunakan dapat terbuat dari bahan organik dan anorganik. Media dari bahan organik antara lain terdapat dalam bentuk tali, jaring, butiran tak teratur, plate dan sarang tawon. Media banyak yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan tahan karat dan ringan seperti PVC dengan luas permukaan spesifik yang besar dan porositas rongga yang besar sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah besar tanpa menyebabkan kebuntuan. Untuk media anorganik antara lain batu pecah, kerikil, batu marmer, tembikar, batu bara muda (kokas). Untuk mendapatkan permukaan media yang luas, media dapat dimodifikasi dalam berbagai bentuk seperti bergelombang, saling-silang dan sarang tawon. Dua sifat paling penting yang harus ada dari suatu media adalah : 1. Luas permukaan media, semakin luas permukaan media maka semakin besar jumlah biomassa per unit volume. 2. Persentase ruang kosong, semakin besar ruang kosong maka semakin besar kontak antara substrat dalam air buangan dengan biomassa yan menempel pada media pendukung. Tabel 8.2. Karakteristik Perbandingan Media No 1 2 3 4
Jenis media Trikling filter dengan batu pecah Modul sarang tawon Tipe jaring RBC
Luas permukaan 2 3 spesifik (m /m ) 100 - 200 150 - 240 50 80 - 150
8.4.10. Proses Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi atau pencampuran adalah penambahan bahan kimia yang dapat digunakan untuk menggabungkan koloid dengan cara merusak stabilitas dari partikel koloid yang disebut dengan koagulasi kimia. Kekeruhan dan warna yang terdapat dalam air yang disebabkan oleh bahan organik sebagai bahan pengganggu dapat dihilangkan dengan proses koagulasi.
188
Flokulasi didefinisikan sebagai pengadukan lambat untuk menggabungkan atau menggumpalkan partikel-partikel koloid yang telah mengalami destabilisasi, sehingga terbentuk flok yang berat dan mudah mengendap. Kecepatan penggumpalan ini ditentukan oleh banyaknya tumbukan yang terjadi antara partikel koloid dan efektifitas tumbukan yang terjadi. Proses koagulasi-flokulasi dikenal juga sebagai proses pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Pengadukan cepat dimaksudkan untuk menghasilkan penyebaran bahan-bahan kimia yang ditambahkan ke dalam air olahan dan diharapkan terjadi kondisi turbulen. Pengadukan lambat bertujuan destabilisasi partikel-partikel koloid sehingga saling kontak dan terjadi penggabungan. 8.4.11. Bahan Koagulan Dalam proses koagulasi memerlukan bahan kimia yang disebut koagulan. Bahan yang sering digunakan sebagai koagulan adalah senyawa aluminium dan senyawa besi. Senyawa ini di dalam air akan terionisasi menghasilkan kation dan anion valensi tinggi. Senyawa aluminium yang umum digunakan adalah tawas (Al2(SO4)3) dan Poly Aluminium Chlorida (PACl), sedangkan senyawa besi yang biasa dipakai adalah ferro sulfat (FeSO4) dan senyawa lainnya adalah campuran tawas dan kapur atau campuran tawas dan soda abu. Walaupun senyawa aluminium lebih populer penggunaannya daripada senyawa besi, tetapi ternyata garam-garam besi memberikan hasil yang menguntungkan daripada aluminium. Keuntungan yang paling nyata adalah rentang pH yang lebih lebar daripada aluminium. 8.5. Rancang Bangun IPAL Pencucian Tekstil 8.5.1. Proses Pengolahan Air limbah yang berasal dari limbah pencucian tekstil serta limbah domestik dialirkan melalui saluran terbuka yang dilengkapi dengan bak pemisah pasir, dan selanjutnya air limbah dialirkan ke bak penampung yang berfungsi sebagai bak ekualisasi. Bak ekualisasi ini dilengkapi dengan saringan kasar dan saringan halus pada bagian inletnya (saluran masuk), yang berfungsi untuk 189
