BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Badan Narkotika Nasional52 Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, pengawasan orang asing. Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil
yang beranggotakan wakil-wakil dari
Departemen
Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.
52
Diakses: http://www.bnn.go.id, Minggu, 30 Juni 2013, Jam 12:19:09.
40
41
Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus miningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan
kedua
Undang-undang
tersebut,
Pemerintah
(Presiden
Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait. BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga
42
tidak
dapat
melaksanakan
tugas
dan
fungsinya
secara
maksimal.
BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).
BNN,
sebagai
sebuah
lembaga
forum
dengan
tugas
mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1. mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing
43
bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN. Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke propinsi dan kabupaten/kota. Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di kabupaten/kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama.
44
4.1.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran53 1. Visi Komitmen negara-negara anggota ASEAN yang telah dideklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global, regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR nomor : TAP/MPR/VII/2001 yaitu : "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara", maka Visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam penanganan permasalahan narkoba adalah : Terwujudnya masyarakat Indonesia bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) tahun 2015. 2. Misi 1) Melaksanakan pemberantasan,
pencegahan, rehabilitasi,
pemberdayaan hukum
dan
masyarakat,
kerjasama
dibidang
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainya. 2) Mengoordinasikan
penyusunan,
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainya. 53
Diakses: http://www.bnn.go.id, Minggu, 30 Juni 2013, Jam 12:19:09.
45
3) Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan pelaporan pelaksanaan
kebijakan
nasional
di
bidang
pencegahan
dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainya. 4) Melaksanakan pelaporan kebjakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktiflainya. 3. Tujuan Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah: Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah: 1) Tercapainya komitmen yang tinggi dari segenap komponen pemerintahan dan masyarakat untuk memerangi narkoba.
46
2) Terwujudnya sikap dan perilaku masyarakat untuk berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 3) Terwujudnya kondisi penegakan hukum di bidang narkoba sesuai dengan supremasi hukum. 4) Tercapainya peningkatan sistem dan metode dalam pelayanan terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba. 5) Tersusunnya database yang akurat tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 6) Beroperasinya Satuan-satuan Tugas yang telah dibentuk berdasarkan analisis situasi. 7) Berperannya Badan Narkotika Propinsi/Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program P4GN. 8) Terjalinnya kerjasama internasional yang efektif yang dapat memberikan bantuan solusi penanganan permasalahan narkoba di Indonesia. 4. Sasaran Sasaran adalah merupakan refleksi dari hasil atau capaian yang diinginkan bersifat spesifik, konkrit dan terukur atas apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran mencakup apa yang akan dicapai, kapan, dan oleh siapa. Apabila dipisahkan secara tegas, sasaran tahunan bukan merupakan bagian dari rencana strategis organisasi, namun merupakan bagian utama dari Rencana Operasional tahunan yang mendasarkan pada rencana strategis itu sendiri. Oleh karena
47
itu dalam dokumen Strategi Nasional ini secara spesifik tidak diuraikan/ditetapkan, akan tetapi penetapan sasaran akan dijabarkan oleh masing-masing institusi dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan. 4.1.3 Tujuan Pokok dan Fungsi54 1. Tugas Pokok BNN Badan Narkotika Nasional mempunyai tugas membantu Presiden dalam : a. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang ketersediaan dan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya atau dapat disingkat dengan P4GN; dan b. Melaksanakan P4GN dengan membentuk satuan tugas yang terdiri atas unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing. 2. Fungsi BNN a. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam penyiapan dan penyusunan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN; b. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN serta pemecahan permasalahan dalam pelaksanaan tugas;. c. Pengkoordinasian
instansi
pemerintah
terkait
dalam
kegiatan
pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya; 54
Diakses: http://www.bnn.go.id, Minggu, 30 Juni 2013, Jam 12:19:09.
48
d. Pengoperasian satuan tugas yang terdiri atas unsur pemerintah terkait dalam P4GN sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing; e. Pemutusan
jaringan
peredaran
gelap
narkotika,
psikotropika,
prekursor dan bahan adiktif lainnya melalui satuan tugas; f. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional dan internasional dalam rangka penanggulangan masalah narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya. g. Pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pembinaan dan pengembangan terapi dan rehabilitasi serta laboratorium narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya; h. Pengorganisasian BNP dan BNK/Kota berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN. 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil metode penelitian wawancara mendalam dengan keyinforman, informan I dan informan II mengenai Aktivitas Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Sosialisasi Bahaya Narkoba di Wilayah DKI Jakarta Periodisasi 2012 – 2013 maka dapat penulis deskripsikan penelitian ini sesuai dengan operasionalisasi konsep yang telah dikemukakan sebelumnya. Seperti yang penulis ketahui, aktivitas public relations didalam suatu perusahaan yaitu membantu manajemen perusahaan didalam menyampaikan informasi-informasi yang dibutuhkan publik eksternal. Aktivitas yang dilakukan Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat dideskripsikan sebagai berikut:
49
1. Pengenalan Situasi Sebelum Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan aktivitas sosialisasi mengenai Bahaya Narkoba di Wilayah DKI Jakarta maka hal yang dilakukan oleh karyawan-karyawan humas yakni mengumpulkan informasi berupa data dari masyarakat mengenai tingkat penyalahgunaan dan peredaraan narkoba. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah sudah sangat parahkah penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, menyatakan bahwa: “Iyaa...jadi sebenarnya kalo kita ingin mengetahui tingkat peredaran narkoba di Jakarta maka kita harus bicara menurut dasar yang ada gitu yaah. Kalo sepengetahuan saya, nanti bisa dicek lagi yah di BNN, hasil penelitian BNN dan pusat penelitian kesehatan UI tahun 2011 itu tingkat peredaran narkoba di jakarta termasuk yang tertinggi pertama di Indonesia. Kalo tidak salah yah..nanti bisa di cek lagi, jumlah pengguna narkoba sebesar 7% dari jumlah populasi di Jakarta atau sekitar 400 ribu kurang lebih”55. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah sudah sangat parahkah penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo dibilang parah kita harus tahu juga pengukurannya yaa...karena klo dibilang tidak parah ternyata byk juga kasus-kasus yang terungkap. Kita itu sudah darurat narkoba karena banyak juga penyalahgunaan narkoba yang terungkap”56. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Dari mana bapak
55 56
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.
