BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan metode survei dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak DI Kedewatan. Pencarian data dengan cara wawancara mendalam, wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif mempergunakan alat analisis program linier, sedangkan analisis kualitatif dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara deskriptif tentang pengelolaan fungsi sistem subak untuk melengkapi analisis kuantitatif.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah DI Kedewatan, Provinsi Bali. DI Kedewatan merupakan daerah irigasi yang operasi dan pemeliharaannya dilakukan melalui kerjasana antara pemerintah pusat dan subak, karena memiliki luas wilayah lebih besar dari 3.000 ha, yaitu 3.012,63 ha. Di samping itu, DI Kedewatan mengairi subak terbanyak, yaitu 76 unit subak (Pengamat DI Kedewatan, 2012). Berdasarkan posisi subak dalam DI Kedewatan maka subak bagian hulu dipilih Subak Lodtunduh dan bagian hilir adalah Subak Padanggalak. Lokasi sampel subak dipilih secara sengaja. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah kedua subak tersebut berada dalam satu aliran sungai, fungsi subak berjalan seperti biasanya, dan memiliki ketinggian tempat yang berbeda, yaitu Subak Lodtunduh 48
49
berada lebih kurang 325 m di atas permukaan laut dan Subak Padanggalak berada lebih kurang 40 m di atas permukaan laut (BBMKG, 2013). Untuk lebih jelas posisi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian ini dilakukan mulai Januari 2013 sd Juni 2014.
4.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Singarimbun dan Effendi, 1987). Populasi dalam penelitian ini terdiri atas anggota Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak DI Kedewatan. Populasi pada Subak Lodtunduh sebanyak 68 orang (Subak Lodtunduh, 2013) dan populasi pada Subak Padanggalak sebanyak 110 orang (Subak Padanggalak, 2013). Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Fokus kajian adalah pencapaian produktivitas maksimal subak dengan mengalokasikan sumberdaya secara optimal. Pengambilan responden dilakukan secara random sampling, karena anggota subak homogen dalam konteks aktivitasnya pada sistem subak yang bersangkutan. Jumlah responden di masing-masing subak sampel adalah 30 orang. Menentukan jumlah sampel yang optimal dalam suatu penelitian adalah sangat sulit. Sampel sebanyak 30 sd 60 orang dianggap sudah efektif secara penuh dalam statistik. Di samping itu, jumlah sampel sebesar 1/10 dari populasi sudah bisa digunakan untuk menyatakan generalisasi (Champion, 1981). Menurut Sancheti dan Kapoor (1983), sampel sebanyak 30 orang atau lebih sudah dapat dianggap sangat mendekati distribusi normal.
50
Untuk mengoptimalkan hasil kajian maka informan diperluas dengan melibatkan dua orang pengurus subak dan tiga orang pakar subak yang ditentukan secara purposive sampling. Pemilihan informan berdasarkan pertimbangan pada kemampuannya dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
4.4 Jenis dan Sumber Data 4.4.1 Jenis data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif dalam dua MT tahun 2012, yaitu MT1 mulai bulan Februari sd bulan Juni dan MT2 mulai bulan Juli sd bulan November. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka antara lain jumlah dana, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan sawah, dan suplai air irigasi yang dapat disediakan oleh subak. Data kualitatif adalah data yang berupa pernyataan jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuesioner, antara lain pernyataan-pernyataan yang terkait dengan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; fungsi pemeliharaan fasilitas subak; fungsi pengelolaan sumberdaya; fungsi penyelesaian konflik; dan fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual. 4.4.2
Sumber data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung, seperti jumlah dana yang dapat disediakan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan sawah, dan suplai air irigasi yang dapat disediakan oleh subak; pernyataan-pernyataan yang terkait aktivitas subak; kondisi subak wilayah DI Kedewatan sesuai
51
dengan lingkup penelitian, permasalahan, dan prioritas masalah pengelolaan subak; kondisi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pengelolaan fungsi subak di DI Kedewatan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau dari laporan penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, serta data dari instansi terkait.
