BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan standar ketetapan USO (Universal Service Obligation) tentang Kewajiban pelayanan Universal terdapat sub bagian yang meliputi pembangunan, pengembangan, pemberdayaan, dan juga pengawasan. Akan tetapi pada implementasi PLIK di Indonesia, pemerintah (Kominfo) hanya memenuhi sisi pembangunan infrastruktur saja dan belum menyentuh sisi lainnya. Dari sisi pengawasan, pemerintah tidak memberikan pendampingan lanjutan pada PLIK, sehingga tidak adanya strandarisasi pengelolaan PLIK lebih lanjut. Akan tetapi diserahkan sepenuhnya kepada PLIK baik KUD maupun perseorangan. Akibatnya, walaupun sarana dan prasarana telah disediakan secara murah, masyarakat tidak dapat menggunakannya secara mandiri. Segmentasi program ini yang semula penyediaan sarana dan prasarana
TIK
untuk
masyarakat
pedesaan,
menyempit
menjadi
penyediaan sarana dan prasaranan untuk masyarakat pedesaan yang berpendidikan dan berusia muda. Hal tersebut dapat dilihat dari pengunjung PLIK Nanggulan 2 sendiri yang rata-rata pelajar, kaum muda, dan orang yang berpendidikan saja. Hal inilah yang kemudian membuat PLIK Nanggulan 2 memiliki inisiatif untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui TIK dan ini
116
masuk dalam aspek pembangunan sosial. Dalam usaha pemberdayaan ini PLIK Nanggulan melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan TIK. Pemberdayaan ini berupa pelatihan pelatihan secara teknis penggunaan internet dan komputer, sosialisasi etika penggunaan internet, ataupun penanaman motivasi mencari informasi melalui internet. Pemberdayaan ini dilakukan pada seluruh masyarakat baik anak-anak sekolah, kelompok tani, dan ibu-ibu PKK. Akan tetapi kegiatan pemberdayaan ini tidak dilaksanakan secara konsisten dan kontinyu dan hanya berjalan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 saja. Pada tahun 2013 PLIK tidak lagi melakukan kegiatan pelatihan ataupun sosialisasi tentang internet akibat terkendala biaya dan keterbatasan sumber daya manusia. Efek yang dihasilkan dari pelatihan yang dilakukan ini adalah munculnya penggunaan internet „tangan kedua‟. Masyarakat pedesaan yang telah paham akan fungsi internet sebagai media pencari informasi akan tetapi tidak mampu menggunakan internet secara mandiri kemudian mendelegasikan tugas mencari informasi kepada warga atau keluarga yang dirasa mampu menggunakan internet tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi alasan masyarakat pedesaan tidak mampu menggunakan internet secara mandiri walaupun telah diberikan pelatihan dari PLIK Nanggulan 2. Antara lain : (1) terbatasnya waktu untuk mengakses internet, dikarenakan aktivitasnya untuk mengurus
117
ternak dan bertani, (2) adanya sebuah persepsi bahwa internet itu milik generasi muda, sedangkan generasi tua sudah tidak mampu secara fisik maupun pemikiran untuk akses internet, (3) singkatnya waktu pelatihan dan awamnya masyarakat pedesaan terhadap teknologi komputer dan internet. Pada sisi pengelolaan dan organisatoris, PLIK Nanggulan 2 sebagai sebuah organisasi tidak menjalankan fungsi struktur organisasi secara „saklek‟ (harga mati). Akan tetapi pengorganisasian dan pembagian job desk lebih fleksibel disesuaikan dengan waktu luang antar anggota. Pemilihan anggota dan pengurus organisasi juga masih dilakukan secara konvensional yaitu dengan mengutamakan kedekatan secara geografis dan kekerabatan. Pembentukan kepengurusan dalam organisasi di PLIK Nanggulan ini merupakan inisiatif dari ketua pengelola yaitu Sutrisno Hadi, dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat tanpa adanya sistem upah maupun gaji. Kegitan rutin dalam organisasi juga dilakukan secara insidental, yaitu hanya ketika akan melakukan kegiatan. Administrasi organisasi juga tidak tersusun dengan baik dikarekan adanya sistem pencatatan yang manual dan pengarsipan yang kadang tersimpan dan kadang terbuang. Pada aspek ekonomi, PLIK Nanggulan memberikan sebuah pemahaman kepada masyarakat bahwa ada fungsi lain dari internet selain
118
menyediakan informasi juga menyediakan ruang untuk melakukan penjualan secara online. Karena masyarakat pedesaan belum mampu untuk menggunakan dan mengelola sendiri website pribadi maupun sosial media, maka PLIK Nanggulan memberikan ruang khusus di blog nya untuk media promosi hasil pertanian maupun kerajinan UMKM di wilayah Nanggulan, Banyuroto. Ada 2 cara yang dilakukan PLIK Nanggulan 2 dalam rangka penyediaan ruang untuk promosi barang dan jasa hasil dari masyarakat pedesaan melalui blog pliknanggulan2.blogspot.com. Yang pertama, pemilik PLIK Nanggulan 2 mendata sendiri UMKM ataupun produk lainnya baik dalam bentuk dokumen, gambar, harga dan nomor kontak. Kedua, untuk masyarakat pedesaan yang memiliki produk dan jasa datang sendiri menemui pengelola PLIK Nanggulan 2 untuk meminta ditampilkan barang dan jasa yang dimilikinya dalam blog tersebut. Fasilitas ini diberikan oleh PLIK Nanggulan 2 kepada masyarakat pedesaan secara gratis dan cuma-cuma. Pada aspek budaya, PLIK Nanggulan 2 menguatkan identitas budaya dengan cara menyebarkan informasi mengenai potensi masyarakat di daerah Banyuroto baik potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Hal ini terlihat pada blog PLIK Nanggulan yang menyajikan beberapa panel terkait dengan budaya, kearifan lokal, dan potensi wisata di wilayah Kulon Progo.
119
Keberadaan PLIK Nanggulan 2 di Banyuroto juga menjadi tempat berkumpulnya beberapa komunitas pemuda. Komunitas pemuda ini akhirnya terinspirasi oleh blog PLIK nanggulan 2 kemudian membuat blog lainnya yang bernama iBanyurotop24.blogspot.com yang di dalamnya mengulas tentang potensi alam di Banyuroto. Walaupun kemudian sejauh pengamatan peneliti, blog tersebut masih sangat sedikit menyajikan informasi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa kesenjangan digital yang terjadi pada masyarakat pedesaan tidak hanya terkait dengan minimnya akses dan infrastuktur TIK. Akan tetapi juga terdapat kesenjagan berupa minimnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat untuk menggunakan dan memanfaatkan TIK. PLIK Nanggulan 2 dalam hal ini melakukan pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui TIK yang terkait dengan lima aspek antara lain : informasi, organisatoris, pembangunan sosial, pembangunan ekonomi, dan penguatan identitas kebudayaan. Jalan pemberdayaan yang ditempuh melalui tiga cara yaitu : pelatihan secara teknis, sosialisasi etika penggunaan internet, penanaman motivasi untuk mencari informasi melalui internet. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah proses transformasi dari masyarakat pedesaan menuju masyarakat informasi yang
120
ditandai dengan adanya persepsi positif mengenai pentingnya internet sebagai sebuah media untuk mencari dan menggali informasi. Proses transformasi ini juga diikuti oleh partisipasi masyarakat baik dari sisi pengelola PLIK maupun masyarakat Banyuroto yang telah merasakan adanya pelatihan TIK. Proses transisi menuju masyarakat informasi ini juga menjadi salah satu titik pembangunan daerah di bidang sosial, ekonomi, dan budaya yang kemudian menjadi salah satu pilar dari kesuksesan agenda pembangunan nasional. B. Saran Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Pusat Layanan Internet Kecamatan, maka dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran kepada beberapa pihak, antara lain: 1. Pengelola PLIK Nanggulan 2 Kulon Progo Pengelola merupakan otak dari sebuah organisasi, di sini pengelola PLIK merupakan pusat dari kegiatan pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui TIK. Maka dari ini pengelola seharusnya melakukan upayauapaya
untuk
memaksimalkan
pemberdayaan
agar
kemampuan
penggunaan TIK semakin merata di setiap kalangan masyarakat. Upaya – upaya yang dapat dilakukan secara internal antara lain: o Dalam hal organisasi, PLIK Nanggulan 2 seharusnya melakukan pembenahan pada struktur kepengurusan dan pembagian kerja. Hal ini
121
perlu dilakukan agar setiap pengurus mengetahui tugasnya masing – masing dan terdapat pembagian tugas kerja yang pasti tiap pengurus. o Kemudian, setelah pembagian kerja telah dilaksanakan sesuati dengan tanggung jawabnya masing – masing. Maka, dibuatlah sistem pencatatan dan administrasi yang baik dan terdokumentasi. Dengan sistem pencatatan dan administrasi yang baik akan memudahkan PLIK Nanggulan melakukan review dan evaluasi terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilaksanakan PLIK Nangggulan 2. o Dalam hal konsistensi kegiatan pemberdayaan, PLIK Nanggulan 2 perlu melakukan kegiatan pelatihan secara teknis kembali kepada ibu – ibu dan kelompok tani. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat pedesaan terutama Banyuroto dapat menggunakan internet secara mandiri. Terkendalanya pemberdayaan dengan alasan biaya dapat diminimalisir dengan bekerja sama bersama stakeholder ataupun pihak – pihak terkait yang mampu mensponsori kegiatan dan menyokong dana kegiatan. 2. Kementerian Komunikasi dan Informasi Dalam program Pusat Layanan Internet Kecamatan ini, Menkominfo memiliki peran sebagai pencetus dan penyedia layanan terhadap masyarakat dalam hal penyediaan akses dan infrastruktur TIK. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilakukan Menkominfo sebagai langkah perbaikan.
122
o Kesenjangan digital pada masyarakat Indonesia tidak hanya terkait dengan minimnya akses dan infrastruktur, akan tetapi juga minimnya pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan TIK. Maka, ketika Menkominfo meluncurkan sebuah program penyediaan akses dan infrastruktur TIK perlu diimbangi dengan sosialisasi dan pelatihan menggunakan TIK agar kemudian PLIK benar – benar dimanfaatkan oleh masyarakat. o Ketika Menkominfo kemudian tidak mampu secara fisik untuk melakukan sosialisasi terhadap seluruh lapisan masyarakat pedesaan, sosialisasi dan pelatihan TIK dapat diakukan dengan melakukan pengkaderan pada masyarakat penerima program PLIK. Kader – kader tersebut kemudian bertugas untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan TIK kepada masyarakat pedesaan dengan dukungan pendanaan dan materi pelatihan dari Menkominfo.
123