BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Riwayat hidup Mohammad Hatta 1. Masa Kecil Mohammad Hatta Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Nama Hatta sebenarnya ialah Mohammad Athar. „Athar‟ dalam bahasa Arab artinya harum. Dalam panggilan sehari-hari kata „Athar‟ diucapkan Atta. Lama-kelamaan berubah menjadi Hatta. Bukittinggi adalah sebuah kota kecil yang terletak di dataran tinggi Agam. Provinsi Sumatra Barat. (Amrin Imran, 1981 : 1-2). Orang-orang yang datang bertamasya dari daerah pesisir sering menamai Bukittinggi “Kota kebun bunga mawar”. (Mohammad Hatta, 2002: 1). Pada masa penjajahan Belanda Bukittinggi diberi nama Fort de Kock oleh Jenderal De Kock yang menjadi Panglima seluruh angkatan perang kolonial Belanda pada waktu itu.Tetapi rakyat Agam selalu menyebutnya Bukittinggi. Nama Fort de Cock mengingatkan pada masa Perang Padri di Sumatera Barat, yang berlangsung dari tahun 1820-an hingga awal 1840-an. (Mohammad Hatta, 2002 : 1). Pada masa kecil Mohammad Hatta penduduk Bukittinggi hanya kira-kira 2500 orang. Meskipun penduduk Bukittinggi tidak banyak pada waktu itu, tetapi di sana sudah terdapat sebuah sekolah rendah Belanda 7 tahun, dua buah sekolah rakyat 5 tahun yang disebut Sekolah Melayu dan sebuah sekolah
22
guru 6 tahun yang terkenal dengan nama “ Sekolah Raja”. (Mohammad Hatta. 2002: 2-4). Ayah Hatta bernama Haji Muhammad Djamil. Ia adalah anak dari Syekh Arsyad. Seorang guru agama yang cukup terkenal. Meninggal dunia dalam usia 30 tahun, ketika Hatta masih berumur delapan bulan. Ibu Hatta bernama Siti Saleha orang Bukittinggi Asli. Ayahnya bernama Ilyas Bagindo Marah, seorang pedagang. Ibunda Hatta sepeninggal suaminya menikah lagi dengan Mas Agus Haji Ning. Haji Ning adalah seorang pedagang dari Palembang. (Amrin Imran, 1981: 1-2). Hatta dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang cukup berada dan terpandang. Kakek dari pihak ibunya adalah seorang pedagang yang berhasil. Kenalannya banyak, baik bangsa Indonesia maupun orang-orang Belanda. (Amrin Imran, 1981: 2). Hatta memanggil nenek dari ibunya dengan sebutan Mak Gaek. Kakeknya dengan sebutan “Pak Gaek” yang memiliki gelar Bagindo Marah. (Delier Noer, 1990: 17). Kakek dari pihak ayahnya disebutnya “Ayah Gaek”. Ayah gaeknya mempunyai sebuah surau di Batuhampar. Banyak orang belajar agama di surau itu. (Amrin Imran, 1981: 2) Garis Keturunan ayahnya merupakan keluarga ulama. Sedangkan garis keturunan ibunya merupakan keluarga saudagar. Dari dua garis keturunan orangtuanya telah memberikan dua bakat pada dirinya. Dia seorang muslim yang religius, intelek yang mempunyai visi ekonomi yang berideologi kerakyatan. Dahulu ketika masyarakat masih amat kuat
23
menganut
tradisinya,
tidak
terlihat
kehadiran
sistem
matrilineal
Minangkabau dalam kehidupan kaum keluarga Hatta. Gelar adat, Bagindo Marah, yang dipakai oleh Pak Gaeknya serta bangunan rumah tempat mereka sekeluarga, berada di luar sistem budaya masyarakat Bukittinggi. (Salman Alfarizi, 2010: 12-13). Nenek dari ibunda Hatta disebut oleh anak-cucunya dengan panggilan Nenek Jawa. Mak Gaek Hatta dikisahkan sebagai perempuan pemberani. Ibunda Hatta bersama seluruh anak dan suaminya Haji Ning tinggal bersama Pak Gaeknya, sebagaimana tradisi matrilineal. Namun, faktor
posisi
sentral
Pak
Gaek
sebagai
kepala
rumah
tangga
memperlihatkan bahwa Hatta berada di luar konstruksi sosial budaya Minangkabau. Sama seperti Lazimnya dalam rumah tangga di kota-kota umunya. (Salman Alfarizi, 2010 : 15). Kondisi rumah tangga semasa kecil demikian sangat berpengaruh dalam pola hidup Hatta yang terlepas dari pola budaya Minangkabau tradisional yang lazimnya konservatif, adalanya cenderung reaksioner. Demikian pula pengalaman hidup dalam lingkungan pengusaha yang berkolaborasi dengan pemerintah dan perusahaan Belanda, seperti Pak Gaek dan Haji Ning, memberi pengaruh pada sikap mental Hatta. Pak Gaek yang pengusaha angkutan pos, sangat menuntut keja tepat waktu, menyiapkan perangkat pendukung seperti petugas dan kuda harus bersih dan sehat. Pengalaman hidup sedari kecil di rumah tangga demikian dan ditambah oleh sikap Mak Gaeknya dalam memelihara aturan dan
24
kemudian disiplin yang berlaku pada sekolah seperti Hollands Inlandse School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), sangat kuat membentuk sikap mental Hatta sebagaimana dikenal. (Salman Alfarizi, 2010: 16 ). Sepeninggal ayah Hatta, pihak keluarganya di Batu Hampar, tetap diajak musyawarah, terutama dalam mengambil keputusan mengenai jalan hidup Hatta, terutama mengenai pendidikannya. Dalam pendidikan formal keinginan dari pihak ibunya yang dilaksanakan, namun tidak berarti pengaruh pihak dari keluarga di Batu Hampar dapat diabaikan. Pengaruh tersebut tercermin dalam sikap hidup Hatta yang taat dalam menjalankan ibadah sepanjang hidupnya. (Delier Noer, 1990: 18). Kondisi
lingkungan
dari
kecil
dari
keluarganya,
sangat
berpengaruh terhadap pola hidup Hatta. Lingkungan Keluarga memberikan Keteladanan hidup seperti kedisiplinan, pengetahuan agama serta aturanaturan di dalam keluarganya sangat kuat membentuk karakter dalam diri Mohammad sebagaimana di kenal. Masa kecilnya dilaluinya secara biasa dilakukan oleh anak-anak ditempatnya : bermain, bersekolah, dan mengaji. Dari masa ini ia telah menunjukkan disiplin yang tinggi terhadap dirinya, baik dalam pembagian waktu, maupun dalam membelanjakan uang. Ia membiasakan hidup sehari-hari dengan teratur, dan melaksanakan segala sesuatu dengan baik. (Delier Noer, 1990: 19).
25
2. Latar belakang pendidikan Mohammad Hatta Hubungan antara keluarga ayah dan keluarga ibu Hatta tetap berjalan baik, walaupun ayahnya sudah meninggal. Pada awalnya ada perbedaan pendapat antara keluarga dari pihak ibu dan keluarga dari pihak ayah, mengenai pendidikan yang harus ditempuh oleh Hatta. Keluarga dari pihak ayahnya mengharapkan agar kelak Hatta menjadi seorang yang alim. Karena itu ia harus belajar di sekolah agama. Sedangkan keluarga dari pihak
ibunya menginginkan Hatta masuk ke sekolah umum. Tetapi
kemudian tercapai kesepakatan antara kedua keluarga itu. (Amrin Imran : 2010: 4). Keluarga dari ibunyalah yang dilaksanakan. Hatta belajar di Sekolah Rakyat, yang setara dengan Sekolah Dasar sekarang. Pada umur lima tahun lebih beberapa bulan Pak Gaeknya ingin memasukkan ke Sekolah Rakyat. Pada masa itu ada peraturan bagi calon murid disuruh melingkarkan tangannya keatas kepala. Apabila ujung jari tangan dapat menyentuh telinga kiri, anak itu akan diterima sebagai murid. Karena umurnya dianggap cukup untuk bersekolah. Namun sayang, Hatta masih dianggap kecil
karena jari tangan kanannya belum dapat menyentuh
telinga kirinya. Ia tidak diterima di Sekolah Rakyat. (Amrin Imran, 2010: 4). Untunglah Pak gaeknya memiliki banyak teman, salah satunya bernama Ledeboer bekas tentara Belanda yang mendirikan sekolah swasta. Sebenarnya sekolah itu hanya menerima murid-murid yang sudah
26
tamat Sekolah Rakyat. Hatta kemudian dimasukkan ke sekolah itu oleh pak gaeknya.
