BAB IV UANG DAN BANK I.
PENDAHULUAN Perekonomian dunia berjalan dengan sangat pesat, hampir seluruh negara di
berbagai belahan dunia mengembangkan diri dengan memajukan kegiatan – kegiatan ekonominya. ditunjukkan
Ukuran dari berhasil tidaknya suatu proses kegiatan ekonomi oleh
besarnya
produk
domestik
bruto,
pendapatan
perkapita,
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan sebagainya. Namun pemegang peranan dalam perekonomian tersebut , uang, sangat sedikit disinggung dalam pembahasannya. Uang merupakan variabel yang sangat besar kekuatannya dan paling berguna dalam kegiatan perekonomian. Tingkat inflasi, kebijakan fiskal dan terlebih lagi moneter juga bertumpu pada bagaimana agar uang bisa seimbang dan berguna bagi pertumbuhan ekonomi. Secara mikro kita bisa melihat bahwa setiap orang di dunia ini bekerja tanpa mengenal lelah untuk mendapatkan uang, status seseorang lebih sering ditunjukkan dengan seberapa banyak kekayaan uang yang dimilikinya. Dengan memiliki uang dalam jumlah yang melimpah maka seseorang akan memperoleh berbagai kemudahan. Sehingga tidak jarang terjadi banyak tindakan kriminalitas yang didasari oleh uang. Namun jarang sekali masyarakat yang memikirkan bahwa uang yang sangat berarti tersebut tidak diciptakan Sim Salabim dalam satu malam saja. Uang telah melewati proses evolusi yang sangat panjang dan berlangsung berabad – abad mengikuti umur bumi. Perkembangan di mulai dari barter, uang komoditi, uang kertas dan kemudian uang giral . II.
DEFINISI UANG Ketika manusia mulai menyadari bahwa kebutuhan hidup yang mereka ingin
peroleh semakin banyak dan semuanya tidak akan mampu diproduksi sendiri, maka mulailah era perdagangan dalam kegiatan ekonomi. Mula – mula perdagangan dilakukan dengan sistem barter yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Kisah komik populer Asterix dan Obelix memberikan contoh jelas mengenai perekonomian barter 31
Di desa Ghalia, Obelix adalah seniman penghasil batu Menhir yang merupakan penghias rumah. Sementara Asterix pemburu babi hutan yang menjadi
makanan
kegemaran
utama
Obelix.
Ketika
Obelix
ingin
mengkonsumsi daging babi, maka ia menukarkan Menhirnya pada Asterix. Namun ada satu saat di mana Menhir Obelix sudah sedemikian banyak menghias rumah Asterix sehingga dia tidak mau lagi menukarkan babi yang dimilikinya dengan batu tersebut, Asterix menghendaki obat, Panoramix, tabib yang memproduksi obat pada saat yang sama tidak membutuhkan babi melainkan menginginkan ikan sebagai pengganti obat, sementara si nelayan justru menghendaki sayuran dan seterusnya. Demikian perekonomian barter berjalan. Seiring dengan berkembangnya waktu barter menjadi tidak efisien lagi, dengan munculnya beberapa masalah sebagai berikut : 1. Double Coincidence of Wants yaitu Dua atau lebih keinginan yang saling berkesesuaian. Sebagai contoh di atas , Obelix, Asterix dan tokoh yang lain harus mampu mencari kesesuaian kebutuhan antara orang yang satu dengan yang lain. Karena keinginan setiap manusia berbeda – beda dan sangat tidak terbatas maka akan semakin sulit untuk melakukan kegiatan perekonomian barter. 2. Kesulitan dalam penentuan harga . Karena tidak ada ukuran yang tepat mengenai nilai suatu barang, maka akan sangat sulit untuk menentukan berapa buah batu menhir yang harus ditukarkan untuk mendapatkan seekor babi, di sisi lain sangat tidak layak manakala seekor babi hanya ditukarkan dengan seekor ikan. 3. Membatasi pilihan pembeli,
Seorang pembeli akan terikat pada syarat yang
ditentukan oleh pihak lain. Misalnya seseorang ingin menukar sekarung beras yang dimilikinya, orang yang membutuhkan beras hanyalah mempunyai seekor kambing yang akan ditukarkan dengan 2 karung beras. Pada kondisi seperti ini maka orang tersebut dihadapkan pada pilihan apakah dia terpaksa menukarkan 2 kantung beras dengan seekor kambing atau tidak menukarkan berasnya sama sekali karena tidak ada orang lain yang menginginkannya. 4. Sukar menyimpan kekayaan. Karena tidak adanya uang maka kekayaan yang disimpan juga berupa barang yang mungkin memakan tempat yang cukup besar, tidak tahan lama dan tingkat keamanannya juga tidak terjamin. Karena masalah – masalah tersebut di atas, maka sistem perdagangan dengan cara barter mulai ditinggalkan, orang menciptakan suatu alat tukar yang dipercayai 32
secara umum untuk tujuan melancarkan kegiatan tukar – menukar.
