52
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Penelitian 1. Keadaan Geografis Rumah sakit Tugurejo Semarang terletak pada ruas jalur utama Semarang – Jakarta yang merupakan jalur utama pantai utara jawa antara Semarang Kendal, tepatnya pada Jalan Raya Walisongo Semarang. Posisi ini sangat strategis karena terletak pada jalur yang sangat padat dengan potensi rawan kecelakaan cukup tinggi, dikelilingi central industri besar antara lain: Kawasan Industri Wijaya Kusuma, Kawasan Indutri Tugu Indah, Kawasan Guna Mekar Industri. Rumah Sakit Tugurejo merupakan Rumah Sakit kelas B milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di Semarang Bagian Barat dengan kapasitas 386 tempat tidur, Luas tanah 36.681 m2, luas bangunan 24,413m2 terdiri dari gedung rawat jalan,gedung IGD, 8 bangsal perawatan, kamar bedah, kamar bersalin, bagian penunjang, kantor, auditorium, dan wisma. Melalui pendekatan mutu, Rumah Sakit Tugurejo selalu berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan di seluruh jajaran Rumah Sakit (Hospital Wide Quality Improvement)
52
53
2.
Visi, Misi, Motto, Nilai-Nilai dan tujuan Rumah Sakit Tugurejo Semarang
a. Visi : Rumah Sakit prima, mandiri dan terdepan dalam pelayanan b. Misi a.
Memberikan pelayanan kesehatan secara efisien dan mengembangkan pelayanan unggulan
b.
Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang berdaya saing
c.
Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit yang aman dan nyaman
d.
Meningkatkan program pengembangan utu pelayanan medis dan non medis secara berkesinambungan
e.
Mewujudkan
kemandirian
melalui
efisiensi,
efektivitas,dan
flesksibilitas
pengelolaan keuangan f.
Menjadi pusat pendidikan kedokteran dari kesehatan lain, serta penelitian, dan pengembangan bidang kesehatan. c. Motto Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami d. Nilai-Nilai
54
B.
a.
Ramah dalambersikap
b.
Santun dalam berbicara tanggung jawab dalam tugas
c
Unggul dalam pelayanan
d.
Gigih dalam usaha
e.
Rapi dalam penampilan
f.
Empati dalam rasa
g.
Jujur dalam bertindak
h.
Orientasi pelayanan prima
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Tugurejo Semarang Rumah Sakit Tugurejo Semarang memiliki berbegai macam produk layanan yang terbagi dalam berbagai instansi. Seluruh pasien diterima pertama pada poliklinik yang buka efektif mulai dari jam 08.00-14.00 wib. Khusus untuk Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Inap, ICU, IBS, Farmasi, Radiologi, dan Labortorium dibuka selama 24 jam. Tujuan utama Rumah Sakit Tugurejo Semarang adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dengan pelayanan yang prima dan biaya terjangkau. Sedangkan Tujuan khususnya yaitu: a.
Melakukan pelayanan kepada pasien yang tidak mampu
b.
Pusat rujukan serta pendidikan penyakit kusta se-Jawa Tengah
55
c.
Pusat rujukan pelayanan kesehatan spesialis di Semarang Barat dan sekitarnya
d.
Rumah sakit kebanggaan karyawan, pemerintah dan masyarakat Jawa Tengah
e.
Meningkatkan kinerja keuangan, sehigga makin lama cost recovery makin tinggi.
C.
Sistem dan Kegiatan Layanan Utama Sistem dan kegiatan layanan utama dari Rumah Sakit Tugurejo Semarang meliputi : a.
Pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan
b.
Pelayanan Kesehatan Anak
c.
Peayanan Bedah Umum
d.
Pelayanan Penyakit Dalam
e.
Pelayanan Bedah Ortopedi
f.
Pelayanan Penyakit Paru
g.
Pelayanan Kesehatan Kulit dan Kelamin
h.
Pelayanan Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
i.
Pelayanan Penyakit Saraf
56
j.
Pelayanan Anesthesi
k
Pelayanan Mata
l.
Pelayanan Kesehatan Gigi
m.
Pelayanan Penyakit Kusta
n.
Pelayanan Fisiotherapi
o.
