BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab akan membahas mengenai deskripsi tempat penelitian yaitu di SMK Negeri 3 Ambon, karakteristik responden, hasil reliabilitas dan validitas alat ukur yang digunakan, hasil pengukuran variabel, uji statistik yaitu dengan teknik regresi berganda dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Tempat Penelitian SMK NEGERI 3 AMBON merupakan salah satu sekolah kejuruan di Provinsi Maluku kota Ambon yang berlokasi di Jalan Laksdya Leo Wattimena Ambon. SMK Negeri 3 Ambon dahulunya bernama “Yayasan Toma” yang bergerak dalam bidang pendidikan teknik menengah. Namun, pada tahun 1963 namanya diganti menjadi STM (Sekolah Teknik Menegah) di bawah asuhan bapak H. T. Kho sebagai pembina sekaligus kepala sekolah. Dalam perkembangannya beberapa tahun kemudian namanya diganti menjadi STM Negeri 1 Ambon. Kemudian sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor : 036/O/1997 terhitung 1 Juni 1997 nama STM Negeri Ambon berubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Ambon. Sekolah ini mempunyai 5 jurusan dengan jumlah keseluruhan guru tetap sebanyak 116 orang.
B. Karakteristik Guru 1. Karateristik Guru Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan data responden diketahui respoden yang memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 72 orang responden (62%) dari jumlah keseluruhan responden, sedangkan perempuan sebanyak 44 responden (38%) (Tabel 4.1). Tabel 4.1 Jumlah Guru Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Presentasi (%)
Laki-laki
72
62%
Perempuan
44
38%
Total
116
100%
1.1 Karakteristik Guru Berdasarkan Usia Berdasarkan data usia responden guru terlihat usia guru antara 26 sampai 34 tahun sebanyak 24 responden (21%), usia 35 sampai 44 tahun sebanyak 32 responden (27%), dan usia 45 sampai 54 tahun sebanyak (37%). Usia responden dengan presentasi terbesar adalah rentang usia 45 sampai 54 yaitu sebanyak 43 responden (37%). (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Jumlah Guru Berdasarkan Jenis Usia Usia
Jumlah
Presentasi (%)
< 25 tahun
1
1%
26 – 34 tahun
24
21%
35 – 44 tahun
32
27%
45 – 54 tahun
43
37%
> 54 tahun
16
14%
Total
116
100%
1.2 Karakteristik Guru Berdasarkan Golongan Kepegawaian Berdasarkan golongan kepegawaian, guru diketahui bahwa tidak masuk golongan satu dan golongan dua.
Jumlah guru golongan tiga
sebanyak 74 guru (64%) dan golongan empat sebanyak 42 guru (36%) (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Jumlah Guru Menurut Golongan Kepegawaian Jenis Golongan
Jumlah
Presentasi (%)
Golongan I
-
-
Golongan II
-
-
Golongan III
74
64%
Golongan IV
42
36%
Total
116
100%
1.3 Karakteristik Guru Berdasarkan Lama Mengajar Berdasarkan data lama mengajar guru di SMK Negeri 3 Ambon terlihat bahwa hampir separuh dari jumlah guru yang sudah mengajar selama 10 sampai 20 tahun sebanyak 57 orang (49%). (Tabel 4.4).
Table 4.4 Responden Menurut Lama Mengajar Lama Mengajar
Jumlah
Presentasi (%)
< 10 tahun
25
22%
10 – 20 tahun
57
49%
> 20 tahun
34
29%
Total
116
100%
2. Hasil Validitass dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 2.1 Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas penelitian, diperoleh 29 item yang valid dan 1 item yang gugur dengan rentang nilai Koefisien Alpha Cronbach 0,332 – 0,637 atau reliabilitas sebesar 0,930. Hal ini berarti reliabilitas alat ukur Gaya Kepemimpinan Transformasional berada pada katagori dapat diandalkan. Sebaran aitem valid dan item gugur skala gaya kepemimpinan transformasional disajikan pada (Lampiran C).