Berdasarkan
uraian dan maksud di atas, maka uang bisa didefinisikan sebagai berikut : Benda – benda yang disetujui / diterima oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk tukar menukar/ perdagangan. Untuk dapat diterima secara umum oleh masyarakat maka uang haruslah merupakan benda – benda yang memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : 1. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu 2. Mudah dibawa – bawa 3. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya 4. Tahan lama 5. Jumlahnya tidak tak terbatas ( tidak berlebih – lebihan ) 6. Bendanya mempunyai mutu yang sama Perekonomian pada jaman ini menggunakan Uang Komoditi , jenis benda yang mewakili keenam syarat tersebut adalah emas dan perak, sehingga emas dan perak sudah sejak lama digunakan sebagai alat perantara dalam kegiatan perdagangan. Beberapa alasan mengapa emas dan perak yang digunakan sebagai uang adalah 1. Banyak orang yang menyukai benda tersebut sebagai perhiasan 2. Emas dan perak selalu mempunyai mutu yang sama 3. Tidak mudah rusak, tetapi bisa dengan mudah dibagi dalam satuan – satuan kecil manakala diperlukan 4. Jumlahnya sangat terbatas dan untuk mendapatkannya diperlukan biaya dan usaha 5. Nilai emas dan perak sangat stabil karena mutu yang tidak berubah dalam jangka panjang. Ketika jaman menjadi semakin berkembang, transaksi ekonomi berjalan dengan sangat pesat, emas dan perak tidak bisa lagi diproduksi dengan kecepatan seperti laju perdagangan, selain itu juga karena berat maka ketika kekayaan bertambah akan menjadi semakin sulit untuk dibawa dan penyimpanannya sangat tidak praktis, karena itu pada perkembangan selanjutnya muncullah era uang kertas dan bahkan sekarang muncul era uang plastik ( kartu debet dan kartu kredit ). Definisi uang bisa dibedakan menjadi beberapa macam yaitu : 1. Definisi menurut fungsinya ( Money is What Money Does ) , yang dibagi menjadi beberapa kriteria yaitu: a. Medium of exchange, Sebagai alat pertukaran atau bertransaksi atau biasa disebut dengan M1 yaitu keseluruhan mata uang baik kertas maupun logam 33
yang beredar (currency) atau disebut sebagai Uang Cartal, ditambah deposito penerimaan, traveler’s check, deposito dan cek yang dapat diuangkan, kartu kredit. b. Store of Value, Sebagai alat penyimpanan kekayaan disebut sebagai M2, terdiri atas M1 ditambah dengan neraca reksadana pasar uang ritel, deposito tabungan, termasuk rekening deposito pasar uang, dan deposito berjangka pendek. c. Unit of Account, sebagai alat untuk menghitung kekayaan dan pendapatan disebut M3, terdiri atas M2 ditambah dengan deposito berjangka panjang, dan neraca reksadana pasar uang institusi. 2. Definisi menurut nilai mata uang tersebut, dibagi menjadi 2 kriteria yaitu a. Full Bodied Money, yaitu uang yang nilai bendanya sama dengan nilai yang tertera. Nilai nomimal sama dengan nilai intrinsiknya. Setelah era masa uang emas dan perak berakhir, mata uang kertas yang diciptakan oleh otoritas moneter harus dijamin oleh sejumlah emas yang besarnya sama dengan nilai uang yang dikeluarkan. Ciri – ciri uang penuh adalah i.
Nilai uang = nilai bahan pembuatnya
ii.
Money’s value is what value money has artinya nilai mata uang adalah nilai yang dipunyai oleh benda yang menjadi mata uang tersebut.
Misalnya apabila harga 1 gr emas murni adalah Rp 100.000, maka manakala otoritas moneter akan mencetak uang sebanyak Rp 1 trilyun, di bank sentral harus sudah tersedia emas seberat 10.000 kg emas, sebagai jaminan. Dengan adanya jaminan maka masyarakat pemegang uang yakin bahwa apabila ada satu kondisi tertentu, dia akan bisa menukarkan uang kertas yang dimilikinya dengan emas yang disimpan pada lembaga perbankan. Karena pertumbuhan produksi emas tidak cepat, maka metode full bodied money ini dianggap akan mengurangi gerak laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pada perkembangan selanjutnya muncul uang yang didasarkan kepercayaan b. Fiat Money, yaitu uang yang nilai bendanya tidak sebesar nilai yang tertera atau uang yang dibuat berdasarkan kepercayaan masyarakat bahwa nilai mata uang tersebut akan diterima umum dengan nilai yang sama di manapun, di wilayah uang tersebut dicetak. Ciri – ciri uang fiat adalah i.
