BAB IV HASIL PENELITIAN
Penulis menguraikan hasil wawancara dengan ketua Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam Desa Bersujud Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yaitu: Ibu Hj. Noor Cahaya tentang sejarah awal berdirinya majelis taklim dan kondisi pengajian di majelis taklim. Penulis juga menguraikan hasil wawancara kepada jamaah kaum ibu yang mengikuti pengajian di Majelis Taklim Daru Azhar Nurus Salam.
A. Gambaran Umum Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam 1. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam merupakan majelis taklim gabungan dari beberapa majelis taklim yang tersebar di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Majelis taklim ini didirikan oleh Bapak dr. H. Zairullah Azhar, M. Sc. pada tanggal 17 Januari 2009 ketika beliau masih menjabat sebagai Bupati Tanah Bumbu. Ide dan gagasan beliau dalam mendirikan majelis taklim ini didasari oleh banyaknya majelis taklim yang tersebar di Kecamatan Simpang Empat yang berjalan dengan baik. Selain itu juga bertujuan untuk memacu semangat ibu-ibu agar terus aktif dalam pengajian di majelis taklim, serta agar pembinaan keagamaan semakin semarak. Sebelumnya, untuk merealisasikan ide tersebut beliau mengumpulkan seluruh ketua-ketua majelis taklim untuk memusyawarahkannya. Para ketua 68
69
majelis taklim pun setuju hingga pada akhirnya diresmikanlah majelis taklim ini dan diberi nama Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam yang bertempat di Masjid Darul Azhar Nurus Salam, Gang Batu Benawa, RT. 09, Desa Bersujud, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, tepat di depan Istana Anak Yatim. Secara administratif, Masjid Darul Azhar Nurus Salam berbatasan dengan: a.
Sebelah barat
: Madrasah Tsanawiyah Darul Azhar
b.
Sebelah utara : Kantor
c.
Sebelah selatan : Madrasah Ibtidaiyah Darul Azhar dan STIKES Darul Azhar
d.
Sebelah timur
: Istana anak yatim
Pada mulanya majelis taklim di Kecamatan Simpang Empat ini hanya diadakan di setiap RT atau gang. Majelis taklim-majelis taklim tersebut terbagi menjadi 32 kelompok. Data tentang kelompok Majelis Taklim (Gabungan Kaum Ibu) Darul Azhar Nurus Salam sebagai berikut. Tabel 2. Data Kelompok Majelis Taklim (Gabungan Kaum Ibu) Darul Azhar Nurus Salam NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
NAMA MAJELIS TAKLIM Al-Amin Al-Ansyar Al-Falah Al-Fuja Al-Hijrah Al-Huda Al-Ikhlas Al-Kautsar Al-Kausar Gang Besar Annayah Annur Annur Bersujud Arrodah
KETUA Ibu Hj. Sonah Ibu Bahri Ibu Siti Sarah/Mama Ipit Ibu Nita Ibu Yeyen Ibu Rohani/Lap. 5 Oktober Ibu Hj. Padliqoh Ibu Hj. Rosidah Ibu Hj. Irus/Aluh Ibu Syarifah Maimunah Ibu Mama Enggong/Hj. Niyah Ibu Kaka Madan Ibu Hj. Sri/Bini Kaum
70
14. 15. 16. 17. 18.
Arrohman Asyifa Babussalam Baiturrahim Baitussalam
19.
Darul Azhar
20. Darul Khair 21. Hadiyatul Qubro 22. Hidayatussibiyan 23. Khairunnisa 24. Miftahul Jannah 25. Nurul Akbar 26. Nurul Hidayah 27. Nurul Khair 28. Nurul Yakin 29. Nurus Sa’adah 30. Sabilal Muttaqin 31. Sirajur Munir 32. Syafaattutdarain Sumber: Dokumentasi Sekretariat 2014-2017.
Ibu Nini Rahman Ibu Hj. Heru/Basariah/Hj. Lina Ibu Halimun Ibu Nani Ibu Jannah/Ibu Kutai Ibu Hj. Hamdanah/Ibu Hj. Noor Cahaya Ibu Rasmi Ibu Ratna/Bini Duan Ibu Hj. Mursidah Ibu Hj. Atan/Ibu Adam Ibu Murni Ibu Muhyar/Mama Yuyun/Hj. Siah Ibu Mariyatul Ilmiyah/Hj. Annisa Ibu Rohimah/Halimun/Ibu Tris Ibu Siti Hajar/ Hj. Ani/Ibu Rida Ibu Rini Alfiah Ibu Mamai/Hj. Imi Ibu Al/Hj. Enor/Istri Kaum Ibu Syamsuri MT Darul Azhar Nurus Salam Periode Tahun
Masing-masing kegiatan majelis taklim kaum ibu ini sifatnya pengajian biasa yang tidak mengikat. Waktu pelaksanaan pengajiannya diatur sesuai dengan kesepakatan dalam setiap kelompok majelis taklim itu sendiri dan diadakan setiap satu minggu satu kali. Pemberi materi terdiri dari para ustadz/ustadzah setempat sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Kini, majelis taklim tidak lagi hanya dilaksanakan di masing-masing RT atau gang. Akan tetapi, ditambah lagi dengan menghadiri majelis taklim gabungan yaitu Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam yang dilaksanakan satu bulan satu kali setiap tanggal 20.