menyaring kotoran padat yang ikut di dalam air limbah. Dari bak ekualisasi, air limbah dipompa ke bak pengendapan kimia sambil diinjeksi dengan bahan koagulan ferosulfat. Efluen limbah dari bak pengendapan kimia selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke reaktor biofilter anerob, selaqnjutna efluen dari reaktor biofilter anaerob dialirkan ke reaktor biofilter anaerob-aerob yang terdiri dari bak pengendapan awal, biofilter zona anaerob, biofilter zona aerob dan bak pengendapan akhir. Efluen dari biofilter anerob pertama masuk ke bak pengendapan awal, dan dari bak pengendapan awal air limbah dialirkan ke biofilter zona anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam bak biofilter anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap Air limpasan dari bak biofilter anaerob dialirkan ke bak biofilter aerob. Di dalam bak biofilter aerob ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe rarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung 190
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dengan proses biofilter anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Diagram proses pengolahan air limbah pencucian tekstil menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dengan biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi BOD dapat dilihat pada Gambar 8.4, sedangankan Diagram proses biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi BOD dapat dilihat pada Gambar 8.5. 8.5.2. Keunggulan Proses Proses dengan Biofilter “Anaerob-Aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan yakni : • Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids, deterjen, ammonium dan posphor. • Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. 191
Gambar 8.4. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Pencucian Tekstil Menggunakan Kombinasi Proses Pengendapan Kimia Dengan Biofilter Anaerob-Aerob Dan Skenario Penurunan Konsentrasi BOD
Gambar 8.5. Diagram Proses Biofilter Anaerob-Aerob Dan Skenario Penurunan Konsentrasi BOD. •
Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghi-langan senyawa phospor menjadi lebih besar bila diban-dingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedang-kan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD yang ada di dalam air limbah. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh bakteria atau mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). 192
• • • • • • •
Dengan demikian dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar. Pengelolaannya sangat mudah. Biaya operasinya rendah. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar. Dapat menghilangan padatan tersuspensi dengan baik.
8.5.3. Contoh Rancang Bangun dan Spesifikasi Teknis 3 IPAL Kapasitas 20 m / hari Dalam desain unit pengolahan limbah tekstil kapasitas individual ini ada beberapa kriteria desain yang ditetapkan, dengan mempertimbang kondisi air baku (campuran dengan domestik waste) dan kualitas air keluaran yang ditetapkan adalah sebagai berikut : Kapasitas Pengolahan Influent BOD Effluent BOD Effluent SS Efisiensi pengolahan •
: 20 m3/hari : 1500 mg/l : < 50 mg/l : < 50 ppm : 90-95 %
Bak Ekualisasi
Debit Air Limbah
3
= 20 m /hari = 835 lt/jam 3 = 0,835 m /jam Konsentrasi BOD dalam air limbah = 1500 mg/l Waktu Tinggal = 10 Jam 3 Volume Efektif = 10/24 x 20 m 3 = 8,34 m Dimensi : Lebar : 1,5 m Panjang :4m 193
