33 BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersamaan. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru dalam mengajar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di kelas XI IA2 SMA Negeri 3 Surakarta dengan jumlah total siswa 38 orang yang terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 23 siswa perempuan. Penelitian di kelas XI IA2 ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 3 kali pertemuan (6 X 45 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan kemandirian belajar siswa masih rendah dalam pembelajaran.
A. Deskripsi Pra Siklus Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi biologi di kelas XI IA2 SMA Negeri 3 Surakarta. Hasil observasi menunjukkan bahwa masih kurangnya kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran. Kemandirian belajar siswa dapat meningkatkan penguasaan materi siswa, sehingga diharapkan siswa dapat mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 65 sesuai dengan batas tuntas yang telah ditetapkan oleh sekolah. Pada penelitian ini digunakan metode angket, observasi dan wawancara untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Hasil observasi dari proses pembelajaran, diketahui bahwa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang bervariasi, siswa hanya memanfaatkan handout dari guru, buku sumber mayoritas sama dengan guru, jarang sekali memanfaatkan guru/teman tentang hal yang belum diketahui, lebih baik diam dengan alasan tidak berani, aktivitas sebatas mendengarkan dan aktivitas diluar aktivitas belajar, sehingga dapat dikatakan 33
34 kemandirian belajar siswa masih kurang. Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi yang disertai media gambar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil observasi kemandirian belajar pada siswa kelas XI IA2 SMA Negeri 3 Surakarta menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar (0%), artinya tidak ada siswa memanfaatkan perpustakaan ataupun laboratorium. Pemanfaatan sumber belajar terbatas apa yang ada di kelas saja yang mayoritas hand out dan buku sumber yang sama. Sementara itu, untuk menyelesaikan permasalahan memerlukan sumber belajar yang memadai. S iswa yang memanfaatkan benda yang ada disekitamya sebanyak 3 siswa (7,89%). Siswa yang memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu sebanyak 7 siswa (18,42%). Orang yang dimaksud disini merupakan guru ataupun teman yang dianggap sudah menguasai. Siswa yang memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar sebanyak 17 siswa (42,10%). Sebagian besar dalam sebangku ada satu buku referensi. Siswa yang tidak cukup hanya mendengar dan menyerap tapi juga berbuat sebanyak 6 siswa (13,15%). Berbuat dalam hal ini menulis catatan penting yang disampa ikan guru. Siswa yang bertukar pendapat dengan siswa lain sebanyak 8 siswa (21,05%). Siswa yang berani mengemukakan permasalahan sebanyak 4 siswa (10,52%). Sehingga rata-rata persentase capaian indikator kemandirian belajar siswa siswa sebelum diterapkan model PBL sebesar 16,16%. Sedangkan angket kemandirian belajar pra siklus menunjukkan bahwa siswa yang memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar sebesar 78,59%, siswa yang memanfaatkan benda yang ada disekitamya sebesar 82,63%, siswa yang memanfaatkan ora ng atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu sebesar 81,84%, siswa yang memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar sebesar 20,3%, siswa yang tidak cukup hanya mendengar dan menyerap tapi juga berbuat sebesar 12,91%, siswa yang bertukar pendapat dengan siswa lain sebesar 80,26%, siswa yang berani mengemukakan permasalahan sebesar 50,52%, siswa yang memanfaatkan pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan sebesar 53,33%, siswa yang mengevaluasi sendiri hasil belajar sebesar 59,82%, siswa yang senang dengan pembelajaran yang memusat pada pemecahan
35 masalah sebesar 78,42%. Sehingga berdasarkan angket, rata-rata persentase capaian indikator kemandirian belajar siswa pra siklus sebesar 59,86%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa capaian indikator kemandirian belajar siswa belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Rincian hasil analisis setiap indikator angket kemandirian belajar pra siklus dapat dilihat pada lampiran 2d. Perbedaan hasil yang terdapat pada hasil observasi dan angket pra siklus bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai kemandirian belajar siswa. Kegiatan observasi dilakukan secara objektif terhadap kemandirian belajar siswa selama proses pembelajaran oleh observer, sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemandirian belajar siswa yang diisi secara subjektif menurut sudut pandang siswa sendiri.
B. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Siklus I Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah menyusun beberapa instrumen penelitian dan media gambar yang akan digunakan dalam tindakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Instrumen penelitian yang disusun antara lain adalah: a) Silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP dengan materi pokok Sistem Reproduksi. b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi pertemuan 1 dan 2. Penyusunan
RPP
sesuai
dengan
langkah- langkah
pelaksanaan
model
pembelajaran PBL. Urutan tahapan pelaksanaan secara lengkap dapat dilihat dalam RPP pertemuan 1 dan 2 pada lampiran Ib. c) Angket kemandirian belajar siswa. d) Lembar observasi kemandirian belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan I, guru menggunakan media gambar dalam model pembelajaran PBL terdiri dan 2 kali tatap muka. Pertemuan pertama (2 x 45 menit) dengan bahasan sub pokok materi tahapan oogenesis, siklus menstruasi dengan
36 presensi kehadiran 100% (hadir semua). Pertemuan kedua (2 x 45 menit) masih melanjutkan materi siklus menstruasi dilanjut alat kontrasepsi de ngan presensi kehadiran siswa 100% (hadir semua). Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada kegiatan diskusi di kelompok dan pada saat presentasi kelompok serta tanya jawab. Pertemuan pertama, guru menjelaskan tentang penerapan media gambar dalam model pembelajaran PBL secara singkat kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi secara umum. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan membagikan gambar pada pada tiap kelompok sejumlah personel yang ada di tiap kelompok, namun juga ada 1 gambar yang digunakan oleh 2 siswa dalam kelompok. Gambar pada tiap kelompok memiliki sub pokok bahasan yang berbeda dengan kelompok lain. Guru juga membagikan lembar diskusi siswa pada masing- masing kelompok untuk didiskusikan. Siswa dalam tiap kelompok melaksanakan tugas untuk mulai berdiskusi, mengumpulkan sumber pemecahan masalah berdasarkan gambar dan mengumpulkan informasi selengkap- lengkapnya dengan memanfaatkan sumber belajar. Setiap siswa dalam kelompok memiliki tanggung jawab terhadap pemecahan masalah pada gambar yang dipegang, sehingga ketika didiskusikan dan dipadukan dengan jawaban teman lain dalam kelompok akan menjadi satu sub pokok bahasan yang utuh dan hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Pada saat presentasi kelompok, diberikan waktu yang digunakan untuk tanya jawab antara kelompok presentator dengan siswa kelompok lainnya. Pada sesi tanya jawab inilah siswa akan berargumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang akan menambah kemampuan bertukar pendapat dan keberanian mengemukakan permasalahan. Pada sesi inilah menunjukan bahwa siswa tidak hanya mendengar dan meyerap saja tapi juga berbuat. Pertemuan kedua, melanjutkan kegiatan presentasi sesuai dengan urutan kelompok yang telah ditetapkan. Setelah presentasi selesai, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh kelompok presentator dan peserta diskusi dan kelompok lainnya. Guru sebagai penasehat dan pembimbing jalannya presentasi agar setiap siswa ikut serta dalam kegiatan pembelajaran. Setelah selesai presentasi kelompok, guru mengulas kembali hasil presentasi siswa, selanjutnya memberikan kesimpulan akhir dari semua hasil presentasi bersama-sama siswa. Kemudian guru mengadakan evaluasi siklus I dengan memberikan post test, selain itu siswa juga diberi waktu
37 untuk mengisi angket kemandirian belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dipantau dan diamati guna mengetahui letak kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi Tindakan Siklus 1 Pada saat proses pembelajaran berlangsung, dilakukan penilaian terhadap kemandirian belajar siswa. Siswa diberi angket yang bersifat tertutup pada akhir siklus, dalam hal ini adalah angket kemandirian belajar siswa. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi kemandirian belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan media gambar dalam model pembelajaran PBL dapat diketahui hasil sebagai berikut: a. Hasil Angket Kemandirian Belajar Sis wa Angket kemandirian belajar siswa dibagikan kepada setiap siswa untuk diisi sehingga dapat diketahui tingkat kemandirian belajar siswa menurut sudut pandang siswa sendiri. Hasil pengisian angket kemandirian belajar siswa kemudian diolah sehingga didapatkan persentase angket kemandirian belajar siswa siklus I. Hasil angket kemandirian belajar siswa pada setiap indikator dalam proses pembelajaran biologi pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket kemandirian belajar siswa siklus I dapat dilihat pada tabel hasil analisis setiap indikator angket kemandirian belajar siswa siklus I pada lampiran 2f.
