BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Sejarah Terbentuknya Taman Nasional Bunaken
Terbentuknya Taman Nasional Bunaken melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1.
Obyek Wisata Alam Manado melalui SK Gubernur KDH Tingkat I Sulut no. 22411980 (Bunaken Siladen dan sekitarnya).
2.
Peluasan obyek wisata Bunaken untuk lokasi Arakan Wowontulap (SK Gubernur No. 20 111984).
3.
Cagar Alam Laut Bunaken, Manado Tua yang meliputi pulau Bunaken, Manado Wawontulap (SK Menhut No. 328/Lpts - 1 111986)
4.
Calon Taman Nasional (Pernyataan Menhut No. 444. Menhut 1111989.
5.
Taman Nasional Bunaken ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI No. 44 Menhut-11. 1989 tanggal 1 April 1989, dengan luas 79 56 ha, yang mencakup lima pulau yaitu: Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Mantahege, Pulau Siladen, dan Pulau Nain.
6.
Diresmikannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 21 Desember 1992 di Gorontalo.
7.
Taman Nasional Bunaken (SK Menhut No. 730/kpts 1111997 seluas 89 065 ha.
4.2.
Letak Geografis dan Administrasi Taman Nasional Bunaken terletak di Propinsi Sulawesi Utara. Secara
Georgrafis letaknya antara 0 57 - 1 50 Lintang Utara dan 124' 28 - 124 O 49'
71
Bujur Timur, Luasan kawasan konservasi ini adalah 79 056 ha, yang terbagi atas dua bagian, meliputi 62 150 Ha bagian utara dan 16 906 ha bagian selatan. Secara administratif, pemerintahan Taman Nasional Bunaken bagian Utara meliputi : Tiga buah pulau: Bunaken, Manado Tua, Siladen, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok, yaitu desa Molas, Meras dan Tongkeina termasuk kecamatan Molas, Kotamadya Manado. Luas pulau-pulau dalam Kawasan Taman Nasional Bunaken sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Pulau-pulau di Kawasan Taman Nasional Bunaken Luas (ha)
Pulau (Dari Pasang Tertinggi) Pulau Bunaken
704,33
Pulau Siladen
45,34
Pulau Manado Tua
1.040,66
Pesisir Mantehage
726,40
Pulau Nain
166,OO
Sumber : Bapeda Tingkat I Sulawesi Utara, 1999. Dua buah pulau: Mantehage, Nain dan sebagai wilayah Pesisir Tanjung Pisok yaitu Desa Tiwoho, termasuk kecamatan Wori Kabupaten Minahasa. Sedangkan Wilayah Taman Nasional Bunaken bagian selatan meliputi: sebagian pesisir Tanjung Kelapa yaitu Desa Arakan, Wawontulap, Sondaken dan Popareng termasuk kecamatan Tumumpa kabupaten Minahasa.
4.3.
Topografi, Iklim dan Tataguna Lahan
a.
Topografi
Topografi kawasan Taman Nasional Bunaken adalah sebagai berikut: -.
1.
Pulau Manado Tua (ketinggian 800 m) mempunyai bentuk klasik gunung api yang dilengkapi kawah, dengan kemiringan 25' sampai 45'.
2.
Di bagian barat dan tengah pulau Bunaken (ketinggian 71 m) terdapat daratan tinggi yang umumnya rata, dengan ketinggian 50 dari permukaan laut.
3.
Pulau Nain dengan ketinggian 139 m, kemiringan sekitar 20' sampai 40'.
4.
Pulau Mantehage dan pulau Siladen merupakan pulau yang datar.
b.