Kurang lebih enam bulan Hatta belajar di sekolah itu.
Kemudian ia pindah ke Sekolah Rakyat. Umurnya sudah mencapai enam tahun. Anak-anak yang sekelas dengan Hatta ada yang sudah berumur limabelas tahun. (Amrin Imran, 2010: 5). Pagi hari Hatta belajar di Sekolah Rakyat. Sore hari ia belajar bahasa Belanda. Sesudah maghrib ia belajar mengaji di surau. Tetapi ia dapat mengatur waktunya dengan baik. Hatta Belajar di Sekolah Rakyat hanya sampai tahun
ketiga. Pertengahan tahun ajaran
ia pindah ke
sekolah Belanda, yakni Europese Legere School (ELS). Ia diterima di kelas dua. (Amrin Imran, 2010: 5). Pada tahun 1913 Hatta pindah ke ELS Padang mulai kelas 5 sampai kelas 7. (Delier Noer, 1990: 20). Hal ini disebabkan oleh tiga bulan sebelum vakansi besar murid-murid kelas empat yang bermaksud ingin mengikuti ujian masuk Hogere Burger School (HBS) boleh mengambil pelajaran privat bahasa Perancis. Hatta ingin melanjutkan studinya ke HBS. Murid yang diterima sekolah itu harus pandai berbahasa Perancis. (Amrin Imran, 2010: 7). Pelajaran itu diberikan oleh seorang guru Belanda pada sore hari, tiga kali seminggu. Pak gaek Hatta mendapat persetujuan dari Tuan Chevalier seorang kommis pos untuk mengajar bahasa Inggris kepada Hatta. Menurutnya, bahasa Inggris lebih penting daripada bahasa Perancis. Maka Hatta tidak jadi mengikuti pelajaran bahasa Perancis. (Mohammad Hatta, 2002: 29).
27
Tapi malang baginya, setelah tiga bulan Hatta belajar bahasa Inggris, tuan Chevalier di pindahkan kerja ke Betawi. Untuk pindah belajar bahasa Prancis, Hatta sudah ketinggalan tiga bulan dan harus mulai dari awal. Maka diputuskan oleh orang tuanya, Hatta pindah sekolah ke Padang sesudah vakansi. Di Padang ada sekolah Belanda pertama yang mengajarkan bahasa Perancis sebagai mata pelajaran dan dimulai dari kelas 5. (Mohammad Hatta, 2002: 29). Hatta tamat dari ELS tahun 1916. Ia ingin melanjutkan pendidikannya ke HBS. Pada waktu itu di Sumatera Barat tidak ada HBS. (Amrin Imran, 1981: 7). Menjelang pertengahan tahun 1916 Hatta lulus dalam ujian masuk HBS, sekolah menengah Belanda 5 tahun. Karena itu Hatta harus pindah ke Jakarta, dulu disebut Betawi. Tetapi ibunya tidak mengijinkan. Ibunya takut Hatta akan terpengaruh oleh kehidupan kota besar. Ia masih terlalu muda, Hatta baru berumur 14 tahun. Ibunya berpendapat agar Hatta meneruskan
pelajaran ke sekolah MULO
kemudian melanjutkan ke HBS di Betawi. (Mohammad Hatta, 2002: 34). Pada awalnya Hatta sangat kecewa. Hatta lalu melamar pekerjaan di kantor pos. Lamarannya diterima. (Amrin Imran, 1981: 7). Tetapi sebelum ia mulai bekerja, ia dapat dibujuk ibu dan pamannya supaya mengurungkan niatnya. Akhirnya Hatta tunduk terhadap ibunya dan kemudian masuk sekolah MULO. (Mohammad Hatta, 2002: 35). Ketika Hatta masuk ke sekolah MULO di Padang, sudah agak banyak anak Indonesia yang bersekolah di situ. Sekolah itu terbuka bagi
28
murid-murid yang datang dari sekolah Belanda 2 dan yang berasal dari HIS. Mereka diterima dan dibebaskan dari mengikuti pelajaran bahasa Perancis. Di sini terasa benar cara Belanda mempersulit kemajuan sekolah bagi anak-anak Indonesia. Anak Indonesia yang memulai pelajarannya pada HIS memerluan waktu sembilan tahun untuk mencapai kelas I MULO. (Mohammad Hatta 2011: 48). Di sekolah MULO ini ada perlakuan yang berbeda antara anak pribumi dengan anak-anak Belanda. Ini terlihat dari Murid-murid yang datang dari sekolah Belanda pertama di masukkan ke kelas IA. Sedangkan yang datang dari sekolah Belanda kedua ditempatkan di kelas IB. Padahal nilai-nilai mereka lebih tinggi dari pada mereka yang datang dari sekolah Belanda. Sekolah MULO di Padang mempunyai perkumpulan sepakbola yang bernama Swallow. Hatta memang memiliki kegemaran bermain sepakbola sehingga ia masuk dalam perkumpulan itu. Pada awalnya Hatta hanya menjadi anggota biasa.
Kemudian terpilih Hatta menjadi
bendahara. Karena teman-temannya mengetahui bahwa Hatta sangat tertib dalam hal keuangan. Itulah pengalaman pertamanya dalam berorganisasi. (Amrin Imran, 1981: 14). Waktu Hatta Bersekolah di MULO di Padang , ia berkenalan dengan Taher Marah Sutan. Taher menjadi sekretaris Sarekat Usaha. Sarekat Usaha adalah organisasi yang bergerak dalam bidang sosial. Masalah pendidikan pun diperhatikan oleh Sarekat Usaha. Salah satu usahanya ialah meminta kepada pemerintah supaya pelajaran agama
29
diberikan di MULO. Dan usaha itu berhasil. (Amrin Imran, 1981: 18). Di MULO, guru agamanya adalah Haji Abdullah Ahmad yang membawa semangat modernisme ala Muhammad Abduh dari Mesir. Salman Alfarizi, 2010 17). Hatta menyelesaikan sekolahnya di MULO pada tahun 1919. (Delier Noer, 1990: 21). Kemudian Hatta melanjutkan sekolahnya di Prins Hendrik School (PHS). Ia mengambil bagian sekolah dagang. Ia tinggal di rumah Ayub Rais, pamannya dari keluarga yang agak jauh. Ayub Rais seorang pedagang yang berhasil. Hatta sering bertukar pikiran dengan Ayub Rais. Pelajaran yang diterimanya di sekolah diujinya dengan pengalaman Ayub Rais. Tukar pikiran tersebut memberikan banyak manfaat. (Amrin Imran, 1981: 9). Guru yang mengajar di HBS atau PHS kebanyakan bukanlah guru tamatan sekolah guru. Mereka tamatan universitas atau sekolah tinggi, ditambah dengan guru-guru yang telah mencapai “Middelbaar Acte”, akte menengah. Guru Hatta yang bernama Dekker, ia seorang yang cerdas, dapat dilihat dari mata pelajaran yang diberikannya Di Prins Hendrik School, bagian dagang ia mengajarkan “ Boek houding” (Pembukuan), Handelsrecht” (Hukum Dagang dan Staat-Huishoudkunde” (ekonomi). Buku-buku yang dipakai untuk ilmu-ilmu tersebut bukanlah buku yang mudah untuk dibaca. Ia menerangkan sejelas-jelasnya tujuan pembukuan, dengan menunjukkan tabel-tabel dan
sistem yang ada di buku.
(Mohammad Hatta, 2002: 66).
30
Lain lagi cara tuan Dekker mengajarkan Hukum Dagang dan Ekonomi. Setelah buku dibuka, murid bergantian disuruh membaca satu atau beberapa alinea dari buku tersebut. Sesudah itu disuruh menceritakan dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Lain lagi cara Dr. De Kock mengajarkan ilmu “Pengetahuan Barang” yang berdasarkan kimia. Dalam mengajar
ia langsung
memaparkan sambungan pelajaran setelah
ia
masuk di kelas. Jika ada rumus yang tidak dimuat dalam buku pelajaran ia
menuliskannya
dipapan
tulis.
