BAB IV RISIKO DAN MANAJEMEN RESIKO
A.
Pengertian Risiko Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah ‘risiko’. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Dalam menjalankan kegiatan hidupnya manusia akan selalu berhadapan dengan risiko. Jadi dikatakan bahwa risiko itu merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Pertanyaan selanjutnya adalah, apa sih pengertian dari ‘risiko’, terutama dalam asuransi? Risiko (bahasa Inggris: "risk") merupakan pusat dari asuransi dan oleh karena itu sebelum mempelajari asuransi secara detail perlu lebih dulu dipahami arti dari risiko. Pengertian ‘risiko’ dalam asuransi adalah “ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis (uncertainty of loss)”. Definisi yang sederhana ini mengandung dua unsur yaitu : Ketidakpastian (uncertainty) dan kerugian (loss). Yang dimaksud disini kerugian daIam arti financial (financial risk), dimana kerugian tersebut dapat dinilai secara finansial atau dinilai dengan uang. Istilah risiko (risk) dapat juga dalam arti benda atau objek pertanggungan (subject matter insured) dan bencana/ bahaya (perils). a. Risiko diartikan sebagai benda atau objek pertanggungan (subject matter insured). Contohnya, Kapal, muatan barang, mobil, bangunan dan lain-lain adalah beberapa contoh dari benda-benda pertanggungan. b. Risiko diartikan sebagai suatu bencana/ bahaya (perils). Misalnya, mengendarai mobil di atas kecepatan yang seharusnya, Angin ribut, gempa bumi banjir, kecurian adalah beberapa contoh dari perils atau bencana/bahaya yang dapat menimbulkan kerugian bila terjadi. Hal senada dikatakan oleh H. Gunarto dalam bukunya Asuransi Kebakaran di Indonesia1 menyatakan bahwa risiko dalam ilmu asuransi dibedakan dalam beberapa arti, yang intinya kemungkinan terjadinya kerugian, sebaagi berikut: 1. Risiko dalam benda yang menjadi obyek bahaya, 2. Risiko dalam arti orang yang menjadi sasaran pertanggungan, 3. Risiko dalam arti bahaya. Oleh karena itu, olehnya2 pengertian resiko diberi batasan sebagai: kemungkinan terjadinya suatu kerugian atau batalnya seluruh atau sebagian dari suatu keuntungan yang semula diharapkan karena suatu kejadian di luar kuasa manusia kesalahan sendiri, atau perbuatan manusia lain. 1.
1 2
Dari batasan tersebut mengandung dua unsur, yaitu: Ketidak pastian,
H. Gunarto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, (Jakarta: Tirta Pustaka, 1984), hal 11. Ibid, hal 12.
2.
Bersifat negatif Disamping dari pusat asuransi, risiko adalah juga berada pada pusat kehidupan itu sendiri sehingga pengertian risiko itu dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan dan sebagai akibatnya banyak dikemukakan orang mengenai pengertian atau definisi risiko. Pada umumnya masyarakat mengartikan risiko itu sebagai berikut: a. Risiko diartikan sebagai kerugian. Contohnya, dalam berbisnis, b. Risiko diartikan sebagai kemungkinan. Contohnya, ikut dalam suatu even perlombaan. Jika dikaitkan dengan kegiatan usaha, maka risiko dapat dimaksudkan sebagai berikut: a. Risiko adalah suatu yang tidak pasti yang dapat menimbulkan kerugian, keadaan yang memburuk karena terjadinya suatu peristiwa, b. Risiko adalah ketidakpastian dari suatu peristiwa yang menimbulkan kegiatan ekonomis, c. Risiko sebagai adanya ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dalam jangka waktu tertentu yang dapat menimbulkan perbedaan antara rencana dan hasil yang diperoleh. Namun demikian, secara umum dapat didefinisikan bahwa risiko adalah ketidakpastian akan terjadinya kegiatan ekonomis, peristiwa yang tidak diduga dan tidak dikehendaki dimana kemungkinan tersebut akan menimbulkan kerugian ekonomis. Ketidak pastian dapat menimbulkan dua akibat yang berbeda yaitu positip atau negatif. Sehubungan dengan