Nilai uang = nilai kepercayaan 34
ii.
Nilai uang nilai bahan pembuatnya
iii.
Money value is what money can buy yaitu nilai uang adalah seberapa besar uang itu bisa digunakan untuk membeli.
Mula – mula uang fiat dicetak tetap dengan jaminan sejumlah uang tertentu di bank sentral meskipun jumlahnya tidak 100%. Misalnya jaminan 50% artinya manakala pemerintah akan mecetak uang sebanyak Rp 1 trilyun dengan nilai emas per 1 gram Rp 100.000, maka pemerintah/ bank sentral harus menyediakan emas sebanyak 5.000 kg untuk mencetak uang tersebut. Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi maka nilai jaminan semakin berkurang
dan kemudian digantikan dengan pertimbangan perekonomian
dalam negeri. Uang kertas atau biasa disebut uang kartal yang digunakan di berbagai negara saat ini dibuat dan dikeluarkan oleh Bank Sentral yaitu Bank yang bertindak sebagai bank bagi bank – bank umum (Bankers Bank). Di Indonesia yang bertindak sebagai Bank Sentral adalah Bank Indonesia. Uang kartal menjadi sangat umum, karena bentuknya yang ringan, praktis sehingga mudah dibawa ke mana – mana dan berlaku umum pada suatu negara. Bahkan untuk negara – negara di kawasan Eropa, mata uang Euro berlaku sampai melintasi batas negara, sebagai mata uang bersama. Perekonomian terbuka menyebabkan orang dengan mudah melakukan perjalanan ke wilayah lain dalam satu negara atau bahkan ke luar negeri demikian juga perdagangan yang sudah melewati batas propinsi, pulau dan internasional seperti yang diilustrasikan di atas. Pada kondisi seperti pengiriman uang secara langsung menjadi sangat sulit, demikian juga dengan jenis mata uang yang akan digunakan dalam kesepakatan jual beli antara negara. Oleh sebab itu maka kemudian muncul jenis mata uang yang lain yaitu uang Giral . Uang giral adalah mata uang yang diciptakan oleh bank umum sebagai ganti deposit atau simpanan yang dimasukkan di Bank tersebut. Uang giral bisa berupa cek, sertifikat deposito, kartu kredit dan kartu debet. Pembayaran dengan menggunakan cek dan kartu kredit atau kartu debet sudah sangat umum, sehingga sering memunculkan jargon , “Kalau mau barang, Gesek Aja!”. Bahkan di Amerika Serikat, pembayaran dengan jenis uang ini berbanding sembilan banding sepuluh pada keseluruhan transaksi. Dari berbagai uraian di atas, maka sebenarnya hakikat uang adalah fungsinya sebagai alat tukar
dan dengan alat tersebut kita bisa membeli dan menjual
35
segalanya. Berbagai barang pernah berfungsi sebagai uang selama berabad abad, namun sekarang ini merupakan jamannya uang kertas dan uang bank, yaitu jenis yang tidak memiliki nilai intrinsik sama sekali selain kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat. III.
PASAR UANG Pasar uang atau sektor moneter adalah sektor pembentuk permintaan agregat
yang lain di samping sektor riil. Pasar uang adalah pertemuan antara penawaran uang dan permintaan uang. Keseimbangan pasar uang terjadi ketika besarnya penawaran uang ( Ms ) sama dengan besarnya Permintaan Uang ( Md). 1. Penawaran Uang Teori penawaran adalah teori kuantitas uang yaitu : M.V =P.T Di mana
M
= Money yaitu jumlah uang yang beredar di masyarakat
V
= Velocity / Kecepatan peredaran uang
P
= Price Level / Tingkat harga umum
T
= Transaction (trade) yi output yg dihasilkan dan ditransaksikan
Perbedaan pandangan Klasik dan Keynes adalah dalam pengertian variabel – variabel M, P dan T. Sedangkan untuk Velocity baik Keynes maupun Klasik beranggapan nilainya tetap. a. Pembahasan M, P dan T menurut Klasik Klasik beranggapan bahwa perekonomian selalu pada kondisi full employment, oleh karena itu menurut Klasik Ms = Md, dimana Ms adalah exogen dan given, ditentukan oleh otoritas moneter. Sementara Md bisa diderivasikan sebagai berikut : MV
=PT =Y
M
= 1/ V
M
= kY
.Y
P atau tingkat harga adalah fleksible, dalam perekonomian yang FE, maka biaya produksi ( dalam hal ini upah atau wage ) bersifat fleksibel atau bisa berubah. T atau jumlah output oleh Klasik dianggap tetap yaitu sebesar tingkat output Full Employment.
