BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Pasar Samuda Pasar Samuda atau dikenal dengan pasar H. Umar Hasyim, dalam sejarahnya merupakan pasar yang sudah berdiri sejak tahun 1990-an, dalam perjalanannya pasar ini dijadikan pelabuhan bagi penjajah Jepang mengirim tentara ke Kalimantan Tengah, selain peruntukan pelabuhan tempat ini juga dijadikan markas besar tentara Jepang dan pasca merdeka pelabuhan ini juga dijadikan markas mengumpul upeti oleh GS30 PKI 1967. Setelah kemerdekaan pelabuhan ini menjadi pusat perniagaan dan transportasi tepatnya pada tahun 1948 setelah disahkannya Kabupaten Kotawaringin Timur. Pasar Samuda semulanya dikenal dengan pasar Sepakan atau pasar mingguan. Pasar Samuda selain menjadi pusat perdagangan tetapi juga sebagai sarana dakwah para ulama dalam menyebarkan agama Islam, hal ini dibuktikan adanya kuburan ulama, seperti Syakh Hamid / Langgana, Syaikh Yusuf. Seiring dengan perkembangan zaman pasar Samuda direlokasi dan dikelola oleh pemerintah setempat pada tahun 1987 menjadi pasar beroperasi 3 kali dalam seminggu, (pasar ahad, senayan dan arba). Pasar
74
75
Samuda dalam sejarah sudah mengalami 7 kali renovasi yang diakibatkan oleh kebakaran, yaitu pada tahun 1991, 1993, 1995, 1998, 2001, 2003 dan 2006. Pada renovasi terakhir di tahun 2006 pasar Samuda diresmikan sebagai Pasar H. UMAR HASAN berdasarkan SK Bupati Nomor 322 Tahun 2006, Tanggal SK : 29-11-2006 Tentang Peresmian Pasar H. UMAR HASAN. 2. Struktur Organisasi Pasar Samuda Setiap organisasi baik itu lembaga formal atau non formal pasti memiliki struktur yang jelas, sebab dalam struktur tersebut tertera adanya hubungan, jabatan, kewajiban, tanggung jawab, dan hak masing-masing individu dalam melaksanakan suatu kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dibentuknya sebuah struktur dalam pasar, dimana tersebut adalah untuk mempermudah mengetahui suatu kewajiban dan haknya masing-masing sehingga tiap individu sudah mengetahui langkah-langkah atau kegiatan apa saja yang harus dilakukan yang sesuai dengan kerja mereka masing-masing. Adapun struktur organisasi yang disusun oleh anggota pasar berdasarkan SK Camat Mentaya hilir Selatan Nomor di Samuda sebagai berikut: 324/05.68/MHS_SMD/II/2008 Tentang Susunan Pengurus Pasar H. Umar Hasan, sebagai berikut :
76
Skema Susunan Pengurus Pasar H. Umar Hasan
Camat Mentaya Hilir Selatan
H. Achmad Darham KETUA H. Abdul Wahab Bendahara I
Dra. Hj. Kartini, HR Sekretaris
Hj. Faridah Bendahara II
Humas H. Iskandar
Ko. Keamanan Pandra
Ko. Pelabuhan Samsul
Ko. Kebersihan Hj Syarafah
Ko. Ibadah H. Elet
Ko. Sarana dan Prasarana H. Ahmad
Sumber : Dokumen SK Pengurus Pasar Tahun 2008
B. Hasil Penelitian 1. Penetapan Harga Barang Harga adalah kemampuan suatu barang/jasa yang dinyatakan dengan uang. Dengan adanya harga, orang menjadi mudah dalam melakukan tukar-menukar dan kita dapat membandingkan nilai barang. Harga pasar adalah harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli pada saat terjadinya transaksi. Harga pasar sering disebut juga harga
77
keseimbangan sebab harga tersebut terjadi setelah ada keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang. a. Harga Ditentukan Berdasarkan Harga Pasar Harga yang disepakati oleh anggota penjual di pasar merupakan faktor yang mempengaruhi besar dan kecilnya terbentuk sebuah harga. Namun pernyataan tersebut tidak serta merta dapat dijadikan
teori
dalam
penentuan
harga,
sebagaimana
DAR
menjelaskan “Sebujurnya harga barang kada pernah dirapatkan atau kompak oleh penjual di pasar ne. tapi kisaran harga hampir-hampir sama ja. Kalau ada beda, paling sedikit haja”.96 Pendapat DAR di atas menyatakan bahwa dalam menetapkan harga barang tidak berdasarkan harga pasar, melainkan pertimbangan masing-masing individu pedagang dalam menetapkan harga. Namun kisaran harga yang ditetapkan tidak jauh berbeda dengan pedagang lainnya. Kalau pun terdapat perbedaan harga suatu barang tersebut hanyalah sedikit. Pendapat senada juga kemukakan oleh IS, SF, ID, SD dan MH yang menyatakan bahwa “Kadada ja, tapi harga ne berdasarkan pertimbangan pedagang masing-masing ae”.97 Diketahui IS, SF, ID, SD, MH mengungkapkan bahwa tidak pernah, tapi harga ini berdasarkan pertimbangan pedagang masingmasing saja.
96
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
97
Wawancara dengan IS di Samuda, Senin 21 November 2011.
78
b. Pertimbangan dalam Menentukan Harga Sebuah pertimbangan harga patut untuk diperhatikan dalam melakukan pengalokasian keuangan dan ekspektasi keuntungan terutama di bidang perdagangan. Dalam wawancara ini DAR menjelaskan bahwa : “Penetapan harga ne berdasarkan modal barang to am lawan operasionalnya. Tapi ada prinsip harga pertimbangan 7 menutup 3. artinya menetapkan harga untuk menutupi kerugian terhadap barang yang tidak laku. Misalnya kita menukar 10 sepatu jadi pertimbangan 7 sepatu payu nang 3 kada payu. Maka 7 harga ne harus mampu menutupi lawan keuntungan sama dengan 10 sepatu. Misalnya 10 sepatu 100 ribu lah. Ditargetkan keuntungannya 130 ribu, jadi 130 dibagi 7 berapa harganya itu? Maka itu am harga sebiji sepatu”.98 Dari pernyataan di atas diketahui DAR dalam menetapkan harga, selain mempertimbangkan modal dan pembiayaan operasional lainnya, DAR juga berprinsip dalam menetapkan harga dengan istilah sederhana menggambarkan bahwa jumlah barang 10 buah, maka 7 buah diantaranya mampu mencapai target keuntungan barang yang berjumlah 10 buah tersebut. Adapun menurut IS dalam wawancara ini mengungkapkan bahwa : “Mun aku menetapkan harga to ada banyak pertimbangan pang. pertimbangan modal sudah tentu pasti pang. Tapi misalkan ada jenis sepatu terbaru atau yang sejenis limited edition harga bisa lebih tinggi. Tapi tetukar barang yang kada bagus mau kada mau diobral-obral ae”.99 SF mengungkapkan bahwa :
98
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
99
Wawancara dengan IS di Samuda, Senin 21 November 2011.
79
Pernyataan IS dalam menetapkan harga selain pertimbangan modal barang, juga mempertimbangkan berdasarkan mutu barang yang dipasarkan, jika barang tersebut memiliki daya tarik pelanggan maka penentuan harga berdasarkan permintaan konsumen, dan sebaliknya. Adapun pernyataan SF dalam hal ini mengungkapkan bahwa : “Selama 30 tahun aku berjualan ne menurut pengalamanku harga to ditentukan oleh harga barang ditambah akomodasinya, sewa toko, tenaga penjual lawannya keuntungannya sekitar 10 % sampai dengan 20 % keuntungan tergantung lawan kualitas barangnya”.100 Penentuan
harga
oleh
SF
menggunakan
pertimbangan
sederhana bahwa harga ditentukan berdasarkan modal barang dan operasionalnya ditambah keuntungan berkisar antara 10 % sampai dengan 20 % berdasarkan kualitas barang yang dipasarkan. Pendapat senada juga diungkapkan ID yang menyatakan bahwa: “Harga to ditentukan oleh modal barang dan lain-lain ae yang menjadi beban penjualan. Imbah to bila ada hari spesial kaya hari raya idul fitri lawan hari raya korban sedikit menaiki ae, sesuai dengan pedagang lainnya”.101 Pernyataan dalam menetapkan harga SD mengungkapkan bahwa : “Kalo harga sembako to kada sama kaya barang sekunder lainnya pan. Bila harga modal sekian maka keuntungan nang kuambil paling 4 – 7 % ja. Soalnya ini barang makanan jadi putaran barang lebih cepat dari pada penjual sepatu sandal atawa baju pakaian”. 102
100
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
101
Wawancara dengan ID di Samuda, Selasa 22 November 2011.
102
Wawancara dengan SD di Samuda, Rabu 23 November 2011.
80
Dari pendapat SD mengungkapkan penetapan harga barang sembako hanya mengambil keuntungan berkisar antara 4 % – 7 %, dengan asumsi bahwa sembako adalah barang primer jadi setiap perputaran lebih cepat dibandingkan barang sekunder. Adapun pendapat MH dalam menetapkan harga, berpendapat “Asalkan ada untung yang sesuai dengan modal sudah am. Yang jelas modal tambah tenaga nang menjual”.103 Penjelasan sederhana oleh MH dalam menetapkan harga yaitu dengan pertimbangan modal dapat bertambah dan pertimbangan harga berdasarkan tenaga penjual dalam memasarkan. c. Penetapan harga ditentukan berdasarkan penampilan konsumen Seorang pedagang memiliki jiwa marketer yang tinggi dan mampu membaca situasi dan kondisi setiap konsumen yang datang. Tidak menutup kemungkinan bahwa harga bisa ditentukan berdasarkan komunikasi yang dibangun oleh penjual dan pembeli. Dalam ini DAR menjelaskan bahwa : Rancak ae, apa lagi yang menukar to orang pina lusuh, kumal baju, jadi kasian mambari harga biasanya. Kalo ada orang dari pelosok to jarang ditawarnya, berapa jar kita ituam yang dibayarkannya.104 Dari pernyataan di atas diketahui DAR dalam menetapkan harga juga sering dilakukan dengan harga-harga yang relatif, jika konsumen itu tergolong orang yang royal, maka bisa mengambil 103
Wawancara dengan MH di Samuda, Rabu 23 November 2011.