4.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metode survei, yaitu kombinasi antara metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah perekaman, dokumentasi, dan pencatatan. Secara terinci, pengambilan data primer dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut. 1. Observasi, melalui pengamatan langsung di lapangan tentang faktor-faktor strategis yang mempengaruhi pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak DI Kedewatan. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada responden dan wawancara mendalam kepada informan kunci. 3. Dokumentasi, yaitu pengambilan gambar di lapangan tentang kondisi fasilitas maupun aktivitas subak. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka atau penelusuran berbagai referensi, buku, dan laporan yang relevan dengan bahan penelitian.
52
4.6 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain daftar pertanyaan terstruktur, pedoman wawancara, komputer, pH meter, kalkulator, alat perekam, dan kamera.
4.7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian optimalisasi pengelolaan fungsi subak dapat dilihat pada Gambar 4.1. Identifikasi fungsi/aktivitas subak
Identifikasi kendala subak
Instrumen penelitian (kuesioner) Survei Tabulasi data Variabel keputusan dan koefisien teknis Analisis program linier
Validasi pola
Analisis sensitivitas/ simulasi pola
Interpretasi hasil Gambar 4.1. Prosedur Penelitian Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem Subak
53
4.8 Analisis Data Sesuai dengan prosedur penelitian maka data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dipergunakan untuk melengkapi analisis kuantitatif. Untuk merancang pola pengelolaan fungsi subak yang optimal dengan kendala-kendala yang tersedia dilakukan analisis kuantitatif menggunakan program linier dengan bantuan software POM-QM for windows 3. Untuk mengetahui variabel keputusan dan koefisien dalam analisis program linier maka dilakukan (1) analisis usahatani dan (2) analisis kebutuhan air tanaman menggunakan bantuan software Cropwat 8.0 for windows. Software POM-QM versi windows dibuat oleh Yih-Long Chang dan Kiran Desai tahun 2003, kemudian dikembangkan antara lain oleh Howard J. Weiss pada tahun 2006 (Darmawan, 2013). Sementara itu, software Cropwat 8.0 for windows dikembangkan oleh FAO pada tahun 1990 (Smith, 1992). Sementara itu, analisis kebutuhan air tanaman juga dilakukan untuk mengetahui neraca air di lokasi penelitian. Suplai air irigasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80% dari debit air yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan. Hal ini didasarkan pada tingkat efisiensi jaringan irigasi di saluran tersier adalah 80% (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Model program linier didasarkan atas hubungan input-output untuk setiap aktivitas dengan kendala ketersediaan sumberdaya (Standen, 1972). Hal ini sesuai dengan konsep optimasi, yaitu melalui penggunaan input (sumberdaya) yang tersedia
akan
menghasilkan
keuntungan
maksimal
(Baumol,
1977;
54
Soekartawi, 1994). Variabel, indikator, parameter, dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem Subak di DI Kedewatan, Provinsi Bali Variabel
Indikator
Parameter
Pengukuran kali
Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi
Frekuensi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi
Jumlah kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi
Pemeliharaan fasilitas subak
Frekuensi pemeliharaan fasilitas subak
Jumlah kegiatan pemeliharaan fasilitas subak
Pengelolaan sumberdaya subak
Luas usahatani Pendapatan subak Penjualan Konsumsi
Luas usahatani Penerimaan subak Biaya variabel Penjualan produk Konsumsi produk
ha rp rp ton ton
Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani
Jumlah kegiatan koperasi tani
Jumlah kegiatan koperasi tani
unit
Penyelenggaraan penyelesaian konflik
Frekuensi pertemuan Jumlah pertemuan untuk menyelesaikan untuk menyelesaikan konflik konflik
kali
Penyelenggaraan kegiatan ritual
Jumlah kegiatan ritual
unit
Jumlah kegiatan ritual
kali
Analisis usahatani juga dilakukan untuk mengetahui efisiensi cabang usahatani yang dilakukan di lokasi penelitian. Efisiensi cabang usahatani dapat diketahui dari nisbah antara penerimaan usahatani (R) dengan biaya usahatani (C). Jika nisbah R/C > 1, artinya cabang usahatani efisien; nisbah R/C = 1, artinya cabang usahatani mencapai keadaan impas; dan nisbah R/C < 1, artinya cabang usahatani tidak efisien.