Sesekali
muridnya
dibawa
ke
laboratorium untuk melakukan percobaan. Guru yang mengajar sejarah di PHS Ialah Dr. Broersma. Cara mengajarnya sangat berbeda dengan guru yang ada di MULO. Sejarah yang diajarkannya lebih diutamakan semangat masa dan keadaan masa, hubungan masalah yang satu dengan yang lain. Berbeda dengan waktu di MULO Urut-urutan tahun yang dipentingkan. Dari belajar sejarah di PHS inilah Hatta mulai belajar sejarah dan sungguh-sungguh mempelajari sejarah. (Mohammad Hatta, 2002: 68) Dari cara-cara mengajar gurunya di Prins Hendrik School inilah, Hatta merasakan cara berfikir yang lain. Yang memberikan kemajuan dalam pendidikannya. Tiga tahun lamanya Hatta belajar di PHS. (Amrin Imran, 1981: 9). Kesempatan bersekolah di Jakarta di PHS tahun 19191921 dipergunakan Hatta untuk meningkatkan diri dalam pengenalan seluk beluk masyarakat jajahan. (Delier Noer, 1990: 25).
31
Tahun 1921 Hatta ke Belanda untuk melanjutkan studinya Sekolah Tinggi Dagang (Handelshogeschool) di Rotterdam. (Delier Noer, 1990: 39). Di Handelshogeschool ini Hatta mengikuti kuliah tambahan, kuliah tentang Tata negara yang diajarkan oleh Professor Oppenheim. Hanya setahun saja Hatta mengikuti kuliah tambahan yang diajarkan Professor Oppenheim karena umurnya sudah genap 76 tahun dan menghentikan kuliahnya pada akhir tahun pelajaran 1921-1922. Kuliah Professor F. De Vries ia mengajarkan pokok-pokok dari ilmu ekonomi yang disebut “ekonomi teoretika”. (Mohammad Hatta, 2002: 112). Hatta dari awal memiliki niat ingin memperoleh pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Karena itu, ia mengikuti pelajaran bagian ekonomi kolonial, dengan tiada melepaskan pelajaran tentang sejarah ekonomi dan beberapa bagian dari organisasi ekonomi, yang dibebaskan bagi mahasiswa yang mengikuti bagian pelajaran “ekonomi kolonial”. (Mohammad Hatta, 2002: 113). Dua tahun kemudian ia memperoleh ijazah sarjana muda. Kemudian bersiap untuk menempuh ujian sarjana lengkap. Tetapi waktu itu,timbul niat untuk pindah ke jurusan lain. Jurusan yang dipilihnya ialah ekonomi kenegaraan. Kemudian ia memperpanjang masa kuliahnya. Hatta menyelesaikan kuliahnya tahun 1932. Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Selama 11 tahun Hatta menuntut ilmu di Belanda. (Amrin Imran. 1981: 10-11).
32
3. Pengalaman-pengalaman dalam berorganisasi Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. (Salman Alfarizi, 2010:17). Dua tahun kemudian setelah pindah ke Jakarta ia menjadi bendahara eksekutif pusat. (Yanto Bashri dan Retno Suffani, 2005: 48). Hatta Menjadi anggota Indische Vereeniging sejak tahun 1921. (Mohammad Hatta, 2002: 165). Indische Vereeniging pada awalnya merupakan organisasi yang didirikan tahun 1908. Sebagai forum tempat bertemu orang-orang, termasuk pelajar Indonesia, yang merantau ke negeri Belanda. (Delier Noer, 1990: 41). Pada tahun 1913 , tiga orang pemimpin Indonesia tiba di negeri Belanda. Mereka adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), dr. Cipto Mangunkusumo dan Douwes Kekker. Ketiga orang pemimpin itu bertemu
dengan
anggota-anggota
Indische
Vereniging.
Mereka
menceritakan keadaan di Indonesia. Rakyat Indonesia semakin menderita. Pemerintah bertindak sewenang-wenang. (Amrin Imran 1981: 23). Anggota-anggota Indische Vereniging menyadari keadaan bangsa mereka. Rasa kebangsaan mulai tumbuh di hati para mahasiswa. (Amrin Imran, 1981: 23). Sejak 1923 Hatta menjadi faktor kunci dalam Perhimpunan Indonesia. Ia menjadi organisator utama dalam kegiatankegiatannya dan perangsang intelektual bagi rekan-rekan seperjuangannya.
33
Indische Vereniging (Perhimpunan Hindia) tahun 1925 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (Indonesische Vereniging). (Delier Noer,1990: 41). Dengan nama itu rasa kebangsaan semakin jelas. Nama majalah Hindia Putera mereka ganti menjadi Indonesia Merdeka. (Amrin Imran 1981: 23). Semangat Perhimpunan Indonesia tercermin dalam keterangan dasar organisasi, dimulai tahun 1924 Ketika perhimpunan Indonesia diketuai oleh
Datuk Pamondjak dan dipertegas tahun 1925 ketika
perhimpunan Indonesia diketuai Sukiman Wirjosandjojo. Dasar tahun 1924 itu meliputi persatuan, kemerdekaan yang
insaf
dan berdasar
kepada tenaga sendiri, aksi tersebut diarahkan untuk kemerdekaan politik dan menantang kapital asing yang menyedot kekayaan Indonesia. (Delier Noer, 1990:44). Sebelum perumusan-perumusan dasar-dasar ini, Perhimpunan Indonesia telah menerbitkan buku peringatan 15 tahun berdirinya organisasi ini (Gedenkboek Indonesiche Vereniging 1908-1923) yang memuat tulisan-tulisan tokoh-tokohnya mengenai berbagai masalah nasional Indonesia. Hatta menyumbangkan dua karangan dalam buku peringatan ini. Yang pertama, “ Indonesie in de wereldgemeenschap” (Indonesia dalam masyarakat dunia), menguraikan kedudukan negeri ini di tengah-tengah masyarakat dunia dari zaman dahulu sampai masa yang dihadapi oleh Hatta. Karangan kedua, “ Indonesia di tengah-tengah revolusi Asia”, menguraikan perkembangan usaha kebebasan bangsa-
34
bangsa di Asia dari cengkeraman Eropa. Kedua
karangan ini
menunjukkan pemikiran yang turut memberi pengaruh bagi peletakan dasar-dasar Perhimpunan Indonesia dalam tahun 1924-1925. Kemudian kedua karangan itu oleh Hatta dikembangkan untuk mengemudikan Perhimpunan Indonesia sebagai ketua, juga memberikan arah perjuangan di tanah air. (Delier Noer, 1990: 45-47). Pada tahun 1926 hingga 1928 Hatta terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Analisisnya tajam tentang kejadian-kejadian di Indonesia dan jajahan-jajahan lainnya. Sebagai pemimpin utama Perhimpunan Indonesia sekaligus juru bicara Gerakan nasional Indonesia di Eropa, Hatta sering kali melakukan perjalanan, menghadiri forumforum internasional, Komintern, dan pertemuan partai-partai sosialis di negeri Belanda. Pengaruh Hatta juga tampak dalam keterlibatan Perhimpunan Indonesia dengan organisasi-organisasi Eropa atas sponsor Komintern. Komintern memberikan dukungannya terutama bagi gerakangerakan nasional nonkomunis di Asia. Organisasi ini menjalankan kebijaksanaan
yang
memberikan
kebebasan
kepada
Hatta
dan
Perhimpunan Indonesia untuk menghadiri forum Internasional. Dalam forum-forum seperti ini ia dapat menguraikan tujuan nasionalis Indonesia dan dapat bertemu dengan beberapa tokoh nasionalis lain dari kolonikoloni di Asia Afrika. (Yanto Bashri dan Retno Suffani, 2005: 49-51) Pada 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama “Indonesia”, Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional untuk
35
Perdamaian Dunia di Bierville, Prancis. Pada tanggal 10 sampai 15 Februari 1927, Hatta menjadi wakil delegasi Indonesia dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu konggres internasional yang diadakan di Brussel, Belgia. Hatta kemudian memperkenalkan nama “Indonesia” dalam tulisan yang diterbitkan oleh De Socialist pada Desember 1928. (Salman Alfarizi, 2010: 20). Dalam
konggres-konggres
itu
Hatta
menguraikan
tujuan
Perhimpunan Indonesia. Karena hal ini oleh Belanda, Hatta dianggap berbahaya. Karangan-karangannya sangat tajam mengecam pemerintah, yang dapat membangkitkan semangat rakyat untuk memberontak. Kemudian pemerintah Belanda mencari alasan untuk menangkap Hatta. Belanda menggunakan” Konvensi Semaun-Hatta” untuk menangkapnya. “Konvensi Semaun Hatta ini merupakan perjanjian antara Semaun dan Hatta. Hatta mengatakan kepada Semaun bahwa di Indonesia perlu didirikan sebuah partai baru. Perhimpunan Indonesia bersedia menjadi pelopornya. Partai itu harus bersifat kebangsaan. Partai itulah yang akan memimpin perjuangan merebut kemerdekaan. Bekas anggota- anggota PKI tidak boleh menghalangi perjuangan partai itu. Di mana perjanjian itu berisi bahwa Semaun setuju dengan syarat-syarat yang dikemukakan Hatta. (Amrin Imran, 1981: 28). Tapi sebenarnya Perjanjian itu tidak diakui oleh pimpinan Komunis Internasional. Menurut mereka, perjuangan kemerdekaan tidak boleh dipimpin oleh golongan kebangsaan. Semaun dinyatakan bersalah.