104
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
81
keuntungan besar. Dan jika konsumen tersebut orang miskin atau terlihat kumuh, maka harga yang diberikan hanya modal saja. Pendapat DAR di atas juga semisal dengan diungkapkan IS, MH, dan ID. Adapun menurut SF dalam wawancara ini mengungkapkan bahwa : “Kalo melihat panampilan orang to kada pernah pang. Biarnya orang to sugih kah, miskin kah harga nang ku tawarkan kaya itu am, sebab mun kita handak meambil keuntung ganal lawan orang sugih sama ae kita membungulinya olehnya kada sama dengan harga yang lain, mun inya orang miskin, tetap ae jua kan kita dagang. Jadi bila handak mengurangi harga lawan orang miskin kasian yang lainnya nang kada kita kurangi, mun handak besadakah ada wadahnya belain”.105 Dipahami SF tidak pernah menjadi pertimbangan harga berdasarkan penampilan seorang konsumen, baik orang tersebut dari kalangan yang mampu maupun tidak mampu. SF menambahkan bahwa jika orang tersebut terbilang mampu dan mendapatkan keuntungan yang besar beranggapan bahwa dirinya telah menipu orang tersebut karena tidak sesuai dengan harga pembeli lainnya. Dan jika orang tersebut kurang mampu SF tidak pernah menurunkan harga, sebab SF menganggap ketidakadilan penjual dalam menetapkan harga terhadap masing-masing konsumen. Pernyataan SD juga senada dengan SF yang menyatakan bahwa harga tidak ditentukan berdasarkan penampilan konsumen.
105
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
82
d. Metode harga pada situasi jumlah barang banyak dengan jumlah penawaran yang sedikit. Resiko dan keuntungan dalam perdagangan tak dapat di pisahkan. Jika ada untung pasti ada rugi begitu juga sebaliknya. Resiko berdagang salah satunya adalah kesalahan pedagang dalam memilih suatu produk yang tidak mampu menarik para konsumen, sehingga jumlah barang yang dijualkan tidak mampu menutup suatu produk tersebut. Situasi tersebut terjadi pada pedagang umumnya. Terhadap pertanyaan ini DAR, IS, MH, ID dan SF menjelaskan persamaan pendapat bahwa mereka sepakat barang yang banyak dan tidak begitu laku dalam penjualannya, salah satu jalannya adalah dengan mengobral barang tersebut, dan jika masih kurang menarik pelanggan maka harganya diturunkan berdasarkan modal dengan alasan barang tersebut tidak hanya menjadi barang sia-sia. Adapun SD dalam hal ini menjelaskan bahwa : “Ya am rancak banar kaya itu, kaya semalam lombok mahal nukar 10 Kg eh esoknya banyak lombok turunan, mau kada mau ae meumpati harga pasaran jua, mun kada kaya itu burukan, tapi bila barangnya awet haja kaya baras, baik distok ae menunggu harga normal”.106 Dari pernyataan SD tersebut dipahami bahwa SD pertimbangan dengan melihat jenis barang tersebut, jika jenis barang tersebut mudah rusak maka SD mengambil keputusan dengan menjual dengan harga
106
Wawancara dengan SD di Samuda, Rabu 23 November 2011.
83
pasaran, sedangkan barang yang terbilang tidak mudah rusak, seperti beras maka SD untuk sementara waktu menyimpannya sampai harga barang tersebut menjadi normal kembali. e. Metode harga pada situasi barang sedikit dengan jumlah penawaran yang banyak. DAR menjelaskan bahwa : “Aku ne kada tapi mahati pang nang mana barang payu banar lawan banyak orang nang mencarinya, tapi bila ada kejadian kaya itu, anu pang bisa tatinggi harganya pada sebelumnya, olehnya mun memasan pulang ke jawa menunggu orderan barang nang lain am. Jadi kadada salahnya kita memanfaatkan situasi ne”107 Hasil wawancara tersebut DAR menjelaskan bahwa jika situasi ini terjadi DAR mengambil keputusan dengan memanfaatkan peluang ini, yaitu dengan mengambil ekspektasi keuntungan yang lebih besar. Pernyataan ini juga dilakukan oleh IS, MH, ID dan SD. Sedangkan SF dalam hal ini menjelaskan bahwa : “Mun inya ada situasi kaya itu, bagi ku kadada pengaruhnya, biarnya banyak banar yang handak tapi barangnya dikit. Tetap ae harga nang jual to berpatokan dengan yang tadi ae, olehnya dalam al-Qur’an Allah menyukai umat untuk perkara yang mudah-mudah, dan kada mehandaki nang menyusahkan, jadi kita kada usah jua menyulit-nyuliti orang salang menaikan harga barang”.108 Dari pernyataan SF bahwa harga barang ketika jumlah permintaan meningkat sedangkan jumlah barang sedikit tidak memberikan pengaruh baginya. Karena penetapan harga sudah 107
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
108
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
84
diputuskan melewati pertimbangan-pertimbangan sebagaimana pada hasil wawancara sebelumnya. Selanjutnya SF menjelaskan bahwa dia berpegang teguh dengan firman Allah Q.S. Al-Baqarah [2] : 185 :
109 … Artinya : “…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…”.110 Atas firman menjadi inspirasi bagi SF bahwa menetapkan bukan berdasarkan kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi penjual, melainkan pedang bertugas untuk mempermudah masyarakat dalam mencukupi kebutuhannya. f. Penetapan harga berdasarkan pembeli kolektif dengan individu. DAR, MH, IS dan SF menjelaskan bahwa harga terhadap pembelian yang secara kolektif memiliki perbedaan harga pembeli satuan. Sedangkan bentuk harga kolektif yang diberikan oleh pedang di Samuda bervariasi DAR dan pendapat yang serupa oleh IS, ID dan SF menjelaskan : “Potongan harga gasan orang nang betukar to sekali banyak, tergantung panderan nang tukang tukar. Nang jelas kami menawarkan potongnya sedikit aja pang dahulunya, bilanya pina cocok sudah ae”.111 Dari pernyataan di atas, penetapan harga dalam jumlah pembelian yang kolektif, ditentukan berdasarkan komunikasi antara
109
Q.S. Al-Baqarah [2] : 185
110
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 54
111
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
85
penjual dan pembeli. Tidak ada standar pertimbangan dalam pemotong harga oleh penjual dengan konsisten. Pendapat sedikit berbeda dikemukakan oleh MH yang menjelaskan: “Harga jualan orang nang menukar sekali banyak to mendapat potongan, mun potongannya tergantung lawan nang inya tokar jua. Mun barang to pacangan habis di toko ne. Maka potongan to kisaran 5 - 6 % ja. Tapi bila stok barang nang ditukar to masih banyak, potongan harga nang dibari bisa bekisar 10 – 15 %”.112 MH menjelaskan bahwa harga pembelian kolektif ditetapkan melalui perhitungan stok barang MH, jika barang tersebut masih memiliki stok yang banyak potongan harga yang diberikan antara 10 15 %. Sedangkan barang yang stoknya hampir habis maka potongan harga yang diberikan MH hanya berkisar 5 - 6 % saja. SD mengungkapkan pernyataan berbeda yang mengatakan bahwa “Orang menukar bebanyak atau sedikit tetap ae harganya, oleh keuntungan berjualan bahan sembako ne kada ganal banar pan meambil paling dua ratus, tiga ratus rupiah ja”.113 SD berbeda pendapat mengenai penetapan harga terkait dengan pembeli secara kolektif maupun individu, SD menjelaskan bahwa setiap barang dagang yang ditawarkan oleh SD hanya mengambil keuntungan yang sedikit, jadi meskipun pembelian tersebut secara kolektif tidak mengalami perubahan harga barang.
112
Wawancara dengan MH di Samuda, Rabu 23 November 2011.
113
Wawancara dengan SD di Samuda, Rabu 23 November 2011.
86
g. Perspektif pedagang terhadap harga dalam Islam Transaksi pasar bekerja berdasarkan mekanisme harga. Ajaran Islam memberikan perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekanisme pasar . pasar yang bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli. Karena, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak akan tercapai. Demikian pula dengan harga yang adil akan mendorong para pelaku pasar untuk bersaing dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka para pelaku pasar akan enggan untuk bertransaksi atau malah terpaksa tetap bertransaksi dengan mengalami kerugian. Oleh karena itu Islam sangat memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang sempurna. Lalu bagaimanakah perspektif pedagang konsep harga dalam Islam. Berikut ini pernyataan IS, ID dan SD menyatakan bahwa tidak mengetahui bagaimana perspektif harga dalam Islam. Adapun DAR dan nada serupa oleh MH dalam hal ini mengungkapkan bawah : “Sepengetahuan ku lah harga to kadada pang dalam Islam, nang jelas harga to bilanya terjadi kesepakatan, rela sama rela suka sama suka lawan kada merugikan salah satu pihak. Makanya berapa ja harganya kada masalah”.114 Pernyataan DAR terhadap harga dalam perspektif Islam menyatakan Islam tidak pernah menentukan harga, namun harga terjadi berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli itu sendiri dan harga dengan keuntungan yang besar maupun kecil tidak menjadi 114
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
87
permasalahan. Adapun SF menanggapi bahwa “Mun harga yang islami to berdasarkan nurani penjual ae, artinya penjual to kada meambil untung ganal banar kada jua merugikan gasan kita kada jua”.115 Menurut SF harga dalam perspektif Islam adalah harga yang diputuskan diambil berdasarkan hati nurani penjual, dengan artian bahwa keuntungan yang diambil tidak mencekik pembeli dan tidak juga harga tersebut merugikan bagi penjual. 2. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan usaha perusahaan umumnya dan bidang pemasaran khususnya. Strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut. Strategi
pemasaran
pada
dasarnya
adalah
rencana
yang
menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran. Berikut ini data terhadap strategi pemasaran pedagang Banjar di pasar Samuda : a. Prinsip Pemasaran Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk 115
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
88
(product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut marketer/pemasar. Marketer ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. Berikut ini pernyataan pedagang mengenai prinsip pemasaran : DAR dan IS sepakat menjelaskan bahwa : “Mun kami ne bajualan prinsip nang penting dihatii banar, jangan sekali-kali mengaramput dengan orang, kedua kualitas barang to memang sesuai dengan harganya nang kami tawarkan, itu ja. Bila bersaingan harga lawan penjual lain aku kada handak memburuk-buruki orang. Biarpun pesaing kita ne suka memburuk-buruki kita, rezeki to ada di tangan Allah jua”.116 Pernyataan DAR dan IS di atas menggambar tentang prinsip yang diterapkannya dalam pemasaran yaitu : 1) Berperilaku jujur, tidak ada unsur manipulasi atau kebohongankebohongan yang ditawarkan pada saat transaksi. 2) Harga barang, setiap harga barang selalu disesuaikan dengan kualitas barang yang ditawarkan. 3) Bersaing sehat/sportif, tidak ada praktik curang antar pedagang. 4) Tawakal, setiap bentuk usaha yang dilakukan pedagang untuk menarik pelanggan, tidak lepas dari kehendak Allah SWT.