71
Adapun susunan pengurus majelis taklim Darul Azhar Nurus Salam, sebagai berikut: PENGURUS MAJELIS TAKLIM DARUL AZHAR NURUS SALAM DESA BERSUJUD KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN TANAH BUMBU PERIODE TAHUN 2014-2017 Penasihat 1. Lurah Bersujud 2. KUA Kec. Batulicin (Drs. H. Umar) Pembina Dr. H. Zairullah Azhar Pengasuh Hj. Wahyu Windarti Zairullah
Ketua Hj. Noor Cahaya Wakil Ketua Hj. Hendra Hakim
Sekretaris
Bendahara
Bidang-Bidang
1. Dra. Hj. Darwati 2. Hj. Rahmawati Sujali
Bidang Taklim Ketua : Hj. Hamdanah Anggota : 1. Hj. Rosanah 2. Hapipah 3. Siti Jubaidah 4. Hj. Nursehan
1. 2.
Bidang Humas
Bidang Ibadah Ketua
:Hj. Minarni Anggota : 1. Asmariah 2. Basariah 3. Nur Ainah 4. Nini Erma
Nani
Ketua : Nor Aida Anggota : 1. Hj. Citra 2. Hj. Rusidah 3. Rusmaniah 4. Hj. Masdariah
Sarah Rokhimah
Bidang Usaha/Dana Ketua : Hj. Rusyanah Anggota : 1. Hj. Nurhayah 2. Sri Rahayu 3. Halimun 4. Hj. Rusmiyati
Sumber: Dokumentasi Sekretariat MT Darul Azhar Nurus Salam Periode Tahun 2014-2017.
72
2. Kondisi Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam Perkembangan majelis kini terus semakin maju, karena dilihat dari kegiatan-kegiatan tambahan seperti kegiatan pawai dan ziarah ke berbagai daerah. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak ditentukan waktunya, karena hanya sesekali dan sebagai selingan saja. Kegiatan-kegiatan seperti itu juga diadakan untuk memotivasi para jamaah agar tidak merasa jenuh dalam mengikuti pengajian. Terlebih ketua majelisnya selalu menghimbau kepada para jamaah agar dalam setiap mengikuti pengajian sebaiknya membawa alat tulis seperti buku dan pulpen untuk mencatat ilmu-ilmu yang sudah di dapat, seperti amalan-amalan dan lain sebagainya sehingga tidak hilang begitu saja ilmu yang didapat dan kemudian dengan mudah dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya lainnya yaitu dengan cara memberikan fasilitas seperti makanan ringan dan nasi kotak, serta ongkos taksi pada setiap kelompok jamaah agar tidak ada alasan lagi untuk tidak mengikuti pengajian di majelis besar ini. Memang para pengurus majelis ini tidak ada bosanbosannya memberikan dorongan agar kualitas majelis taklimnya terus meningkat. Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pengajiannya
majelis
taklim
ini
mendatangkan satu orang ustadz yaitu Ustadz Kamarudin yang dipercaya untuk dapat memberikan materi ajaran Islam baik itu dari segi fikih, tafsir, dan hadis. Ditambah lagi di waktu-waktu tertentu khususnya pada hari besar-hari besar Islam didatangkan penceramah dari luar kota seperti dari Jakarta oleh Bapak dr. H. Zairullah Azhar. Penceramah-penceramah yang pernah memberikan tausiahnya
73
di antaranya Ustadz Ahmad Ikhsan atau yang biasa dikenal dengan Ustadz Cepot dan Ustadzah Ummi Qurrataa’yun. Untuk pemberian materi ini sifatnya berkelanjutan dari materi yang satu ke materi yang lainnya. Namun, jika ada perayaan hari besar Islam atau kedatangan penceramah dari luar kota, maka kelanjutan materi tersebut ditunda karena penceramah akan menyampaikan tausiahnya sesuai dengam tema pada hari itu dan kemudian materi dapat dilanjutkan kembali pada pertemuan yang berikutnya. Bentuk-bentuk acara di majelis taklim ini tidak hanya pengajian, akan tetapi sebelum pengajian dimulai ada penampilan dari kelompok majelis tertentu yang mendapat giliran bertugas untuk mengisi acara. Penampilan tersebut biasanya seperti maulid al-habsyi. Pada setiap bulan kelompok-kelompok majelis secara bergantian menampilkan pembacaan maulid al-habsyi untuk memeriahkan acara pengajian pada hari itu. 3. Sarana dan Prasarana Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan majelis taklim, sarana dan prasarana harus dipenuhi. Dari hasil wawancara penulis dengan pengurus majelis taklim, bahwa berdasarkan asset Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam dapat dilihat dalam tabel berikut:
74
Tabel 3. Sarana dan Prasarana Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam No. Jenis Sarana Jumlah Kondisi 1. Masjid 1 buah Baik 2. Microfon 5 buah Baik 3. Sound sistem 4 buah Baik 4. Buku/Kitab 2 buah Baik 5. Gendangan/Tarbang 11 buah Baik 6. Taksi 20 buah Baik Sumber: Wawancara dengan Ketua beserta Pengurus MT Darul Azhar Nurus Salam pada tanggal 08 Juni 2015. 4. Program Kerja Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam Salah satu wadah pembinaan keagamaan adalah kegiatan-kegiatan di majelis taklim. Kegiatan-kegiatannya disusun dalam suatu program kerja yang dijadikan sebagai acuan para pengurus majelis taklim. Melalui kegiatan tersebut nantinya diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Adapun rencana kegiatannya seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4. Program Kerja Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam Tahun 2015 No.