36
Ia dipecat dari keanggotaan Komunis Internasional. Dengan demikian perjanjian
itu
tidak
berlaku.
Tetapi
pemerintah
Belanda
tetap
menangkapnya. Ia dituduh sebagai seorang komunis dan menghasut rakyat agar memberontak. ( Amrin Imran, 1981: 29). Pada
September
1927
Hatta
ditangkap.
Tiga
pengurus
Perhimpunan Indonesia juga ditangkap. Mereka adalah Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamijoyo dan Abdul Kadir Joyoningrat. Mereka berempat dimasukkan ke penjara Rotterdam. Pada tanggal 8 Maret 1928 Hatta beserta kawan-kawannya diadili, yang merupakan sidang pertama. Sidang kedua diadakan tanggal 22 Maret 1928. Hatta membacakan pembelaannya. Naskah tersebut ditulis dalam bahasa Belanda. Judulnya Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka). Yang menguraikan tentang nasib bangsa Indonesia akibat penjajahan Belanda dan
tujuan Perhimpunan
Indonesia , yakni berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. (Amrin Imran, 1981: 29-30). Sesudah bebas, Hatta kembali giat dalam Perhimpunan Indonesia (PI). Sementara itu di Indonesia berdiri partai baru. Partai itu bernama Partai Nasional Indonesia (PNI). Didirikan di Bandung tanggal 4 Juli 1927.dipimpin oleh Sukarno. Tujuan
PNI sama dengan PI, yakni
mencapai kemerdekaan Indonesia. PNI maju pesat. Oleh Belanda partai ini dianggap berbahaya. Ir Sukarno ditangkap pada tahun 1929, karena PNI dituduh
melakukan
pemberontakan. Ir Sukarno dijatuhi hukuman.
(Amrin Imran, 1981: 32-33).
37
Sepeninggal Sukarno PNI dibubarkan oleh Sartono. Yang kemudian mendirikan Partindo. Banyak dari anggota Partai Nasional yang tidak setuju, yang disebut dengan kelompok “ Golongan Merdeka”. Hatta terkejut mendengar pembubaran PNI. Hatta menulis' surat kepada “Golongan Merdeka” agar mereka mendirikan partai baru. Partai Baru itu diberi nama Pendidikan Nasional Indonesia. Singkatannya tetap PNI, tetapi lebih dikenal dengan PNI Baru. Tujuannya ialah mencapai kemerdekaan Indonesia, hanya caranya yang berbeda dengan partai-partai lainnya. PNI Baru mendidik rakyat dalam hal berpolitik. Dengan pendidikan politik ini rakyat diharapkan dapat mengerti dan sadar betul untuk apa mereka berjuang. Jika kesadaran itu sudah tertanam dengan kukuh, maka rakyat tidak mudah putus asa. Mereka tidak akan gentar menghadapi bahaya. Iman
mereka menjadi kuat. Mereka tidak takut
melawan pemerintah jajahan, yang terpenting juga ialah mendidik caloncalon pemimpin. Jika ada seorang pemimpin ditangkap sudah ada yang menggantinya. Sehingga kegiatan partai tidak terhenti. Pada awalnya PNI dipimpin Sukemi. Kemudian diganti oleh Syahrir. Setelah itu pimpinan dipegang oleh Hatta. PNI menerbitkan sebuah majalah. Namanya Daulat Rakyat, Hatta yang memberikannya. (Amrin Imran, 1981: 34). Anggota yang masuk dalam PNI Baru merupakan anggota yang sadar, bukan hanya sekedar ramai-ramai masuk pergerakan. Untuk itu tiap anggota diharuskan lulus ujian yang diselenggarakan oleh organisasi
38
dalam pelajaran : Sejarah umum Indonesia, terutama sejarah pergerakan, masalah imperialisme, kapitalisme, kolonialisme dan kedaulatan rakyat. Para instruktur kursus diwajibkan membaca dan memahami isi Daulat Rakyat, tulisan Hatta, Indonesie Vrij, Tujuan dan Politik Pergerakan Nasional di Indonesia, dan pidato pembelaan Soekarno pada pengadilan di Bandung, Indonesia Menggugat. (Delier Noer, 1990: 122). Gerak-gerik Hatta mulai diawasi oleh Pemerintah Belanda. Ia dianggap lebih berbahaya daripada Sukarno. Pada tahun 1934, Hatta ditangkap oleh Pemerintah Hindia Belanda dan ditahan di penjara Glodok selama 11 bulan. ( Salman Alfarizi,2010; 22-23). Di penjara Glodok ini Hatta ia mengisi waktunya dengan membaca. Di dalam penjara ini, ia sempat menulis karangan yang berjudul “ Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”. ( Amrin Imran, 1981: 37-38). Pada tahun 1935, ia dibuang ke Boven Digul. Di Digul, Hatta tetap bersikap non-koopeatif serta melewatkan waktunya dengan memberikan kursus ekonomi dan filsafat kepada kawan-kawannya. Pada akhir Desember 1935 atau awal januari 1936, Hatta dan Syahrir dipindahkan ke Banda Neira. Penyerbuan Jepang ke Hindia Belanda pada Januari 1942 membuat pemeintah Belanda di Batavia berfikir untuk mengungsikan Hatta dan Sjahrir ke Jawa, karena khawatir mereka akan dimanfaatkan Jepang untuk propaganda perangnya. Pada 9 Maret 1942, ia dibebaskan. ( Salman Alfarizi, 2010: 24-25).
39
Setelah bebas dari masa hukuman, Hatta kemudian aktif di sejumlah organisasi tanah air. Pada April 1942, ia menjadi Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Dai Nippon. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai salah satu pimpinan dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Pada November 1943, pimpinan Angkatan Darat Jepang di Indonesia berusaha membuang Hatta ke Tokyo agar ia terpencil dari perkembangan politik di Indonesia. Namun, usaha ini gagal karena perkembangan situasi Perang Pasifik yang terus berlanjut. (Salman Alfarizi, 2010: 28-29). Mohammad Hatta kemudian banyak terlibat dalam pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada Mei 1944, termasuk dengan mengikuti sidang-sidangnya sejak 29 Mei 1945. Hatta bahkan sangat tahu perihal lahirnya pancasila. Bahkan Hatta ikut dalam pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada awal Agustus 1945. (Salman Alfarizi, 2010: 29) B. pemikiran Mohammad Hatta Mengenai Ekonomi Koperasi Setelah mundur dari pemerintahan, Hatta semakin mengembangkan gagasan-gagasan ekonomi-politiknya. Dia berkembang menjadi seorang pemikir Indonesia yang berusaha bergulat menemukan visi ekonomi yang kontekstual. Pandangan Hatta tentang masalah-masalah kebangsaan, seperti loyalitasnya terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan keberpihakannya terhadap nasib rakyat, kemudian dirumuskan dalam bentuk pemikiran tentang ekonomi kerakyatan. (Salman Alfarizi, 2010: 117-119).