50
mengetahui kondisi penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah semakin parah, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Indikasinya dari penelitian yang dilakukan BNN dan pusat penelitian kesehatan UI. Sebenarnya penelitian ini telah lama dilakukan beberapa tahun yaa...Dulu awalnya tahun 2004, kemudian dilakukan lagi penelitian di tahun 2008, dan terakhir 2011. Kini kita bicara penelitian yang sifatnya Nasional. Jadi BNN dan pusat kesehatan UI itu melakukan survei atau penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat peredaran Narkoba di tiap-tiap wilayah provinsi di Indonesia, sebagai contoh misalkan apa jenis narkoba yang dikonsumsi, rentang usia berapa pengguna narkoba ini, mayoritas mereka tinggal di daerah apa” 57. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Dari mana bapak mengetahui kondisi penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah semakin parah, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa dari banyaknya masuknya jenis narkoba, dan banyaknya juga yang menggunakan. Jadi bole di bilang kita bukan tempat translate lagi yaa... tapi juga sudah menjadi konsumen bahkan produsen dengan banyaknya ditemukan pabrik-pabrik” 58. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Adakah laporan dari masyarakat terkait wilayahnya menjadi sarang peredaran Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Iyaaa pastinya. Jadi sebagai gambaran yaa, kita itu punya pelayanan call center, sms center, kemudian kita punya laporan masyarakat yang tersedia di BNN. Jadi tiga layanan ini adalah sarana kita dalam hal menampung pertanyaan. Jadi tiga layanan ini adalah sarana kita dalam hal menampung pertanyaan, utaraan, masukan, maupun laporan yang berasal dari masyarakat. Laporan yang disampaikan masyarakat itu, salah satunya adalah misalkan mereka melihat ada tindak pidana penyalahgunaan narkoba di lingkungannya dan itu 57 58
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.
51
seringkali. Eee... SOP-nya itu adalah kalau misalkan kita menerima adanya laporan dari masyarakat yaa...tentang tindak pidana narkoba. Maka dari pengelola call center, sms center maupun suara masyarakat, kemudian diteruskan ke deputi pemberantasan dalam hal ini direktorat intelijen. Nanti direktorat intelijen, dia akan menindaklanjuti dan akan mengecek ke lokasi tersebut, betulkah memang ada peredaran narkoba di daerah tersebut” 59. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Adakah laporan dari masyarakat terkait wilayahnya menjadi sarang peredaran Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Laporan dari masyarakat sangat kita harapkan sekali, kita memperoleh banyaknya laporan, kita juga yang namanya suara masyarakat, kita juga punya call center, dan banyak juga laporanlaporan dari masyarakat tentang pengedaran narkoba dan penyalahgunaan narkoba” 60. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah bapak melakukan survei terlebih dulu sebelum melakukan sosialisasi ke wilayah di DKI Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Eee...sebenarnya tidak selalu yaa... jadi dalam artian itu, untuk halhal tertentu saja. Misalkan kita melakukan survei. Contoh misalkan untuk kegiatan sosialisasi dalam hal melakukan penyuluhan. Sebenarnya siee kita tidak melakukan survei. Yaa.. yang penting kita tahu, lokasinya dimana, gambarannya, contact personnya siapa, audiensnya siapa, sehingga itu menjadi dasar kita. Maksudnya menentukan materi apa, kira-kira pas atau tidak untuk disampaikan ke audiens tersebut. Tapi lain halnya kalau misalkan kita melakukan sosialisasi narkoba. Mungkin dalam hal ini kita melakukan survei. Minimal kita datang lebih awal atau 1 hari sebelumnya, untuk mensetting lokasi pameran, jadi di pameran tersebut kita buat semacam seperti boot pameran, setelah itu kita memamerkan display atau gambar tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, contoh-contoh narkoba, kita juga membagikan berbagai produk informasi seperti 59 60
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.