Kedalaman : 1,38 m dibulatkan 1,5m Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m Jadi : Dimensi Bak ekualisasi = 1,5 m x 4 m x 2 m Disain bak dapat dilihat seperti pada Gambar IV.3. •
Bak Pengendapan Kimia
Tipe Bak Pengendap adalah Pengendapan dengan papan miring. Efisiensi Penurunan BOD = 45 % Konsentrasi BOD Masuk = 1500 mg/l = 825 mg/l Konsentrasi BOD Keluar Waktu tinggal di dalam bak = 6 jam 3 Volume Efektif =5m Dimensi: Lebar : 1,5 m Panjang : 2,5 m Kedalaman : 1,3 m Tinggi ruang bebas: 0.2 m Dimensi Bak : 1,5 m x2,5 m x1,5 m Disain bak dapat dilihat seperti pada Gambar IV.4. Kebutuhan Bahan Kimia (Koagulan) Bahan kimia yang digunakan : ferosulfat (FeSO4.n H2O) Tipe : butiran (granular) Dosis Ferosulfat = 400 mg/l 3 Debit Limbah = 20 m /hari. Laju alir pompa dosing = 10 -15 liter/jam 3 = 0,24 – 0,36 m /hari Untuk menentukan konsentrasi Ferosulfat di dalam larutan Ferosulfat (larutan koagulan) dapat dihitung berdasarkan ilustrasi sepeti pada Gambar 8.6. untuk mendapatkan persamaan : Q1 x C1 + Q2 x C2 = Q3 x C3 dimana : 3 Q1 = Debit air limbah (m /hari) C1 = Konsentrasi ferosulfat awal di dalam air Limbah Q2 = Laju alir larutan ferosulfat yang diinjeksikan ke dalam air 3 limbah (m /hari) 3 C2 = Konsentrasi ferosulfat di dalam larutan (gr/m ) 3 Q3 = Laju alir total (m ) 3 C3 = Konsentrasi ferosulfat yang diharapkan (400 gr//m ) 194
Gambar 8.6. Ilustrasi Perhitungan Injeksi Ferosulfat 3
Q1 Ci Q2
= 20 m /hari =0 3 = 0,24 m /hari
C2 Q3 C3
20,24 X 400 Jadi :
= belum diketahui 3 = 20,24 m /hari 3 = 400 gr/m 3
gr/m = 33.733 gr/m
C2 =
3
0,24 Dengan demikian untuk mendapatkan konsentrasi injeksi ferosulfat sebesar 400 mg/l dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan ferosulfat dengan konsentrasi 33.733 mg/l ke 3 dalam air limbah dengan laju injeksi 0,24 m /hari atau 10 liter/jam. Untuk membuat larutan ferosulfat dengan konsentrasi 33.733 3 gr/m dilakukan dengan cara melarutkan 6.750 gr ferosulfat ke dalam 200 liter air. •
Bak Biofilter Anaerob
Debit Air Limbah
3
= 20 m /hari = 835 lt/jam 3 = 0,835 m /jam Efisiensi Penurunan BOD = 70 % Konsentrasi BOD Masuk = 825 mg/l = 330 mg/l Konsentrasi BOD Keluar 195
3
Berdasarkan percobaan beban BOD Volumetrik 1-4 kg/m reaktor.hari didapatkan efisiensi penghilangan BOD 85-90 %. 3 Ditetapkan : Beban BOD volumetrik 3,5 kg-BOD/m .hari. 3
Jumlah BOD masuk Reaktor
= 20 m /hari x 825 gr/m = 16.500 gr-BOD/hari =16,5 kg-BOD/hari.
3
16,5 kg-BOD/hari Volume Efektif Reaktor =
= 4,7 m
3
3
3,5 kg-BOD/m .hari Dimensi Reaktor Biofilter Anaerobik : Lebar : 1,5 m Panjang : 1,5 m Kedalaman air : 2,0 m Tinggi ruang bebas : 0,3 m Reaktor Biofilter Anaerobik tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Ratio volume media dengan volume efektif Reaktor adalah 0,6. 3
Volume media = 0,6 x 4,7 m = 2,82 m
3
16,5 kg-BOD/hari Beban BOD per volume media =
3
2,82 m 3 = 5,85 kg-BOD/m .hari. Untuk standar High Rate Trickiling Filter beban BOD berkisar 3 antara 0,4 – 4,7 kg-BOD/m .hari dengan efisiensi pengolahan sekitar 80 %. •
Bak Biofilter Anaerob-Aerob (Pengolahan Lanjut)
Diagram proses biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi BOD di dalam reaktor dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Reaktor terdiri dari beberapa bagian yakni : bak pengendapan awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter aerob dan bak pengendapan akhir.