Jenis Kegiatan
Tujuan
Target/ Sasaran
Bulan
Keterangan
1.
Melaksanakan kegiatan majelis taklim
Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Seluruh majelis taklim yang ada di wilayah Kecamatan Simpang Empat
JanuariDesember, setiap tanggal 20
2.
Memperingati hari besar Islam: 1. Muharam 2. Maulid Nabi Muhammad SAW. 3. Isra’ dan Mi’raj 4. Hari Raya Idul Fitri
Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
1. Muharam: mengadakan pawai seluruh anggota majelis taklim yang ada di wilayah Kecamatan Simpang Empat 2. Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan Hari Raya Idul Fitri: Merayakan atau memeriahkan bersama seluruh anggota Majelis
Disesuaikan
Bekerjasama dengan ustadz dan ustadzah (sesuai keperluan) 1. Bekerjasama dengan kementrian agama dan sekolah yang ada di Darul Azhar 2. Sesuai keperluan
75
Taklim Azhar Salam
Darul Nurus
Sumber: Wawancara dengan Pengurus MT Darul Azhar Nurus Salam pada tanggal 07 Oktober 2015.
B. Penyajian Data Sebelum menguraikan data, lebih dahulu di sini dikemukakan jalannya penelitian yang penulis lakukan. Lebih dahulu penelitian ditujukan kepada Ketua Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam. Penulis melakukan wawancara berkalikali dengan mendatangi ke rumah beliau, kemudian oleh ketua majelis tersebut penulis diajak mengikuti pengajian di Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam. Penulis ikut hadir di pengajian
dengan tujuan untuk mengamati proses
berlangsungnya pengajian. Setelah melakukan pengamatan, penulis kemudian datang pada kesempatan berikutnya untuk melakukan wawancara dan observasi serta membagikan angket. Penulis datang ke rumah responden untuk melakukan wawancara. Di sini, penulis melakukan wawancara kepada 10 orang jamaah dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, karena dengan 10 orang jamaah tersebut sudah dirasa cukup dan sudah mewakili jamaah yang lain. Selanjutnya, pada bulan berikutnya, penulis berkunjung kembali ke majelis taklim untuk mengikuti pengajian sekaigus membagikan angket kepada 30 orang jamaah. Jawaban dari pertanyaan yang dibagikan dalam angket ini sifatnya beragam, sehingga penulis sengaja menuangkan ke dalam angket agar memperoleh jawaban yang lebih lengkap.
76
1.
Pengamalan Ibadah Shalat Dalam menguraikan tentang pengamalan ibadah shalat, penulis akan
sajikan beberapa hal meliputi; pelaksanaan shalat lima waktu, ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu, tempat yang sering digunakan untuk melaksanakan shalat, dan sering/tidaknya melaksanakan shalat berjamaah. a.
Pelaksanaan shalat lima waktu
Bagi ibu-ibu jamaah, pelaksanaan shalat lima waktu setiap hari secara teratur selalu mereka lakukan. Mereka mengatakan, tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan shalat lima waktu, karena itu merupakan kewajiban, kecuali mereka dalam keadaan haid dan nifas. b.
Ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu
Adapun mengenai ketepatan waktu dalam mengerjakan shalat kebanyakan mengatakan sering tepat waktu, sekalipun mereka pernah juga tidak tepat waktu. Tepat waktu yang dimaksud adalah di awal waktu sebagai waktu yang utama (lebih afdhal). Adapun jika ada ketidaktepatan atau keterlambatan waktu dalam mengerjakan shalat, mereka mengatakan biasanya disebabkan ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda, dan terkadang disebabkan timbul rasa malas, akan tetapi rasa malas tersebut tidak mereka biarkan berlarut-larut karena mereka sadar bahwa malas itu datangnya dari syaitan, serta adapula disebabkan merasa sedang berhadas atau terkena najis sehingga mengharuskan mereka untuk membersihkan badan terlebih dahulu.
77
c.
Tempat yang sering digunakan untuk melaksanakan shalat
Tempat yang sering digunakan ibu-ibu untuk melaksanakan shalat berbeda-beda, sebagaimana dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 5. Tempat yang sering ibu-ibu gunakan untuk melaksanakan shalat No. 1. 2. 3.
Kategori Biasanya di masjid Biasanya di musholla/langgar Biasanya di rumah Jumlah
Frekuensi 3 13 14 30
Prosentasi 10% 43% 47% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa cukup banyak ibu-ibu yang sering melaksanakan shalat di rumah dan di musholla/langgar, serta sangat sedikit yang sering melaksanakan shalat di masjid. Ibu-ibu yang melaksanakan shalat di masjid atau musholla kebanyakannya karena rumah mereka berdekatan dengan masjid atau musholla tersebut. Bagi mereka yang rumahnya jauh dari tempat ibadah, mereka lebih memilih shalat di rumah karena setelah shalat biasanya harus menyiapkan makan atau pekerjaan-pekerjaan lainnya sebagai ibu rumah tangga. d.