55
4.8.1 Definisi operasional variabel Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pola pengelolaan fungsi subak yang optimal adalah pola pengelolaan fungsi subak yang menghasilkan produktivitas maksimal dengan penggunaan sumberdaya yang tersedia. Pola pengelolaan fungsi subak yang optimal ditunjukkan oleh nilai-nilai aktivitas subak yang optimal dan berada dalam interval konfiden atau pola tervalidasi. 2. Produktivitas
dalam
penelitian
ini,
merupakan
fungsi
tujuan
yang
dimaksimalkan yang diwujudkan dengan pendapatan total subak, yaitu dari usahatani dan bukan-usahatani dalam dua MT (rp). Pendapatan usahatani berupa gross margin dari setiap cabang usahatani. 3. Alokasi, distribusi dan pinjam air irigasi adalah aktivitas pengalokasian, pendistribusian, dan peminjaman air irigasi untuk mengairi lahan sawah anggota subak per MT (kali). Alokasi air irigasi adalah aktivitas memberikan hak pemanfaatan air irigasi yang tersedia kepada setiap anggota subak. Distribusi air irigasi adalah aktivitas menyalurkan hak air irigasi yang telah ditetapkan ke petak sawah setiap anggota subak. Pinjam air irigasi adalah aktivitas pinjam air antar kelompok tani atau petani melalui pemberian debit air irigasi lebih besar secara bergilir sesuai dengan kebutuhan. 4. Pemeliharaan fasilitas subak adalah aktivitas pemeliharaan fasilitas fisik subak per MT (kali).
56
5. Pengelolaan sumberdaya adalah aktivitas mobilisasi sumberdaya subak untuk semua kegiatan subak per MT. Kendala dalam analisis program linier adalah penjumlahan masing-masing sumberdaya dalam setiap MT. 6. Penyelenggaraan penyelesaian konflik adalah penyelenggaraan rapat anggota subak untuk penyelesaian konflik per MT (kali). 7. Penyelenggaraan kegiatan ritual adalah penyelenggaraan kegiatan ritual yang terkait kegiatan usahatani secara langsung maupun tidak langsung di subak per MT (unit). 8. Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani adalah penyelenggaraan kegiatan koperasi tani per MT (unit). 4.8.2 Spesifikasi model program linier Keterbatasan sumberdaya subak merupakan kendala dalam menjalankan fungsi subak. Sumberdaya subak meliputi (1) suplai air irigasi, (2) suplai dana, (3) suplai tenaga kerja keluarga, dan (4) suplai lahan sawah. Fungsi tujuan dalam program linier adalah memaksimalkan produktivitas subak, yang berupa pendapatan kotor subak selama dua MT pada tahun 2012. Periode analisis ditentukan dua MT pada tahun 2012, karena pada tahun tersebut suplai air irigasi dan kegiatan usahatani dalam keadaan normal. Model spesifik dalam optimalisasi pengelolaan fungsi subak dalam studi ini adalah sebagai berikut. Dimaksimalkan: z = c1x1 + c2x2 + … + cnxn dengan kendala: ava1 x1 + ava2 x2 + … + avan xn < suplai air irigasi atk1 x1 + atk2 x2 + … + atkn xn < suplai tenaga kerja keluarga
57
adn1 x1 + adn2 x2 + … + adnn xn = suplai dana ala1 x1 + ala2 x2 + … + alan xn < suplai lahan sawah am1 x1 + am2 x2 + … + amn xn < bm di mana: z : fungsi tujuan yang memaksimalkan produktivitas subak dari aktivitas subak dengan berbagai kendala yang dihadapi (cixn) xn : alternatif aktivitas dalam mengelola subak: amn adalah penambahan (< 0) atau pengurangan (> 0) bm oleh setiap unit aktivitas xn. ava adalah suplai air irigasi dan ala adalah suplai lahan sawah. ava dan ala menurun (> 0) atau meningkat (< 0) akibat usahatani. atk adalah suplai tenaga kerja dalam keluarga dan adn adalah suplai dana. atk dan adn menurun (> 0) atau meningkat (< 0) akibat kegiatan usahatani; penjualan hasil produksi; aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; aktivitas pemeliharaan fasilitas subak; aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik; aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual, dan aktivitas penyelenggaraan koperasi tani. bm : semua kendala yang dihadapi dalam melaksanakan fungsi subak: kendala (<), persamaan (>) cj : penambahan (> 0) atau pengurangan (< 0) z oleh setiap aktivitas xn. Dalam programasi linier diperlukan adanya komponen-komponen seperti fungsi tujuan yang dimaksimalkan; alternatif aktivitas; dan kendala. Ketiga komponen tersebut diuraikan sebagai berikut. 1. Fungsi tujuan Fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah memaksimalkan produktivitas subak selama dua MT pada tahun 2012 dengan kendala suplai air irigasi; suplai
