35
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.
Persiapan Penelitian Peneliti mempersiapkan penelitian dengan mencari alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur penyesuaian diri dan self-esteem serta mencari subjek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan kemudian memberikan atau menyebarkannya kepada subjek. Peneliti menggunakan Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) yang merupakan adaptasi dari Coopersmith Self-Esteem Inventory By Ryden (dalam Virgita, 2010) karena aspek yang diukur sesuai dengan self-esteem yang dimaksudkan pada penelitian ini. Sedangkan untuk mengukur penyesuaian diri peneliti menyusun sendiri berdasarkan teori Runyon dan Haber.
4.2.
Pelaksanaan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan uji tryout pada
tanggal 01 Juli 2013. Subjek dalam uji tryout ini adalah sebanyak 30 orang. Setelah didapat hasil tryout dan berdasarkan hasilnya, maka peneliti mulai melakukan penelitian selanjutnya. Pelaksanaan Penelitian pada tanggal 19 Juli 2013 di SMK TSP Jakarta. Kuesioner diberikan secara langsung kepada subjek. Setelah subjek mengisi kuesioner akan diberikan sebuah cinderamata sebagai tanda terima kasih peneliti kepada subjek yang telah membantu dalam penelitian ini berupa gantungan kunci.
36
4.3.
Identitas Subjek Penelitian Berhubung pada saat melakukan penelitian adalah tahun pelajaran siswa
baru, maka subjek penelitian yang dipilih adalah siswa SMK TSP yang rentang usianya antara 16-17 tahun dan bersekolah di SMK TSP Jakarta, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Karakteristik umum subjek penelitian diketahui melalui perhitungan distribusi frekuensi dari data kontrol yang dicantumkan dalam kuesioner, yaitu jenis kelamin dan tanggal lahir. Berdasarkan perhitungan distribusi tersebut, maka diperoleh gambaran subjek sebagai berikut. 4.3.1. Jenis Kelamin Subjek penelitian berjumlah 70 orang siswa, sebanyak 34 orang (48,6%) berjenis kelamin perempuan dan 36 orang (51,4%) berjenis kelamin laki-laki. Jadi, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan selisih 2 orang. Jumlah subjek penelitian ini terlihat karena siswa di SMK TSP didominasi oleh siwa berjenis kelamin laki-laki. Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Total
Laki-Laki
36
51,4%
70
Perempuan
34
48,6%
100%
37
4.4
Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan ketelitian suatu alat
ukuir dalam mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur yang dibuat harus dapat mengukur variabel yang dimaksudkan untuk diukur, bukan variabel lain. Karena variabel dalam ilmu-ilmu sosial merupakan variabel yang abstrak, maka tidak mustahil jika skala pengukuran yang dibuat kemudian mengukur variabel lain, bukan variabel yang dimaksud oleh peneliti. Kalau hal tersebut terjadi, maka alat ukur yang demikian dikatakan tidak valid. Suatu alat ukur atau skala pengukuran dikatakan valid jika skala pengukuran tersebut mengukur apa yang diukur. Agar Penelitian ini lebih teliti, sebuah item sebaiknya memiliki korelasi dengan skor total masing-masing variabel ≥ 0,25 (Sugiyono, 2005). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 40 item valid dan 14 item tidak valid dari 54 item. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS Version 16.0 for windows. 4.5. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk memperoleh reliabilitas dari alalt ukur self-esteem dan penyesuaian diri, digunakan rumus Alpha Conbrach. Tolak ukur untuk menafsirkan tinggi atau rendahnya derajat reliabilitas alat ukur dari Conbrach yaitu jika r ≥ 0,7 berarti alat ukur yang disusun reliabel Guilford (Gulo, 2002). Berdasarkan pengujian reliabilitas alat ukur skala penyesuaian diri diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,777. Reliabilitas alat ukur
38
self-esteem diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,781. Nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa skala penyesuaian diri dan self-esteem adalah reliabel. Tabel 6. perbandingan skala self-esteem Skala
Penelitian Tahun
Nilai reliabilitas
Self-esteem
2006
.858
2010
.867
2013
.781
4.6. Analisis dan Pembahasan Hasil Pengolahan Data 4.6.1. Deskripsi Penyesuaian Diri Perolehan skor hasil perhitungan menyebutkan bahwa skor tertinggi skala penyesuaian diri secara keseluruhan adalah 122 dan skor terendahnya adalah 102 dengan mean sebesar 112. Berdasarkan hasil kategorisasi menggunakan rumusan statistik, maka diperoleh 8 orang untuk kategori Penyesuaian diri tinggi, 9 orang memiliki Penyesuaian Diri Rendah dan sebanyak 53 orang memiliki Penyesuaian Diri yang sedang.