40
Ide-ide Bung Hatta terutama dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Dimulai ketika itu, Hatta bersama beberapa kawannya tahun 1921 sampai tahun 1932 berada di negeri Belanda. Berkesempatan melihat gerakan koperasi di beberapa negeri di Eropa, antara lain di Inggris, Jerman dan Swedia. Koperasi di negeri-negeri tersebut umumnya digerakkan oleh lapisan masyarakat lapisan lemah dan mengalami perkembangan pesat. Pengalaman Hatta di negeri-negeri itulah, yang memperlihatkan bahwa kelompok masyarakat ekonomi lemah di sana dapat meningkatkan kemakmuran
kehidupannya dengan melalui usaha
koperasi. ( I Wangsa Widjaya, 1988: 118). Berdasarkan pengalaman itu Hatta mulai tertarik dan mengarahkan perhatiannya kepada gerakan koperasi. Hiduplah satu keyakinan dalam hatinya bahwa taraf hidup bangsa Indonesia akan mengalami kemajuan dalam masa kemerdekaan nantinya, perekonomian rakyat yang disusun atas usaha bersama dalam bentuk koperasi. Dengan koperasi yang menitikberatkan pada usaha bersama, setiap orang belajar mengenal diri sendiri, percaya kepada kesanggupan diri sendiri, belajar melakukan oto-aktivitas dan self help, menumbuhkan solidaritas, serta saling tolong-menolong. ( 1 Wangsa Widjaya, 1988: 120). Mohammad Hatta dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Karangan I menyebutkan bahwa,Perekonomian Indonesia Merdeka diatur dengan usaha bersama. Dengan maksud tidak mematikan perusahaan yang kecil-kecil yang hanya dikerjakan oleh orang-seorang saja dan tidak menyinggung keperluan
41
umum dan keperluan rakyat semuanya. Desentralisasi ekonomi dilakukan memakai koperasi. Jadi Indonesia ibarat satu
taman berisi pohon-pohon
koperasi, yang buahnya dipungut oleh rakyat banyak. Bukan koperasi yang bersaing satu sama lain mencari untung besar, melainkan bekerja sama untuk membela kebutuhan-kebutuhan rakyat semuanya dan keperluan umum lainnya. Ide dasar mengenai perekonomian Indonesia ditetapkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, yang isinya berbunyi : 1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat orang banyak dikuasai oleh negara. 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. (Bung Hatta, 2004: 54). Pasal 33 Undang-Undang Dasar ini terkandung dasar demokrasi ekonomi. Di mana produksi dikerjakan oleh semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran rakyat yang lebih diutamakan. Bukan kemakmuran perseorangan atau kemakmuran sekelompok orang. Karena itu, perekonomian negara disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sesuai dengan kriteria itu adalah koperasi. (I Wangsa Widjaja, 1988: 121). Perekonomian negara berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi, dan mengusahakan kemakmuran bagi semua rakyat. Karena itu cabang-cabang
42
produksi yang penting bagi negara yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Di sini terlihat bahwa perusahaan yang tidak menguasai hajat orang banyak sajalah yang boleh dikuasai perseorangan. Bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi Indonesia merupakan bahanbahan dasar dan pokok bagi kemakmuran rakyat. Karena itu, disebutkan dengan tegas bahwa faktor-faktor tersebut dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Isi pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tersebut merupakan bentuk perekonomian yang dicita-citakan Bung hatta pada tahun 1932. (I Wangsa Widjaja, 1988: 121). Cita-cita koperasi di Indonesia ialah menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Salah satu sikap dasar bangsa Indonesia yang dapat dijadikan kunci keberhasilan koperasi ialah sikap gotong royong. Gotong royong merupakan dasar kerja sama sosial bangsa Indonesia yang telah tertanam sejak awal sejarahnya. (I Wangsa Widjaja, 1988: 122). Asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Asas kekeluargaan adalah istilah dari Taman Siswa, untuk menunjukkan bagaiman murid-muridnya tinggal dan hidup sebagai satu keluarga. Hubungan antara anggota-anggota koperasi satu sama lain harus mencerminkan orang-orang bersaudara, satu keluarga. (Bung Hatta, 2004:49). Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang kolektif, berakar pada adat-istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman modern. Semangat kolektivisme Indonesia yang akan dihidupkan kembali
43
dengan koperasi mengutamakan kerjasama dalam suasana kekeluargaan antara manusia pribadi, bebas dari penindasan dan paksaan. Ia menghargai pribadi manusia sebagai makhluk Allah yang bertanggung jawab atas keselamatan keluarganya dan masyarakat seluruhnya, tetapi menolak pertentangan dan persaingan dalam bidang yang sama. (Mohammad Hatta,1960: 46). Pada koperasi, sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan, didamaikan dalam keadaan harmonis kepentinganorangseorang dengan kepentingan umum. (Bung Hatta, 2004 : 63). Koperasi semacam itu memupuk semangat toleransi, menghargai pendapat masingmasing dan rasa tanggung jawab bersama. Dengan itu koperasi mendidik dan memperkuat demokrasi sebagai cita-cita bangsa dan sendi negara yang keempat seperti tertanam dalam Pancasila. (Mohammad Hatta, 1960: 46). Rasa Solidaritas dipupuk dan diperkuat. Anggota dididik menjadi orang yang mempunyai individualitas, insaf akan harga dirinya. Apabila ia insaf akan harga dirinya sebagai anggota koperasi, tekadnya akan kuat membela kepentingan koperasinya, ingatannya tertuju akan kemajuan bersama, sebagai anggota-anggota koperasi. (Bung Hatta, 2004: 55) Individualitas berbeda dengan individualisme. Individualisme adalah sikap yang mengutamakan diri sendiri dan mendahulukan kepentingan diri sendiri dari kepentingan orang lain. Individualitas menjadi seorang anggota koperasi sebagai pembela dan pejuang yang giat bagi koperasinya. Dengan naik dan maju koperasinya, kedudukannya sendiri akan ikut naik dan maju.
44
Dalam pelajaran dan usaha koperasi, di bidang manapun juga, ditanam kemauan
dan
kepercayaan
diri
sendiri
dalam
persekutuan
untuk
melaksanakan “self-help” dan oto aktivitas guna kepentingan bersama. ( Bung Hatta, 2004: 55). C. Relevansi pemikiran Mohammad Hatta Mohammad Hatta sangat mendambakan masyarakat Indonesia bisa menikmati kesejahteraan sosial serata-rata dan seadil-adilnya. Wahana untuk mewujudkan cita-citanya itu adalah melalui perekonomian negara yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sesuai dengan kriteria itu adalah koperasi.Ide Hatta mengenai perekonomian negara ini dirumuskan dalam UUD 1945 pasal 33. Terutama pasal 33 ayat 1 mengenai koperasi. Dalam hal ini penulis menyajikan KUD GRABAG sebagai koperasi percontohan untuk mengetahui relevansi pemikiran Mohammad Hatta pada era reformasi. 1. Profil KUD GRABAG KUD “GRABAG” dibentuk pada tanggal 28 Maret 1973 dengan penyatuan (amalgamasi) dari beberapa koperasi primer dalam wilayah kecamatan Grabag. Wilayah kerja KUD “GRABAG” terdiri atas 28 Desa dalam wilayah satu kecamatan. Dengan semangat juang yang tinggi serta jiwa kegotongroyongan dari para anggota serta pengurusnya maka pada tahun 1985, mulailah kelihatan perkembangannya baik dari segi usaha maupun tata keorganisasiannya, serta pelayanan terhadap para anggota-
45
anggotanya. Dengan dasar
itu, pada tahun 1988 KUD ”GRABAG”
mendapat penilaian KUD terbaik tingkat Kabupaten Magelang, untuk jenis Koperasi serba usaha. Pada tahun 1988 KUD “GRABAG” juga dicalonkan sebagai KUD mandiri pada pelita IV tahun kelima. Sehingga pada tanggal 15 Januari 1990 KUD “GRABAG” menyandang predikat sebagai KUD mandiri, yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak Dirjen Binuskop. KUD GRABAG terletak di jalan Stadion Utama nomor 1 Desa Grabag, Kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. Luas wilayah atau daerah kerja KUD GRABAG seluas 16.943.790 Ha. Wilayah kerja KUD GRABAG meliputi 28 desa yang terdiri : Grabag, Losari, Sambungan Citrosono, Ngasinan, Pesidi, Giriwetan, Baleagung, kartoharjo, klege, Banyusari, Seworan, Banjarsari, Tlogorejo, Banaran, Salam, Lebak, Tirto, Sidogede, Kalipucang, Kleteran, Ngrancah, Ketawang, Cokro, Kalikuto, Sugihmas, Pucungsari, Sumurarum. Visi
: “Menjadi koperasi mandiri yang terus tumbuh dan berkembang sebagai wahana sukses usaha anggota”.
Misi
: Kami bekarya dengan menerapkan pola kerja yang profesional menuju kemajuan usaha untuk mendapatkan hasil yang berkelimpahan,
keberkahan
di
muka
bumi
ini
dan
mendapatkan ridho Allah SWT.
Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan didukung sumber daya manusia yang berkualitas.
46
Kami fokus memberikan solusi pada anggota dalam meraih target yang optimal untuk mewujudkan kesejahteraan anggota.
Kami mempunyai loyalitas dan integritas sebagai modal dasar untuk tumbuh bersama dan memberikan manfaat yang seimbang kepada manajemen, anggota dan mitra bisnis.
2. Kebijakan-Kebijakan KUD GRABAG Visi dan misi yang hendak dicapai diatas hanya dapat terwujud dengan dukungan dan peran serta para pengurus, badan pengawas dan anggota KUD GRABAG dan juga semua pihak yang terkait didalamnya. Untuk itu strategi yang dipillih KUD GRABAG dalam rangka mencapai tujuan tersebut ialah dengan semangat gotong royong yang dilandasi kekeluargaan dalam menjalankan segala kegiatan usaha di KUD GRABAG. Beberapa
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh KUD
GRABAG untuk mewujudkan tujuan diatas adalah sebagai berikut: 1. Penekanan rasa handarbeni atau memiliki terhadap KUD GRABAG, sehingga mampu memiliki rasa loyalitas yang tinggi. 2. Penekanan pada pendidikan anggota dan pengelola baik dalam hal perkoperasian ataupun manajemen usaha dan kelembagaan. 3. Berorientasi pada usaha anggota dan peningkatan kepedulian sosial 4. Usaha peningkatan modal sendiri dengan mengajak anggota untuk berperan aktif dalam bentuk simpanan.
47
5. Optimalisasi asset yang ada untuk mandiri agar mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan bermanfaat untuk kesejahteraan anggota dan lembaga melalui pengelolan sendiri ataupun dikerjasamakan. 6. Berusaha menjaga kelembagaan untuk tetap sehat dan mempunyai peningkatan yang berkualitas, agar mampu memberikan kepercayaan terhadap pihak terkait. 7. Merealisasikan fungsi organisasi dan memantapkan kinerja pengurus dalam pengelolaan, sesuai dengan tugas dan kewenangannnya agar tercipta suatu mekanisme kerja yang terarah dan optimal. 8. Menerapkan tata kehidupan berkoperasi yang sehat, melalui sosialisasi dan usaha peningkatan kesadaran berkoperasi, serta penerapan manajemen kelembagaan dan usaha yang berkualitas. 9. Memperhatikan pendidikan dan menghargai setiap bentuk prestasi kerja, mendukung dan mengupayakan pengelolaan yang kreatif dan inovatif, serta mendorong segala bentuk kegiatan usaha yang positif yang mengarah pada usaha pengembangan usaha koperasi dan peningkatan pelayanan anggota.
48
3. Struktur Organisasi Pengurus KUD GRABAG Tahun 2011-2015
Rapat anggota
Pengawas
Pengurus
Ketua Umum: H.M Roesdi Tj
Ketua : Budi Solikhin
Ketua I : H. Djamiludin SE Anggota : Ag. Supardi Sp
Ketua II : Wardoyo
Sekretaris : Taryono Sw
Anggota : Widodo
Manager ; Y Tunjung SE
Bendahara: Harap G Juru Buku
Unit Listrik
Unit Warnet
Kasir umum
Unit Simpan pinjam
Jumlah anggota KUD GRABAG sampai akhir tahun kerja 2011 berjumlah 228 orang. Dari uraian diatas mengenai struktur organisasi pengurus dan tugas-tugasnya. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Anggota merupakan cerminan dalam Rapat
Anggota yang memiliki kekuasaan tertinggi. Hal ini memperlihatkan
49
bahwa Rapat Anggota merupakan sebuah sarana untuk memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan berdasarkan keputusan bersama untuk mencapai tujuannya. Demi kelancaran usaha, pengelolaan koperasi tidak mungkin ditangani oleh seluruh anggota. Karena itu dipilihlah pengurus untuk menjalankan usaha koperasi. Maka dalam rapat anggota ini pula pengurus dalam organisasi koperasi dipilih. 1) Pengurus Pengurus merupakan pemegang dan pembawa amanat anggota yang bertugas
melaksanakan
program
yang
disetujui,
merumuskan
kebijaksanaan segala kegiatan serta pembinaan anggota. Ketua Umum Ketua umum sebagai koordinator dari ketua I dan ketua II. Tugas dari ketua I dan ketua II membantu tugas dari ketua umum dan apabila ketua umum berhalangan atau ada sesuatu hal maka ketua I dan ketua II yang melaksanakan tugas untuk mewakili tugas-tugas dari ketua umum tersebut. Adapun tugas dari ketua antara lain :
Ketua sebagai pucuk pimpinan
Memimpin, mengkoordinir mengawasi pelaksanaan tugas anggota pengurus lainnya dan manager atau karyawan
Memimpin Rapat Anggota atau Rapat Anggota Tahunan
Atas nama pengurus lainnya memberikan laporan pertanggung jawaban kepada Rapat anggota atau Rapat Anggota Tahunan.
50
Memimpin Rapat pengurus dengan manager atau Rapat pengurus, pengawas serta manager.
Memberikan keputusan terakhir dalam kepengurusan koperasi dengan memperhatikan usul, saran, pertimbangan dari para pemegang fungsi dibawahnya seperti sekertaris, Bendahara, dan Manager.
Bersama Sekretaris atau bendahara mensahkan semua suratsurat yang akan dikirim keluar koperasi.
Tugas Sekertaris
Menyelenggarakan dan
memelihara buku-buku organisasi
(buku daftar anggota, daftar pengurus dan sebagainya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku)
Menyelenggarakan dan memelihara semua arsip-arsip (Buku keputusan Rapat Anggota, Buku keputusan Rapat pengurus, surat-surat keluar atau masuk bidang sekretariat pada umumnya
Memelihara tata kerja, merencanakan, peraturan serta ketentuan lainnya.
Menyusun laporan-laporan organisasi untuk kepentingan rapat anggota maupun pejabat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bersama ketua mensahkan semua surat-surat atau buku-buku keputusan rapat dan surat-surat lainnya.
Bertanggungjawab dalam bidang administrasi atau tata usaha organissasi kepada ketua.
51
Mengadakan hubungan kerja dengan bendahara atau manager dalam hal-hal yang berkaitan.
Tugas Bendahara
Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi
Mencari dana dengan jalan memupuk simpanan-simpanan anggota, mencari sumber dana dari luar dengan syarat yang lunak dan tidak
memberatkan koperasi,
mengatur dan
mengawasi penggunaannya seefisien dn seefektif mungkin.
Memelihara semua harta kekayaan koperasi.
Mengatur pengeluaran uang agar tidak melampaui anggaran belanja yang telah ditetapkan.
Mempersiapkan data dan informasi bidangnya dalam rangka menyusun laporn organisasi baik untuk kepentingan rapat anggota tahunan maupun pejabat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bersama-sama manager menanda tangani atau mensahkan semua bukti pengeluaran kas yang meliputi batas wewenang meneger.
Membimbing dan mengawasi pekerjaan meneger dalam hal penyelenggaraan administrasi uang dan barang secara tertib dan teratur sesuai dengan sistem yang dianut.
52
Melakukan pengecekan langsung terhadap jumlah uang kas dan persediaaan barang untuk diuji kebenarannya dengan catatan yang ada.
Mengambil
langkah-langkah
pengamanan
tertentu
untuk
mencegah timbulnya kerugian koperasi.
Bertanggung jawab kepada ketua mengenai bidang keuangan dan administrasinya, serta semua harta kekayaan koperasi sesuai dengan prosedur dan ketentuanyang ditetapkan.
2) Badan Pengawas Badan pengawas berfungsi sebagai pengawas atau pemeriksa keseluruhan tata kehidupan koperasi meliputi organisasi, usaha dan pelaksanaan kebijaksanaan pengurus, dalam hal ini tugas ketua pengawas dan anggota pengawas berjalan bersama-sama serta tidak dipisah-pisahkan. Tugas Badan Pengawas :
Mengawasi semua kebijaksanaan operasional pengurus yang meliputi
bidang-bidang organisasi,
usaha
dan keuangan
koperasi.
Memeriksa dan menilai pelaksanaan kegiatan organisasi, usaha dan keuangan serta memberikan pendapat dan saran perbaikan.
Memeriksa, meneliti ketetapan dan kebenaran catatan-catatan atau buku-buku organisasi, usaha dan administrasi keuangan membandingkan dengan kenyataan yang ada.