Iklim Tklim didaerah Taman Nasional Bunaken pada umumnya adalah iklim
basah yang mempunyai dua musim yaitu musim barat diantara Oktober sampai Maret, dan Musim Timur diantara bulan Mei sampai dengan Agustus, dan musim barat lebih basah daripada musim timur, data curah hujan diperoleh dari system pengamatan kantor Meteorologi dan Geofisika Manado. Rataan Curah Hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 427,18 mm, dan terendah pada bulan Agustus sebesar 73,12 mm, dan rataan curah hujan tahunan pertahun rata-rata 212 hari dan jumlah rataan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 24 hari hujan, sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi pad abulan @stus terdapat pada Gambar 10.
yaitu 11 hari hujan. Pola sebaran hujan
Juni
April
1
Wret I Feb] 427.18
-350
-450
Curah Hujan (mn)
-250
-1 50
-50 50 Hari Hujan (hari)
Sebaran Pola Hujan dan Jumlah Hari Hujan Bulanan di Wilayah Taman Nasional Bunaken Sumber : Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Manado, 1996
Gambar 10
Perubahan musim serta tekanan udara di Indonesia disebabkan oleh kondisi yang tejadi dan berkembang di benua Asia dan Australia. Perubahan cuaca tersebut sangat mempengaruhi kodisi laut. Curah hujan dapat merubah salinitas (penggararnan) air laut, karena jumlah air daratan yang mengalir dari sungai ke laut.
c.
Suhu
Suhu udara rata-rata adalah 27' C dengan fluktuasi bulanan antara 1 - 2 ' ~ . Suhu udara bulamn minimal rata-rata adalah 19' C sedangkan suhu bulanan ratarata maksimal 3 4 ' ~ .
d.
Tata Guna Lahan Tipe-tipe tanah di kawasan Taman Nasional Bunaken relatif beraneka
ragam. Sebagian dataran merupakan Entropepts, Dystrandepts, sedangkan pada perbukitan
Eutrandepts,
pada
daerah
pegunungan
berupa
Tropodults
(Bakosurtanal, 1988). Sebagian besar lahan dalam kawasan Taman Nasional Bunaken
dimanfaatkan untuk pertanian.
Lahan-lahan
tersebut tidak
bersertifikat, hanya merupakan tanah adat, atau warisan yang pada umumnya hanya dibatasi dengan tanda-tanda alam seperti rumpun bambu atau pohon-pohon besar. Batas tersebut ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pendahulu dan tetap dipertahankan sampai sekarang. Terdapat budidaya rumput laut pada hampir semua gosong karang yang berdekatan dengan desa yang juga belum ada pengaturan pemilikan. 4.4.
Keadaan Umum Sulawesi Utara. Salah satu ukuran yang dapat menggambarkan pembangunan ekonomi
adalah Produk Domestik Regional Bruto. Menurut data BPS Propinsi Sulawesi Utara 1998, Unit-unit Produksi dikelompokkan menjadi 8 lapangan usaha yaitu: 1.
Pertanian
2.
Pertarnbangan dan penggalian
3.
Industri pengolahan
4.
Listrik gas dan air minum
5.
Perdagangan hotel dan restoran
6.
Pengangkutan dan komunikasi
7.
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
8.
Jasa-jasa Pendapatan domestik regional bruto Sulawesi Utara dapat diamati pada
Tabel 5 berikut: Tabel 5
Peranan Sektor-sektor dalam PDRB atas dasar Harga Berlaku tahun
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Penggolohan Listrik Gas dan Air Minun Bangunan Perdagangan Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keu. Persewaan & Jasa Prus. Jasa-jasa
Jumlah
Sumber: Kantor Statistik Sulawesi Utara. 1999. Untuk dapat memudahkan penyajian data maka sembilan sektor ini
dapat
dibagi
dalam
tiga
kelompok
yakni: KelompokPrimer,
Kelompok Sekunder dan Kelompok Tersier. dari
dua
sektor yakni
sektor
Pertanian,
Kelompct sektor
Primer terdiri
Pertarnbangan
dm
Penggalian. Kelompok sekunder terdiri dari tiga sektor yaitu 1) Sektor industri pengelolaan, bangunan.
listrik,
Sektor tersier
gas ; dan 2) air terdiri
dari
4
bersih ; serta 3) sektor
Sektor
yakni:
1) Sektor
perdagangan, hotel dan restoran; 2) Sektor angkutan dan komunikasi; 3) Sektor keuangan, persewaan d m Jasa perusahaan ;serta 4) Sektor jasaJasa.
S u d m : I b t m Statist& Sulawsi Ukwa, 1999.