39
Tabel 7. Skor Kategorisasi Skala Penyesuaian Diri Rumus Statistik >( + ( −
Kategorisasi
Skor
Frekuensi
Tinggi
X > 122
8 Orang
Sedang
103 < X < 121
53 Orang
Rendah
X < 102
9 Orang
)
)<
<( +
)
<( −
)
4.6.2. Deskripsi Self-Esteem Perolehan skor hasil perhitungan menyebutkan bahwa skor tertinggi skala Self-esteem secara keseluruhan adalah 175 dan skor terendahnya adalah 151 dengan mean sebesar 163 Berdasarkan hasil kategorisasi menggunakan rumusan statistic, maka diperoleh 11 orang untuk kategori Self-Esteem tinggi, 10 Orang memiliki SelfEsteem Rendah dan sebanyak 49 orang memiliki Self-Esteem Sedang. Tabel 8. Skor Kategorisasi Skala Self-Esteem Rumus Statistik >( + ( −
)
)<
<( + <( −
Kategorisasi
Skor
Frekuensi
Tinggi
X > 175
11 Orang
Sedang
152 < X < 174
49 Orang
Rendah
X < 151
10 Orang
) )
40
4.6.3. Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Self-Esteem Hasil perhitungan menggunakan korelasi Karl Pearson product moment, terdapat korelasi positif yang signifikan antara penyesuaian diri dengan selfesteem (r = .319). Hasil tersebut bermakna semakin tinggi penyesuaian diri seseorang maka semakin tinggi pula self-esteemnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki penyesuaian diri rendah maka semakin rendah pula self-esteemnya. Skor korelasi ini juga menunjukkan hubungan yang tinggi karena perolehan skor > 0,2. 4.6.4. Perbedaan Self-Esteem pada jenis kelamin Perolehan skor hasil perhitungan menyebutkan bahwa t hitung sebesar 1.730 Menurut t tabel dengan jumlah subjek 70 orang sebesar 1.980 dengan taraf signifikan 5%. Nilai tersebut menandakan bahwa t hitung < t tabel yang berarti tidak terdapat perbedaan self-esteem antara laki-laki dengan perempuan. 4.6.5. Perbedaan Penyesuaian Diri pada jenis kelamin Perolehan skor hasil perhitungan menyebutkan bahwa t hitung sebesar .332 Menurut t tabel dengan jumlah subjek 70 orang sebesar 1.980 dengan taraf signifikan 5%. Nilai tersebut menandakan bahwa t hitung < t tabel yang berarti tidak terdapat perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dengan perempuan. 4.7. Analisa dan Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan self-esteem pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta. Hasil yang
41
diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan self-esteem sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi r = .319 dengan nilai signifikansi = .007 yang berarti arah hubungan kedua variable bersifat positif. Nilai positif pada koefisien korelasi menunjukkan arah hubungan positif antara penyesuaian diri dengan self-esteem pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta. Kondisi tersebut berarti bahwa semakin tinggi penyesuaian diri maka semakin tinggi self-esteem siswa, sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri maka semakin rendah pula self-esteem siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Berdasarkan hasil hitungan perbedaan penyesuaian diri dengan self-esteem pada jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri dan self-esteem pada siswa remaja tidak dapat dibedakan dari jenis kelamin. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif penyesuaian diri dengan self-esteem siswa kelas XI SMK TSP Jakarta disebabkan karena pertama, penyesuaian diri pada hakikatnya adalah salah satu persyaratan bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu (Mu’tadin, 2005). Sangat memungkinkan bagi siswa memiliki penyesuaian diri tinggi dan self-esteem tinggi. Sebaliknya semakin rendah kemampuan penyesuaian diri, maka semakin buruk self-esteemnya. Artinya, untuk meningkatkan sebuah self-esteem yang baik, maka seorang siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Tallent (dalam Setiowati, 2000) didalam setiap kehidupan, individu akan berusaha untuk
42