58
lahan sawah; suplai tenaga kerja keluarga; dan suplai dana. Produktivitas subak diukur dengan pendapatan subak. 2.
Aktivitas Rumusan aktivitas optimalisasi pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Rumusan Aktivitas di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode
Keterangan
UP1 Usahatani padi, MT1 UP2 Usahatani padi, MT2 UC1 Usahatani bunga pacar air, MT1 UC2 Usahatani bunga pacar air, MT2 UK1 Usahatani kangkung, MT1 UK2 Usahatani kangkung, MT2 ADPA1 Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT1 ADPA2 Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT2 PFS1 Pemeliharaan fasilitas subak, MT1 PFS2 Pemeliharaan fasilitas subak, MT2 PPK1 Penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT1 PPK2 Penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT2 PKR1 Penyelenggaraan kegiatan ritual, MT1 PKR2 Penyelenggaraan kegiatan ritual, MT2 JG1 Jual gabah, MT1 JG2 Jual gabah, MT2 JC1 Jual bunga pacar air, MT1 JC2 Jual bunga pacar air, MT2 JK1 Jual kangkung, MT1 JK2 Jual kangkung, MT2 KG1 Konsumsi gabah, MT1 KG2 Konsumsi gabah, MT2 KK1 Konsumsi kangkung, MT1 KK2 Konsumsi kangkung, MT2 PKK1 Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT1 PKK2 Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT2
Subak Subak Lodtunduh Padanggalak ha ha ha ha ha ha ha ha kali
kali
kali kali kali kali kali unit unit ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton unit unit
kali kali kali kali kali unit unit ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton unit unit
59
Pada dasarnya aktivitas optimalisasi pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak terdiri atas lima aktivitas sesuai dengan jumlah fungsi subak. Namun dalam fungsi pengelolaan sumberdaya subak terdapat beberapa aktivitas, seperti kegiatan usahatani, penjualan produk, konsumsi produk, dan penyelenggaraan kegiatan koperasi tani. Berdasarkan Tabel 4.2, Lampiran 3, dan Lampiran 4 dapat dijelaskan secara ringkas aktivitas beserta koefisiennya di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak, sebagai berikut. UP1 (Usahatani padi MT1) Koefisien positif satu pada kolom UP1 dan baris SL1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan lahan seluas satu hektar. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom UP2 dan baris SL2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom UP1 dan baris SAI1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya suplai air irigasi yang tersedia. Suplai air irigasi dihitung dengan satuan meter kubik (m3). Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris SAI2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom UP1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Jumlah tenaga kerja keluarga dihitung dengan satuan HOK (hari orang kerja). Demikian
60
pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom UP1 dan baris SG1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya stok gabah. Stok gabah dihitung dengan satuan ton. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom UP1 dan baris MKG1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya konsumsi gabah. Konsumsi gabah dihitung dengan satuan ton. Demikian pula, untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris MKG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom UP1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia sebesar biaya tunai satu hektar usahatani padi. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. UC1 (Usahatani bunga pacar air MT1) Penjelasan sama dengan UP1, tetapi untuk komoditi bunga pacar air. UK1 (Usahatani kangkung MT1) Penjelasan sama dengan UP1, tetapi untuk komoditi kangkung.