Sering/tidaknya melaksanakan shalat berjamaah
Cara ibu-ibu melaksanakan shalat ada yang secara berjamaah, adapula yang secara sendirian. Berikut cara ibu-ibu melaksanakan shalat dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 6. Sering/tidaknya ibu-ibu melaksanakan shalat berjamaah No. Kategori 1. Sering berjamaah 2. Kadang-kadang berjamaah 3. Tidak pernah berjamaah Jumlah
Frekuensi 12 18 0 30
Prosentasi 40% 60% 0% 100%
78
Tabel di atas menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu yang kadang-kadang melaksanakan shalat berjamaah. Cukup banyak yang sering berjamaah dan tidak ada yang tidak pernah berjamaah. Hal ini masih berkaitan dengan mereka yang sering mengikuti shalat di masjid tentu saja sering berjamaah. Akan tetapi, selain itu bagi ibu-ibu yang melaksanakan shalat di rumah pun ada beberapa orang diantara mereka yang mengatakan sering shalat berjamaah bersama keluarga. 2. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Dalam
menguraikan
tentang
pengamalan
ibadah
puasa,
penulis
menyajikan beberapa hal mengenai puasa meliputi; pelaksanaan ibadah puasa ramadhan, penyegeraan sahur dan berbuka, dan penyebab tidak melaksanakan ibadah puasa ramadhan. a.
Pelaksanaan ibadah puasa ramadhan
Dalam pelaksanaan ibadah puasa, terutama puasa wajib (puasa di bulan ramadhan) rata-rata mengatakan selalu melaksanakan, karena para ibu tersebut menyadari bahwa puasa ramadhan ini hukumnya wajib bagi setiap muslim, kecuali mereka dalam keadaan haid dan nifas, sakit serta dalam perjalanan jauh. Bahkan, mereka mengatakan senang jika dipertemukan kembali dengan bulan ramadhan. b.
Pelaksanaan sahur dan berbuka
Mengenai sahur dan berbuka, jawaban dari ibu-ibu relatif berbeda sebagaimana dikemukakan dalam tabel berikut:
79
Tabel 7. Pelaksanaan sahur dan berbuka No. Kategori 1. Biasanya berbuka di awal waktu dan sahur di awal waktu 2. Biasanya berbuka di awal waktu dan sahur di akhir waktu 3. Biasanya berbuka di awal waktu dan tidak sahur Jumlah
Frekuensi 5
Prosentasi 17%
22
73%
3
10%
30
100%
Dengan melihat tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak ibu-ibu yang melaksanakan berbuka di awal waktu dan sahur di akhir waktu. Sangat sedikit yang melaksanakan berbuka di awal waktu dan sahur di awal waktu, serta berbuka di awal waktu dan tidak sahur. Dari hasil wawancara yang didapatpun semuanya mengatakan terbiasa dengan berbuka di awal waktu dan sahur diakhir waktu. Mereka beralasan karena itu merupakan sunnah Nabi dan memang itu waktu yang tepat untuk mengatur tenaga ketika berpuasa, sehingga pada siang harinya tidak merasa terlalu lapar. c.
Penyebab tidak melaksanakan ibadah puasa ramadhan
Mengenai penyebab tidak melaksanakan puasa ramadhan, seperti yang sudah disebutkan di atas, mereka kebanyakan mengatakan sebabnya biasanya haid, nifas dan sakit, selain dari dua sebab tersebut kadang-kadang disebabkan sedang dalam keadaan perjalanan jauh atau bepergian. Adapun ketika mereka dalam keadaan hamil atau menyusui, dan dalam keaadaan itu ibu dan anaknya sehat-sehat saja, jawaban ibu-ibu berbeda-beda sebagaimana dikemukakan dalam tabel berikut:
80
Tabel 8. Berpuasa dalam keadaan hamil atau menyusui No. Kategori 1. Melihat kondisinya dulu, jika keduanya sehat-sehat saja, maka tetap berpuasa 2. Tidak berpuasa, karena khawatir dengan kesehatan anaknya 3. Tetap berpuasa, karena yakin anaknya akan sehat-sehat saja Jumlah
Frekuensi 25
Prosentasi 83%
0
0%
5
17%
30
100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sangat banyak ibu-ibu yang mengatakan melihat kondisi kesehatan dari ibu dan anaknya terlebih dahulu, jika keduanya sehat-sehat saja maka ibu meneruskan untuk berpuasa, dan jika dikemudian hari terlihat ibu dan atau anaknya kurang sehat maka ibu memilih untuk tidak berpuasa. Meskipun ada sangat sedikit yang mengatakan tetap berpuasa, karena alasan mereka anaknya bisa diberi makanan tambahan supaya kesehatannya tetap terjaga ketika ibunya melaksanakan ibadah puasa. Dan tidak ada yang mengatakan tidak berpuasa. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengamalan Ibadah Jamaah (Kaum Ibu) Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam a.
Faktor Internal 1) Kesehatan
Kesehatan termasuk faktor yang mempengaruhi segala aktivitas seseorang, termasuk pula aktivitas ibadah, atau seperti yang dimaksud di sini yaitu mempengaruhi pengamalan ibadah para ibu jamaah majelis taklim. Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan, kesehatan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan ibadah, seperti halnya ibadah shalat dan puasa, ibu-ibu mengatakan;
81
“Kalau badannya sehat, shalat sunnah dan puasa sunnah selalu diusahakan untuk dilaksanakan, tapi kalau badannya kurang sehat ibadah-ibadah yang sunnah keseringan tidak dikerjakan, sebab mau melaksanakan yang wajib saja susah payah apalagi yang sunnah.” Dari situlah terlihat bahwa kesehatan ini termasuk faktor yang sangat mempengaruhi ibadah para ibu jamaah majelis taklim ini. 2) Perasaan a) Perasaan ibu-ibu ketika akan mengerjakan suatu ibadah Bagaimana perasaan ibu-ibu ketika akan melaksanakan suatu ibadah dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 9. Perasaan ibu-ibu ketika akan mengerjakan suatu ibadah No. 1. 2. 3.
Kategori Sering timbul rasa malas Kadang-kadang ada rasa malas Tidak ada rasa malas, karena sadar bahwa ibadah shalat dan puasa merupakan kewajiban Jumlah
Frekuensi 2 2 26
Prosentasi 7% 7% 86%
30
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sangat banyak ibu-ibu yang sangat menyadari kewajiban ibadah shalat dan puasa, sehingga tidak ada rasa malas untuk mengerjakannya ketika waktunya tiba. Sangat sedikit ibu-ibu yang sering timbul rasa malas dan kadang-kadang timbul rasa malas ketika hendak melaksakan ibadah, terutama ibadah shalat. Dari hasil wawancara yang didapat, rasa malas itu wajar ada pada diri manusia, akan tetapi secara bertahap rasa malas itu mulai berkurang dan kini muncul kesadaran dari diri sendiri bahwa ibadah ini adalah suatu kewajiban, usia juga sudah tidak muda lagi, jadi bukan waktunya lagi untuk bermalas-malasan.
82
Bagaimana perasaan ibu-ibu seandainya mereka meninggalkan suatu ibadah. Mengenai perasaan ibu-ibu jika meninggalkan suatu ibadah, baik itu ibadah shalat maupun puasa berbeda-beda, sebagaimana dikemukakan dalam table berikut: Tabel 10. Perasaan ibu-ibu seandainya meninggalkan suatu ibadah No. 1. 2. 3.
Kategori Merasa berdosa dan menyesal serta ingin bertaubat Tidak merasa berdosa dan menyesal Merasa biasa-biasa saja Jumlah
Frekuensi 30
Prosentasi 100%
0
0%
0 30
0% 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa seandainya ibu-ibu meninggalkan ibadahnya, terutama dalam ibadah shalat dan puasa, sangat banyak ibu-ibu merasa berdosa apabila meninggalkannya karena telah melalaikan kewajibannya sebagai muslim, dan menyesali perbuatan tersebut, sehingga ingin bertaubat. 3) Kesadaran Kesadaran ibu-ibu ini diukur dari berbagai hal, seperti waktu mulai melaksanakan shalat, semangat ketika melaksanakan puasa dan pengamalan ibadah sunnah sebagai pelengkap ibadah yang wajib. Mengenai waktu mulai melaksanakan shalat dan semangat ketika melaksanakan puasa sudah dijelaskan di atas. Sedangkan untuk pengamalan ibadah shalat sunnah dan puasa sunnah akan di kemukakan pada tabel berikut:
83
Tabel 11. Sering/tidaknya ibu-ibu melaksanakan shalat sunnah No. Kategori 1. Sering 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah, kecuali shalat Tarawih dan Witir serta Hari Raya, shalat di malam nisfu sya’ban Jumlah
Tabel di atas menunjukkan
Frekuensi 20 6 4
Prosentasi 67% 20% 13%
30
100%
bahwa banyak dari ibu-ibu yang sering
melaksanakan shalat sunnah dan sedikit yang kadang-kadang melaksanakan shalat sunnah, serta sangat sedikit yang tidak pernah melakukan shalat sunnah, kecuali shalat Tarawih dan Witir serta Hari Raya, shalat di malam nisfu sya’ban. Memang betul, karena ada beberapa informasi yang di dapat dari anak atau anggota keluarga lainnya bahwa ibunya sering melaksanakan shalat sunnah dhuha, tahajjud, atau dhuha dan tahajjud. Terlihat pula ketika penulis datang ke rumah ketua majelis dengan tujuan hendak melakukan wawancara, beliau baru selesai melaksanakan shalat dhuha. Adapun pelaksanaan ibadah puasa sunnah tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan shalat sunnah, sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 12. Sering/tidaknya ibu-ibu melaksanakan puasa sunnah No. Kategori 1. Sering 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah Jumlah
Frekuensi 7 23 0 30
Prosentasi 23% 77% 0% 100%
84
Tabel di atas menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu yang kadang-kadang melaksanakan puasa sunnah, hanya sedikit yang sering melaksanakan puasa sunnah, dan tidak ada yang tidak pernah melaksanakan puasa sunnah. Mengenai selalu tidaknya ibu-ibu melaksanakan shalat sunnah dan puasa sunnah sudah dikemukakan dalam tabel di atas dan memang sebagian besar ibuibu sudah melaksanakan ibadah sunnahnya dengan baik. Selain itu, kesadaran juga diukur dengan tujuan ibu-ibu mengikuti pengajian di Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam umumnya untuk belajar ilmu agama, sebagaimana dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 13. Tujuan ibu-ibu mengikuti pengajian di Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam No. Kategori 1. Untuk belajar ilmu agama 2. Untuk bersilaturrahmi 3. Jawaban 1 dan 2 Jumlah
Frekuensi 5 4 21 30
Prosentasi 17% 13% 70% 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu bertujuan untuk belajar ilmu agama sekaligus untuk bersilaturrahmi antar sesama jamaah majelis taklim. Dengan tujuan tersebut mereka jadikan motivasi untuk selalu mengikuti pengajian. Keaktifan mengikuti pengajian di majelis taklim, mereka merasa bertambah pengetahuan dan kesadaran dalam beribadah, sebagaimana dalam tabel berikut ini:
85
Tabel 14. Manfaat mengikuti pengajian di majelis taklim No. Kategori 1. Bertambah pengetahuan dan rajin melaksanakan ibadah 2. Bertambah pengetahuan saja 3. Biasa-biasa saja Jumlah
Frekuensi 30
Prosentasi 100%
0 0 30
0% 0% 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan aktif mengikuti pengajian, sangat banyak ibu-ibu yang merasa bertambah pengetahuan agama dan kemudian rajin melaksanakan ibadah. Rata-rata memang demikianlah alasan mereka untuk mengikuti pengajian. Datang ke majelis taklim mendengarkan ceramah, kemudian diingat, jika ada diberikan amalan-amalan dari ustadz atau ustadzahnya mereka catat, setelah itu mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. b.