116
Wawancara dengan DAR dan IS di Samuda, Senin 21 November 2011.
89
Selanjutnya MH dan ID sepakat menjelaskan bahwa “prinsip berjualan to lah pertama cangkal, kada mengaramput, loyalitas kita lawan pelanggan nyamannya kada jara nukar dah kita lagi”.117 MH dan ID menerangkan bahwa prinsip dalam memasarkan barang dagangan yaitu a. Rajin/gigih, setiap usaha memberikan manfaat sesuai dengan kegigihan individu dalam mengupayakannya. b. Jujur, setiap bentuk dalam pemasaran selalu menjunjung tinggi kejujuran, tidak ada unsur dusta terhadap konsumen. c. Loyalitas, keputusan konsumen untuk membeli sangat berpengaruh pada loyalitas pedagang melayani konsumen. Pernyataan menarik diungkapkan oleh SF prinsip dalam pemasaran yaitu : “Prinsip memasarkan barang ne nang utamanya menuruti kelakukan nabi pang, nabi belaku jujur kita umpati, nabi fatonah kita jua harus pintar-pintar memasarkannya, nabi tabliq kita tabliq jua menyampaikan barang to apa adanya, nabi amanah kita amanah jua”.118 Diketahui SF benar-benar menjadi sosok Rasulullah sebagai suri tauladan dalam memasarkan barang, yaitu SF berprinsip sebagaimana sifat nabi, yaitu : 1) Sidiq/kejujuran 2) Amanah/ memiliki konsekuensi yang kuat terhadap pelanggan
117
Wawancara dengan MH dan ID di Samuda, 22 dan 23 November 2011.
118
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
90
3) Fatonah/cerdas, kemampuan pedagang dalam membaca setiap bentuk pemasaran. 4) Tabliq, menyampaikan setiap barang yang ditawarkan apa adanya. Pernyataan berbeda diungkapkan SD yang menjelaskan bahwa: “Prinsip memasar ne, kaya kita bemainan kadang bisa kalah kadang bisa menang namanya aja perjuangan hidup, memilih wadahnya nang bagus, lawan mengatawani barang nang mana nang bujuran diperlukan orang banyak itu mun kita handak bedagang”.119 SD berprinsip bahwa perdagangan adalah sebuah permainan, dimana
permainan
kadang
bisa
mengalami
kekalahan
dan
kemenangan, dagang untung dan rugi adalah resiko dalam berdagang, pemilihan tempat strategis merupakan prinsip dagang yang sangat penting dalam menjual suatu produk, kompetensi pedagang dalam membaca setiap kebutuhan masyarakat yang sangat dibutuhkan. b. Bentuk Pemasaran Pemasaran merupakan wujud dari segala upaya untuk menyampaikan informasi setiap barang yang ditawarkan agar pelanggan tertarik untuk memilih barang tersebut. Berikut DAR menjelaskan : “Mun aku ne kadada pang promosi nangkaya di tv to. Tapi nang jelas barang nang ku pilih to bemerek jadi pelanggan kada ragu lagi lawan kualitas barang pun kami ne, kaya itu ae”.120
119
Wawancara dengan SD di Samuda, Rabu 23 November 2011.
120
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
91
Pernyataan
DAR
terhadap
bentuk
pemasaran
yang
dilakukannya adalah melalui penjualan barang yang sudah diterima di masyarakat mereknya. ID, SF dan IS sependapat menjelaskan “kaya iklan tu jua, tapi kami kadada media pan, langsung behadapan ja, lawan banyak-banyak kenal lawan orang”.121 ID, SF dan IS menggambarkan bentuk pemasaran yang digunakan adalah iklan secara langsung dengan mempromosikan setiap barang yang ditawarkannya dan membangun relasi yang kuat untuk menjadi daya tarik masyarakat konsumen membeli di toko mereka. Pendapat ID, SF dan IS tersebut juga senada di sampaikan SD, namun SD lebih transparan menjelaskan bahwa : “Bepanderan langsung ae, atau jua sistem kekeluargaan, biar keluarga mengabarkan ke orang lain kena, lawan meutangi gasan pelanggan tetap, jadi kaya apa ja orang to bila sudah terikat utang, inya ngalih am mencari barang ke toko yang lain”.122 Pernyataan SD terhadap bentuk pemasaran yang digunakan adalah melalui promosi secara langsung, menggunakan iklan melalui hubungan
kekeluargaan untuk mampu
menyampaikan
kepada
masyarakat luas dan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk melakukan hutang barang untuk menjadikan konsumen tersebut langganan tetap.
121
Wawancara dengan DAR dan IS di Samuda, Senin 21 November 2011.
122
Wawancara dengan ID di Samuda, Selasa 22 November 2011.
92
c. Komunikasi yang dibangun pedagang ketika transaksi. Proses transaksi sangat menentukan terjadi suatu jual beli, berdasarkan pengamatan terhadap pedagang di Samuda, maka dapat disimpulkan bahwa setiap pedagang dalam membangun komunikasi dalam penjualannya sebagai berikut : 1) Senyum sapa yang diberikan pedagang untuk setiap konsumen yang datang. 2) Merasakan kedekatan untuk setiap pelanggan. Meskipun kenyataan tidak semua konsumen dapat dikenalinya. 3) Mempersilahkan pelanggan dan memberikan opsi barang yang dibutuhkan.123 d. Persaingan pasar Persaingan dan kompetisi adalah hal yang wajar dengan catatan dilakukan secara fair. Islam telah memberi tuntunan bagaimana bersaing secara fair. Di antaranya adalah dalam persoalan penentuan harga, kualitas barang dan bentuk promosi oleh setiap pedagang. Berikut ini beberapa pernyataan perihal persaingan dalam pasar. DAR, ID sepakat dengan penjelasan SF bahwa : “Mun dalam dagang ne tentu ae sudah ada persaingan, tapi kami besaing kada saling memburuk-burukan barang si anu atau si anu. Kami besaing mencari informasi barang nang mana nang lagi ngetren wayah ne, kami ne saling mendahului ja, namanya aja besaing”.124
123
Observasi di Pasar Samuda pada tanggal 21 sampai dengan 24 November 2011.
124
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
93
Pernyataan SF, DAR dan ID menjelaskan setiap persaingan dagang pasti terjadi, namun persaingan selama ini adalah persaingan yang sportif tidak ada unsur saling dzalim bagi setiap pedagang, mereka bersaingan dari segi kuantitas dan kualitas yang mereka tawarkan. Pendapat berbeda oleh MH menjelaskan bahwa “bedagang ne kada gasan besaingan pan tapi kita ne gasan mencari nafkah ja, rezeki, maut wan jodoh to di tangan Allah. Jadi mun niat besaing to kadada pang”.125 Pendapat
MH
menyatakan
berdagang
bukanlah
ajang
persaingan, karena MH beranggapan setiap rezeki hanyalah Allah yang menentukan. Pendapat senada juga dikemukan ID secara gamblang menjelaskan bahwa : “Besaing menjual to pasti am ah, buhan penjual to ada nang datang dah kiyai minta banyu nyaman laris, ada nang bisi amalan, tapi itu namanya besaing nang bagus ja pang, tapi ada jua sebagian pendagang nang saling meremehkan barang jualan orang ada jua, mun aku ne niat besaing kadada pang, biar ja orang lain nang meanggap besaing”.126 ID beranggapan bahwa dirinya tidak pernah berniat untuk bersaing dalam usaha bisnis. Tetapi ID menggambarkan bentuk persaingan oleh pedagang Samuda ialah sebagian besar pedang menggunakan penglaris yaitu dengan mendatangi para tokoh agama untuk memberikan do’a agar setiap usahanya dapat membuahkan hasil, sebagian pedagang juga memiliki amalan-amalan supaya memiliki 125
Wawancara dengan MH dan ID di Samuda, 22 dan 23 November 2011.
126
Wawancara dengan ID di Samuda, Selasa 22 November 2011.
94
daya tarik di antara penjual-penjual lainnya. Namun semua bentuk itu menurut ID adalah persaingan yang wajar, tapi ID menggambarkan persaingan yang tidak sempurna yaitu adanya oknum-oknum penjual yang saling meremehkan kualitas barang yang ditawarkan oleh penjual lain. Adapun SD menjelaskan bahwa : “Handak ja aku besaing lawan orangnya mehantak harga gasan menarik pelanggan, tapi am pedagang nang lain ada nang merasa dirugikan, apalagi buhan Madura mun kita ne bejualan temurah pada inya didatanginya kita. Jadi mun handak besaing to dari segi pemanderan kita ae bagus-bagus dengan orang itu ae”.127 SD menjelaskan bahwa persaingan pasar tidak dapat diterapkan seluruhnya seperti menurun setiap harga barang yang ditawarkan hal ini dianggap merugikan bagi pedagang lain dan memberikan resiko tinggi bagi SD, salah satu upaya persaingan yang diterapkan SD ialah membangun komunikasi yang baik dengan setiap konsumennya. Dari seluruh data mengenai strategi pemasaran pedagang di Samuda disimpulkan bahwa setiap pedagang memiliki prinsip-prinsip tersendiri. Dari sekian banyak prinsip tersebut yang menjadi kesepakatan
mereka
yaitu
menjunjung
tinggi
kejujuran
dan
optimalisasi kinerja dalam berdagang. Bentuk pemasaran oleh pedagang di antaranya : a. Promosi secara langsung, yaitu membangun komunikasi yang baik dan memberikan informasi setiap barang yang ditawarkan. 127
Wawancara dengan SD di Samuda, Rabu 23 November 2011.