2.2 Iklim Organisasi (IO) Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas dalam penelitian ini, diperoleh 31 item yang valid dan 1 item yang gugur dengan rentang nilai Koefisien Alpha Cronbach 0,301 – 0,640 atau reliabilitas sebesar 0,902. Hal ini berarti reliabilitas alat ukur Iklim Organisasi berada pada katagori dapat diandalkan. Sebaran item valid dan aitem gugur skala iklim organisasi disajikan pada( Lampiran C).
3. Indikator Skor 3.1 Skor Kinerja Guru Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel Kinerja Guru (KG) digunakan 5 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. (Tabel 4.5) Tabel 4.5 Katagori Skor Kinerja Guru Katagori
Interval
N Wanita 14
Presentasi Laki-laki Wanita 29,17% 31,82%
ST
89,4 ≤ X ≤ 92,3
Laki-laki 21
T
86,4 ≤ X ≤ 89,3
16
5
22,22%
11,36%
S
83,4 ≤ X ≤ 86,3
4
0
5,56%
0%
R SR
80,4 ≤ X ≤ 83,3 77,4 ≤ X ≤ 80,3 Rataan SD Min Max
13 18 84,71 4,628 78 `91
11 14 84,64 4,94 78 91
18,05% 25%
25% 31,82%
Keterangan : ST = Sangat Setuju; T = Tinggi; S= Sedang; R= Rendah; SR= Sangat Rendah
Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa rataan kinerja guru di SMK Negeri 3 Ambon untuk laki-laki 84,71 dan untuk guru wanita 84,64, keduanya termasuk katagori sedang.
3.2 Skor Gaya Kepemimpinan Transformasional Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) digunakan 5 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Berikut ini adalah interval untuk skala (GKT) gaya kepemipinan transformasional. (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Katagori Skor Gaya Kepemimpinan Transformasional Katagori
ST T S R SR
Interval 132 ≤ X ≤ 145 118 ≤ X ≤ 131 104 ≤ X ≤ 117 90 ≤ X ≤ 103 76 ≤ X ≤ 89 Rataan SD Min Max
N Laki-laki 5 27 28 11 1 115,82 12,061 76 `144
Wanita 3 23 12 6 0 118,20 11,263 95 144
Presentasi Laki-laki Wanita 6,94% 6,82% 37,5% 52,27% 38,89% 27,27% 15,28% 13,64% 1,39% 0%
Keterangan : ST = Sangat Setuju; T = Tinggi; S= Sedang; R= Rendah; SR= Sangat Rendah
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa 38,89% GKT guru laki-laki di SMK Negeri 3 Ambon berada pada katagori sedang sebaliknya 52,27 GKT guru wanita SMK Negeri 3 Ambon berada pada katagori tinggi. Rataan skor GKT laki-laki 115,82 (sedang) dan nilai GKT wanita 118,20 termasuk katagori tinggi.
3.3 Skor Iklim Organisasi Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel Iklim Organisasi (IO) digunakan 5 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Interval skala Iklim Organisasi (IO) disajikan dalam Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Katagori Skor Iklim Organisasi Katagori
Interval
N Wanita 12
Presentasi Laki-laki Wanita 12,5% 27,27%
ST
137 ≤ X ≤ 153
Laki-laki 9
T
120 ≤ X ≤ 136
52
26
72,22%
59,09%
S
103 ≤ X ≤ 119
11
5
15,28%
11,37%
R SR
86 ≤ X ≤ 102 69 ≤ X ≤ 85 Rataan SD Min Max
0 0 127,32 8,793 72 `152
0 1 129,57 12,730 70 147
0% 0%
0% 2,27%
Keterangan : ST = Sangat Setuju; T = Tinggi; S= Sedang; R= Rendah; SR= Sangat Rendah
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa 72,22% IO guru laki-laki di SMK Negeri 3 Ambon berada pada katagori tinggi demikian pula halnya dengan guru wanita SMK Negeri 3 Ambon berada pada katagori tinggi. Rataan skor IO guru laki-laki sebesar 127,32 termasuk katagori tinggi sama halnya dengan rataan IO guru wanita sebesar 129,57 termasuk katagori tinggi.