61
ADPA1 (Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT1) Koefisien positif satu pada kolom ADPA1 dan baris MKADA1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom ADPA2 dan baris MKADA2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom ADPA1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom ADPA2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom ADPA1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom ADPA2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. PFS1 (Pemeliharaan fasilitas subak MT1) Koefisien positif satu pada kolom PFS1 dan baris MKPFS1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas pemeliharaan fasilitas subak yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PFS2 dan baris MKPFS2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2.
62
Koefisien positif pada kolom PFS1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas pemeliharaan fasilitas subak yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PFS2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PFS1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas pemeliharaan fasilitas subak yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PFS2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. PPK1 (Penyelenggaraan penyelesaian konflik MT1) Koefisien positif satu pada kolom PPK1 dan baris MPPK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan
pada
MT1
akan
mengakibatkan
berkurangnya
maksimal
penyelenggaraan penyelesaian konflik sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PPK2 dan baris MPPK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PPK1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PPK2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2.
63
Koefisien positif pada kolom PPK1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PPK2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. PKR1 (Penyelenggaraan kegiatan ritual MT1) Koefisien positif satu pada kolom PKR1 dan baris MPKR1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PKR2 dan baris MPKR2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PKR1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PKR2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PKR1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PKR 2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2.
64
JG1 (Jual gabah MT1) Koefisien positif satu pada kolom JG1 dan baris SG1 menunjukkan bahwa setiap satu ton aktivitas penjualan gabah yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya stok gabah sebanyak satu ton. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom JG1 dan baris SD1 menunjukkan bahwa setiap satu ton aktivitas penjualan gabah yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya suplai dana tunai sebesar harga gabah satu ton. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. JC1 (Jual bunga pacar air MT1). Penjelasan sama dengan JG1, hanya komoditinya bunga pacar air. JK1 (Jual kangkung MT1) Penjelasan sama dengan JG1, hanya komoditinya kangkung. KG1 (Konsumsi gabah MT1) Koefisien positif satu pada kolom KG1 dan baris SG1 menunjukkan bahwa setiap aktivitas konsumsi gabah satu ton yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya stok gabah sebanyak satu ton. Koefisien positif satu pada kolom KG1 dan baris MKG1 menunjukkan bahwa setiap aktivitas konsumsi gabah satu ton yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal konsumsi gabah sebanyak satu ton. Demikian pula untuk koefisien
65
positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2 serta kolom JG2 dan baris MKG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom KG1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap aktivitas konsumsi gabah satu ton yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom KG2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. KK1 (Konsumsi kangkung MT1) Penjelasan sama dengan KG1, hanya komoditinya kangkung. PKK1 (Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani MT1) Koefisien positif satu pada kolom PKK1 dan baris MPKK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang dilakukan
pada
MT1
akan
mengakibatkan
berkurangnya
maksimal
penyelenggaraan kegiatan koperasi tani satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PKK2 dan baris MPKK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PKK1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PKK2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom PKK1 dan baris SD1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang dilakukan
66
pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya suplai dana tunai. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. AD1 (Alokasi dana MT1) Dalam penelitian ini sebagai fungsi z adalah produktivitas subak yang diwujudkan dalam pendapatan subak dari usahatani dan non usahatani. Pendapatan dari usahatani menggunakan gross margin, sehingga penerimaan usahatani dihitung berdasarkan penerimaan total usahatani. Produksi yang dikonsumsi dinilai dengan uang, sehingga AD1 menggambarkan penjumlahan aliran dana tunai pada MT1. Koefisien positif satu pada kolom AD1 dan baris SD1 menunjukkan bahwa dana digunakan sebesar Rp 1.000,00 untuk aktivitas. Koefisien negatif satu pada kolom AD1 dan baris DK1 menunjukkan tersedianya dana untuk aktivitas maupun kebutuhan lainnya. Demikian pula AD2 pada MT2. TD12 (Transfer dana MT1) Koefisien positif satu pada kolom TD12 dan baris DK1 menunjukkan bahwa penerimaan dana sebanyak Rp 1.000,00. Koefisien negatif satu pada kolom TD12 dan baris DK2 menunjukkan penerimaan dana MT1 telah ditransfer ke MT2. Koefisien positif satu pada kolom TD2 dan baris DK2 menunjukkan penerimaan dana pada MT1 dan MT2. Selain aktivitas-aktivitas maka dalam optimalisasi pengelolaan fungsi subak dirumuskan pula kendala-kendala pengelolaan fungsi subak di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak seperti disajikan pada Tabel 4.3.