Faktor Eksternal 1) Lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga juga turut mempengaruhi ibu-ibu dalam melaksanakan ibadah shalat dan puasa. Pelaksanaan shalat dan puasa dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 15. Pelaksanaan ibadah shalat di dalam anggota keluarga No. Kategori 1. Semua anggota keluarga melaksanakan shalat 2. Sebagian anggota keluarga (yang sudah baligh) ada yang jarang shalat 3. Semua anggota keluarga tidak ada yang shalat Jumlah
Frekuensi 28
Prosentasi 93%
2
7%
0
0%
30
100%
86
Tabel di atas menunjukkan sangat banyak yang semua anggota keluarganya melaksanakan shalat, dan sangat sedikit yang sebagian anggota keluarga (yang sudah baligh) ada yang jarang shalat. Namun tidak ada yang semua anggota keluarganya tidak melaksanakan shalat. Dari hasil wawancara yang didapat, bahwa di dalam keluarga itu selalu saling mengikatkan, terutama ibunya yang selalu mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat. Mengenai pelaksanaan ibadah puasa di dalam anggota keluarga dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 16. Pelaksanaan Ibadah Puasa di dalam Anggota Keluarga No. Kategori 1. Semua anggota keluarga melaksanakan ibadah puasa 2. Sebagian anggota keluarga ada yang tidak puasa 3. Semua anggota keluarga tidak ada yang puasa Jumlah
Frekuensi 29
Prosentasi 97%
1
3%
0
0%
30
100%
Tabel di atas menunjukkan sangat banyak yang semua anggota keluarganya melaksanakan puasa, sangat sedikit yang sebagian anggota keluarganya ada yang tidak berpuasa, serta tidak ada yang semua anggota keluarga tidak berpuasa. 2) Lingkungan masyarakat Seperti yang sudah lebih dahulu penulis jelaskan bahwa di Kecamatan Simpang Empat ini banyak sekali kelompok-kelompok majelis taklim yang tersebar disetiap RT atau gang. Hal ini menggambarkan bahwa Kecamatan Simpang Empat ini merupakan lingkungan yang agamis. Sehingga, orang yang
87
hidup ditengah-tengahnya terbawa oleh suasana yang hari-harinya penuh dengan ibadah.
C. Analisis Data Setelah data diperoleh dan disajikan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data ini penulis arahkan untuk mempertajam terhadap permasalahan yang ada dalam skripsi ini, yaitu masalah pengamalan ibadah yang dilakukan oleh jamaah kaum ibu Majelis Taklim Darul Azhar Nurus Salam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengamalan ibadah yang dilakukan oleh jamaah (kaum ibu) majelis taklim adalah sebagai berikut: 1. Pengamalan Ibadah Shalat a.
Pelaksanaan shalat lima waktu
Pada pelaksanaan shalat lima waktu yang dilakukan oleh ibu-ibu jamaah majelis taklim setiap hari secara teratur selalu mereka lakukan asal tidak dalam keadaan haid dan nifas, mereka pun mengatakan tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan shalat lima waktu, karena itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mukallaf. Faktor yang mempengaruhinya adalah adanya kesadaran diri akan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk melaksanakan shalat lima waktu dan banyaknya pengalaman tentang ajaran agama Islam, serta lingkungan tempat tinggal yang agamis.
88
b.
Ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat
Dari data hasil wawancara yang didapat, para ibu-ibu kebanyakan mengatakan sering tepat waktu, meskipun pernah tidak tepat waktu. Akan tetapi, pada saat ibu-ibu tidak tepat waktu dalam melaksanakan shalat itu adalah hal yang manusiawi, karena banyak yang mempengaruhi manusia dalam berbuat, seperti niat
dan
motivasi
yang
kadangkala
sifatnya
bisa
mendorong
dan
mencegah/menghambat. Melihat data ini, kedisiplinan ibu-ibu dari segi pelaksanaan dapat dikatakan shalat cukup tinggi karena lebih sering tepat waktu daripada tidak tepat waktu. Menurut penulis, karena keseluruhan mereka adalah jamaah majelis taklim yang sudah banyak ilmu pengetahuannya dalam bidang agama termasuk mengenai keutamaan-keutamaan dalam pelaksanaan shalat. Jadi mereka sadar betul bagaimana mengusahakan yang terbaik dalam pelaksanaan ibadah shalat mereka. c.
Tempat yang sering digunakan untuk melaksanakan shalat
Di sini penulis memang hanya menekankan yang menjadi tempat kebiasaan ibu-ibu dalam melaksanakan shalat, karena tempat melaksanakan shalat itu bervariasi, tidak selalu ditempat yang sama. Dari tabel 3 terlihat cukup banyak ibu-ibu yang mempunyai kebiasaan melaksanakan shalat di rumah dengan alasan musholla/masjid jauh dari tempat tinggal, sehingga di waktu-waktu tetentu saja mereka melaksanakan shalat di musholla/masjid.
Bagi yang sering shalat di
musholla/langgar itu karena rumah mereka memang dekat dengan tempat ibadah tersebut dan jika dilihat dari kondisinya mereka yang tidak terlalu disibukkan dengan pekerjaan rumah menyempatkan shalat di musholla/masjid. Jadi, tidak
89
menutup kemungkinan kadangkala mereka melaksanakannya di masjid atau musholla. d.
Sering/tidaknya melaksanakan shalat secara berjamaah
Dari tabel 4 terlihat cukup banyak ibu-ibu yang sering melaksanakan shalat berjamaah, meskipun tidak semua shalat lima waktu yang mereka laksanakan secara berjamaah dan banyak ibu-ibu yang kadang-kadang saja melaksanakan shalat berjamaah, karena memang hukum shalat berjamaah untuk shalat wajib itu hukumnya sunnah saja. Jadi, kalaupun ibu tidak melaksanakan shalat wajib secara berjamaah itu tidak apa-apa. Akan tetapi tidak ada di antara ibu-ibu yang tidak pernah melaksanakan shalat secara berjamaah. Ini berarti, para ibu tahu betul tentang keutamaan-keutamaan shalat selain tepat waktu juga dilaksanakan secara berjamaah. 2. Pengamalan Ibadah Puasa a.
Pelaksanaan ibadah puasa ramadhan
Dari data hasil wawancara yang penulis dapatkan, mengenai pelaksanaan ibadah puasa, terutama puasa wajib (puasa di bulan ramadhan) rata-rata mengatakan selalu melaksanakan, kecuali jika mereka dalam keadaan haid, sakit atau dalam perjalanan jauh (berpergian). Hal tersebut merupakan halangan yang tidak dapat mereka hindari. Ini dapat dianalisa, apabila tidak ada halangan tersebut, maka mereka akan senantiasa melaksanakan ibadah puasa ramadhan. Faktor yang mempengaruhi adalah kesadaran mereka akan kewajibannya sebagai seorang muslim tinggi, ditambah lagi mereka mengatakan senang jika dipertemukan kembali dengan bulan ramadhan. Dari situ terlihat bahwa adanya
90
motivasi dari dalam diri mereka, sehingga mereka semangat dalam melaksanakan ibadah puasa wajib (puasa ramadhan). b.
Pelaksanaan sahur dan berbuka
Dari tabel 5 terlihat bahwa banyak ibu-ibu sahur di akhir waktu dan berbuka di awal waktu. Apa yang dilakukan oleh kebanyakan ibu ini sudah tepat, karena sejalan dengan hadis Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Al-imam AlBukhari dari sahabat Sahl bin Sa’d ra. sebagai berikut:
ََحَوَِرَقَال َُ َلنََسللس َِ ََك َََكَانََبَيََللَذ:َت َُ ََقَُي.ِبصَل َل هلَليه َسلي َ َُثَقَامَََإِلََللََّلََة َ َِتَسَحََرناَمعَألن .سيََآيَة َِ َقَدَ َِرَخ َ Hadis di atas menjelaskan bahwa ada seorang sahabat yang pernah sahur bersama nabi, setelah selesai sahur ia melihat nabi bersegera untuk bersiap-siap melaksanakan shalat subuh yang tidak lama lagi akan tiba. Ini menunjukkan bahwa nabi sendiri mengakhirkan sahur atau mengamalkan besantap sahur diakhir waktu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu majelis taklim ini memiliki pengetahuan yang luas tentang ibadah. Hal ini tidak lain karena mereka rutin mengikuti pengajian, sehingga apa yang mereka ketahui dengan mudah mereka mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Di samping itu, menurut hemat penulis hal ini dilakukan karena mereka juga memang ingin mempersiapkan fisiknya agar kuat berpuasa di siang harinya, sebab jika melaksanakan sahur di awal waktu maka rasa lapar itu bisa cepat datang. c.
Penyebab tidak melaksanakan puasa ramadhan
Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan mengenai penyebab sehingga ibu-ibu tidak melaksanakan puasa ramadhan adalah dalam keadaan sakit, dalam
91
keadaan haid dan nifas, serta dalam keadaan perjalanan jauh (berpergian). Hal itu memang tidak dapat dihindari sehingga para ibu tak kuasa untuk meneruskan puasanya. Mengenai dalam keadaan perjalanan jauh, para ibu terkadang bisa saja tetap berpuasa jika mereka merasa tidak terlalu kelelahan dan puasanya tidak terkesan dipaksakan. Jadi, kondisional saja, sakit pun begitu, jika mereka merasa masih kuat untuk berpuasa mereka tetap berpuasa. Adapun pada saat mereka dalam keadaan hamil dan menyusui, dari tabel terlihat banyak dari mereka yang melihat kondisi kesehatan ibu dan anaknya terlebih dahulu, apabila kondisi ibu dan anaknya sehat-sehat saja maka ibu akan tetap berpuasa. tidak ada yang tidak berpuasa sama sekali di bulan ramadhan meskipun mereka dalam keadaan hamil dan menyusui. Dari sini dapat terlihat betapa mereka sangat mengutamakan ibadah selama mereka masih mampu, tidak ada sedikitpun berpikir untuk mencari-cari alasan dalam pelaksanaan ibadah ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamalan ibadah jamaah (kaum ibu) majelis taklim, sebagai berikut: 1. Faktor Internal a.
Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi segala aktivitas seseorang, termasuk dalam aktivitas mengamalkan ibadah sehari-hari. Jika kesehatan mereka itu baik, maka pengamalan ibadah mereka juga baik. Artinya mereka akan memperbanyak amalan-amalan yang lain, tidak hanya melaksanakan ibadah yang wajib, akan tetapi senantiasa berusaha melaksanakan yang sunnah pula. Akan tetapi, sebenarnya tidak semata-mata kesehatan yang menjadi tolak
92
ukur dalam pengamalan ibadah, selain itu pula ada keadaan-keadaan yang tidak memungkinkan bagi ibu-ibu untuk giat beribadah yaitu seperti dalam keadaan haid dan nifas, karena memang dalam keadaan tersebut kita diharamkan untuk melaksanakan ibadah, termasuk melaksanakan shalat dan puasa. Selain itu, adapula faktor yang lain yaitu ketika ibu-ibu ini dalam kondisi perjalanan jauh yang melelahkan. Dalam kondisi seperti ini, mereka sadar betul dalam Islam ada keringanan bagi ibu-ibu untuk tidak berpuasa, dan mereka akan menggantinya di luar bulan ramadhan, kecuali shalat mereka tetap melaksanakannya. b.
Perasaan
Perasaan juga mempengaruhi pengamalan ibadah seseorang. Perasaan letaknya di psikologi seseorang yang juga termasuk dalam kategori motivasi instrinsik (dari dalam diri manusia). Ia dapat mendorong atau menghalangi keinginan seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat. Perasaan yang ibu-ibu rasakan ini bermacam-macam ada perasaan malas, takut, menyesal serta perasaan senang/bahagia. Perasaan malas terkadang datang ketika mereka akan melaksanakan shalat. Akan tetapi, mereka tetap berusaha untuk menghindari rasa malas tersebut. Ini juga merupakan dorongan atas kesadaran mereka akan kewajibannya sebagai muslim. Adapun perasaan takut dan menyesal datang apabila seandainya mereka ada
meninggalkan
shalat
dan
puasa
dengan
sengaja.
Faktor
yang
mempengaruhinya adalah ingat akan dosa dan siksaan yang pedih di akhirat nanti. Sedangkan perasaan senang/bahagia sering datang ketika mereka masih diberi
93
kesempatan untuk menyambut bulan suci ramadhan, dari sini terlihat semangat mereka yang begitu tinggi untuk melaksanakan puasa ramadhan. c.
Kesadaran
Mengenai kesadaran di sini dapat diukur dengan berbagai hal, seperti ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat, ini berarti ibu-ibu mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa dirinya sudah mendapat panggilan untuk bersegera menundukkan diri kepada Allah SWT. dengan melaksanakan shalat di awal waktu. Kemudian mengenai ibadah puasa kesadaran diukur dengan semangat dalam menyambut bulan suci ramadhan, meskipun dalam keadaan hamil atau menyusui mereka tetap mengusahakan untuk melaksanakan puasa ramadhan, asalkan dalam keadaan tersebut tidak membebankan mereka. Di samping itu, dapat juga diukur dengan pelaksanaan ibadah sunnah sebagai pelengkap ibadah yang wajib (fardhu). Dari tabel 9 dan tabel 10 terlihat ibu-ibu banyak yang sering melaksanakan shalat sunnah dan kadang-kadang melaksanakan puasa sunnah. Ini dapat dianalisa bahwa pengamalan ibadah shalat dan ibadah puasa ibu-ibu sudah dapat dikatakan baik, karena penulis berasumsi bila ibadah yang sunnah dikerjakan berarti ibadah yang wajib sudah mendekati sempurna. d.
Tujuan mengikuti pengajian
Pada tabel 11 terlihat banyak ibu-ibu mengikuti pengajian tujuannya untuk mendapatkan ilmu agama dan bersilaturrahmi antar sesama jamaah. Dari sini terlihat tingginya motivasi mereka untuk dapat terampil dalam melaksanakan ibadah. Sebab, hanya dengan ilmulah seseorang dapat mengaplikasikan sesuatu yang ia inginkan dalam kehidupan sehari-hari.
94
2. Faktor Eksternal a.
Lingkungan keluarga
Dalam penelitian ini, keluarga juga tidak kalah penting dalam mempengaruhi pengamalan ibadah para ibu jamaah majelis taklim. Para ibu ini rata-rata berada di tengah-tengah keluarga yang agamis. Dapat dilihat dari tabel 13 dan 14 banyak ibu-ibu yang memiliki anggota keluarga yang rajin melaksanakan shalat dan puasa. Selain itu, adapula dukungan dari keluarga dalam bentuk yang lain, yaitu seperti memberikan izinnya kepada istri/ibunya untuk mengikuti pengajian. Meskipun jauh jarak antara rumah dengan majelis tetap saja berusaha hadir demi mendapatkan ilmu agama agar dapat dengan mudah mengamalkan ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari. b.
Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi pengamalan ibadah para ibu jamaah majelis taklim, karena masyarakat ini dapat mendorong minat ibu-ibu sekaligus dapat pula menghambat minat ibu-ibu dalam beraktivitas, termasuk aktivitas ibadah.