95
b. Prioritas barang yang berkualitas, untuk lebih memberikan daya tarik konsumen, pedagang memilih barang yang ditawarkannya memiliki merek yang sudah diterima oleh masyarakat umum. c. Perluasan relasi, yaitu dengan memiliki kenalan maka akan lebih memudahkan pedagang dalam menawarkan barang. Persaingan pasar selama ini berlangsung dengan fair / sportif, dan anggap pedagang bahwa persaingan pasar bukan merupakan prioritas bagi pedagang di Samuda.
Lalu bagaimana pendapat
masyarakat terhadap strategi pasar yang dilakukan oleh pedagang di Samuda? Berikut ini pernyataan-pernyataan informan mengenai perilaku pedagang dalam memasarkan barang : a. Sikap pedagang FM dan NB menjelaskan : “Kami merasa di pasar samuda to orangnya ramah-ramah, kada belabihan bila mewari barang, bila menawarkan harga kada tinggi banar harganya, jujurlah menurut pengalaman kami orang samuda ne kadada yang handak mencari untung ganal kaya di Sampit, bayangkan barang nang harganya 30 ribuan ja ditawari 90 ribu, kada kelewatan lah, tapi mun orang disamudanya mun harga barang 30 ribu paling ditawari 50 ribuan ja, sudahnya bila menawari jarnya ini barang no 1 langsung dari Bandung, ulun kada meambil banyak pan lawan pian, kada mengaramputlah? Coba mun di samuda jarnya harganya 50 ribu bisa ja pian tawar berapa hendaknya, mun kita tawar, paling jar orangnya bisa dinaiki dikitlah oleh kada bisa harga seitu. Itu aku senangnya dengan orang samuda ne”.128
128
Wawancara dengan FM dan NB di Samuda, Kamis 24 November 2011.
96
FM dan NB menjelaskan bagaimana sikap pedagang Samuda dengan memberikan perbandingan-perbandingan dengan pedagang di Sampit yang menyatakan bahwa : 1. Pedagang Samuda selalu bersikap ramah 2. Tidak begitu meraup keuntungan tinggi 3. Apa adanya dalam menawarkan barang Pendapat di atas juga dibenarkan oleh HS dan ML b. Praktek pedagang dalam persaingan usaha Menjelaskan HS dengan ML menjelaskan : “Mun buhan penjual baju, sepatu, pecah belah to orangnya bagus-bagus ja. Tapi nang paling kada suka buhan sembako to nah, bila bejualan banyak nang tulas, bejual baras, dicampur-campur dengan bulog, lawan dadak, merek-merek dipalsukan wahini banyak orang bejualan baya bungkus mereknya ja, lawan timbangan nang kurang. Coba tes banyak timbangan orangnya kada sesuai”.129 HS dan ML menerangkan praktek dagang pedagang baju, pakaian, sepatu, sendal tidak ada permasalahan, tapi yang memprihatinkan menurut HS dan ML ialah praktek dagang para penjual sembako, yang sering didapati melakukan praktek curang seperti mencampuri beras yang berkualitas dengan beras yang kurang berkualitas, dan memalsukan merek yaitu menawarkan barang lokal dengan merek interlokal seperti kecap, beras, gula. dan timbang yang tidak adil.
129
Wawancara dengan HS dan ML di Samuda, Kamis 24 November 2011.
97
Berdasarkan data tersebut maka ketahui bahwa sikap pedagang di Samuda mampu memberikan citra yang baik di mata konsumen, ada beberapa temuan berdasarkan informan terdapat beberapa sikap curang oleh pedagang sembako dalam berdagang. Ada praktek dusta dalam produk barang yang ditawarkan. 3. Pelayanan Konsumen a. Sikap Pedagang Terhadap Konsumen Hasil pengamatan bahwa setiap pedagang tidak pernah memperlakukan yang berbeda-beda terhadap para pelanggan. Sekian banyak pedagang di Samuda sudah terbiasa dengan sikap konsumen, baik konsumen tersebut terlalu cerewet maupun terlalu pendiam, apalagi masyarakat di Samuda padat penduduk dan memiliki beragam suku seperti Dayak Sampit (masyarakat lokal), Dayak Kahayan, Banjar, Bugis, Flores, apalagi suku Madura.130 DAR menjelaskan bahwa : “Kaya apa ja orang nang datang dah kami ne kami terima dengan sikap nang ramah, bahasanya nang dipakai ulun pian, lawan kada meutamakan orang nang beduit lawan orang nang susah, atau orang nang baborean kah, itu memang hari-hari sudah kami dapati”.131 DAR menyatakan bahwa setiap konsumen datang selalu bersikap ramah, lembut tutur sapa, walaupun mendapati konsumen yang terlalu banyak tingkah. Mereka tidak pernah sekali pun
130
Observasi di Pasar Samuda pada tanggal 21 sampai dengan 24 November 2011.
131
Wawancara dengan DAR dan IS di Samuda, Senin 21 November 2011.
98
membeda-bedakan. Pernyataan ini sepakat oleh ID, IS, SF, MH dan SD. b. Usaha pedagang terhadap kepuasan konsumen Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, seorang pedagang harus memiliki kiat tertentu demi lancarnya sebuah usaha yang dikembangkannya. Sebab itu bentuk pelayanan sudah menjadi modal utama pedagang memikat daya tarik konsumen. MH menjelaskan “Nyaman oran kada jara dengan kita to, kualitas barang nang kita jual bagus, biar mahal kah yang penting orang kada menyesal nukar dah kita”.132 MH berpendapat upaya mencari kepuasan konsumen adalah dengan mewarkan barang yang berkualitas tinggi meskipun dengan harga yang tinggi pula. Dengan argumennya setiap orang yang membeli tidak ada penyesalan di kemudian hari. Pernyataan MH senada dengan pernyataan DAR, IS, SD dan ID. Adapun pendapat SF menjelaskan : “Orang to puas bila kita meandak harga nang wajar haja, sesuai dengan kualitas barang nang kita tawarkan. Munnya kada sampai seminggu rusak kita mambari jaminan gasan inya dengan catatan rusak oleh sorangan kada dirabit sengaja”.133 SF menyatakan bentuk pelayanan yang diberikan ialah mulai dari penetapan harga yang normal, dan jaminan barang yang rusak
132
Wawancara dengan MH di Samuda, Rabu 23 November 2011.
133
Wawancara dengan SF di Samuda, Selasa 22 November 2011.
99
kurang dari seminggu dengan catatan barang tersebut rusak bukan karena disengaja. c. Sikap pedagang terhadap konsumen yang komplain Sebesar dan seterkenal apapun sebuah perusahaan tentu kemungkinan besar pernah mendapatkan keluhan atau komplain konsumen. Keluhan / komplain konsumen kemungkinan besar akibat adanya ketidakpuasan konsumen antara barang yang dibeli dengan harapan konsumen. Keluhan-keluhan ini bisa berakibat pada nama baik sebuah perusahaan. Lalu bagaimana sikap pedagang ketika mendapati konsumen yang komplain. DAR menjelaskan : “Pernah ae terjadi, orang nukar sandal Indian kada sampai 4 hari sudah pagat, orangnya datang kesini beadu-adu. Ku hadapi ae inya, didangarkan apa kehandaknya, minta maaf ae atas barang nang mengecewakannya tadi. Lalu diganti ae lawan nang hanyar”. DAR berpendapat sikap dalam menghadapi konsumen yang komplain yaitu dengan mendengarkan keluhan konsumen, segera meminta maaf, memberikan solusi yang terbaik untuk konsumen dengan mengganti barang tersebut. Pendapat DAR senada dengan pernyataan IS dan SF. Pernyataan sedikit berbeda oleh MH dan ID menjelaskan : “Bila ada orang nang mengeluh lawan jualan kita, dihadapi ae dengan murah senyum, santuni lawan bahasa, dangari pa jarnya. Bila memang barang rusak atau kada cocok lawan kahandaknya kita lihati dulu ae, bilanya memang salah kita maka diganti ae dengan barang lain, tapi kami kada bisa lagi membulikan duit tukaran pun inya semalam bila rusak oleh
100
kesalahan pelanggan sorang kami lepas tanggung jawab am”.134 Hal serupa juga dilakukan oleh MH dan ID namun dalam hal ini MH dan ID lebih mencermati terhadap keluhan konsumen dan mengidentifikasi ketidakpuasan konsumen terhadap suatu barang. Jika ketidakpuasan tersebut disebabkan oleh pelayanan penjual, maka MH dan ID siap bertanggung jawab untuk menggantinya, namun setiap pembelian yang dilakukan tidak memungkinkan bagi MH dan ID mengembalikan uang. Adapun ketidakpuasan tersebut oleh kesalahan konsumen MH dan ID tidak lagi bertanggung jawab. Pernyataan serupa SD menyatakan bahwa : “Rancak ae rajin orang mengeluh to, apa lagi barang nang kaya baras matan Jawa, di kampil nettonya 10 Kg sekalinya pas ditimbang baya 9 kg labih-labih ja, hintalu sama ja kada sesap to bisa separo nang buruk. Mun ada nang datang dihadapi ae, diganti mun memang bujur salah kita, tapi bila misalnya inya nukar hintalu memilih sorang kada salah kami am”.135 SD menjelaskan kejadian ketidakpuasan konsumen terhadap barang dagangannya seperti adanya keluhan pelanggan terhadap takaran yang tidak sesuai, telur yang banyak rusak. SD menyambut setiap kedatangan konsumen yang komplain. Dan siap menggantikan setiap kesalahan yang dilakukannya baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Namun apabila kesalahan tersebut dari pembeli itu sendiri,
134
Wawancara dengan MH dan ID di Samuda, 22 dan 23 November 2011.
135
Wawancara dengan SD di Samuda, Rabu 23 November 2011.