67
Tabel 4.3. Rumusan Kendala Pola Pengelolaan Fungsi Subak di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kode SL1 SL2 SLCK1 SLCK2 SLC1 SLC2 SLK1 SLK2 MKADA1 MKADA2 SAI1 SAI2 MKPFS1 MKPFS2 MPPK1 MPPK2 MPKR1 MPKR2 STK1 STK2 SG1
Keterangan Suplai lahan, MT1 Suplai lahan, MT 2 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air dan kangkung, MT 1 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air dan kangkung, MT 2 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air, MT 1 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air, MT 2 Suplai lahan untuk tanaman kangkung, MT 1 Suplai lahan untuk tanaman kangkung, MT 2 Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT1 Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT2 Suplai air irigasi, MT1 Suplai air irigasi, MT1 Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak, MT1 Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak, MT2 Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT1 Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT2 Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual, MT1 Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual, MT2 Suplai tenaga kerja keluarga, MT1 Suplai tenaga kerja keluarga, MT2 Suplai gabah, MT1
≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ = = ≤ ≤ = = = = = = ≤ ≤ =
Subak Lodtunduh 25,00 25,00 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 1,00 1,00 235.906,60 281.249,30 3,00 3,00 3,00 3,00 1,00 1,00 13.018,74 13.259,89 0,00
≤ ≤
= = ≤ ≤ = = = = = = ≤ ≤ =
Subak Padanggalak 112,00 112,00 1,00 1,00 1.111.450,00 1.169.510,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 14.243,00 14.243,00 0,00
Satuan ha ha kali kali m3 m3 kali kali kali kali unit unit HOK HOK ton
68
22 SG2 Suplai gabah, MT2 = 0,00 = 0,00 ton 23 SC1 Suplai bunga pacar air, MT1 = 0,00 24 SC2 Suplai bunga pacar air, MT2 = 0,00 25 SK1 Suplai kangkung, MT1 = 0,00 26 SK2 Suplai kangkung, MT2 = 0,00 27 MKG1 Maksimal konsumsi gabah, MT1 = 0,00 28 MKG2 Maksimal konsumsi gabah, MT2 = 0,00 29 MKK1 Maksimal konsumsi kangkung, MT1 = 0,00 30 MKK2 Maksimal konsumsi kangkung, MT2 = 0,00 31 MPKK1 Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT1 = 1,00 = 1,00 unit 32 MPKK2 Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT2 = 1,00 = 1,00 unit 33 SD1 Suplai dana, MT1 = 142.887,70 = 444.180,83 Rp 000 34 SD2 Suplai dana, MT2 = 141.207,10 = 448.180,83 Rp 000 35 DK1 Dana keluar, MT1 = 0,00 = 0,00 Rp 000 36 DK2 Dana keluar, MT2 = 0,00 = 0,00 Rp 000 Sumber: Kompilasi data hasil penelitian, Subak Lodtunduh (2013), Subak Padanggalak (2013), dan Pengamat DI Kedewatan (2012)
69
Penjelasan kendala pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak pada Tabel 4.3 adalah sebagai berikut. SL1 (Suplai lahan MT1) Luas lahan sawah yang tersedia di Subak Lodtunduh seluas 25 ha dan di Subak Padanggalak seluas 112 ha pada MT1. Kebijakan penggunaan lahan di Subak Lodtunduh adalah penggunaan lahan untuk selain padi adalah 10% dari luas lahan (2,50 ha). Berarti SLCK1 (suplai lahan untuk bunga pacar air dan kangkung MT1) seluas 2,50 ha; SLC1 (suplai lahan untuk bunga pacar air MT1) seluas 2,50 ha; SLK1 (suplai lahan untuk kangkung MT1) seluas 2,50 ha. Demikian pula untuk SL2, SLCK2, SLC2, dan SLK2, luas lahan sawah pada MT2.