196
Gambar 8.7. Diagram Proses Biofilter Anaerob-Aerob Dan Skenario Penurunan Konsentrasi BOD a. Ruang Pengendapan Awal 3
= 20 m /hari = 835 lt/jam 3 = 0,835 m /jam Waktu Tinggal = 1,4 Jam Efisiensi Penurunan BOD = 25 % = 330 mg/l Konsentrasi BOD Masuk = 250 mg/l Konsentrasi BOD Keluar 3 3 Volume Efektif = 1,4/24 x 20 m = 1,18 m 3 Dibulatkan menjadi 1,2 m Dimensi Bak : Lebar :1m Panjang : 0,6 m Kedalaman air :2m Tinggi ruang bebas : 0,1 m Chek Waktu Tinggal rata-rata = 1,44 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = Debit Air Limbah
3
20 m /hari = (0,6 x 1) m
2
Standar JWWA : Beban permukaan
= 33 m3/m2.hari
= 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA) 197
b. Bak Biofilter Anaerob (Zona Pengolahan Lanjut Anoksik ) 3
3
Debit Air Limbah = 20 m /hari = 835 lt/jam = 0,835 m /jam = 250 mg/l Konsentrasi BOD Masuk = 100 mg/l Konsentrasi BOD Keluar Efisiensi Penurunan BOD = 60 % 3 3 Jumlah BOD masuk Reaktor = 20 m /hari x 250 gr/m = 5000 gr-BOD/hari = 5 kg-BOD/hari. 3 Ditetapkan : Beban BOD volumetrik 2,0 kg-BOD/m .hari. 5 kg-BOD/hari Volume Efektif Reaktor =
= 2,5 m
3
3
2,0 kg-BOD/m .hari Dimensi Bak Lebar Panjang Kedalaman air Tinggi ruang bebas
: 1 m X 1,2 m X 2 m :1m : 0,6 m :2m : 0,1 m
Dibagi menjadi dua ruangan, masing-masing berukuran : Lebar Panjang Kedalaman air Tinggi ruang bebas Waktu Tinggal Total
:1m : 0,6 m :2m : 0,1 m : 3 Jam
Tiap-tiap ruang diisi dengan media biofiloter dati bahan plastik tipe sarang tawon. Ratio volume media terhadap volume reaktor = 0,7 3 3 Volume media yang diperlukan = 0,7 x 2,5 m = 1,75 m 5 kg-BOD/hari Beban BOD per volume media
=
3
1,75 m 3 = 2,85 kg-BOD/m .hari.
198
Untuk standar High Rate Trickiling Filter beban BOD 3 berkisar antara 0,4 – 4,7 kg-BOD/m .hari dengan efisiensi pengolahan sekitar 80 %. c. Bak Biofilter Aerob (Zona Pengolahan Lanjut Aerob) 3
= 20 m /hari = 835 lt/jam 3 = 0,835 m /jam = 100 mg/l Konsentrasi BOD Masuk = 50 mg/l Konsentrasi BOD Keluar Efisiensi Penurunan BOD = 50 % 3 3 Jumlah BOD masuk Reaktor = 20 m /hari x 100 gr/m = 2000 gr-BOD/hari = 2 kg-BOD/hari. BOD yang dihilangkan = 0,5 x 2 kg-BOD/hari = 1,0 kg-BOD/hari 3 Ditetapkan : Beban BOD volumetrik 1,7 kg-BOD/m .hari. Debit Air Limbah
2 kg-BOD/hari Volume Efektif Reaktor =
= 1,2 m
3
3
1,7 kg-BOD/m .hari Dimensi Bak : 1 m X 1,2 m X 2 m Lebar :1m Panjang : 0,6 m Kedalaman air :2m Tinggi ruang bebas : 0,1 m Waktu Tinggal : 1,5 Jam Reaktor diisi dengan media biofiloter dari bahan plastik tipe sarang tawon. Ratio volume media terhadap volume reaktor = 0,7 3
Volume media yang diperlukan = 0,7 x 1,2 m = 0,84 m 2 kg-BOD/hari Beban BOD per volume media =
3
0,84 m 3 = 2,38 kg-BOD/m .hari. 199
3
Kebutuhan Oksigen (Udara) : Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD yang dihilangkan. Kebutuhan teoritis = Jumlah BOD yang dihilangkan = 1,0 kg/hari. Faktor keamanan ditetapkan + 1,4 Kebutuhan Oksigen Teoritis = 1,4 x 1,0 kg/ hari = 1,4 kg/hari. o Temperatur udara rata-rata = 28 C o 3 Berat Udara pada suhu 28 C = 1,1725 kg/m . Di asumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,2 %. Jumlah Kebutuhan Udara teoritis = 1,4 kg/hari = 3 1,1725 kg/m x 0,232 g O2/g Udara 3 = 5,15 m /hari. Efisiensi Difuser = 1 % (tipe pipa berlubang) 3 5,15 m /hari Kebutuhan Udara Aktual = = 0,01 3 3 = 515 m /hari = 0,330 m /menit. = 330 liter per menit Chek : Ratio Volume Udara /Volume Air Limbah = 25,75 Blower Udara Yang diperlukan : Spesifikasi Blower Kapasitas Blower Head Jumlah Tipe blower Listrik •
: = 500 liter/menit = 2800 mm-aqua = 1 unit = HIBLOW = 60 watt, 220 volt.
Ruangan Pengendapan Akhir
Debit Air Limbah
3
= 20 m /hari = 835 lt/jam 3 = 0,835 m /jam Waktu Tinggal = 1,4 Jam 3 Volume Efektif = 1,4/24 x 20 m 3 3 = 1,18 m dibulatkan 1,2 m Dimensi = 1 m X 0,6 m X 2 m Konsentrasi BOD Masuk = 50 mg/l 200
Konsentrasi BOD Keluar = 50 mg/l Chek Waktu Tinggal rata-rata = 1,44 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 3
20 m /hari = (0,6 x 1) m
2
=
33 m3/m2.hari
Standar JWWA : Beban permukaan = 20–50m3/m2.hari. (JWWA) Dari hasil perhintungan di atas ditentukan spesifikasi teknis bangunan IPAL serta peralatan pendukung sebagai berikut : 1) Bak Penampung Air Limbah cm cm cm Dimensi : 150 X 400 X 200 Bahan : Beton semen cor Volume Efektif : 10 M3 Lebar : 1,5 m Panjang :4m Kedalaman : 1,5m Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m Waktu Tinggal : 10 jam 2) Bak Pengedapan dengan Bahan Kimia cm cm cm Dimensi : 150 X 250 X 150 Lebar : 1,5 m Panjang : 2,5 m Kedalaman : 1,3 m Tinggi ruang bebas : 0.2 m Bahan : Fiber glass Volume Efektif : 5 M3 3) Unit Reaktor Biofiloter Anaerob cm cm cm Dimensi : 150 X 150 X 230 Bahan : Fiber glass Volume Efektif : 4,5 M3 Total Retention Time : 5 jam Tipe media biofilter : Sarang tawon, Bahan : PVC 3 Volume Media : 2,8 m 4) Unit Reaktor Biofilter Anaerob-Aerob cm cm cm Dimensi : 100 X 310 X 225 Bahan : Fiber glass Volume Efektif : 6 M3 Total Retention Time : 7,2 jam Tipe media biofilter : Sarang tawon 201
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Bahan : PVC Volume Media biofilter : 2,7 M3 Media Pembiakan Mikroba Material : PVC sheet Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3 Diameter lubang : 2 cm x 2 cm Warna : bening transparan Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3 Porositas Rongga : 0,98 Blower Udara Tipe : Hi Blow Listrik : 60 watt, 220 volt. Head : 2 m air Q udara : 500 liter/menit Jumlah : 1unit Pompa Air Baku Tipe :Submersible Pump Kapasitas : 20 liter/menit Listrik : 250 watt, 220 volt Total Head : 8 meter Jumlah : 1 unit Pompa Sirkulasi Tipe : Submersible Pump Kapasitas : 10 liter/menit Listrik : 60 watt Total Head : 6 meter Bak Kontrol Dimensi : 50 cm x 50 cm x 50 cm bahan : bata-semen Jumlah : 1 unit. Pompa Dosing Tipe : Pulsa Feeder 150/100 Tekanan : 7 Bar Kapasitas : 15 liter per jam Jumlah : 1 unit Chemical Tank Volume : 200 liter Bahan : Polyethylene Perlenkapan : Motor Pengaduk Listrik : 200 watt, 220 volt 202