definisi hukum asuransi, kita hanya akan memfokuskan pada ketidakpastian yang dapat menimbulkan sesuatu yang negatif yaitu kerugian. Selanjutanya pengertian risiko menurut Carl Olsson adalah “Risk is the uncertainty of future out come(s). This is a short and simple statement that suggest that risk is something that happened in the future but cannot be predicted exactly today because there is uncertainty.”3 Sedangkan pengertian risiko menurut Emmet dan Therese adalah “Risk is a condition in which there is a possibility of an adverse deviation from a desire outcome that is expected or hoped for.” 4 Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa risiko mempunyai unsur ketidakpastian (uncertainty) dan tidak bisa diramalkan secara pasti pada hari ini. Ketidakpastian tersebut menyebabkan kemungkinan adanya ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang diharapkan. Terkait dengan hal tersebut, perusahaan harus selalu berusaha untuk mengatasinya dengan berbagai cara. Pengelolaan berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang sering disebut manajemen risiko. B. 3
Peril, Hazard, dan Loss
Carl Olsson, Risk Management in Emerging Markets How to Survive and Prosper. Buku Satu. (Great Britain: Prentice Hall, 2000), hal 5. 4 Emmet J. Vaughan, dan Therese M. Vaughan. Essential of Insurance: A Risk Management Perspective. (Canada: John Wiley & Son, Inc., 1995), hal 10.
Dalam pembahasan secara umum tentang risiko seringkali pengertian risiko disamakan dengan peril, hazard ataupun loss. Istilah-istilah ini mempunyai hubungan yang erat satu sama lain akan tetapi sebetulnya tiap-tiap istilah mempunyai pengertian yang berbeda karena yang dimaksud. 1. Perils adalah suatu peristiwa yang apabila terjadi dapat menimbulkan suatu kerugian. 2. Loss adalah kerugian atau kerusakan yang diderita seseorang baik atas diri, keluarga ataupun harta miliknya akibat suatu peril. Dengan demikian jelas bahwa suatu risiko timbul akibat suatu peril dimana peril ini kemungkinan terjadinya dapat diperbesar oleh suatu hazard yang menyebabkan suatu loss. 3. Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap frekuensi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi. Hazard harus dibedakan dari perils. Perils adalah event yang menimbulkan kerugian itu sendiri. Misalnya kebakaran, tabrakan. Sedangkan hazard adalah faktorfaktor yang mempengaruhi frekuensi maupun severity dari perils. Hazard di dalam asuransi dapat digolongkan dalam 4 (empat) bentuk diantaranya adalah: 1. Physical Hazard, Adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan aspek phisik dari suatu benda, baik benda yang dipertanggungkan maupun benda yang berdekatan. Aspek yang menambah kemungkinan terjadinya atau besarnya kerugian dibandingkan dengan risiko rata-rata disebut Poor Phisical Hazards, sedangkan aspek yang mengurangi terjadinya kerugian dan besarnya kerugian disebut Good Physical Hazards. Contohnya: Konstruksi dari suatu bangunan. Bangunan dengan konstruksi kayu akan lebih besar kemungkinannya terbakar dari konstruksi tembok. Ciri-ciri dari Physical Hazards ialah mudah diidentifikasi, dan mudah diperbaiki/dirubah. Contoh Physical Hazards 1
Asuransi rangka kapal
:
2 3
Asuransi pengangkutan barang Asuransi kebakaran
: :
4
Asuransi kendaraan bermotor
:
5
Asuransi kebongkaran
:
6
Asuransi kecelakaan diri
:
7
Asuransi jiwa
:
Usia kapal, konstruksi kapal, wilayah pelayaran Jenis barang, packing, muatan Konstruksi bangunan, okupasi lingkungan dan sebagainya Jenis kendaraan, penggunaan kendaraan dan sebagainya. Jenis barang yang ada dalam bangunan, alat-alat pengamanan dan Pekerjaan, usia, kondisi pisik, kesehatan dan sebagainya. Usia, keadaan kesehatan, sejarah kesehatan keluarga, pekerjaan
dan sebagainya.
