BAB IV PEMBAHASAN
IV.1
Pemilihan Metode Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap penilaian saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER) atau biasa disebut juga dengan pendekatan Multiplier. Metode Dividend Discount Model merupakan metode penilaian saham dengan menggunakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan setiap tahun. Sedangkan Price Earning Ratio menggambarkan perbandingan harga saham terhadap laba bersih perusahaan. Alasan penulis tidak menggunakan metode Free Cash Flow to Firm (FCFF) dan Operating Free Cash Flow (OFCF) di dalam penilaian saham adalah dikarenakan dengan penggunaaan metode tersebut, terdapat cara perhitungan yang berbeda-beda pada setiap perusahaan dan hal ini akan menyulitkan penulis untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode DDM, karena metode ini dapat mencakup semua sektor perusahaan yang akan diteliti, tanpa melihat adanya perbedaan bisnis/operasi dalam perusahaan.
IV.2
Dividend Discount Model (DDM)
IV.2.1 Tingkat Pertumbuhan yang Digunakan. Peneliti menggunakan metode Dividend Discount Model dengan pertumbuhan yang stabil (stable growth), dengan beberapa asumsi yaitu:
59
1.
Dari segi jangka waktu yang digunakan, penulis hanya menggunakan periode 4 tahun. Sedangkan jika menggunakan pertumbuhan non konstan, metode tersebut harus menggunakan jangka waktu lebih dari 4 tahun.
2.
Tingkat penjualan atau pendapatan dari masing-masing perusahaan masih terlihat stabil. Berikut adalah laporan penjualan atau pendapatan dari tahun 2008-2010. SAHAM
2010
2009
2008
BBCA
12.936.828
14.899.725
12.356.348
BMRI
19.518.609
16.777.115
14.799.620
BBRI
32.888.603
23.049.495
19.651.054
INDF
38.403.360
37.397.319
38.799.279
MYOR
7.224.165
4.777.175
3.907.674
PTBA
7.909.154
8.947.854
7.216.228
ITMG
1.645
1.508
1.316
INTP
11.137.805
10.576.456
9.780.498
*satuan yang didalam tabel adalah rupiah, kecuali saham ITMG yang satuannya dolar amerika.
3. Untuk sektor perbankan, adanya sistem keuangan dari Bank Indonesia yang perannya adalah untuk menjaga stabilitas keuangan, contohnya dalam menetapkan suku bunga kredit, tabungan atau deposito sehingga bank swasta dan bank pemerintah tidak menaikan secara sepihak suku bunga kredit, tabungan atau deposito diatas suku bunga Bank Indonesia. Hal ini dengan tujuan agar semua bank yang ada di Indonesia tidak saling menjatuhkan. 4. Perjanjian AFTA (Asean Free Trade Area) memberikan dampak bagi sektorsektor yang ada di Indonesia termasuk sektor makanan dan minuman. Barang impor yang masuk ke Indonesia kebanyakan adalah dari sektor
60
makanan dan minuman. Hal ini membuat persaingan semakin berat sehingga pertumbuhan yang sebelumnya tinggi akan menjadi lebih stabil. 5. Dari sektor pertambangan, batu bara merupakan salah satu produk yang paling banyak diekspor oleh Indonesia. Karena banyaknya permintaan akan ekspor ini, maka pemerintah ingin menetapkan pembatasan ekspor batu bara yaitu dengan dibuatnya ketetapan oleh pemerintah dalam melakukan pembatasan terhadap ekspor batu bara sehingga pertumbuhan ekspor menjadi stabil. 6. Dari Industri dasar dan kimia, sektor semen merupakan salah satu produk utama didalam pembangunan properti dan infrastruktur. Stabilnya kenaikan penjualan produk semen disebabkan bunga bank yang relatif stabil. Suku bunga bank yang stabil ini membuat para pengembang tertarik untuk membangun properti.
IV.2.2 Analisis Dividen. Dividen yang digunakan adalah Dividend per Share yang dibagikan setiap tahun ataupun dibagikan secara interim dan final untuk melakukan penelitian mengenai penilaian harga saham di akhir Desember tahun 2011. Dalam hal ini, dividen yang digunakan adalah estimasi dividen pada tahun 2012, yaitu dengan cara: dividen tahun 2011 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk melakukan penilaian harga saham di tahun 2011:
61
Keterangan: :Estimasi harga wajar saham di tahun 2011. :Dividend per Share yang akan diterima oleh investor di akhir tahun 2011 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan. :Tingkat pengembalian yang diharapkan investor yang dikurangi dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan.