52
brosur, stiker, pin, bros, CD, poster secara gratis ke masyarakat. Nah biasanya untuk kegiatan seperti memang kita harus survei atau datang lebih awal, untuk mempersiapkan pelaksanaan” 61. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah bapak melakukan survei terlebih dulu sebelum melakukan sosialisasi ke wilayah di DKI Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Jadi kalo kita berbicara sosialisasi, ada yang namanya kita diminta dan memang ada yang namanya kita punya target-target tertentu. Dalam arti kata bahwa itu udah tugas utama kita, jadi kita memang melakukan sosialisasi langsung kemana saja”62. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Wilayah lokasi mana saja yang akan diselenggarakan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo disebut wilayah, sebenernya tidak dipastikan secara spesifik wilayahnya dimana saja, yang penting itu misalkan gini, di dalam biasanya masalah pemerintahan yaah. Contoh yang kita lakukan tahun ini, di tahun 2013 itu telah direncanakan di tahun 2012. Sebagai contoh kita akan melakukan penyuluhan di DKI Jakarta gitu kan sebanyak 100x per-tahun misalkan, nah abis itu kita akan breakdown misalkan dari 100 x itu, misalkan 10nya di sekolah, 10nya di kampus, 10nya lagi misalkan di ibu-ibu PKK, 10nya tingkat karang taruna, 10nya di institusi pemerintah, dsb gitu. Jadi itu saja yang kita breakdown. Mengenai lokasi sekolahnya dimana, terus kapan, itu tergantung kepada sekolahnya yang masuk ke kita ataupun misalkan inisiatif dari kita. Msalkan kita punya rencana di sekolah A, kita berkoordinasi dengan pihak sekolah setempat dan mereka acc lalu kita lakukan” 63. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Wilayah 61
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 63 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 62
53
lokasi mana saja yang akan diselenggarakan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Hampir semua wilayah jakarta seperti wilayah jakarta timur, jakarta selatan, jakarta barat, semuanya lah. Jadi kita gak memilih-milih karena kita juga ada yang namanya badan narkotika provinsi menjadi sangat terbantu. Harapannya pun kita tetap bisa berkoordinasi” 64. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apa nama program kehumasan yang akan dilakukan Humas BNN dalam rangka memberantas penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Eee...sebenarnya kalo dilihat dari bentuknya, jadi berbagai macam yaa, sebagai contoh kita melihat dari sasarannya misalkan yaa... intinya utamanya tugas humas itu adalah melakukan sosialisasi serentak kelembagaan BNN. Kelembagaan disini bisa berarti: apa sie tugas fungsi BNN itu, apa visi misinya, apa programnya dan itu menjadi tugas kita. Sebagai contoh misalkan kalau kita bicara sasarannya itu masyarakat. Bentuk kegiatan sosialisasi yang kita lakukan tindakan itu adalah contoh dalam hal kita melakukan pameran sosialisasi narkoba. Misalkan di tahun 2013 ini kita merencanakan bentuk pameran sebanyak 30x di berbagai lokasi jabodetabek. Terus juga kita humas BNN mengelola website BNN dan sub webnya. Semula website BNN ini berada di bawah pusat penelitian data dan informasi. Kemudian ada kebijakan dari kepala BNN yang sekarang: untuk mengupdating informasinya atau pengelolaan informasinya itu dialihkan ke humas. Selain website BNN juga kita mengelola subwebnya seperti lebih fokus mengenai bagaimana menyampaikan informasi narkoba yang dikemas dalam bentuk permainan games. Kemudian juga ada subweb game benar .com, jadi subweb ini kerjasama dengan telkomsel. Ini sebenarnya program pelaksanaan CSR dari telkomsel” 65. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apa nama program kehumasan yang akan dilakukan Humas BNN dalam rangka
64 65
Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN.
54
memberantas penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo bicara program tentunya setiap satuan kerja. Jadi setiap satuan kerja pasti mempunyai program pencegahannya, pemberantasannya, rehabilitasinya. Dan di divisi humas kita sendiri paling yang bisa kita lakukan seperti sosialisas dan publikasi. Contohnya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah sampai pada ke masyarakat pada umumnya”66. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Kapan program sosialisasi kehumasan tersebut dilaksanakan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo dikegiatannya itu bisa dibilangkan. Kalo kita itu kan hitungannya pertahun anggaran yaa. Jadi kegiatan itu dari januari hingga desember itu adalah rentang waktunya. Tetapi idealnya memang kegiatan itu banyaknya dilakukan mulai maret hingga november. Tapi kalo misalkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, kan ini tidak bisa diprediksi, sebagai contoh kita undang wartawan untuk melakukan konferensi pers. Ini rentang waktunya bisa kapan saja. Bisa aja di awal januari atau di akhir desember, misalkan ada pengungkapkan kasus, kemudian kita ekspos ke media, kita undang media. Ini kan rentang waktunya fleksibel” 67. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Kapan program sosialisasi kehumasan tersebut dilaksanakan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Eee...sudah sejak lama yaa.. sampai sekarang pun kita tetap melakukan sosialisasi” 68. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: program sosialisasi kehumasan BNN 66
Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 68 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 67
55
dalam rangka memberantas narkoba telah berlangsung sejak lama dan biasanya humas BNN telah membuat jadwal kegiatan untuk melakukan program sosialisasi ini, yang disesuaikan dengan anggaran dari APBN. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Siapa saja yang dilibatkan sebagai pembicara dalam program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa biasanya sie dari internal kita seperti Kepala Bagian Humasnya, terkadang jika beliau berhalangan, diwakilkan kepada dua kasubag humas atau kepada kepala perpustakaan” 69. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Siapa saja yang dilibatkan sebagai pembicara dalam program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo melibatkan pembicara, kita tergantung juga dari tema. Kalo memang kita berbicara rehabilitasi maka kita bisa melibatkan unsur dari deputi bidang rehabilitasi. Kalo dari pemberdayaan masyarakat maka melibatkan unsur pemerintah. Jadi darimanapun bisa, sesuai dengan kompetensinya” 70. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Di mana target sasaran untuk melakukan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo target sasaran kita sebenarnya: kita tidak memfokuskan pada target tertentu, jadi intinya kita melakukan ini ke berbagai lapisan masyarakat: dari segi usia, dari segi status sosial mereka maupun strata pendidikan. Kita tidak membuat batasan karena informasi narkoba inikan diperlukan oleh siapapun. Jadi mereka yang masih usia 69 70
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.