Gambar 1 1 Bersentasi Stnrktur Eltommi Propinsi Sulawesi Utztra T
h 1 998 (%)
Kelompok Primer Sampai tahun 1998, kontdmsi terbesar dalam pembentaklum PRDB Sulawesi Utata adaIah sektor pertanian, peayebab utama &I& p e r m sub
sertot tamman pmkebmm penggdktn man-
24,N 96. A h p a Adspsargektor
-
&
k o n t n i i sebesar 420 %.
Kelompolc Sekmder Dari ketiga s e h r yang termasuk dalam kelonepok sekmder, t e r W
bahwa sektor bamgMan mem-
kontri'bwi terbesm, yakni 15,87 persen.
Kemudian d i d oleh indud peqolahan sebesar 9,09 pemm, yang dimotori oleh sub iadusbi makanan, minuman dm tern-
Sektor listtik gas dan Air
bersih membmjkan konstribusi yang negatifkecil yakni 0,80 persen.
Kelompok Tersier Dalam kelompok tersier, sektor jasa-jasa menyumbang 17,77 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 12,98 persen, dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 11,98 %.
Sedangkan
penggangkutan dan komunikasi sebesar 11,98 %. Sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya sebesar 2,32 %. Menurut data statistik untuk pertama kalinya sektor Bank memberikan konstribusi yang negatif sebesar 0,49 %. Dalam perekonomian Sulawesi Utara, sektor tersier tidak terlepas dari dampak aktivitas pada sektor primer dan sekunder. Dalam kelompok tersier, ada tiga sektor yang kontribusinya cukup besar, yaitu: Sektor jasa-jasa yang mengambang 17,77 %, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dengan kontibusi, sebesar 11,98 %. Pada tahun 1998, dengan adanya krisis moneter, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 2,37 %. Untuk lebih memudahkan pengajian ketiga sektor penggerak perekonomian dapat dirinci lagi pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6 Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sidawesi Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1993-1998 (jutaan rupiah) -
Lapangan Usaha 1.
Patanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Pericebunan c Per t e r n a h dad hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Paikanan
2
Pehmbangan dan Pmggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. PatambanganTanpa Migas c. Penggalian
1993
1994
1995
1996
1997
1998
I dilanjutkan
Tabel lanjutan 3.
Industri Pengolahan a. Industri Migas 1. Pmgilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Gas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Tekstil, barang kulit dan alas kulit 3. Kertas dan barang d a n 4. Pupuk, kimia dan barang dari kaset. 5. Semen dan barang galian bukan logam 6. Logam angkutan, mesin dan peralatannya. 7. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 8. Barang lainnya.
4.
Listrik Gas dan Air Bersih a. Listrik b. Gas K d a c. Air Bersih
5.
Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran a. b. c.
Perdangan Besar dan Eceran Hotel Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi a. Pengankutan 1. Angkutan re1 2. Angkutan Jalan raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai danau dan penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Komunikasi b. Komunikasi 1. Post dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. Keu. Persewaan dan Jasa Perusahaan. a. Bank b. Lernbaga Keuangan bukan Bank c Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan . . e. Jasa Pemsahaan
8. Jasa-jasa a.
b.
Pemerintahanumum . 1. Admuustrasi Pemaintahan dan patahanan 2. Jasa Pem&an lainnya. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatsn 2. Hiburan dan R b i
.
3.
Perorangan
dan
Rumah
I
Sumber : Data Statistik
Tabel lanjutan
80
Bank c. d. e.
Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa a.
Pemerintahan umum 1. Administrasi Pemerintahan dan pertahanan 2. Jasa Pemerintahan lainnya. b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : Data Statistik 19! Dalaln Tabel 6 dapat dilihat bahwa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan thn 1998 hanya berpartisipasi sebesar 2,32 %. Sub sektor bank, memberikan konstribusi yang negatif sebesar 0,49 %. Hal tersebut sebagai akibat dengan adanya "spread" negatif yang terjadi selain periode 1988 pada sektor perbankan nasional. 4.5
Kontribusi Wisatawan terhadap Pembangunan Ekonomi Sulawesi Utara Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator yang
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian di daerah menghasilkan nilai tambah bagi pendapatan masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Dengan bertambahnya pendapatan riil masyarakat, maka selain kesejahteraan meningkat, juga
memungkinkan
terjadinya
penambahan
modal
guna
pelaksanaan
pembangunan lebih lanjut. Kemauan politik (po1iticaZ) Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara telah menempatkan
sektor pariwisata pada posisi strategis dalam skala
pembangunan daerah yakni sebagai salah satu dari 5 program unggulan atau "Panca Program Unggulan" Sulawesi Utara yaitu :
1. Agroindustri
1. Agroindustri 2. Perikanan dan Sumberdaya Kelautan 3. Pariwisata 4. Pertambangan dan Energi
5. Peningkatan Surnberdaya Manusia Salah satu ukuran yang dipakai untuk membentuk PDRB adalah kontribusi sektor pariwisata melalui jumlah wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan rnancanegara maupun domestik. Kunjungan wisatawan yang mas& Propinsi Sulawesi Utara menurut data Dinas Pariwisata Tingkat I Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel 8 dan Garnbar 12.
Tabel 8 Kunjungan Wisatawan ke Sulawesi Utara Tahun 1997
Wisatawan Mancanegara 48 821
1998
34 509
432 993
1999
44 074
477 702
Wisatawan Nusantara 1 114 545
Sumber : Dinas Pariwisata Tingkat I Sulawesi Utara, 1999.
Tahun Wisatawan Mancanegara lWisatawan Nusantara
Gambar 12. Histogram Kunjungan Wisatawan ke Sulawesi Utara
82
Pada Tabel 8 dan Gambar 12 narnpak bahwa sampai dengan tahun 1998, wisatawan yang mas&
Sulawesi Utara mengalami penurunan. Penyebab
penurunan jurnlah kunjungan ini adalah kondisi sosial politik Indonesia yang tidak stabil. Kedatangan wisatawan melalui Bandara Sam Ratulangi dapat diamati pada tabel 9 dan gambar 13. Hal ini disebabkan karena pintu rnasuk wisatawan di Sulawesi Utara bukan hanya melalui Bandara Sam Ratulangi, tetapi juga dapat melalui pelabuhan laut Bitung dan perjalanan darat dari Ujung Pandang, Gorontalo dan Kotamobagu. Wisatawan yang rnasuk melalui Bandara Sam Ratulangi disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 13. Tabel 9
Arus Wisatawan Mancanegara melalui Bandara Sam Ratulangi
Wisatawan yang keluar Wisatawan yang masuk Tahun 9.514 orang 7 990 orang 1997 7 553 orang 1998 7.541 orang 4 871 orang 1999 5.491 orang Swnber :Kantor Irnigrasi Propinsi Sulawesi Utara Tahun 1999
1997
19%
1999
Tahun
I rnWwtawan yang masuk
I
Wisatawan yang keluar -
-
Gambar 13 Histogram Arus Wisatawafl Mancanegara melalui Bandara Sam Ratulangi
83 Dapat diamati bahwa wisatawan mancanegara yang masuk melalui bandara Sam Ratulangi Tahun 1997, hanya 19,5 % dari total pengunjung. tahun 1998 21,s %, tahun 1999, 12,5 %, dan yang sisanya masuk melalui pelabuhan Bitung dan jalan darat Trans Sulawesi. Menurut Yoeti (1985), pendapatan sektor pariwisata dapat langsung ditentukan apabila diketahui jumlah wisatawan yang berkunjung, lama tinggal, dan biaya pengeluaran setiap hari. Meskipun dala~ntahun 1998 dan 1999, Indonesia sedang mengalami krisis yang menyebabkan citra negatif terhadap kepariwisataan, nainun data penerimaan wisatawan inancanegara tahun 1998 dan 1999 ternyata menunjukkan peningkatan, seperti yaiig terdapat pada tabel 10. Tabel 10 Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Tahun 1997-1999 Jumlah Wisatawan Pengeluaran Tahun (dalam milyard Rp) (orang) 48.821 orang 1997 452.27
34.509 orang 44.074 orang Sumber : Hasil penelitian Penerimaan pendapatan daerah melalui kunjungan 34 509 orang dengan lama tinggal 6 hari dan rata-rata pengeluaran US$ 1.158, adalah sebesar
Rp. 396.69 milyard, dan tahun 1999 meningkat 27,7 % menjadi Rp. 408.30 milyard. (Perhitugan 1 US$ = Rp. 8 000).(Tabel 10). Pengeluaran belanja wisatawan mancanegara ini berkontribusi pada usaha-usaha perhotelan, restoran, transportasi dan jasa-jasa lainnya. Pada tabel 10 distribusi pengeluaran wisatawan tahun 1999, sebesar Rp. 408.30 milyard.