Agar dapat mengestimasi dividen 2012, maka dividen tahun 2011 harus terlebih dahulu dicari. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan Dividend per Share yaitu: 1. Dividen per Share yang terdapat pada Annual Report perusahaan; 2. Melakukan perhitungan kembali dengan menggunakan rumus rasio; 3. Mendapatkan data dari website yang telah menyediakan data seperti: e-bursa dan yahoo finance. Berikut adalah dividen tahun 2011 yang diestimasikan menjadi dividen tahun 2012.
Tabel IV.2.2 Hasil estimasi dividen di tahun 2012. DIVIDEN SAHAM
ESTIMASI GROWTH
2011
DIVIDEN 2012
BBCA
114
5,73%
120,5322
BMRI
122
5,73%
128,9906
BBRI
74,08
5,73%
78,32478
INDF
133
5,73%
140,6209
MYOR
130
5,73%
137,449
62
PTBA
556
5,73%
587,8588
INTP
263
5,73%
278,0699
ITMG
1168
5,73%
1234,93
Tingkat pertumbuhan/growth yang digunakan adalah GDP Indonesia yang dimana tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 5,73%. Alasan penulis menggunakan tingkat pertumbuhan GDP adalah karena lebih mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi di negara dimana perusahaan tersebut berada.
IV.2.3 Tingkat Pertumbuhan. Selama periode tahun 2008-2011, delapan (8) saham-saham ini selalu membagikan dividennya setiap tahun. Berikut adalah tingkat pertumbuhan dividen yang diberikan: Tabel IV. 2. 3. 1 Tingkat Pertumbuhan dividen yang tidak konstan YEAR BBCA % BMRI % BBRI % 2011 114 -26% 122 -13% 74 -36% 2010 155 41% 140 17% 116 -35% 2009 110 10% 119,37 34% 178 5% 2008 100 88,9 168,82
INDF 133 93 47 43
% 43% 98% 9%
YEAR MYOR % PTBA 2011 130 30% 556 2010 100 100% 523 2009 50 25% 532,73 2008 40 371,05
ITMG 0,12 0,13 0,21 0,12
% -8% -38% 75%
% 6% -2% 44%
INTP 263 225 150 40
% 17% 50% 275%
63
Dari perhitungan growth tahunan diatas didapatkan hasil pertumbuhan dividen yang tidak konstan sehingga menyulitkan penulis untuk mengestimasi
growth dividend tahun 2011. Karena itu penulis hanya menggunakan satu metode tingkat pertumbuhan dividen yaitu Gross Domestic Product (GDP) yang menjadi suatu acuan bagi banyak para analisis untuk menilai tingkat pertumbuhan suatu negara untuk mencerminkan tingkat pertumbuhan perusahaan di negara tersebut. Dengan adanya kenaikan GDP mengindikasikan bahwa semakin baiknya tingkat aktivitas di negara tersebut. Berikut adalah GDP Indonesia dari tahun 2008-2011.