C. Hasil Uji Statistik 1. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji linearitas. 1.1 Uji Normalitas Hasil uji normalitas guru di SMK Negeri 3 Ambon yang berjenis kelamin laki-laki dan wanita disajikan dalam Tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Uji Contoh One-Sample Kolmogorov-Smirnov Guru Laki-Laki dan Wanita di SMK Negeri 3 Ambon Residual untuk Kinerja Guru Laki-laki
Guru Wanita
72
44
Rataan
0,0000000
0,0000000
Simpangan Baku
4.82451729
4.82451729
0,182
0,182
Positif
0,159
0,159
Negatif
-0,182
-0,182
Kolmogorov-Smirnov Z
1,047
1,211
Asymp. Sig. (2-ekor)
0,223
0,107
N Parameter Normal
a,
Perbedaan Paling Ekstrim Absolut
a. Uji Sebaran adalah Normal.
Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa koefisien Kolmogorov-Smirnov guru laki-laki sebesar 1.047 dengan p>0,05 dan guru wanita 1.211 dengan p>0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data nilai residual kinerja guru laki-laki dan wanita di SMK Negeri 3 Ambon terdistribusi normal, sehingga data penelitian memenuhi asumsi normalitas.
1.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidak hubungan linier secara sempurna atau mendekati sempurna di antara peubah tak gayut (GKT dan IO). (Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Guru Laki-laki dan Wanita Di SMK Negeri 3 Ambon Guru Laki-laki
Guru Wanita
Koefisien
Koefisien
Statistik Kolinearitas Model 1
Statistik Kolinearitas
Toleransi
VIF
Toleransi
VIF
GKT
0,957
1,044
0,971
1,030
IO
0,957
1,044
0,971
1,030
Konstanta
Peubah Gayut: Kinerja
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai toleransi guru laki-laki nilai dan nilai VIF dari kedua peubah tak gayut lebih dari 0,10 dan kurang dari 10. Demikian pula halnya pada nilai toleransi guru wanita dari kedua peubah gayut tak lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang 10. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar peubah tak gayut.
1.3 Uji Heteroskedasitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan ragam residual suatu pengamatan terhadap pengamatan yang lain. Jika ragam berbeda terjadi masalah heteroskedastisitas, sebaliknya jika ragam dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap disebut heterokedasitas.
Gambar 4.10 Diagram Pencar Kinerja Guru Laki-laki
Dari gambar diagram pencar 4.10 dapat dilihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik tersebut menyebar ke arah kiri angka 0 pada sumbu Y. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas. Gambar 4.11 Diagram Pencar Kinerja Guru Wanita
Dari gambar diagram pencar 4.11 dapat dilihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik tersebut menyebar ke arah kiri angka 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas.
1.4 Uji Linearitas Hasil Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan peubah tak gayut dengan peubah gayut serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut.
1.4.1 Uji Linearitas Guru Laki-laki Tabel 4.12 Daftar Sidik Ragam Uji Linearitas Guru Laki-laki (KG vs GKT) db
JK
KT
34
631,508
18,574
0,773 0,775
Linearitas
1
89,375
89,375
3,718 0,062
Simpangan dari linearitas
33
542,134
16,428
0,683 0,865
Dalam Kelompok
37
889,367
24,037
Total
71
1520,875
KINERJA * Antar (Gabungan) GKT Kelompok
F
Sig.
Keterangan: KG= Kinerja Guru; GKT = Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat hasil uji linieritas KG terhadap GKT yaitu nilai p sebesar 0,865 (p>0,05) dengan nilai F sebesar 0,683. Dengan demikian, KG dan GKT dapat dinyatakan memiliki hubungan linier.