38 Tabel 3. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus I No Indikator Persentase (%) 1. Memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar 79,82 2. Memanfaatkan benda yang ada disekitarnya 82,89 3. Memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki 81,32 keahlian tertentu 4. Memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar 70,08 5. Berbuat, tidak cukup hanya mendengar dan menyerap 73,49 6. Bertukar pendapat dengan siswa lain 76,05 7. Keberanian mengemukakan permasalahan 80,18 8. Memanfaatkan pengalaman yang dimiliki untuk 82,11 menyelesaikan permasalahan 9. Mengevaluasi sendiri hasil belajar 85,26 10. Senang dengan pembelajaran yang memusat 69,21 pemecahan masalah Jumlah 368,39 Rata-Rata 52,63 b. Hasil Observasi Kemandirian Belaiar Sis wa Hasil observasi ini mengacu pada lembar observasi yang telah diisi oleh peneliti. Pada lembar observasi tersebut akan diketahui banyaknya siswa yang memenuhi tiaptiap indikator, sehingga akan diketahui persentase capaian setiap indikator observasi kemandirian belajar siswa. Hasil observasi terhadap kemandirian belajar siswa pada tiap indikatomya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Kemandirian Belajar Siswa Siklus I No Indikator Persentase (%) 1. Memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar 39,47 2. Memanfaatkan benda yang ada disekitarnya 50 3. Memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian 57,89 tertentu 4. Memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar 60,52 5. Berbuat, tidak cukup hanya mendengar dan menyerap 39,47 6. Bertukar pendapat dengan siswa lain 60,52 7. Keberanian mengemukakan permasalahan 60,52 Jumlah Rata-Rata
368,39 52,63
39 4. Refleksi Tindakan Siklus I Kemandirian Belaiar Sis wa Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa indikator angket kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi berkisar antara 69,21% sampai 85,26% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,04%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata kemandirian belajar siswa sebesar 16,60% dari 59,86% pada pra siklus menjadi 78,04% pada akhir siklus I. Rata-rata peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase tiap indikator angket partisipasi siswa. Kemandirian belajar siswa dapat meningkat karena siswa menerapkan media gambar pada model pembelajaran PBL yang menuntut siswa untuk berkomunikasi, berdiskusi dan bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan dalam proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dapat memunculkan keingintahuan tentang permasalahan baik yang bersifat nyata maupun teoritis pada topik yang dipelajari. Permasalahan yang muncul pada gambar dapat diselesaikan dengan diskusi. Setiap siswa dalam kelompok memiliki gambar masing- masing, namun juga ada yang satu gambar untuk dua siswa. Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual, masing- masing siswa harus berperan serta dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, dalam hai ini adalah melakukan penyelidika n yang mendalam dan mendiskusikannya dengan anggota kelompok lain tentang materi palajaran yang mereka dapatkan. Kegiatan pembelajaran pada siklus I berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kondisi awal atau pra siklus sehingga memberikan pengalaman baru pada siswa. Pada pembelajaran siklus I guru berusaha membuat siswa lebih mandiri dalam proses pembelajaran, misal dengan mempersilakan mencari literatur di perpustakaan dan untuk berbuat aktif dalam diskusi. Pada kenyatannya masih ada beberapa siswa yang tidak ikut mengambil bagian pada saat diskusi kelompok dan tidak memanfaatkan tempat lain sebagai sumber belajar. Tugas guru adalah berkeliling kelas menghampiri tiap kelompok dan mengawasi kegiatan diskusi agar semua siswa ambil bagian dalam diskusi kelompok.
40 Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa indikator observasi kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi berkisar antara 39,47% sampai 60,52% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 52,63%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata observasi kemandirian belajar siswa sebesar 36,47% dari 16,16% pada pra siklus menjadi 52,63% pada akhir siklus I. Rata-rata peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa pada saat proses belajar mengajar lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum diterapkan media gambar pada model pembelajaran PBL. Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara keseluruhan khususnya pada indikator satu, dua dan lima yang memiliki persentase sangat rendah. Keikutseitaan siswa dalam kegiatan proses belajar masih kurang, hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang bercanda dengan siswa lain. Pada saat kelompok presentator memaparkan di depan, kelompok lain ada yang sibuk dengan persiapan untuk kelompoknya sendiri sehingga kurang mengetahui apa yang disampaikan oleh temannya. Selain itu banyak siswa yang masih mengandalkan hand out dari guru. Padahal materi yang terangkum dalam hand out sedikit dan tidak memanfaatkan sumber belajar di tempat lain untuk mencari solusi permasalahan. Gambar yang digunakan sebagai media juga terlalu kecil sehingga kelompok lain kurang paham apa yang disampaikan dan lebih memilih diam atau diskusi dengan anggota kelompoknya sendiri. Pada pelaksanaan tindakan siklus I guru kurang
maksimal dalam
menggunakan variasi metode dalam pembelajaran. Guru mengawali pelajaran dan memberikan apersepsi dengan metode ceramah, pada saat menutup pelajaran dan membuat rangkuman materi bersama siswa guru juga menggunakan metode ceramah. Pada proses pembelajaran dengan menerapkan media gambar dalam model pembelajaran PBL dilaksanakan dengan menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Metode ceramah, tanya jawab dan diskusi memang selayaknya ada pada setiap model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian siswa. Pemberian metode lain selain ketiga metode tersebut diharapkan akan lebih memaksimalkan potensi siswa, contohnya dengan diberikan metode penugasan. Pada pembelajaran PBL, guru tidak hanya berperan sebagai sumber materi yang hanya
41 mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, tapi guru juga bisa memaksimalkan perannya sebagai fasilitator dan moderator dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada saat diskusi kelas. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, refleksi dan pelaksanaan pemberian tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1.