mencapai keselarasan antara tuntutan personal, biologis, sosial, dan psikologis yang membentuk self-esteemnya. Ada sebagian individu yang berhasil dalam melakukan penyesuaian diri tetapi ada juga yang terhambat sehingga menghasilkan sebuah self-esteem yang kurang. Kedua, ada beberapa ciri yang menunjukkan individu dengan penyesuaian diri yang baik. Schneider (1964, dalam Wijaya, 2007) memberikan kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik diantaranya adalah pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya, objektivitas diri dan penerimaan diri, kontrol dan perkembangan diri, integritas pribadi yang baik, adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya. Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian, maka sebagian besar siswa memiliki nilai dalam kategori sedang, hal ini menandakan bahwa siswa SMK TSP mampu mempertahankan eksistensinya dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, sehingga mampu menyelaraskan tuntutan sosial sesuai dengan pengertian penyesuaian diri menurut (Al Maruzy, 2010). Ketiga adalah kondisi sebagai siswa yang tidak selalu dekat dengan orang tua serta tuntutan yang tinggi dari sekolah membuktikan self-esteem pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta mendukung hipotesis yang ada. Beranekaragam siswa tidak hanya dari kota Jakarta saja yang mengakibatkan siswa harus dapat berinteraksi tanpa memandang status sosial. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Lazarus dan Launier (dalam Desiningrum, 2012) bahwa penemuan dalam penelitiannya, dari aspek penyesuaian diri memiliki hubungan yang signifikan dengan self-esteem seseorang. Self-esteem akan memproyeksikan cara pandang
43
individu terhadap situasi lingkungannya, dan akan mempengaruhi pula bagaimana seorang siswa berespon dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di masa remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap self-esteem seorang remaja. Self-esteem merupakan pendapat individu mengenai dirinya sendiri tentang rasa keberhargaannya yang diekspresikan dalam sikap penerimaan atau penolakan yang menunjukkan sejauh mana individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga. Self-esteem berperan penting sebagai jembatan untuk menanggulangi penyesuaian diri individu pada suatu lingkungan tertentu. Karakteristik seseorang yang memiliki self-esteem tinggi sesuai dengan pembahasan pada bab dua yaitu dicirikan dengan keaktifan dan kemampuannya dalam mengekspresikan diri dengan baik, keberhasilan dalam bidang akademik, dapat menerima kritik, tidak memikirkan kesulitan sendiri, memiliki keyakinan diri yang tidak berdasarkan fantasi, tidak mudah terpengaruh dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan baru. Perkembangan fisik menyebabkan perubahan fisik yang radikal pada masa remaja awal dan akan terus berkembang hingga remaja akhir. Perubahan fisik akan
mempengaruhi
perkembangan
psikis
remaja
menuju
kematangan.
Perkembangan psikis meliputi perkembangan kognisi, afeksi, dan konasi. Tahap perkembangan kognisi menurut piaget (dalam Sandha dkk, 2012) berada pada fase operasional formal. Perkembangan afeksi berupa emosi sensitive terhadap perubahan, cenderung meledak-ledak dan sulit dikendalikan oleh dirinya sendiri
44
maupun orang tua. Emosi yang ditampilkan tercermin dalam perilaku remaja yang tidak terkendali. Remaja cenderung menunjukkan perilaku memberontak, tidak patuh, dan mengabaikan otoritas orang tua atau lingkungan yang mengekang kebebasan remaja menunjukkan diri. Penyesuaian diri yang diperoleh oleh remaja di sekolah dapat diperoleh melalui proses belajar memahami, mengerti dan berusaha melakukan apa yang diinginkan
maupun
lingkungannya.
Beberapa
hal
yang
mempengaruhi
penyesuaian diri remaja yaitu kondisi fisik remaja dan faktor lingkungan remaja seperti keluarga dan sekolah. Penelitian ini berfokus pada penyesuaian diri pada siswa kelas XI SMK TSP Jakarta. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran model penelitian sebagai berikut : Bagan 4.7.1 Model penelitian
Penyesuaian Diri
Self-Esteem