36
Sehingga persamaan kuantitas uang menurut teori Klasik adalah M.V
= P T ; karena V dan T diasumsikan tetap maka jika M diubah maka
P akan berubah searah b. Pembahasan M, P dan T menurut Keynesian Keynesian beranggapan bahwa perekonomian belum mencapai full employment di mana terdapat pengangguran. Sehingga menurut Keynes : M adalah Ms, di mana Ms eksogen dan given, ditentukan oleh penguasa moneter. M juga merupakan permintaan uang untuk transaksi atau disebut M1 dengan derivasi sama seperti Klasik yaitu M 1 = kY . Selain M1 Keynes masih mempunyai M dengan jenis yang lain P atau tingkat harga adalah rigid atau tegar dengan kecenderungan menurun, Hal ini dikarenakan dalam perekonomian
terdapat pengangguran. Biaya
produksi ( dalam hal ini upah ) tetap dengan kecenderungan menurun T
atau jumlah output tidak tetap
tetapi bergerak meningkat menuju
tercapainya full employment. Sehingga persamaan teori kuantitas uang menurut Keynes adalah : M . V
= P . T, Karena V dan P diasumsikan tetap maka jika M diubah T
akan berubah searah. c. Proses Pelipatan Jumlah uang Beredar Jika dalam perekonomian terdapat perubahan Ms sebesar Monetary Base ( B ), maka jumlah uang di masyarakat akan berubah sebesar M. Dengan adanya kebijakan RR = Reserve Requirement yang ditetapkan oleh bank Sentral maka rumusannya bisa diderivasikan sebagai berikut : RR M
= B
M / B
= 1/ RR
Artinya setiap ada kebijakan moneter sebesar B , maka akan merubah JUB sebesar ( 1/ RR ) x B. RR = Simpanan
masyarakat
yang harus ditahan pada lembaga keuangan
sebagai cadangan. 2. Permintaan Uang Menurut Klasik, uang diminta hanya untuk kepentingan melayani transaksi dengan menitik beratkan fungsi uang sebagai Units of Account dan Medium of Exchange.
37
Sedangkan menurut Keynesian ada 3 alasan mengapa uang diminta atau diperlukan yaitu : Untuk melayani transaksi yang juga menitik beratkan pada unit of account dan medium of exchange, atau disebut sebagai M1 Untuk berjaga – jaga dalam melakukan transaksi Precauntionary Demand for Money. Fungsi uang dititikberatkan pada temporary abode purchasing power dan store of value. Fungsi berjaga – jaga ini juga merupakan bagian dari M1 Dari teori tersebut M1
= M.Pre + Mt
, Karena Mpre
=
M1o
,
sedangkan Mt = k Y maka M1
= M1o + k Y
Untuk spekulasi atau disebut Speculative Demand for Money, yang disebut M2, menurut Keynes kegunaan Idle Balances atau uang yang belum dibelanjakan ada dua yaitu pertama
sebagai interest bearing money ( bonds ), uang dapat
menghasilkan pendapatan bunga bagi pemiliknya misalnya melalui pembelian bonds dan kedua
sebagai liquidity preference yang artinya uang dapat
memberikan likuiditas atau kelancaran dalam melakukan kegiatan ekonomi atau sebagai speculative demand for money. Kedua kegunaan tersebut merupakan trade off artinya individu harus memilih salah satu antara bonds dengan liquidity preference . Kedua pilihan tersebut sangat tergantung dari besarnya bunga. Seperti digambarkan dalam grafik berikut ini : A
B i
C
D
I8
0 M2
-
Tingkat bunga di atas I ( A – B ) semua idle money dipegang dalam bentuk interst bearing money ( bonds ), tidak ada M2. Daerah ini disebut dengan Clasical Range , karena dalam klasik tidak ada M2.
38
-
Tingkat bunga antara I dengan i8 ( B – C ) di mana sebagian uang adalah Liquidity Preference dan sebagian Interest Bearing. Daerah ini disebut Keynesian karena dalam Keynes terdapat dua jenis uang.
-
Tingkat bunga dibawah i8 ( C – D ) di mana semua uang diwujudkan dalam liquidity preference . Daerah ini disebut Liquidity Preference.
Besarnya i dipengaruhi oleh harapan masyarakat ( ekspektasi ) yang dalam jangka panjang dipengaruhi oleh baik faktor ekonomis maupun non ekonomis. Terdapat 2 jenis yaitu : a. Elastic Expectation yaitu bahwa kenaikan harga akan menimbulkan antisipasi bahwa harga akan terus meningkat, pembelian akan didorong naik dan karena adanya asumsi masyarakat bahwa harga akan terus naik, maka kenaikan menjadi tidak terkendali, di mana perekonomian menjadi tidak stabil. Pada kondisi seperti ini maka inflasi akan menjadi – jadi. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat bunga i.
Perekonomian
pada kondisi seperti ini
membuktikan tesis ala Keynes bahwa perekonomian masih underemployment. Perekonomian
seperti ini membutuhkan kebijakan pemerintah.
Fungsi
pemerintah mulai muncul dalam mengatur kondisi perekonomian suatu negara. b. Inelastic Expectation, idenya bahwa tingkat bunga di masa mendatang selalu akan kembali normal, diasumsikan bahwa
pelaku pasar bersikap optimis
apabila terdapat kenaikan harga maka hanya bersifat sementara dimana harga akan kembali normal, ekspektasi seperti ini akan membuat perekonomian menjadi stabil karena tidak adanya kepanikan massa dalam menghadapi inflasi. Hal yang sama juga berlaku dalam tingkat bunga. IV.
LEMBAGA KEUANGAN Yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah suatu perusahaan yang
kegiatannya mengumpulkan simpanan dari pihak yang kelebihan dana namun tidak mempunyai kemampuan atau keinginan untuk berusaha sendiri dan menyalurkannya kepada pihak wiraswasta/ pengusaha yang kekurangan dana. Atau sering disebut sebagai lembaga Financial Intermediary, lembaga perantara keuangan. Untuk menarik nasabah penyimpan dan sebagai balas jasa atas uang yang mereka simpan, maka lembaga keuangan akan memberikan pendapatan atas modal yang disebut
39
dengan bunga simpanan . Sementara kepada nasabah peminjam lembaga keuangan menetapkan bunga pinjaman sebagai imbalan atas dana yang mereka peroleh. Pendapatan yang diperoleh pihak lembaga keuangan adalah spread atau selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan. Pendapatan ini akan digunakan untuk membayar biaya - biaya operasional, dan ekspansi pengembangan usaha. Jenis – jenis lembaga keuangan meliputi : 1. Pasar Saham,
yaitu suatu badan atau perusahaan di mana saham – saham
perusahaan diperjual belikan. Keuntungan dari pasar saham adalah dari biaya komisi setiap transaksi dan jasa atas pelayanan yang mereka lakukan. Di Indonesia, pasar saham dikelola langsung oleh pemerintah. 2. Perusahaan Leasing¸ yaitu suatu perusahaan yang menjalankan kegiatan operasinya dengan meminjamkan dana kepada pihak yang membutuhkan. 3. Perusahaan Asuransi, yaitu perusahaan
yang memperoleh uang dengan
menjanjikan akan membuat sejumlah ganti rugi kepada individu, perusahaan atau badan – badan lain apabila terjadi suatu peristiwa seperti kebakaran, kecelakaan, kematian dan sebagainya. Orang atau perusahaan yang mengasuransikan propertynya, diharuskan membayar uang premi yang besarnya sudah ditentukan untuk memperoleh polis yang telah disepakati apabila terjadi hal – hal seperti yang tertera pada perjanjian. 4. Bank Umum dan Bank Perdagangan, yaitu bank yang kegiatannya selain menerima simpanan dan menyalurkannya ke dalam bentuk pinjaman kepada nasabah, juga menciptakan sendiri uang giral seperti buku cek, kartu debet dan kartu kredit. 5. Modal Ventura, yaitu lembaga keuangan yang memberikan bantuan modal berikut dengan pembinaan manajemennya dengan cara ikut serta dalam saham penyertaan di dalam suatu usaha. 6. Pegadaian, yaitu lembaga pemberi pinjaman kepada masyarakat dengan cara menjaminkan barang yang dimilikinya baik benda bergerak maupun benda bukan bergerak. Dari berbagai jenis lembaga keuangan yang ada, Bank umum merupakan lembaga keuangan paling penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian pada suatu negara. Terdapat beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Bank Umum
40
1. Kesanggupan menciptakan tabungan yang sewaktu – waktu dapat diambil dengan menggunakan cek, kartu debet dan kartu kredit. Yang artinya hanya bank umum yang berhak menciptakan uang giral dalam kegiatan usahanya. Tabungan giral yang diciptakan oleh Bank Umum dibedakan menjadi tabungan giral utama dan tabungan giral derifatif atau turunan. Tabungan Giral utama adalah manakala bank dalam menciptakan uang giral karena berdasarkan tabungan simpanan dari nasabah atau apabila ada cek atau pembayaran yang akan ditarik dari bank lain melalui mekanisme kliring. Sedangkan tabungan giral derifatif atau turunan adalah apabila untuk mencetak uang giral bank tersebut memanfaatkan dana nasabah simpanan untuk dipinjamkan kepada debitur. 2. Kemampuannya untuk menciptakan daya beli baru atau menghapuskan daya beli yang ada dalam perekonomian. Melalui mekanisme pengendalian jumlah uang beredar yang diatur dengan ketentuan BI, maka mereka bisa menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan menggunakan kebijakan tingkat bunga. 3. Corak pinjaman yang diberikan yang berupa pinjaman jangka pendek yang penting peranannya bagi perusahaan maupun perseorangan untuk menyesuaikan gerak fluktuasi usaha yang mereka miliki. V.
