perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 di bagian rekam medis RSUD Dr. Moewardi. Populasi subyek pada penelitian ini adalah seluruh pasien glaukoma sekunder akibat katarak yang menjalani operasi pada tahun 2009 hingga bulan Oktober 2014. Terdapat 28 data pasien yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan memiliki data lengkap. Data pasien dicantumkan pada lembar lampiran. Secara statistik data hasil penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut : Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
Jumlah 10 18 28
Persentase 35,71 % 64,29 % 100 %
Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Menurut Usia Usia (tahun) < 40 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 ≥ 80
Jumlah 1 1 6 10 8 2 28 commit to user 28
Persentase 3,57 % 3,57 % 21,43 % 35,71 % 28,57 % 7,15 % 100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rentang usia yang banyak mengalami kejadian glaukoma sekunder akibat katarak dan menjalani operasi katarak adalah usia 60 hingga 69 tahun. Nilai rata – rata usia pasien adalah 64,8 (± 10,78) tahun.
Tabel 4.3 Karakteristik Subyek Menurut Jenis Operasi Katarak Jenis Operasi Fako + IOL dengan LA Fako + IOL EKEK EKEK + iridektomi + IOL dengan LA EKEK + iridektomi dengan LA EKEK + IOL
Jumlah Persentase 16 57,14 % 5 17,85 % 4 14,3 % 1 3,57 % 1 3,57 % 1 3,57 % 28 100 % *EKEK : Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular; IOL: implantasi Intraocular Lens; LA: Lokal Anestesi Tabel 4.4 Karakteristik Subyek Menurut Mata yang Dioperasi Mata Kanan Kiri Kedua Mata
Jumlah 18 8 2 28
Persentase 64,3 % 28,6 % 7,1% 100 %
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 28 data pasien glaukoma akibat katarak yang menjalani operasi katarak terdapat 30 mata yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Tabel 4.5 Karakteristik Subyek Menurut Angka TIO Praoperasi Katarak TIO (mmHg) 22 – 29 30 – 39 40 – 49 >50
Jumlah 21 3 5 1 30
Persentase 70 % 10 % 16,67 % 3,33 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.5, terdapat 21 kasus (70%) dengan hasil pemeriksaan TIO praoperasi sebesar 22 – 29 mmHg. Nilai rata – rata hasil pemeriksaan TIO praoperasi pada penelitian ini adalah 30,08 (± 8,55) mmHg.
Tabel 4.6 Karakteristik Subyek Menurut Angka TIO Pascaoperasi Katarak TIO (mmHg) < 10 10 – 15 16 – 21 > 21
Jumlah 0 13 15 2 30
Persentase 0% 43,33 % 50% 6,67 % 100 %
Tabel 4.6 menunjukkan terdapat 15 kasus (50%) dengan hasil pemeriksaan TIO pascaoperasi sebesar 16 – 21 mmHg. Nilai rata – rata hasil pemeriksaan TIO pascaoperasi pada penelitian ini adalah 16,07 (± 3,34) mmHg.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Tabel 4.7 Karakteristik Subyek Menurut Selisih Angka TIO Pascaoperasi dan Praoperasi Katarak TIO (mmHg) ≤0 1–5 6 – 10 10 – 15 16 – 20 ≥ 21
Jumlah 0 4 7 10 3 6 30
Persentase 0% 13,33 % 23,33 % 33,33 % 10 % 20 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa terdapat 10 kasus (33,33%) dengan selisih TIO pascaoperasi dengan TIO praoperasi sebesar 10 – 15 mmHg. Nilai minimum dan nilai maksimum pada selisih TIO pascaoperasi dengan TIO praoperasi adalah 3,5 mmHg dan 31,6 mmHg Nilai rata – rata selisih angka TIO pascaoperasi dan praoperasi pada penelitian ini adalah 14,21 (± 8,33) mmHg.
Tabel 4.8 Karakteristik Subyek Menurut Visus Praoperasi dan Pascaoperasi Praoperasi Pascaoperasi Jumlah Persentase Jumlah Persentase NPL 0 0% 0 0% PL (1/~) 4 13,33% 0 0% HM (1/300) 7 23,33% 5 16,67% < 3/60 12 40% 10 33,33% 6/60 – 3/60 5 16,67% 3 10 % > 6/60 2 6,67% 12 40% 30 100% 30 100% NPL: No Perception of Light; PL: Perception of Light; HM: Hand Movement Visus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Hasil pemeriksaan visus praoperasi dan pascaoperasi didapatkan bahwa 27 (90%) kasus mengalami perbaikan visus setelah menjalani operasi katarak, dan 3 kasus memiliki hasil pemeriksaan visus praoperasi sama dengan visus pascaoperasi.
B. Analisis Statistik 1. Uji Normalitas Data Uji ini dilakukan sebelum data diolah berdasarkan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak. Penelitian yang memiliki jumlah sampel kecil (kurang dari 50 sampel) menggunakan uji Shapiro – Wilk. Apabila jumlah sampel besar, uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Apabila p > 0,05, maka data tersebut terdistribusi normal (Dahlan, 2008). Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 kasus, maka uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro – Wilk. Hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 20 sebagai berikut; Tabel 4.9 Uji Normalitas Data pada TIO Praoperasi dan TIO Pascaoperasi Katarak Shapiro – Wilk (p) .000 .022
Variabel TIO Praoperasi TIO Pascaoperasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Berdasarkan hasil uji Shapiro – Wilk pada tabel 4.9, diketahui nilai signifikasi p = 0,000 untuk TIO praoperasi dan p = 0,022 untuk TIO pascaoperasi. Berdasarkan kriteria pengujian, apabila p > 0,05 maka data terdistribusi normal sedangkan bila p < 0,05 data tidak terdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua data penelitian tidak terdistribusi normal. Tabel 4.10 Uji Normalitas Hasil Transformasi Data Variabel TIO Praoperasi TIO Pascaoperasi
Log10 .001 .123
Shapiro-Wilk (p) Ln .001 .123
Sqrt .000 .065
Pada tabel 4.10 transformasi kedua data menggunakan tiga jenis transformasi data yaitu Log10, Ln dan Sqrt. Hasil uji nomalitas data, nilai signifikasi TIO praoperasi tetap p < 0,05, maka data TIO praoperasi tidak terdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil uji normalitas nilai signifikasi TIO pascaoperasi p > 0,05, maka data TIO pascaoperasi terdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik, yaitu uji t berpasangan, karena syarat menggunakan uji t berpasangan adalah kedua data harus terdistribusi normal. Sehingga penelitian ini menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji Wilcoxon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
2.
Uji Nonparametrik Wilcoxon Jika data sampel bertipe interval atau rasio dan distribusi data mengikuti distribusi normal, bisa dilakukan uji parametrik untuk dua sampel berhubungan, seperti uji t berpasangan. Namun jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, yakni : a. Data bertipe nominal atau ordinal b. Data bertipe interval atau rasio, tapi tidak terdistribusi normal Maka uji t berpasangan diganti menggunakan uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon (Santoso, 2010). Tabel 4.11 Hasil Ranking Uji Wilcoxon N
Mean Rank 15.50 .00
Sum of Rank 465.00 .00
TIO pasca – Negative Ranks 30 TIO pra Positive Ranks 0 Ties 0 Total 30 Negative Ranks: TIO pasca < TIO pra; Positive Ranks: TIO pasca > TIO pra; Ties: TIO pasca = TIO pra; Mean Rank: nilai rata – rata ranking; Sum of Rank: jumlah nilai ranking
Berdasarkan tabel 4.11, menunjukkan bahwa dari 30 data tidak terdapat data TIO pascaoperasi yang lebih besar dari TIO praoperasi, dan TIO pascaoperasi yang sama dengan TIO praoperasi. Nilai rata – rata ranking sebesar 15,50 dengan jumlah nilai ranking sebesar 465.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Tabel 4.12 Hasil Uji Wilcoxon
TIO Praoperasi (n = 30) TIO Pascaoperasi (n = 30)
Median (Minimum – Maksimum) 26 (22 – 50,6) 16 (12 – 26)
Nilai p 0,000
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji Wilcoxon (p = 0,000), karena nilai p < 0,05, secara statistik terdapat perbedaan TIO yang bermakna antara sebelum operasi dengan sesudah operasi katarak.
commit to user