48
BAB IV HASIL PENELITIAN
IV.1 Subjek Penelitian IV.1.1 Profil Perusahaan TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta
kepribadian yang
aktif.
TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan
dan
Perindustrian
Jakarta
Pusat
dengan
Nomor
809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan relaunching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.
49
IV. 1.2 Program-Program TRANS7 TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Redaksi, Orang Pinggiran, Indonesiaku, Asal Usul, dan Jejak Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.
Tidak kalah informatif, program hiburan seperti Opera Van Java, Selebrita, Ups salah, Pas Mantab, dll semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. Program talkshow juga menghiasi layar TRANS7 dengan Hitam Putih, program yang dipandu oleh seorang mentalist Deddy Corbuzier dan Tukul Arwana dengan Bukan Empat Mata.
Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga dan para pecinta otomotif, MotoGP, dan Highlight Otomotif mengajak pemirsa untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola Indonesia.
TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang, Si Bolang Jalan-jalan, Dunia Air menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu
50
pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama yang merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan di TRANS7. Melalui Cita-citaku, TRANS7 berusaha menghadirkan keseharian profesi
yang
dicita-citakan
anak-anak.
Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momenmomen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga kerap dihadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan Heroes. Juga program-program musik yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial, dan musiklopedia.
IV.1.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi : •
Dalam jangka panjang, TRANS7 menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN.
•
TRANS7 juga berkomitmen selalu memberikan yang terbaik bagi stakeholders
dengan
menayangkan
program
berkualitas
dan
mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima stakeholders.
51
Misi : •
TRANS7 menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
•
TRANS7 berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa serta nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas tayangan bermoral yang dapat diterima masyarakat dan mitra kerja
IV.1.4 Logo Perusahaan
Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan
52
mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.
IV.1.5 Penghargaan TAHUN 2007 •
XY-KIDS! Award 2007 Kategori Acara TV Favorit Pembaca XY-KIDS!: Bocah Petualang
•
Anugerah Kebudayaan 2007 Departemen Kebudayaan & Pariwisata Nasional Kategori Anak untuk Media Elektronik: Bocah Petualang
•
Panasonic Award 2007
1. Kategori Program Acara Anak-Anak Terfavorit: Bocah Petualang 2. Kategori Program Olahraga Terfavorit: Highlights Liga Inggris 3. Kategori Presenter Talkshow Favorit: Tukul Arwana ”Empat Mata” •
Festival Film Indonesia (FFI) 2007 5 Besar Nominasi Kategori Dokumenter: Cita-Citaku
•
Anugerah Pesona Wisata 2007 Menteri Kebudayaan & Pariwisata Nasional Terbaik III Kategori Media Televisi: Jejak Petualang
TAHUN 2008 •
Penghargaan dari Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET), Yayasan Tifa, Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) serta Departemen Komunikasi dan Informatika 2008
53
Kategori program anak-anak terbaik: Bocah Petualang •
Japan Prize 2008 Runner Up Primary Category, The Minister of Education, Culture, Sports, Science and Technology Prize: My Dreams Professions (CIta-citaku) Eps. "Coral Reefs Conservator"
TAHUN 2009 •
Panasonic Award 2009 1. Kategori Program Edutainment Anak Terfavorit: Bocah Petualang 2. Kategori Talkshow Hiburan Terfavorit: Bukan Empat Mata 3. Kategori Presenter Talkshow Terfavorit: Tukul Arwana
TAHUN 2010 •
Penghargaan dari Kementerian Perlindungan Anak RI 2010
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Sebagai acara yang mendidik dan menghibur bagi anak Indonesia: Bocah Petualang •
Anugerah Sanggraha Krida Kementerian Pemuda dan Olahraga 2010 Sebagai media yang mendukung pengembangan olahraga di tanah air melalui tayangan berita-berita yang membangun dan memotivasi secara konsisten
•
Anugerah Peduli Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional (KEMENDIKNAS) 2010 Media elektronik yang peduli terhadap pendidikan: TRANS Corp
•
Penghargaan dari Ikatan jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) dan Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Juara I Jurnalisme Damai: Redaksi Kontroversi (liputan Desi Nugrahani – Dominicus di Atambua) eps. "Jembatan Air Mata Mota’ain"
•
Penghargaan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan
54
Kategori Media Massa yang aktif mensosialisasikan makan ikan pada masyarakat •
KPID Award 2010 - Nusa Tenggara Barat Program Si Bolang (Mengangkat wisata dan budaya di NTB)
•
Penghargaan dari Dunia Soccer Award 2010 Sebagai TV Magazine Sepak Bola Terfavorit: One Stop Football
•
Penghargaan dari Dunia Soccer Award 2010 Sebagai program berita olahraga favorit: Sport7
TAHUN 2011 •
Indonesia Most Favorite Youth Brand 2011 – Majalah Marketeers & Markplus Insight Kategori Program TV Favorit Pilihan Anak Muda – Opera Van Java
•
Program Anak Terbaik 2011 KPI Award Program: Si Bolang
•
Program Anak Terbaik 2011 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Program: Si Bolang
•
Penghargaan “Gemar Ikan” Kementrian Perikanan dan Kelautan Program: Mancing Mania, Asal Usul, Koki Cilik & Jejak Petualang
•
Liputan Isi Buruh Kategori Televisi Terbaik, AJI & Frederich Stiftung Jerman, & ILO Program: Redaksi Kontroversi, eps. "TKW Terzalimi"
•
Karya Jurnalistik Terbaik Tentang Anak - Pemenang Kategori Anak, AJI & UNICEF Program: Redaksi Kontroversi
55
•
Penghargaan Jurnalistik Damai - Pemenang Karya Jurnalistik Televisi Terbaik, Yayasan SET, ITJI, USAID Program: Redaksi Kontroversi, eps. "Air Mata Perbatasan"
•
Pemenang Anugerah Jurnalistik Mohammad Hoesni Thamrin - Liputan Tayangan Televisi Terbaik, MH. Thamrin Award - PWI Jaya Program: Redaksi Kontroversi, eps. "Drainase Jakarta, Tulang Punggung Banjir Jakarta"
•
Liputan Perbatasan Kalimantan – Malaysia Adinegoro Award Program: Redaksi Kontroversi, eps. "Serba Terbatas & Perbatasan"
•
Finalis Anugerah Jurnalistik Pertamina Program: Redaksi Kontroversi, eps. "Warga Miskin di Ladang Minyak"
•
Finalis Anugerah Jurnalistik Pertamina Program: Redaksi Kontroversi, eps. "Listrik dari Sungai Kami"
•
Adiwarta Sampurna Program: Orang Pinggiran, eps. "Sang Juara dari Bantaran Rel"
IV.2 Proses Pengumpulan Data Pada bab ini penulis akan menjelaskan proses pengumpulan data yang telah dilakukan di PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh atau TRANS7. Proses pengumpulan datatersebut terdiri dari wawancara yang telah dilakukan penulis dengan Bapak Sofyan Hadi selaku Section Headdari Quality Control Trans 7 sekaligus sebagai key-informan, pada tanggal16 Mei 2012 bertempat di gedung Trans TV Jakarta. Kemudian wawancara dengan Mbak Mardhatilah selaku Produser Program Hitam Putih tanggal 11 Mei 2012, sebagai informan 1dan
56
wawancara dengan Mas Devia selaku Editor Program Hitam Putih pada tanggal yang sama, sebagai Informan 2. Ketiganya merupakan orang yang memiliki keterlibatan dan kompetensi dalam memberikan informasi mengenai sebuah program yang layak tayang untuk disiarkan. Selain wawancara penulis juga melakukan observasi dan pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data.
1) Wawancara Mendalam
Penulis melakukan wawancara dengan 1 orang key informan dan 2 orang informan dimana mereka adalah pihak-pihak yang mengetahui dan menguasai objek penelitan yang penulis buat. Yaitu Bapak Sofyan Hadi sebagai key informan dan Mbak Mardhatilah dan Mas Devia sebagai informan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran mereka sehingga sebuah program dapat ditayangkan dengan baik dan layak. Wawancara dilakukan ditempat yang sama, masih dalam lingkungan gedung Trans TV Jakarta. Wawancara dengan Bapak Sofyan Hadi dilakukan di ruang Quality Control lantai 2, wawancara dengan Mbak Mardhatilah di Coffe Bean gedung Trans TV dan terakhir dengan mas Devia dilakukan wawancara di ruang editing gedung Annex Trans TV Booth R.
2) Observasi
Setelah wawancara dilakukan, peneliti kemudian melakukan observasi dengan melihat dan memperhatikan langsung objek yang diteliti, yaitu ruang
57
Quality Control Trans 7. Observasi dilakukan pada tanggal 16 mei 2012 pada pukul 12.00 – 13.15 WIB.
Dalam ruang quality control terdapat 7 perangkat computer Macintosh, 5 VTR Betacam dan 5 VTR Divicam Sony DSR 45, serta alat Vector Scope dan Waveform monitor. Adapun tahap proses cara kerja tim quality control sebagai berikut :
a) Materi kaset dikirim oleh seseorang dari Library ke ruang QC b) Kaset dimasukan ke dalam VTR c) Pengecekan melihat kualitas audio video menggunakan 1 buah monitor dan headphone d) Hasil output, berupa MOA (materi on air) untuk diserahkan kepada master control, atau rejection (dikembalikan ke ruang editing untuk revisi)
3) Dokumentasi
Penulis juga melakukan pengambilan dokumentasi berupa foto. Ini diambil ketika melakukan observasi di ruang quality control, yaitu sebagai berikut :
a) Video Tape Recorder Betacam SP
58
(gambar 1) ini adalah sebuah player untuk kaset dengan format betacam.
b) Vector Scope
(gambar 2 dan 3)
59
(gambar 4)
Pada monitor vectorscope ini ada 6 kotak kecil yang masing-masing mewakili warna tertentu (merah,kuning,hijau,cyan,biru,magenta).Di monitor ini juga terlihat adanya sebaran warna berwarna hijau (gambar 3). Sebaran warna ini menunjukkan shot di monitor cenderung ke arah warna apa. Dalam hal ini, warnanya cenderung ke arah merah dan kuning. Apabila sebaran warna tadi menyebar secara ekstrem ke arah suatu warna, biru atau kuning misalnya, maka shot yang di monitor tersebut punya kecenderungan bluish atau yellowish. Pada gambar 4, vectorscope terlihat pancaran garis hijau lurus saling membelah satu sama lain, ini terjadi ketika seorang quality control melakukan pemeriksaan warna pada color barssebuah kaset materi tayang. Jika ujung garisgaris tersebut berada pada kotak yang bertanda isinial warna, R, G, Y,Mg, B, Cy maka warna gambar tersebut sudah benar. Hal ini akan berdampak pada warna keseluruhan materi kaset yang akan ditayangkan. Jika, garis hijau tersebut tidak berujung pada kotak atau melenceng sedikit, maka dapat dipastikan ada warna
60
yang salah dan menjadikan kaset materi tersebut ditolak oleh quality control, dan tidak dapat ditayangkan. Pada gambar 2 dan 3, vectorscope menampilkan video yang sedang berjalan, arah sebaran garis hijau akan berubah-ubah sesuai dengan level warna yang dominan kearah mana. Batas aman pergerakan tersebut berada dalam lingkaran yang ditandai dengan angka 80 atau 80%, jika diluar itu dapat dipastikan ada kesalahan warna gambar.
c) Waveform Monitor
(gambar 5)
Pada monitor Waveform ini kita melihat ada sebaran warna putih yang berada di luar batas atas dan batas bawah waveform tersebut. Kondisi ini menandakan ada yang tidak sesuai standar dari gambar yang ingin kita color correction tersebut. Batas Atas(white level) menunjukkan titik paling terang yang masih sesuai standar broadcast dibatasi dengan angka 100. Jadi apabila ada sebaran warna putih yang
61
melewati batas atas, gambar yang ada pada monitor mengalami overexposure atau gambar terlalu terang.Sedangkan Batas bawah(black level) merupakan kebalikan batas atas. batas bawah menunjukkan titik paling gelap yang masih sesuai standar broadcast dibatasi dengan angka 0. Level amannya black level itu sekitar 3% diatas level angka 0, jika sebaran warna putih itu ada dibawah angka 0, itu berarti gambar lebih gelap dari warna gelap, hitamnya lebih hitam daripada warna hitam. Ilustrasinya seperti ini, warna rambut yang hitam akan terlihat seperti hitamnya warna spidol atau cat tembok, layaknya film kartun tidak ada terlihat serat rambut dan kilauan rambut, hitamnya tidak seperti hitam aslinya.
d) VTR SONY DSR-1800P
(gambar 5) Ini adalah VTR, sama seperti VTR betacam diatas, tapi dengan format kaset yang beda dengan menggunakan DVCAM atau MiniDV.
62
IV. 3Hasil penelitian Penelitian yang dilakukan pada bagian quality control Trans 7 dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan Produser dan Editor program Hitam Putih untuk mendapatkan data penelitian yang subjektif. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Section Head quality control sebagai key informan agar dapat mengetahui objektif penelitian. Berikut adalah hasil wawancara saya dengan Section Head Quality Control Bapak Sofyan Hadi, sebagai Key Informan : 1. Quality Control itu apa?Quality control itu sebuah tim di bawah divisi programming kalau di trans, yang bertugas sebagai penguji kelayakan materi sebelum ditayangkan. Peneliti dapat menimpulkan bahwa Setiap stasiun televisi memiliki sebuah tim yang bertugas sebagai penguji layak atau tidaknya sebuah program untuk disiarkan. Yang diuji adalah konten acara dan teknis.
2. Apa peran QC?QC berperan dalam mengontrol seluruh program-program Trans 7 yang ditayangkan supaya memiliki dampak yang baik jika ditayangkan, tujuan dari program tersebut bisa kena ke penonton, sekaligus sebagai penyaring nilai, moral, etika dan estetika yang buruk agar tidak mengganggu kenyamanan menonton para penonton di rumah. Contohnya
63
tidak SARA, tidak menggangu kehidupan agama lain, dan harus memiliki unsur kesopanan tentunya. Peneliti mendapat kesesuaian antara pernyataan diatas dengan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran KPI pada bab 4 pasal 6 dan 7, dimana lembaga penyiaran wajib menghormati perbedaan suku, agama, ras, antar golongan dan hak pribadi maupun kelompok, yang mencakup keragaman budaya, usia, gender, dan kehidupan social ekonomi.
3. Apakah QC sendiri punya panduan atau kebijakan sendiri?Tentu saja, kami memiliki pakem-pakem dari segi teknis dan konten, jika sebuah materi tayangan tidak sesuai dengan pakem (kebijakan) yang kami punya, kita akan menolaknya dan dikembalikan ke user, baik itu news atau produksi untuk dilakukan revisi di editing. Ketika peneliti melakukan observasi di ruang quality control, tim yang bertugas sangat teliti dalam mengecek program sebelum tayang, frame by frame dilihat dan melihat beberapa program terpaksa harus ditolak karena ada scene yang dilarang untuk tayang.
4. Apa ada hubungannya QC dengan Editing?Iya, kan dari editing, kaset output dari editing kita cek di QC ini. Peneliti mengambil kesimpulan disini, bahwa editing dan QC akan terus memiliki kaitan, karena QC mengecek hasil kerja editor dalam segi teknis.
64
5. Apakah QC memberi panduan soal segi konten dan teknis, apa yang boleh dan yang tidak boleh?Kalau panduan soal konten sih enggak, cuma mungkin istilah-istilah kesalahan teknis pada audio video yang kami berikan. Panduan soal kesalahan teknis memang diberikan, bentuknya dapat dilihat pada lampiran dibelakang. Menurut peneliti, akan sangat baik bila QC memberikan panduan kebijakan soal konten kepada editor, agar mengurangi dan mencegah penolakan materi tayang.
6. Apa ada faktor external yang berpengaruh, seperti KPI?Ya pasti, untuk itulah kami ada. KPI sebagai lembaga sangat sensitive terhadap tayangantayangan yang bobrok moral, miskin norma social, mereka sangat keras menentang gambar dengan unsur kekerasan, dan lain sebagainya. Kami memiliki buku pedoman P3 dan SPS dari lembaga Negara Independen KPI….seperti ini bukunya (sambil menunjuk buku biru diatas meja). Isinya mengenai panduan tentang penyiaran. Tim QC trans7 dalam melakukan tugasnya dipengaruhi oleh kebijakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Tidak hanya Trans 7 tetapi seluruh stasiun televisi di Indonesia. Kebijakannya jelas apa yang boleh atau tidak boleh ditayangkan.
7. Berarti disini menerapkan kebijakan dari QC sendiri dan dari KPI?Ya betul. KPI juga sering memberikan teguran atau mengabarkan informasi
65
atau peraturan terbaru terkait masalah adegan atau kata-kata yang tidak boleh ditayangkan, seperti update terbarulah istilahnya . Peneliti berkesimpulan bahwa pihak KPI dan QC memiliki hubungan kerja yang baik.KPI selalu memberi informasi kebijakan terbaru dan disambut baik oleh QC di Trans 7 kemudian diaplikasikan langsung pada saat itu juga.
8. Apakah ada kesamaan?Kesamaan ada, tentang penghormatan terhadap nilai kesukuan, agama, ras dan sebagainya. Tapi dari kami sendiri juga ada dari segi teknis, biasanya kendala teknis yang sering menyebabkan materi tayang kami tolak. Peneliti menarik kesimpulan bahwa tidak semua penolakan QC berasal dari isi konten, tetapi banyak ditemukan masalah yang disebabkan oleh kesalahan teknis. Contohnya bisa dari kaset yang rusak (pita kaset) atau dari alat VTR, dan sebagainya
9. Seperti apa contohnya pak?Banyak, kualitas warna video yang over atau under cahaya, kadang juga ada yg gelap, beda warna antar shot, kan gak enak dilihatnya, juga gambar-gambar terlalu vulgar, jika ada waktu agak mepet tayang, kami bisa membuat blur gambar tersebut. Kalau audio juga sama, over under, level peaknya, stereo atau mono, kalau program music biasanya stereo. Audio kaset print juga harus 4 channel, channel 1&2 itu mix, channel 3&4 itu backsound, natsound, sound efek, dan audio OBB bumper….ya gitulah banyak yang harus kita lihat.
66
10. Kendala apa yang ditemui ketika mengecek kaset untuk tayang? Kendala bisa dari waktu yang mepet, kadang kaset dari editing sampai ke QC 2 jam bahkan 30 menit sebelum tayang, itu yang bikin kita repot, disatu sisi kami dikejar waktu, disisi lain kami juga harus mengecek secara cepat tapi harus benar-benar teliti, jika ada gambar yang bocor kita yang akan disalahkan dari managemen juga dari KPI. Ada juga kendala dari pihak User, dimana mereka tetap mempertahankan suatu adegan karena dianggap lucu, tapi menurut kita itu tidak boleh, harus dibuang, misalnya memukul kepala. Walau cuma bercanda tapi tetap kita dipantau terus sama KPI, dan gambar itu gak boleh tayang. Jadinya, kami harus melobby user, meyakinkan mereka supaya gambar itu dibuang.
11. Setelah melalui proses QC apa yang dilakukan selanjutnya? kalau materi tersebut lolos uji kelayakan, maka kaset kami berikan pada tim di master control untuk menanyangkan. Tapi jika materi tersebut kami tolak, kaset materi dikembalikan kepada PA (production assistant) untuk dikembalikan ke ruang editing agar direvisi sesuai petunjuk kita, timecode berapa dan apa permasalahannya.
Berikut adalah hasil wawancara saya dengan Produser Hitam Putih, Mbak Mardhatilah, sebagai Informan : 1. Dalam program hitam putih ini peran mbak sebagai produser apa?Tentu saja saya yang bertanggung jawab langsung dari pra sampai pasca produksi.
67
Peneliti menyimpulkan bahwa pernyataan Mbak Mardhatilah sesuai dengan yang diutarakan Effedy (1993:80) bahwa produser sebagai pemimpin, kordinator dan penanggung jawab produksi acara siaran dan memegang peranan yang amat penting.
2. Baik, saya mau bertanya seputar pasca produksi sampai quality control, ada apa tidak panduan yang mbak pegang supaya program ini layak tayang?Kalau soal panduan gak begitu jelas ya, ketika pasca produksi atau editing saya turun langsung ke meja editing untuk mempreview sebelum ditayangkan. Peneliti melakukan pengamatan dilapangan, produser melakukan preview sekitar satu jam pada pukul 14.00 wib sampai 15.00 wib setiap hari sebelum ditayangkan. Tidak ada panduan soal konten, produserlah yang bertanggung jawab mengenai scene apa yang harus dihilangkan ketika dalam ruang editing.
3. Apa saja mbak yang dipreview?Alur cerita, nyambung gak nih dari segmen 1 ke2, 2 ke 3 dan seterusnya. Terus nyambung gak antar potongan, kan pasti ada adegan yang gak perlu banget dibuang aja, gunanya untuk menjaga durasi dan dragging, dragging itu cerita yang membosankan. Terus audio juga dipreview, template nama jangan sampai salah, itu aja sejauh ini. 4. Apakah keputusan untuk mnghilangkan sejumlah scene atau adegan itu tanggung jawab produser? Iya, tetapi saya mempercayakannnya kepada tim kreatif, mereka memotong itu berdasarkan arahan yang saya berikan.
68
Peneliti menarik kesimpulan bahwa produser memegang tanggung jawab atas susksesnya sebuah acara. Tim kreatif yang bertugas pun tak lepas dari arahannya, jadi tim kreatif disini mewakili perintah produser tentang keputusan scene apa yang harus dibuang atau tidak.
5. Sejauh mana peran mbak sebagai produser supaya program ini tidak ditolak QC?Saya berusaha membuat setiap episodenya menarik tanpa menggunakan adegan yang frontal dan bahasa yang tidak layak untuk didengar, tetapi ada saja kebijakan dari QC mengenai adegan yang tidak boleh, setiap harinya mingkin saja ada yang baru, karena mungkin ada kebijakan dari factor eksternal yaitu KPI. Tapi kadang jika konten sudah aman, ada juga masalah lain yang menjadi penyebab ditolaknya materi tayang, yaitu trouble di alat, septi VTRnya yang rusak, computer yang hang, nah kalo soal teknis itu diluar kuasa saya. Peneliti mendapati kesesuaian pernyataan Mbak Mardhatilah dan Bapak Sofyan Hadi selaku Section Head QC dimana penyebab ditolaknya materi tayang itu tidak hanya dari konten, tetapi juga bisa bersumber dari kesalahan teknis.
6. Pernah tidak ditolak QC?Ooo…pernah dong, contohnya ada suatu lirik lagu yang gak sopan tapi lucu, kita berusaha mempertahankan tapi QC bilang tidak boleh, yaa…apa boleh buat kita harus nurut, daripada kena
69
teguran KPI. Selain masalah konten, kesalahan teknis juga sering jadi penyebab ditolak.
7. Apa kemudian yang dilakukan ketika ditolak QC? Revisi oleh editor, kemudian print to tape lagi, terus kasih ke QC lagi, jika sudah dikatakan lolos, baru deh tayang.
Berikut adalah hasil wawancara saya dengan Editor Hitam Putih, Mas Devia Ferdiansyah, sebagai Informan : 1. Permisi mas maaf saya mau wawancara mengenai penerapan QC yang ketat pada program Hitam Putih ini, mas ada waktu? Oh begitu, sekarang aja bisa kok, mau Tanya apa?
2. Apa peran editor dalam program ini?Kalau peran editor, berarti saya sebagai editor bertugas untuk menjadikan program ini supaya bisa tayang. Menurut Soenarto (2006:76) penyuntingan gambar oleh editor merupakan pekerjaan terakhir menjelang acara disiarkan, dia harus tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya. 3. Caranya bagaimana, apa saja yang dilakukan? Pertama saya menerima kaset hasil taping dari PA (production assistan), mengcapture kaset itu ke dalam computer, kemudian di edit, preview oleh produser, print to tape, dan terakhir di serahkan ke bagian library untuk dicek oleh temen-temen QC.
70
Penulis menyimpulkan bahwa editor dalam pekerejaannya berhubugan dengan user produksi dan dengan QC, sesuai dengan pernyataan Bapak Sofyan Hadi bahwa editing berkaitan dengan QC karena hasil output editing kemudian diteruskan ke QC untuk di cek.
4. Apakah ada panduan dalam mengedit, seperti memotong dan membuang adegan yang dianggap tidak perlu? Mmm..kalo dalam editing tentu saja ada kaidah atau tata cara mengedit yang baik itu bagaimana, adalah prinsip-prinsip editing, contohnya continuity gambar, gambar jumping yang tujuannnya supaya enak ditonton aja…Nah kalo soal membuang atau memotong bagian tertentu itu kita patokannya pake rundown. Rundown itu dibuat oleh kreatif dari tim produksi atas persetujuan produser dan eksekutif produser. Peneliti mendapati kesesuaian pernyataan antara Mas Devia selaku editor dengan Mbak Mardhatilah selaku produser bahwa keputusan untuk membuang scene itu harus sesuai arahan produser selaku penanggung jawab program. Editor disini bertugas sesuai dengan prinsip-prinsip editing. Menurut Tahapary, dalam Grammar Of Edit, modul diklat editing TVRI (2007:13) bahwa prinsip-prinsip editing adalah menyampaikan cerita yang berkesinambungan (continuity), sesuai dengan alur cerita, dan tidak membuat penonton bingung bila menonton suatu program acara.
71
5. Gambar atau adegan seperti apa mas yang biasanya dibuang? Ok, biasanya yang vulgar, terlalu seksi memperlihatkan bagian tubuh yg gak layak untuk ditonton, biasanya kita blur tapi lebih baik dihilangkan saja takutnya kena tolak QC. Selain itu juga ada perkataan yang kotor, itu juga harus dibuang atau minimal sesnsor suara (beep). Peneliti menyimpulkan bahwa editor berusaha untuk membantu mengurangi gambar-gambar yang tidak diperbolehkan untuk tayang, untuk mengurangi beban kerja QC juga agar tidak terkena teguran KPI
6. Kenapa mas kalau seandainya ditolak QC, apa yang harus dilakukan kalau begitu?Yaa ditolak karena tidak sesuai dengan mungkin kebijakan mereka atau takut kena teguran KPI, jadi mereka balikin kasetnya untuk dilakukan revisi di editing. Tidak jarang QC menolak materi yang akan ditayangkan, karena tidak lolos uji kelayakan. Dan ketik itu terjadi, kaset materi dikembalikan ke meja editing untuk dilakukan revisi.
7. Berarti selalu berhubungan dengan QC?Ya pasti, karena mereka yang bertanggung jawab jika ada teguran dari KPI
8. Hitam Putih pernah ditolak QC?Pernah beberapa kali 9. Apa penyebabnya mas?Biasanya kesalahan teknis, alat VTR (video tape recorder) bermasalah jadi gambar ada yang scratch atau rusak, ada juga
72
adegan yang harus dibuang seperti memukul kepala, walaupun itu cuma becanda, tapi tetep gak boleh. Peneliti berpendapat bahwa kesalahan teknis berasal dari alat editing atau VTR mengalami gangguan, sehingga menyebabkna kerusakan pada kaset kan kualitas audio video.
10. Menurut mas kendala apa saja yang dihadapi ketika proses editing sampai QC? Biasanya soal deadline waktu, kalau dari editing telat ngasih kaset ke QC mereka suka menegur kita, kok bisa telat gini? Padahal kesalahan bukan hanya di editing, bisa juga karena shooting yang telat sehingga kaset materi tapingan pun telat sampai meja editing, terus adalagi misalnya seperti tadi adegan memukul kepala gak boleh, kita juga gak tau kalo itu gak boleh, ternyata ada kebijakan baru dari KPI, ya sudah mau gimana lagi kita harus mengikuti perintah. Peneliti mendapati kesamaan kendala yang dirasakan oleh editor dan QC, yaitu masalah deadline waktu. Akar permasalahannya berasal dari tim produksi yang memakan waktu cukup lama pada saat taping, sehingga kaset telat masuk ke ruang editing, sehingga QC pun bekerja tidak efisien, diburu oleh deadline tayang. Peneliti berpendapat, bila saja QC memberikan panduan soal peraturan konten kepada editor, maka akan mempermudah pekerjaan mereka dan bisa menyiasati kasus serupa dikemudian hari.
73
11. Apa QC pernah memberi tahu adegan apa yang boleh atau tidak boleh?Selama ini gak pernah ada ya…cuma mungkin istilah teknis paling, khusus untuk audio video aja. Contonhya audio ada istilah humming, itu berarti audionya tidak bersih ada suara lain yang mendengung, biasanya akibat dari tegangan listrik yang gak stabil, kalo video ada istilah scratch, gambar seperti sobek, dalam beberapa frame gitu. Peneliti mendapati kesesuaian pernyataan antara editor selaku informan 2 dan section head QC selaku key informan. Bahwa tidak adanya panduan mengenai konten secara tertulis, hanya panduan teknis yang diberikan,
12. Jadi menurut mas perlu adanya sebuah informasi dari QC tentang gambar yang tidak layak, supaya dibuang pada proses editing?Ya perlu sekali, supaya memudahkan kita supaya ga kerja 2 kali, gak ditolak terus.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa peran quality control (QC) sangat dibutuhkan untuk menjaga batasan-batasan
yang
diperbolehkan
atau
tidak
diperbolehkan
dalam
penyelenggarakan penyiaran. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Sofyan Hadi selaku key informan bahwa : “QC berperan dalam mengontrol seluruh program-program Trans 7 yang ditayangkan supaya memiliki dampak yang baik jika ditayangkan, tujuan dari program tersebut bisa kena ke penonton, sekaligus sebagai penyaring nilai, moral, etika dan estetika yang buruk agar tidak mengganggu kenyamanan menonton para penonton di rumah. Contohnya tidak SARA, tidak menggangu kehidupan agama lain, dan harus memiliki unsur kesopanan tentunya “.
74
Jawaban dari key informandiatas sesuai dengan isi Bab IV pasal 6 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tentang penghormatan terhadap suku, agama, ras dan antar golongan. KPI sebagai lembaga independen merupakan factor eksternal yang mempengaruhi QC dalam membuat kebijakannya. Sebagaimana yang diutarakan Bapak Sofyan Hadi bahwa : “ KPI sebagai lembaga sangat sensitive terhadap tayangan-tayangan yang bobrok moral, miskin norma social, mereka sangat keras menentang gambar dengan unsur kekerasan, dan lain sebagainya. Kami memiliki buku pedoman P3 dan SPS dari lembaga Negara Independen KPI….seperti ini bukunya (sambil menunjuk buku biru diatas meja). Isinya mengenai panduan tentang penyiaran”. “KPI juga sering memberikan teguran atau mengabarkan informasi atau peraturan terbaru terkait masalah adegan atau kata-kata yang tidak boleh ditayangkan, seperti update terbarulah istilahnya”.
Penjelasan Key Informan diatas menunjukan bahwa QC mewakili Trans7 melakukan tugasnya dengan benar, terlihat dari kebijakan yang mereka buat sesuai dengan peraturan KPI dalam hal ini mewakili pemerintah dalam dunia penyiaran Indonesia. Bukan hal yang mudah bagi QC untuk menjalankan tugasnya dengan benar. QC tidak berjalan sendiri melainkan berhubungan dengan beberapa pihak didalam instansi tersebut, yaitu Produser sebagai user, dan Editor. Mereka memiliki posisi yang penting dalam menciptakan output materi tayang sebuah program yang akan tayang. Produser, adalah orang yang membuat sebuah program dan dia bertanggung jawab atas program tersebut dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi.
75
Seperti yang dikatakan mbak Mardhatilah sebagai Produser Hitam Putih, selaku Informan :
“Dalam program hitam putih ini peran mbak sebagai produser apa? Tentu saja saya yang bertanggung jawab langsung dari pra sampai pasca produksi”. Bobot karya produser terletak pada penyelenggaraan acara yang bersangkutan dengan kata-kata lisan (spoken words) yang diucapkan sendiri oleh mereka yang dilibatkan dalam acara (Effendy,1993 : 82) sebagaimana yang diutarakan oleh mbak Mardhatilah : “Saya berusaha membuat setiap episodenya menarik tanpa menggunakan adegan yang frontal dan bahasa yang tidak layak untuk didengar, tetapi ada saja kebijakan dari QC mengenai adegan yang tidak boleh, setiap harinya mingkin saja ada yang baru, karena mungkin ada kabijakan dr factor eksternal yaitu KPI”.
Dalam pelaksanaan tugasnya masing-masing, Produser, Editor, dan QC memiliki beban kerja yang berbeda-beda, tidak semua pekerjaan berjalan dengan baik tetapi tentu ada saja kendala-kendala yang dihadapi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh mas Devia Ferdiansyah sebagai editor program Hitam Putih, selaku informan 2 : “Biasanya soal deadline waktu, kalau dari editing telat ngasih kaset ke QC mereka suka menegur kita, kok bisa telat gini? Padahal kesalahan bukan hanya di editing, bisa juga karena shooting yang telat sehingga kaset materi tapingan pun telat sampai meja editing, terus adalagi misalnya seperti tadi adegan memukul kepala gak boleh, kita juga gak tau kalo itu gak boleh, ternyata ada kebijakan baru dari KPI, ya sudah mau gimana lagi kita harus mengikuti perintah”.
76
Hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak Sofyan Hadi selalu Section Head Quality Control : “Kendala bisa dari waktu yang mepet, kadang kaset dari editing sampai ke QC 2 jam bahkan 30 menit sebelum tayang, itu yang bikin kita repot, disatu sisi kami dikejar waktu, disisi lain kami juga harus mengecek secara cepat tapi harus benar-benar teliti, jika ada gambar yang bocor kita yang akan disalahkan dari managemen juga dari KPI ”.
Dari kedua peryataan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, waktu yang dimiliki masing-masing bagian sangat berharga sekali. Keterlambatan sebuah materi tayang ketika proses shooting menjadi kesalahan yang harus dihindari. Karena akan berdampak pada kualitas kerja yang tidak maksimal baik pada proses editing ataupun pada proses uji kelayakan oleh QC. Kemudian kendala soal isi tayangan atau konten, dengan melihat pernyataan informan 2, yaitu editor bahwa tidak adanya pemberitahuan larangan sebuah adegan oleh QC mempersulit editor dalam menghasilkan materi tayang yang layak. Karena pihak QC tidak memberitahu infromasi terbaru dari KPI soal adegan-adegan yang dilarang ataupun kebijakan mengenai konten / isi tayangan, apa yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan. Sesuai pernyataan dari Bapak Sofyan Hadi sebagai Section Head QC, selaku Key Informan : “ Kalau panduan soal konten sih enggak, cuma mungkin istilah-istilah kesalahan teknis pada audio video yang kami berikan “.
Peran quality control sangat penting dalam industri pertelevisian, berbagai macam program acara baik berita maupun hiburan diuji kelayakannya setelah melalui proses editing sebelum ditayangkan.
77
Secara keseluruhan tanggung jawab atas isi konten dan teknis dipegang oleh Section head quality control, tim quality control hanya sebatas melakukan uji kelayakan teknis dan konten, jika ditemukan suatu kasus adegan yang sulit maka diserahkan kepada quality control crew chief untuk di cek kembali, jika sudah kemudian kembali dilakukan re-cek kembali oleh section head quality control. Bila hasilnya sebuah adegan harus dibuang, maka pihak quality control menghubungi produser acara tersebut untuk mengkonfirmasikan tindakan yang diambil, karena bagaimanapun juga produser adalah otang yang bertanggung jawab atas program tersebut. Kerjasama antar QC, user, dan editor harus selalu terjaga, sayangnya dalam menerapkan kebijakan tentang aturan isi tayangan atau konten yang baik, pihak QC tidak memberikan panduan, atau modul yang berguna bagi user dan editor. Padahal panduan itu dapat membantu mengurangi kesalahan penolakan dari QC serta mempercepat proses uji kelayakan jika menemui kendala waktu atau istilahnya dikejar deadline untuk tayang.