BANK SENTRAL Bank Sentral adalah suatu bank yang diberi tugas untuk
mengatur dan
mengawasi kegiatan lembaga – lembaga keuangan yang terdapat dalam perekonomian suatu negara. Pada umumnya dimiliki oleh pemerintah yang diserahi tanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi kestabilan kegiatan lembaga – lembaga keuangan dan untuk menjamin agar kegiatan lembaga – lembaga keuangan itu akan membantu menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil. Perbedaan kegiatan Bank Sentral dengan Bank Umum antara lain sebagai berikut : 1. Dalam perekonomian hanya terdapat satu bank sentral dan merupakan otoritas moneter yang membuat berbagai macam kebijakan. Bank sentral mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Sedangkan jumlah bank umum sangat banyak. 2. Bank Sentral dimiliki oleh pemerintah sedangkan Bank umum bisa dimiliki oleh pihak pemerintah yang disebut sebagai bank negara atau pihak swasta ( nasional 41
maupun asing ). Bank umum harus mengikuti aturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh bank sentral. 3. Tujuan bank sentral adalah untuk mengatur dan mengawasi kegiatan bank umum dan lembaga keuangan lainnya, melancarkan proses pertumbuhan ekonomi dan mengusahakan tercapainya tingkat perekonomian yang tinggi. Sementara tujuan Bank Umum adalah
mengumpulkan dan menyalurkan dana dari dan untuk
masyarakat dan mereka memperoleh keuntungan dengan menikmati spread atau selisih bunga pinjaman dengan bunga simpanan. Bank Sentral mempunyai hak oktrooi yaitu mencetak dan mengedarkan uang kartal yang berupa uang kertas dan logam. Bank sentral pula yang mengatur jumlah uang beredar untuk meningkatkan atau mengendorkan kegiatan ekonomi ( ekspansif dan kontraktif ). Sedangkan bank umum berhak untuk menciptakan uang giral. Di banyak negar yang sudah maju, uang giral mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap jumlah uang yang beredar di masyarakat. Di Indonesia
yang bertindak sebagai Bank Sentral adalah Bank Indonesia
berdasarkan UU no 13 tahun 1968. Mempunyai hak OKTROOI yaitu mengedarkan uang . PERANAN BANK INDONESIA 1. Bank Sirkulasi 2. Banker’s Bank 3. Lender of Last Resort Untuk menjalankan tugas dan peranannya maka BI mempunyai instrumen kebijakan sebagai berikut : 1. Cash Ratio atau minimum Reserve Ratio Requirement. Besarnya cash ratio mengalami perubahan yaitu 30 % menjadi 15 % ( SE BI tgl 30 Des 1977 ) dan berdasarkan Pakto 1988 turun menjadi 2 %. Sehingga loanable fund nya menjadi lebih besar. Apabila BU melanggar CR maka dikenakan denda pinalti 3% dari CR setiap hari. CR = Alat – alat liquid / Current Liabilites. CR ini dibedakan menjadi Primary Reserve yaitu cadangan kas dan saldo rekening yang ada di BI Dan Secondary Reserve tidak digunakan untuk CR tapi untuk menyangga Primary Reserve dalam bentuk Earning Assets misalnya surat berharga, valas, call money dll. 2. Discount Rate/ Suku bunga . BI hanya memberikan pedoman saja tetapi besarnya suku bunga tergantung masing – masing BU. Ciri penting kebijakan suku bunga: 42
Aktif, menunjang tercapainya sasaran moneter serta mendorong produktifitas sektor riil.
Realistis, sesuai dengan kondisi ekonomi secara makro tetapi juga menarik bagi penabung dan terjangkau bagi debitur.
Fleksibel, selalu berubah sesuai kondisi pasar
Selektif, Didasarkan pada urutan pembiayaan dan jangka waktu pinjaman.
3. Open Market Operation, kaitannya dengan pengaturan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Yaitu M1 ( uang kartal dan uang giral ) dengan cara bermain di pasar uang. Instrumen yang dipakai adalah SBI ( Sertifikat Bank Indonesia ) dan SBPU ( Surat berharga Pasar Uang ). 4. Refinancing Facility dan Discount Windows yaitu fasilitas yang diberikan oleh BI kepada BU dalam bentuk kredit likuiditas. Kredit ini dibagi menjadi 3 jenis
Kredit Liquiditas Biasa, BI ikut membantu BU dalam pembiayaan kredit yang diberikan kepada nasabah.
Kredit Liquiditas Gadai Ulang ( her fiducia ), BU meminta kredit kepada BI untuk nasabahnya dengan cara menggadaikan barang agunan nasabah tersebut. Dalam memberikan kredit ini tergantung pada Kesehatan BU, urutan prioritas,
besar
kredit,
penilaian
nasabah
sebelumnya,
pengalaman
pengembalian kredit liquiditas sebelumnya.
Kredit Liquiditas Darurat, diberikan BI pada BU yang kesulitan liquiditas krn CR kurang dari 2%. Inilah yang disebut Lender of Last Resort.
Setelah Deregulasi Perbankan Fasilitas Kredit Liquiditas berubah menjadi Fasilitas Diskonto. Terdapat 2 fasilitas
Diskonto I, diberikan BI untuk memperlancar pengaturan dana Primary Reserve. Fasilitas ini dengan menggunakan bunga di muka. Jangka waktunya adalah 2 minggu sampai 1 bulan.
Diskonto II, untuk memudahkan BU merealisasi kredit yang telah disetujui. Jangka waktu Diskonto II adalah 4 bulan
5. Credit Allocation, yaitu prioritas pemberian kredit yang diberikan oleh BU. Ini dipakai untuk menekan pemberian kredit yang bergejala inflatoir. Sehingga ditetapkan adanya Pagu Kredit. Hal ini berkaitan erat dengan pengendalian JUB. 6. Foreign Exchange Rate, Dulu BI menetapkan nilai tukar yang berlaku dipasaran dengan menggunakan perangkat Devaluasi dan Revaluasi, namun dengan 43
berkembangnya sektor moneter, BI menggunakan Nilai Tukar yang diambangkan yaitu dengan mengandalkan mekanisme D & S yang ada di pasar. Perangkatnya disebut dengan Depresiasi dan Apresiasi. VI. Industri Perbankan di Indonesia Perbankan mempunyai peranan sangat sentral dalam kehidupan masyarakat saat ini, yaitu sebagai Agent Of Development. Dengan semakin globalnya ekonomi dunia banyak kejadian internasional yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh terhadap ekonomi dalam negeri. Sehingga Banking harus memberi pelayanan secara menyeluruh. Bagi nasabah besar perlu adanya Prinsip Corporate dan Wholesale Banking sementara bagi nasabah kecil diperlukan adanya Retail Banking. Industri Perbankan di Indonesia telah mengalami pasang surut, dimulai dari tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi muncul sampai dengan krisis ekonomi yang melanda dengan imbas yang luar biasa bagi bisnis Perbankan. Secara Kronologis Industri Perbankan bisa digambarkan sebagai berikut : 1. Era sebelum Juni 1983. Ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam pengaturan
pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank –
bank nasional serta penyediaan likuiditas dalam jumlah yang melimpah sehingga bank komersial hanya sebagai penyalur kredit bank Indonesia. Akibatnya pola pengelolaan bank komersial cenderung kurang profesional, kurang inovatif dan kurang memiliki kreatifitas. 2. Paket Juni 1983 ( Pakjun 1983 ). Deregulasi ini mengandung 3 unsur utama yaitu a. Menghapus pagu kredit sehingga bank nasional bisa memberikan kredit secara leluasa sesuai dengan kemampuannya
dengan harapan
bank dapat
berkembang secara wajar. b. Bank diberikan kebebasan untuk menentukan tingkat suku bunganya sendiri dalam rangka memobilisasi dana dari dan kepada masyarakat c. Mengurangi sebanyak mungkin atau meniadakan ketergantungan kepada bank sentral ( Bank Indonesia ) dengan cara mengurangi / meniadakan kredit likuiditas. Dengan liberalisasi tersebut diharapkan industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan represi sektor keuangan dan sistem
44
keuangan negara kita. Sejak adanya deregulasi tersebut, industri perbankan maju pesat. 3. Paket 27 Oktober 1988 ( Pakto 1988 ). Berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap financial market sambil mendorong perbankan ke arah kompetisi (persaingan ) yang efisien dan sehat dengan kemudahan dalam mendirikan bank. Oleh karena itu jumlah bank dan kantor cabang bank semakin banyak, persaingan antar bank menumbuhkan kreatifitas dan inovasi 4. 29 Mei 1993. Penilaian Tingkat kesehatan bank. Dengan Pakto 1988
yang