53
Bertanggung jawab atas kegiatan pemeriksaan.
Membuat
laporan
pemeriksaan
secara
tertulis
dengan
memberikan pendapat dan saran perbaikan dalam rangka menyajikan laporan pemeriksa sebagai pertanggungan jawaban didalam Rapat anggota Tahunan. 3) Manager Manager bertugas mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan anggaran pendapatan dan biaya masing-masing bagian atau unit yang berada dibawah tanggung jawabnya bersama pengurus. 4) Karyawan Karyawan memiliki tugas sebagai Pelaksana harian untuk kegiatan operasional koperasi yang menerima mandat dan bertanggung jawab kepada manager secara langsung. Dari susunan organisasi kepengurusan tersebut di atas ada kaitan kerja yang erat antara anggota, pengurus, Badan pengawas, manager, dan karyawan koperasi. Kerja sama yang baik diantara organisasi kepengurusan merupakan faktor utama dalam keberhasilan koperasi. Suksesnya usaha koperasi ditentukan oleh terjalinnya kerja sama yang baik antara pengurus, badan pengawas dan manager. Setiap pengurus, badan pengawas, dan manager memiliki tugas dan kewenangan masing-masing. Maka setiap pengurus memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan koperasi.
54
4. Tata Tertib Rapat Anggota Tahunan KUD GRABAG Setiap tahunnya KUD GRABAG melaksanakan Rapat Anggota Tahunan. Rapat Anggota Tahunan ini biasanya dilaksanakan paling lambat tiga bulan setelah tutup tahun buku. Landasan Rapat Tahunan di KUD GRABAG adalah Pancasila dan UUD 1945 pasal 33 ayat 1. KUD GRABAG tetap menggunakan landasan ini karena hal itu sesuai dengan landasan koperasi Indonesia. Rapat Anggota Tahunan di KUD GRABAG dipimpin oleh ketua Umum. Apabila Ketua Umum berhalangan hadir, pimpinan
rapat diserahkan kepada salah satu pengurus yang hadir
terutama ketua I atau ketua II. Pimpinan rapat berkewajiban mengatur, menjaga,mengarahkan dan mengusahakan agar rapat berjalan lancar, tertib, aman, dan teratur sertasenantiasa mentaati tata tertib. Setiap peserta anggota KUD GRABAG memiliki hak suara yang sama. Hal yang dibahas di dalam Rapat Anggota Tahunan biasanya mengenai laporan pertanggungjawaban pengurus tentang kegiatan yang telah dilakukan tahun lalu dan merencanakan rencana kerja yang akan dilakukan selanjutnya. Penetapan pembagian Sisa Hasil Usaha, pemilihan pengurus dan pengawas jika masa jabatannya telah habis. Tanya jawab, usul-usul,dan saran-saran. Rapat Anggota Tahunan dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota yang diundang. Jika tidak memenuhi syarat tersebut,maka sekurang-kurangnya sesudah empat belas hari diadakan rapat yang kedua. Untuk menjamin dan mencerminkan semangat kekeluargaan dan asas Demokrasi Pancasila, maka dalam
55
mengambil keputusan rapat diambil berdasarkan hikmah kebijaksanaan, musyawarah dan mufakat. 5. Landasan Filosofis Pengembangan KUD GRABAG Dalam Anggaran Dasar KUD GRABAG menyebutkan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, serta berdasarkan kekeluargaan. Dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.KUD GRABAG dengan semangat gotong royong dan kekeluargaan terus mengembangkan usahanya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. KUD GRABAG dalam mengembangkan usahanya pun disesuaikan dengan perkembangan jaman saat ini. Hal ini merupakan salah satu usaha KUD GRABAG agar tetap eksis dan tetap bisa melayani masyarakat untuk kesejahteraan bersama. 6. Bidang Usaha yang dijalankan oleh KUD GRABAG Dalam bidang usaha yang dilaksanakan KUD GRABAG melanjutkan kegiatan atau program dari tahun sebelumnya dan berusaha mencari peluang usaha baru. Usaha yang dijalankan KUD GRABAG banyak bergerak dibidang jasa, mengutamakan ke pelayanan dan peningkatan kinerja sehingga usaha ini dapat dipertahankan. Adapun jenis usaha yang dijalankan adalah sebagai berikut :
56
Unit Pelayanan listrik Kegiatan usaha dalam unit listrik berdasar pada pola kontrak kerja sama antara KUD “GRABAG” dengan PLN cabang Magelang dalam bidang pelayanan pembayaran rekening listrik. Untuk pelayanan pembayaran listrik mencangkup 28 desa dalam wilayah Kecamatan Grabag. Dalam pelaksanaan usaha ini dari tahun-ke tahun terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya penerapan pola pelayanan pembayaran rekening listrik menjadi PPOB (Payment Point On Line Bank). Pada tahun-tahun sebelumnya unit usaha ini dapat dikatakan sebagai unit andalan yang paling memberikan kontribusi pendapatan terhadap KUD GRABAG. Pengurus dan Asosiasi KUD berusaha semaksimal mungkin untuk tetap
bertahan. Dan mencari jalan keluar untuk mengatasi
permasalahan ini. Beberapa kebijakan yang diambil untuk mengatasi permasalahan ini adalah penghapusan biaya, administrasi pelayanan bagi konsumen dan tidak dikenakan biaya administrasi pelayanan KUD. Dan KUD GRABAG selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan tetap memberikan manfaat bagi anggotanya.
Unit Simpan Pinjam USP merupakan usaha simpan pinjam yang masuk unit yang dikelola KUD “GRABAG . Aset tanah di desa Kleteran, seluas kurang lebih 400 m2. Dengan pertimbangan optimalisasi aset yang
57
hasilnya untuk pemenuhan modal sendiri yang akan digunakan untuk modal kerja USP. Diharapkan unit ini akan memberikan kontribusi rutin pada KUD, dan dengan pengelolaan yang baik kedepannya akan lebih memberikan manfaat yang lebih bagi KUD GRABAG sendiri maupun masyarakat disekitarnya.
Unit Waserda Unit ini sudah tidak aktif. Sehingga tanah yang dulunya digunakan untuk waserda ini dioptimalkan. Tujuan optimalisasi asset ini untuk mendapatkan modal kerja lancar, usaha yang berkesinambunagn serta masih memiliki tempat usaha yang tidak menghapus nilai historisnya. Salah satu upaya untuk optimalisasi asset ialah pembangunan kios perdagangan yang dikerjasamakan dengan investor. Maka dengan adanya optimalisasi asset ini KUD GRABAG diharapkan memperoleh modal kerja untuk menciptakan usaha yang mapan dan berkesinambungan. Sehingga KUD GRABAG dapat mandiri dan akan selalu eksis memberikan manfaat untuk anggota dan untuk masyarakat disekitarnya.
Usaha warnet Ruangan yang dipakai dalam usaha warnet
merupakan ruangan
untuk unit usaha wartel. Karena usaha wartel sudah tidak berfungsi lagi mengingat pemakaian telephon seluler sudah memasyarakat, maka unit usaha wartel ini dihentikan, yang kemudian digunakan untuk usaha warnet. Usaha warnet ini merupakan
kerjasama
58
koperasi dengan Departemen Komunikasi dan informasi. Warnet Pusat Layanan Informasi Kecamatan (PLIK) pada tahun 2011 belum bisa dijalankan, mengingat pengaktifan perangkat harus menungggu dari pusat baru pada tahun 2012
usaha warnet bisa beroperasi.
Usaha warnet tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat dengan perkembangan jaman saat ini. Dengan adanya usaha warnet ini, maka masyarakat sekitar akan mengenal perkembangan teknologi yang bisa digunakan untuk memperoleh informasi lebih mudah. 7.
Relevansi Pemikiran Mohammad Hatta di KUD GRABAG KUD GRABAG didirikan pada tanggal 28 Maret 1973 dengan penyatuan (amalgamasi) dari beberapa koperasi primer dalam wilayah Kecamatan Grabag. Orang- orang yang berperan dalam pendirian KUD GRABAG adalah Haji Abdul Syukur, Mukhroni, Mohammad Umar, Raden Jusuf, dan asari. Dan yang menjadi ketua pertama di KUD GRABAG adalah Haji Abdul Syukur. KUD GRABAG pada awal berdirinya bertujuan untuk mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan daerah kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Usaha-usaha yang dilakukan antara lain, mewajibkan dan menggiatkan anggota untuk menyimpan pada koperasi secara teratur. Menambah pengetahuan anggota tentang perkoperasian. Memberikan pinjaman
kepada
anggota
untuk
keperluan
yang
bermanfaat.