101
seperti memilih telur secara langsung. Maka SD tidak bersedia bertanggung jawab. d. Refleksi terhadap kepuasan konsumen Kepuasan
konsumen
merupakan
modal
dasar
untuk
membentuk loyalitas yang bisa dijadikan sebagai salah satu senjata untuk menaikan keunggulan bersaing suatu perusahaan yang bergerak di sektor jasa maupun barang. Berikut ini bentuk-bentuk refleksi pedagang terhadap kepuasan konsumen. DAR menjelaskan : “Nyaman orang kada komplain lagi dudi hari aku behati-hati memilih barang, mencari barang nang kualitasnya bagus tapi harganya murah, lebih santun lagi, lawan kada lagi melabihlabihi pander”.136 DAR
menjelaskan
bentuk
refleksi
terhadap
kepuasan
konsumen yaitu : 1) Lebih berhati-hati dalam memilih barang yang akan ditawarkan. 2) Mencari barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang murah. 3) Lebih santun lagi saat proses penjualan, dan 4) Tidak lagi melebih-lebihi kualitas produk yang ditawarkan. Sedangkan MH menyatakan “Nyaman dudi hari orang merasa puas lawan layanan kita, kualitas barang tahan lama, modelnya pas dengan tren wahini.137 MH menjelaskan bentuk refleksi yang harus dia benahi yaitu : 136
Wawancara dengan DAR di Samuda, Senin 21 November 2011.
137
Wawancara dengan MH di Samuda, Rabu 23 November 2011.
102
1) Dengan menawar barang-barang yang berkualitas tinggi yang memiliki daya tahan lama, sehingga konsumen merasa puas dengan barang yang dijual. 2) Fitur, barang yang ditawarkan memiliki daya tarik konsumen, dan sesuai dengan trend masa kini. Sedangkan IS, ID, SF dan SD menyatakan tidak mengetahui bagaimana bentuk refleksi yang harus dilakukan demi menjaga kepuasan konsumen. C. Analisis dan Pembahasan Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang atau dikenal dengan istilah bisnis. Muhammad mengemukakan bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Adapun bentuk-bentuk bisnis itu sendiri yaitu aktivitas berupa jasa, perdagangan dan industri guna memaksimalkan nilai keuntungan yang diperoleh”.138 Definisi tersebut menitikberatkan kepada kemampuan menghasilkan (produce) dan pencapaian tingkat keuntungan atau laba. Dengan demikian, organisasi bisnis yang sukses adalah organisasi bisnis yang mampu memenuhi 138
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2003, h. 57
103
kebutuhan masyarakat dan perusahaan memperoleh keuntungan dari transaksi tersebut. Dari definisi tersebut dipahami bahwa bisnis adalah suatu usaha produktif yang dilaksanakan oleh organisasi atau individu baik berupa barang ataupun jasa yang dapat diambil manfaat oleh konsumen dengan memberikan profit atas usaha atau jasa yang diberikan. Walaupun bisnis berfungsi untuk meraih keuntungan, namun di dalam Islam ada rambu-rambu dalam berbisnis yang diatur melalui etika Islam. Etika memiliki guna yang kompleks dalam bisnis Islam, dalam konteks ekonomi dan bisnis, etika tidak hanya menyangkut wawasan dan pemahaman tentang norma-norma ekonomi dan pengaturan organisasi bisnis, tetapi juga tetapi juga berkaitan erat dengan nilai-nilai religius yang mengatur aspek dan sosial. Berikut ini diuraikan analisis terhadap perilaku bisnis pedagang Muslim Suku Banjar di Samuda : 1. Penetapan Harga Barang Di samping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat diubah/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut keputusan jangka panjang. Buchari Alma mengatakan dalam teori ekonomi, bahwa pengertian harga adalah sebagai berikut : “Harga adalah nilai dan utility merupakan konsep yang paling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan
104
memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Sekarang ini ekonomi kita tidak melakukan barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga. Jadi harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.139 Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Basu Swastha dan Irawan, menyatakan harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”.140 Menurut Rachmat Syafei, harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang berakad.141 Dapat dipahami dari pengertian di atas harga bagi suatu usaha/badan
usaha
menghasilkan
pendapatan
(income)
yang
diperhitungkan berdasarkan unsur-unsur bauran pemasaran lainnya yaitu product (produk), place (tempat/saluran) dan promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang harus ditanggung oleh suatu usaha /badan usaha. Dan harga merupakan sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang /jasa di mana kesepakatan tersebut diridai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah direlakan oleh kedua belah 139 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung : CV. Alfabeta, 2005, h. 169 140 Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta : Liberty, 2005, h. 241 141
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah , Bandung : Pustaka Setia, 2000, h.87
105
pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang/ jasa yang ditawarkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli. Berdasarkan data dari seluruh responden dalam menetapkan harga memiliki variasi, dan perbedaan-perbedaan argumen dalam menetapkan harga. Diantaranya : a. Harga dibentuk bukan berdasarkan kesempatan oleh anggota pasar, hal ini menggambarkan bahwa adanya persaingan pasar oleh pedagang di Samuda. Hal ini menggambarkan bahwa adanya persaingan pasar yang sempurna, sehingga besar kemungkinan harga jual barang yang ditawarkan adalah yang termurah, Jumlah output paling banyak sehingga rasio
output per penduduk maksimal (kemakmuran
maksimal). Dan masyarakat merasa nyaman dalam mengkonsumsi (produk yang homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas dan harga. b. Harga ditentukan berdasarkan kapasitas modal yang dikeluarkan yang ditambah dengan biaya operasional penjualan. c. Sebagian pedagang menentukan harga berdasarkan komunikasi yang dibangun oleh penjual dan pembeli, termasuk tipe seorang konsumen baik dari segi penampilan maupun wataknya. d. Sebagian pedagang juga beranggapan harga hanya ditentukan berdasarkan perhitungan awal, sedangkan situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk mengambil keuntungan lebih besar merupakan praktek yang curang dan menzhalimi pelanggan.
106
e. Teori harga berdasarkan supply and demand
bagi sebagian besar
pedagang juga memberikan pengaruh besar dalam menetapkan harga. Namun teori ini juga tidak berlaku bagi sebagian kecil pedagang di Samuda. f. Perspektif pedagang terhadap konsep harga dalam Islam, banyak menyatakan tidak tahu pasti mengenai harga dalam Islam. Sedang pendapat lain mengatakan bahwa harga dalam Islam adalah setiap nilai yang telah disepakati antara penjual dengan pembeli atas dasar suka sama suka. Dari seluruh bentuk penetapan harga yang dijadikan bahan pertimbangan masyarakat Samuda berdasarkan hasil penelitian dalam menetapkan harga itu semua boleh dalam Islam. Sebagaimana Qard}awi menyatakan bahwa : “Jika penentuan harga dilakukan dengan memaksa penjual menerima harga yang tidak mereka ridai, maka tindakan ini tidak dibenarkan oleh agama. Namun, jika penentuan harga itu menimbulkan suatu keadilan bagi seluruh masyarakat, seperti menetapkan Undang-undang untuk tidak menjual di atas harga resmi, maka hal ini diperbolehkan dan wajib diterapkan”.142 Dari pendapat di atas dipahami selama individu pedagang tidak melakukan paksaan Dan jika dikelompokkan proses penetapan harga pada pedagang di Samuda menjadi empat macam berdasarkan basisnya, yaitu berbasis permintaan, biaya, laba, dan persaingan.
142
Ibid.
107
a. Penetapan harga berbasis permintaan Menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferensi pelanggan daripada faktor-faktor biaya, laba dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, di antaranya yaitu kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli), kemauan pelanggan untuk membeli, posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan, harga produk-produk substitusi, pasar potensial bagi produk tersebut, sifat persaingan non-harga, perilaku konsumen secara umum, segmen-segmen dalam pasar. b. Penetapan harga berbasis biaya Faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead, dan laba. c. Penetapan harga berbasis laba Setiap pedagang di Samuda berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan.
108
d. Penetapan harga berbasis persaingan Pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Penetapan harga berbasis persaingan dalam Islam dibolehkan, meskipun praktek tersebut seperti menjual barang lebih murah. Ada 3 (tiga) dalil tentang kebolehan persaingan yaitu : 1) Asas suka-sama-suka telah terwujud.
143
…
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. …”.144 Selama masing-masing pedagang menjual barang miliknya dengan harga yang ia suka, maka tidak ada alasan untuk melarangnya. 2) Dalil kedua: Murah dan mahalnya harga yang terjadi di pasar adalah bagian dari kehendak Allah.