Pelayanan Gizi
p.
Pelayanan Psikologi Seluruh sistem dan kegiatan pelayanan tersebutn didukung sepenuhnya
dengan fasilitas dari 17 instalasi yang terintegraasi dalam suatu sistem organisasi dalam bentuk layanan lintas fungsi : a.
Instalasi Rawat Jalan
b.
Instalasi Gawat darurat
c.
Instalasi Rawat Inap
d.
Instalasi Rawat Intensif
e.
Instalasi Bedah Sentral
f.
Instalasi Radiologi
g.
Instalasi Laboratorium
h.
Instalasi Farmasi
i.
Instalasi Gizi
57
D.
j.
Instalasi Rehabilitas Medik
k.
Instalasi Rekam Medis
l.
Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit
m.
Instalasi Pengolahan Data Elektronik
n.
Instalasi Hiegiene dan Sanitasi
o.
Instalasi Pemulasaran Jenazah
p.
Instalasi Pusat Sterilisasi
q.
Instalasi Laundry
Pelaksanaan Kegiatan Layanan Utama Pelaksanaan Kegiatan dari berbagai layanan utama tersebut terdiri atas 17 layanan utama, dari semula 14 layanan di tahun 2002. Adapun jenis layanan utama adalah sebagai berikut : a.Pelayanan Medis Rawat Jalan Produksi jasa layanan medis secara poliklinis diselelenggarakan di Instalasi rawat jalan yang terdiri dari berbagai jenis layanan, yaitu: 1)
Poliklinik Kebidanann dan Penyakit Kandungan
2)
Poliklinik Kesehatan anak
3)
Poliklinik Bedah Umum
4)
Poliklinik Penyakiit Dalam
58
5)
Poliklinik Bedah Ortopedi
6)
Poliklinik Penyakit Paru
7)
Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin
8)
Poliklinik Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
9)
Poliklinik Pelayanan Penyakit Saraf
10)
Poliklinik Pelayanan Anesthesi
11)
Poliklinik Pelayanan Mata
12)
Poliklinik Pelayanan Kesehatan Gigi
13)
Poliklinik Pelayanan Penyakit Kusta
14)
Poliklinik Pelayanan Fisiotherapi
15)
Poliklinik Pelayanan Gizi
16)
Poliklinik Pelayanan Psikologi
b. Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat dilaksanakan selama 24 ajam di Instalasi Gawat Darurat. Disamping layanan tindakan penanganan kedaruratan medis yang bersifat ambulatory (rawat jalan) juga diselenggarakan kegiatan rawat inap sementara (Intermediate care). c.
Pelayanan Rawat Inap Pelayanan rawat Inap terdiri atas 7 bangsal yaitu: Mawar (Penyakit dalam), Melati (Anak), Anggrek (Bedah), Bougenville (Kebidanan), Kenanga (JPS dan Kusta), Dahlia (Jamsostek) dan Paviliun Amarylis, dimana kelas yang dilayani mulai dari kelas III hingga VIP.
59
d. Pelayanan Rawat Intensif Pelayanan rawat Intensif dilaksanakan di Instalasi Rawat Intensif dan saat ini telah memiliki bangsal intensif sendiri, yang terdiri dari ICU, ICCU, NICU, dan Picu. e. Pelayanan Kebidanan dan Kandungan Memberikan pelayanan yang beraitan dengan kebidanan dan penyakit kandungan termasuk Keluarga Berencana, baik rawat inap maupun rawat jalan. f. Pelayanan Bedah Menyediakan layanan bedah umum dan orthopedi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap. g. Pelayanan Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan Menyediakan pelayanan yang berkaitan kesehatan telinga, hidung dan tenggorokan baik di rawat inap, dan rawat jalan, serta melayani klinik alergi. h. Pelayanan Kesehatan Syaraf Melayani pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan syaraf, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan. i. Pelayanan Mata Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan mata, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan. j. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan.
60
k. Pelayanan Kulit dan Kelamin Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan kult dan kelamin, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan. Serta menyediakan pelayanan kecantikan wajah dan keindahan tubuh. l. Pelayanan Kesehatan Anak Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan anak, baik dalam rawat inapmaupun rawat jalan. Serta menyediakan pelayanan kesehatan pada anak berkaitan dengan masalah pertumbuhna dan perkembangan anak. m. Pelayanan Penyakit Dalam Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan penyakit dalam, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan. n. Pelayanan Penyakit Paru Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan pengobatan penyakit baik dalam rawat inap maupun rawat jalan. o. Pelayanan Psikologi Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan konsultasi psikologi, tes psikologi dan lain-lain, layanan psikologi klinik bagi karyawan maupun umum. p. Unit Khusus Pelayanan Kusta Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan pengobatan penyakit kusta yang lengkap, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan.
61
Disamping produk jasa layanan tersebut, Rumah sakit Tugurejo Semarang memiliki produk layanan yang bersift penunjang medis yang sepenuhnya diselenggarakan di berbagai instalasi penunjang diataranya : a. Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Klinis dan Mikrobiologis Menyediakan produk pelayanan penunjang berup jasa pemeriksaan laboratorium klinis maupun mikrobilogis baik bagi para konsumen internal maupun eksternal. b. Pelayanan Pememriksaan Patologi Anatomi Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan penunjang berupa jasa pemeriksaan laboratorium patologi anatomi baik bagi konsumen internal maupun ekstrenal. c. Pelayanan Farmasi Menyediakan pelayanan berupa produk jasa kefarmasian dan pelayanan farmasi klinik. d. Pelayanan Radiologi Menyediakan pelayanan yang erupa jasa radio diagnostik, USG, CT-scan, baik bagi konsumen internal maupun eksternal. e. Pelayanan Penunjang Diagnostik Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan produk
jasa pemeriksaan
endoskopi, ERCP, ekokardiografi, treadmill, EMG, EEG, yang diberikan oleh dokter spesialis penyakit umum maupun dokter spesialis penyakit bedah. f. Pelayanan Rehabilitasi Mata
62
Menyediakan produk Layanan yang berupa penunjang jasa rehabilitasi medis, meski masih terbatas pada fhisiotherapi dan protese, baik pada konsumen internal maupun eksternal. g. Pelayanan Bedah Terpadu Melayani produk berupa layanan penunjang jasa operasi, mulai dari yang sederhana sampai beberapa layanan komplek terbatas baik umum maupun spesialis orthopedi, baik bagi konsumen internal maupun eksternal. h. Pelayanan Anastesi Melayani produk layanan berupapenunjang jasa anastesi baik bagi konsumen internal maupun eksternal.
E.
Program TB ParuRumahSakitTugurejo Semarang Tujuan dari program yang di canangkan oleh direktur rumah sakit Tugurejo semarang yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka meningkatnya TB, memutuskan rantai penularan serta pencegahan terjadinya MDR TB. Target dari program tersebut adalah tercapainya pasien baru TB BTA Positif 85% dari perkiran dan penyembuhan 95% dan mempertahankannya.
Rencana kerja dari penanggulangan TB yaitu menggunakan strategi Ekspanasi DOTS diantaranya: 1. Perluasan dan peningkatan layanan DOTS yang berkualitas 2. Persiapan dalam mengaapi tantangan baru TB, HIV, MDR dll. 3. Melibatkan seluruh layanan kesehatan
63
4. Melibatkan penderita dan masyarakat 5. Penguatan kebijakan Daerah 6. Kontribusi dan keikutsertaan sisitem pelayanan kesehatan 7. Kerjasama Lintas Program dan lintas sektoral 8. Memaksimalkan tersedianya OAT Tempat perawatan Pasien TB Paru anak terletak di lantai III. Masuk lorong melewati perawatan dari Paien TB paru rawat jalan. Belokan kekiri dari Poli DOTS, Poli Khusus, Poli Orthopedi, dan poli dalam. TB Paru anak dan dewasa terpisah ruangan akan tetapi masih dalam satu lantai. Karena sangat berbahaya dalampenularan maka kami semua di sarankan selalu untuk memakai masker dan ruangan dibatasi oleh dinding kaca, serta hanya orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan masuk menemui pasien. Kegiatan yang dilakukan yaitu: a.
b.
c.
Tata laksana Pasien TB Paru 1.
Penemuan tersangka TB
2.
Diagnosis
3.
Pengobatan
Manajemen Program TB Paru 1.
Perencanan
2.
Pelaksanaan
3.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan Penunjang Kemitraan : Kerjasama lintas Sektor dan lintas program.
64
F.
Karakteristik Responden Pada pelaksanaan penelitian ini digunakan sebanyak 82 responden yaitu 41 responden sebagi kelompok kasus dan 41 responden sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu karakteristik Ibu sebagai PMO, meliputi umur ibu, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi keluarga, peran ibu sebagai PMO. Sedangkan variabel terikat yaitu kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada anak (1 - 4 tahun). Penelitian ini dilakukan selama 7 hari tanggal 4 Februari – 10 Februari 2016.
1. Kategori Umur Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut umur Distribusi Frekuensi ∑ % Dewasa Muda 15-25 tahun) 17 20,7 Dewasa (25-49 tahun) 65 79,3 Total 82 100 Sumber : Data Primer 2016 Umur
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur Dewasa Muda yaitu sebanyak 65 orang (79,3%) 2. Kategori Pendidikan Terakhir Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan terakhir
Pendidikan
Distribusi Frekuensi ∑ %
65
Dasar 47 Menengah 35 Total 82 Sumber : Data Primer 2016
57.3 42,7 100
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar yaitu sebanyak 47 orang (57,3%).
3. Kategori Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan Distribusi Frekuensi ∑ Tidak Bekerja 49 Bekerja 33 Total 82 Sumber : Data Primer 2016 Pekerjaan
% 59,8 40,2 100
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 49 orang (59,8%).
4. Kategori Status Ekonomi Keluarga
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut status ekonomi keluarga Status Ekonomi Keluarga
DistribusiFrekuensi ∑
%
66
Di bawah UMK Di atas UMK Total Sumber : Data Primer 2016
62 20 82
75,6 24,4 100
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dari 82 responden, terdapat 62 responden dengan status ekonomi di bawah UMK sebesar 75,6%.
5. Kategori Peran Ibu Sebagai PMO Tabel 4.5 Distribusi frekuensi peran serta ibu sebagai PMO Peran Ibu Sebagai PMO PMO kurang baik PMO baik Total Sumber : Data Primer 2016
∑ 17 65 82
Distribusi Frekuensi % 20,7 79,3 100
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjadi PMO yang baik yaitu sebanyak 65 orang (79,3%).
6.Kategori Kepatuhan Dalam Pengobatan TB pada Anak Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Kepatuhan dalam Pengobatan TB pada Anak
Kepatuhan
∑
Distribusi Frekuensi %
67
Patuh 41 Tidak Patuh 41 Total 82 Sumber : Data Primer 2016
50,0 50,0 100
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil frekuensi patuh dan tidak patuh sama yaitu 41 orang (50,0%). Tabel 4.7 Distribusi frekuensi pertanyaan tentang peran ibu sebagai PMO Tidak
Ya No Pertanyaan F
%
F
%
1.
Selalu Mengawasi dalam menelan Obat
63
76,8
19
23,8
2.
Mengambil obat sesuai jadwal yang ditetapkan Memberi teguran jika tidak mau menelan Obat Memberikan dorongan dan motivasi kepada pasien Mematuhi jadwal pemeriksaan dahak
67
81,7
15
18,3
82
100,0
0
0,0
82
100,0
0
0,0
66
80,5
46
156, 1
Pihak pelayanan kesehatan 36 memberikan penyuluhan Sumber : Data Primer 2016
43,9
33
64,7
3. 4. 5.
6.