56
dini hingga orang dewasa jadi semua mereka perlu tahu tentang bahaya narkoba” 71. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Di mana target sasaran untuk melakukan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Target sasarannya kita sih tidak muluk-muluk yaa, jadi siapa pun saja sudah bagus. Yang penting masyarakat bisa paham saja, itu sudah bagus. Ketika masyarakat sudah paham, dia bisa meneruskan ke lainnya. Bukan sekadar paham aja, tapi prakteknya. Makanya kita buatkan kader-kader anti narkoba. Jadi nanti meskipun BNN belum bergerak, kita sudah mempunyai kader-kader. Itu lah fungsi kaderkadernya” 72. 2. Penetapan Tujuan Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apa target jangka panjang yang akan bapak capai, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo target... eee target itu yaa pastinya...eee tujuan dari kegiatan yang kita lakukan ini yaa. Outcomes yaitu hasil dari yang kita harapkan. Intinya adalah meningkatnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Jadi harapan kita itu kan: semakin banyak masyarakat yang tahu tentang narkoba dan bahaya penyalahgunaannya inikan semakin bagus, mereka akan lebih waspada terhadap berbagai macam modus yang dilakukan oleh bandar atau pengedar dan pada akhirnya nanti kan, ini juga bisa menurunkan tingkat penyalahgunaan narkoba dan pengedaran narkoba itu sendiri di wilayahnya masing-masing. Intinya itu sih target jangka panjangnya dan selain pemahaman mereka meningkat juga, partisipasi mereka juga meningkat begitu, jadi mereka tidak hanya cukup tahu tapi mereka juga berbuat setelah mereka tahu bahwa ternyata narkoba itu berbahaya. Dari kegiatan seperti ini timbul keinginan mereka untuk berbuat, minimal kan di keluarganya masing-masing, pada anak istrinya, suaminya atau saudara-saudaranya, dia menyampaikan informasi. Jadi ada kegiatan ;ah yang mereka lakukan” 73. 71
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 73 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 72
57
Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apa target jangka panjang yang akan bapak capai, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo saya sih...yang terpenting bisa memanintance diri sendiri, keluarga, dan kita baru bicara keluar. Kita harus bisa menjadikan contoh atau kelompok, bahwa saya pribadi, keluarga bisa memberikan contoh. Contoh membentengi diri dari narkoba”74. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai target jangka pendeknya seperti apa, agar benar-benar penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta dapat hilang, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Jadi begini, target jangka pendeknya yakni minimal mereka tahu bahaya narkoba, jenis narkoba itu apa, ciri-cirinya apa aja, dampaknya apa jika mengkonsumsi narkoba itu seperti apa. Itu target jangkat pendek. Target jangka panjangnya yaitu meningkatnya pemahaman masyarakat. Seperti yang telah disampaikan, setelah mereka tahu kemudian timbul inisiatif waktu antisipasi dari mereka, juga mereka berbuat bagi lingkungannya. Misalnya mereka sebagai guru dalam satu hari, dia ngajar atau setiap hari mengajar di satu kelas, dia sisihkan 1 menit untuk melakukan sosialisasi, jika mereka sebagai warga maka mereka dapat mensosialisasikan di forum-forum warga, atau syukur-syukur mereka buat semacam kebijakan, kegiatan itu lebih bagus” 75. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai target jangka pendeknya seperti apa, agar benar-benar penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta dapat hilang, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa...kalo hilang kayanya sih gak yaa. Kalo bicara zero atau nol kayanya gak yaa tapi paling tidak kita bisa menekan tingkat atau penyalahgunaan narkoba, jangan sampe frekuensinya tinggi” 76. 74
Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 76 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 75
58
3. Penetapan Khalayak Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Siapa khalayak yang akan memperoleh program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Intinya sih lebih tepatnya berbagai kalangan, semakin banyak kan semakin bagus dan kita terbuka kok untuk berbagai kalangan, berbagai lapisan usia, strata sosial. Setiap orang butuh informasi narkoba. Minimal mereka tahu bahaya narkoba” 77. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Siapa khalayak yang akan memperoleh program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Untuk pengguna yaa, kita mensosialisasikan ke lapas-lapas karena disitu banyaklah pengguna narkoba. Terus kita juga melakukan FGD (fokus grup diskusi) baik itu lapas maupun di tempat-tempat rehabilitasi” 78. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Status pekerjaan dari khalayaknya apa, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Idem...” 79 Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Status pekerjaan dari khalayaknya apa, diperoleh jawaban sebagai berikut: 77
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 79 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 78
59
“Status yaaa macam-macam, ada yang pelajar, ada yang pegawai, jadi siapa saja. Jadi kalo kita bicara penyalanggunaan narkoba semua lini masuk”80. 4. Pemilihan Media dan Teknik-Teknik PR Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Jenis media sosialisasi apa saja yang dipergunakan humas BNN dalam rangka melakukan program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kita juga untuk memanfaatkan layanan media sosial yang ada dan marak saat ini, seperti FB, twitter, selain website dan subweb yang uda ada. Yaa sampai saat ini berjalan cukup efektif, sebagai contoh coba aja liat di facebook kita kan: akunnya itu ada dua dan twitternya satu akun, dan itu bisa di cek di news humas BNN, kemudian ada youtube juga. Jadi di youtube itu kita buat kaya film pendek dengan durasi sekitar 5 - 7 menit mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan BNN baik itu aspek pencegahan maupun kegiatan masyarakat untuk pemberatasan” 81. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Jenis media sosialisasi apa saja yang dipergunakan humas BNN dalam rangka melakukan program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Jenis media yang digunakan bisa iklan di tivi, radio, yaa awal dari media informasi yang ada” 82. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Adakah perusahaan lain yang
80
Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 82 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 81
60
mensponsori kegiatan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Gak ada yaaa yang mensponsori. Kita kan di bawah naungan pemerintahan yaa. Jadi dalam hal kita melakukan suatu kegiatan itu sudah ada anggaran yang diberikan oleh negara. Jadi tidak diperbolehkan memang aturannya, misalkan kita mencari sponsorship untuk memperoleh tambahan dari pihak luar. Itu tidak diperbolehkan. Yang boleh adalah misalkan kita menggandeng pihak swasta untuk melakukan sebuah kegiatan dengan menggunakan dana CSR nya mereka itu. Itu yang sudah kita lakukan juga seperti Telkomsel, yaitu tadi dalam upaya membangun subweb : www.governur.com terus kita juga punya kios narkoba: jadi itu bentuknya seperti mesin ATM, itu ada di beberapa mal di jakarta, itu bentunya seperti kuis. Jadi orang bisa bermain dengan menjawab kuis tersebut. Nah kalo misalkan mereka bisa mencapai level tertentu nanti ada merchandise nya. Dan semua pertanyaannya itu temanya seputar narkoba” 83. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Adakah perusahaan lain yang mensponsori kegiatan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Sampai sekarang kalo yang mau bekerjasama itu banyak. Tapi kita tidak meminta sponsor atau rekomendasi” 84. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah BNN membuat tayangan iklan di televisi juga untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Iyaa... dlm bentuk iklan layanan masyarakat, kemudian juga bentuk program. Kita beli jam siaran gitu di beberapa media televisi swasta, kemudian di blokin time nah itu kita tayangkan yang kita buat. Nama program yang kita buat itu “Indonesia Bergegas”. Tahun kemarin itu tayang di TV one. Jadi acaranya sih dikemas dalam bentuk
83 84
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.
61
talkshow gitu kaya tanya jawab. Ada hostnya, ada narasumber dan temanya umumnya lebih ke aspek ‘pencegahan’” 85. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah BNN membuat tayangan iklan di televisi juga untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa betul...” 86 Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Jenis media apa yang paling sering dipergunakan humas BNN untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Jenisnya media cetak. Media cetak itu dalam artian produk-produk informasi seperti brosur, majalah, dan surat kabar. Mereka memiliki peran yang strategis yaa dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakat” 87. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Jenis media apa yang paling sering dipergunakan humas BNN untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Humas BNN biasanya menggunakan media cetak dan media elektronik. Di koran-koran kita bahas masalah bahaya narkoba, di elektronik juga ada seperti twitter dan facebook itu pasti” 88.
85
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 87 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 88 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 86
62
5. Perencanaan Anggaran Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah bapak memiliki anggaran biaya rutin untuk program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa... anggaran kita mengacu dari hasil APBN...” 89 Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah bapak memiliki anggaran biaya rutin untuk program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Anggaran rutin kita terima sesuai dengan APBN” 90. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah dana anggaran tersebut diperoleh dari sponsor atau milik perusahaan pribadi, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa... tidak ada sumber dana dari sponsor” 91. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah dana anggaran tersebut diperoleh dari sponsor atau milik perusahaan pribadi, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Tidak...” 92 89
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 91 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 92 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 90
63
Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Berapa jumlah orang yang dilibatkan dalam program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa... disesuaikan dengan kebutuhan... yaa tergantung... tapi biasanya kita melibatkan 4 sampai 6 orang dalam melakukan sosialisasi” 93. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Berapa jumlah orang yang dilibatkan dalam program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Relatif yaa.. tapi pada umumnya kita bisa membentuk beberapa tim, yaaa memang dirasakan 1 tim itu cukup terdiri dari empat – lima orang, yang terdiri dari unsur dokumentasinya, jurnalisnya, terus narasumbernya... itu sudah satu tim” 94. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah orang-orang yang terlibat dalam program sosialisasi kehumasan itu statusnya volunteer (tenaga sukarela) saja atau dibayar oleh BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Iyaa... ada tenaga volunteer yang terlibat dalam program sosialisasi”95. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah orang-orang yang terlibat dalam program sosialisasi kehumasan itu statusnya 93
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 95 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 94
64
volunteer (tenaga sukarela) saja atau dibayar oleh BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Sampai sekarang yaa... byk volunteer yang berpartisipasi” 96. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Biaya anggaran program sosialisasi kehumasan dipergunakan untuk memproduksi apa saja, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Uang anggarannya bisa dipergunakan untuk buat iklan televisi, radio, majalah, iklan di koran, buat flyer... ” 97 Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Biaya anggaran program sosialisasi kehumasan dipergunakan untuk memproduksi apa saja, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Sosialisasinya macam-macam...untuk pembuatan di media cetak, dikoran-koran, terus elektronik, televisi atau radio. Mungking sekarang yang kita pikiran pengembangan dari website” 98.
