BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Secara umum, kategori film dibagi menjadi dua yaitu fiksi dan non-fiksi. Masuk ke dalam kategori non-fiksi adalah film dokumenter, atau film yang dibuat untuk kepentingan-kepentingan lain seperti : iklan, pendidikan, pariwisata, dan instruksional. Sementara itu, lebih banyak
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
jenis film berada pada kategori fiksi, seperti : drama/romantis, laga/action, misteri, horror, thriller, komedi, science fiction, musikal, dan animasi.51 Animasi sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin anima, yang secara harfiah berarti jiwa, atau animare yang berarti nafas kehidupan. Dalam bahasa Inggris, animation yang berasal dari kata animated atau to animate, yang berarti membawa hidup atau bergerak. Istilah animasi berawal dari semua penciptaan kehidupan atau meniupkan kehidupan ke dalam obyek yang tidak bernyawa atau benda mati (gambar).52 Berdasarkan penjelasan tersebut, film animasi adalah film yang membutuhkan teknik pembuatan yang detail dan terperinci karena setiap tokoh dan pergerakannya ditentukan oleh komputer. Salah satu teknik dalam pembuatan animasi adalah stop motion. Animasi stop motion adalah teknik animasi untuk membuat manipulasi fisik objek atau persona terlihat bergerak sendiri. Objek bergerak sedikit demi sedikit antara frame foto, memberikan ilusi bahwa objek bergerak sendiri ketika semua frame foto dimainkan berurutan secara continue.53 Teknik stop motion kemudian dibagi menjadi dua variasi :go motion dan stereoscopic stop motion (3D). Teknik stereoscopic 3D sebenarnya sangat jarang digunakan setelah penayangan penggunaannya yang pertama yaitu pada film In Tune With Tomorrow (1939) oleh John 51
Ahira, Anne. (Januari, 2014).Mengenal Jenis-Jenis Film.AnneAhira Untuk Indonesia [online]. Diakses pada tanggal 4 May 2016 dari http://www.anneahira.com/jenis-jenis-film.htm 52 Amanda, Andira. (Januari, 2013). Pengertian Film Animasi.Referensi Makalah [online]. Diakses pada tanggal 4 May dari http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-film-animasi.html 53 International Design School. (Juli, 2015).Sejarah Singkat Animasi Stop Motion.Official Website International Design School [online]. Diakses pada tanggal 4 May 2016 dari http://www.idseducation.com/articles/sejarah-singkat-animasi-stop-motion/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Norling. Baru kemudian pada tahun 2009 teknik stereoscopic 3D ini digunakan lagi secara penuh pada film animasi keluaran LAIKA Production berjudul Coraline.54 Film ‘Coraline’ adalah sebuah film animasi Amerika Serikat tahun 2009 yang diputar lewat 3D. Film ini diadaptasi dari novel berjudul yang sama yang ditulis oleh Neil Gaiman. Pengisi suara di dalam film ini adalah Dakota Fanning sebagai Coraline Jones, Teri Hatcher sebagai Mel Jones (Real Mother), John Hodgman sebagai Charlie Jones (Real Father), Keith David sebagai The Cat, Jennifer Saunders sebagai Other Mother, Robert Bailey Jr. sebagai Wybourn ‘Wybie’ Lovat. Disutradari oleh Henry Selick,‘Coraline’ meraih nominasi Film Animasi Terbaik dalam Academy Award 2010, tetapi kalah oleh ‘Up’. ‘Coraline’ menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Coraline yang pindah ke sebuah flat baru bersama kedua orangtuanya yang pekerja keras. Penghuni lainnya di flat tersebut adalah Miss Spink dan Miss Forcible, dua wanita setengah baya yang dulunya adalah bintang panggung, lalu Mr.Bobo yang biasa disebut Coraline sebagai ‘the crazy man upstairs’ yang selalu bicara bahwa dia adalah pelatih tikus sirkus. Sementara itu ada seorang anak laki-laki bernama Wybourn ‘Wybie’ Lovat yang tinggal bersama dengan neneknya di dekat sana. Wybie bercerita bahwa menurut neneknya, flat yang ditinggali Coraline sekarang
54
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
adalah sebuah rumah yang tidak aman.Lalu pada suatu hari, Coraline yang sedang bosan menemukan sebuah pintu kecil di dinding yang terkunci. Dia memohon kepada ibunya untuk membukakan pintu itu, yang sebenarnya adalah pintu menuju flat disebelahnya yang sudah tidak terpakai, dan setelah pintunya terbuka ternyata sudah di tembok. Setelah itu Coraline bermain-main ke tempat tetangganya, dan mereka semua memperingati Coraline tentang pintu itu. Mr.Bobo memberikan pesan melalui tikusnya yang berbunyi ‘don’t get through the door’, sementara Miss Spink dan Miss Forcible memahat sebuah batu yang berlubang di tengahnya sebagai penunjuk ‘good things for bad things’.Tapi kemudian Coraline mengabaikan peringatan mereka semua, dan terus saja bermain ke dalam dunia di balik pintu yang dia ketahui sebagai Other World. Disana dia bertemu dengan Other Parents dan versi lain dari para tetangganya yang lebih menyenangkan. Walaupun ternyata, dunia paralel Coraline yang menyenangkan itu adalah dunia ciptaan Other Mother yang bernama asli Beldam, seorang hantu jahat dengan sosok menyeramkan yang berusaha membujuk Coraline untuk tinggal bersama selamanya di Other World. Diceritakan juga bahwa kedua orangtua Coraline adalah sosok penulis yang sibuk mengejar deadline, sehingga tidak ada seorang pun yang perduli untuk meluangkan waktu untuknya. Coraline selalu saja mengganggu orangtuanya, hingga akhirnya mereka marah dan akhirnya mencari sedikit cara agar Coraline tidak mengganggu mereka lagi dan mereka bisa cepat kembali kepada kesibukan mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
4.2
Deskripsi Penelitian Deskripsi penemuan membahas tentang hasil focus group discussion (FGD) yang dilakukan peneliti kepada dua kelompok, masingmasing kelompok berisi delapan orang. FGD dilakukan secara langsung. Informan-informan ini adalah khalayak remaja dengan latar pendidikan serta usia yang setara, namun status sosialnya yang berbeda-beda. FGD dimulai dengan memberi penjelasan prosedural waktu FGD yang dibataskan selama 120 menit, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Peneliti, juga selaku sebagai moderator memperkenalkan diri kepada seluruh anggota diskusi kemudian menjelaskan tujuan dan peraturan-peraturan diskusi. 2. Para anggota diskusi menonton kembali film ‘Coraline’ bersamasama. Adapun FGD ini membahas poin-poin sebagai berikut : 1. Latar belakang informan. 2. Pengertian
informan
tentang
keseluruhan
film
Coraline
(menceritakan kembali dengan singkat). 3. Penafsiran informan tentang konflik antara anak dan orangtua di dalam film Coraline.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
4. Penafsiran informan tentang pandangan mereka terhadap tokoh orangtua Coraline. 5. Penafsiran informan tentang pengaruh budaya kepada sikap orangtua terhadap anak dan sebaliknya. 6. Penafsiran informan tentang nilai-nilai horor di dalam film Coraline. Peserta FGD terdiri dari delapan orang remaja. Mereka berumur 13 sampai 15 tahun. Mereka tergolong remaja awal dan dipilih sebagai responden karena sebelumnya telah pernah menonton film ‘Coraline’. Tapi walaupun mereka sudah pernah menonton film ‘Coraline’, sebelum memulai diskusi mereka akan tetap menonton film tersebut agar lebih bisa membangun ingatan mereka tentang alur cerita dan poin-poin yang ada di dalam film ‘Coraline’. Focus Group Discussion yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat orang, dengan alasan pemilihan narasumber yang berbeda untuk pengelompokkannya. Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion adalah suatu proses pengumpulan informasi mengenai masalah tertentu yang sangat spesifik. Henning dan Columbia (1990) menjelaskan bahwa FGD adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang moderator yang berfungsi untuk mendorong peserta untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan topik saat itu.55
4.3
Sebab-sebab Peserta Menyukai Film ‘Coraline’ Film ‘Coraline’ adalah film animasi yang bisa dinikmati oleh semua umur. Pada umumnya, yang akan menonton film ini berkisar dari usia Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Namun, film ini rilis di Indonesia sekitar akhir tahun 2009, membuat beberapa anak yang dulu pernah menonton film ini sudah beranjak ke jenjang usia pendidikan yang masih tinggi. Banyak hal yang melekat di dalam ingatan mereka tentang hal-hal yang menarik yang membuat mereka sulit melupakan film ‘Coraline’, seperti misalnya adegan yang ada di film ‘Coraline’, tokoh favorit, sampai simbol yang ada di dalam film.
Aku suka banget film ‘Coraline’ terutama waktu Coraline berkunjung ke Other World dan bertemu dengan Miss Spink dan Miss Forcible yang palsu, terus mereka memperlihatkan aksi panggung yang seru ke Coraline. Aku jadi inget waktu nonton acara sirkus di BSD dulu, memang seru dan keren banget sih ngeliat pemain-pemainnya jalan di atas tali, terus akrobatik sambil gelantungan... aku bisa ngerasain
55
Diwyarthi, Santi. (Februari, 2014).Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terarah). Kompasiana [online] diakses pada tanggal 21 Juli 2016 dari http://www.kompasiana.com/santidiwyarthi/focus-group-discussion-diskusi-kelompokterarah_58f84ea2a333112a608b52c8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
bagaimana kagumnya Coraline sama Miss Spink dan Miss Forcible di film itu. 56 Film Coraline unik dan juga menyeramkan karena tokoh bohongannya digambarkan memakai mata kancing. Selama ini aku belum pernah nonton film yang kayak begini, apalagi film kartun.57 Aku sebenarnya agak bingung dengan tokoh kucing hitam yang ada di dalam film, tapi dia jadi tokoh favoritku karena dia selalu menolong Coraline saat ada di dalam keadaan terdesak atau saat Coraline sedang kebingungan.58 Di samping hal-hal yang menarik, ‘Coraline’ sebagai film horor animasi juga memberikan kesan menakutkan untuk beberapa anak. Kesankesan menakutkan ini ditampilkan dalam bentuk adegan dan tokoh Other Mother yang ternyata merupakan seorang Beldam atau hantu penyihir jahat yang suka mengurung jiwa anak-anak di dalam cermin besar yang ada di rumah Coraline.
Aku nggak suka kalau tokoh Other Mother-nya senyum, karena justru menambah sisi seram (dia) yang baru ketahuan di akhir film.59 Deg-degan banget waktu adegan Coraline di kejar-kejar sama traktor belalang raksasa di Other World waktu mau mencari mata hantu anak-anak yang hilang. Soalnya kalau nggak ada Other Father yang sebenarnya baik hati, pasti Coraline sudah dibunuh sama belalang itu.60
56
Shelpia Jayanti, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Rafi Yoga, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 58 Diah Permata Dewi, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 59 Indaherna Wari, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 60 Ghani Prasetiyo, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Namun ternyata di balik semua hal tersebut, ada juga yang menyukai film ‘Coraline’ karena merasa kasihan dengan tokoh utama Coraline yang seperti tidak mendapat perhatian cukup dari orangtuanya karena kedua orangtuanya sibuk bekerja di rumah, selain itu tidak banyak kegiatan juga yang bisa Coraline lakukan di lingkungannya yang baru.
Kasihan Coraline... orangtuanya memang dirumah, tapi dia tetap dicuekin, disuruh main sendiri. Kalau aku jadi Coraline, aku pasti sedih banget. Karena aku ini anaknya manja, hehe. Jadi kalau orangtua aku cuek begitu, aku pasti akan ngambek sampai Mama dan Papa merhatiin aku lagi.61 Awalnya kan, Coraline senang berada di Other World karena orangtuanya di Other World kelihatan lebih baik dari orangtuanya yang asli... disitu sebenarnya aku sedih. Kalau aja orangtuanya nggak cuek, mungkin Coraline nggak akan bolak-balik ke Other World dan terkena bahaya dari Other Mother. Untung cuma film... kalau aku beneran yang punya kehidupan seperti itu, pasti nggak akan sanggup.62 Dirumah mainan Coraline sedikit, teman sebayanya juga cuma satu orang. Udah gitu yang aku lihat, Coraline belum mulai sekolah karena dia baru pindah. Beda sama aku. Kalau masalah teman, aku punya banyak... karena aku kan sekolah, terus dirumah juga sering main, dan di tempat les matematika juga ada temannya. Jadi kalau seandainya orangtuaku sibuk kerja, aku nggak akan kesepiankesepian amat. Mungkin karena masalah lingkungan dan temanteman itu jadi membuat Coraline cepat bosan dan akhirnya
61 62
Khairun Nissa, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Nabilah, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
‘nyangkut’ sama Other World yang kelihatannya seru dan menyenangkan.63
4.4
Interpretasi Terhadap Nilai-Nilai Sosial dan Budaya Dalam bagian ini akan difokuskan terhadap bagaimana audiens melihat nilai-nilai sosial yang ada di dalam film ‘Coraline’. Adapun nilainilai sosial yang akan dilihat adalah sebagai berikut : A. Nilai Kekeluargaan Selain menghibur, film ‘Coraline’ juga menampilkan pesan-pesan positif yang bisa diambil untuk kemudian diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari,
terutama
tentang
bagaimana
kita
harus
memperlakukan anggota keluarga kita dengan sebaik-baiknya.
Orangtua yang cuek bisa memberi dampak buruk terhadap anak. Seperti Coraline yang akhirnya terjerumus ke dalam sesuatu yang membahayakan dirinya, di dunia nyata justru kejadiannya akan jauh lebih ekstrim. Seperti ada teman aku, yang orangtuanya sibuk bekerja dan jarang ada di rumah untuk memperhatikan dia, terus dia jadi ikut-ikutan pergaulan yang nggak bener... mainnya sama kakak-kakak yang sudah gede gitu. Diajak mabuk, bolos sekolah, main di tempat PS... akhirnya sekarang dia nggak sekolah karena di drop out. Kalau sudah sampai begitu, nanti orangtuanya tinggal tahu marah-marah aja... padahal kan ada peran orangtunya juga disitu. Menurut aku begitu.64
63
Julia, hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
64
Op.cit, Ghani. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Konflik antara anak sama orangtua memang banyak sekali terjadi. Berada
di
situasi
Coraline,
berarti
orangtuanya
harus
memperhatikan dia dengan lebih baik, karena mereka kan baru pindah ke lingkungan baru dan Coraline harus meninggalkan teman-teman lamanya yang selalu menemani dia bermain. Waktu naik ke kelas 3 SMP dulu aku pindah dari Kudus ke Jakarta karena Bapak pindah tugas kerja. Rasanya nggak enak banget deh, karena semua suasananya jadi beda. Aku jadi pendiam, habis pulang sekolah juga nggak pernah mampir main-main kerumah teman lagi kaya dulu. Terus suatu hari orangtua aku dipanggil ke sekolah sama guru BP. Kaya ikut konseling gitu, ditanya-tanya kenapa anaknya kok gini... sehabis pulang dari situ, Bapak dan Ibu jadi lebih sering ngobrol sama aku dan support aku untuk lebih dekat sama teman-teman yang lain. Makanya aku beruntung... tapi Coraline kuat juga sih, bisa menghadapi semuanya sendirian. Kalau aku pasti nggak bisa.65 Sikap orangtua Coraline membuat dia tertarik dengan perhatian dari orangtua palsu di Other World, dan itu tidak baik. Karena seharusnya yang bisa memberikan kita perhatian sebenarnya adalah orangtua kita. Sekalipun teman kita banyak, tapi kalau orangtua kita sendiri nggak memperhatikan kita, kita pasti kesepian. Untungnya sih orangtua aku kalau lagi di kantor kadang suka telfon, atau BBM, nanyain aku di sekolah gimana, ada PR atau engga... jadi walaupun aku dirumah cuma sama kakak dan pembantu, aku tetap merasa kalau orangtua aku dekat dan masih mikirin aku.66 Orangtua memang harus bekerja, tapi tetap nggak boleh menelantarkan anak karena pekerjaan mereka. Di dalam film terlihat sekali kalau orangtua Coraline nggak peduli terhadap 65 66
Op.cit, Shelpia Jayanti. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Indaherna Wari. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Coraline dan keinginan-keinginannya. Kalau hal ini aku alami, aku pasti sedih banget.67 Konflik di dalam film ini terjadi karena kesan kesibukan yang orangtua Coraline berikan kepada anaknya merupakan kesan yang tidak baik. Coraline menjadi merasa dilupakan dan dilupakan itu rasanya sedih, hehehe. Kita yang nonton film ini juga jadinya kepikiran ‘apa orangtuanya Coraline nggak sayang sama dia ya?’, ‘kalau seandainya Coraline jadi dimakan sama Other Mother terus orangtuanya gimana?’, gitu-gitu deh pokoknya.68 Kalau saja Coraline mempunyai kakak atau adik, mungkin dia nggak akan terlalu merasa kesepian. Kaya aku nih, kalau misalnya orangtua aku lagi pergi untuk nengokin Nenek di Tasik, aku pasti ditemenin sama Aa’ aku. Kadang diajak pergi jalan-jalan sama dia dan pacarnya, atau dirumah ditemenin nonton film di laptop, jadi aku nggak merasa kesepian. Soalnya aku jarang boleh main di luar rumah, jadi kalau lagi nggak disekolah paling aku main sama Aa’ kalau dia lagi nggak kuliah.69 Coraline pasti bosan dan kesal karena orangtuanya terus-terusan bekerja, jadi mereka tidak punya waktu untuk menemani dan menghibur Coraline. Nyebelin! Harusnya orangtua nggak boleh gitu... sama juga kaya Bunda aku, kalau lagi sibuk kerja pasti nggak mau diganggu dan suka lupa sama anak-anaknya. Kalau sudah kaya gitu, nanti aku sama adikku yang masih SD suka ngambek sampai akhirnya Bunda sadar kalau anak-anaknya kangen ngobrol sama Bunda. Dan biasanya nanti Bunda ngasih pengertian ke aku, kalau dia harus kerja buat biaya aku sama adik sekolah soalnya kan Ayah udah nggak ada... jadi aku sama adik harus sabar kalau semisalnya Bunda sibuk. Biasanya kalau habis dibilangin gitu sama Bunda, aku sama adik jadi nggak kesal lagi. 67
Op.cit, Khairun Nissa. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Rafi Yoga. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 69 Op.cit, Diah Permata Dewi. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Tapi nanti, kalau Bunda kumat lagi sibuknya, aku sama adik balik ngambek lagi hehehe...70 Coraline terjerumus ke Other World yang menyenangkan tapi jahat karena merasa kesepian melihat ayah dan ibunya terusterusan bekerja dan melupakan dia. Aku sih sebenarnya nggak bisa ikut ngerasain apa yang dirasain Coraline, soalnya orangtuaku perhatian banget sama aku. Jangan sampai deh ngerasain kaya dia, soalnya aku pasti bakalan sedih banget.71 B. Nilai Kebudayaan dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Antar Individu di Dalam Keluarga Coraline adalah sebuah film horor animasi dari negara Amerika Serikat. Selain nilai horor yang ada di dalam film ini, dihadirkan juga unsur kekeluargaan yang tidak harmonis. Dalam kategori ini kemudian responden diminta untuk memberikan pendapatnya mengenai kebudayaan Barat dan pengaruhnya terhadap hubungan antara Coraline dengan orangtuanya, ataupun sebaliknya.
Kalau di negara Barat itu kan, mereka memang sudah melatih anaknya mandiri dari kecil. Jadi sebenarnya nggak masalah kalau Coraline main-main sendirian kemana-mana dan orangtuanya sibuk kerja dirumah. Tapi di dalam film kan Coraline itu ceritanya kesepian, dan dia nggak ada kegiatan lain juga yang bisa dilakukan... kalau istilah jaman sekarang dia sering ‘gabut’ gitu, hehehe. Makanya dia kesal sama orangtuanya yang sering cuek sama dia.72 Disini sama disana kan beda, jadi wajar aja sih kalau cara orangtua Coraline ngurus anaknya sama cara orangtua kita 70
Op.cit, Nabilah. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Julia. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 72 Op.cit, Ghani. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
ngurusin kita beda. Mungkin orangtuanya Coraline, tanpa diomongin, ingin Coraline mengerti tentang situasi yang sekarang harus dihadapi sama Coraline. Nggak kayak orangtua kita, apalagi orangtua aku, yang segala macamnya harus diobrolin. Kayak semacam musyawarah atau diskusi gitu, Kak. Kadang aku setuju, kadang enggak... atau kadang nggak ngerti sama sekali apa yang lagi diomongin, hehe. Terus kalau dicuekin atau diomelin pasti langsung bete. Kan masih anak-anak. Coraline juga pasti gitu. Cuma cara mengekspresikannya aja yang beda.73 Aku merasanya beda banget sih, antara orangtua aku sama orangtua Coraline. Kalau aku hilang, atau orangtua aku tahu aku main ke tempat-tempat yang sepi dan kelihatannya bahaya pasti aku akan dimarahin atau aku akan disuruh cepat pulang kerumah. Apalagi kalau aku main sama orang-orang yang nggak begitu aku kenal. Tapi orangtuanya Coraline kan, nggak begitu. Dia kayak membebaskan Coraline untuk melakukan apa saja dan main sama siapa saja. Nggak tahu sih, sebenarnya mana cara ngurus anak yang benar. Soalnya setiap orangtua pasti kan beda-beda. Tapi tetap harus ada komunikasi. Dan menurut aku karena komunikasi antara Coraline dan orangtuanya kurang, makanya hubungan diantara mereka nggak kelihatan dekat sama sekali.74 Kalau disana kan, anak bebas berpendapat apa saja. Itu sih, yang aku tahu. Makanya orangtuanya Coraline nggak pernah protes kalau Coraline ngomongnya agak sembarangan dan pergi main kemana-mana tanpa bilang. Terlebih lagi merekanya juga cuek sama Coraline, udah pusing kali ya ngurusin kerjaannya... Jadi menurut aku nggak ada urusannya Coraline itu tinggal di Barat atau di sini, semua anak kan cerminan orangtuanya.75 Kalau menurut aku sih, semua tergantung orangtuanya. Ada juga kok teman-temanku yang orangtuanya cuek, terus aku juga pernah nonton film-film Barat tentang keluarga yang orangtuanya sayang banget sama anaknya... contohnya kayak film Stuart Little, atau Poltergeist. Orangtua selalu mengusahakan yang terbaik dan selalu berusaha jadi yang terbaik buat anaknya. Dimana-mana
Op.cit, Shelpia Jayanti. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Indaherna Wari. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 75 Op.cit, Khairun Nissa. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 73 74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
kayaknya sih memang kayak gitu, tapi cuma caranya aja yang beda-beda.76 Hubungan Coraline sama orangtuanya yang renggang, menurut aku bukan karena mereka berasal darimana, tapi gimana caranya orangtua Coraline sebagai pengendali di keluarga itu berusaha menyatukan keluarganya sendiri. Tapi kenyataannya kan, nggak ada usaha? Mereka taunya cuma kerja aja, ngasih makan Coraline, beli baju buat sekolah... gitu deh. Tapi nggak pernah ngedengerin keluh kesah anaknya gimana dan nggak pernah mau menyisihkan waktu sebentar aja buat main sama Coraline.77 Kalau di film ini sih, kayaknya Coraline cuma ngikutin orangtuanya saja. Karena orangtuanya cuek sama dia, makanya dia agak cuek juga sama orangtuanya. Biar nggak sedih-sedih banget kali ya, dicuekin... makanya dia gitu. Tapi ada beberapa hal yang bikin dia nggak bisa cuek sih, kayak waktu orangtuanya diculik sama Other Mother. Disitu Coraline akhirnya jadi tahu gimana arti orangtuanya yang sesungguhnya.78 Waktu mata pelajaran Bimbingan Konseling kita pernah dikasih tahu kalau komunikasi antar manusia itu penting, apalagi antara anak dan orangtua. Itu sih, yang aku nggak lihat dari film Coraline ini. Coraline sama orangtuanya komunikasinya kurang. Makanya Coraline bisa kesel banget waktu orangtuanya sibuk kerja dan akhirnya malah penasaran sama hal yang nggak-nggak dan berujung membahayakan dirinya sendiri. Coba aja orangtuanya mau dengar cerita Coraline tentang Other World, pasti mereka akan bisa melarang Coraline untuk sering main-main kesana jadi Coraline nggak terkurung di dunia itu sama Other Mother yang jahat.79
Op.cit, Rafi Yoga. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Diah Permata Dewi. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 78 Op.cit, Nabilah. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 79 Op.cit, Julia. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 76 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
C. Interpretasi Hubungan Antara Status Ekonomi dan Konflik Orangtua dengan Anak. Di dalam kategori ini, akan dibahas apakah ada kemungkinan hubungan antara faktor ekonomi dengan pola perilaku orangtua Coraline di dalam film. Kemudian, responden juga diminta untuk memberi pendapat tentang bagaimana seharusnya sikap Coraline menghadapi hal tersebut. Orangtua Coraline bekerja mungkin karena keluarga mereka masih kurang dalam ekonominya. Soalnya, di rumah baru Coraline juga nggak kelihatan banyak barang-barang seperti rumah-rumah pada umumnya. Orangtua Coraline, dan Coralinenya juga, pakai bajunya biasa saja. Jadi mungkin memang ada maksud kenapa orangtua Coraline sibuk bekerja. Mungkin maksudnya adalah untuk meningkatkan perekonomian mereka.80 Dengan perekonomian menengah ke bawah, sebetulnya wajar saja kalau kedua orangtua Coraline bekerja. Selain kebutuhan makan sehari-hari, nanti juga Coraline kan pasti tumbuh besar, dan butuh biaya untuk sekolah ke sekolah yang lebih tinggi lagi. Jadi Coraline, walaupun kesal, harus tetap sabar dan mengerti kalau semua yang orangtuanya lakukan pasti untuk dia. Bapak juga sama. Kalau anak-anaknya suka nanya, ‘Bapak kenapa sih kok kerjanya suka pindah-pindah dan nginep-nginep di luar kota?’ nanti Bapak pasti jelasin soal tuntutan pekerjaan dan segala macamnya yang aku sebenernya belum ngerti, hehe. Tapi aku berusaha untuk pura-pura ngerti aja, biar Bapak tenang kalau ternyata anak-anaknya paham alasan kenapa Bapak kerja kaya gitu kan sebenarnya buat anak-anaknya juga. Lagipula dirumah kan masih ada Ibu yang siap ngurus kita 24 jam.81
80 81
Op.cit, Ghani. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Shelpia Jayanti. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Karena Coraline bukan berasal dari keluarga kaya, makanya orangtuanya bekerja. Sama kaya aku, orangtua aku dua-duanya bekerja. Kalau ditanya, jawabannya ya buat aku sama kakak. Apalagi kakakku memang habis lulus SMA nanti katanya mau cari beasiswa buat kuliah di luar negeri. Kadang aku suka dibilangin, ‘kalau orangtua lagi kerja, jangan ngambek... tapi do’ain biar rezekinya banyak’ gitu. Mungkin Coraline jadi suka kesal sama orangtuanya karena orangtuanya nggak pernah bilang kaya gitu kali ya...82 Coraline pasti nggak akan dicuekin orangtuanya kalau mereka punya banyak uang. Nah, tapi kan mereka kelihatannya nggak kaya... kerjaan yang mereka kerjain juga bukan pekerjaan yang bisa ngehasilin uang banyak. Jadi mungkin mereka cuek sama Coraline karena stress mikirin gimana caranya uang yang mereka dapat harus cukup untuk semua kebutuhan rumah, gitu.83 Pekerjaan orangtua Coraline kan, hanya menulis kolom artikel di koran dan majalah... penghasilannya pasti tidak seberapa. Jadi itulah kenapa mereka sedikit melupakan Coraline. Seharusnya Coraline bisa lebih memahami keadaan mereka sekeluarga, tapi sulit juga ya... kan Coraline masih anak-anak. Masih butuh disayang.84 Memperbaiki kehidupan keluarga mungkin nggak gampang... makanya orangtua Coraline terpaksa harus mengesampingkan Coraline dulu demi pekerjaan mereka. Soalnya kadang di dunia ini kan banyak urusan yang anak kecil nggak ngerti, Kak. Hehehe. Kata Aa’ aku sih gitu... Terus karena film ini tokoh utamanya Coraline dan cerita tentang Coraline di Other World, makanya alasan kenapa orangtuanya sibuk kerja dan kenapa sikap orangtuanya begitu ke Coraline jadi nggak diceritain soalnya takut anak-anak yang nonton nggak ngerti. Lagian kalau diceritain juga pasti alasannya bakal bikin sedih dan bikin filmnya nanti malah jadi nggak seru.85
82
Op.cit, Indaherna Wari. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Khairun Nissa. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 84 Op.cit, Rafi Yoga. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 85 Op.cit, Diah Permata Dewi. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Walaupun Coraline bisa paham dengan kondisi keluarga mereka, tetap nggak boleh ayah dan ibunya cuek begitu. Biar bagaimana pun keadaannya, Coraline kan tetap seorang anak yang butuh kasih dan sayang dari orangtuanya. Makanya sebenarnya Coraline boleh aja ngambek dan protes sama orangtuanya... tapi orangtuanya memang cuek banget sih, Coraline sudah protes aja masih dicuekin. Jadi mungkin Coraline juga capek harus cari perhatian dengan cara gimana ke orangtuanya, makanya akhirnya dia beralih ke Other World.86 Sebenarnya mungkin orangtua Coraline juga nggak mau bekerja terus... tapi karena pekerjaan mereka penting untuk kelangsungan hidup keluarga mereka, jadi mereka harus memilih salah satu dulu untuk sementara. Tapi aku sih berharap nanti mudah-mudahan ada film keduanya Coraline yang menceritakan kalau keluarga Coraline udah kaya raya, kedua orangtuanya udah sukses dan jadi bisa memperhatikan Coraline dengan baik, Coraline jadi merasa nggak kesepian lagi, dan mereka sekeluarga hidup bahagia selamanya. Habis kasihan juga sih, kalau Coraline-nya dicuekin terus...87 D. Interpretasi Terhadap Nilai Horor di dalam Film ‘Coraline’ Dalam kategori ini ditanyakan kepada para responden, tentang bagaimana ‘keseraman’ yang ada di dalam film ‘Coraline’. Di dalam film ‘Coraline’, unsur horor ditampilkan melalui berbagai macam hal seperti siatuasi adegan, penggambaran situasi lingkungan, simbol-simbol di dalam film, serta penggambaran tokoh Other Mother yang sebenarnya merupakan hantu penyihir jahat bernama Beldam. Film ‘Coraline’ jalan ceritanya cukup menegangkan, apalagi karena ada tokoh Other Mother yang awalnya baik tapi kemudian berubah menjadi jahat dan menyeramkan. Tapi tokoh-tokoh seperti Other Mother ini kayanya memang banyak ada di film-film horror yang lain, 86 87
Op.cit, Nabilah. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Julia. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
kaya orang-orang yang awalnya kelihatan baik banget dan mau nolongin, eh ternyata malah dia yang jahat. Jadi kita yang nonton antara kaget dan kesel. Rasanya kaya ketipu, hehehe.88 Film ini sebenarnya menyeramkan, tapi lucu juga. Jadi bisa membuat kita takut sekaligus ketawa-ketawa nontonnya. Tapi nggak bisa ketawa lagi waktu Other Mother sudah berubah jadi penyihir jahat yang seram banget... deg-degan lihat Coraline dikejar-kejar sama dia.89 Jalan cerita filmnya nggak bergitu seram, tapi di beberapa adegan memang mengagetkan. Yang aku takut cuma kalau akhirnya Coraline tertangkap sama Other Mother. Oh iya, waktu Other Mother nyuruh Coraline mengganti matanya pakai kancing aku juga ngeri. Karena nggak kebayang aja gimana kalau seandainya Coraline bersedia...90 Film ini nggak terasa menakutkan banget karena ada unsur lucunya juga, seperti ayahnya yang di Other World. Sebenarnya dia seram karena bermata kancing, tapi karena sebenarnya dia baik hati karena dia mau menolong Coraline menemukan salah satu mata anak-anak hantu yang hilang jadi aku nggak takut.91 Ada beberapa hal yang menegangkan di film ini, seperti waktu Coraline jatuh ke dalam jebakan jaring laba-laba yang dibuat Other Mother. Soalnya gimana sih... ada laba-laba yang lebih gede dari orang dan sarangnya seluas itu, pasti serem banget kalau ada beneran.92 Filmnya walaupun seram, tapi tetap bisa dinikmati karena ada hal yang lucu-lucu juga karena bentuknya kartun. Aku suka dekorasi taman rumah Coraline di Other World, jadi bikin lupa kalau sebenarnya Other Mother itu jahat.93 Aku takut banget lihat mata kancing orang-orang yang ada di Other World. Soalnya selama ini aku memang takut kalau lihat yang serempserem dan langsung parno gitu. Tapi untungnya di film ini ada banyak 88
Op.cit, Ghani. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Shelpia Jayanti. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 90 Op.cit, Indaherna Wari. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 91 Op.cit, Khairun Nissa. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 92 Op.cit, Rafi Yoga. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 93 Op.cit, Diah Permata Dewi. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. 89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
hal yang lucu-lucu juga sih, dan endingnya membahagiakan buat Coraline... jadi aku cepat lupa sama hal-hal yang bikin aku takut.94 Aku paling takut waktu Other Mother udah berubah wujud jadi penyihir jahat yang punya kaki laba-laba. Mukanya juga jadi lancip dan panjang gitu, ngeri...!95
4.5
Hasil Analisis Data Berdasarkan dari beberapa kategorisasi yang ditujukan kepada delapan responden dan kemudian dipisah lagi oleh penulis menjadi beberapa sub-kategori untuk memudahkan meneliti hasil focus group discussion yang sudah dilakukan, mereka semua pada dasarnya sudah menginterpretasi film ini dengan cukup baik sehingga memenuhi kebutuhan pengumpulan data penulis. Delapan informan itu menyatakan bahwa cukup menegangkan, tetapi banyak hal yang menarik dari film Coraline yang bisa menumbuhkan minat untuk menonton film horor animasi ini. Hampir dari mereka semua berpendapat setelah menonton, muncul rasa simpati dan empati yang mendalam kepada tokoh utama, yaitu Coraline. Khairun Nissa, salah satunya, mengungkapkan bahwa jika dia menjadi Coraline pasti dia akan merasa sedih sekali berada di dalam situasi dan kondisi seperti itu. Lingkungan tempat tinggal baru yang asing, kemudian orangtua yang tidak memperhatikan Coraline dengan sebagaimana
94 95
Op.cit, Nabilah. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016. Op.cit, Julia. Hasil focus group discussion pada 28 Oktober 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
mestinya, belum lagi bahaya-bahaya yang harus dihadapi ketika Other Mother berubah menjadi tokoh Beldam yang jahat, membuat Nissa berpendapat bahwa dia sendiri tidak akan sanggup menghadapi hal seperti itu. Orangtua Coraline, sejak kepindahan mereka ke tempat tinggal yang baru, digambarkan sebagai sepasang orangtua yang bisa disebut sebagai workaholic. Kata workaholic sendiri diartikan sebagai suatu kondisi dari seseorang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan sehingga pada akhirnya mengesampingkan atau melalaikan aspek kehidupan yang lain.96 Namun, para responden menilai bahwa perilaku orangtua Coraline ini merupakan bentuk dari keprihatinan mereka di dalam bidang ekonomi. Semua responden sependapat bahwa keluarga Coraline berada di dalam perekonomian menengah ke bawah. Rafi Yoga dan Shelpia Jayanti, yang juga berada di posisi perekonomian yang sama, berpendapat bahwa pekerjaan kedua orangtua Coraline bukanlah pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Mereka berdua hanya bekerja sebagai panelis untuk koran dan majalah. Lalu Shelpi dengan detail mengandaikan jika suatu hari nanti Coraline pasti butuh biaya untuk melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi lagi, dan biaya itulah yang harus dipikirkan oleh orangtuanya selain kebutuhan mereka sekeluarga sehari-hari. Makanya mereka berdua 96
Putri, Cindy Melissa. Oktober, 2014. Ini Tanda- Tanda Anda Seorang Workaholic. Liputan 6 [online]. Diakses pada tanggal 1 Desember 2016 dari http://lifestyle.liputan6.com/read/2115320/ini-tanda-tanda-anda-seorang-workaholic
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
memilih untuk sama-sama bekerja dan mengumpulkan uang demi kelangsungan masa depan mereka sekeluarga, terutama Coraline sebagai anak mereka satu-satunya. Semua responden juga setuju bahwa konflik keluarga, antara orangtua dan anak, menjadi konflik utama di dalam film ini. Karena menurut mereka, apabila orangtua Coraline bisa bersikap lebih baik dan menaruh perhatian lebih kepada anaknya, Coraline tidak akan pergi dan terjebak di Other World bersama Other Mother yang jahat. Ghani berpendapat bahwa orangtua yang tidak menaruh perhatian lebih kepada anaknya cenderung memberikan dampak buruk kepada anak dan secara tidak langsung menjerumuskan anak kepada hal-hal yang menjerumuskan dirinya. Indaherna Wari menambahkan, orangtua yang lalai dalam mengawasi dan memperhatikan anaknya akan membuat anak mencari perhatian ke orang atau ke tempat lain, yang bisa jadi bukanlah seseorang atau tempat yang mendorong mereka ke arah perilaku yang lebih baik melainkan lebih buruk. Menurutnya, perhatian orangtua kandung kepada anak adalah satu-satunya hal yang dibutuhkan oleh anak, dan penting untuk perkembangan psikis anak itu sendiri. Penulis juga mencoba menggali apakah nilai kebudayaan Barat berpengaruh terhadap terjadinya konflik antara Coraline dan orangtuanya, dan ternyata mereka semua mengatakan bahwa kebudayaan tidak berpengaruh. Seperti apa yang diungkapkan oleh Julia, bahwa kurangnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
komunikasi antara Coraline dan orangtuanya menimbulkan kerenggangan di dalam keluarga mereka. Ketika Coraline ingin bercerita tentang Other World dan ibunya enggan untuk mendengarkan cerita Coraline, dia jadi memutuskan untuk menjelajahi dan menyelidiki Other World seorang diri dan berujung kepada sebuah tindakan yang hamper membahayakan dirinya sendiri. Nabilah juga menambahkan bahwa Coraline bersikap demikian hanya untuk menutupi perasaan yang sebenarnya karena kesepian dan tidak mendapatkan perhatian yang melimpah dari kedua orangtuanya. Dan apabila disesuaikan dengan kehidupan sosial mereka secara merata, beberapa reponden berpendapat bahwa mungkin Coraline hanya merasa kesepian. Seperti ungkapan Shelpia Jayanti dan Julia, bahwa Coraline tidak mempunyai ragam kegiatan berbeda yang bisa dilakukan setiap hari, ditambah lagi kehilangan teman dekat karena pindah ke lingkungan yang baru, dan kedua orangtua yang sibuk bekerja adalah beberapa hal yang mempengaruhi kondisi emosional Coraline, sehingga akhirnya berujung kepada keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan emosi semata. Dilihat dari nilai horor dalam film Coraline, semua sepakat bahwa film animasi ini cukup menegangkan dan menimbulkan perasaan ngeri. Beberapa bagian yang dinilai menyeramkan adalah saat Other Mother berubah menjadi tokoh Beldam yang jahat kemudian mengejar-ngejar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Coraline sampai jatuh ke sarang laba-laba raksasa buatannya, kemudian saat Coraline diminta untuk tinggal di Other World namun dengan satu syarat yaitu menjahit sepasang kancing untuk menggantikan kedua matanya.
4.6
Pembahasan Dari hasil pengumpulan data melalui metode focus group discussion (FGD), didapatkan bahwa responden menyukai film ‘Coraline’ disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya adalah jalan cerita yang menarik yang kemudian membuat mereka menyukai film ‘Coraline’, mulai dari adegan yang lucu dan mendebarkan, tokoh favorit, sampai pada karakteristik tokoh antagonis yang memiliki ciri khas berbeda dari tokoh film horror di film-film yang lain—yaitu tokoh Other Mother alias hantu penyihir Beldam yang matanya terbuat dari kancing. Kemudian tokoh utama di film ini yaitu Coraline mampu memberikan perasaan simpati dan empati kepada para responden. Responden menilai bahwa Coraline adalah seorang anak di masa pertumbuhan yang sedang mengalami kritis di dalam kehidupannya—pindah ke tempat tinggal yang baru meninggalkan teman-teman dekatnya, sementara kedua orangtuanya sibuk bekerja sehingga tidak punya waktu untuk mendampingi masa peralihan yang sedang dialami Coraline. Selain itu, mereka pun kagum atas petualangan Coraline di Other World, dan bagaimana Coraline mampu mengalahkan tokoh jahat Beldam untuk bisa kembali ke dunia nyata. Menurut mereka,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Coraline mempunyai kekuatan hati yang berbeda dari kebanyakan anakanak seumurnya. Disaat anak-anak seumur Coraline selalu bermanjamanja dan meminta perhatiannya, Coraline mencoba melupakan hal itu dan mulai mencari petualangannya sendiri. Menurut para responden, jika hal tersebut terjadi kepada mereka, belum tentu mereka bisa mengatasinya sehebat Coraline. Kemudian di dalam film ini, selain membahas petualangan Coraline, bisa dicermati juga ada kejanggalan komunikasi antara Coraline dengan
orangtuanya.
Komunikasi
diantara
mereka
sebenarnya
digambarkan cukup baik di dalam film, namun tidak terjalin secara harmonis dan efektif. Padahal, yang seharusnya terjadi pada hubungan antara orangtua dan anak adalah hal sebaliknya yaitu komunikasi yang terjalin secara dekat dan efektif. Karena pada dasarnya, keluarga adalah kelompok sosial yang paling kecil, terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga dianggap sebagai lembaga awal dalam kehidupan anak dan dianggap sebagai lembaga yang paling dekat karena keluarga mempunyai waktu yang lebih banyak bersama anak. Tentu saja kemudian keluarga mempunyai andil yang besar dalam perkembangan seorang anak.97 Berdasarkan temuan tersebut, yang kemudian dikaitkan oleh hasil pengumpulan data dengan teori di dalam penelitian ini adalah, seluruh responden sebagai audiens langsung film ‘Coraline’ mempunyai 97
Alfiana, Ester. 2013. Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Dalam Keluarga. Jurnal Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta [online]. Diakses pada 23 Desember 2016 dari http://eprints.uny.ac.id/21893/9/RINGKASAN%20SKRIPsi.pdf
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
interpretasi bahwa orangtua yang terlalu sibuk dan fokus bekerja, akan memberikan tekanan tersendiri kepada anak. Anak tidak mempunyai cukup waktu untuk berdiskusi dengan orangtuanya, sehingga komunikasi diantara keduanya pun menjadi kurang terjaga. Dan setelahnya hal itu pun akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak, tentang bagaimana anak menyikapi
permasalahan-permasalahan
yang
terjadi
di
dalam
kehidupannya, terhadap dirinya sendiri ataupun antara dia dengan orang lain. Lalu sikap orangtua yang demikian akan membuat anak merasa bahwa orangtuanya tidak peduli kepada mereka, dan pada akhirnya mencari sifat ‘keperdulian’ lain di luar lingkungan rumah atau ketika ada orang lain yang memberi sifat ‘keperdulian’ itu kepada dirinya, dia akan menerima dengan tangan terbuka tanpa peduli dengan konsekuensi yang ada di balik hal itu—karena konotasi orang lain yang disebutkan disini bisa jadi orang asing yang datang karena mempunyai alasan-alasan tertentu. Hal ini dibuktikan langsung di dalam film, bagaimana pada awalnya Coraline merasa sangat bahagia dan bersyukur menemukan Other World beserta Other Parents yang sama sekali berbeda dari orangtuanya yang asli. Di Other World, Coraline bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan seperti lingkungan rumah yang penuh dengan petualangan seru dan tidak membosankan, juga orangtua baru yang hangat dan melimpahinya dengan perhatian. Sehingga Coraline tidak sadar bahwa hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
ini adalah jebakan agar Other Mother yang jahat bisa mengurung jiwanya di Other World. Dan pada akhirnya interpretasi responden terhadap hubungan antara orangtua dan anak yang terjadi di dalam film ‘Coraline’ menjurus kepada penilaian bahwa nilai ekonomi akan memberi pengaruh kuat kepada nilai sosial yang ada. Kedua orangtua Coraline yang berperan sebagai tulang punggung keluarga menjadikan keduanya tidak bisa memberikan waktu lebih kepada anak semata wayangnya, sehingga akhirnya mempengaruhi interaksi sosial yang terjadi diantara mereka. Responden memberikan interpretasi mereka dalam bentuk yang beragam. Mulai dari mencoba menjelaskan seperti apa alasan dibalik sikap orangtua Coraline sibuk bekerja sehingga mengesampingkan kehadiran anaknya dalam keseharian mereka, lalu mencoba memberi kesimpulan tentang bagaimana seharusnya Coraline bersikap dengan keadaan keluarganya yang seperti itu, dan bahkan ada yang secara terang-terangan menentang sikap yang diberikan orangtua Coraline kepada anaknya. Namun secara spesifik interpretasi mereka murni berdasarkan keadaan ekonomi keluarga Coraline yang digambarkan dengan tanda-tanda tertentu di dalam film. Selain hal itu, didapatkan juga oleh peneliti bahwa ada hubungan antara interpretasi responden dengan gender. Dalam bahasa Inggris, gender berarti jenis kelamin. Secara umumnya, pengertian gender adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Selengkapnya, dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku, mental, dan karakteristik yang berkembang di dalam masyarakat. Hal ini terjadi berkat evolusi manusia selama berjutajuta tahun, mengubah struktur otak laki-laki dan perempuan berkembang dengan caranya masing-masing. Ketika sampai kepada jaman modern seperti sekarang ini, laki-laki dan perempuan pun memiliki cara berbeda dalam memproses informasi yang masuk ke dalam otaknya masingmasing. Dikaitkan dengan teori di atas, terlihat oleh peneliti bahwa responden perempuan lebih terbuka menambahkan pengalaman pribadi tentang kehidupan mereka ke dalam interpretasi mereka tentang hal-hal yang terjadi di film ‘Coraline’. Berbeda dengan responden laki-laki yang justru menambahkan sudut pandang mereka tentang masalah atau pengalaman orang lain yang mereka nilai serupa dengan permasalahan di dalam film. Hal tersebut terkait dengan penelitian Ragini Verma, PhD yang merupakan seorang dosen di Universitas Pennsylvania tentang perbedaan signifikan antara sirkuit otak laki-laki dan perempuan, bahkan ketika mereka melakukan hal yang sama. Perempuan lebih sering menggunakan otak kanannya, yang menjadi alasan mengapa perempuan lebih mampu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
melihat hal dari berbagai sudut pandang serta mengaitkan memori kepada keadaan sosial. Itulah mengapa perempuan lebih sering mengandalkan perasaan mereka. Lalu alasan lainnya adalah verbal center—verbal center adalah—perempuan berada di kedua otaknya (kiri dan kanan) sedangkan verbal center laki-laki hanya berada di bagian otak kiri, yang kemudian menjadikan perempuan lebih mudah berdiskusi dan bercerita panjang lebar disbanding laki-laki. Laki-laki lebih suka melihat sesuatu yang mudah, kemudian menuangkannya dengan cara yang mudah juga, karena mereka tidak memiliki ‘koneksi’ yang baik tentang hal-hal yang melibatkan perasaan, emosi, atau curahan hati. Selama terjadinya proses focus group discussion, semua responden pada dasarnya menerima tayangan dan berusaha memberikan interpretasi mengenai tayangan dengan sebaik-baiknya. Dan menurut konsep encoding-decoding audience dari Stuart Hall, yang menyebutkan bahwa kondisi sosial dan budaya serta proses bagaimana mereka mengalami hal tersebut mempengaruhi interpretasi mereka selama proses produksi dan penerimaan pesan, kemudian menyimpulkan bahwa Nabilah, Khairun Nissa, Diah Permata Dewi, Shelpia Jayanti, Julia, dan Indaherna Wari masuk ke dalam kelompok dominant hegemonic audience karena mereka bisa dengan baik menjelaskan pengalaman sosial yang pernah mereka alami sehubungan dengan nilai-nilai sosial yang mereka interpretasikan di dalam film ‘Coraline’. Sedangkan, Rafi Yoga dan Ghani masuk ke dalam kelompok negotiated code audience dimana mereka berusaha bersikap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
netral dalam menginterpretasikan masalah yang ada di dalam film ‘Coraline’.
http://digilib.mercubuana.ac.id/