2.
Moral Hazard, Adalah keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia yang dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan risiko ratarata. Manusia itu terutama adalah tertanggung sendiri tapi juga pegawainya atau orang-orang sekitarnya. Contohnya: Tertanggung menyampaikan informasi yang tidak benar, kurang hati-hati, arrogan. Pegawainya sabotase, vandalisme (sengaja membakar orang-orang sekitar) dan atau kurang hati-hati. Ciri-ciri moral hazards adalah sulit diidentifikaskan, namun kadangkadang tercermin dari keadaan-keadaan tertentu seperti, tidak rapi, tidak bersih, keadaan dimana peraturan keamanan/ keselamatan kerja tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya (tidak disiplin). Ciri lain dari moral hazards ialah sulit diperbaiki/dirubah, karena menyangkut sifat, pembawaan ataupun karakter manusia. Apabila moral hazards yang buruk menjurus pada bentuk penipuan atau kecurangan, permohonan pertanggungan sebaiknya ditolak. Apabila masih dalam bentuk kecerobohan, kurang hati-hati, masih dapat diatasi misalnya dengan membatasi luas jaminan mengenakan excess/risiko sendiri, memberlakukan warranty tertentu dan sebagainya.
C.
3.
Morale Hazard, Adalah kondisi yang bersumber pada mental dan sikap manusia berdasarkan itikad baik, misalnya kelalaian, kurang pengetahuan.
4.
Legal Hazard, Seringkali berdasarkan pada peraturan-peraturan ataupun perundangundangan yang bertujuan melindungi masyarakat, justru diabaikan atau kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril.5 Manajemen Resiko
Pertanyaan yang mungkin timbul disini adalah dapatkah kita merubah ketidak pastian tersebut menjadi sesuatu yang lebih pasti? Jawabannya adalah dapat, yaitu dengan mengelolanya atau menangani ketidakpastian itu melalui apa yang kita sebut dengan metode menangani risiko atau lebih dikenal dengan sebutan ”Manajemen Resiko” Pendapat yang sama dikatakan oleh Emmy Pangaribuan, terhadap pertanyaan dapatkah kita merubah ketidak pastian tersebut menjadi sesuatu yang lebih pasti, hal itu dapat dilakukan dengan berbagai upaya dan cara. 6 Upaya-upaya untuk menangani resiko lazim disebut sebagai suatu manajemen resiko atau pengelolaan resiko.
5
Sonni Dwi Harsono, Prinsip-Prinsip dan Praktek Asuransi, (Jakarta: Insurance Institute, 1994), hal 8. 6 Ibid, hal 4.
Kebutuhan masyarakat dan atau dunia usaha dalam pengelolaan risiko terutama risiko usaha sudah merupakan keharusan terutama dalam kegiatan usaha yang mempergunakan teknologi tinggi dan proses pengelolan ini pada umumnya dilakukan melalui pendekatan manajemen risiko. Pertanyaan selanjutnya adalah apa itu ‘manajemen risiko’? Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan. Manajemen risiko merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh dunia usaha dalam mengelola risiko melalui proses analisa risiko yang meliputi tahapan identifikasi dan penilaian risiko serta pengawasan risiko yang meliputi tahapan asumsi risiko, pengabaian risiko, pengurangan risiko, pembatasan risiko, pemindahan risiko dan menanggung sendiri resiko.7 Pengertian manajemen risiko menurut Carl Olsson adalah “...to manage risk in order to protect from the adverse consequences of a risk event occurring and ensuring that the benefit from taking risk are achieved.”8 Sedangkan pengertian manajemen risiko menurut Ashok Goenka adalah “the process of identification and assessment of exposure to losses, taking steps to control such exposures through control and preventive measures and transfer of the remainder to a risk carrier.”9 Dengan kata lain, manajemen risiko berguna bagi perusahaan untuk melindungi perusahaan dari segala konsekuensi yang terjadi sehingga tujuan (goal) perusahaan dapat tercapai, yaitu mencapai keuntungan (laba). Apa saja tahap-tahap dalam manajemen risiko? Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer). Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam. Meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control). Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri). Sedangkan pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi. 7
Sonni Dwiharsono, Op.cit. Carl Olsson, Op.cit, hal 6. 9 Ashok Goenka, Practical Aspects of Reinsurance (Singapura: Singapore College of Insurance, 2003), hal. 3. 8
Semakin besar dan semakin kompleks suatu bisnis, semakin besar dan kompleks pula ketidakpastian yang akan terjadi. Sebagai suatu organisasi, perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam mengimplementasikan manajemen risiko. Tujuan yang ingin dicapai antara lain adalah: mengurangi pengeluaran, mencegah perusahaan dari kegagalan, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan sebagainya. Selanjutnya, Emmet dan Therese mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meminimumkan risiko kerugian, yaitu dengan “… avoid, retain, transfer, share, and reduce it.”10 1. Menghindari risiko (risk avoidance) yaitu dengan tidak melakukan suatu tindakan yang dinilai berisiko tinggi. Cara ini dapat dikatakan cara yang negatif dalam usaha menghindari risiko karena mengurangi semangat orang untuk melakukan atau menjalankan usaha. Contoh, PT Asuransi “A” menolak melakukan penutupan suatu asuransi karena takut menerima klaim dari tertanggung. 2. Menahan risiko (risk retention), yaitu tetap melakukan suatu tindakan yang mengandung risiko sepanjang risiko tersebut tidak mempengaruhi jalannya usaha. 3. Memindahkan risiko (risk transfer), yaitu memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang mampu memikul beban risiko. 4. Membagi risiko (risk sharing), yaitu dengan melakukan kerja sama dengan pihak lain untuk menanggung suatu risiko secara bersama-sama apabila terjadi. 5. Mengurangi risiko (risk reduction), yaitu tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kerugian yang mungkin timbul. Artinya kemungkinan rugi tidak dihilangkan, akan tetapi sedapat mungkin diperkecil kemungkinan terjadinya. Seperti kita ketahui salah satu cara penanggulangan risiko adalah dengan mengasuransikan suatu risiko kepada perusahaan asuransi. Cara ini dianggap sebagai metode yang paling penting dalam upaya menanggulangi risiko. Karenanya banyak orang yang berpendapat bahwa manajemen risiko sama dengan asuransi. Padahal keadaaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak tertanggung, bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat/ kapan terjadinya. Sebagai kontraprestasinya si tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang besarnya sekian prosen dari nilai pertanggungan, yang biasa disebut “premi”. Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai tujuan dan teknik pemecahan yang bermacam-macam, antara lain: 1. Dari segi Ekonomi, maka : Tujuannya : mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dalam rangka 10
Emmet J. Vaughan dan Therese M. Vaughan, Op. Cit., hal. 11.
Tekniknya
2. Tujuannya Tekniknya
Tujuannya Tekniknya
3. Tujuannya Tekniknya
4. Tujuannya Tekniknya
5. Tujuannya
Tekniknya
D.
memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. : dengan cara mengalihkan risiko pada pihak lain dan pihak lain mengkombinasikan sejumlah risiko yang cukup besar, sehingga dapat diperkirakan dengan lebih tepat besarnya kemungkinan terjadinya kerugian. Dari segi Hukum, maka : : memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau suatu kegiatan bisnis kepada pihak lain. : melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih kepada penanggung.
: memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau suatu kegiatan bisnis kepada pihak lain. : melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih kepada penanggung. Dari segi Tata Niaga, maka : : membagi risiko yang dihadapi kepada semua peserta program asuransi. : memindahkan risiko dari individu/ perusahaan ke lembaga keuangan yang bergerak dalam pengelolaan risiko (perusahaan asuransi), yang akan membagi risiko kepada seluruh peserta asuransi yang ditanganinya. Dari segi Kemasyarakatan, maka : : menanggung kerugian secara bersama-sama antar semua peserta program asuransi. : semua anggota kelompok (kelompok anggota) program asuransi memberikan kontribusinya (berupa premi) untuk menyantuni kerugian yang diderita oleh seorang / beberapa orang anggotanya. Dari segi Matematis, maka : : meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan hasil ramalan itu dipakai dasar untuk membagi risiko kepada semua peserta (sekelompok peserta) program asuransi. : menghitung besarnya kemungkinan berdasarkan teori kemungkinan (“Probability Theory”), yang dilakukan oleh aktuaris maupun oleh underwriter.
Jenis dan Sifat Risiko Definisi risiko yang berupa ketidakpastian adanya kerugian merupakan pengertian yang mendasar dalam prinsip asuransi. Ada dua jenis risiko yang dikenal dalam asuransi yakni:
1.
Risiko Murni (Pure Risk) Risiko murni (pure risk), ialah semua peristiwa yang apabila terjadi selalu menimbulkan kerugian seperti peristiwa kebakaran, angin ribut, gempa bumi, huru hara, pemberontakan, kecelakaan dan lain sebagainya yang umumnya selalu menimbulkan kerugian. Risiko murni ini berdasarkan kepada yang menghadapi kerugian dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu: a. Risiko perorangan (personal risk), Diartikan sebagai risiko yang akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memberikan pendapatan. Misalnya risiko harus dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit, risiko dianggap tua untuk diperkerjakan. b. Risiko yang dihadapi oleh harta benda seseorang (property risk), Adalah risiko yang ada pada seseorang apabila seseorang itu memiliki sesuatu, yaitu kemungkinan bahwa apa yang dimiliki itu akan hilang atau dicuri orang atau rusak. c. Risiko tanggung jawab hukum (liability risk), Yaitu risiko yang kemungkinan akan diderita seseorang karena harus bertanggung jawab terhadap kerugian atau luka yang dialami orang lain. Misalnya kelalaian dalam mengendarai mobil sehingga menabrak orang lain.
2.
Risiko Spekulatif (Speculative Risks) Risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan kemungkinan untung (gain) atau rugi (loss) atau tidak untung dan tidak rugi (break even). Risiko Spekulatif disebut juga risiko dinamis (dynamic risk). Contohnya: Risiko dalam dunia perdagangan (kemungkinan untung atau rugi) Namun demikian jika di lihat dari sifatnya, maka risiko dapat dibedakan ke
dalam:11
11
1.
Risiko Khusus (Particular Risk) Suatu risiko yang disebut risiko khusus apabila asalnya adalah dari individu dan dampaknya kecil. Contohnya: Kebakaran yang timbul dari mobil seseorang yang tidak menyebabkan kebakaran mobil lain, pencurian, kecelakaan, dan lain-lain.
2.
Risiko Fundamental (Fundamental Risk) Risiko ini adalah risiko yang sumbernya dari masyarakat umum dan akibatnya mempengaruhi masyarakat luas atau risiko yang sebab maupun akibatnya impersonal (tidak menyangkut seseorang). Dimana kerugian yang timbul dari risiko yang bersifat fundamental ini biasanya tidak hanya menimpa seorang individu melainkan menimpa banyak orang. Contohnya : Gempa bumi, perang, inflasi, dan lain-lain. Risiko yang sifatnya fundamental dapat timbul misalnya dari : a. Sifat masyarakat dimana kita hidup. b. Dari peristiwa-peristiwa phisik tertentu yang terjadi diluar kendali manusia.
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1980), hal 6.
Karena risiko fundamental pada umumnya menyangkut/ berakibat kepada mayarakat banyak, pemerintah biasanya banyak turut campur dalam penangannya. Misalnya dengan mengadakan program-program penanggulangan seperti penanggulangan bencana alam, program pemberian tunjangan untuk unemployment, atau wajib asuransi atas risiko-risiko tertentu. Misalnya: Taspen, Astek, Jasa Raharja, Askes, dan sebagainya. Hal semacam juga dilakukan pula di luar negeri misalnya: Motor Insurance, Employers' liability, Nuclear Energy Risks, Solicitors' Professional Indemnity dan sebagainya. 3.
Risiko Statis Risiko statis adalah risiko yang selalu ada walaupun tidak ada perubahan. Resiko ini timbul dalam keadaan ekonomi statis, misalnya: kebakaran, gempa bumu, banjir.
4.
Risiko Dinamis Risiko dinamis adalah risiko yang timbul akibat adanya perubahan dalam masyarakat, lingkungan, keinginan konsumen, dunia usaha dan teknologi. Atau perubahan risiko dapat terjadi apabila penyebab terjadinya risiko dan akibat dari risiko berubah atau dapat pula disebabkan adanya cara pandang seseorang terhadap risiko tersebut. Contohnya: Dulu pengangguran dianggap sebagai kemalasan atau kurangnya ketrampilan seseorang sehingga diklasifikasikan sebagai Particular Risks. Tetapi kini orang cenderung memandang pengangguran sebagai gejala yang umum, yang diakibatkan kegagalan pemakaian sistem ekonomi, oleh karena itu pengangguran dipandang sebagai Fundamental Risks.
Adanya klasifikasi jenis dan sifat risiko sebagaimana diuraikan di atas berguna dalam rangka menetapkan apakah suatu risiko dapat diasuransikan atau tidak dan untuk menentukan apakah suatu risiko lebih tepat ditangani oleh pemerintah atau diserahkan kepada lembaga asuransi komersial. Risiko spekulatif tidak dapat diasuransikan karena pada risiko ini terdapat kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan. Risiko murni dapat diasuransikan karena hanya mempunyai satu kemungkinan yaitu mendatangkan kerugian, tetapi berdasarkan pertimbangan secara yuridis maupun komersial tidak semua risiko murni dapat diasuransikan. E.
Risiko yang Dapat Diasuransikan Agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi) dapat diasuransikan (insurable) maka harus memiliki karakteristik: 1) terjadinya kerugian mengandung ketidakpastian, 2) kerugian harus dibatasi, 3) kerugian harus signifikan, 4) rasio kerugian dapat terprediksi dan 5) kerugian tidak bersifat katastropis (bencana) bagi penanggung. Timbul pertanyaan; kematian adalah sesuatu yang pasti, mengapa bisa diasuransikan? Meski merupakan sesuatu yang mengandung kepastian, namun kapan tepatnya saat kematian seseorang berada diluar kendali orang tsb. Sehingga
saat terjadinya peristiwa kematian yang betul-betul mengandung ketidakpastian inilah yang menyebabkannya insurable. Sifat risiko dapat dilihat dari keadaannya, dalam hal ini ada dua macam yaitu, apakah suatu risiko dapat diasuransikan atau tidak dapat diasuransikan. 1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk) Ciri khusus dari risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk) semacam ini adalah: a. Meliputi obyek pertanggungan dalam kesatuan yang cukup banyak serta dalam tingkat serupa dihadapkan pada risiko agar kerugian dapat diperkirakan dengan wajar, b. Kerugian yang ditimbulkan oleh risiko tersebut dapat diukur besarnya, c. Kerugian tersebut terjadinya harus tidak terduga, d. Risiko yang bersangkutan tidak akan menimbulkan malapetaka yang besar pada waktu bersamaan, e. Merupakan risiko yang asli. 2.
Resiko Yang Tidak Dapat Diasuransikan, Risiko semacam ini merupakan risiko yang kalau ditinjau dari segi asuransi tidak dapat diasuransikan, misalnya: a. Risiko politik (political risks), Yakni risiko terhadap suatu larangan atau peraturan pemerintah. b. Risiko pemasaran (market risk), Yakni risiko akibat jatuhnya harga, persaingan bisnis. c. Risiko produksi (production risk), Yakni risiko akibat gagalnya suatu mesin secara ekonomis (keausan mesin). d. Risiko keuangan (monetary risk), Yakni risiko akibat inflasi, sanering. e. Risiko spekulatif (speculative risk), Yakni suatu ketidakpastian akan terjadinya peristiwa tetapi kalau terjadi maka salah satu pihak akan mendapat keuntungan kerugian.