memberikan kebebasan dan kemudahan bagi bank komersiil untuk melakukan inovasi menyebabkan banyak bank yang salah langkah, kurang hati – hati atau menyimpang dari aturan atau ketentuan yang berlaku. Sehingga menimbulkan kecenderungan meningkatnya kredit macet. Dalam rangka prudential banking (prinsip kehati-hatian ) ini, maka bank Indonesia menetapkan adanya ketentuan tentang penilaian bank yang dikenal dengan metode CAMEL (Capital, Assets, Manajemen Risks, Earning, Liquidity ). 5. PP No 68 th 1996. Peraturan pemerintah ini terutama menekankan soal kewajiban bank dalam memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia serta melaksanakan usaha – usaha sesuai dengan prinsip kehati – hatian. PP No 68 berisikan 3 unsur yaitu : a. Peningkatan CAR ( Capital Adequacy Ratio ) minimal 8 % dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR ) menjadi 10 % pada akhir 1997 dan 12 % pada tahun 2001. b. Peningkatan modal disetor menjadi Rp 50 miliar bagi bank umum non devisa dan Rp 150 miliar bagi bank devisa. c. Peningkatan Giro wajib Minimum dari 3 % menjadi 5% per April 1997. 6. 10 Nopember 1998: UU No 10 Tahun 1998. Isi UU tersebut antara lain : a. Penegasan kemandirian Bank Indonesia dalam pembinaan dan pengawasan perbankan dengan mengalihkan kewenangan seluruh perizinan di bidang Perbankan dari semula berada pada menteri keuangan b. Pembentukan badan khusus sebagai pelaksana penyehatan perbankan c. Perubahan cakupan rahasia bank d. Penyesuaian ketentuan pendirian dan kepemilikan bank dengan menghapus diskriminasi pengaturan antara bank campuran dan bank umum e. Kemudahan pelaksanaan prinsip – prinsip syari’ah dalam kegiatan usaha bank 45
7. 13 Maret 1999 : Program Rekapitalisasi Perbankan URUTAN KRISIS YANG MELANDA INDONESIA
Krisis Moneter
Krisis Perbankan
Krisis Ekonomi
Krisis Sosial
Krisis Kepercayaan
Krisis Politik
-
Depresiasi rupiah terhadap dolar AS Neraca Pembayaran LN negatif Utang luar negeri membengkak
-
Likuidasi 16 Bank Pembentukan BPPN BBO & BTO
-
Tingkat suku bunga pinjaman sangat tinggi Kelumpuhan sektor riil Tingkat inflasi yang sangat tinggi PHK di berbagai sektor riil Tingkat pengangguran meningkat
-
Penduduk di bawah garis kemiskinan meningkat Kerusuhan penjarahan disertai unsur sara Kriminalitas meningkat
-
Kepercayaan terhadap pemerintah turun drastis Penggulingan terhadap rezim orde baru Terbentuknya partai – partai baru
-
Sinisme terhadap program pemerintah Pro kontra sidang umum MPR
Sementara beberapa indikator dalam berbagai krisis yang melanda Indonesia adalah sebagai berikut :
46
INDIKATOR KRISIS
INDIKATOR KRISIS
INDIKATOR KRISIS
MONETER
KEUANGAN
EKONOMI
1. Depresiasi rupiah terhadap valuta asing
1. Tingkat suku bunga SBI 1. Banyak perusahaan yang tinggi, mulai 30%
menderita kerugian,
2. Balance Of Payment
p.a sampai 45 % p.a (
bahkan bangkrut
yang negatif / defisit
untuk jangka waktu 1
2. Harga 9 bahan pokok
3. L/C bank – bank nasional tidak bisa
bulan ) 2. Tingkat suku bunga
meningkat dengan pesat 3. Inflasi mencapai 24%
diterima oleh perbankan
deposito yang tinggi
dalam 3 bulan pertama
internasional
mencapai 45% p.a
pada tahun 1998
4. Uang beredar baik M1,
sampai dengan 65% (
4. PHK diberbagai
M2 maupun M3
untuk jangka waktu 1
perusahaan baik BUMN
meningkat tajam
bulan )
maupun swasta
3. Tingkat suku bunga kredit perbankan sangat
5. BBM dan tarif listrik terus naik.
tinggi. 4. Likuiditas bank – bank pada posisi terpuruk 5. Banyak bank umum kalah kliring 6. Utang Bank Umum dalam bentuk BLBI melampaui 200% 500% modal bank
KRONOLOGIS TINDAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PERBANKAN Tanggal
Diputuskan
Isi Keputusan
Keterangan
Oleh 24 Nop
Menteri
Pencabutan izin usaha
BHS, B Guna Internasional, B
1997
Keuangan
16 Bank swasta
Andromeda, B Astria Raya, B Sejahtera, B Dwipa, B Kosagraha Semesta, B Jakarta, B Citrahasta
47
Manunggal, South East Asia B, B Pinaesaan, B Mataram Dhanaarta, B Anrico, B Pasific, B Industri, B Majapahit Jaya 4 April
BPPN
1998
a. 7 Bank BBO b. Pengambilalihan
a. B Kredit Asia, Centris Internasional B, B deka, B
7 bank swasta oleh
Subentra, B Pelita,
BUMN & BPPN
Hokindo B, B Surya b. BDNI, Bank Exim, B Danamon, B Umum Nasional, B Tiara asia, B PDFCI, B Modern
21 April
BPPN
1998
a. 3 BUMN keluar dari BPPN b. 4 Bank swasta dan 1 BPD keluar dari BPPN c. 22 Bank Swasta dan 10 BPD masih dalam pengawasan
21 Juni 1998
BPPN
a. 8 Bank BBO b. 7 Bank BTO
48