Siswa kurang optimal dalam memanfaatkan sumber belajar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pada saat diskusi kelompok. Kurang optimal dalam hal ini siswa masih sebatas di ruang kelas, belum memanfaatkan sumber belajar perpustakaan. Sehingga hasil diskusi hanya sebatas materi yang ada dalam buku pendamping dan hand out saja serta permasalahan yang didiskusikan belum dibahas dengan tuntas. Hal ini berakibat pada presentasi kelompok yang kurang menarik.
2.
Keterampilan
guru dalam
mengawali pelajaran,
khususnya pada saat
memberikan motivasi pada awal pelajaran kurang bervariasi. Sehingga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. 3.
Media gambar yang digunakan juga terlalu kecil sehingga kelompok lain kurang begitu jelas melihatnya dan kurang begitu paham tentang yang dijelaskan berdasarkan gambar.
4.
Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa masih merasa malu dan takut untuk mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya pada kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
5.
Siswa belum maksimal saat melaksanakan diskusi kelompok. Hal ini dapat dilihat pada saat diskusi, banyak waktu yang dimanfaatkan oleh siswa untuk bercanda dengan temannya. Selain itu, pada saat presentasi juga masih ada siswa yang tidak memperhatikan kelompok lain yang presentasi.
6. Siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan baru tentang model pembelajaran yang lebih inovatif, yaitu dengan melaksanakan model pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
42 Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran PBL disertai media gambar sudah mengalami peningkatan namun belum mencapai target yang telah ditetapkan, agar peningkatan tersebut dapat mencapai target maka dilanjutkan pemberian tindakan pada siklus II. Pada siklus II selanjutnya dilakukan revisi terhadap beberapa tindakan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I untuk membentuk proses pembelajaran yang lebih baik sehingga kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat lebih maksimal.
C. Deskripsi Siklus II Siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I. Perbedaannya hanya terletak pada tahap perencanaan. Perencanaan pada siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I. 1. Perencanaan Tindakan Siklus II Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II masih berpusat pada aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II materi yang diberikan adalah Fertilisasi sampai dengan ASI. Model pembelajaran yang digunakan masih sama seperti pada siklus I, yaitu penerapan media gambar dalam model pembelajaran Problem Based Learning. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen penelitian berupa silabus mata pelajaran biologi, RPP pertemuan 1 dan 2, angket kemandirian belajar siswa, lembar observasi kemandirian belajar siswa, soal kognitif, serta media gambar. Media gambar yang digunakan masih pada pokok bahasan sistem reproduksi khususnya gambar proses fertilisasi, tahapan pembelahan zigot, proses pembentukan membrane kehamilan, perkembangan embrio manusia dalam uterus, dan kondisi bayi yang mendapatkan dan yang tidak mendapatkan ASI. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan (2 jam pelajaran). Perencanaan tindakan siklus II ini, guru mengadakan perbaikan yang akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih maksimal dalam pelaksanaan diskusi k elompok dan presentasi kelompok. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain:
43 a) Sebelum memasuki pertemuan pertama, guru sudah membagi kelompok dan membagi materi diskusi yang akan dibahas oleh siswa. Sehingga siswa memiliki banyak waktu untuk mencari sumber informasi. Siswa dapat belajar kelompok di rumah ataupun mencari sumber lewat internet, sehingga wawasan siswa tidak terpusat pada buku pendamping saja dan hand out saja. b) Guru membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif, sehingga siswa tidak merasa malu dan takut dalam menyampaikan pendapat ataupun pertanyaan dalam diskusi kelompok maupun saat presentasi kelompok. Selain itu guru juga lebih memaksimalkan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator sehingga proses diskusi akan tetap mengarah pada pokok masalah dan tidak keluar dari pokok materi. c) Media gambar yang digunakan lebih besar ukurannya sehingga siswa yang duduk di belakang bisa melihat dan menyimak penjelasan kelompok presentator secara lebih baik. d) Guru memberikan waktu tanya jawab lebih panjang daripada waktu untuk berdiskusi, sehingga siswa akan lebih banyak mengemukakan pendapatnya dan lebih sering bertanya jika ada yang kurang dipahami. e) Guru menunjuk pada nomor absen salah satu siswa untuk secara acak untuk menanggapi atau menyimpulkan dari materi kelompok presentator. Hal ini bertujuan agar siswa yang tidak maju bisa fokus untuk memperhatikan penjelasan temannya. f)
Siswa dan guru bekerjasama dalam proses belajar mengajar agar penerapan media gambar dalam model pembelajaran PBL dalam pembelajaran biologi dapat lebih efektif, sehingga kemandirian belajar siswa dapat lebih meningkat. Perbaikan pada siklus II ini dapat lebih meningkatkan kemandirian belajar
siswa dalam proses pembelajaran Biologi di kelas XI IA2.
44 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan pembelajaian pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I. Metode dan langkah- langkah pembelajarannya sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II, guru menggunakan media gambar dalam model pembelajaian PBL yang terdiri dari 1 kali tatap muka. Pertemuan ini (2 x 45 menit) guru memberikan sub materi pokok fertilisasi sampai dengan manfaat ASI dengan presensi kehadiran siswa 100% (semua hadir). Pertemuan ini, guru menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. Guru mulai membuka pikiran dan logika siswa terhadap topik materi yang sedang dipelajari. Penggalian pemikiran pada siswa tersebut dilakukan dengan memberikan apersepsi pada siswa. Pada materi fertilisasi guru memberikan apersepsi dengan memperlihatkan gambar bertemunya sperma dan ovum. Apersepsi dengan menggunakan media ini tersebut diharapkan akan menarik perhatian siswa. Guru memberikan materi secara umum lalu menyuruh siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing- masing untuk melakukan diskusi kelompok. Proses diskusi kelompok dilaksanakan seefisien mungkin karena siswa telah diberi waktu untuk mendalami masalah di rumah. Siswa melakukan presentasi sesuai dengan urutan kelompok yang telah ditetapkan. Setiap kelompok yang telah melaksanakan presentasi akan mendapat pertanyaan dari siswa-siswa kelompok lain tentang materi yang masih belum dipahami, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi, guru mulai berkeliling kelas menghampiri dan memperhatikan proses diskusi. Pada saat presentasi kelompok, guru bertugas sebagai motifator dan fasilitator jalanya proses diskusi antar kelompok. Guru juga bertugas mengawasi jalannya kegiatan tanya jawab antar kelompok agar materi yang dibahas tetap pada inti masalah yang dihadapi. Setelah waktu habis, guru memberi tugas kepada tiap kelompok untuk memperbaiki hasil diskusinya. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru
45 memberikan kilas balik materi yang sedang dipelajari, membahas pertanyaan yang belum terjawab oleh siswa dan memberikan kesimpulan materi bersama-sama dengan siswa. Kemudian guru mengadakan evaluasi siklus II dengan memberikan tes kognitif, selain itu siswa juga diberi waktu untuk mengisi angket kemandirian belajar siswa.
3. Observasi Tindakan Siklus II Observasi dan evaluasi pada siklus II dilaksanakan dengan menggunakan angket kemandirian belajar siswa dan lembar observasi kemandirian belajar siswa. Observasi dan evaluasi pada siklus II ini dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian siswa di dalam kelas. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran PBL dapat diketahui hasil sebagai berikut: a. Hasil Angket Kemandirian Belaiar Sis wa Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket kemandirian belajar siswa siklus II dapat dilihat pada tabel hasil analisis setiap indikator angket kemandirian belajar siswa siklus II pada lampiran 2h. Sedangakn hasil angket partisipasi siswa pada setiap indikator dalam proses pembelajaran biologi pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 5.
46 Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus II No Indikator Persentase (%) 1. Memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar 81,40 2. Memanfaatkan benda yang ada disekitarnya 85,26 3. Memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki 85,00 keahlian tertentu 4. Memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar 75,71 5. Berbuat, tidak cukup hanya mendengar dan menyerap 75,02 6. Bertukar pendapat dengan siswa lain 75,26 7. Keberanian mengemukakan permasalahan 81,23 8. Memanfaatkan pengalaman yang dimiliki untuk 83,16 menyelesaikan permasalahan 9. Mengevaluasi sendiri hasil belajar 85,79 10. Senang dengan pembelajaran yang memusat 82,89 pemecahan masalah Jumlah 810,72 Rata-Rata 81,07 b. Hasil Observasi Kemandirian Belaiar Sis wa Hasil observasi ini mengacu pada lembar observasi yang telah diisi oleh peneliti. Pada lembar observasi tersebut akan diketahui banyaknya siswa yang memenuhi tiap-tiap indikator, sehingga akan diketahui persentase capaian setiap indikator observasi kemandirian belajar siswa. Hasil observasi terhadap kemandirian belajar siswa pada tiap indikatornya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Kemandirian Belajar Siswa Siklus II No Indikator Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar Memanfaatkan benda yang ada disekitamya Memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu Memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar Berbuat, tidak cukup hanya mendengar dan menyerap Bertukar pendapat dengan siswa lain Keberanian mengemukakan permasalahan Jumlah Rata-Rata
76,31 78,94 78,94 86,84 76,31 78,94 86,84 563,12 80,45
47 4. Refleksi Tindakan Siklus II Kemandirian Belaiar Sis wa Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa indikator angket kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi berkisar antara 75,02% sampai 85,79% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,07%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata kemandirian belajar siswa sebesar 3,07% dari 78,04% pada akhir siklus I menjadi 81,07% pada akhir siklus II. Rata-rata peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase tiap indikator angket kemandirian belajar siswa. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa indikator observasi kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi berkisar antara 76,31% sampai 86,84% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80,45%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata observasi kemandirian belajar siswa sebesar 27,82% dari 52,63% pada akhir siklus I menjadi 80,45% pada akhir siklus II. Rata-rata peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase tiap indikator observasi kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa tersebut meningkat seiring dengan diterapkannya media gambar dalam model pembelajaran PBL yang mewajibkan siswa untuk bersikap mandiri dalam proses belajar mengajar. Kemandirian belajar siswa tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi yang diajarkan oleh guru. Kemandirian belajar siswa dapat dilihat dari kesungguhan dalam memanfaatkan sumber belajar dan menggunakan teknik belajar yang tepat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan hasil yang positif dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Kegiatan diskusi, memanfaatkan sumber belajar dan presentasi dalam pembelajaran
perlu
ditingkatkan
lagi dengan
memberikan
inovasi dalam
penyajiannya agar kemandirian belajar siswa lebih meningkat. Tindak lanjut berapa perbaikan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehingga kualitas proses belajar siswa menunjukkan hasil yang lebih baik.
48 D. Deskripsi Antar Siklus Uraian hasil deskripsi antara pra siklus, siklus I dan siklus II memenunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Hal ini dapat dilihat pada saat proses belajar mengajar dilakukan observasi secara klasikal untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa. Pada tiap akhir siklus, siswa juga dibagikan angket untuk menggali informasi tentang kemandirian belajar siswa dan sudut pandang siswa. Hasil observasi dan pengisian angket menunjukkan adanya peningkatan pada tiap akhir siklus. Uraian hasil peningkatan kemandirian belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Hasil Angket Kemandirian Belaiar Sis wa Perbandingan hasil persentase capaian angket kemandirian belajar siswa pada setiap indikator pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 5.
90 80 70
Presentase (%)
60 50 40 30 20 10 0
a
b
c
d
Pra Siklus I
e
f
Siklus I
g
h
Siklus II
i
j
Keterangan indikator: a. Memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar b. Memanfaatkan benda yang ada disekitarnya c. Memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu d. Memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar e. Berbuat, tidak cukup hanya mendengar dan menyerap f. Bertukar pendapat dengan siswa lain g. Keberanian mengemukakan permasalahan h. Memanfaatkan pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan i. Mengevaluasi sendiri hasil belajar j. Senang dengan pembelajaran yang memusat pada pemecahan masalah
Gambar 5. Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Tiap Siklus
49 Kemandirian belajar siswa menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata persentase angket kemandirian belajar siswa pra siklus sebesar 59,86%, siklus I sebesar 78,04% dan siklus II sebesar 81,07%. Peningkatan persentase kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa yang yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran juga semakin bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar, memanfaatkan benda yang ada di sekitrnya, memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu, memanfatkan buku, berbuat, bertukar pendapat dengan siswa lain, berani mengemukakan permasalahan, memanfaatkan pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan, mengevaluasi sendiri hasil belajar, senang dengan pembelajaran yang memusat pada pemecahan masalah mengalami peningkatan yang berarti. b. Hasil Observasi Kemandirian Belajar Siswa Perbandingan hasil persentase capaian observasi kemandirian belajar siswa pada setiap indikator dalam proses pembelajaran biologi pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 6.
50
Keterangan indikator: a. Memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar b. Memanfaatkan benda yang ada disekitarnya c. Memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu d. Memanfaatkan buku referensi sebagai sumber belajar e. Berbuat, tidak cukup hanya mendengar dan menyerap f. Bertukar pendapat dengan siswa lain g. Keberanian mengemukakan permasalahan
Gambar 6. Hasil Observasi Kemandirian Belajar Siswa Tiap Siklus
Hasil observasi kemandirian belajar siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Rata-rata persentase observasi kemandirian belajar siswa pra siklus sebesar 16,16%, siklus I sebesar 52,63% dan siklus II sebesar 80,45%. Peningkatan persentase observasi kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak siswa yang memenuhi indikator-indikator kemandirian belajar. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam memanfaatkan tempat atau lingkungan sekitar, memanfaatkan benda yang ada di sekitrnya, memanfaatkan orang atau siapa saja yang memiliki keahlian tertentu, memanfatkan buku, berbuat, bertukar pendapat dengan siswa lain, berani mengemukakan permasalahan menunjukkan kemajuan.
E. Pe mbahasan Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IA2 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ini dilakukan karena menurut hasil observasi diketahui bahwa tingkat kemandirian belajar siswa di kelas tersebut masih rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di kelas adalah dengan cara
51 melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar dituntut untuk mengembangkan potensinya, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif sehingga kemandirian belajar siswa dapat meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan media gambar dalam model pembelajaran Problem Based Learning dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut dapat dilihat melalui pemberian angket, observasi serta wawancara dengan guru dan siswa tentang kemandirian belajar siswa. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, sehingga peran metode adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Metode yang baik digunakan adalah metode mengajar yang bervariasi atau kombinasi dari babarapa
metode
mengajar.
Model pembelajaran PBL
merupakan bentuk
pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar mandiri bersama kelompoknya maupun secara individu dalam memecahkan masalah yang disajikan oleh guru yang menggunakan beberapa metode mengajar, antara lain metode ceramah, diskusi kelompok, diskusi kelas, tanya jawab dan penugasan. Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, umumnya melibatkan objek-objek nyata dalam kehidupan. Proses pembelajaran Biologi akan lebih bermakna apabila menggunakan objek-objek yang dapat diamati baik melalui media gambar ataup un pengamatan secara langsung oleh siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir siklus I terdapat peningkatan kemandirian belajar siswa dilihat dari hasil pengisian angket dan kegitan observasi. Rata-rata persentase angket kemandirian belajar siswa meningkat sebesar 16,60% dari pra siklus sebesar 59,86% menjadi 78,04% pada akhir siklus I. Sedangkan ratarata persentase observasi kemandirian belajar siswa meningkat sebesar 36,47% dari pra siklus sebesar 16,16% menjadi 52,63% pada akhir siklus I. Peningkatan rata-rata persentase kemandirian belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.
52 Akhir siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan kemandirian belajar siswa. Rata-rata persentase angket kemandirian belajar siswa meningkat sebesar 3,07% dari akhir siklus I sebesar 78,04% menjadi 81,07% pada akhir siklus II. Sedangkan rata-rata persentase observasi kemandirian belajar siswa meningkat sebesar 27,82% dari akhir siklus I sebesar 52,63% menjadi 80,45% pada akhir siklus II. Model pembelajaran PBL menyajikan permasalahan-permasalahan yang menggali pemikiran dan logika siswa terhadap topik materi yang sedang dipelajari serta menuntut siswa untuk berpikir lebih luas. Untuk memperoleh penyelesaian masalah yang lebih luas adalah dengan cara bertukar pendapat atau diskusi. Diskusi yang aktif membantu siswa menjadi lebih mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, informasi dapat dicari di berbagai media pembela jaran baik dari buku maupun media yang lain. Zsiga and Webster (2007: 59) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kelompok, kemandirian belajar akan lebih mudah tersalurkan. Selain itu siswa juga memiliki kemahiran dalam berinteraksi dengan sesama siswa sehingga dapat menumbuhkan bakat intelektual siswa dalam mensintesis dan menganalisis. Muhson (2009: 173) mengatakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Model ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada model pembelajaran konvensional. Penerapan model PBL ini dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Seiring dengan meningkatnya kemandirian belajar juga terjadi peningkatan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tahar dan Enceng (2006:100) bahwa semakin tinggi kemandirian belajar seseorang maka akan memungkinkannya untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana (1996: 93) yang menyatakan kelebihan model pembelajaran PBL yaitu: 1) Para siswa memperoleh pengalaman praktis; 2) Kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosanka n; 3) Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh para siswa; 4) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber; 5) Interaksi sosial antar peserta lebih berkembang; 6) Siswa belajar
53 melakukan analisis dan sintesis secara simultan dan 7) Membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah. Kelebihan media visual yang tidak diproyeksikan termasuk media gambar gambar antara lain dapat menerjemahkan ide- ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata, banyak tersedia dalam buku-buku, sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan banyak peralatan, relatif tidak mahal, serta dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi (Anitah, 2008: 8). Penelitian ini menunjukkan kemandirian belajar siswa meningkat dengan diterapkannya media gambar dalam model pembelajaran PBL pada proses belajar mengajar. Siswa aktif mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok dan mengajukan pertanyaan pada kelompok lain yang presentasi. Menurut hasil wawancara dengan guru, model pembelajaran PBL tersebut memang terbukti dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini karena dalam model pembelajaran PBL terdapat variasi metode, antara lain diskusi dan tanya jawab juga terdapat keleluasaan siswa untuk memanfaatkan sumber belajar. Sehingga siswa secara langsung dapat mempraktekkan metode tersebut dan akhirnya siswa akan lebih berperan dalam proses belajar mengajar. Siswa yang lebih pandai dapat memberikan pendapat serta dapat menjawab pertanyaan dari siswa yang kurang paham, sedangkan bagi siswa yang kurang paham dapat bertanya pada siswa lainnya. Hal ini tidak berarti bahwa siswa yang kurang pandai tidak dapat mengambil bagian dari proses belajar mengajar dengan model pembelajaran PBL. Siswa yang memiliki prestasi akademik yang tidak terlalu tinggi memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam kelompok dan dapat memberikan kontribusi kepada kelompoknya dengan maksimal pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL, contohnya dengan mengatur tugas, sebagai penengah bila ada anggota kelompok yang berselisih paham, ikut andil dalam mengambil keputusan dan memfasilitasi komunikasi antar anggota kelompok. Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang cukup efektif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya kemandir ian belajar siswa. Penerapan model pembelajaran ini menjadikan siswa lebih paham dengan mated pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut bekerjasama dengan
54 teman sekelompoknya untuk mendalami materi yang telah diberikan oleh guru dan mempresentasikannya di depan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Bulik (2008: 47) bahwa pembelajaran dengan format kelompok kecil dalam hal ini adalah format PBL, kemandirian belajar siswa akan berkembang karena untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, mereka wajib bekerjasama dalam menangani pemecahan masalah yang mereka hadapi melalui partisipasi aktif dalam kelompok pada lingkungan yang kompetitif. Pembelajaran dengan diskusi terbuka dan berorientasi pada pemecahan masalah akan memperkuat hubungan antar siswa sebagai anggota kelompok serta membantu mengembangkan, menggabungkan dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dihadapi bersama. Model ataupun metode bukanlah satu-satunya faktor yang haras diperbaiki dalam proses belajar mengajar bila ingin pembelajaran dikatakan menarik, faktor pendukung lainnya yang tidak kalah penting adalah performance guru. Guru yang memiliki penampilan yang sopan, penjelasannya menarik, tutur katanya baik dan pandai berkomunikasi dengan siswa pasti lebih disukai daripada guru yang penampilannya kurang sopan, suaranya kurang keras dan menjaga jarak dengan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa, performance guru dalam proses belajar mengajar memang memegang peranan penting. Guru yang memiliki penampilan dan kemampuan mengajar yang baik diharapkan dapat menggunakan berbagai model atau metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif agar kualitas pembelajaran dapat lebih baik. Penelitian ini berhasil menerapkan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran PBL lebih efektif daripada pembelajaran tradisional dalam melatih kemampuan dan ketrampilan siswa serta dapat menguatkan memori pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini karena pengetahuan dibentuk sendiri oleh siswa dari kegiatan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi selama proes belajar mengajar berlangsung.
55 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan media gambar dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi kelas XI IA2 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk: a.
Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut.
b.
Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi model pembelajaran.
c.
Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran biologi
di SMA Negeri 3 Surakarta, yaitu kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan media gambar dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
C. Saran 1. Bagi Guru a.
Pelaksanaan penerapan media gambar dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membutuhkan instruksi yang jelas agar siswa dapat membedakannya dengan metode pembelajaran diskusi, oleh sebab itu guru hendaknya memberikan instruksi dan arahan yang jelas kepada siswa tentang
55
56 pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif b.
Guru hendaknya pandai dalam memancing permasalahan yang akan didiskusikan di kelas. Permasalahan tersebut hendaknya berasal dari masalah nyata yang ada di kehidupan sehari- hari, sehingga sesuai dengan konsep model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) namun juga tidak menutup kemungkinan permasalahan yang bersifat teoritis.
c.
Guru hendaknya lebih inovatif lagi pada saat memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, misalnya dengan menggunakan model atau alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
2. Bagi Siswa a.
Siswa hendaknya memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru de ngan seksama agar dapat melaksanakan penerapan media gambar dalam
model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik. b.
Siswa hendaknya tidak tergantung pada materi yang diberikan oleh guru saja, tetapi juga lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber lain sehingga akan menambah wawasan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
c.
Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan diskusi kelompok maupun pada saat presentasi kelompok.
d. Memiliki motivasi yang tinggi dan bertanggungjawab sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. e. Mengelola strategi, tempat dan waktu secara lebih baik sehingga proses pembelajarannya menjadi lebih baik.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan penelitian yang lebih mendalam serta dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik.