Bab IV Perancangan dan Implementasi
IV.1 Aturan-aturan Mengenai Data Spasial PBB Dari beberapa permasalahan basis data spasial PBB eksisting yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka perlu dibuat aturan-aturan khusus mengenai data spasial PBB. Aturan-aturan tersebut dimaksudkan untuk menangulangi atau mengurangi permasalahan-permasalahan data spasial yang ada. Dalam penelitian ini diusulkan aturan-aturan data spasial PBB sebagai berikut: 1. Setiap objek pada layer mempunyai ID tertentu yang nilainya unik. ID masingmasing objek pada layer dapat dilihat pada tabel IV.1 Tabel IV.1 ID objek pada layer NO 1 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
NAMA LAYER
ID OBJEK
Bidang Bangunan Jalan Sungai Simbol Batas Blok Batas Kelurahan Batas Kecamatan
NOP (Nomor Objek Pajak) Nomor Bangunan Nama Jalan Nama Sungai Kode Simbol Kode Blok Kode Kelurahan Kode Kecamatan Kode Kabupaten/Kota Kode Provinsi
Batas Kabupaten/Kota Batas Provinsi
2. Setiap objek data spasial PBB tidak boleh bernilai kosong (null) dan mempunyai jenis representasi tertentu. Adapun jenis-jenis representasi objek data spasial PBB dapat dilihat pada tabel IV.2. Tabel IV.2 Jenis-jenis representasi objek data spasial PBB NO 1 2 3. 4. 5. 6. 7. 8.
OBJEK DATA SPASIAL Bidang Bangunan Jalan Sungai Simbol Area Blok Wilayah Kelurahan Wilayah Kecamatan
JENIS REPRESENTASI OBJEK Polygon Polygon Polyline Polyline Point Polygon Polygon Polygon
34
35 Tabel IV.2 Jenis-jenis representasi objek data spasial PBB (lanjutan) NO
OBJEK DATA SPASIAL 9. Wilayah Kabupaten/Kota 10. Wilayah Provinsi
JENIS REPRESENTASI OBJEK Polygon Polygon
3. Objek-objek data spasial PBB yang sama harus ditempatkan pada layer yang sama. Daftar objek data spasial beserta layernya dapat dilihat pada tabel IV.3. Tabel IV.3 Daftar objek data spasial beserta layernya NO 1 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
OBJEK
LAYER
Bidang Bangunan Jalan Sungai Simbol Area Blok Wilayah Kelurahan Wilayah Kecamatan Wilayah Kabupaten/Kota Wilayah Provinsi
Bidang Bangunan Jalan Sungai Simbol Blok Kelurahan Kecamatan
Kota Provinsi
4. Objek data spasial PBB mempunyai hubungan spasial tertentu yang diperbolehkan. Hubungan spasial objek tersebut bisa terjadi dalam satu layer ataupun antar layer. Jenis-jenis hubungan spasial antar objek data spasial PBB yang diperbolehkan dapat dilihat pada tabel IV.4. Tabel IV.4 Hubungan spasial antar objek data spasial PBB yang diperbolehkan No
Objek
1
Layer 1 Wilayah Provinsi
Layer 2 Wilayah Provinsi
2
Wilayah Kota
Wilayah Provinsi
3
Wilayah Kota
Wilayah Kota
4
Wilayah Kecamatan Wilayah Kecamatan Wilayah Kelurahan
Wilayah Kota
5 6
Wilayah Kecamatan Wilayah Kecamatan
Hubungan Spasial Yang diperbolehkan -
Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by)
36 Tabel IV.4 Hubungan spasial antar objek data spasial PBB yang diperbolehkan (lanjutan) No
Objek
8
Layer 1 Wilayah Kelurahan Area Blok
9
Area Blok
10
Jalan
11
Jalan
12
Sungai
13
Sungai
14
Simbol
15
Simbol
Wilayah Kelurahan Simbol
16
Bidang
Area Blok
17
Bidang
Bidang
18
Bidang
Jalan
19
Bidang
Sungai
20
Bangunan
Bidang
21
Bangunan
Bangunan
7
Layer 2 Wilayah Kelurahan Wilayah Kelurahan Area Blok Wilayah Kelurahan Jalan Wilayah Kelurahan Sungai
Hubungan Spasial Yang diperbolehkan -
Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Terhubung (conected) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Terhubung (conected) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Pada (on) Terpisah (disjoint)
-
Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Sama (Equal) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint) Berada di dalam (inside) Berada pada (covered by) Sama (Equal) Bersebelahan (touch) Terpisah (disjoint)