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa peran serta seorang ibu sebagai pengawasinum obat (PMO) dalam menentukan kesembuhan anak yang menderita penyakit TB Paru sangat berpengaruh antara lain
Selalu mengawasi dalam
menelan Obat (76,8%), Mengambil obat sesuai jadwal yang ditetapkan (81,7%), Memberi teguran jika tidak mau menelan Obat (100,0%), Memberikan dorongan
68
dan motivasi kepada pasien (100,0%), Mematuhi jadwal pemeriksaan dahak (80,5%), serta pelayanan kesehatan yang memberikan penyuluhan kepada para Ibu yang mempunyai anak atau anggota keluarga lainnya dalam menjaga kesehatan (43,9%). Setelah dilakukan uji normalitas, distribusi variabel peran serta Ibu sebagai PMO diatas tidak normal. Oleh karena itu, dalam pengkategorian yang digunakan adalah hasil median. Dimana disebut kurang baik bila PMO ≤ median (6) dan baik bila PMO > median (6). Tabel 4.8 Distribusi frekuensi pertanyaan tentang kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada anak Tidak
Ya No 1 2 3
4 5
Pertanyaan F
%
F
%
82
100.0
0
0,0
57
69,5
25
30,5
52
63,4
30
36,6
30
36,6
52
63,4
Pasien selalu dibawa saat melakukan 68 pemeriksaan dahak dan pengambilan obat yang telah ditetapkan Sumber : Data Primer 2016
82,9
14
17,1
Pasien selalu mengikuti / memenuhi petunjuk PMO dalam menelan obat Selama pengobatan tahap awal (2 bulan) pasien selalu meminum obat setiap hari Selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan) pasien selalu meminum obat 3x dalam seminggu Pasien pernah menolak minum obat
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa penanganan PMO terhadap kepatuhan TB Paru pada anak dalam mendapatkan pengobatan sangat besar,
69
diantaranya Pasien selalu mengikuti / memenuhi petunjuk PMO dalam menelan obat (100.0%), Selama pengobatan tahap awal (2 bulan) pasien selalu meminum obat setiap hari (69,5%), Selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan) pasien selalu meminum obat 3x dalam seminggu (63,4%), Pasien selalu rutin dibawa pada saat melakukan pemeriksaan dahak dan pengambilan obat yang telah ditetapkan (82,9%). Sedangkan sebagian besar responden menjawab bahwa pasien pernah menolak meminum obat (63,4). Pertanyaan tentang kepatuhan TB Paru anak dalam mendapatkan pengobatan digunakan sebagai cross chek dari data kepatuhan anak yang didapatkan dari rekam medik pasien di rumah sakit Tugurejo Semarang.
G.
Hasil Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk menguji antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel bebasnya adalah Umur Ibu, Pendidikan terakhir Ibu, Pekerjaan Ibu, Status Ekonomi Keluarga, Peran serta Ibu sebagai PMO. Sedangkan variabel terikatnya adalah kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak. Uji yang dilakukan adalah uji Chi-Square.
70
1. Analisis antara Hubungan antara Umur Ibu dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan
TB Paru pada Anak Tabel 4.9 Hubungan Umur dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan Tb Paru Pada Anak Kepatuhan dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Umur
Patuh
Tidak Patuh F
%
F
%
Dewasa Muda (15-25 tahun) Dewasa (26-49 tahun)
11
26,9
6
14,7
30
73,1
35
85,3
Jumlah
41
100
41
100
Nilai Pvalue 0, 173
OR: 2,139
95% CI 0,706 - 6,476
Pada tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa
kepatuhan dalam
pengobatan TB Paru pada Anak peresentase umur dewasa muda pada kelompok tidak patuh (26,9%) lebih besar dari pada kelompok patuh (14,7%). Sedangkan untuk umur dewasa pada kelompok tidak patuh (73,1%) lebih kecil dari pada kelompok patuh (85,3%). Pada analisa bivariat hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara Umur dengan Kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak yaitu nilai Pvalue 0,173. Nilai OR pada variable umur Ibu yaitu 2,139, artinya faktor yang di teliti, merupakan faktor risiko.
71
2. Analisa antara Hubungan antara Pendidikan Terakhir Ibu dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Tabel 4.10 Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan Tb Paru Pada Anak
Kepatuhan dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Pendidikan Terakhir
Patuh
Tidak Patuh F
%
F
%
Dasar
29
70,8
21
51,3
Menengah
12
29,3
20
48,7
Jumlah
41
100
41
100
Nilai Pvalue 0,070
OR: 2,302
95% CI 0,927-5,716
Pada tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak persentase Tingkat pendidikan dasar pada kelompok tidak patuh (70,8%) lebih besar dari pada kelompok patuh (51,3%). Sedangkan Tingkat pendidikan menengah kelompok tidak patuh lebih kecil (29,3%) dari pada kelompok patuh (48,7%). Pada analisa bivariat hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara Pendidikan terakhir dengan Kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak yaitu nilai Pvalue 0,070. Nilai OR pada variable pendidikan terakhir Ibu yaitu 2.302, artinya faktor yang di teliti, merupakan faktor risiko.
72
3.
Analisa antara Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Tabel 4.11 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan Tb Paru Pada Anak Kepatuhan dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Pekerjaan
Patuh
Tidak Patuh F
%
F
%
Tidak Bekerja
19
46,4
30
73,2
Bekerja
22
53,6
11
26,8
Jumlah
41
100
41
100
Nilai Pvalue 0,013
OR: 0,317
95% CI 0,126-0,798
Pada tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak persentase tidak bekerja pada kelompok tidak patuh (46,4%) lebih kecil dari pada kelompok patuh (73,2%). Sedangkan yang bekerja pada kelompok tidak patuh lebih besar (53,6%) dari pada kelompok patuh (26,8%). Pada analisa bivariat hasil uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara Pekerjaan dengan Kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak yaitu nilai Pvalue 0,013. Nilai OR pada variable pekerjaan Ibu yaitu 0,317, artinya faktor yang di teliti, merupakan faktor protektif.
73
5. Analisa antara Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan
Kepatuhan Dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Tabel 4.12 Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan Tb Paru Pada Anak Kepatuhan dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Status Keluarga
Ekonomi
Patuh
Tidak patuh F
%
F
%
Di bawah UMK
30
73,2
32
78,1
Di atas UMK
11
26,8
9
21,9
Jumlah
41
100
41
100
Nilai Pvalue 0,607
OR: 0,767
95% CI 0,279-2.110
Pada tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak persentase satus ekonomi di bawah UMK pada kelompok tidak patuh (73,2%) lebih kecil dari pada kelompok patuh (78,1%). Sedangkan status ekonomi di atas UMK pada kelompok tidak patuh lebih besar (26,8%) dari pada kelompok patuh (21,9%). Pada analisa bivariat hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara Status ekonomi keluarga dengan Kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak yaitu nilai Pvalue 0,607. Nilai OR pada variable status ekonomi keluarga yaitu 0,767, artinya faktor yang di teliti, merupakan faktor protektif.
74
5.
Analisa Hubungan antara Peran serta Ibu sebagai PMO dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Tabel 4.13 Hubungan antara Peran Ibu sebagai PMO dengan Kepatuhan Dalam Pengobatan Tb Paru Pada Anak Kepatuhan dalam Pengobatan TB Paru pada Anak Peran Ibu Sebagai PMO
Tidak Patuh
Patuh
F
%
F
%
PMO kurang baik
14
34,2
3
7,4
PMO baik
27
65,8
38
92,6
Jumlah
41
100
41
100
Nilai Pvalue 0,003
OR: 6,568
95% CI 1.718-25.10
Pada tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak persentase PMO kurang baik pada kelompok tidak patuh (34,2%) lebih besar dari pada kelompok patuh (7,4%). Sedangkan PMO baik pada kelompok tidak patuh lebihkecil (65,8%) dari pada kelompok patuh (92,6%). Pada analisa bivariat hasil uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara Peran serta Ibu sebagai PMO dengan Kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak yaitu nilai Pvalue 0,003. Nilai OR pada variable peran serta Ibu sebagai PMO yaitu 6,568, artinya faktor yang di teliti, merupakan faktor risiko.
75
Tabel 4.14 Ringkasan Analisa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat No 1
Variabel Bebas Umur Ibu
Variabel Terikat Kepatuhan dalam pengobatan TB Paru pada Anak
Pvalu e 0,173
OR
CI
Keterangan
2,139
0,070
2.302
0,7066,476 0,9275.716
Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan
2
Pendikan Terakhir Ibu
3
Pekerjaan Ibu
0,013
0,317
0,1260,798
Ada hubungan
4
Status Ekonomi Keluarga Peran Ibu Sebagai PMO
0,607
0,767
0,2792.110
Tidak ada hubungan
0,003
6,568
1,71825.10
Ada hubungan
5