59
Mengusahakan atau menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari dan pertanian untuk anggota. Mengumpulkan, mengolah, menjualkan barang-barang hasil pertanian atau hasil karya anggota. Menjalankan tugas penyaluran barang untuk anggota. Hal itu sesuai dengan pemikiran Mohammad Hatta yang menyatakan, kepada rakyat jelata dianjurkan membangun perusahaannya dengan bentuk koperasi. Pendirian KUD GRABAG yang berawal dari penyatuan dari beberapa koperasi primer dalam wilayah Kecamatan Grabag, yang diprakarsai oleh beberapa orang. Tujuan yang ingin dicapai didirikannya adalah kesejahteraan
dan kemakmuran bagi anggota
maupun masyarakat disekitarnya sesuai dengan Pancasila. Rapat anggota merupakan merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat Anggota Tahunan merupakan sebuah forum anggota tahunan. Di dalam Rapat Anggota Tahunan ini ketua umum atau pengurus menyampaikan hasil kinerja tahun lalu dan rencana anggaran pendapatan dan biaya untuk tahun berikutnya. Dalam tata tertib Rapat Anggota Tahunan KUD GRABAG landasan rapat yang dipakai salah satunya adalah pasal 33 ayat I. Dimana dalam pasal ini tertuang pemikiran Mohammad Hatta, bahwa koperasi disusun berdasarkan usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan. Dari landasan rapat ini maka ketua umum atau pengurus KUD GRABAG dalam mengambil keputusan-keputusannya berdasarkan musyawarah mufakat bersama anggota. Musyawarah mufakat ini
60
merupakan cerminan dari semangat kekeluargaan sesuai dengan pemikiran Mohammad Hatta. Rapat Anggota Tahunan dipimpin oleh ketua umum. Rapat Anggota Tahunan di KUD GRABAG dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah anggota yang diundang. Bagi anggota yang karena sesuatu hal harus meninggalkan ruang rapat, maka harus ijin terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui apakah menyetujui atau tidak dari hal yang dimusyawarahkan. Dalam Rapat Anggota Tahunan pengurus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerja tahun yang lalu, hal ini disampaikan kepada anggota, dari hal yang disampaikan pengurus ini ada permasalahan atau disetujui tidak oleh anggota. Jika ada sesuatu hal yang dipertanyaan maka harus dimusyawarahkan. Begitu juga dengan rencana kerja untuk tahun berikutnya, pengurus juga menyampaikan programnya kepada anggota. Jika
ada
suatu
pertanyaan
atau
permasalahan
maka
harus
dimusyawarahkan. Jadi semuanya dibicarakan dalam Rapat Anggota Tahunan ini baik hasil kinerja tahun yang lalu maupun rencana kerja untuk
tahun
berikutnya,
untuk
mencapai
kesepakatan
bersama
berdasarkan musyawarah mufakat. Jika dalam Rapat tersebut, ada sesuatu yang belum disepakati atau tidak selesai, maka harus dibahas ulang lagi. Artinya disini musyawarah tetap diunggalkan, jadi tidak ada sesuatu yang tidak dimusyawarahkan. Hal ini sesuai dengan pemikiran Hatta bahwa, koperasi yang berasaskan
kekeluargaan, adanya musyawarah memupuk semangat
61
toleransi dan tanggung jawab bersama sebagai anggota koperasi. (Bung Hatta, 2004 ; 63). Dengan musyawarah setiap anggota KUD GRABAG memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapatnya. Adanya berbagai pendapat antara anggota yang satu dengan lainnya, maka harus dimusyawarahkan. Hal ini
untuk
menjamin adanya toleransi
menghargai pendapat orang lain dan menerima keputusan yang telah disepakati sebagai bentuk tanggung jawab bersama. Unit pelayanan listrik yang dimiliki KUD GRABAG dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya penerapan pola pelayanan pembayaran rekening listrik menjadi PPOB (Payment Point On Line Bank). Padahal unit usaha ini dapat dikatakan sebagai unit andalan yang paling memberikan kontribusi pendapatan terhadap KUD GRABAG.
Sehingga dengan adanya penurunan
pendapatan dari unit ini maka pendapatan yang diterima oleh KUD GRABAG menjadi berkurang. Hal ini tentunya berpengaruh besar terhadap modal yang dimilki. Untuk mengatasi hal ini KUD GRABAG mengambil beberapa langkah. Salah satunya Adalah optimalisasi aset yang dimiliki. KUD GRABAG memiliki beberapa
lahan yang tidak efektif, yaitu salah
satunya aset tanah di desa Kleteran. Sehingga tanah yang tidak efektif dioptimalisasikan. Salah satu cara untuk mengoptimalkannya adalah didirikan ruko-ruko dilahan yang tidak efektif tersebut. Tujuan diadakan optimalisasi ini adalah untuk mendapatkan modal sendiri, masih tetap
62
memiliki tempat usaha dan memiliki usaha yang berkelanjutan dan berkesinambungan dengan tetap tidak menghapuskan nilai historis dari tempat tersebut. Dengan ini diharapkan koperasi mampu hidup dengan baik. Modal yang didapat dari usaha optimalisasi aset ini diantaranya digunakan untuk modal kerja USP. USP ini diharapkan akan memberikan kontibusi rutin pada KUD. Mengingat unit pelayanan listrik yang dari tahun ke tahun semakin menurun.Pengelolaan yang baik oleh pengurus KUD kedepannya diharapkan akan memberikan manfaat yang lebih bagi KUD GRABAG. Optimalisasi aset yang dilakukan oleh KUD GRABAG sesuai dengan pemikiran Hatta, koperasi, ditanam
bahwa dengan naik dan majunya usaha
kemauan dan kepercayaan diri sendiri
untuk
melaksanakan selfhelp dan oto aktivitas guna kepentingan bersama. Optimalisasi aset yang dilakukan adalah sebagai bentuk usaha KUD GRABAG untuk mendapatkan modal sendiri untuk kepentingan bersama dalam rangka membangun usaha lain yang dapat menopang kehidupan koperasi dan untuk kesejahteraan anggota. Modal Koperasi salah satunya dari modal sendiri. Modal sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, hibah dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang belum dibagi. Peran anggota sangat berpengaruh terhadap modal sendiri. Peran aktif anggota KUD GRABAG masih sangat kurang, dalam bentuk partisipasi usaha ataupun
63
permodalan. Salah satunya dapat dilihat dari simpanan wajib yang kadang tidak segera dibayarkan dan sangat kecilnya simpanan sukarela sebagai dukungan aktif untuk pemupukan modal sendiri. Sekarang ini KUD GRABAG pun kesulitan untuk mengakses dana-dana dari pemerintah. Hal ini dikarenakan ada penilaian dari dinas bahwa ada salah satu
pengelolaan di KUD GRABAG yang dinyatakan kurang
sehat. Peran aktif anggota KUD GRABAG masih sangat kurang, hal ini disebabkan karena dulunya mereka berangkat bukan niat mereka gabung menjadi anggota tetapi karena menjadi pelanggan listrik. Dianggapnya itu sebagai anggota. Karena hal ini Anggota KUD GRABAG belum sampai lima puluh persen mereka tahu
mengenai kewajiban dan
keuntungan dari berkoperasi. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap modal yang dimiliki sangat kecil. Setelah perjalanan waktu dari data sekarang anggota KUD GRABAG berjumlah sekitar 228 orang. Peran anggota yang kurang aktif ini berpengaruh terhadap modal kerjayang dimiliki KUD GRABAG sangat kecil. Kalau KUD GRABAG hanya melayani anggota, sementara anggotanya tidak aktif. Padahal KUD GRABAG membutuhkan dana untuk modal kerja. Tentunya KUD tidak akan berjalan dengan baik. Akhirnya KUD GRABAG harus membaca bisnis atau mencari peluang-peluang baru agar koperasi tetap berjalan dengan baik.
64
Peran aktif anggota KUD GRABAG masih kurang, karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran mereka tentang berkoperasi.
Kesadaran mereka sebagai anggota dan tekadnya untuk membela kepentingan koperasi demi kepentingan bersama sangat kurang. Sehingga rasa solidaritas yang dimiliki sangat kecil untuk kemajuan bersama sebagai anggota-anggota koperasi.Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, yakni kesejahteraan bersama.
65