Tabel IV. 2. 3. 2 Tingkat Rata-rata Pertumbuhan GDP Indonesia tahun 2008-2011 YEAR GDP 2008 6,00% 2009 4,60% 2010 6,10% 2011 6,20% Average 5,73% sumber: http://www.gfmag.com
Di tahun 2009 terjadi penurunan GDP menjadi 4,60% yang dikarenakan oleh adanya pengaruh atau dampak buruk dari krisis ekonomi global yang mengancam pada akhir tahun 2008. Dari hasil perhitungan, digunakan fungsi
average pada Microsoft Excel untuk merata-ratakan dari tahun 2008-2011 dan hasilnya adalah 5,73%. Hasil tersebut digunakan untuk semua tingkat pertumbuhan perusahaan. 64
IV.2.4 Tingkat Pengembalian. Required Rate of Return yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Data-data yang digunakan dalam perhitungan CAPM adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mingguan, beta, risk free rate (BI rate). Berikut adalah langkah-langkah perhitungan CAPM: Langkah pertama, untuk mencari beta penulis melakukan perhitungan tingkat pengembalian harga saham (Ri), dan tingkat pengembalian pasar (Rm) untuk masing-masing perusahaan. Tingkat pengembalian dapat dihitung menggunakan dua cara yaitu fungsi natural logarithm (LN) yang ada pada di Microsoft Excel atau menggunakan rumus return. Adapun perhitungan tingkat pengembalian tersebut ialah:
Fungsi Natural Logaritma: Ri
=
Rm =
)
Rumus return:
Ri =
Rm =
Cara perhitungan: 65
Fungsi Natural Logaritma: Ri bbca
= LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008) = LN(3625/ 3600) = 0,69%
Ri indf
= LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008) = LN(3175/ 2675) = 18,69%
Rm bbca
= LN(IHSG penutupan 7 Jan 2008/ IHSG penutupan 2 Jan 2008) = LN(2830/ 2765) = 2,33%
Rumus return: Ri bbca
= (Harga saham 7 Januari 2008 - Harga saham 2 Januari 2008) 2 = (3625 - 3600) 2 = 0,69%
Ri indf
= (Harga saham 7 Januari 2008 - Harga saham 2 Januari 2008) 2 = (3175 - 2675) 2 = 18,69%
Rm bbca
= (IHSG penutupan 7 Jan 2008 - IHSG penutupan 2 Jan 2008) 2 = (2830 - 2765) 2 = 2,33%
66
Dari perhitungan diatas, dapat dilihat hasil dari fungsi natural logarithm (LN) dan rumus return memiliki hasil yang sama. Ini bisa dilihat dari kedua saham seperti BBCA dan INDF, yang dimana hasil perhitungan LN dan rumus return adalah 0,69 (BBCA) dan 18,69 (INDF) dan return IHSG sebesar 2,33%. Hal ini membuktikan bahwa dalam menghitung return saham dan IHSG dapat digunakan dengan menggunakan dua cara tersebut. Tetapi penulis hanya memilih salah satu cara dari kedua metode dengan alasan agar metode yang digunakan lebih konsisten dalam melakukan semua perhitungan. Metode yang digunakan penulis adalah natural logarithm (LN). Berikut adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian dengan menggunakan fungsi LN dan untuk perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 1-10. Tabel IV.2.4.1 Hasil Tingkat pengembalian Harga saham dan IHSG.
Tingkat Pengembalian Harga Saham o
= LN(3625/3600)
= 0,69%
o
= LN(3400/3400)
= 0,00%
o
= LN(3900/3750)
= 3,92%
o
= LN(3175/2675)
= 17,14%
o
= LN(1740/1750)
= -0,57%
o
= LN(12100/12200) = -0,82%
o
= LN(8500/8050)
o
= LN(20850/18750) = 10,62%
= 5,44%
Tingkat Pengembalian IHSG o
= LN( 2830/2765)
=2,33% 67
Dari hasil perhitungan tabel IV.2.4.1, menunjukkan bahwa adanya tingkat pengembalian harga saham yang bernilai postif dan negatif, dimana saham yang bernilai positif memberikan pengaruh yang sangat baik bagi tingkat pengembalian harga pasar saham (IHSG) menjadi 2,33% (bernilai positif). Meskipun IHSG adalah saham gabungan, tetapi setidaknya saham-saham yang diatas telah memberikan sedikit pengaruh terhadap pergerakan harga pasar saham. Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian harga saham dari tahun 2008-2011, terjadi adanya stock split pada 2 saham, yaitu Bank Central Asia (BBCA) pada tanggal 28 Januari 2008 dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada tanggal 11 Januari 2011. Terjadinya stock split dikarena harga saham yang ditawarkan ke pasar saham sudah terlalu tinggi. Untuk itu kedua perusahaan tersebut melakukan stock split 1:2, dimana harga saham Bank BCA dan Bank BRI sebelum stock split adalah sebesar Rp.7200 dan Rp.9800. Setelah adanya
stock split, harga saham BCA dan BRI adalah Rp. 3550 dan Rp. 4700. Dengan adanya selisih yang cukup besar pada saat perhitungan tingkat pengembalian, maka penulis mengasumsikan bahwa harga saham sebelum stock split harus dibagi dua semua. Sehingga harga saham sebelum dan sesudah stock split tidak terlalu jauh angkanya pada saat perhitungan tingkat return saham, dan hasil uji sensitivitas betanya tidak akan menimbulkan bias. Setelah melakukan perhitungan tingkat pengembalian IHSG. Dapat langsung dihitung rata-rata return market periode 2008-2011. Berikut adalah hasil perhitungan return market.
68
RETURN MARKET 2008-2011 Rm/Mingguan 0,16% 8,25% Rm/Tahunan
Dari hasil perhitungan yang ada, tingkat return market dari tahun 20082011 adalah sebesar 8,25%. Ini membuktikan bahwa investor layak untuk berinvestasi di pasar modal, karena jika hasil return market lebih kecil dari BI
rate, maka investor lebih baik menanamkan uangnya di bank. Langkah kedua adalah menghitung beta dengan menggunakan fungsi
Slope yang terdapat pada Microsoft Excel dan hasil dari langkah pertama diatas, dimasukan ke rumus slope tersebut.
Tabel IV. 2. 4. 2 Hasil Average Beta tahun 2008-2011. BETA TAHUN 2008-2011 BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA Average 0,65 1,20 1,10 1,12 0,52 1,59
INTP ITMG 1,11 1,64
Hasil beta yang terendah adalah saham MYOR dan beta yang tertinggi adalah saham ITMG. Artinya, jika pasar saham naik atau turun sebesar 5%, berarti untuk saham MYOR akan naik atau turun sebesar 2,6%. Sedangkan untuk saham ITMG akan naik atau turun sebesar 8,2%. Dengan kata lain, semakin besar nilai beta, semakin besar pula resiko saham terebut.
69
Dari hasil beta diatas, yang memiliki beta lebih dari 1 adalah Bank Mandiri, Bank BRI, Indofood, Tambang Batubara Bukit Asam, Indo Tambangraya Mega, Indocement Tunggal Prakarsa. Ini berarti bahwa sahamsaham tersebut memiliki tingkat sensitifitas yang cenderung cukup tinggi terhadap pergerakan harga saham dan memiliki resiko yang tinggi. Sedangkan untuk beta yang berada di bawah 1 adalah Bank BCA, dan Mayora Indah, yang berarti harga saham tersebut tidak akan sensitif atau cenderung lambat dalam mengikuti pergerakan harga pasar saham dan memiliki resiko yang rendah. Langkah ketiga adalah menentukan risk free rate. Penulis menggunakan BI rate sebagai risk free rate, karena BI rate telah menjadi acuan bagi bankbank di Indonesia dalam menentukan suku bunga deposito, kredit, dan tabungan. Berikut hasil BI rate periode 2008-2011.
Tabel IV. 2. 4. 3 BI Rate dari Tahun 2008-2011.
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES
2008 8,00% 8,00% 8,00% 8,00% 8,25% 8,50% 8,75% 9,00% 9,25% 9,50% 9,50% 9,25%
BI RATE 2009 8,75% 8,25% 7,75% 7,50% 7,25% 7,00% 6,75% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50%
2010 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50%
2011 6,50% 6,75% 6,75% 6,75% 6,75% 6,75% 6,75% 6,75% 6,75% 6,50% 6,00% 6,00%
Sumber: http://www.bi.go.id/web/id
70
Setelah mendapatkan BI rate/bulan dari tahun 2008-2011, penulis melakukan perhitungan BI rate/minggu dengan tujuan agar perhitungannya sama dengan return market dan return saham. Selain itu, penulis juga mengasumsikan BI rate harus dibagi dengan 52 karena meskipun Bank Indonesia mengeluarkan BI rate per bulan, tetapi dalam perhitungan perbankan, BI rate dihitung per tahun. Setelah mendapatkan BI rate/minggu, langkah selanjutnya adalah menyesuaikannya dengan tanggal IHSG. Berikut contoh cara mengestimasi BI rate/minggu. Perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 110
Tabel IV.2.4.4 Contoh Perhitungan BI Rate yang disesuaikan dengan Tanggal IHSG TANGGAL
(EST).BI RATE BULAN
BI RATE
IHSG
BI Rate/52
2 Jan 2008
0,154%
7 Jan 2008
0,154% Januari
8%
14 Jan 2008
0,154%
28 Jan 2008
0,154%
2 Jun 2008
0,163%
10 Jun 2008
0,163%
16 Jun 2008
Juni
8,50%
0,163%
23 Jun 2008
0,163%
30 Jun 2008
0,163%
71
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata BI rate/minggu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel. Setelah mendapatkan hasil rata-rata BI rate/minggu, dapat langsung dikalikan dengan 52 untuk mendapatkan rata-rata BI rate/tahun. Berikut adalah hasil BI rate/minggu dan tahun.
BI RATE 2008 2011 Average/Mingguan 0,14% Average/tahunan 7,22%
Dari tabel perhitungan di atas, didapatkan BI rate sebesar 0,14 per minggu dan 7% per tahunnya. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan
return market, maka rata-rata BI rate lebih kecil daripada tingkat pengembalian pasar saham (Rm). Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor layak untuk berinvestasi di pasar modal saham. Setelah memperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen tersebut, yaitu tingkat pengembalian pasar (Rm), beta rata-rata (β) dan BI rate (RFR), kita dapat menghitung CAPM. Perhitungan CAPM dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV.2.4.5 Perhitungan CAPM dan Premi Resiko Rm B RFR CAPM(Ks) Premi Resiko
BBCA 8,25% 0,65 7,22% 7,89% 0,67%
BMRI 8,25% 1,20 7,22% 8,46% 1,24%
BBRI 8,25% 1,10 7,22% 8,35% 1,13%
INDF 8,25% 1,12 7,22% 8,37% 1,15%
MYOR 8,25% 0,52 7,22% 7,75% 0,53%
PTBA 8,25% 1,59 7,22% 8,86% 1,64%
INTP 8,25% 1,11 7,22% 8,36% 1,14%
ITMG 8,25% 1,64 7,22% 8,91% 1,69%
72
Dari tabel diatas, ada dua komponen utama dari perhitungan CAPM yaitu tingkat return bebas resiko dan premi resiko. Untuk mengetahui tingkat premi resiko sekuritas dapat dihitung dengan mengalikan beta dan market risk
premium/(Rm-RFR). Hasil premi resiko sekuritas, saham yang memiliki tingkat resiko saham yang paling beresiko dalam berinvestasi adalah saham ITMG karena memiliki tingkat premi resiko paling tinggi, sedangkan saham yang kurang beresiko dalam berinvestasi adalah saham MYOR karena memiliki tingkat premi resiko paling rendah . Jadi alasan penulis menggunakan CAPM sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor adalah lebih dikarenakan dua komponen tersebut dapat menggambarkan tingkat return yang akan didapatkan oleh investor dengan berinvestasi tanpa resiko yang berpatokan pada tingkat suku bunga ditambah resiko yang didapatkan oleh investor dalam berinvestasi saham.
IV.2.5 Perhitungan Dividen Discount Model Setelah mendapatkan tingkat pertumbuhan, tingkat pengembalian dan estimasi dividen di tahun 2012. Berikut adalah cara perhitungannya.
P bbca 2011 = = 114 x (1+5,73%) 7,89% - 5,73% = Rp 5.580
73
P indf 2011 = = 133 x (1+5,73%) 8,37% - 5,73% = Rp 5.327 Untuk mendapatkan hasil estimasi yang benar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengestimasi diantaranya:
•
Ketika menentukan dividen yang akan digunakan, dividen yang digunakan adalah dividen hasil estimasi dari dividen tahun 2011 yang dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen (GDP) sehingga menjadi dividen estimasi tahun 2012. Estimasi yang salah adalah jika menggunakan dividen tahun 2010 untuk mengestimasi harga wajar saham tahun 2011 yang akan dibandingkan dengan harga saham yang ada di pasar tahun 2011.
•
Dalam menentukan tingkat pertumbuhan dividen, kita harus berhati-hati karena jika terdapat kesalahan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dividennya, maka hasil estimasi harga wajar akan semakin tinggi.
•
Ketika menentukan required rate of return. Banyak para analis ingin menambahkan 1-2% dari tingkat imbal hasil yang sudah dihitung dengan asumsi ingin mendapatkan tingkat return yang lebih tinggi. Pada prinsipnya, saat menambahkan 1-2% tingkat imbah hasil, maka harga wajar yang akan diestimasi semakin rendah. Contohnya, pada tabel di bawah ini, dimana penulis mensimulasikan penambahan 1-2% dari perhitungan CAPM pada saham BBCA dan INDF. 74
Tabel IV. 2. 5. 1 Perhitungan Simulasi CAPM atas Penambahan 1-2%. Kode Saham BBCA
INDF
Required Rate of Return 7,89% 8,89% 9,89%
Harga Wajar Saham
8,37% 9,37% 10,37%
5327 3863 3031
5580 3814 2897
Dari hasil tabel diatas, penulis tetap menggunakan perhitungan CAPM tanpa menambahkan atau mengurangkan 1-2% dari tingkat imbal hasil dengan alasan bahwa penulis ingin mendapatkan estimasi hasil wajar saham yang murni dari perhitungan yang sudah ada. Berikut adalah tabel hasil perhitungannya:
75
Tabel IV. 2. 5. 2 Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan DDM Estimasi Harga Wajar Saham 2011, dengan Pendekatan DDM HARGA SAHAM 31 DEC 2011
Overpriced or Underpriced
5.580
8000
Overpriced
8,46%
4.725
6750
Overpriced
5,73%
8,35%
2.989
6750
Overpriced
GDP
5,73%
8,37%
5.327
4600
Underpriced
137,449
GDP
5,73%
7,75%
6.804
14250
Overpriced
556
587,8588
GDP
5,73%
8,86%
18.781
17350
Underpriced
INTP
263
278,0699
GDP
5,73%
8,36%
10.573
17050
Overpriced
ITMG
1168
1234,93
GDP
5,73%
8,91%
38.834
38650
Underpriced
EXPECTED GROWTH
REQUIRED RATE OF RETURN
SAHAM
DIVIDEN 2011
DIVIDEN 2012
BBCA
114
120,5322
GDP
5,73%
7,89%
BMRI
122
128,9906
GDP
5,73%
BBRI
74,08
78,324784 GDP
INDF
133
140,6209
MYOR
130
PTBA
ESTIMASI HARGA SAHAM
Dari hasil tabel perhitungan, menunjukkan adanya perbandingan antara estimasi harga wajar saham dengan harga saham di akhir tahun 2011. Dimana dapat disimpulkan bahwa adanya harga saham yang tergolong Overpriced (mahal) dan masih ada yang tergolong Underpriced (murah). Saham yang tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham
harga saham
yang ditawarkan di pasar saham. Begitu pula sebaliknya. Saham yang tergolong
overpriced adalah saham BBCA, BMRI, BBRI, MYOR, dan INTP. Sedangkan saham yang tergolong underpriced adalah saham INDF, PTBA, dan ITMG.
76
IV.3
Metode Price Earning Ratio (PER) Pendekatan ini juga digunakan oleh investor untuk mengestimasi harga wajar saham. Untuk dapat menghitung estimasi harga wajar saham, data yang diperlukan adalah Price Earning Ratio (PER) dan Earning per Share (EPS). Langkah pertama, untuk mendapatkan PER penulis mengasumsikan dengan menggunakan rata-rata PER yang dihitung berdasarkan pada masing-masing sektor, yang dimana setiap sektor perbankan, makanan dan minuman, dan pertambangan terdapat 5 perusahaan dan pada sektor semen terdapat 3 perusahaan. Perusahaan yang menjadi pembandingnya adalah perusahaan yang sebanding dalam artian memiliki tingkat ROE yang sama atau lebih tinggi dari perusahaan yang menjadi objek penelitian. ROE yang dilihat hanya di tahun 2011. Alasan penulis menggunakan ROE sebagai alat pembanding karena jika menggunakan saham yang aktif di pasar modal atau saham yang memiliki
market cap yang besar belum tentu saham itu bagus secara fundamental. Tetapi sebaliknya kalau melihat ROE, rasio tersebut lebih menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian atau
return dalam modal perusahaannya. Berikut adalah hasil PER/sektor.
77
Tabel IV. 3. 1. 1 PER/sektor di Tahun 2011
18 12,8 10,7 9,2 10,8 12,3
TAMBANG BATU BARA KKGI PTBA ITMG HRUM BYAN Sektor
14,3 13 9,1 13,1 29,5 15,8
PER
SEMEN
PER
17,8 13,3 14,9 31,6 8,4 17,2
INTP SMGR SMCB Sektor
18,4 17,7 18,9 18,3
BANK
PER
BBCA BMRI BBRI BJBR BDMN Sektor Makanan & Minuman DLTA INDF MLBI MYOR CEKA Sektor
PER
Sumber: http://www.ipotindonesia.com
Dari hasil perhitungan diatas, rata-rata PER pada sektor perbankan adalah 12,3x , untuk makanan dan minuman adalah 17,5x, tambang batu bara adalah 15,8x dan terakhir sektor semen memiliki PER yaitu 18,3x. Pada prinsipnya, PER yang rendah adalah mencerminkan harga saham itu murah dan dari hasil tabel diatas, PER per sektor yang rendah adalah perbankan dan yang kedua adalah tambang batu bara. Setelah
mendapatkan
perhitungan
PER,
langkah
kedua
adalah
menentukan EPS. EPS yang digunakan adalah EPS di tahun 2011 dimana penulis ingin membandingkan harga saham dengan hasil estimasi harga wajar saham dengan pendekatan PER di tahun 2011 saja. Rumus EPS yang digunakan adalah
Earning Per Share = Net income – Dividend on Preferred Stock Number of Common Shares Outstanding
78
EPS bbca
= 10.819.309.000.000 24.365.243.000 = Rp 444/lembar saham
EPS indf
= 3.077.180.000.000 8.780.426.500 = Rp 350/lembar saham
Dari hasil perhitungan di atas, pada prinsipnya kenaikan EPS dapat terjadi karena: -
Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
-
Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
-
Laba laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. Sedangkan penurunan EPS dapat terjadi karena:
-
Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
-
Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
-
Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
Data EPS dapat dilihat di tabel sebagai berikut:
Tabel IV. 3. 1. 2 Earning Per Share di Tahun 2011
Earning Per Share 2011 EPS
BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG 444 529,33 628,91 350 641 1339 977,1 4352
79
Dari perhitungan diatas, EPS tertinggi adalah saham ITMG dengan laba per lembar saham sebesar Rp 4.352. Sedangkan untuk EPS terendah adalah saham INDF dengan laba per lembar saham Rp 350. Semakin besar Earning per Share (EPS), semakin banyak investor yang akan tertarik pada saham tersebut karena dividen yang akan diberikan oleh perusahaan. Tetapi hal ini tergantung pada keputusan perusahaan itu sendiri seberapa besar Dividend Payout Ratio yang akan dibagikan oleh perusahaan dari EPS nya. Langkah ketiga dalam metode ini adalah mengestimasi hasil perhitungan dengan data-data yang sudah dijelaskan diatas. Caranya adalah dengan mengalikan PER/sektor dan EPS 2011.
Dari rumus diatas, berikut adalah tabel hasil perhitungannya Tabel IV. 3. 1. 3 Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan PER BBCA 12,30 444
ESTIMASI HARGA WAJAR SAHAM DI TAHUN 2011 METODE PER BMRI BBRI INDF MYOR PTBA 12,30 12,30 17,2 17,2 15,8 529,33 628,91 350 641 1339
INTP 18,40 977,1
ITMG 15,8 4352
PER/sektor EPS ESTIMASI HARGA 5.461 6.511 7.736 6.020 11.025 21.156 17.979 68.762 SAHAM HARGA SAHAM 31 DEC 8.000 6.750 6.750 4.600 14.250 17.350 17.050 38.650 2011 Overprice or Overpriced Overpriced Underpriced Underpriced Overpriced Underpriced Underpriced Underpriced Underprice
Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan ada saham yang tergolong
Overpriced (mahal) dan ada saham yang masih tergolong underpriced (murah). 80
Saham yang tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham harga saham yang di awarkan di pasar saham dan begitu pula sebaliknya. Berikut adalah daftar saham yang tergolong overpriced, antara lain: BBCA, BMRI, MYOR. Sedangkan untuk saham yang tergolong underpriced, antara lain: BBRI, INDF, PTBA, ITMG dan INTP.
81