6. Pengukuran Hasil Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara
selaku
Kasubag
Humas
BNN
mengenai
Apakah
ada
kemajuan/perubahan dari melakukan program sosialisasi kehumasan, seperti menurunnya jumlah pengguna dan pengedar Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut:
96
Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 98 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 97
65
“Yaa...ada kemajuan dari program sosialisasi ini meskipun tidak signifikan tapi tempat-tempat dimana kita kunjungi menjadi paham akan bahaya narkoba” 99. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah ada kemajuan/perubahan dari melakukan program sosialisasi kehumasan, seperti menurunnya jumlah pengguna dan pengedar Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo dilihat dari manfaatnya kan itu tergantung dari yang menerima, yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin berbuat. Ada yang dari sisi positif” 100. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Bagaimana tanggapan khalayak terhadap program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaaa....tanggapannya sangat positif dengan adanya program sosialisasi ini. mereka menjadi tahu mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba dan konsekuensi yang akan dihadapi jika tertangkap menggunakan atau mengedarkan narkoba” 101. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Bagaimana tanggapan khalayak terhadap program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Sampai saat ini sangat positif. Bahkan kita dibilang sangat positif itulah tantangan bagi kita. Kita harus lebih kerja” 102. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apa kekurangan dari 99
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 101 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 102 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 100
66
program sosialisasi kehumasan yang telah bapak lakukan ini, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaaa...kekurangannya di SDM kita yang masih terbatas yaa... karena mereka sudah punya tugas dan tanggung jawab masing-masing” 103. Sedangkan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apa kekurangan dari program sosialisasi kehumasan yang telah bapak lakukan ini, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Kalo kita bicara kekurangan, kita gak lepas dari melakukan suatu kegiatan ada saja. Kalo kita bagian humas, mungkin kita kemampuan dalam diri sendiri yang masih kurang” 104. Sesuai hasil wawancara dengan informan: Bapak Ali selaku Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan – Jakarta Barat pada saat ditanyakan mengenai Apakah informasi pesan yang disampaikan dalam program sosialisasi bahaya narkoba mudah dipahami, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaa...pesan yang disampaikan cukup mudah dipahami. Yaa warga disini juga baru tahu kalo jenis-jenis narkoba ternyata cukup banyak. Jadi sosialisasi ini sangat membantu masyarakat lah untuk menambah pengetahuan tentang bahaya narkoba. Yaa... dan ternyata pake narkoba itu sama sekali gaa ada manfaatnya”105. Sedangkan dari hasil wawancara dengan informan: Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota, pada saat ditanyakan mengenai Apakah informasi pesan yang disampaikan dalam program sosialisasi bahaya narkoba mudah dipahami, diperoleh jawaban sebagai berikut:
103
Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 105 Bapak Ali selakua Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan – Jakarta Barat 104
67
“Yaa...menurut saya cukup jelas informasi yang disampaikan pada saat konferensi press yaa. Bahasa yang digunakan juga sederhana. Jadi gaa kesulitanlah saat jumpa pers”106. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana dapat dianalisis sebagai berikut: pesan yang disampaikan saat melakukan kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba ternyata mudah dipahami dengan baik oleh masyarakat. Humas BNN dalam berkomunikasi dengan publik eksternalnya menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti dan dipahami. Harapan dari humas BNN dari kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba ini yaitu masyarakat bersedia aktif menjaga lingkungannya dan anak-anaknya dari penggunaan narkoba. Mengacu hasil wawancara dengan informan: Bapak Ali selaku Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan – Jakarta Barat, pada saat ditanyakan mengenai Bagaimana tanggapan bapak terhadap program sosialisasi bahaya narkoba yang diselenggarakan humas BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaaa... saya sangat senang adanya program sosialisasi ini. Saya dan masyarakat juga menyambut positif dengan adanya sosialisasi bahaya narkoba ini. Karena sebelum-sebelumnya tidak ada. Yaa kalo bisa perangkat lurah, RT, RW juga ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan warganya. Kalo perlu ini, di setiap RT dipasang spanduk yang bertuliskan penolakan adanya penggunaan narkoba di lingkungan warga. Itu pasti jauh lebih baik bagi masyarakat” 107. Sedangkan dari hasil wawancara dengan informan: Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota, pada saat ditanyakan mengenai Bagaimana tanggapan
bapak
terhadap
program
sosialisasi
bahaya
narkoba
diselenggarakan humas BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut:
106 107
Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota Bapak Ali selakua Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan – Jakarta Barat
yang
68
“Yaaa...menurut saya bagus sekali dengan adanya program sosialisais bahaya narkoba ini. ya seperti kita ketahui pengedar dan pemakai narkoba jumlahnya bukan menurun tapi bertambah. Artinya kondisi penyalahgunaan narkoba sudah sangat mengkhawatirkan. Dengan adanya program sosialisasi ini, diharapkan masyarakat bisa sadar dan menurun pengguna narkoba. Setidaknya masyarakat paham dari informasi yang disampaikan dalam program sosialisasi ini”108. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana dapat dianalisis sebagai berikut: tanggapan masyarakat mengenai program sosialisasi bahaya narkoba ini dinilai positif karena masyarakat menilai manfaat sangat baik bagi anak-anak mereka agar tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Humas BNN menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bahaya narkoba ini tujuannya supaya lebih dekat dengan masyarakat dan sekaligus menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk cepat diketahui. Humas sebagai pelayan masyarakat harus bisa memberikan pelayanan dan memberikan informasi yang sesuai kebutuhannya sehingga masyarakat akan memberikan persepsi positif pada institusi pemerintah ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan: Bapak Ali selaku Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan – Jakarta Barat pada saat ditanyakan mengenai Apakah ada perubahan di lingkungan warga anda setelah dilakukan program sosialisasi bahaya narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Sampai sejauh ini masyarakat kita memang bukan sarang narkoba.. yaa kemungkinan ada sebagian anak-anak muda yang berkelakuan kurang baik tapi itu jumlahnya tidak banyak. Masih bisa di atasilah. Karena warga disini juga cukup kompak untuk saling menjaga lingkungannya masing” 109.
108 109
Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota Bapak Ali selakua Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan – Jakarta Barat
69
Sedangkan dari hasil wawancara dengan informan: Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota, pada saat ditanyakan mengenai Menurut anda, apalagi yang harus humas BNN lakukan selain melakukan kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: “Yaaa... saya berharap humas BNN terus menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pihak seperti Bea Cukai maupun masyarakat agar bisa mencegah terjadinya peredaran narkoba” 110. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana dapat dianalisis sebagai berikut: kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba yang diselenggarakan Humas BNN ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Masyarakat menjadi bertambah pengetahuan dan paham akan bahayanya mengkonsumsi narkoba dan mengetahui jenis-jenis narkoba. Dalam upaya menurunkannya tingkat peredaraan dan penggunaan narkoba maka Humas BNN perlu bekerja sama dengan Bea Cukai maupun masyarakat untuk saling melakukan pengawasan yang ketat pada lingkungannya masing-masing. 4.3 Pembahasan Setelah melakukan analisis pada hasil wawancara kepada key informan dan informan, maka selanjutnya penulis memberikan uraian pembahasan penelitian sebagai berikut: 1. Pengenalan Situasi Berdasarkan hasil informasi melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: ternyata dari hasil pengenalan situasi yang 110
Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota
70
dilakukan oleh humas BNN menunjukkan penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah sangat parah yakni pengguna narkoba sebesar 7% dari jumlah populasi di Jakarta atau sekitar 400 ribu kurang lebih. Melihat kondisi peredaran dan penggunaan di DKI Jakarta yang cukup parah ini, maka Humas BNN berkewajiban melakukan tindakan komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar para orang tua, lingkungan masyarakat, dan guru-guru terus memantau perkembangan dan pergaulan anak-anak supaya tidak berperilaku menyimpang yang tentunya dapat merugikan diri sendiri maupun masa depannya. Selanjutnya, dari hasil penelitian survei yang dilakukan BNN dan pusat penelitian kesehatan UI diperoleh informasi kondisi penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah semakin parah. Artinya humas BNN harus bergerak cepat untuk mencegah dan memberikan informasi kepada masyarakat DKI Jakarta agar seluruh warga masyarakat ikut
berpartisipasi
memperhatikan
menjaga
anak-anak
lingkungan
mereka
supaya
tempat tidak
tinggalnya terlibat
dan dalam
penyalahgunaan dan peredaran Narkoba. Humas BNN harus menjalankan fungsinya secara baik yakni melayani keinginan publik eksternalnya dengan cara bersedia melakukan sosialisasi di lingkungan universitas maupun wilayah tempat tinggal. Humas menyampaikan informasi mengenai bahayanya penggunaan Narkoba bagi anak-anak maupun orang dewasa. Humas BNN terus memberikan pemahaman dan pengertian kepada remaja maupun orang dewasa untuk tidak mencoba-coba penggunaan Narkoba karena hal itu memberikan efek pada gangguan kesehatan menjadi tidak baik.
71
Lalu pengenalan situasi diperoleh pula dari masyarakat melalui call center, sms center, maupun suara masyarakat. Dari hasil laporan masyarakat tersebut, humas BNN berkoordinasi dengan divisi penindakan untuk menindaklanjuti informasi masyarakat. Humas BNN menyatakan bahwa untuk wilayah yang akan dijadikan tempat sosialisasi program penyuluhan anti narkoba tidak ditentukan secara pasti. Lokasi sosialisasi bisa terjadi dimana saja dan hal itu telah dikelompok-kelompokan misalnya di sekolah, di kampus, di lingkungan masyarakat seperti karang taruna maupun ibu-ibu PKK bahkan di instansi pemerintah tidak luput untuk dilakukan sosialisasi. Di sini humas BNN benar-benar menjalankan fungsi kehumasan yakni menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dan menyebarkan informasi mengenai bahayanya penggunaan Narkoba agar masyarakat tidak menggunakan dan mencobanya. Humas BNN terus mengimbau masyarakat dengan memberikan pengetahuan jenis-jenis narkoba dan paham akan bahayanya apabila mengkonsumsi narkoba. 2. Penetapan Tujuan Berdasarkan hasil informasi melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: target jangka panjang humas BNN dalam mengadakan kegiatan sosialisasi bahaya narkoba yakni berharap masyarakat mengerti dan paham akan bahaya narkoba. Humas BNN berharap kepada masyarakat yakni dapat paham akan penyalanggunaan narkoba dan modusmodus yang dilakukan para bandar narkoba dalam menjerat target konsumennya. Jadi, humas BNN berharap pada masyarakat tidak cepat
72
tergoda kepada orang lain untuk mengkonsumsi narkoba karena efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan Narkoba bagi kesehatan cukup parah. Disamping itu pula, humas BNN bekerja sama terus dengan kepolisian maupun Bea Cukai di Bandara Penerbangan maupun Pelabuhan untuk menghindari masuknya barang-barang Narkoba ke Indonesia. Pengawasan ketat terus dilakukan agar para bandar dan pengedar tidak bisa bergerak leluasa. Dan target jangka pendek yang humas BNN harapkan yakni para guru atau tenaga pengajar setidaknya menyisihkan waktu untuk menjelaskan kepada murid-muridnya mengenai bahaya narkoba sehingga anak bangsa ini memperoleh informasi pengetahuan yang luas dan terhindar dari penggunaan narkoba atau menjadi pengedar narkoba. 3. Penetapan Khalayak Berdasarkan hasil informasi melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: khalayak yang menjadi target sasaran dari kegiatan sosialisasi bahaya narkoba ini semua kalangan, bahkan Humas BNN sampai mendatangi ke lapas-lapas narkoba karena disana juga terkadang masih terjadi peredaran narkoba. Oleh karenanya, humas BNN terus melakukan ‘sidak’ ke lapas dan mengimbau kepada napi narkoba untuk meninggalkan penggunaan dan menjadi pengedar narkoba. Humas BNN juga melakukan sosialisasi bahaya narkoba ke panti-panti rehabilitas. Hal ini dilakukan karena pengguna narkoba bisa kembali pulih asal mereka bersedia mengikuti rehabilitasi dan mengerti bahaya narkoba bagi dirinya sendiri.
73
Adapun status pekerjaan yang menjadi target sasaran untuk program sosialisasi bahaya narkoba beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja, masyarakat biasa, bahkan institusi pemerintah juga diberikan sosialisasi agar semua mengerti dan paham akan bahaya narkoba. 4. Pemilihan Media PR Berdasarkan hasil informasi melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: jenis media yang digunakan humas BNN dalam melakukan sosialisasi bahaya narkoba seperti iklan di televisi, radio, media sosial (Facebook dan Twitter). Humas BNN dalam menjalankan program sosialiasi bahaya narkoba tidak meminta sponsor dari perusahaan manapun karena humas memiliki dana tersebut yang berasal dari APBN untuk melakukan kegiatan sosialisasi ini. Namun, jika ada sponsor dari perusahaan itu merupakan bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan tersebut yang ingin bekerja sama dengan BNN. Humas BNN juga membuat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi agar masyarakat mengetahui tentang bahayanya penggunaan Narkoba dan juga mengimbau kepada masyarakat terutama para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya supaya tidak terlibat dalam penggunaan narkoba. Jenis media yang digunakan humas BNN untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta yakni media cetak dan elektronik, bahkan media sosial pun dilibatkan untuk kegiatan sosialisasi ini. Media sosial seperti twitter cukup membantu dalam menyebarkan informasi mengenai bahaya narkoba dan masyarakat jadi tahu serta paham setelah
74
memperoleh informasi berita dari media sosial twitter. Penyebaran informasi melalui twitter dinilai efisien karena bisa menjangkau khalayak luas di semua lini tanpa membedakan status apapun. 5. Perencanaan Anggaran Berdasarkan hasil informasi melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM: anggaran rutin yang diterima humas BNN dalam melakukan kegiatan sosialisasi sesuai yang diterima dari APBN. Anggaran tersebut dipergunakan untuk aktivitas sosialisasi ke masyarakat, memproduksi media periklanan cetak maupun elektronik. Hhumas BNN tidak mendapatkan sumber dana dari siapa pun. Artinya dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosialisasi bahaya narkoba ini memang berasal dari APBN. Humas BNN dalam mengadakan program sosialisasi bahaya narkoba biasanya melibatkan 4 sampai 5 orang dalam satu tim. Mereka telah memiliki tugas masing-masing seperti adanya yang menjadi narasumber, dokumentasi, bertugas sebagai jurnalis, bertugas melakukan koordinasi dengan bagian lainnya. Jadi, humas BNN tidak bekerja secara mandiri tapi memiliki tim dalam melakukan kegiatan sosialisasi bahaya narkoba. Dalam menjalankan aktivitas sosialiasi ini, Humas BNN dibantu oleh volunteer (tenaga sukarela) demi kelancaran kelangsungan program sosialisasi bahaya narkoba. Sampai saat ini, banyak volunteer (tenaga sukarela) yang bersedia melibatkan diri untuk membantu menginformasikan program sosialisasi bahaya narkoba ke masyarakat. Humas BNN sangat terbantukan sekali dari adanya volunteer (tenaga sukarela) ini karena mereka
75
setidaknya membantu pemerintah pula dalam memberantas peredaran narkoba maupun penyalahgunaan narkoba di wilayahnya masing-masing. Biaya anggaran yang diperoleh dari APBN tersebut dipergunakan untuk proses produksi pembuatan iklan di surat kabar, iklan di radio, iklan televisi, flyer, sampai pada majalah internal. Media humas BNN tersebut dinilai penting untuk membantu dalam menyebarkan informasi dalam rangka melakukan kegiatan sosialisasi mengenai bahayanya penggunaan Narkoba. Masyarakat menjadi tahu dan paham mengenai bahaya Narkoba setelah memperoleh informasi dari iklan-iklannya baik di media cetak maupun elektronik selain melakukan kegiatan sosialisasi secara tatap muka. Humas BNN dalam menjalankan aktivitas kehumasannya memang tidak lepas dari penggunaan media karena media dinilai penting sebagai alat untuk menyampaikan informasi berita kepada masyarakat yang dinilai cukup efisien diketahui masyarakat luas. Bahkan media website BNN pun telah secara aktif dipergunakan untuk mengupdate informasi berita terbaru mengenai bahaya Narkoba. Media website juga dijadikan alat untuk mensosialisasikan program kehumasan. 6. Pengukuran Hasil Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, menunjukkan adanya perubahan atau kemajuan dari melakukan kegiatan sosialisasi mengenai bahaya narkoba bagi masyarakat, meskipun demikian perubahan yang terjadi belum terlalu signifikan karena tantangan terus ada dan pengedar narkoba semakin canggih dalam ‘menipu daya’
76
petugas kepolisian dalam menyamarkan barang-barang terlarang ini. Namun demikian, Humas BNN tidak putus asa untuk tetap bekerja dan melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat semakin mengerti dan paham akan bahayanya mengkonsumsi Narkoba. Humas BNN disini telah menjalankan fungsi kehumasannya sebagai penyedia layanan informasi kepada masyarakat dan menunjukkan kepeduliannya pada masyarakat untuk senantiasa membina relationships yang harmonis kepada publik eksternalnya. Hasil tanggapan masyarakat terhadap program sosialisasi Bahaya Narkoba di Wilayah DKI Jakarta yang diselenggarakan Humas BNN mendapat sambutan positif karena informasi yang disampaikan Humas sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai jenis-jenis Narkoba dan menjadi paham tentang bahayanya mengkonsumsi Narkoba bagi kesehatan serta dapat merusaknya masa depan anak bangsa. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana pesan yang disampaikan saat melakukan kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba ternyata mudah dipahami dengan baik oleh masyarakat. Humas BNN dalam berkomunikasi dengan publik eksternalnya menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti dan dipahami. Harapan dari humas BNN dari kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba ini yaitu masyarakat bersedia aktif menjaga lingkungannya dan anak-anaknya dari penggunaan narkoba.