143
Q.S. An-Nisa [4] : 29
144
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 163
109
َـَﻘَﺎل.َﻨَﺎ ﻗَﺎلَ اﻟﻠﱠﻪِ ﻏَﻼَ اﻟﺴﱢ ﻌ ْ ﺮ ُ ﻓَﺴ َ ﻌﱢﺮ ْ ﻟ ﻓ ََﺳ ُ ﻮل ََﻧَﺲٍ ﺎ رﻗَﺎل َ ﱠﺎس أُ ﻳ ْ ﻋَﻦ اﻟﻨ ُ ﻫُ»ﻮ َ اﻟْﻤ ُ ﺴ َ ﻌﱢﺮ اُﻟْﻘَﺎﺑِﺾ-وﺳﻠﻢ َ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻠﱠﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ إِنﱠ- ِر َ ﺳ ُ ﻮلُ اﻟﻠﱠﻪ ِاﻟﻠﱠﻪََ أَﺣ َﻜﺪٌُﻢ ْﻣِ ﻳﻨُْ ﻄَﺎﻟِ ﺒ ُﲎ ْﻘَﻰَﻴ ْﺲ اﻟْﺒ َ ﺎﺳِ ﻂُ اﻟﺮﱠازِقُ و َ إِﱏﱢ ﻷَر ْﺟ ُ ﻮ أَنْ أَﻟو َ ﻟ 145
(رواﻩ أﺑﻮ داود وﺻﺤﺤﻪ اﻷﻟﺒﺎﱐ. ٍﲟِ َﻈْﻠَﻤ َ ﺔٍ ﰱ ِ دَ مٍ و َ ﻻَ ﻣ َ ﺎل
Artinya : Dari sahabat Anas, ia menuturkan, "Para sahabat mengeluh kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya harga barang kebutuhan sekarang ini begitu mahal. Alangkah baiknya bila Anda membuat menentukan harga.' Menanggapai permintaan sahabatnya ini, Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, serta mengencangkan, melapangkan, dan memberi rezeki. Dan sesungguhnya, aku berharap untuk menghadap Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku karena suatu kezaliman, baik dalam urusan darah (jiwa) atau pun harta.'" (HR. Abu Daud; oleh Al-Albani dinyatakan sebagai hadits sahih).146 Berdasarkan hadits ini, para ulama menyatakan, bahwa harga yang berlaku di pasaran, sudah seyogyanya dibiarkan berlaku selaras dengan dinamika
pasar,
berbanding lurus dengan
penawaran dan permintaan. Tidak sepantasnya bagi siapa pun untuk merekayasa harga yang berlaku. Bila barang banyak, sedangkan permintaan sedikit, secara otomatis harga akan turun, dan sebaliknya juga demikian. 145
Sulaiman, bin Asyas bin Isha>q, bin Basyi>r, Al-Azdiy Al-Sijista>ni. Imran al-Azdiy, Suna>n Abi> Dawu>d, Lebanon : Dar Al Fikr, t.th. h. 359 146
Muhammad Nas{iruddin Al-Alba>ni, S{ahi>h Sunan Abu Daud, Jakarta : Pustaka Azzam, 2009, h. 685
110
3) Dalil ketiga: Adanya persaingan antara pengusaha mendatangkan kemaslahatan yang besar bagi masyarakat umum, sehingga mereka bisa mendapatkan banyak pilihan, baik pilihan barang atau harga. 4) Dali keempat : kaidah ushul : 147
ِﻠَﻰُ ﲢَْﺮِﳝْ ِﻪ لﱠ اﻟﺪﱠﻟِ ﻴﻋَْ ﻞ،ُﺔ ُاْﻻَِ ﺑ َﱴﱠﺎﺣﻳََﺪ اْﻻَﺻ ْ ﻞ ُ ﰱ ِ اْﻻَﺷْ ﻴ َ ﺎء ِ ﺣ
“Asal mula sesuatu itu hukumnya boleh, hingga ada dalil yang menunjukkan atas kerahamannya” Adapun dari segi pendekatan dalam menetapkan harga pedagang di Samuda memiliki dua metode yang berbeda satu sama lainnya, yaitu dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : TABEL 2 Pendekatan Penetapan Harga Pedagang Samuda
Pendekatan FULL Costing (Absorption Approach) VARIABLE Costing (Contribution Approach)
a. Full Costing
UNSUR BIAYA Biaya produksi
UNSUR MARK UP Ekspektasi Laba + Biaya non Produksi Biaya produksi dan non Ekspektasi Laba + Produksi yang bersifat Biaya produksi + Variabel non produksi yang bersifat tetap
adalah penentuan harga pokok produksi
yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produsen, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya operasional.
147
Ibid., , h. 66
111
b. Variable Costing adalah penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan biaya produksi berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya operasional dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum). Di dalam menetapkan harga, terdapat berbagai macam metode. Metode yang digunakan, tergantung kepada tujuan penetapan harga yang ingin dicapai. Penetapan harga biasanya dilakukan dengan menambah persentase di atas nilai atau besarnya biaya produksi bagi usaha manufaktur, dan di atas modal atas barang dagangan bagi usaha dagang. Islam tidak memberikan ketentuan dalam harga. Penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep Islam, pertemuan permintaan dengan penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. Gambar Gabungan kurva permintaan dan penawaran148 Harga
Penawaran (supply)
Permintaan (demand) 148
Ibid., 22
Kuantitas Produk
112
Jadi titik pertemuan antara permintaan dan penawaran yang membentuk harga keseimbangan hendaknya berada dalam keadaan rela sama rela dan tanpa ada paksaan dari salah satu pihak. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi :
149
…
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. …”. 150 Analisis terhadap etika pedagang suku Banjar di Samuda dalam menetapkan harga sangat sesuai dengan etika bisnis Islam, sebab telah diketahui bahwa selama proses dalam menetapkan harga, tidak adanya unsur kedzaliman atau penipuan yang berakibat pada dirugikannya salah satu pihak baik itu pembeli maupun penjual. Sebagaimana diungkapkan Yusuf Qard}awi menyatakan bahwa : “Jika penentuan harga dilakukan dengan memaksa penjual menerima harga yang tidak mereka ridai, maka tindakan ini tidak dibenarkan oleh agama. Namun, jika penentuan harga itu 149
Q.S. An-Nisa [4] : 29
150
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 163
113
menimbulkan suatu keadilan bagi seluruh masyarakat, seperti menetapkan Undang-undang untuk tidak menjual di atas harga resmi, maka hal ini diperbolehkan dan wajib diterapkan”. 151
2. Strategi Pemasaran Sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Pemasaran tidak lain adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Atau dapat dikatakan pula bahwa pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Seorang marketer Islam harus memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam pemasaran, sehingga membentuk karakter marketer yang ideal dalam Islam. Mustaq Ahmad, dalam bukunya Etika Bisnis Dalam Islam, prinsip yang harus dimiliki seorang marketer Islam adalah a. Kejujuran b. Keadilan c. Kehalalan152
151
Ibid. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2001, h. 99.
152
114
Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa pernyataan pedagang Banjar di Samuda menggambar tentang prinsip yang diterapkannya dalam pemasaran yaitu : a. Kejujuran Sifat jujur atau dapat dipercaya merupakan sifat terpuji yang disenangi Allah, walaupun disadari sulit ditemukan orang yang dapat dipercaya. Kejujuran adalah barang yang mahal. Dalam dunia bisnis pada umumnya kadang sulit untuk mendapatkan kejujuran. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa kepercayaan pelanggan (pengguna jasa) memainkan peranan vital dalam perkembangan dan kemajuan bisnis. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah berikut ini:
153
Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. 154
153
QS. Al-Baqarah [2] : 188
154
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 56
115
،ﻳـ َ ﻬ ْ ﺪِى ا ِﱃ َ اﻟْﱪ ِ ﱢ:ـﺎل َاﻟﺼﱢﺪْق رﺿﻰنﱠ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗ ِ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌـﻮد ا و َ ا ِ نﱠ،اﻟﺮﱠﺟ ُ ـﻞ َ ﻟَﻴ َ ـﺼ ْ ﺪُقُ ﺣ َ ﺘـﻰﱠ ﻳ َ ﻜُﻮ ْ نَ ﺻِ ﺪﱢ ﻳـ ْﻘً ﺎ و َ ا ِونَﱠ ا ِن، َِ اﳉْـ َ ﻨﱠﺔ
َ و َ ا ِ نﱠ اﻟﺮﱠﺟ ُ ـﻞ،ِِﱃ ـّ اﻟﻨـﱠﺎر ُ ْﻔُﺠ ْﺪِى ا َو َﻳ َ اﻬـِ نﱠ اﻟ،ِر ِﺬْب َ ﻳـ َ ﻬ ْ ﺪِى ا ِﱃ َ اﻟْﻔُﺠ ُ ــﻮ ْﻮ ْ ر ُ ﻛِ ﺘَ– ــﺎب ٧٨ ِ ُ) اﻟْﺒ ُ ﺨـ َ ﺎرِى ﰱ.ﻛَﺬﱠاﺑﺟًَ ـﺎـﻪ َ ِب ُ ﺣ َ ﱴﱠ ﻳ ُ ﻜـ ْ ﺘَﺐ ُ ا ِﱃ َ ﻋِ ـﻨْﺪَ اﷲِاَﺧ ْ ﺮ ـﺎﱃـُﻮ– ْ ا اﺗـﱠﻘُﻮ ْ ا اﷲ َ و َ ﻛُ ـﻮ ْ ﻧـُﻮ ْ ا اَﻣﻌَ ـﻨ ـﻮل َاﷲ ﺗ ـﺎبﻳ ْﻗ ـﻦ َِ ﺎ– ﺑاﻟﱠﺬ٦٩ ـﺂاَﻳـﱡﻬ: اْﻷَدَبِ ﻳ (( َْ ﻣ َ ﻊ َ اﻟﺼّ ـ َ ﺎدِ ﻗِﲔ Artinya
: Abdullah bin Mas’ud berkata r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya benar (jujur) menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah seorang siddiq (yang sangat jujur, benar) dan dusta menuntun kepada lancung, dan lancung (curang) itu menuntun ke dalam neraka. Dan seseorang itu berdusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (Bukhari-Muslim) 155
Bagi orang-orang yang bergerak dalam bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam dunia nyata sekarang ini apalagi dalam kehidupan nanti di akhirat. Hendaknya kehidupan dunia terutama dalam bisnis, tidak terlepas dari kehidupan di hari kemudian itu. b. Rajin/gigih, optimis.
155
Bahreisj Hussein, Terjemah Hadis Shahih Al-Jami’ush Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya Utama, tth., h. 473
116
Islam mengajarkan pada umatnya untuk tidak pernah putus asa. Pribadi yang rajin dan optimis adalah harapan Islam. Optimis akan menghadirkan kesungguhan tekad dalam berusaha. Allah berfirman :
156
Artinya : “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". 157 c. Loyalitas Keputusan konsumen untuk membeli sangat berpengaruh pada loyalitas pedagang melayani konsumen. d. Bersaing sehat/sportif Pasar monopoli, duopoli, oligopoli, dan persaingan sempurna. Apapun bentuk penawaran pasar, tidak dilarang oleh agama Islam selama tidak berlaku zalim terhadap para konsumen. Jadi harga-harga ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar yang membentuk suatu titik keseimbangan.
156
Q.S. Yusuf [12] : 87
157
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 489
117
Titik keseimbangan itu merupakan kesepakatan antara para pembeli dan para penjual yang mana para pembeli memberikan ridha dan para penjual juga memberikan ridha. Jadi para pembeli dan para penjual masing-masing meridhai. Titik keseimbangan yang merupakan kesepakatan tersebut dinamakan dengan harga.
e. Teladan Rasulullah Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat strategis di tengah kegiatan manusia mencari rejeki dan penghidupan. Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup husnul khuluq. f. Tawakkal Mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah memerintahkan
hamba-hamba-Nya
untuk
berusaha
sekaligus
bertawakkal. Berusaha dengan seluruh anggota badan dan bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan iman kepada Allah SWT. Setiap bentuk usaha yang dilakukan pedagang untuk menarik pelanggan, tidak lepas dari kehendak Allah SWT. Allah berfirman :
118
158
Artinya
: “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. 159
Dalam ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa orang yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, pastilah dia akan diberi rizki. Bagaimana tidak, karena dia telah bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tidak pernah mati Adapun bentuk pemasaran oleh pedagang di Samuda di antaranya : a. Promosi secara langsung (direct promotion), yaitu membangun komunikasi yang baik dan memberikan informasi setiap barang yang ditawarkan. b. Loyalitas Merek Loyalitas konsumen terhadap merek mempunyai berbagai tingkatan, dari loyalitas yang paling rendah hingga loyalitas yang paling tinggi. Semakin tinggi loyalitas terhadap suatu merek makin sulit konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk harga. Dalam menentukan harga produk, terutama perubahan harga untuk produk yang sudah dikenal, perlu dilihat faktor yang 158
Q.S. Ath-Thalaq [65] : 3
159
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 1248
119
akan mempengaruhi keberhasilan penentuan harga tersebut. Selain biaya dan laba, perlu dipertimbangkan faktor psikologis termasuk diantaranya tingkat loyalitas konsumen. Pada masing-masing tingkatan loyalitas merek ditentukan strategi khusus dengan tujuan tidak merusak loyalitas yang sudah tercipta dikarenakan kesalahan penentuan harga. c. Prioritas barang yang berkualitas, untuk lebih memberikan daya tarik konsumen, pedagang memilih barang yang ditawarkannya memiliki merek yang sudah diterima oleh masyarakat umum. d. Perluasan relasi, yaitu dengan memiliki kenalan maka akan lebih memudahkan pedagang dalam menawarkan barang. Menurut M. Mursid menjelaskan tentang orientasi dalam pemasaran sebagai berikut : Aktivitas pemasaran telah berkembang maju sejalan dan mengikuti dengan tahap perkembangan ekonomi. Konsep pemasaran yang dianggap maju / baru akan berorientasi ke pasar/konsumen, sedang pemasaran yang lama lebih berorientasi ke arah produk.160 Jika mengamati dan mendalami pola pemasaran oleh pedagang Samuda maka penulis beranggapan bahwa konsep orientasi dagang di Samuda masih menganut konsep pemasaran lama, di mana prioritas laba menjadi tujuan utama. Secara skematis dapat digambar seperti berikut ini:
Orientasi
160
Kegiatan
Menjual dan Promosi barang
Tujuan
M. Mursid, Manajemen Pemasaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2006, h. 27. LABA Produk
120
Sedangkan orientasi pedagang dalam Islam mengharapkan pola pemasaran baru dimana prioritas pasar menjadi tujuan utama, yaitu selain laba produsen juga memperhatikan kepuasan konsumen, sebagaimana digambarkan berikut ini : Orientasi
Kegiatan
Penjualan dan Integritas Pemasaran
Pasar
Tujuan
LABA Melalui Kepuasan konsumen
Islam tidak memberikan batas bagi setiap marketer selama pemasaran tersebut masih dijalur islah, sebagaimana kaidah fiqhiyah yang menjelaskan :
ﺮ ُ و ْ ﻃِ ﻬِﻢ ْ ا ِ ﻻﱠ ﺳ َ ﺮ ْ ﻃًﺎ ﺣ َ ﺮﱠم َ ﺣ َ ﻼَﻻً و َ اَﺣ َ ﻞﱠ ﺣ َ ﺮ َ اﻣ ً ﺎ Artinya
: “Kaum muslimin terikat pada kesepakatan-kesepakatan dibuat mereka, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”.161
Islam sebagai agama yang telah sempurna sudah barang tentu memberikan rambu-rambu dalam melakukan setiap transaksi dalam
161
Ibid., h. 17
121
memasarkan barang. Dalam menjalankan usaha bisnis tetap harus berada dalam aturan-aturan yang telah ada. Analisis terhadap etika pedagang suku Banjar di Samuda dalam pemasaran barang sangat sesuai dengan etika bisnis Islam, yaitu dalam memasarkan barang prinsip yang sangat dipegang teguh yaitu : a. Kejujuran b. Rajin/gigih, optimis. c. Loyalitas d. Bersaing sehat/sportif e. Teladan Rasulullah f. Tawakkal Sedangkan
bentuk pemasaran dalam
prakteknya
diketahui
pedagang Banjar di Samuda, yaitu : a. Promosi secara langsung (direct promotion), b. Loyalitas Merek c. Prioritas barang yang berkualitas, d. Perluasan relasi. Selama proses tersebut tidak ada unsur dusta atau melebihilebihkan keunggulan suatu produk yang dipasarkan maka praktek tersebut masih dalam koridor yang benar, sebagaimana kaidah fiqhiyah : 162
ِﻠَﻰ ُﲢَْﺮِﳝْ ِﻪ لﱠ اﻟﺪﱠﻟِﻋَﻴ ْﻞ،ُﺔ ُاْﻻِ َﺑ َﱴﱠﺎﺣ ﻳَ َﺪ اْﻻَﺻ ْ ﻞ ُ ﰱ ِ اْﻻَﺷْ ﻴ َ ﺎء ِ ﺣ
“Asal mula sesuatu itu hukumnya boleh, hingga ada dalil yang 162
Ibid., h. 66
122
menunjukkan atas kerahamannya” Dalil yang menunjukkan keharaman yaitu seperti adanya transaksi garar, transaksi ikrah, transaksi najasy, transaksi tadlis, ihtikar, monopolistic rent, banyak bersumpah untuk meyakinkan pembeli, mengingkari janji, mempermainkan harga, menjual barang haram / subhat dan mematikan pedagang kecil. Apapun bentuk penawaran pasar, tidak dilarang oleh agama Islam selama tidak berlaku zalim terhadap para konsumen. Jadi harga-harga ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar yang membentuk suatu titik keseimbangan. Titik keseimbangan itu merupakan kesepakatan antara para pembeli dan para penjual yang mana para pembeli memberikan ridha dan para penjual juga memberikan ridha. Jadi para pembeli dan para penjual masing-masing meridhai. Titik keseimbangan yang merupakan kesepakatan tersebut dinamakan dengan harga. 3. Pelayanan Konsumen Pelayanan diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramah-tamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Menurut Kotler ciri-ciri pelayanan yang baik dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu sarana fisik dan kredibilitas dan integritas SDM. a. Sarana Fisik Salah satu hal yang paling penting yang harus diperhatikan adalah sarana dan prasarana yang dimiliki seorang pedagang. Peralatan
123
dan fasilitas yang dimiliki dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai sehingga membuat konsumen merasa nyaman. b. Intergritas dan Kredibilitas Sumber Daya Manusia Integritas dan kredibilitas sumber daya manusia pada suatu perusahaan (perdagangan) yaitu tersedianya karyawan yang baik, seperti halnya costumer service office yang baik, ramah, sopan, menarik, cepat tanggap, menyenangkan, serta cakap. Karena kepuasan konsumen dalam bertransaksi tergantung dari costumer service office yang melayaninya. Selain itu, costumer service office juga harus mampu memikat dan mengambil hati konsumen agar semakin loyal terhadap perusahaan tersebut. Adapun hal yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia pada suatu perusahaan dalam melayani konsumennya adalah sebagai berikut: 1) Tanggung jawab Dalam menjalankan kegiatan pelayanan, pedagang harus mampu bertanggung jawab melayani setiap konsumen dari awal hingga selesai. Konsumen akan merasa puas jika mereka merasakan adanya tanggung jawab dari pedagang tersebut. Apabila ada konsumen yang tidak dilayani secara tuntas akan menjadi citra yang buruk bagi usaha tersebut. Konsumen yang tidak puas tersebut selalu membicarakan hal-hal yang negatif tentang perusahaan, dan biasanya suatu keburukan akan lebih cepat berkembang dari pada kebaikan.
124
2) Daya Tanggap Seorang pedagang harus mampu melayani secara cepat dan tepat. Dalam melayani konsumen, pedagang harus melakukannya sesuai prosedur layanan yang ditetapkan. Layanan yang diberikan harus sesuai dan tidak membuat kesalahan (sesuai prosedur perusahaan dan keinginan konsumen). 3) Komunikatif Mampu berkomunikasi artinya pedagang harus mampu dengan cepat memahami keinginan konsumen. Selain itu, pedagang harus dapat berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Komunukasi harus dapat membuat konsumen senang sehingga jika konsumen meninginikan suatu barang, konsumen tidak segan-segan mengemukakannya kepada pedagang. Mampu berkomunikasi
dengan
baik
juga
akan
membuat
setiap
permasalahan menjadi jelas sehingga tidak timbul salah paham. 4) Kecakapan Untuk menjadi pedagang yang khusus melayani konsumen, customer service harus memiliki kemampuan dan pengetahuan tertentu. Karena tugas customer service selalu berhubungan dengan konsumen. pedagang harus dididik khusus mengenai kemampuan dan
pengetahuan
untuk
kemampuan dalam bekerja.
menghadapi
konsumen
maupun
125
5) Pemahaman Berusaha
memahami
kebutuhan
konsumen
artinya
pedagang harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan oleh konsumen. Usahakan mengerti dan memahami keinginan dan kebutuhan konsumen secara tepat. 6) Kredibilitas Kepercayaan calon konsumen kepada perusahaan mutlak diperlukan sehingga calon konsumen mau menjadi konsumen perusahaan yang bersangkutan. Kepercayaan merupakan ujung tombak keberhasilan sebuah perdagangan. Sekali pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen, maka akan menimbulkan kepercayaan kepada konsumen tersebut. Karena meningakatkan kepercayaan lebih berat dari pada mempertahankan kepercayaan yang sudah diberikan. 7) Keramahan Keramahan adalah sikap positif dan perilaku terhormat yang
harus
ditunjukkan
kepada
setiap
konsumen.
Karyawan/pedagang harus menjalin kermahan dan keakraban kepada konsumen, agar konsumen merasa senang dan nyaman ketika melakukan transaksi (tawar menawar barang).163
163
Philip Kotler, Principle…, h. 86-89
126
Dari data hasil perolehan bentuk pelayanan pedagang terhadap konsumen, dianalisis bahwa : a. Sikap Pedagang Terhadap Konsumen Sikap dan norma subyektif seorang pedagang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat, baik secara bersama-sama maupun secara individual konsumen. Berpengaruh paling dominan terhadap minat seorang konsumen adalah sikap pedagang dalam pelayanannya. Pedagang di Samuda selalu bersikap ramah pada setiap konsumen yang datang, senyum sapa, dan santun dalam berbicara adalah modal utama untuk menarik simpatik konsumen. Konsumen memiliki sikap yang paling positif terhadap harga yang murah. Dan untuk melakukan pembelian. Beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah pedagang perlu mempertahankan harga yang relatif murah karena konsumen memiliki sikap yang positif terhadap atribut ini. Pedagang di Samuda perlu mengembangkan promosinya, misalnya melalui personal selling apabila mempunyai dana yang memadai untuk promosi. Dengan personal selling diharapkan pedagang dapat mempengaruhi secara lebih efektif terutama para orang tua sebagai referen yang paling berpengaruh terhadap minat konsumen untuk membeli.
127
Selain itu juga sikap yang perlu ditampilkan seorang pedagang sebagaimana diungkapkan Muhammad Firdaus, dkk Seorang pedagang Islam dalam memasarkan barang memiliki : 1) Jujur dan dapat dipercaya 2) Sabar 3) Rendah hati / bertutur lembut 4) Adil terhadap semua pelanggan 5) Bersungguh-sungguh 6) Husnu z}an 7) Senang memberi hadiah / diskon. 164 b. Usaha pedagang terhadap kepuasan konsumen Data menunjukan usaha pedagang di Samuda dalam pelayanan konsumen yaitu dengan pertimbangan : 1) Fitur (features): karakteristik pelengkap khusus yang dapat menambah pengalaman pemakaian produk 2) Reliabilitas barang, yaitu probabilitas terjadinya kegagalan atau kerusakan produk dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerusakan,
semakin andal produk
bersangkutan. 3) Konformasi (conformance), yaitu tingkat kesesuaian produk dengan standar harga yang telah ditetapkan.
164
TIM, Dasar dan Strategi…, h. 31.
128
4) Daya Tahan (Durability), yaitu jumlah pemakaian produk sebelum produk bersangkutan harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian normal yang dimungkinkan, semakin besar pula daya tahan produk. 5) Estetika (aesthetics), menyangkut penampilan produk yang bisa dinilai dengan panca indra. 6) Persepsi terhadap kualitas (perceived quality), yaitu kualitas yang dinilai berdasarkan reputasi penjual. c. Sikap pedagang terhadap konsumen yang komplain Perilaku
yang mencerminkan pedagang Samuda ketika
menghadapi suatu permasalahan ketidakpuasan konsumen, yaitu : 1) Menghadapi dengan sabar 2) Mendengarkan keluhan konsumen 3) Segera meminta maaf 4) Memberikan solusi yang terbaik untuk konsumen d. Refleksi terhadap kepuasan konsumen Dalam kegiatan promosi juga harus menjadi modal pelajaran bagi pedagang dalam upaya memajukan usahanya. Anjuran ini juga sebagaimana firman Allah :
Artinya
… 165 … : “…Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); …”.166
165
Q.S. Al-Hasyar [58] : 18
129
Data
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
pedagang
menyatakan tidak ada refleksi terhadap kepuasan konsumen. Idealnya seorang pedagang Islam adalah menjadi refleksi sebagai perencanaan manajemen perdagangan. Kegiatan refleksi adalah fungsi dari manajemen sebuah perusahaan. Karena sistem manajemen menciptakan titik fokus dari perencanaan dan tanggung jawab bagi setiap produk yang ditawarkan, dan terus memonitor pelaksanaannya, untuk diambil langkah-langkah perbaikan. Tindakan-tindakan perbaikan itu sebagaimana diungkapkan oleh M. Mursid adalah : 1) Menyiasati produk saingan 2) Menyusun rencana pemasaran dan ramalan penjualan 3) Bekerja sama dengan agen-agen periklanan, pedagang untuk mengembangkan kampanye-kampanyenya 4) Merangsang perhatian perhatian dan minat konsumen 5) Mengumpulkan terus-menerus informasi tentang penampilan produk, sikap pelanggan serta masalahmasalahnya. 6) Perbaikan kualitas produk.167 Para pedagang untuk barang konsumsi / sembako cenderung lebih ringan dalam bentuk pemasaran, dibandingkan para pedagang produk bersifat barang skunder dan tersier. Refleksi ideal bagi pedagang sembako Islam terhadap kepuasan konsumen
adalah
menghindari segala aspek dzalim yang merugikan konsumen seperti : ihtikar (menyimpan barang untuk waktu tertentu), mengurangi timbangan dan dusta. 166
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 1222
167
M. Mursid, Manajemen…, h. 106.
130
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah berikut ini:
168
Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. 169 Bagi orang-orang yang bergerak dalam bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui bahwa perilaku marketer
Islam
akan memberikan kepuasan tersendiri dalam
kehidupannya baik dalam dunia nyata sekarang ini apalagi dalam kehidupan nanti di akhirat. Dari setiap bentuk pelayanan yang diberikan oleh pedagang Samuda menggambarkan seorang pedagang muslim yang memiliki ciri-ciri pelayanan yang baik dalam Islam, yaitu :
168
QS. Al-Baqarah [2] : 188
169
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 56
131
a. Memiliki kepribadian spriritual (Takwa) Seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana mereka sedang sibuk dalam aktivitas mereka. Ia hendaknya sadar penuh dan responsif terhadap prioritasprioritas yang telah ditentukan oleh sang pencipta. Kesadaran akan Allah ini hendaklah menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala tindakan. b. Berperilaku baik dan simpatik Berperilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah pondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi manusia. Al-Qur’an juga mengharuskan pemeluknya untuk berlaku sopan dalam setipa hal; bahkan dalam melakukan transaksi bisnis dengan orang-orang yang bodoh (sufaha>’), tetap harus berbicara dengan ucapan dan ungkapan yang baik. Kaum Muslim diharuskan untuk berlaku manis dan dermawan terhadap orang-orang miskin dan jika dengan alas an tertentu ia tidak mampu memberikan uang kepada
orang-orang
yang
miskin
itu,
setidak-tidaknya
memperlakukan mereka dengan kata-kata yang baik dan sopan dalam pergaulan. c. Berlaku adil dalam bisnis (Al-‘Adl) Berbisnis secara adil adalah wajib hukumnya, bukan hanya himbauan dari Allah Swt. Sikap adil termasuk di antara nilai-nilai
132
yang ditetapkan oleh Islam dalam semua aspek ekonomi Islam. Islam
telah
mengharamkan
setiap
hubungan
bisnis
yang
mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam setiap hubungan dagang dan kontrakkontrak bisnis. Dalam bisnis modern, sikap adil harus tergambarkan bagi semua stakeholder, semuanya harus merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak pun yang hak-haknya terzalimi, terutama bagi tiga stakeholder utama, yaitu pemegang saham, pelanggan dan karyawan. Mereka harus selalu terpuaskan (satisfied) sehingga dengan demikian bisnis bukan hanya tumbuh dan berkembang, melainkan juga berkah di hadapan Allah Swt. d. Bersikap melayani dan rendah hati Sikap melayani merupakan sikap utama dari seorang pemasar.
Tanpa
sikap
melayani,
yang
melekat
dalam
kepribadiannya, dia bukanlah seorang yang berjiwa pemasar. Melekat dalam sikap melayani ini adalah sikap sopan santun dan rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan dan bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya. AlQur’an memerintahkan dengan ekspresif agar kaum Muslim bersifat lemah lembut dan sopan santun manakala berbicara dan melayani pelanggan. e. Menepati janji dan tidak curang
133
Amanah bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Secara umum, amanah dari Allah Swt kepada manusia ada dua, yaitu ibadah dan khalifah. Dalam kehidupan, seorang Muslim harus melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepatuhan kepada Allah adalah kepatuhan yang bersifat mutlak karena Allah memang menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Seorang pebisnis syariah harus senantiasa menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya. Demikian juga dengan syariah marketer, harus dapat menjaga amanah yang diberikan kepadanya sebagai
wakil
dari
perusahaan
dalam
memasarkan
dan
mepromosikan produk kepada pelanggan. f. Jujur dan terpercaya (Amanah) Di antara akhlak yang harus menghiasi bisnis syariah dalam setiap gerak-geriknya adalah kejujuran. Kadang-kadang sifat jujur dianggap mudah untuk dilaksanakan bagi orang-orang awam manakala tidak dihadapkan pada ujian yang berat atau tidak dihadapkan pada godaan duniawi. Di sinilah Islam menjelaskan bahwa kejujuran yang hakiki itu terletak pada muamalah mereka. Jika ingin mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran seorang sahabat, ajaklah kerja sama dalam bisnis. Di sana akan kelihatan sifat-sifat aslinya, terutama dalam hal kejujuran. g. Tidak suka berburuk sangka
134
Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Muhammad Saw yang harus diimplementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak boleh satu
pengusaha
menjelekkan
pengusaha yang lain, hanya bermotifkan persaingan bisnis. Kita semua telah memaklumi, bagaimana Islam melalui syariahnya melindungi
kehormatan
dan
harga
diri
manusia
bahkan
menyucikannya. Islam
melindungi
kehormatan
pribadi
dari
suatu
pembicaraan oleh yang tidak disukainya untuk disebut-sebut. Tinggalkanlah perbuatan berburuk sangka (su>uz} z}ann). Akan lebih mulia jika seorang syariah marketer justru menonjolkan kelebihan-kelebihan saudaranya, rekan sekerjanya, perusahaannya atau bahkan pesaingnya. Di sini akan tergambar sebuah akhlak yang indah, yang justru menarik simpati pelanggan maupun mitra bisnis kita. h. Tidak suka menjelek-jelekkan Bagi syariah marketer, gibah adalah perbuatan sia-sia dan membuang-buang
waktu.
Akan
lebih
baik
baginya
jika
menumpahkan seluruh waktunya untuk bekerja secara profesional, menempatkan semua prospeknya sebagai sahabat yang baik dan karenanya ia harus memperlihatkan terlebih dahulu bagaimana menjadi sahabat yang baik, berbudi pekerti dan memiliki akhlak yang mulia. Semua orang senang dan orang sering mengenangnya
135
karena kebaikan perilakunya. Dari sinilah muncul kepercayaan (trust) yang menjadi salah satu kunci sukses dalam bisnis.