MKADA1 (Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT1) Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak masing-masing sebanyak satu kali. Demikian pula untuk MKADA2, maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT2. SAI1 (Suplai air irigasi MT1) Air irigasi yang tersedia pada MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak 235.906,60 m3 dan di Subak Padanggalak sebanyak 1.111.450,00 m3. Nilai RHS bertanda (<), maksudnya jumlah air irigasi yang digunakan dalam usahatani pada MT1 tidak melebihi volume air irigasi yang tersedia. Suplai air irigasi MT2
70
(SAI2) adalah air irigasi yang tersedia pada MT2 di Subak Lodtunduh sebanyak 281.249,30 m3 dan di Subak Padanggalak sebanyak 1.169.510,00 m3. Dalam simulasi 1, suplai air irigasi yang digunakan dalam analisis pada MT1 (SAI1) adalah di Subak Lodtunduh sebanyak 172.643,90 m3 dan di Subak Padanggalak sebanyak 813.624,47 m3. SAI2 di Subak Lodtunduh sebanyak 168.381,20 m3 dan di Subak Padanggalak sebanyak 713.473,86 m3. SAI1 dan SAI2 dalam simulasi 1 adalah suplai air irigasi tahun 2012 dikurangi deviasi air irigasi yang sebanding dengan penurunan debit air di Bendung Kedewatan. Dalam simulasi 2, SAI1 dan SAI2 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak adalah 80% dari suplai air irigasi per 10 hari yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012) yang telah diolah dan disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. MKPFS1 (Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak MT1) Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak tiga kali dan Subak Padanggalak sebanyak dua kali. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah kegiatan pemeliharaan fasilitas subak yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. Demikian pula untuk MKPFS2, yaitu pada MT2. MPPK1 (Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik MT1) Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik
MT1 di Subak
Lodtunduh sebanyak tiga kali dan Subak Padanggalak sebanyak dua kali. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah kegiatan penyelenggaraan penyelesaian
71
konflik yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. Demikian pula untuk MPPK2, yaitu pada MT2. MPKR1 (Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual MT1) Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak masing-masing sebanyak satu kali. Demikian pula untuk MKADA2, yaitu pada MT2. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah penyelenggaraan kegiatan ritual yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. STK1 (Suplai tenaga kerja keluarga MT1) Suplai tenaga kerja keluarga MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak 13.018,74 HOK dan Subak Padanggalak sebanyak 14.243 HOK. Suplai tenaga kerja keluarga MT2 (STK2) di Subak Lodtunduh sebanyak 13.259,89 HOK dan Subak Padanggalak sebanyak 14.243 HOK. Nilai RHS bertanda (<), maksudnya jumlah tenaga kerja keluarga yang digunakan dalam usahatani pada MT1 tidak melebihi tenaga kerja keluarga yang tersedia. SG1 (Suplai gabah MT1) Jumlah gabah yang dijual dan yang dikonsumsi oleh keluarga petani pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya gabah yang dijual dan yang dikonsumsi pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk SG2 pada MT2. SC1 (Suplai bunga pacar air MT1) Jumlah bunga pacar air yang dijual pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya bunga pacar air yang dijual pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk SC2 pada MT2.
