BAB IV TINJAUAN KOTA SURAKARTA A. Kota Surakarta 1. Profil Kota Kota Surakarta terletak antara 110o 45’ 15” dan 110o 45’ 35 “ Bujur Timur dan antara 7o 36’ dan 7o 56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo/Sala terletak di dataran rendah, Kota surakarta berbatasan di: •
Sebelah Utara dengan Kabupaten Boyolali,
•
Sebelah Timur dengan Kabupaten Karanganyar,
•
Sebelah Selatan dan Barat dengan Kabupaten Sukoharjo.
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 Km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Kelima kecamatan tersebut dibagi menjadi 51 kelurahan, 601 RW dengan jumlah RT sebanyak 2.709 dan jumlah KK sebanyak 166.871. Jumlah RW terbesar terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu sebanyak 175 dengan jumlah RT sebanyak 874. Jumlah RW dan RT yang paling kecil adalah Kecamatan Serengan yaitu hanya sebesar 72 RW dan 312 RT.
Gambar 4.1, Peta Pembagian Administratif Kota Surakarta dan Batas-Batasnya Sumber: Bappeda Kota Surakarta, 2013
IV-1
2. Kependudukan Jumlah penduduk Surakarta akhir tahun 2013 sebanyak 507.825 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan hampir seimbang yaitu 48,64% dan 51,36%. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari yaitu sebesar 30,44%, sedangkan kecamatan Serengan adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar 10,38 %. Jumlah penduduk tersebut terbagi kedalam 166.871 KK, angka ini naik 22,88 % dibandingkan tahun 2012. Jika dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya berjumlah 123.360 KK maka dalam 10 tahun kenaikkan jumlah Rumah Tangga di Kota Surakarta mencapai 35,27 %. Yang berarti rata-rata pertahunnya 3,53%. Berdasarkan data jumlah penduduk akhir tahun 2013, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta selama tahun 2013 adalah sebesar 1,54 % Kepadatan penduduk Surakarta tahun 2013 sebesar 11.531 jiwa per km2 . Kecamatan Serengan merupakan kecamatan terpadat yaitu dengan kepadatan 16.522 jiwa per km2 . Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu Kecamatan Jebres dengan kepadatan 10.142 jiwa per km2. Tabel 4.1, Kependudukan Kota Surakarta
Variabel Kependudukan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total Laju Pertumbuhan Rasio Jenis Kelamin Jumlah Rumah Tangga Rata-rata ART Kepadatan (jiwa/KM2) Komposisi umur (%) 0-14 15-64 64+
2011
2012
2013
243.507 256.263 499.790 0,65 95,02 148.832 3,36 11.348
243.851 256.320 500.171 0,08 95,14 135.801 3,68 11.357
246.982 260.825 507.825 1,53 94,69 166.871 3,04 11.531
21,83 72,31 5,86
23,10 71,48 5,43
22,41 71,26 6,33
Sumber: BPS Surakarta, 2013
IV-2
3. Iklim dan Cuaca Kota Surakarta merupakan daerah beriklim tropis Suhu udara ratarata di Kota Surakarta berkisar antara 25,8 C sampai dengan 28,3oC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 66% sampai dengan 88%. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Januari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25 hari. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 783 mm jatuh pada bulan Januari. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Januari sebesar 25,3mm per hari hujan. Tabel 4.2, Curah Hujan Kota Surakarta Perbulan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember JUMLAH
Curah Hujan 783,10 688,90 289,90 533,60 579.00 70,80 0,20 92,20 316,00 420,90 3.774,69
Hari Hujan
Rata-Rata
25 18 13 15 6 4 2 7 17 22 129
25,30 23,80 9,40 17,80 1,90 2,40 0,01 2,80 10,50 13,60 107,61
Sumber: BPS Surakarta, 2013
29 28,5
28,5
28 27,5 27 26,5 26
27 26,2
26,5
27,5
27,4 27,3 26,8 26,4 26,4
27,2 26,5
25,5 25
Gambar 4.2, Grafik Tahunan Suhu Rata-Rata Kota Surakarta Tahun 2013 Sumber: BPS Surakarta, 2014
IV-3
4. Kondisi Topografi Kota Surakarta pada umumnya terletak pada dataran rendah di ketinggian rata-rata 80 hingga 120 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan kemiringan tanah berkisar antara 0-15% dengan kemiringan ratarata tertinggi pada Kecamatan Jebres sebesar 2-15% Sebagian besar lahan di kota Surakarta dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 60% lebih dari total luas kota. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada, dengan rincian: •
Permukiman: 2.873,51 ha
•
Jasa: 384,51 ha
•
Perdagangan: 245,40 ha
•
Industri: 97,95 ha
•
Tanah kosong: 112,99 ha
•
Tanah Tegalan: 110,74 ha
•
Sawah: 99,46 ha
•
Kuburan: 68,83 ha
•
Lapangan Olahraga: 60,05 ha
•
Taman Kota: 12,08 ha
•
Lain-lain: 338,54 ha
IV-4
Gambar 4.3, Peta Penggunaan Lahan di Kota Surakarta Sumber:Bappeda kota Surakarta, 2013
5. Pariwisata Kota Surakarta dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Tujuan wisata utama kota Surakarta adalah Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, dan Museum Batik Danar Hadi.