3
8.5.4. Perkiraan Biaya Operasional IPAL Kapasitas 20 m /Hari Biaya untuk pembangunan unit pengolah limbah individual dihitung berdasarkan kebutuhan biaya listrik dan kebutuhan bahan kimia yang digunakan dlam hal ini menggunakan ferrosulfat dengan konsentrasi 400 mg/l. Rincian biaya litrik dan biaya bahan kimia per hari dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat diperkirakan biaya operasional IPAL industri kecil 3 tekstil kapasitas 20 m per hari adalah Rp. 21.520,- per hari atau 3 Rp.1.076,- per m limbah. Tabel 8.3. Perkiraan Biaya Operasional IPAL per Hari No 1
Pengeluaran Kebutuhan Listrik
Jumlah 11,04 Kwh
Harga Satuan (Rp)
Total
500
5.520
2000
16.000
Pompa Limbah 250 watt Pompa sirkulasi 100 watt Pompa Dosing 50 watt Blower Udara 60 watt Total 460 watt 2
Bahan kimia
8 kg
Dosis 400 gr/m3 x 20 m3 TOTAL
21.520
Jika diasumsikan tiap mesin menghasilkan limbah 3000 liter dan 3 dapat mencuci 400 potong tekstil maka air limbah sebesar 20 m merupakan air limbah yang dikeluarkan untuk mencuci tekstil 3 3 sebanyak = (20 m /3 m )x400 potong = 2666 potong. Dengan demikian biaya limbah tiap potong tekstil yang dicuci yakni = 21520,- / 2666 potong = Rp. 8,07 per potong tekstil.
203
204
Gambar 8.8. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Pencucian Tekstil Dengan Menggunakan Kombinasi Proses Pengendapan Kimia Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Gambar 8.9. Tata Letak Peralatan IPAL
Gambar 8.10. Contoh Pilot Plant IPAL Industri Pencucian Tekstil 3 Kapasitas 20-30 M Per Hari
205
DAFTAR PUSTAKA 1.
----"The Study OnUrban Drainage And Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta”, , JICA, December 1990.
2.
----, “Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984.
3.
FAIR, GORDON MASKEW et.al., "Eements Of Water Supply And Waste Water Disposal”, John Willey And Sons Inc., 1971.
4.
GOUDA T., “Suisitsu Kougaku - Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
5.
HIKAMI, Sumiko., “Shinseki rosohou ni yoru mizu shouri gijutsu (Water Treatment with Submerged Filter)”, Kougyou Yousui No.411, 12,1992.
6.
METCALF AND EDDY, "Waste Water Engineering”, Graw Hill 1978.
7.
SUEISHI T., SUMITOMO H., YAMADA K., DAN WADA Y., “Eisei Kougaku“ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987.
8.
VIESSMAN W, JR., HAMER M.J., “Water Supply And Polution Control “, Harper & Row, New York,1985.
206
Mc