37
Sedangkan contoh gambar hubungan spasial antar jenis representasi objek dapat dilihat pada tabel IV.5 Tabel IV.5 Contoh gambar hubungan spasial antar jenis representasi objek Jenis Representasi Objek No 1
Objek 1 Polygon
Objek 2 Polygon
Hubungan Spasial Beserta Contoh Gambarnya Terpisah (disjoint) 1
2
Bersebelahan (touch) 2
Sama (equal) 1 2 Berada di dalam (inside) 1 2
Berada pada (covered by) 1 2
2
Polygon
Polyline
Terpisah (disjoint) 1
2
38 Tabel IV.5 Contoh gambar hubungan spasial antar jenis representasi objek (lanjutan) Jenis Representasi Objek No 2
Objek 1 Polygon
Objek 2 Polyline
Hubungan Spasial Beserta Contoh Gambarnya Bersebelahan (touch) 1
2 Berada di dalam (inside) 1 2
Berada pada (covered by) 2 1
3
Polygon
Point
Berada di dalam (inside) 1 2 Pada (on) 1 2
4
Polyline
Polyline
Terpisah (disjoint) 1 2 Terhubung (connected) 1
5
Point
Point
2
Terpisah (disjoint) 1
2
39 5. Data spasial PBB menggunakan sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) dengan datum DGN 1995, adapun zona yang digunakan sesuai dengan lokasi wilayahnya.
IV.2 Perancangan Penerapan Enterprise Rule IV.2.1 Penyusunan Enterprise Rule Berdasarkan peraturan penanganan data spasial PBB yang telah disusun dan peraturan terkait (Keputusan DJP Nomor 533/PJ/2000) dapat dibuat enterprise rule data spasial PBB.
Enterprise rule mempunyai peranan penting dalam
perancangan basis data. Dari enterprise rule dapat dibuat model data konseptualnya, selanjutnya ditransformasikan menjadi model data fisikal sesuai dengan SMBD yang akan digunakan. Adapun enterprise rule data spasial PBB yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Data
spasial
PBB
terdiri
dari
wilayah
provinsi,
wilayah
kabupaten/kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan, area blok, bidang, bangunan, jalan, sungai, simbol; (2). Setiap jenis data spasial PBB mempunyai ID yang unik (Daftar ID masing-masing objek dapat dilihat pada tabel IV.1); (3). Wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan, area blok, bidang dan bangunan direpresentasikan sebagai objek berjenis polygon; (4). Jalan dan sungai direpresentasikan sebagai objek berjenis polyline; (5). Simbol direpresentasikan sebagai objek berjenis point; (6). Area kabupaten/kota harus berada di dalam area provinsinya; (7). Area kabupaten/kota yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap); (8). Area kecamatan harus berada di dalam area kabupaten/kota nya; (9). Area kecamatan yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap); (10). Area batas kelurahan harus berada di dalam area kecamatannya; (11). Area kelurahan yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap);
40 (12). Area blok harus berada di dalam area kelurahannya; (13). Area blok yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap); (14). Bidang harus berada di dalam atau sama dengan area bloknya; (15). Bidang yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap); (16). Bangunan harus berada di dalam atau sama dengan bidangnya (tidak berlaku untuk bangunan yang tidang mempunyai bidang tanah); (17). Bangunan yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap); (18). Jalan, sungai dan simbol harus berada di dalam area kelurahannya atau berada pada batas kelurahannya; (19). Bidang tidak boleh berpotongan dengan jalan; (20). Bidang tidak boleh berpotongan dengan sungai; (21). Data spasial PBB menggunakan sistem proyeksi peta UTM dengan datum DGN 1995 dengan zona sesuai lokasinya masing-masing;
IV.2.2 Perancangan Transformasi Enterprise Rule pada SMBD Enterprise Rule yang telah disusun harus dapat diterapkan dalam SMBD sehingga dapat digunakan untuk menjaga integritas data. Dari enterprise rule yang telah disusun dilakukan perancangan transformasinya pada SMBD. Adapun rancangan transformasi secara lengkap dapat dilihat pada tabel IV.2. Tabel IV.6 Rancangan transformasi enterprise rule pada SMBD No Transformasi pada SMBD Enterprise Rule 1 Data spasial PBB terdiri dari Pembuatan tabel untuk tiap-tiap data wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan, area blok, bidang, bangunan, jalan, sungai, simbol 2
Setiap jenis data spasial PBB ID dijadikan primary key atau komponen mempunyai ID yang unik primary key dari tabel-tabel data spasial
41 Tabel IV.6 Rancangan transformasi enterprise rule pada SMBD (lanjutan) No Enterprise Rule 3 Wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan, area blok, bidang dan bangunan berupa polygon
Transformasi pada SMBD Pembuatan batasan dimana data spasial wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan, area blok, bidang dan bangunan harus direpresentasikan sebagai objek berjenis polygon
4
Jalan dan polyline
sungai
berupa Pembuatan batasan dimana data spasial jalan dan sungai harus direpresentasikan sebagai objek berjenis polyline
5
Simbol berupa point
Pembuatan batasan dimana data spasial simbol harus direpresentasikan sebagai objek berjenis point
6
Area kabupaten/kota harus Pembuatan batasan hubungan spasial berada di dalam area antara objek wilayah kabupaten/kota provinsinya dengan objek wilayah propinsi, dimana area kabupaten/kota harus berada di dalam area provinsinya
7
Area kabupaten/kota yang Pembuatan batasan hubungan spasial berbatasan tidak boleh antar objek wilayah kabupaten/kota dalam berpotongan (overlap) satu provinsi, dimana antar objek yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap)
8
Area kecamatan harus berada Pembuatan batasan hubungan spasial di dalam area antara objek wilayah kecamatan dengan kabupaten/kotanya objek wilayah kabupaten/kota, dimana area kecamatan harus berada di dalam area kabupaten/kotanya
9
Area kecamatan yang Pembuatan batasan hubungan spasial berbatasan tidak boleh antar objek wilayah kecamatan dalam satu berpotongan (overlap) kabupaten/kota, dimana antar objek yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap)
10
Area batas kelurahan harus Pembuatan batasan hubungan spasial berada di dalam area antara objek wilayah kelurahan dengan kecamatannya objek wilayah kecamatan, dimana area kelurahan harus berada di dalam area kecamatannya
42 Tabel IV.6 Rancangan transformasi enterprise rule pada SMBD (lanjutan) No Transformasi pada SMBD Enterprise Rule 11 Area kelurahan yang Pembuatan batasan hubungan spasial berbatasan tidak boleh antar objek wilayah kelurahan dalam satu berpotongan (overlap) kecamatan, dimana antar objek yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap) 12
Area blok harus berada di Pembuatan batasan hubungan spasial dalam area kelurahannya antara objek area blok dengan objek wilayah kelurahan, dimana area blok harus berada di dalam area kelurahannya
13
Blok yang berbatasan tidak Pembuatan batasan hubungan spasial boleh berpotongan (overlap) antar objek area blok dalam satu kelurahan, dimana antar objek yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap)
14
Bidang harus berada di Pembuatan batasan hubungan spasial dalam atau sama dengan area antara objek bidang dengan objek area bloknya blok, dimana area bidang tidak boleh berada diluar area bloknya
15
Bidang yang berbatasan Pembuatan batasan hubungan spasial tidak boleh berpotongan antar objek bidang dalam satu blok, (overlap) dimana antar objek yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap)
16
Bangunan harus berada di Pembuatan batasan hubungan spasial dalam atau sama dengan antara objek bangunan dengan objek bidangnya bidang, dimana area bangunan tidak boleh berada diluar area bidangnya
17
Bangunan yang berbatasan Pembuatan batasan hubungan spasial tidak boleh berpotongan antar objek bangunan dalam satu bidang, (overlap) dimana antar objek yang berbatasan tidak boleh berpotongan (overlap)
18
Jalan, sungai dan simbol harus berada di dalam area kelurahannya atau berada pada batas kelurahannya
19
bidang tidak boleh Pembuatan batasan hubungan spasial berpotongan dengan jalan antar objek bidang dengan objek jalan dalam satu wilayah kelurahan, dimana antar objek bidang dan jalan tidak boleh berpotongan (overlap)
Pembuatan batasan hubungan spasial antara objek jalan, sungai dan simbol dengan objek kelurahan dalam satu wilayah kelurahan, dimana jalan, sungai dan simbol tidak boleh berada diluar batas kelurahannya
43 Tabel IV.6 Rancangan transformasi enterprise rule pada SMBD (lanjutan) No Transformasi pada SMBD Enterprise Rule 20 bidang tidak boleh Pembuatan batasan hubungan spasial berpotongan dengan sungai antar objek bidang dengan objek sungai dalam satu wilayah kelurahan, dimana antar objek bidang dan sungai tidak boleh berpotongan (overlap) 21
Data spasial PBB - Pembuatan tabel referensi sistem menggunakan sistem proyeksi peta UTM dengan pembagian proyeksi peta UTM zona tiap kabupaten/kota. (Universal Transverse - Pembuatan batasan dimana sistem Mercator) dengan datum proyeksi yang boleh digunakan dalam DGN 1995 dengan zona data spasial PBB adalah UTM DGN sesuai daerahnya masing1995 dengan zona sesuai lokasinya. masing
Rancangan transformasi tersebut dilakukan dengan melakukan perancangan ulang basis data spasial agar dapat diterapkan pada SMBD yang dipilih. Perancangan ulang basis data dilakukan dalam dua tahapan perancangan, yaitu: (1). Perancangan Konspetual (2). Peracangan Fisikal IV.2.3 Perancangan Konseptual Perancangan konseptual dilakukan untuk membuat model data konseptual dengan menggunakan cara pemodelan hubungan antar entitas (Entity Relationship/E-R Modelling). Model E-R terdiri dari 3 konsep dasar yaitu: entitas, hubungan antar entitas/relasi (relationship), serta atribut-atribut dari entitas (Nugroho, 2004). Tujuan dari tahapan ini adalah mendapatkan penjelasan yang lengkap dari struktur, maksud/tujuan dan batasan-batasan basis data. Hal ini bisa terwujud jika dalam perancangan bebas (tidak bergantung) pada perangkat lunak SMBD tertentu, karena SMBD mempunyai kelemahan dan keterbatasan yang dapat mempengaruhi model data konseptual (Elmasri dan Navathe, 2000).
44 Dalam melakukan perancangan basis data ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan, yaitu (Waljiyanto, 2000): (1). Model data harus cukup memberikan tampilan yang menggambarkan perbedaan jenis data, hubungan dan batasan (ekspresif). (2). Model harus dibuat sederhana dan mudah dipahami serta digunakan oleh pemakai yang awam sekalipun (sederhana). (3). Penyajian
model
data
dibuat
dalam
diagram
yang
mudah
diinterprestasi (penyajian diagramtik) (4). Penyajian model data dalam skema harus teliti dan tidak menimbulkan interpretasi yang bias (akurat). Dalam penelitian ini digunakan perangkat punak PowerDesigner untuk membuat model data konseptual basis data spasial PBB. Perancangan dilakukan dengan membuat file CDM (Conceptual Data Modelling). Pada perangkat lunak Power Designer disediakan fasilitas untuk membuat entitas, hubungan antar entitas dan atribut tiap-tiap entitas. Diagram model data konseptual basis data spasial PBB hasil perancangan konseptual dapat dilihat pada gambar IV.1. Keterangan tanda hubungan antar entitas model data konseptual dapat dilihat pada tabel IV.7, sedangkan deskripsi entitas, atribut dan hubungan antar entitas dapat dilihat pada lampiran A.
45
Kecamatan
Propinsi Kd_Prop
A2 <M> Tgl_Entri_Prop D Lyr_Prop PK_Prop
Kd_Kec Kelurahan A3 <M> Mengandung Tgl_Entri_Kec D A3 <M> Kd_Kel Lyr_Kec Tgl_Entri_Kel D PK_Kecamatan Lyr_Kel Mengandung
PK_Kelurahan
Mengandung Jalan Kota
Berada Pada
Id_Jln N5 <M> Nm_Jln VA30 N3 Lbr_Jln Lyr_Jln
Mengandung
Kd_Kota A2 <M> Tgl_Entri_Kota D Lyr_Kota Blok
PK_Kota
PK_Jalan
Kd_Blok A3 <M> Tgl_Entri_Blok D Lyr_Blok
Berada Pada
PK_Blok Pemakai_SIG
Berada Pada
NIP_Petugas PK_Pemakai
Bidang No_Urut Dilakukan Kd_Jns_Op Tgl_Entri_Bidang Lyr_Bidang
A4 <M> A1 <M> D
Sungai Id_Sungai Nm_Sungai Lbr_Sungai Lyr_Sungai
N5 <M> VA30 N3
PK_Sungai Berada Pada
PK_Bidang Simbol Mempunyai
Id_Simbol A3 Keterangan VA50 Mengandung
Dilakukan
Wewenang_SIG
PK_Simbol
Bangunan No_Bng A3 <M> Tgl_Entri_Bng D Lyr_Bng PK_Bangunan
Kd_Wwng A2 <M> Nm_Wwng VA30
Zona_Proyeksi Kd_Zona N5 <M> Nm_Zona A2 PK_Proyeksi
PK_Wewenang
Gambar IV.1 Model konseptual basis data spasial hasil perancangan Tabel IV.7 Tanda hubung antar entitas Tanda
Kehadiran
Kardinalitas
Wajib
Satu
Wajib Tidak Wajib Tidak Wajib Wajib dan Tergantung Tidak Wajib dan Tergantung
Banyak Satu Banyak Banyak Banyak
46
IV.2.4 Perancangan Fisikal Pada tahap perancangan fisikal dilakukan transformasi data dari model E-R ke model data logik dan model data fisik. Model data logik dalam penelitian ini menggunakan model data relasional dan model data fisik akan diimplemantasikan pada perangkat lunak SMBD Oracle. Sasaran dari perancangan fisikal adalah menciptakan perancangan untuk penyimpanan data yang menyediakan kinerja yang baik dan memastikan integritas, keamanan dan kemampuan untuk dipulihkan/restore data (Nugroho, 2002). Ditjen Pajak telah menggunakan SMBD Oracle sebagai pengelolah berbagai basis data yang dimilikinya, diantaranya: basis data atribut PBB (SISMIOP), BPHTB, SIP, MP3, datacenter PBB dan POS PBB. Hal ini menjadi salah satu alasan dipilihnya
SMBD Oracle untuk perancangan model data fisik. Selain itu
perangkat lunak SMBD Oracle mempunyai beberapa fitur ungulan, diantaranya: 1.
Fitur skalabilitas dan kinerja yang baik meliputi konkurensi, konsistensi pembacaan (read consistency), mekanisme penguncian data,
Real
Application Clusters (RAC) dan portabilitas ; 2. Fitur backup dan recovery; 3. Mampu mengelolah berbagai macam tipe data selain tipe data standar, diantaranya: XML, teks, audio, video dan data spasial; 4. Fitur bisnis intelegensi (bussines intellegence), SMBD oracle mempunyai kemampuan untuk
ETL (extract, transformation and loading) data,
kompresi tabel, partisi tabel, data warehousing. 5. Fitur keamanan basis data yang meliputi keamanan sistem dan keamanan data. Dalam penelitian ini digunakan perangkat lunak PowerDesigner untuk melakukan transformasi model data konseptual kedalam model data logik dan fisik. Transformasi model data tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas generalisasi file CDM ke dalam file PDM (Physical Data Model). Dari hasil generalisasi tersebut secara otomatis membuat struktur fisik data (tabel, kolom, integritas referensial, batasan-batasan/constraints) sesuai dengan SMBD yang dituju (SMBD Oracle). Selain itu dalam perangkat lunak ini disediakan fasilitas
47 untuk melakukan desain skema, penyimpanan data (tablesapce), indek, pengaturan wewenang (previlage dan role) dan objek-objek basis data lainnya. Pembuatan file PDM dilakukan dengan menggunakan Menu Tools → Generate Physical Model pada perangkat lunak
PowerDesigner. Setelah itu dilakukan
perancangan struktur fisik komponen basis data lainnya diantaranya
skema,
struktur penyimpanan data (tablespace), indek, synonym dan trigger. Model data fisik tabel-tabel pada basis data spasial PBB hasil perancangan dapat dilihat pada gambar IV.2, sedangkan daftar tabel, diskripsi kolom tiap-tiap tabel dan hubungan referensi dapat dilihat pada lampiran B. Hasil perancangan model fisik lainnya adalah tablespace. Dalam penelitian ini di lakukan desain tablespace dengan pertimbangan jenis objek (tabel dan indek), jumlah data, frekwensi perubahan dan query data serta kelompok data yang ada pada suatu tabel. Hal ini dilakukan untuk kemudahan pemeliharaan dan meningkatakan kinerja dari basis data. Adapun nama tablespace, jenis dan nama objek yang disimpan di tiap tablespace dapat di lihat pada lampiran C.1. Berkaitan dengan adanya data spasial dan hubungan/relasi spasial dalam dan antar tabel dalam basis data spasial maka dalam perancangan fisikal dilakukan pembuatan skrip-skrip untuk menjaga agar aturan data spasial dan relasi-relasi spasial yang telah didefinisikan dalam tahap perancangan diimplementasikan.
konseptual dapat
Pembuatan skrip dibuat secara manual karena fasilitas
perangkat lunak perancangan yang digunakan tidak dapat mentransformasi aturan data dan relasi spasial dari model konseptual ke model fisikal. Skrip-skrip tersebut akan diimplementasikan dalam SMBD dalam bentuk trigger dan function yang secara otomatis dieksekusi saat dilakukan insert ataupun update data. Dalam pembuatan skrip banyak memanfaatkan operator-operator, fungsifungsi (functions) dan prosedur-prosedur (procedures) PL/SQL spasial. PL/SQL spasial tersebut khusus digunakan untuk penanganan data spasial pada SMBD Oracle Spasial. Daftar trigger, tabel dan fungsi masing-masing trigger yang dirancang dapat dilihat pada tabel IV.8.
Adapun beberapa contoh algoritma
48 pembuatan trigger, skrip trigger dan skrip function dapat dilihat pada lampiran D, lampiran F dan lampiran G. Propinsi
Kecamatan
Kd_Prop CHAR(2) Lyr_Prop MDSYS.SDO_Geometry
Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Lyr_Kec
Jalan
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) MDSYS.SDO_Geometry
FK_KOTA_PROP FK_KEC_KOTA
Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Id_Jln Lbr_Jln Nm_Jln Lyr_Jln
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) NUMBER(3) NUMBER(3) VARCHAR2(30) MDSYS.SDO_Geometry
FK_JALAN_KEL Kota Kd_Prop CHAR(2) Kd_Kota CHAR(2) Lyr_Kota MDSYS.SDO_Geometry
Kelurahan
FK_KEL_KEC
FK_BLOK_KEL
Blok Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Kd_Blok Tgl_Entri_Blok Lyr_Blok
Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Tgl_Entri_Kel Lyr_Kel
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) CHAR(3) DATE MDSYS.SDO_Geometry
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) DATE MDSYS.SDO_Geometry
FK_SUNGAI_KEL
FK_SIMBOL_KEL
Simbol Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Id_simbol Keterangan Lyr_Simbol
FK_BIDANG_BLOK Bidang Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Kd_Blok No_Urut Kd_Jns_Op NIP_Petugas Tgl_Entri_Bidang Lyr_Bidang
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) CHAR(3) CHAR(4) CHAR(1) CHAR(9) DATE MDSYS.SDO_Geometry
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) NUMBER(5) NUMBER(3) VARCHAR2(30) MDSYS.SDO_Geometry
FK_BANGUNAN_BIDANG
Wewenang_SIG Kd_Wwng CHAR(2) Nm_Wwng VARCHAR2(30)
FK_PEMAKAI_WWNG Zona_Proyeksi Kd_Prop Kd_Kota No_Zona Ket_Zona
Bangunan
FK_BANGUNAN_PEMAKAI
Pemakai_SIG
Sungai Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Id_Sungai Lbr_Sungai Nm_Sungai Lyr_Sungai
FK_BIDANG_PEMAKAI
NIP_Petugas CHAR(9) Kd_Wwng CHAR(2)
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) CHAR(3) VARCHAR2(50) MDSYS.SDO_Geometry
CHAR(2) CHAR(2) NUMBER(5) VARCHAR(200)
Kd_Prop Kd_Kota Kd_Kec Kd_Kel Kd_Blok No_Urut Kd_Jns_Op No_Bng NIP_Petugas Tgl_Entri_Bng Lyr_Bng
CHAR(2) CHAR(2) CHAR(3) CHAR(3) CHAR(3) CHAR(4) CHAR(1) CHAR(3) CHAR(9) DATE MDSYS.SDO_Geometry
Gambar IV.2 Model data fisik basis data spasial hasil perancangan
49 Tabel IV.8 Daftar trigger dan fungsinya NO
NAMA TRIGGER
TABEL
FUNGSI
1 2
TIUBS_PROPINSI TIUBS_KOTA
PROPINSI KOTA
- Cek bentuk geometri
3
TIUBS_KECAMATAN
KECAMATAN
- Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel kota
4
TIUBS_KELURAHAN
KELURAHAN
- Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel kecamatan
5
TIUBS_BLOK
BLOK
- Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel kelurahan
6
TIUBS_JALAN
JALAN
- Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel kelurahan
- Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel
50 Tabel IV.8 Daftar trigger dan fungsinya (lanjutan) NO
NAMA TRIGGER
TABEL
7
TIUBS_SUNGAI
SUNGAI
8
TIUBS_SIMBOL
SIMBOL
9
TIUBS_BIDANG
BIDANG
10
TIUBS_BANGUNAN
BANGUNAN
FUNGSI - Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel kelurahan - Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel kelurahan - Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel blok, jalan dan sungai - Cek bentuk geometri - Cek sistem proyeksi peta dan zona - Cek hubungan spasial dalam tabel - Cek hubungan spasial ke tabel bidang
Tahapan akhir dari perancangan fisikal menggunakan perangkat lunak PowerDesigner adalah membuat skrip objek-objek basis data yang telah dirancang dari model data fisik pada file PDM . Pembuatan skrip dilakukan secara otomatis dari Menu Database dengan Sub Menu Generate Database, Generate Triggers&Procedure, Generate Privilage dan Generate Synonym. Objek-objek basis data yang dibuat skripnya untuk tiap-tiap sub menu data dapat dilihat pada tabel IV.9.
51 Tabel IV.9 Objek-objek basis data hasil dari sub menu generate No
Sub Menu
1
Generate Database
2
Generate Triggers&Procedure
3
Generate Privilage
4
Generate Synonym
Jenis Objek -
Database Tablespace Tabel Views Key Indek Trigger Procedure User Role Database Package Synonym
IV.3 Implementasi IV.3.1 Persiapan Implementasi Sebelum implementasi rancangan dilakukan, perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Instalasi Perangkat Lunak SMBD Oracle 10g rilis 2. Perangkat lunak SMBD Oracle diinstal pada komputer yang difungsikan sebagai server basis data. Instalasi dilakukan secara penuh dengan memilih seluruh fasilitas yang ada pada SMBD Oracle versi windows. 2. Instalasi Perangkat Lunak Oracle SQL Developer versi 1.2.1 Perangkat lunak Oracle SQL Developer merupakan perangkat lunak gratis yang dapat digunakan untuk membuat program SQL dan PL/SQL pada SMBD Oracle. Perangkat lunak ini dalam penelitian digunakan untuk menjalankan (eksekusi) perintah-perintah SQL dan PL/SQL untuk membuat dan mengelola objek-objek basis data diantaranya: tabel dan indek, package, procedure, trigger, function, synonym.
52
IV.3.2 Implementasi Rancangan Basis Data Spasial Langkah-langkah implementasi hasil rancangan basis data pada SMBD untuk penerapan enterprise rule pada sistem basis data spasial PBB adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan skema SIG PBB. 2. Pembuatan tablespace. 3. Eksekusi skrip basis data. 4. Eksekusi skrip triggers. Setelah keempat langkah diatas dilakukan maka akan terbentuk tabel, indek, batasan (constraints) dan objek-objek basis data lainnya dalam skema SIGPBB pada SMBD Oracle. IV.3.2.1 Pembuatan skema SIG PBB Skema merupakan kumpulan struktur data secara logikal atau sekumpulan objekobjek basis data pada SMBD Oracle (Alapati, 2005). Objek-objek basis data harus dimiliki satu user tertentu, sehingga dalam satu SMBD Oracle bisa terdapat dari lebih dari satu skema. Pengertian skema dan user pada Oracle sering dianggap sama, karena skema berasosiasi secara langsung dengan user. Dengan membuat user, secara otomatis skema juga terbentuk untuk user tersebut. Saat ini basis data SISMIOP terdapat dua skema yaitu skema PBB dan skema BPHTB. Skema PBB digunakan untuk mengelola data-data atribut SISMIOP, sedangkan skema BPHTB digunakan untuk mengelola data-data atribut BPHTB. Data spasial PBB dalam penelitian ini akan dibuat di bawah skema SIGPBB. IV.3.2.2 Pembuatan Tablespace Tablespace adalah tempat dimana objek-objek basis data (tabel, view, indek, sequence) disimpan dalam SMBD Oracle (Whalen, 2005). Secara fisik tablespace terdiri dari satu atau lebih datafile yang formatnya mengikuti format file dari sistem operasi dimana SMBD Oracle diinstal (Alapati, 2005). Besarnya ukuran file pada datafile bisa tetap atau bisa diperbesar secara otomatis dan manual. Tablespace hanya bisa dibuat oleh user pada SMBD Oracle dengan role
53 (wewenang) DBA (Database Administrator). Setelah dilakukan instalasi perangkat lunak SMBD Oracle, secara default terdapat user SYS dan SYSTEM yang memiliki role sebagai DBA. Dari hasil perancangan fisik terdapat 8 tablespace yang akan digunakan untuk menyimpan objek-objek basis data. Tablespace dapat dibuat dengan melakukan eksekusi skrip yang telah dibuat pada SQLPlus atau tools lainnya yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah DDL (Data Definition Language) pada SMBD Oracle, misal Oracle SQL Developer, Oracle Enterprise Manager dan TOAD. Skrip pembuatan tablespace dijadikan dalam satu file yang isi nya dapat dilihat pada lampiran C.2. IV.3.2.3 Eksekusi Skrip Basis Data Skrip basis data yang dihasilkan dari generate file PDM terdiri dari skrip pembuatan tabel (termasuk batasan primary key) dan indek (termasuk indek pada kolom tabel yang terdapat data spasial). Skrip tersebut berada dalam satu file dengan nama CREBAS.SQL, isi dari file tersebut dapat dilihat pada lampiran E. IV.3.2.4 Eksekusi Skrip Trigger Skrip trigger yang dibuat diberlakukan pada sebagian besar tabel-tabel pada basis data spasial PBB saat terjadi perubahan data (insert, update, delete). Triggertrigger tersebut kebanyakan digunakan untuk menjaga integritas referensial dan integritas hubungan spasial pada tabel-tabel yang mempunyai data spasial. Skrip tersebut dibuat dalam satu file dengan nama CRETRG.SQL, isi dari file tersebut dapat dilihat pada lampiran F.