Gambar 4.4, Peta Persebaran Tujuan Wisata di Kota Surakarta Sumber: http://maps.google.com
IV-5
Secara umum kondisi kepariwisataan di Kota Surakarta mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal ini dikarenakan upaya pemerintah Kota Surakarta dalam menggalakkan event-event bertaraf internasional, secara rinci, data pengunjung sembilan objek wisata utama di Kota Surakarta baik wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) dalam kurun waktu tiga tahun relatif naik, walaupun beberapa objek terdapat penurunan drastis seperti pada kraton kasunanan untuk wisatawan mancanegara. Tabel 4.3, Jumlah Pengunjung Objek Wisata Utama di Kota Surakarta 2010-2012
Objek Wisata
2010
2011
2012
Wisman
Wisnus
Wisman
Wisnus
Wisman
Wisnus
Kraton Kasunanan
3.516
30.767
1.201
30.882
810
47.331
Mangkunegaran
18.231
19.978
23.502
17.731
23.413
27.051
Museum Radyapustaka
1.007
16.244
2.575
14.124
2.092
13.500
-
-
-
-
-
-
W.O Sriwedari
264
17.138
311
20.874
136
12.601
THR Sriwedari
91
329.889
31
334.418
46
309.391
Museum Batik
1.026
8.824
1.826
15.094
1.177
12.601
-
292.546
-
32.714
-
272.197
363
273.229
1.467
935.496
2.084
1.387.832
Taman Sriwedari
Taman Jurug Taman Balekambang
Sumber: BPS Surakarta, 2013
Dari angka jumlah pengunjung wisata utama di Kota Surakarta yang ada, wisatawan dalam negeri memilih wisata hiburan ke taman-taman, dengan angka tertinggi pada tahun 2012 mencapai lebih dari 1,8 juta pengunjung ke Taman Balekambang, Taman Jurug, dan THR Sriwedari. Sedangkan wisatawan dari luar negeri memilih wisata kultural-edukasi dengan tujuan utama ke Pura Mangkunegara dan Kasunanan yang juga merangkap sebagai museum didalamnya, serta Museum Batik dan Museum Radya Pustaka juga populer di kalangan wisatawan mancanegara.
IV-6
6. Kebijakan dan Strategi Pembangunan di Bidang Pariwisata dan Budaya Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surakarta tahun 2011-2031, terdapat Kebijakan dan Strategi pembangunan dibidang pariwisata dan budaya, yaitu sebagai berikut: a. Kebijakan 1) Pengembangan sistem pusat pelayanan yang terintergrasi dan berhirarki sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis pendidikan, pariwisata, dal lain sebagainya. 2) Mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional. 3) Mengembangkan sarana dan prasarana kota untuk mendukung sektor industri kreatif dan sektor pariwisata. 4) Merevitalisasi kawasan cagar budaya sebagai pusat kegiatan pariwisata, sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. b. Strategi Mengembangkan sarana kegiatan budidaya untuk menunjang sosial budaya, pariwisata, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. 7. Kesimpulan Kota Surakarta adalah sebuah kota di Indonesia yang memiliki berbagai tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan baik mancanegara dan lokal, di mana salah satu tujuan wisata yang populer di Kota Surakarta adalah museum. B. Museum Di Kota Surakarta Kota Surakarta memiliki sepuluh museum yang saat ini beroperasi, di mana setidaknya lima dari sepuluh museum tersebut merupakan museum besar, di mana empat dari lima museum besar tersebut menjadi tujuan wisata utama di Kota Surakarta.
IV-7
Gambar 4.5, Letak Berbagai Museum di Kota Surakarta Sumber: http://maps.google.com
Museum-museum yang berada di Kota Surakarta antara lain: A) Museum Radya Pustaka; B) Museum Dullah; C) Museum Batik Danar Hadi; D) Museum Keris; E) Museum Keraton Kasunanan; F) Museum Pura Mangkunegaran; G) Museum Lokananta; H) Museum Samanhudi; I) Museum Pers Nasional; J) Museum Bank Indonesia Surakarta. Museummuseum tersebut bervariasi dari besar-kecilnya, skalanya, tema dan objeknya, mayoritas museum di Kota Surakarta mengangkat tema sejarahbudaya, seperti Museum Radya Pustaka, Museum Pura Mangkunegaran dan Museum Keraton Kasunanan. Selain itu terdapat pula museum dengan tema sejarah-teknologi seperti Museum Pers Nasional dan museum bertema senibudaya seperti Museum Lukis Dullah. Museum-museum yang merupakan tujuan wisata utama di Kota Surakarta antara lain, Museum Radya Pustaka, Museum Keraton Kasunanan, Museum Pura Mangkunegaran, dan Museum Batik di mana gabungan dari keempat museum tersebut setidaknya dikunjungi oleh 128.975 wisatawan baik mancanegara maupun domestik.