Tabel 11
No.
Distribusi Penerimaan melalui Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Tahun 1999 Lapangan Usaha
Persentase
Jumlah ( dalam milyard Rp)
1.
Akomodasi
26 %
106.15
2.
Makanan dan Minuman
7.6 %
3 1.03
3.
Cendra Mata
13.4 %
54.7
4.
Paket Wisata
34.2 %
139.64
5.
Lain-lain
18.8 %
76.76
Surnber : Hasil survai tahun 1999 Persentasi distribusi pendapatan menunjukkan bahwa alokasi dana terbesar adalah pada paket wisata yaitu 34.2 %. Dapat dilihat bahwa usaha paket wisata dapat dikembangkan pelayanannya karena lnelnpunyai daya tarik yang tinggi terliadap minat wisatawan.
4.6
Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Taman Nasional Bunaken
4.6.1. Wisatawan Mancanegara Kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara di Tainan Nasional Bunaken, sebagian besar bertujuan menyelam, maka usaha Dive Center dapat menjadi sumber informasi dalam penelitian. Menurut hasil survai, perusahaan Dive Center di Manado berjumlah 18 buah. Berdasarkan data kunjungan turis mancanegara yang berkunjung ke Tarnan Nasional Laut Bunaken yang melalui jasa Dive Center, tahun 1997, 22 680 orang, tahun 1998, 15 336 orang, tahun 1999, 7 128 orang, dengan rata-rata lama tinggal untuk menyelam 5 hari, dalam musim ramai (high season) maupun musim sepi (low season). Kunjungan wisatawan mancanegara ke Taman Nasional Bunaken dapat diamati pada Tabel 12 dan Gambar 14.
Tabel 12 Pemrhmn m e w Pengehran W h t a w m I h m m g m yang Berkmjung diT-Nasb@Bp&en
P e m r h m meklui PewIWisatmm Mmmegara yang I i h k t m h di Taman N & d Bunaken
Gambar 14 Histogram
orang. Pada tahun 1998, ymg berkmtb di ShweSi Utaa rmnnun 29.3 %,
,
Di tahun 1999, wbtawan mmmpgam yang berkmjung ke Sulawesi Utara meaiagLat 27,7 %, mrnjsdi 44 074 blog. d6hqkatm terse
bw,WMran
oleh inforrnasi bahwa Manado adalah kota teraman nomor 2 (dua) setelah Bali, dan diantaranya yang berkunjung di Taman Nasional Bunaken hanya 7 128 orang. 4.6.2. Wisatawan Nusantara
Kunjungan wisatawan nusantara di Taman Nasional Bunaken tidak dapat terdeteksi dengan sempurna karena tidak ada pencatatan di pintu masuk. Kebanyakan
wisatawan lokal hanya datang melihat-lihat (side seeing) dan
tidak menginap. Yang seinpat mengunjungi Guest House Pemda Tingkat I tahun 1999, dan mengisi buku tamu, rata-rata 20 oranghari, dan yang tercatat pada 18 perusahaan Dive Center rata-rata 5 orang/bulan dengan pengeluaran per hari rata-rata Rp. 500 000 lorang dan rata-rata lama tinggal 3 hari. Dari jumlah wisatawan nusantara (Tabel 8) yang tahun 1999 berjumlah 477 702 orang, maka
yang berkunjung di Taman Nasional Bunaken, untuk
menyelam sebanyak 1 080 orang dengan pengeluaran Rp. 1 620 000 0001 tahun. Sampai dengan akhir tahun 2000, baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang masuk ke Taman Nasional Bunaken, tidak dikenakan biaya masuk. Adapun rancangan peraturan daerah Tingkat I Sulawesi Utara tahun 2000 pada Tabel Lampiran 3, akan diberlakukan tahun 2001 mendatang.