Tabel 4.13 Daftar Sidik Ragam Uji Linearitas Guru Laki-laki (KG vs IO) db
Antar KG * Kelompok IO
(Gabungan)
29
Linearitas
1
Simpangan dari
28
JK
KT
F
Sig.
639,100
22,038
1,050
0,436
0,348
0,348
1,017
0,898
638,752
22,813
1,087
0,396
20,995
linearitas Dalam Kelompok
42
881,775
Total
71
1520,875
Keterangan: KG= Kinerja Guru; IO = Iklim Organisasi
Dari Tabel 4.13 dapat dilihat hasil uji linearitas terhadap KG dan IO yaitu nilai p sebesar 0,396 (p>0,05) dengan nilai F sebesar 1,087. Dengan demikian, KG dan IO memiliki hubungan liniear.
1.4.2. Uji Linearitas Guru Wanita Tabel 4.14 Daftar Sidik Ragam Uji Linearitas Guru Wanita (KG vs GKT) Db
JK
24
713,715
Linearitas
1
5,281
Simpangan dari Linearitas
23
708,434
30,801 1,804 0,198
Dalam Kelompok
19
324,467
17,077
Total
43
1038,182
KINERJA Antar (Gabungan) * GKT Kelompok
KT
F
Sig.
29,738 1,741 0,110 5,281
1,309 0,585
Keterangan: KG= Kinerja Guru ; GKT = Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dari Tabel 4.14 di atas dapat dilihat hasil uji linieritas terhadap kinerja guru dan IO yaitu nilai p sebesar 0,198 (p>0,05) dengan nilai F sebesar 1,804. Dengan demikian, kinerja guru dan GKT dapat dinyatakan memiliki hubungan linier. Tabel 4.15 Daftar Sidik Ragam Uji Linearitas Guru Wanita (KG vs IO) db
JK
KT
28
792,182
28,292
1,725 0,134
Linearitas
1
26,893
26,893
1,640 0,220
Simpangan dari Linearitas
27
765,289
28,344
1,728 0,134
Dalam Kelompok
15
246,000
16,400
Total
43
1038,182
KINERJA Antar (Gabungan) * IO Kelompok
F
Sig.
Keterangan: KG= Kinerja Guru ; IO = Iklim Organisasi
Dari Tabel 4.15 dapat dilihat hasil uji linearitas terhadap kinerja guru dan IO yaitu nilai p sebesar 0,134 (p>0,05) dengan nilai F sebesar 1,728. Dengan demikian, kinerja guru dan IO dapat dinyatakan memiliki hubungan linear. 2. Uji Hipotesis Untuk uji hipotesis ini, penulis menggunakan analisis regresi berganda dua variabel. Dua variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi. Berikut ini adalah hasil dari analisis dengan menggunakan SPSS versi 21.0
2.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) Hasil uji signifikan (Uji F) untuk peubah bebas X1 (Gaya Kepemimpinan Transformasional dan X2 (Iklim Organisasi) terhadap Y (Kinerja Guru) di SMK Negeri 3 Ambon diperoleh hasil sebagai berikut. (Tabel 4.16).
2.1.1 Uji F Guru Laki-laki Tabel 4.16 Daftar Sidik Ragam Uji Signifikan Regresi Berganda Nilai F (Laki-laki) Model
db
JK
KT
F
Sig.
1
Regresi
2
96,112
48,056
2,327
0,105a
Sisa
69
1424,763
20,649
Total
71
1520,875
a. Prediktor: (Konstanta), GKT, IO b. Peubah Gayut: KG
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja guru laki-laki di SMK Negeri 3 Ambon dengan nilai Fhitung>Ftabel (2,327<3,130) atau angka signifikan 0,015>0,05. Dengan demikian maka hipotesis yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi secara bersama-sama atau simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
2.1.2 Uji F Guru Wanita Tabel 4.17 Daftar Sidik Ragam Uji Signifikan Regresi Berganda Nilai F (Wanita) Model
db
JK
KT
F
Sig.
1
Regresi
2
37.315
18.658
0.764
0.472a
Sisa
41
1000.867
24.411
Total
43
1038.182
a. Prediktor: (Konstanta), GKT, IO b. Peubah Gayut: KINERJA
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja guru wanita di SMK Negeri 3 Ambon dengan nilai Fhitung>Ftabel (0.764<3,226) atau angka signifikan 0,472>0,05. Dengan demikian maka hipotesi yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi secara bersama-sama atau simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
2.2 Uji Signifikan Parameter Individuil/Parsiel (Uji t) 2.2.1 Uji Signifikan Parameter Individuil/Parsiel (Uji t) Guru Laki-laki Uji t ini dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi dengan kinerja guru di SMK Negeri 3 Ambon. Hasil uji signifikan parsiel (uji t) untuk guru laki-laki di SMK Negeri 3 Ambon: (Tabel 4.18)
Tabel. 4.18 Hasil Signifikan Parameter Individual /Uji T Guru Laki-laki Koefisien Tak Terbakukan B
Kesalahan Baku
(Kostanta)
91,547
8,635
GKT
-0,098
0,046
IO
0,036
0,063
Model 1
Koefisien Terbakukan Beta
T
Sig.
10,602
0,000
-0,256
-2,154
0,035
0,068
0,571
0,570
a. Peubah Gayut: Kinerja Guru
Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa secara parsiel GKT berpengaruh secara negatif terhadap kinerja guru laki-laki di SMK Negeri 3 Ambon. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai thitung GKT>ttabel (-2,154>-1,667) atau angka signifikan (0,035<0,05) sedangkan iklim organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja guru dengan nilai thitung IO
0,05. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji t diperoleh model persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= 91,547 – 0,098X1 Interpretasi dari persamaan regresi adalah sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 91,547 menyatakan bahwa jika peubah tak gayut dalam hal ini (Gaya Kepemimpinan Transformasional) dianggap konstan, maka nilai Kinerja Guru sebesar 91,547 2. Koefisien regresi gaya kepemimpian transformasional sebesar -0,098 menyatakan
bahwa
setiap
penambahan
satu
tingkatan
gaya
kepemimpinan transformasional akan berdampak terhadap penurunan Kinerja Guru sebesar -0,098 satuan
2.2.2 Uji Signifikan Parameter Individual/Parsial (Uji t) Guru Wanita Hasil uji signifikan parsiel (uji t) untuk guru wanita di SMK Negeri 3 Ambon: (Tabel 4.19) Tabel. 4.19 Hasil Signifikan Parameter Individual /Uji T Guru Wanita Koefisien Tak Terbakukan B
Kesalahan Baku
(Kostanta)
98,795
12,115
GKT
-0,044
0,068
IO
-0,069
0,060
Model 1
Koefisien Terbakukan Beta
T
Sig.
8,154
0,000
-0,102
-0,653
0,517
-0,178
-1,146
0,259
a. Peubah Gayut: Kinerja Guru
Berdasarkan Tabel 4.19 terlihat bahwa secara parsiel baik GKT maupun IO tidak berpengaruh terhadap kinerja guru wanita di SMK Negeri 3 Ambon. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai thitung GKT0,05) dan nilai thitung IO0,05. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji t diperoleh model persamaan regresi linier untuk guru wanita sebagai berikut: Y= 98,795 Interpretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut: Konstanta sebesar 98,795 menyatakan bahwa jika peubah tak gayut dalam hal ini (gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi) dianggap konstan, maka nilai kinerja guru sebesar 98,795.
2.3 Koefisien Determinasi (R2) 2.3.1 Koefisien Determinasi (R2) Guru Laki-laki Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau konstribusi dari peubah Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) terhadap Kinerja Guru (KG) lakilaki di SMK Negeri 3 Ambon (Tabel 4.20) Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Guru Laki-laki Model 1
R 0,251
a
R Kuadrat
R Kuadarat Terkolerasi
Kesalahan Tafsiran
0,063
0,036
4,544
a. Prediktor: (Constant), IO, GKT b. Peubah Gayut: Kinerja Guru
Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh koefiseien korelasi (R) sebesar 0,251 hal ini berarti ada korelasi lemah antara Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) dengan Kinerja Guru (KG). Besarnya, nilai koefiseien determinasi (R2)= 0,063, yang berarti bahwa Gaya Kepemimpinan Transformasional memberikan sumbangan sebesar 6,3% pada Kinerja Guru di SMK Negeri 3 Ambon, sedangkan sisanya sebesar 93,7% dijelaskan oleh peubah-peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2.4 Sumbangan Tiap Aspek dari Gaya Kepemimpinan Transfromasional (GKT) `Sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan efektif dari masing-masing aspek. Berikut ini sumbangan efektif dari masing-masing aspek Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) secara lebih rinci disajikan dalam Tabel 4.21
Tabel 4.21 Sumbangan Tiap Aspek dari Gaya Kepemimpinan Transformasional Guru (Laki-laki)
Aspek Ideal atau Kharisma Motivasi Inspirasi Stimulasi Intelektual Kepekaan Individu
Sumbangan Efektif
Total
3,52% -1,43% 4,02% 0,09%
6,30%
Dari Tabel 4.21 terlihat bahwa dimensi ideal atau kharisma memberikan sumbangan terhadap kinerja guru sebesar 3,52% dan dimensi stimulasi Intelektual sebesar 4,02%.
D. Pembahasan Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan tidak ada pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) dan Iklim Organisasi (IO) sebagai prediktor Kinerja Guru (KG) di SMK Negeri 3 Ambon. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Enni dkk. (2013) bahwa tidak ada pengaruh signifikan GKT kepala sekolah dan IO terhadap kinerja mengajar guru ilmu bumi di Nigeria. Kemungkinan hipotesis ditolak yang pertama, dikarenakan kinerja guru (sasaran kerja pegawai) yang digunakan dalam penelitian ini kurang kuat dan belum banyak diuji dalam penelitian sebelumnya. Kemungkinan kedua, alat ukur yang digunakan bersifat subjektif dimana hanya satu orang yang menilai banyak orang, yang dalam penelitian pimpinan sekolah menilai para guru. Kemungkinan ketiga, pimpinan sekolah masih belum efektif dalam memberikan nilai terhadap kinerja guru, misalnya pimpinan sekolah memberikan nilai yang baik bagi guru yang dianggap dekat dengannya, sebaliknya guru yang memiliki kinerja baik dan tidak dekat hubunganya dengan pimpinan sekolah hanya mendapat nilai biasa saja. Dengan demikian, kemungkinan-kemungkinan
ini
yang
membuat
gaya
kepemimpinan
transfromasional yang ada di lingkungan sekolah (iklim organisasi) tidak berpengaruh terhadap kinerja guru. Selain itu, hasil pengujian tambahan dari penulis secara parsiel berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa guru laki-laki mempunyai hubungan signifikan Gaya Kepemimpinan Transformasional (GKT) dengan Kinerja Guru (KG). Hal ini terlihat dari nilai (thitung= -2,154> ttabel= -1,667). Sedangkan iklim organisasi (IO) tidak mempunyai hubungan dengan kinerja guru
(KG).
Sebaliknya,
pada
guru
wanita
Gaya
Kepemimpinan
Transformasional (GKT) dan Iklim Organisasi (IO) tidak mempunyai hubungan dengan Kinerja Guru wanita. Ada beberapa kemungkinan hal ini bisa terjadi, pertama guru laki-laki merasa bahwa kepemimpinan yang transformasional yang ada di sekolah berjalan dengan baik, dimana pimpinan mendukung kerja guru sehingga guru menjadi bersemangat dalam melakukan pekerjaan yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya kinerja guru. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Utomo (2009) bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang bersifat mutually excusive, dimana seorang pemimpin harus dapat munculkan gaya kepemimpinan yang baik secara bergantian pada situasi yang berbeda. Bila pemimpin di sekolah tidak menunjukkan kepemimpinan transformasional pada situasi yang sesuai maka kinerja guru di sekolah tidak akan meningkat. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Apriana dkk. (2013) yaitu terdapat kontribusi gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Mengwi dengan kontribusi sebesar 16,2%. Lebih lanjut, Dermanto & Mubrak (2016) juga menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang positif dengan kinerja pegawai dengan nilai r sebesar 0,255. Kemungkinan kedua, guru memandang bahwa gaya kepemimpinan transformasional yang ada di
sekolah berjalan sesuai dengan harapan mereka. Hal ini terlihat dari pemimpin yang transformasional mempunyai kemampuan berhubungan dengan bawahannya serta memperhatikan
lingkungan organisasi. Hasil
penelitian ini juga diperkuat oleh pendapat Tichy & Devana (dalam, Putra 2011) yang menyatakan bahwa keberadaan pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Hal ini berarti bahwa pembinaan yang diberikan kepala sekolah berdampak langsung untuk meningkatkan kinerja guru. Pada penelitian ini juga diperoleh sumbangan efektif dari dimensi gaya kepemimpinan transformasional dengan pengaruh paling besar yaitu stimulasi intelektual sebesar (4,02%), ideal atau kharisma (3,52%), kepekaan individu (0,09%), dan motivasi inspirasi (-1,43%). Hal ini menunjukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional di SMK Negeri 3 Ambon berjalan dengan baik, meskipun aspek kepekaan inidvidu dan motivasi inspirasi masih perlu ditingkatkan. Sejalan dengan itu, teori Bass dan Avolio (1999) yang mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional harus memberikan pengaruh dan berhubungan dengan bawahan, sehingga bawahan merasakan adanya kepercayaan, kenyamanan, kebanggan, loyalitas dan rasa hormat sehingga bawahan bersemangat melakukan dari apa yang diharapkan selanjutnya akan meningktkan kinerja yang tinggi. Dengan demikian, gaya kepemimpnan transformasional yang terjadi SMK Negeri 3 Ambon masih harus perlu ditingkatkan. Sebaliknya
dalam
hasil
penelitian
tidak
ditemukan
adanya
hubunganya iklim organisasi dengan kinerja guru baik pada laki-laki maupun wanita. Kemungkinan hal ini terkait karena guru merasa lingkungan sekolah tidak mendukung proses pengembangan yang berjalan ataupun minimnya interkasi sosial antar sesama guru. Sehingga guru menjadi tidak bersemangat dengan melakukan pekerjaanya yang pada akhirnya akan berdampak pada
tidak signifikannya kinerja guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Liana (2012) menyatakan bahwa iklim organisasi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja dengan nilai r 0,024. Selanjutnya Pramudyo (2010) dalam penelitian pada dosen Negeri yang dipekerjakan pada Kopertis Wilayah V Yogyakarta, menunjukan bahwa lingkungan organisasi tidak berpengaruh pada kinerja dosen. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan iklim organisasi tidak menjadi prediktor bagi kinerja guru. Meskipun demikian, dari hasil pengujian tambahan secara parsial gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan dengan kinerja guru laki-laki. Hal ini berarti, gaya kepemimpinan transformasional harus terus ditingkatkan dalam menjalankan suatu tugas/pekerjaan. Namun, iklim organisasi kondusif juga sangat dibutuhkan supaya guru merasa diberdayakan
untuk
mencari
pendekatan-pendekatan
inovatif
melakukan pekerjaan. Sehingga, kinerja guru akan terus meningkat.
dalam