IV-8
Secara umum, pertahunnya minat masyarakat untuk berkunjung ke museum-museum yang berada di Kota Surakarta cenderung naik, hal ini dibuktikan dengan melonjaknya jumlah kunjungan ke empat museum utama tersebut terutama untuk wisatawan domestik, selama periode tiga tahun dari tahun 2010 hingga tahun 2012 tercatat kenaikan sebesar hampir 44 ribu pengunjung dari 85 ribu pengunjung ke hampir 130 ribu pengunjung atau penambahan rata-rata pertahunnya sekitar 23,21% 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0
2010
2011 Domestik
Mancanegara
2012 Total
Gambar 4.6, Grafik Tahunan Kunjungan Museum di Kota Surakarta Sumber: BPS Surakarta, 2013
Perhitungan kedepan dalam jangka waktu 33 tahun (2045) maka kunjungan museum di Kota Surakarta menggunakan rumus proyeksi pengunjung p+q= p(1+r)q Dimana p merupakan jumlah awal, r adalah persentase pertumbuhan rata-rata dalam nilai nominal, q adalah jangka waktu dan p+q adalah jumlah proyeksi pengunjung 1. •
Proyeksi selama 3 tahun (2015) p = 128.975 (2012) q=3 r = 23,21% ; 0,2321 p+q = 128.975 (1+0,2321)3 = 128.975 (1,2321) 3 = 128.975 (1,870414552161)
1
BSE Geografi SMA kelas XI melalui http://geograph88.blogspot.co.id/
IV-9
= 241.236 Jika bangunan Museum Telekomunikasi Seluler direncanakan dibangun pada tahun ini maka setidaknya per harinya Museum Telekomunikasi Seluler harus dapat menampung sekitar 132 pengunjung setiap harinya, •
Proyeksi selama 13 tahun (2025) p = 128.975 (2012) q = 33 r = 23,21% ; 0,2321 p+q = 128.975 (1+0,2321)13 = 128.975 (1,2321) 13 = 128.975 (4.52889756158) = 584.114
Setelah 10 tahun beroperasi maka per harinya Museum Telekomunikasi Seluler harus dapat menampung sekitar 300 pengunjung per harinya. Dari perhitungan diatas maka dapat diperoleh bahwa jika museum hendak dibangun untuk jangka waktu 10 tahun kedepan maka setidaknya harus dapat menampung 300 pengunjung perharinya. Museum-museum yang juga merupakan tujuan wisata utama di Kota Surakarta hampir kesemuanya adalah museum dengan tema kulturalsejarah, seperti museum Pura Mangkunegaran dan museum Keraton Kasunanan, walau begitu, di Kota Surakarta juga terdapat museum dengan tema teknologi-sejarah seperti Museum Monumen Pers, keberadaan akan museum yang memiliki tema yang berbeda dengan museum-museum utama di Kota Surakarta dapat memberikan nilai tawar yang berbeda dan alternatif tujuan wisata lain di Kota Surakarta. Dari penjelasan di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kondisi permuseuman di Kota Surakarta saat ini yang sebagian besar merupakan museum kultural-sejarah mengalami kenaikan pengunjung dan perlu ditingkatkan lagi dengan menambah museum yang memiliki tema berbeda agar dapat memberi variasi di dalam tujuan wisata di Kota Surakarta.
IV-10
C. Telekomunikasi Seluler Di Kota Surakarta 1. Sejarah Kota Surakarta adalah salah satu kota besar di Indonesia di mana sejarah pertelekomunikasian seluler menjadi bagian penting karena Kota Surakarta merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dicakup oleh servis telekomunikasi seluler pada akhir dekade 80an, pada saat itu terdapat dua sistem yang berjalan yaitu sistem AMPS pada 800Mhz dan sistem NMT-450i pada 470Mhz di mana kedua sistem ini ditangani oleh empat operator yang semuanya bermitra kepada PT Telkom Indonesia pada saat itu. Pada tahun 1994, di perkenalkan sistem GSM lewat operatornya Satelindo, pada tahun-tahun berikutnya muncul berbagai operator lain seperti Telkomsel, Excelcom (Sekarang XL Axiata), tahun 2001, SMS resmi diperkenalkan yang menjadi populer hingga saat ini, tahun 2002 sistem CDMA diperkenalkan lewat operator Flexi, pada tahun yang sama ini pula GPRS dan MMS juga diperkenalkan oleh operator Indosat dan Telkomsel. Tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan sistem seluler dengan perkenalan 3G yang memungkinkan akses internet broadband pada perangkat seluler, perkenalan berbagai operator baru juga terjadi sepanjang paruh kedua awal dekade 2000 hingga sekarang dengan pengembangan terbaru 4G, Saat ini di Kota Surakarta terdapat berbagai operator seluler diantara lain: •
Indosat (GSM & CDMA)
•
Hutchinson (GSM)
•
Telkomsel (GSM)
•
XL Axiata (GSM)
•
Smarfren (CDMA)
•
AceS (Satelit)
IV-11
2. Bisnis Telekomunikasi Seluler Di Kota Surakarta, telekomunikasi seluler merupakan salah satu bisnis besar dengan penghasilan total lebih dari 293 Miliar rupiah pada tahun 2013, bisnis telekomunikasi seluler utamanya mencakup penjualan pulsa termasuk kartu perdana, dan juga jual-beli perangkat seluler baik barang bekas maupun baru, selain itu terdapat pula bisnis servis perangkat seluler dan juga jual-beli aksesoris perangkat seluler. Kota Surakarta terdapat titik-titik penjualan dan juga servis perangkat seluler, yaitu Pasar Singosaren, Grand Mall, City Walk Purwosari, Pasar Klitikan Semanggi, Pasar Banjarsari. 3. Kolektor Perangkat Seluler di Kota Surakarta Kota Surakarta merupakan salah satu pusat kolektor barangbarang seluler yang aktif di Indonesia. Setidaknya terdapat lebih dari 100 orang dan hampir separuhnya saat ini aktif baik sebagai kolektor dan penjual spesalis peralatan seluler jaman dahulu maupun keduanya di Kota Surakarta sendiri, ditambah lagi sekitar 20-40 orang lagi di sekitar eks-karisidenan Surakarta. Populernya Kota Surakarta sebagai pusat barang seluler, terutama perangkat seluler yang dapat dibilang sudah jarang dipakai masyarakat, dikarenakan beberapa faktor, diantaranya: a. Berlimpahnya suplai perangkat seluler di Kota Surakarta Kota Surakarta mempunyai pusat-pusat penjualan perangkat seluler, terutama perangkat lawas seperti di Pasar Klitikan Semanggi dimana biasanya barang-barang seluler didapat dari penadah barang loak dari sekitar kota surakarta, tentu saja tempat lainnya yang relatif lebih modern seperti Pasar Singosaren, walaupun tidak sepenuhnya barang lawas, dan sangat berbeda sistemnya dengan pasar barang bekas, pasar-pasar ini saling memberikan alternatif dan juga tetap memberikan suplai yang besar terhadap Kota Surakarta akan barang seluler.
IV-12
b. Relatif murahnya harga perangkat seluler di Kota Surakarta Barang-barang dari pasar bekas seperti Pasar Klitikan Semanggi didapatkan dari pengepul yang biasanya didapat dari satuan kilogram, hal ini mengakibatkan barang-barang seluler yang didapat di pasar-pasar seperti ini biasanya berharga lebih murah daripada pasar lainnya. c. Ramahnya ruang berkumpul di Kota Surakarta saat ini Kota Surakarta merupakan kota yang tidak terlalu besar skalanya dengan berbagai fasilitas ruang publik yang dapat dibilang mudah diakses oleh masyarakat luas, hal ini menjadi salah satu poin penting dari populernya kota surakarta sebagai pusat kolektor barang seluler saat ini, di mana para kolektor-kolektor ini biasanya berkumpul di tempat yang mudah diakses dan luas seperti taman-taman dan pada satu event tertentu. 4. Kesimpulan Telekomunikasi seluler di Kota Surakarta sudah berkembang dan menjadi bagian penting daripada masyarakat Kota Surakarta sendiri, dimana didalam sejarah perkembangan telekomunikasi seluler, Kota Surakarta menjadi salah satu kota yang memiliki akses seluler pertama di Indonesia.
IV-13
BAB V TINJAUAN MUSEUM YANG AKAN DIRENCANAKAN A. Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan merupakan wadah pelestarian
dan
juga
pembelajaran
perangkat
hasil
dari
teknologi
telekomunikasi seluler, terutama sejarah, perkembangan, dan pemakaiannya di masyarakat, pelestarian dan pembelajaran juga termasuk dokumen-dokumen, buku dan juga naskah serta barang-barang yang berhubungan dengan teknologi telekomunikasi seluler serta mewadahi kegiatan lainnya seperti jual beli perangkat telekomunikasi seluler dan bedah perangkat telekomunikasi seluler yang berlokasi di Kota Surakarta. B. Peran Museum Telekomunikasi Seluler •
Sebagai wadah penyimpanan, perawatan, penyajian dan pendidikan dari perangkat telekomunikasi seluler yang mampu memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat seluler yang masih layak pakai kepada masyarakat luas
•
Memberikan apresiasi kepada masyarakat terhadap pentingnya teknologi telekomunikasi seluler
C. Lingkup Pelayanan Museum Telekomunikasi Seluler Lingkup pelayanan Museum Telekomunikasi Seluler sebagai wadah kegiatan penyimpanan, perawatan, penyajian dan pendidikan telekomunikasi seluler dalam lingkup wilayah regional di daerah Kota Surakarta, segala aspek yang menyangkut pertimbangan segi perencaan makro dalam lingkup Kota Surakarta.
V-1
D. Status Museum Telekomunikasi Seluler 1. Kelembagaan Museum Telekomunikasi Seluler Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan merupakan fasilitas yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surakarta sehingga pengelolaan dan pembinaan diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, yang dibantu oleh lembaga lainnya baik dari pemerintah maupun non pemerintah yang bergerak di bidang telekomunikasi seluler serta dibantu oleh komunitas kolektor perangkat seluler lokal yang berada di Kota Surakarta dan sekitarnya. 2. Program Museum Telekomunikasi Seluler Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan memiliki beberapa program yang dibagi menjadi tiga sesuai dengan jangka waktu pelaksanannya, yaitu: a. Program jangka pendek •
Mengumpulkan dan menambah materi koleksi benda-benda dari perkembangan teknologi telekomunikasi seluler di Indonesia
•
Mengajak masyarakat untuk mengapresiasi sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi seluler melalui dialog dan diskusi
•
Mengadakan event-event yang bersifat edukatif dan juga rekreatif
•
Mengadakan kegiatan pengenalan teknologi seluler melalui acara workshop dan studio
b. Program jangka menengah •
Melakukan kerjasama lintas lembaga dan juga komunitas baik lokal, nasional maupun internasional di bidang pengumpulan materi koleksi
•
Menerbitkan katalog koleksi yang dapat digunakan untuk masyarakat luas
•
Mengumpulkan
informasi-informasi
sejarah
perkembangan
teknologi telekomunikasi seluler secara mendetail
V-2
c. Program jangka panjang •
Memperluas bangunan museum telekomunikasi seluler untuk menambah kapasitas koleksi dan pameran
3. Visi-Misi Museum Telekomunikasi Seluler Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi: “Terwujudnya Museum telekomunikasi seluler menjadi sarana penyimpanan, perawatan, penyajian dan pendidikan telekomunikasi seluler” Misi: •
Mewujudkan peran museum sebagai wadah pelestarian benda-benda telekomunikasi seluler di Indonesia.
•
Mewujudkan peran museum sebagai sumber informasi sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia.
•
Mewujudkan peran museum sebagai media edukasi dan rekreasi bagi pengembangan sejarah dan IPTEK.
•
Mewujudkan museum sebagai wahana peningkatan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia.
4. Struktur Organisasi Museum Telekomunikasi Seluler Sturktur organisasi dari Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan mengacu kepada struktur organisasi Museum Monumen Pers Nasional di Kota Surakarta yang kemudian diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan.
V-3
Kepala Museum Subbag Tata Usaha
Seksi Konservasi dan Preservasi
Seksi Pelayanan Informasi
Seksi Kemitraan dan Promosi
Seksi Kepustakaan dan Kurasi
Seksi Studio Preparasi
Bagian Fungsional Gambar 5.1, Struktur Organisasi Museum Telekomunikasi Seluler yang Direncanakan Sumber: Museum Monumen Pers, 2011
E. Pengunjung Museum Telekomunikasi Seluler Pengunjung dari museum telekomunikasi seluler yang direncanakan dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pengelola Pengelola museum merupakan petugas yang bekerja dikalangan museum, pengelolaan museum dikepalai oleh kepala museum yang dibantu oleh kepala bagian yang kemudian membawahi dua kelompok bagian jabatan yaitu: a. Bagian Administrasi Bagian administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, suratmenyurat, kerumah-tanggaan, pengamanan dan registrasi koleksi. b. Bagian Teknis Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas. 2. Pengunjung Pengunjung museum yang direncanakan merupakan masyarakat luas dari orang awam hingga pelajar.
V-4
F. Sasaran Pelayanan Museum Telekomunikasi Seluler 1. Terhadap Teknologi Telekomunikasi Seluler Sebagai sarana penyimpanan, perawatan, penyajian dan pendidikan dari perangkat telekomunikasi seluler dalam bentuk museum 2. Terhadap Pengunjung Sebagai sarana hiburan dan apresiasi di bidang teknologi terutama teknologi telekomunikasi seluler G. Kegiatan Museum Telekomunikasi Seluler Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan telekomunikasi seluler. Esensi dari Museum Telekomunikasi Seluler yaitu penyimpanan, perawatan, penyajian dan pendidikan 1. Museum
Telekomunikasi
Seluler
Sebagai
Sarana
Penyimpanan
Telekomunikasi Seluler a. Penyimpanan perangkat seluler b. Karantina perangkat seluler 2. Museum
Telekomunikasi
Seluler
Sebagai
Sarana
Perawatan
Seluler
Sebagai
Sarana
Penyajian
Telekomunikasi Seluler a. Perpustakaan & Arsip b. Laboratorium konservasi 3. Museum
Telekomunikasi
Telekomunikasi Seluler a. Pameran perangkat telekomunikasi seluler b. Pameran sejarah perkembangan telekomunikasi seluler 4. Museum
Telekomunikasi
Seluler
Sebagai
Sarana
Pendidikan
Telekomunikasi Seluler yang mampu memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat seluler yang masih layak pakai kepada masyarakat luas a. Dialog dan diskusi tentang perangkat telekomunikasi seluler b. Studio dan workshop restorasi perangkat telekomunikasi seluler
V-5
c. Teater film dokumenter perkembangan telekomunikasi seluler Selain itu Museum Telekomunikasi Seluler ini juga memiliki beberapa kegiatan yang mendukung fungsi-fungsi tersebut, yaitu: 1. Pengelolaan a. Ruang administrasi b. Ruang Rapat c. Studio preparasi 2. Promosi a. Jual beli b. Promosi c. Launching produk d. Bedah produk e. Kegiatan sponsor f. Kegiatan komunitas 3. Penunjang a. Keamanan b. Cafetaria/Kantin c. Toilet d. Musholla e. Front desk f. Tempat parkir g. Loading bay H. Kebutuhan Ruang Museum Telekomunikasi Seluler 1. Museum Telekomunikasi Seluler sebagai sarana penyimpanan telekomunikasi seluler a. Fungsi Sebagai sarana penyimpanan telekomunikasi seluler untuk mengawetkan dan juga melestarikan perangkat seluler b. Ruang yang dibutuhkan (secara umum) •
Ruang penyimpanan utama koleksi
V-6
•
Ruang penyimpanan karantina koleksi
2. Museum
Telekomunikasi
Seluler
sebagai
sarana
perawatan
telekomunikasi seluler a. Fungsi Sebagai sarana perawatan telekomunikasi seluler untuk melestarikan perangkat seluler b. Kegiatan yang diwadahi •
Konservasi perangkat seluler
•
Pembukuan perangkat seluler
c. Ruang yang dibutuhkan (secara umum) •
Perpustakaan & Arsip
•
Laboratorium konservasi
3. Museum
Telekomunikasi
Seluler
sebagai
sarana
penyajian
maupun
teknologi
telekomunikasi seluler a. Fungsi Sebagai
sarana
pengenalan
sejarah
telekomunikasi seluler b. Kegiatan yang diwadahi •
Kegiatan pameran baik barang-barang seluler maupun sejarah telekomunikasi seluler
c. Ruang yang dibutuhkan (secara umum) •
Ruang pameran tetap
•
Ruang pameran sementara
4. Museum
Telekomunikasi
Seluler
sebagai
sarana
pendidikan
telekomunikasi seluler yang mampu memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat seluler yang masih layak pakai kepada masyarakat luas. a. Fungsi Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan dasar tentang telekomunikasi seluler meliputi sejarah, teknologi, dan juga perawatannya, sehingga masyarakat luas dapat mengerti bagaimana
V-7
pentingnya perangkat telekomunikasi seluler dan juga dapat merawat miliknya sendiri b. Kegiatan yang diwadahi •
Kegiatan dialog dan diskusi
•
Kegiatan praktek restorasi dan perawatan perangkat seluler
•
Referensi literatur
•
Pemutaran film dokumenter
c. Ruang yang dibutuhkan (secara umum) •
Ruang seminar
•
Ruang workshop/ studio restorasi
•
Perpustakaan referensi
•
Ruang bioskop
5. Kegiatan pendukung Museum Telekomunikasi Seluler a. Fungsi Selain keempat kelompok ruang yang menjadi fungsi utama dari Museum Telekomunikasi Seluler, terdapat kegiatan pendukung yang juga perlu diwadahi ruangnya b. Kegiatan yang diwadahi •
Kegiatan Pengelolaan
•
Kegiatan Promosi
•
Kegiatan Penunjang
c. Ruang yang dibutuhkan (secara umum) •
Ruang administrasi
•
Ruang rapat
•
Studio preparasi
•
Ruang serbaguna
•
Ruang keamanan
•
Cafetaria
•
Toilet
•
Musholla
V-8
•
Loading bay
I. Materi Koleksi Museum Telekomunikasi Seluler 1. Perangkat Telekomunikasi Seluler Perangkat telekomunikasi seluler yang hendak menjadi koleksi dari Museum Telekomunikasi Seluler dibagi menjadi beberapa kategori yang sesuai dengan karakteristik dari perangkat seluler itu sendiri, yang pertama menurut ketersediaannya di Indonesia, kemudian menurut jenisnya dan terahkir menurut generasi dari teknologi sistem seluler yang digunakan. a. Perangkat seluler yang familiar di Indonesia Familiar dalam artian pernah dipasarkan di Indonesia, Materi koleksi museum sebagian besar merupakan kategori ini, perangkat seluler dari brand-brand baik yang pernah maupun sedang besar, diperkirakan setidaknya terdapat 3000-4000 unit perangkat seluler terutama telepon seluler yang pernah dipasarkan di indonesia dari tahun 1985. Diasumsikan 4000 unit disediakan tempatnya pada awalnya dengan tujuan menampung materi koleksi di masa yang akan datang. Kategori ini kemudian dipecah sesuai dengan jenis dari perangkat seluler yang ada seperti: 1) Telepon Seluler Kategori ini kemudian dibagi lagi sesuai dengan generasi dari teknologi sistem seluler yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
Perangkat
generasi
1G
(analog)
jumlah
yang
direncanakan 100 unit
Perangkat generasi 2G tahun 90an (digital-awal) jumlah yang direncanakan 400 unit
Perangkat generasi 2G tahun 2000 (multimedia) jumlah yang direncanakan 1000 unit
Perangkat generasi 3G tahun 2000 (digital-modern) jumlah yang direncanakan 1500 unit
V-9
Perangkat generasi 3G tahun 2010 keatas (era OS/Ponsel Pintar) jumlah yang direncanakan 1000 unit
Perangkat generasi 4G (Broadband) jumlah yang direncanakan 500 unit
2) Radio panggil 3) Modem 4) Perangkat PDA (Personal data Assistant) 5) Perangkat lain-lain b. Perangkat Seluler Asing Perangkat seluler asing merupakan perangkat yang sama sekali tidak dipasarkan di Indonesia dan dikumpulkan sebagai materi koleksi tambahan sebagai perwakilan dari satu sistem seluler yang tidak pernah diterapkan di Indonesia, misalnya sistem PDC dan PHS yang esklusif digunakan di Jepang, Sistem iDEN, WiDEN dan GSM850 yang populer di Benua Amerika, dan sistem C-NET/C-450 dari Jerman, ke semua sistem tersebut menghasilkan perangkat yang unik sehingga patut untuk dilestarikan dan juga dipamerkan. Setidaknya 150 unit untuk perangkat dari kategori ini direncanakan untuk dikoleksi. c. Perangkat seluler yang bersifat pionir Pionir artinya pertama di jenisnya dan tidak familiar di Indonesia, seperti misalnya perangkat seluler pertama dari satu sistem seluler tertentu atau perangkat seluler pertama yang memberikan fitur tambahan pertama kalinya misalnya kamera atau layar sentuh. Sedikit perangkat seluler yang berada pada kategori ini, tetapi setidaknya disediakan 75 tempat untuk perangkat seluler yang dapat menjadi materi koleksi museum ini. d. Perangkat seluler prototipe Perangkat seluler prototipe adalah perangkat pra produksi yang sangat langka karena tidak dijual bebas, perangkat ini dikoleksi karena keunikannya, beberapa dari perangkat prototipe ini tidak
V-10
masuk ke tahap produksi sehingga menambah nilainya di pasaran, setidaknya 50 unit dari jenis perangkat seluler ini direncanakan untuk menjadi materi koleksi museum. e. Perangkat satelit Perangkat satelit merupakan telepon genggam dengan kemampuan satelit dan atau tidak dengan kemampuan seluler, 25 perangkat dari jenis ini direncanakan hendak dijadikan materi koleksi museum. f. Aksesoris perangkat seluler Aksesoris umumnya berupa charger, ini merupakan aksesoris yang penting karena digunakan untuk memasukan daya ke perangkat seluler agar dapat digunakan secara bergerak, hampir setiap model, terutama model-model awal menggunakan charger yang berbeda yang menghasilkan voltase yang berbeda pula yang mungkin tidak dapat digunakan satu sama lainnya, materi koleksi pada jenis ini lebih berupa materi perawatan untuk koleksi daripada materi yang dapat dipamerkan, 1000 buah aksesoris minimal dapat ditampung pada museum ini.
Jenis Perangkat
Tabel 5.1, Tabel Materi Koleksi yang Direncanakan Gambar
Ukuran (Tinggi×Lebar×Tebal) Dari 33×21×15cm (Portabel Koper dekade 60an
Telepon Radio pra-seluler
- Kiri) hingga 30×45×12cm (Genggam Eksperimental tahun 1974 - Kanan) Rata-rata 31×29×14cm
V-11
Dari 30×25×12cm (Genggam tahun 1984 - Kiri) hingga Telepon Seluler
30×45×7cm (Transportable
Pionir
1981 - Kanan) Rata-rata 30×35×10cm Dari 21×23×7cm
Telepon Seluler Periode 1G (analog)
(Transportable 1989 - Kiri) hingga 10×6×2cm (Flipphone 1996 - Kanan) Rata-rata 16×15×5cm Dari 18×24×4cm
Telepon Seluler
(Transportable 1991 -Kanan)
Periode 2G
Hingga 10×6×2cm
tahun 90an
(Flipphone 1997 - kanan)
(digital-awal)
Rata-rata 14×15×3cm Dari 14×9×2cm (Smartphone
Telepon Seluler
2001 – kiri) hingga 8×5×2cm
Periode 2G
(Mini 2002 - Kanan)
tahun 2000
Rata-rata
(Multimedia)
11×7×2cm
Dari 19×12×2cm (Tablet Telepon Seluler
2009 - kiri)
Periode 3G
hingga 8x4×1cm (mini 2009
dekade 2000
- kanan)
(digital-modern)
rata-rata 14×8×1cm
V-12
Dari 24×19×1cm (Tablet Telepon Seluler Periode 3G dekade 2010 (era OS)
2011 - kiri) hingga 6×4×1cm (Wearable 2014 kanan) Rata-rata 15×11×1cm
Dari 30×22×1cm (Tablet Telepon Seluler Periode 4G (broadband)
2015 - kiri) hingga 9×6×1cm (Slidephone 2011 - kanan) Rata-rata 20×14×1cm
Dari 10×7×1cm hingga 8×5×1cm Rata-rata 9×6×1cm Radio Panggil
Dari 9×6×1cm hingga 7×2×1cm Modem
Rata-rata 8×4×1cm
Dari 18×12×3cm hingga 6×3×1cm PDA (Personal
Rata-rata 12×8×2cm
Data Assistant)
V-13
Maksimal 30×20×4cm
Perangkat Lain
Maksimal 20×10×5cm Perangkat Asing
Maksimal 20×10×5cm Perangkat Prototipe
Maksimal 45×8×4cm
Telepon Satelit
Dari 12×5×4cm hingga Aksesoris
3×4×1cm
perangkat
Rata-rata 8×5×3cm
seluler
Besar rata-rata materi koleksi
19×13×4cm
Luas rata-rata materi koleksi (Tinggi×Lebar)
247cm2 / 0.025m2
Volume rata-rata materi koleksi (Tinggi×Lebar×Tebal)
988cm2 /0.001m3
Jumlah materi koleksi yang di pamerkan (40% dari 5300 Unit)
2120 Unit
Jumlah materi koleksi yang di simpan (60% dari 5300 Unit)
3180 Unit
V-14
2. Buku dan Dokumen Tentang Telekomunikasi Seluler a. Dokumen dapat berupa skema-skema teknis, manual servis, dan petunjuk penggunaan dari perangkat seluler, dokumen-dokumen ini dapat diperoleh dari pengguna dan juga produsen perangkat seluler, dokumen ini digunakan untuk rujukan perawatan dan juga referensi dikalangan pengelola dengan akses terbatas untuk pengunjung. b. Buku dapat berupa buku pengetahuan umum tentang telekomunikasi seluler, buku ini digunakan sebagai literatur yang dapat diakses oleh pengelola dan juga pengunjung. 3. Alat Peraga dan Media a. Alat peraga merupakan benda penunjang materi koleksi yang berguna untuk menunjukkan cara kerja maupun penggunaan dari materi koleksi, alat peraga ini dapat berupa materi koleksi itu sendiri maupun peralatan khusus yang didesain untuk keperluan tertentu. b. Media merupakan benda penunjang materi koleksi yang berupa gambar, model maupun foto, gambar disini dapat merupakan gambar-gambar atau skema yang dapat menjelaskan satu maupun lebih sebuah display koleksi, sedangkan model yang dimaksud adalah kotak-kotak penyimpanan dari peralatan seluler yang dapat mewakili perangkat seluler itu sendiri, foto dapat berupa momen sejarah yang direkam melalui kamera maupun materi koleksi yang tidak atau sulit untuk didapat. J. Penyimpanan dan Pemameran Koleksi Museum Telekomunikasi Seluler 1. Penyimpanan Koleksi Penyimpanan materi koleksi Museum Telekomunikasi Seluler yang berupa perangkat seluler dibagi menjadi dua, penyimpanan barang koleksi dan penyimpanan karantina yang setidaknya membutuhkan total ruang 3.2 meter kubik dimana dibutuhkan media penyimpanan kedap udara dan juga tahan api serta gangguan-gangguan lainnya dari luar guna merawat dan juga mengawetkan perangkat dari kerusakan yang
V-15
disebabkan oleh unsur alam seperti karat pada logam dan mengerasnya bahan karet, perbedaan antara penyimpanan utama dan penyimpanan karantina antara lain: a. Penyimpanan utama Materi koleksi disimpan disini jika tidak sedang digunakan, barangbarang yang berada pada penyimpanan utama adalah materi koleksi yang sudah diperiksa, dikatalogisasi, dan dibersihkan. b. Penyimpanan karantina Barang yang baru didapat, rusak selama penyimpanan, atau tidak memenuhi standar koleksi, disimpan di penyimpanan karantina agar tidak tercampur dengan materi koleksi yang sudah siap dipamerkan, barang yang dikarantina disendirikan juga agar memudahkan teknisi perawatan mengambil dan mengerjakannya tanpa harus membuka penyimpanan utama. c. Penyimpanan sementara. Penyimpanan sementara berfungsi sebagai wadah penyimpanan tambahan dimana barang yang baru saja didapat belum di registrasi dan dikatalogkan, sehingga disimpan secara terpisah, kemudian materi koleksi dari penyimpanan sementara di alihkan ke penyimpanan karantina untuk di perbaiki sebelum dapat masuk ke penyimpanan utama 2. Pemameran Koleksi Salah satu aspek penting dari sebuah museum adalah bagaimana cara penyajian/pemameran materi koleksi itu dilaksanakan, pemameran materi koleksi harus dibuat semenarik mungkin dengan tetap mempertahankan informasi yang terkandungnya, selain itu pengelompokan materi koleksi dapat pula memberikan kemudahan pengunjung untuk menelusuri dan memahami nilai yang terkandung didalam materi koleksi yang ada.
V-16
Terdapat dua jenis pameran yang dilaksanakan di Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan, yaitu pameran tetap dan pameran sementara, pameran tetap bersifat permanen dimana tema dari pameran ini sudah ditentukan dan menjadi fokus utama museum yang direncanakan, pameran sementara bersifat tematik, dimana pada setiap periode tertentu tema dari pameran sementara ini di ganti sehingga museum yang direncanakan memiliki variasi dan tetap menarik perhatian pengunjung. a. Pameran Tetap Karena materi koleksi Museum Telekomunikasi Seluler yang
direncanakan
merupakan
benda
teknologi,
maka
pengelompokan pameran koleksi dapat melalui periodisasi munculnya benda tersebut, didalam teknologi telekomunikasi seluler, terdapat periodisasi dari perangkat seluler tergantung dari teknologi seluler yang dibawanya, yaitu: •
Periode 0G (Periode Pra-analog/Radio)
•
Periode 1G (Periode Analog)
•
Periode 2G (Periode Digital-Awal)
•
Periode 3G (Periode Digital-Modern)
•
Periode 4G (Periode Broadband) Kelima periode ini kemudian dipecah lagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan dekade pembuatan materi koleksi yang ada, ini dikarenakan karakteristik perangkat seluler sendiri memiliki ciri yang berbeda pula pada tahun pembuatannya walaupun masih merupakan satu generasi, sehingga pada akhirnya diperoleh periodisasi akhir yang dapat digunakan untuk penentuan ruang pameran tetap dari museum yang direncanakan, yaitu: •
Periode 0G (Periode Pra-analog/Radio)
•
Periode 1G (Periode Analog)
V-17
•
Periode 2G era 90an (Periode Digital-Awal)
•
Periode 2G era 2000 (Periode Multimedia)
•
Periode 3G era 2000 (Periode Digital-Modern)
•
Periode 3G era 2010 (Periode Ponsel Pintar)
•
Periode 4G (Periode Broadband)
b. Pameran Sementara Pameran
sementara
dapat
berupa
ruang
yang
didedikasikan untuk satu pameran atau satu segmen ruang tersendiri sehingga pada satu ruang terdapat beberapa tema pameran sementara sendiri. Pameran sementara ini dapat berupa pameran yang menunjang keberadaan pameran utama, atau pameran yang bersifat peringatan/perayaan pada waktu-waktu tertentu. K. Lokasi Museum Telekomunikasi Seluler Menurut konsep rencana pemanfaatan ruang kota yang disusun di dalam Perda no.1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta (RTRW Kota Surakarta) dengan mempertimbangkan potensi setiap lokasi terhadap kegiatan yang ada sekarang dengan mengingat: •
Ketersediaan lahan kota
•
Keterkaitan antar kegiatan
•
Sifat fleksibilitas seuatu kegiatan
•
Peranan dan fungsi kawasan tersebut terhadap kota
•
Karakteristik budaya masyarakat
•
Peninggalan budaya masyarakat
•
Peninggalan budaya dan sejarah Kegiatan-kegiatan yang disediakan ruangnya di dalam wilayah Kota
Surakarta mengacu pada pengembangan fungsi-fungsi Kota Surakarta dimasa
V-18
mendatang, menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta tahun 2011 yaitu sebagai berikut: •
Penyediaan areal pusat pariwisata
•
Penyediaan pusat pengembangan budaya
•
Penyediaan areal olahraga
•
Penyediaan areal pusat relokasi industri
•
Penyediaan areal pusat perluasan dan pembangunan pendidikan
•
Penyediaan areal pusat perdagangan, pertokoan, perbelanjaan
•
Penyediaan areal pusat perkantoran
•
Penyediaan areal lingkungan perumahan
Berdasarkan faktor lokasi kecenderungan perkembangan, dampak lingkungan, kemungkinan hambatan pengembangan maka lokasi yang berpotensi untuk penyediaan ruang dengan fungsi sebagai Museum Telekomunikasi Seluler di Surakarta berdasarkan RTRW Kota Surakarta adalah: •
Wilayah I
: Keraton Kasunan, Taman Sriwedari dan sekitarnya
•
Wilayah II
: Manahan, Balekambang dan sekitarnya
•
Wilayah V
: UNS, Jurug dan sekitarnya
•
Wilayah VI
: Keraton Mangkunegaran, Balaikota dan sekitarnya
Selain itu, Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan harus memenuhi kriteria tapak sebagai berikut: •
Aksesibilitas Sebagai sebuah museum, tapak yang dipilih haruslah dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas, berada di pusat kota atau di tepi jalan utama merupakan point penting, selain itu museum juga sebaiknya direncanakan berada pada tepi jalan yang dilalui oleh kendaraan umum kota, dimana hal ini dapat menjadikan nilai plus pada museum karena dapat diakses dengan lebih mudah bagi masyarakat luas.
•
Tersedianya utilitas publik
V-19
Museum merupakan ruang publik dimana dibutuhkan utilitas penunjang yang memadai seperti air bersih, pembuangan limbah, listrik, telepon baik kabel maupun seluler, sehingga lokasi tapak yang dipilih harus tersedia utilitas tersebut. •
Luas lahan Sebagaimana ruang publik, museum memiliki kebutuhan ruang yang cukup besar, terutama untuk lahan parkir dan ruang kosong untuk penambahan massa bangunan, mengingat materi koleksi dari museum ini dapat bertambah seiring berjalannya waktu.
•
Eksisting tapak Eksisting tapak dipilih sebaik mungkin dengan tujuan agar dapat memudahkan
guna
lahan,
lahan-lahan
kosong
non-produktif
diutamakan untuk pemilihan tapak, lahan-lahan basah dan berlumpur seperti rawa dan sawah dihindari karena tidak sesuai dengan persyaratan museum, selain itu eksisting tapak yang berupa pertokoan, tempat publik, monumen, dan juga perkantoran dihindari pula agar mudah melakukan pembebasan lahan jika eksisting tapak sudah ada beberapa bangunan yang ada. •
Berada pada kontur lahan yang relatif datar Kontur lahan yang datar memudahkan proses perancangan bangunan dan juga memberikan penghematan biaya karena tidak diperlukan metode cut and fill selain itu dengan memilih lahan dengan kontur yang datar, juga dapat memudahkan navigasi pengunjung karena lahan yang berkontur memiliki kelemahan didalam kebatasan dalam penggunaan lahan yang ada.
•
Bebas dari polusi udara dan air Penempatan tapak untuk bangunan museum juga harus memperhatikan keadaan sekitarnya yang dapat memberikan potensi negatif pencemaran udara seperti adanya pabrik, kurangnya penghijauan dan juga daerah terbuka.
V-20