72
SK1 (Suplai kangkung MT1) Jumlah kangkung yang dijual dan yang dikonsumsi untuk pakan ternak pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya kangkung yang dijual dan yang digunakan untuk pakan ternak pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk SK2 pada MT2. MKG1 (Maksimal konsumsi gabah MT1) Jumlah gabah yang dikonsumsi oleh keluarga petani pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya gabah yang dikonsumsi pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk MKG2 pada MT2. MKK1 (Maksimal konsumsi kangkung MT1) Jumlah kangkung yang digunakan untuk pakan ternak pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya kangkung yang digunakan untuk pakan ternak pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk MKK2 pada MT2. MPKK1 (Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani MT1) Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak masing-masing sebanyak satu kali. Demikian pula untuk MPKK 2, yaitu pada MT2. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. SD1 (Suplai dana MT1) Suplai dana MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak Rp 142.887,70 ribu dan Subak Padanggalak sebanyak Rp 444.180,83 ribu. Suplai dana MT2 (SD2) di Subak Lodtunduh sebanyak Rp 141.207,10 ribu dan Subak Padanggalak
73
sebanyak Rp 448.180,83 ribu. Nilai RHS = 0, berarti dana tunai yang dibutuhkan pada MT1 terpenuhi. Demikian pula untuk SD2, yaitu pada MT2. DK1 (Dana keluar MT1) Dana tunai yang dikeluarkan dalam aktivitas subak selama MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak. Nilai RHS = 0, berarti dana tunai yang dikeluarkan untuk aktivias subak selama MT1, ketersediaannya terpenuhi. Demikian pula untuk DK2, yaitu pada MT2. 4.8.3 Validasi pola Darmawan (2011) berpendapat bahwa tidak ada model (pola) optimasi yang sempurna untuk semua kondisi. Asumsi yang rasional mempengaruhi ketepatan model (pola) yang menghasilkan estimasi yang tepat. Oleh karena itu, pembuat model (pola) harus terus-menerus memantau dan mengawasi hasil-hasil simulasi model (pola) tervalidasi yang ditemukan. Dalam penelitian ini menggunakan interval konfidensi sebagai validasi pola. Jika semua nilai optimal masuk ke dalam interval konfidensi maka pola dianggap valid. Menurut Hartono (1983), untuk menilai kesesuaian hasil optimal dengan kondisi sebenarnya dapat menggunakan formulasi statistik (rentang kepercayaan 95%) sebagai berikut.
x
2.7018s n 1 N n
u
x
2.7018s n 1 N n
di mana: x : rata-rata survei u : nilai mean murni s : standar deviasi sampel n : ukuran sampel N : ukuran populasi
74
4.8.4 Analisis sensitivitas Ketersediaan
sumberdaya
subak
sangat
dinamis.
Hal
ini
dapat
mempengaruhi solusi optimal pengelolaan fungsi subak. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis sensitivitas/simulasi pola. Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk mendeterminasi pengaruh perubahan nilai koefisien input-output dan sumberdaya yang tersedia pada solusi optimal. Analisis sensitivitas terdiri atas dua bentuk, yaitu (1) perubahan biaya (variabel price programming) dan (2) perubahan faktor pembatas (variabel resource programming) (Heady dan Agrawal, 1972). Fungsi utama subak adalah pengelolaan air irigasi untuk memproduksi pangan (Sutawan, 2005). Dalam penelitian ini dilakukan dua simulasi terhadap pola pengelolaan fungsi subak optimal, yaitu simulasi 1 adalah jika terjadi penurunan suplai air irigasi sesuai deviasi debit air di Bendung Kedewatan, tetapi subak berperan dalam pengelolaan air irigasi, kemudian simulasi 2 adalah jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi. Peran subak dalam pengelolaan air irigasi pada simulasi tersebut ditekankan pada pelaksanaan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi oleh subak sesuai dengan prinsip harmoni dan kebersamaan. Simulasi ini untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga.