BAB IV HASIL PENELITIAN
IV.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate Governance, financial leverage, ukuran perusahaan dan kualitas audit terhadap manajemen laba. Indikator struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penerapan Good Corporate Governance dalam penelitian ini dicerminkan dengan proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit. Financial leverage perusahaan diukur dengan menggunakan rasio debt to asset dan ukuran perusahaan tercermin dari logaritma natural total aktivanya. Kualitas audit dalam penelitian ini dicerminkan dengan ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Manajemen laba sebagai variabel terikat dalam penelitian ini diproksikan (dicerminkan) dengan absolute discretionary accruals, yang dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh industri yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan karena industri ini memiliki karakteristik dan perlakuan akuntansi yang berbeda dibandingkan dengan industri-industri lain. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam pada setiap industri, maka diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai karakteristik masing-masing industri. Berikut ini adalah karakteristik masing-masing industri yang dijadikan sampel dalam penelitian ini: 62
63
1.
Pertanian Industri pertanian merupakan industri yang memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri pertanian meliputi tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan dan lainnya. Faktor pendukung industri pertanian Indonesia yang utama adalah terdapatnya sumber daya alam yang melimpah dan keterkaitannya dengan tingkat teknologi yang semakin maju. Selain itu sektor industri pertanian merupakan industri yang banyak menyerap tenaga kerja dan Indonesia memiliki cukup banyak sumber daya manusia yang dapat digunakan. Faktor pendukung berikutnya adalah pasar domestik dan pasar internasional selalu membutuhkan hasil pertanian.
2.
Pertambangan Industri pertambangan memainkan pernanan penting dalam perekonomian Indonesia yang terdiri dari batu, batu bara, logam dan sejenisnya serta migas. Dalam industri pertambangan terdapat empat aktivitas utama, yaitu eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan penyulingan. Aktivitas eksplorasi merupakan proses yang sangat berisiko karena untuk melakukan aktivitas tersebut membutuhkan dana yang sangat besar namun tidak ada kepastian aktivitas tersebut akan menghasilkan return yang sebanding. Industri pertambangan memiliki karakteristik padat modal, investasi jangka panjang, risiko tinggi dan teknologi mutakhir.
3.
Industri Dasar dan Kimia Industri dasar dan kimia meliputi kayu dan pengolahannya, keramik, porselen, kaca, logam dan sejenisnya, pakan ternak, plastik dan kemasannya, pulp dan
64
kertas, serta semen. Industri dasar dan kimia dapat digolongkan sebagai industri manufaktur karena industri ini menghasilkan produk atau barang jadi dari bahan baku (sumber daya alam) melalui proses mekanis. Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleokimia, Kris Hadisoebroto mengatakan dalam Tempo Interaktif (10 Juli 2007) dalam artikel yang berjudul Investasi Industri Kimia Dasar Melonjak, investasi di sektor kimia sedang mengalami perkembangan belakangan ini. Dengan maraknya green energy, maka investasi industri biodiesel makin tumbuh. Tak terkecuali di Indonesia yang merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Lebih jauh, selain industri biodiesel, industri fatty alcohol-bahan pembuat kosmetik juga mencatat pertumbuhan investasi yang cukup besar. Kedua jenis industri kimia itu mencakup investasi baru dan perluasan dari industri eksisting. Namun begitu, hingga kini masih ada dua masalah utama dalam industri kimia, seperti infrastruktur dan ketersediaan gas. Indonesia masih belum punya fasiltas pergudangan khusus untuk hasil industri yang sifatnya likuid (liquid handling port). Sedangkan kendala ketersediaan gas hingga kini belum tuntas diselesaikan pemerintah. 4.
Aneka Industri Aneka Industri meliputi alas kaki, kabel, otomotif dan komponennya, tekstil dan garmen, elektronik dan lain-lain. Industri ini dapat digolongkan sebagai indutri manufaktur karena menghasilkan produk atau barang jadi dari bahan baku melalui proses industrialisasi. Perkembangan industri manufaktur memburuk sejak tahun 2006 sehingga penjualan dari perusahan-perusahan yang termasuk dalam sektor aneka industri mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh
65
beberapa faktor seperti meningkatnya harga bahan bakar dan minyak yang menyebabkan
biaya
produksi
meningkat.
Peningkatan
biaya
produksi
menyebabkan meningkatnya harga produk sehingga permintaan produk tersebut menjadi menurun. 5.
Barang Konsumsi Industri barang konsumsi meliputi farmasi, kosmetik, makanan dan minuman, peralatan rumah tangga, dan rokok. Industri ini termasuk dalam perusahaan manufaktur karena mengubah bahan baku menjadi barang jadi melalui proses mekanis. Keadaan pasar untuk industri ini mengalami penurunan sejak tahun 2006 dengan alasan yang sama dengan industri dasar dan kimia serta aneka industri.
6.
Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan Industri ini meliputi properti, real estate dan konstruksi bangunan. Pendapatan industri ini diperoleh dari penjualan dan meningkatnya harga tanah, sewa serta leasing. Meskipun sedang mengalami perbaikan, namun industri ini sempat mengalami keterpurukan karena meningkatnya harga bahan bakar minyak sampai hampir 30%. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar ratarata 28,7% dipercaya bakal berakibat langsung terhadap peningkatan biaya konstruksi. Otomatis kenaikan ini cepat atau lambat akan mendorong peningkatan biaya pembangunan semua proyek properti. Baik itu perumahan, apartemen, ruko, pusat perbelanjaan dan pusat perdagangan, hingga properti perkantoran. Begitu juga dengan tingginya angka inflasi serta potensi Bank Indonesia menaikkan suku bunga, membuat penurunan para konsumen atau
66
nasabah yang membeli produk properti melalui kredit kepemilikan rumah (KPR) maupun kredit kepemilikan apartemen (KPA). 7.
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Industri ini meliputi jalan tol, pelabuhan, bandara, konstruksi non bangunan, telekomunikasi, transportasi dan industri. Secara umum keadaan pasar dalam industri ini mengalami penurunan karena meningkatnya tarif listrik dan harga bahan bakar tidak disertai dengan meningkatnya infrastruktur di Indonesia. Untuk sektor telekomunikasi dalam negeri pada 2009 diperkirakan akan melambat, karena tekanan krisis keuangan global pada awal tahun depan akan makin menguat. Krisis keuangan global akan menghambat para vendor telekomunikasi meningkatkan perannya di pasar domestik. Meskipun demikian, industri telekomunikasi di dalam negeri masih menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang merupakan pasar potensial bagi perkembangan industri telekomunikasi apalagi industri ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Hal tersebut terkait dengan perkembangan industri telekomunkasi di dalam negeri sejak beberapa tahun lalu tumbuh dengan pesat, karena para vendor telekomunikasi aktif mengembangkan usahanya.
8.
Perdagangan dan Jasa Industri ini meliputi advertising, printing, media, jasa komputer dan perangkatnya, perdagangan besar barang produksi, perdagangan eceran, restoran, hotel dan pariwisata. Sektor perdagangan dan jasa makin mendominasi sebagai sektor yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun dampak krisis ekonomi global cukup mempengaruhi pertumbuhan
67
industri ini. Namun saat ini, menurut Kompas 15 Oktober 2009, industri ini dominan dalam menyumbangkan pendapatan ke negara dan memiliki trend pendapatan naik sejak tahun 2006. Perkembangan sektor ini disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan yang besar dari pemerintah. IV.1.1 Discretionary Accruals Sebagai Proksi Manajemen Laba Discretionary accrual merupakan pengakuan akrual laba atau beban yang bebas, tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Discretionary accrual memberikan manajer fleksibilitas untuk menentukan besarnya transaksi akrual, seperti penentuan pencadangan piutang tak tertagih, biaya garansi, nilai persediaan, dan penentuan saat serta jumlah extraordinary items. Akibatnya, discretionary accruals ini seringkali digunakan sebagai proksi dilakukannya manajemen laba. Berikut ini akan diuraikan perbandingan absolute discreationary accruals (ADACC) untuk masing-masing industri. Ringkasan rata-rata absolute discreationary accruals untuk setiap industri kecuali industri keuangan akan dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Rata-Rata ADACC Setiap Industri Tahun 2008 (Kecuali Industri Keuangan) Sektor Industri Seluruh Industri Aneka Industri Barang Konsumsi Industri Dasar dan Kimia Infrastruktur utilitas dan transportasi Perdagangan dan Jasa Pertambangan Pertanian Properti dan real estate Sumber: Hasil pengolahan Eviews
ADACC -0,92593 -0,15413 -0,10776 -0,15324 -0,03959 -0,03465 -3,06844 -0,04277 -0,52346
68
Rata-rata absolute discreationary accruals untuk keseluruhan industri pada tahun 2008 kecuali industri keuangan adalah sebesar -0,92593. Hasil absolute discreationary accruals yang negatif ini mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam setiap sektor industri melakukan manajemen laba dalam bentuk penurunan laba dan bersikap konservatif dalam melaporkan kinerja. Penurunan laba yang dilakukan perusahaan bisa disebabkan karena motivasi perusahaan untuk melakukan penghematan pajak pendapatan (tax motivation) atau untuk mengurangi tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Selain itu, dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008 menjadi penyebab menurunnya laba perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat yang merupakan pusat perekonomian dunia
mengalami krisis
ekonomi yang sangat berat sehingga negara-negara eksportir sulit melakukan ekspor ke Amerika Serikat. Akibatnya, negara-negara ekspotir mencari negara-negara lain. Sebagai contoh China mengincar negara-negara lain seperti Malaysia dan Indonesia untuk mengekspor produk-produknya. Hal ini menyebabkan penurunan tajam permintaan produk-produk Indonesia untuk di ekspor bahkan harus bersaing dalam negeri sendiri sehingga menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Tekanan inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak dan kebutuhan bahan pokok menjadi semakin serius karena daya beli masyarakat semakin melemah sehingga pendapatan perusahaan pun menurun. Lebih lanjut, berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sektor industri yang melakukan penurunan laba terbesar adalah sektor industi pertambangan. Penurunan
69
laba disektor pertambangan disebabkan karena menurunnya harga minyak mentah yang disebabkan karena naiknya angka pengangguran di Amerika Serikat sehingga menyebabkan turunnya permintaan bahan bakar. Menurut Wahyuni dalam www.detikfinance.com hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers yang menunjukkan bawah laba perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang tambang turun sebesar 33% untuk tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007. Pada tahun 2008 harga-harga komoditas merosot tajam yang disertai dengan penjualan saham secara besar-besaran di seluruh bursa dunia. IV.2. Analisis Statistik Deskriptif Statistika deskriptif merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan data sampel yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui nilai rata-rata, maksimum, minimum, standar deviasi dan keterangan lainnya dari data absolute discretionary accrual, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Hasil statistik deskriptif tersebut berguna sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Hasil pengujian dapat dilihat pada halaman berikut ini:
70
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif untuk Semua Industri Tahun 2008 (Kecuali Industri Keuangan) ADACC Mean -0.925930 Maximum 0.890041 Minimum -199.8429 Std. Dev. 12.22062 Observations 269
MANJ 0.027681 0.700000 0.000000 0.093180 269
LEV TA Mean 0.699889 11.87827 Maximum 7.273167 13.96026 Minimum 0.000208 8.457881 Std. Dev. 5.619879 0.783087 Observations 269 269 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
INST COMINDP AUDCOM 0.716370 0.320539 0.434944 1.000000 1.000000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.200305 0.166268 0.496674 269 269 269
KAP 0.368030 1.000000 0.000000 0.483168 269
OPINI 0.405204 1.000000 0.000000 0.491847 269
Dari hasil pengujian statistik deskriptif di atas, diketahui bahwa data valid yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 269 data. Variabel absolute discretionary accruals (ADACC) memiliki nilai minimum sebesar -199,8429 untuk MITI dan nilai maksimum sebesar 0,890041 untuk ARTI dengan rata-rata ADACC sebesar -0,925930 dan standar deviasi sebesar 12,22062. Absolute discretionary accruals (ADACC) merupakan cerminan dari manajemen laba. Statistik deskriptif untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 artinya persentase kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah sebesar 0% dan nilai maksimum sebesar 0,70000 artinya maksimal kepemilikan manajerial dalam perusahaan adalah sebesar 70% untuk PTSN. Rata-rata kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,027681 atau sebesar 2,7681%. Hal ini menunjukkan rata-rata kepemilikan manajerial perusahan-
71
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia selain industri keuangan masih rendah.
Standar deviasi untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar
sebesar 0,093180. Statistik deskriptif untuk kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 dan nilai maksimum sebesar 1,000000. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kepemilikan institusional perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berkisar dari 0% untuk PKPK sampai dengan 100% untuk GPRA. Rata-rata kepemilikan institusional adalah sebesar 0,716370 atau sebesar 71,6370% yang mengindikasikan bahwa institusi memiliki persentase kepemilikan yang cukup besar pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan. Statistik deskriptif untuk variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 yang berarti proporsi komisaris independen dalam perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0% dan nilai maksimum sebesar 1,000000 yang berarti proporsi komisaris independen perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebesar 100% untuk LMPI. Rata-rata proporsi komisaris independen perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan adalah sebesar 0,320539 atau sebesar 32,0539%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel telah memenuhi ketentuan minimum proporsi komisaris independen yang ditentukan oleh Bapepam yaitu sebesar 30%. Statistik deskriptif untuk variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum sebesar 0 yang berarti perusahaan tidak memiliki komite audit dan
72
nilai maksimum sebesar 1 yang berarti perusahaan memiliki komite audit. Rata-rata keberadaan komite audit perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan adalah sebesar 0,434944 dengan standar deviasi sebesar 0,496674. Rata-rata keberadaan komite audit sebesar 0,434944 menjunjukkan bahwa rata-rata perusahaan-perusahaan yang telah memiliki komite audit di Indonesia adalah sebesar 43,4944%. Statistik deskriptif untuk variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0,000208 dan nilai maksimum sebesar 7,273167. Hal ini menunjukkan financial leverage perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel berkisar dari 0,0208% sampai dengan 727,3167%. Financial leverage terbesar dimiliki oleh MYRX. Rata-rata financial leverage perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selain industri keuangan adalah sebesar 0,699889 atau sebesar 69,9889%. Dari deskripsi tersebut terlihat bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia selain industri keuangan masih banyak yang membiayai operasional perusahaannya dnegan menggunakan pinjaman atau hutang. Statistik deskriptif untuk variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 8.457881 dan nilai maksimum sebesar 13.96026. TLKM merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dari seluruh perusahaan yang dijadikan sampel. Rata-rata total aktiva perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 11,87827. Statistik deskriptif untik variabel ukuran kantor akuntan publik memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai 0 untuk kantor akuntan publik selain big four dan nilai 1 untuk kantor akuntan big four. Rata-rata variabel
73
ukuran kantor akuntan publik adalah sebesar 0,368030 dengan standar deviasi sebesar 0,483168. Rata-rata ukuran kantor akuntan publik sebesar 0,368030 atau sebesar 36,8030% menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menggunakan jasa auditor big four adalah sebesar 36,8030%. Statistik deskriptif untuk variabel opini auditor memiliki nilai minimum 0 artinya opini selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai maksimum 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Rata-rata variabel opini auditor adalah sebesar 0,405204 dengan standar deviasi sebesar 0,491847. Rata-rata variabel opini auditor sebesar 0,405204 atau sebesar 40,5204% menujukkan bahwa perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian adalah sebesar 40,5204%.
IV.2.1 Aneka Industri Tabel 4.3 Statistik Deskriptif untuk Aneka Industri Tahun 2008 ADACC Mean -0.154129 Maximum 0.454728 Minimum -0.815665 Std. Dev. 0.256845 Observations 33
MANJ 0.035242 0.700000 0.000000 0.124276 33
LEV TA Mean 2.982078 11.75515 Maximum 7.273167 13.90709 Minimum 0.000738 9.348743 Std. Dev. 12.54024 0.765875 Observations 33 33 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
INST COMINDP AUDCOM 0.660185 0.352424 0.242424 0.999200 0.670000 1.000000 0.000600 0.000000 0.000000 0.252008 0.131910 0.435194 33 33 33
KAP 0.333333 1.000000 0.000000 0.478714 33
OPINI 0.333333 1.000000 0.000000 0.478714 33
74
Dari statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata ADACC untuk industri aneka industri adalah sebesar -0,154129 atau sebesar -15,4129% artinya rata-rata manajemen laba dalam bentuk penurunan laba dalam sektor aneka industri adalah sebesar 15,4129%. Nilai miminum ADACC sebesar -0,815665 atau sebesar 81,5665% untuk perusahaan SIMM dan nilai maksimum sebesar 0,454728 atau sebesar 45,4728% untuk perusahaan BATA. Lebih lanjut untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) PTSN memiliki persentase kepemilikan manajerial tertinggi yaitu sebesar 0,7 atau sebesar 70% sedangkan banyak perusahaan-perusahaan lain disektor ini yang kepemilikan manajerialnya masih 0%. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar 0.035242 atau sebesar 3,5242% yang menujukkan tidak signifikannya ratarata kepemilikan manajerial dalam industri ini. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai maksimum sebesar 0,999200 atau sebesar 99,92% untuk PAFI dan nilai minimum sebesar 0,000600 atau sebesar 0,06% untuk MYRX. Rata-rata kepemilikan institusional untuk industri ini adalah sebesar 0.660185 atau sebesar 66,0185% yang mengindikasikan bahwa persentase institusi yang memiliki kepemilikan pada sektor aneka industri cukup besar. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 yang berarti proporsi komisaris dalam perusahaan yang dijadikan sampel pada sektor aneka industri adalah sebesar 0% yaitu untuk JECC dan RDTX dan nilai maksimum sebesar 0,670000 atau sebesar 67% untuk SIMM. Rata-rata proporsi komisaris independen pada sektor aneka industri adalah sebesar 0.352424
75
atau 35,2424% yang berarti telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki proporsi komisaris independen minimal sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam sektor aneka industri yang masih belum memiliki komite audit. Nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 34 perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri diketahui 26 perusahaan belum memiliki komite audit. Artinya, sebanyak 76,47% perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0.000738 atau 0,0738% untuk ADMG artinya perusahaan ini hanya memiliki sedikit hutang untuk membiayai operasional perusahaannya dan cenderung lebih banyak menggunakan ekuitas atau saham untuk membiayai operasionalnya. Nilai maksimum variabel financial leverage adalah sebesar 7,273167 atau sebesar 727,3167% untuk MYRX artinya rasio hutang perusahaan ini lebih dari tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan aktivanya sehingga kemampuan perusahaan ini dalam memenuhi kewajibannya harus diperhatikan. Variabel total aktiva (TA) pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum sebesar 9,348743 untuk MYRX dan nilai maksimum sebesar 13,90709 untuk ASII. ASII merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam sektor aneka industri. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 untuk kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 33
76
perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri hanya 11 perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four. Artinya, hanya sebesar 33,33% perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four. Sedangkan sisanya sebesar 22 perusahaan atau sebesar 66,67% perusahaan tidak menggunakan kantor akuntan publik big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 33 perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri hanya 11 perusahaan atau sebesar 33,33% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sedangkan sisanya sebesar 66,67% mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian. IV.2.3 Barang Konsumsi Tabel 4.4 Statistik Deskriptif untuk Barang Konsumsi Tahun 2008 ADACC Mean -0.107764 Maximum 0.211235 Minimum -0.653545 Std. Dev. 0.195155 Observations 32
MANJ 0.004975 0.080800 0.000000 0.016732 32
LEV TA Mean 0.465979 11.97451 Maximum 1.146062 13.59763 Minimum 0.103892 10.93560 Std. Dev. 0.251150 0.662547 Observations 32 32 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
INST COMINDP AUDCOM 0.793944 0.504063 0.187500 0.980400 1.000000 1.000000 0.330700 0.000000 0.000000 0.163772 0.214339 0.396558 32 32 32 KAP 0.437500 1.000000 0.000000 0.508001 32
OPINI 0.718750 1.000000 0.000000 0.456803 32
77
Dari statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata ADACC untuk industri aneka industri adalah sebesar -0,107764 atau sebesar -10,7764% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri barang konsumsi adalah sebesar 10,7764%. Nilai miminum ADACC sebesar -0,653545 atau sebesar -65,3545% untuk KICI dan nilai maksimum sebesar 0,211235 atau sebesar 21,1235% untuk perusahaan ULTJ. Untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) ULTJ memiliki persentase kepemilikan manajerial tertinggi yaitu sebesar 0,080800 atau sebesar 8,08%. Sebagian besar perusahan yang bergerak dalam industri barang konsumsi tidak memiliki kepemilikan manajerial. Rata-rata kepemilikan manajerial pada industri barang
konsumsi
adalah
sebesar
0,004975
atau
sebesar
0,4975%
yang
mengindikasikan kepemilikan manajerial pada industri barang konsumsi masih rendah. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai maksimum sebesar 0,980400 atau sebesar 98,04% untuk HMSP dan nilai minimum sebesar 0,330700 atau sebesar 33,07% untuk MYOR. Rata-rata kepemilikan institusional untuk industri ini adalah sebesar 0,793944 atau sebesar 79,3944% yang mengindikasikan bahwa persentase institusi yang memiliki kepemilikan pada industri barang konsumsi cukup besar. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 yang berarti proporsi komisaris dalam perusahaan yang dijadikan sampel pada sektor aneka industri adalah sebesar 0%. Masih terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dalam industri barang komsumsi yang belum memiliki komisaris independen. Nilai maksimum untuk variabel proporsi komisaris
78
independen sebesar 1 atau sebesar 100% untuk LMPI. Rata-rata proporsi komisaris independen pada industri barang konsumsi adalah sebesar 0,504063 atau 50,4063%. Artinya, rata-rata perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki proporsi komisaris independen minimal sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 32 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri barang konsumsi terdapat 26 perusahaan yang belum memiliki komite audit. Artinya masih terdapat sebesar 81,25% perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi yang belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0,103892 atau sebesar 10,3892% untuk TCID dan nilai maksimum sebesar 1,146062 atau sebesar 114,6062% untuk SKBM. SKBM memiliki hutang yang lebih besar daripada aktivanya sehingga investor harus lebih memperhatikan likuiditas dan solvabilitas perusahaaan ini. Rata-rata financial leverage industri barang konsumsi adalah sebesar 0,465979 atau sebesar 46,5979%. Variabel total aktiva (TA) pada industri barang konsumsi memiliki nilai minimum sebesar 10.93560 untuk KICI dan nilai maksimum sebesar 13.59763 untuk INDF. INDF merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam industri barang konsumsi.
79
Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 32 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri barang konsumsi hanya 14 perusahaan atau sebesar 43,75% perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four untuk mengaudit perusahannya. Sedangkan sisanya sebanyak 18 perusahaan atau sebesar 56,25% menggunakan jasa kantor akuntan publik non big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 33 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 24 perusahaan atau sebesar 71,875% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Sedangkan sisanya sebesar 9 perusahaan atau sebesar 28,125% mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.4 Industri Dasar dan Kimia Tabel 4.5 Statistik Deskriptif untuk Industri Dasar dan Kimia Tahun 2008 ADACC Mean -0.153238 Maximum 0.353931 Minimum -2.688665 Std. Dev. 0.427669 Observations 45
MANJ 0.035638 0.272300 0.000000 0.068403 45
INST COMINDP AUDCOM 0.744558 0.280222 0.422222 0.997500 0.500000 1.000000 0.322000 0.000000 0.000000 0.146125 0.180448 0.499495 45 45 45
80
LEV TA Mean 0.693074 11.83664 Maximum 2.393463 13.23663 Minimum 0.205157 10.02543 Std. Dev. 0.522169 0.686580 Observations 45 45 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
KAP 0.444444 1.000000 0.000000 0.502519 45
OPINI 0.444444 1.000000 0.000000 0.502519 45
Variabel ADACC pada industri dasar dan kimia memiliki nilai minimum sebesar -2,688665 atau sebesar -268,8665% untuk FPNI dan nilai maksimum sebesar 0,353931 atau sebesar 35,3931% untuk SMGR. Rata-rata absolute discretionary accruals pada industri dasar dan kimia adalah -0,153238 atau sebesar -15,3238% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri dasar dan kimia adalah sebesar 15,3238%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 atau 0% artinya persentase kepemilikan manajerial pada industri dasar dan kimia adalah sebesar 0%. Lebih lanjut nilai maksimum untuk variabel ini adalah sebesar 0.272300 atau sebesar 27,23% untuk FPNI dan rata-rata kepemilikan manajerial pada industri dasar dan kimia adalah sebesar 0,035638 atau 3,5638%. Angka ini menunjukkan rata-rata kepemilikan manajerial pada industri dasar dan kimia tidak signifikan. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0,322000 dan nilai maksimum sebesar 0,997500. Artinya kisaran kepemilikan institusional dalam industri dasar dan kimia dimulai dari 32,20% untuk LMSH sampai 99,75% untuk TALF. Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri dasar dan kimia adalah sebesar 0,744558 atau sebesar 74,4558%.
81
Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0,500000 atau 50%. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri dasar kimia adalah sebesar 0,280222 atau sebesar 28,0222% masih lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan Bapepam tentang minimal proporsi komisaris independen yaitu sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 45 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri dasar dan kimia hanya 19 perusahaan atau sebesar 42,22% yang telah memiliki komite audit. Sedangkan sisanya sebesar 26 perusahaan atau sebesar 57,78% perusahaan belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0.205157 atau sebesar 20,5157% untuk LION dan nilai maksimum sebesar 2.393463 atau sebesar 239,3463% untuk MLIA. MLIA merupakan perusahaan dengan rasio hutang tertinggi dalam industri dasar dan kimia. Rata-rata financial leverage untuk industri dasar dan kimia adalah sebesar 0.693074 atau sebesar 69,3074%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 10,02543 untuk SMGR dan nilai maksimum sebesar 13,23663 untuk BRPT. Rata-rata total aktiva untuk industri dasar dan kimia adalah sebesar 11,83664. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 45
82
perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor industri dasar dan kimia hanya 20 perusahaan atau sebesar 44,44% perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four, sedangkan sisanya sebesar 25 perusahaan atau sebesar 55,56% perusahaan tidak menggunakan kantor akuntan publik big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 45 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri dasar dan kimia terdapat 20 perusahaan atau sebesar 44,44% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 25 perusahaan atau sebesar 57,78% perusahaan mendapat opini selain opini selain wajar tanpa pengecualian. IV.2.5 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tabel 4.6 Statistik Deskriptif untuk Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2008 ADACC Mean -0.039585 Maximum 0.810939 Minimum -0.775294 Std. Dev. 0.318437 Observations 25
MANJ 0.004365 0.079120 0.000000 0.016186 25
LEV TA Mean 0.669926 12.39614 Maximum 2.198196 13.96026 Minimum 0.016240 10.84973 Std. Dev. 0.408720 0.941364 Observations 25 25 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
INST COMINDP AUDCOM 0.715380 0.331400 0.480000 0.998900 0.500000 1.000000 0.462500 0.000000 0.000000 0.148084 0.152845 0.506623 25 25 25 KAP 0.400000 1.000000 0.000000 0.500000 25
OPINI 0.440000 1.000000 0.000000 0.506623 25
83
Variabel ADACC memiliki nilai minimum -0,775294 atau sebesar -77,5294% untuk RAJA dan nilai maksimum sebesar 0,810939 atau sebesar 81,0939% untuk MIRA. Rata-rata absolute discreationary accruals dalam industri infrastruktur, utilitas dan tranportasi adalah sebesar -0,039585 atau sebesar -3,9585% artinya ratarata penurunan laba dalam industri infrastruktur, utilitas, dan transportasi adalah sebesar 3,9585%. Sebagian besar perusahaan dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi memiliki kepemilikan manajerial (MANJ) 0% dengan nilai maksimum kepemilikan manajerial sebesar 0,079120 atau sebesar 7,9120% untuk INDY. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar 0,004365 atau sebesar 0,4365%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0.462500 atau 46,25% untuk BTEL dan nilai maksimum sebesar 0,998900 atau sebesar 99,89% untuk JASS. Rata-rata kepemilikan institusional untuk industri infrastuktur, utilitas dan transportasi adalah sebesar 0,715380 atau sebesar 71,5380%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,00000 atau 0% artinya masih ada perusahan dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi yang belum memiliki komisaris independen. Nilai maksimum proporsi komisaris independen untuk industri ini adalah sebesar 0,500000 atau 50% dengan rata-rata sebesar 0,331400 atau 33,14%. Artinya rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri ini telah memenuhi ketentuan minimal Bapepam yaitu sebesar 30%.
84
Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi yang masih belum memiliki komite audit. Dari 25 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri ini terdapat 13 perusahaan atau sebesar 52% perusahaan yang belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) dalam industri ini memiliki nilai minimum 0,016240 atau 1,6240% untuk RAJA dan nilai maksimum sebesar 2,198196 atau 219,8198% untuk BUKK. BUKK merupakan perusahaan dengan financial leverage terbesar dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi. Rata-rata financial leverage untuk industri ini adalah sebesar 0,669926 atau sebesar 66,9926%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 10,84973 untuk RAJA dan nilai maksimum sebesar 13,96026 untuk TLKM. TLKM merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam industri ini. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 25 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 10 perusahaan atau sebesar 40% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Sedangkan sisanya sebesar 15 perusahaan atau sebesar 60% menggunakan kantor akuntan publik selain big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar
85
tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 25 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 11 perusahaan atau sebesar 44% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Sedangkan sisanya sebesar 14 perusahaan atau sebesar 56% mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.6 Perdagangan dan Jasa Tabel 4.7 Statistik Deskriptif untuk Industri Perdagangan dan Jasa Tahun 2008 ADACC Mean 0.034649 Maximum 0.369064 Minimum -0.440415 Std. Dev. 24.03945 Observations 69
MANJ 0.018146 0.143200 0.000000 0.033198 69
LEV TA Mean 0.725632 11.47961 Maximum 5.705084 12.98862 Minimum 0.013254 9.687961 Std. Dev. 6.887430 0.792431 Observations 69 69 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
INST COMINDP AUDCOM 0.747556 0.311957 0.449275 1.000000 0.750000 1.000000 0.129300 0.000000 0.000000 0.192466 0.168556 0.501065 69 69 69
KAP 0.347826 1.000000 0.000000 0.479770 69
OPINI 0.405797 1.000000 0.000000 0.494643 69
Variabel ADACC dalam industri dalam industri ini memiliki nilai minimum sebesar -0.440415 atau sebesar -44,0415% untuk PLIN dan nilai maksimum sebesar 0.369064 atau sebesar 36,9064% untuk OKAS. Rata-rata absolute discreationary accruals untuk industri perdagangan dan jasa adalah sebesar -0.034649 atau sebesar 3,4649% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri perdagangan dan jasa adalah sebesar 3,4649%.
86
Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum 0,000000 atau 0% karena masih terdapat beberapa perusahaan yang belum memiliki persentase kepemilikan manajerial dalam pengelolaan perusahaanya. Nilai maksimum persentase kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar 0.143200 atau 14,32% untuk INTD sedangkan rata-rata kepemilikan manajerialnya sebesar 0,018146 atau 1,8146%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0,129300 atau 12,93% untuk MTDL dan nilai maksimum sebesar 1 atau 100% untuk AMRT. Artinya AMRT 100% dimiliki oleh insitusi. Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri perdagangan dan jasa adalah sebesar 0,747556 atau sebesar 74,7556%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0,750000 atau 75% untuk MPPA. Beberapa perusahaan dalam industri perdagangan dan jasa masih ada yang belum memiliki komisaris independen. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri ini adalah sebesar 0,311957 atau sebesar 31,1957% diatas ketentuan minimal Bapepam sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam industri perdagangan dan jasa yang masih belum memiliki komite audit. Dari 69 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri perdagangan dan jasa terdapat 38 perusahaan atau sebesar 55,07% perusahaan yang belum memiliki komite audit.
87
Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0,013254 atau sebesar 1,3254% untuk SING, dan nilai maksimum sebesar
5,705084 atau
570,5084% untuk PSAB. PSAB merupakan perusahan dengan financial leverage terbesar dalam industri perdagangan dan jasa. Rata-rata financial leverage dalam industri ini adalah sebesar 0.725632 atau 72,5632%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 9,687961 untuk AKRA dan nilai maksimum sebesar 12,98862 untuk MPPA. MPPA merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam industri perdagangan dan jasa. Ratarata total aktiva untuk industri ini adalah sebesar 11,47961. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 69 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri perdagangan dan jasa hanya 24 perusahaan atau sebesar 34,78% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangakan sisanya sebesar 45 perusahaan atau sebesar 65,22% perusahaan tidak menggunakan jasa akuntan publik big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 69 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 28 perusahaan atau sebesar 40,58% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 41 perusahaan atau sebesar 59,42% perusahaan mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian.
88
IV.2.7 Pertambangan Tabel 4.8 Statistik Deskriptif untuk Pertambangan Tahun 2008 ADACC Mean -3.068441 Maximum 0.890041 Minimum -199.8429 Std. Dev. 0.224990 Observations 14
MANJ 0,003504 0.141900 0.000000 0.209553 14
INST COMINDP AUDCOM 0.631957 0.357143 0.714286 0.918000 0.500000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.232790 0.127486 0.468807 14 14 14
LEV TA Mean 0.533465 12.27364 Maximum 0.846246 13.52789 Minimum 0.000208 11.10664 Std. Dev. 0.219059 0.762232 Observations 14 14 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
KAP 0.500000 1.000000 0.000000 0.518875 14
OPINI 0.142857 1.000000 0.000000 0.363137 14
Variabel ADACC pada industri pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 199.8429
atau
sebesar
sebesar 0,890041atau
-19984,29%
sebesar
untuk
89,0041%
MITI
untuk
dan
ARTI.
nilai Rata-rata
maksimum absolute
discreationary accruals dalam industri ini adalah -3.068441 atau sebesar -306,8441% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri pertambangan adalah sebesar 306,8411%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0.141900 atau 14,90% untuk BYAN. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri pertambangan adalah sebesar 0,003504 atau sebesar 0,3504%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum 0,000000 atau 0% untuk PKPK dan nilai maksimum sebesar 0.918000 atau 91,8% untuk CITA.
89
Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri pertambangan adalah sebesar 0,631957 atau 63,957%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum 0,000000 atau 0% untuk TINS dan nilai maksimum sebesar 0,500000 atau 50% untuk KKGI, CITA dan ARTI. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri pertambangan adalah sebesar 0,357143 atau 35,7143% artinya rata-rata perusahaan dalam industri pertambangan telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki komisaris independen dalam minimal 30% dalam susunan komisaris. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam industri pertambangan yang masih belum memiliki komite audit. Dari 14 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri pertambangan hanya empat perusahaan atau sebesar 28,57% yang belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0,000208 atau 0,0208% ANTM dan nilai maksimum sebesar 0,846246 atau 84,6246% untuk MITI. Seluruh perusahaan dalam industri pertambangan yang dijadikan sampel memiliki aset yang lebih besar dibandingkan dengan total hutangnya. Rata-rata financial leverage untuk industri ini adalah sebesar 0,533465 atau 53,3465%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 11,10664 untuk MITI dan nilai maksimum sebesar 13,52789 untuk ADRO. Rata-rata total aktiva untuk industri pertambangan adalah sebesar 12.27364. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan
90
publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 14 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat tujuh perusahaan atau sebesar 50% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangkan 50% sisanya tidak menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 14 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 2 perusahaan atau sebesar 14,28% perusahaan yang memiliki opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 12 perusahaan atau sebesar 83,33% memiliki opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.8 Pertanian Tabel 4.9 Statistik Deskriptif untuk Pertanian Tahun 2008 ADACC Mean -0.042768 Maximum 0.210216 Minimum -0.586155 Std. Dev. 0.222101 Observations 13
MANJ 0.055092 0.684300 0.000000 0.189233 13
LEV TA Mean 0.346852 10.049938 Maximum 0.704854 10.001120 Minimum 0.000474 8.457880 Std. Dev. 0.249908 0.763019 Observations 13 13 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
INST COMINDP AUDCOM 0.622662 0.331923 0.307692 0.952100 0.500000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.279392 0.128445 0.480384 13 13 13
KAP 0.307692 1.000000 0.000000 0.480384 13
OPINI 0.203846 1.000000 0.000000 0.375534 13
91
Variabel ADACC dalam industri pertanian memiliki nilai minimum -0,586155 atau sebesar -58,6155% untuk BTEK dan nilai maksimum sebesar 0,210216 atau sebesar 21,0216% untuk SGRO. Rata-rata nilai absolute discreationary accruals dalam industri ini adalah sebesar -0,042768 atau sebesar -4,2768% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri pertanian adalah sebesar 4,2769%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 atau 0% karena sebagian besar perusahaan dalam industri pertanian memang belum memiliki kepemilikan manajerial. Nilai maksimum kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah 0.684300 atau 68,43% untuk BTEK dan rataratanya adalah sebesar 0,055092 atau 5,5092%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki minimum sebesar 0% untuk BTEK dan nilai maksimum sebesar 0,952100 atau sebesar 95,21% untuk SMAR. Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri pertanian adalah sebesar 0,622662 atau sebesar 62,2662%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) dalam industri pertanian memiliki nilai minimum 0,000000 atau 0% untuk BISI dan nilai maksimum sebesar 0,500000 atau 50% untuk DSFI. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri pertanian adalah sebesar 0,331923 atau 33,1923%. Artinya rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri pertanian telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki proporsi komisaris independen minimal 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 13
92
perusahaan yang dijadikan sampel hanya empat perusahaan atau sebesar 30,77% perusahaan yang telah memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0,000474 atau 0,0474% untuk UNSP dan nilai maksimum sebesar 0,704854 untuk MBAI. Seluruh perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri pertanian memiliki aktiva yang lebih besar dibandingkan dengan hutangnya. Rata-rata financial leverage untuk industri pertanian adalah sebesar 0,346852 atau sebesar 34,6852%. Penggunaan hutang untuk membiayai operasional perusahaan pada indsutri pertanian lebih rendah dibandingan dengan industri-industri lain kecuali industri keuangan. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 8,457880 untuk CPDW dan nilai maksimum sebesar 10,001120 untuk SMAR. Rata-rata total aktiva dalam industri pertanian adalah sebesar 1.004993. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 13 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 4 perusahaan atau sebesar 30,77% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangkan sisanya sebanyak 9 perusahaan 69,23% perusahaan tidak menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 13 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 3 perusahaan atau sebesar 23,08%
93
perusahaan yang memiliki opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 10 perusahaan atau sebesar 76,92% perusahaan mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.9 Property dan Real Estate Tabel 4.10 Statistik Deskriptif untuk Property dan Real Estate Tahun 2008 MANJ 0.042169 0.516800 0.000000 0.106781 38
INST 0.673641 1.000000 0.158900 0.206657 38
COMINDP 0.345526 0.580000 0.000000 0.158177 38
LEV TA Mean 0.457044 12.13225 Maximum 2.165885 13.07143 Minimum 0.000526 11.07300 Std. Dev. 0.370187 0.497263 Observations 38 38 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
KAP 0.342111 1.000000 0.000000 0.392859 38
OPINI 0.315789 1.000000 0.000000 0.471069 38
Mean Maximum Minimum Std. Dev. Observations
ADACC -0.523461 0.245852 -17.01287 2.752922 38
AUDCOM 0.473700 1.000000 0.000000 0.480783 38
Variabel ADACC dalam industri property dan real estate memiliki nilai minimum sebesar -17,01287 atau sebesar -1701,287% untuk BSDE dan nilai maksimum sebesar 0,245852 atau sebesar 24,5852% untuk ELTY. Rata-rata absolute discreationary accruals untuk industri ini adalah -0,523461 atau sebesar -52,3461% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri property dan real estate adalah sebesar 52,3461%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0,516800 atau 51,68% untuk LCGP.
94
Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar 0,042169 atau 4,2169%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0,158900 atau 15,89% untuk PTRA dan nilai maksimum 1 atau 100% untuk GPRA. Rata-rata industri property dan real estate memiliki persentase kepemilikan institusional sebesar 0,673641 atau sebesar 67,3641%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,0000 atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0,580000 atau 58% untuk LPKR. Rata-rata proporsi komisaris independen adalah sebesar 0,345526 atau 34,5526% diatas ketentuan minimum Bapepam yaitu sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 38 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 18 perusahaan atau sebesar 47,37% perusahaan yang telah memiliki komite audit. Sedangkan sisanya sebebanyak 20 perusahaan atau sebesar 52,63% perusahaan belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum 0,000526 atau sebesar 0,0526% untuk BSDE dan nilai maksimum sebesar 2,165885 atau sebesar 216,5885% untuk PWSI. PWSI merupakan perusahaan yang memiliki financial leverage terbesar dalam industri ini. Rata-rata financial leverage adalah sebesar 0,457044 atau 45,7044%.
95
Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 11,07300 untuk RBMS dan nilai maksimum sebesar 13,07143 untuk LPKR. Rata-rata total aktiva dalam industri ini adalah sebesar 12,13225. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 38 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 13 perusahaan atau sebesar 34,21% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangkan sisanya sebanyak 25 perusahaan atau sebesar 65,79% perusahaan tidak menggunakan jasa kantor akuntan publik big four Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 38 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 12 perusahaan atau sebesar 31,58% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 26 perusahaan atau sebesar 68,42% peusahaan mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian.
96
IV.2.10 Ringkasan Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel untuk Setiap Industri Tabel 4.11 Ringkasan Statistik Deskriptif ADACC
ADACC Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri -0.925930 0.890041 -199.842900 269
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi ADACC Mean -0.039585 Maximum 0.810939 Minimum -0.775294 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Aneka Industri -0.154129 0.454728 -0.815665 33
Barang Konsumsi -0.107764 0.211235 -0.653545 32
Ind. Dasar dan Kimia -0.153238 0.353931 -2.688665 45
Perdagangan Pertambangan dan Jasa -0.034649 -3.068441 0.369064 0.890041 -0.440315 -199.842900 69 14
Pertanian -0.042768 0.210216 -0.586155 13
Tabel 4.12 Ringkasan Statistik Deskriptif Kepemilikan Manajerial
MANJ Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.027681 0.700000 0.000000 269
Aneka Industri 0.035242 0.700000 0.000000 33
Barang Konsumsi 0.004975 0.080800 0.000000 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.035638 0.272300 0.000000 45
Property dan Real Estate -0.523461 0.245852 -1.701287 38
97
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi MANJ Mean 0.004365 Maximum 0.079120 Minimum 0.000000 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Perdagangan dan Jasa 0.018146 0.143200 0.000000 69
Pertambangan
Pertanian
0.003504 0.141900 0.000000 14
0.055092 0.684300 0.000000 13
Property dan Real Estate 0.042169 0.516800 0.000000 38
Tabel 4.13 Ringkasan Statistik Deskriptif Kepemilikan Institusional
INST Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.716370 1.000000 0.000000 269
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi INST Mean 0.715380 Maximum 0.998900 Minimum 0.462500 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Aneka Industri 0.660185 0.999200 0.000600 33
Perdagangan dan Jasa 0.747556 1.000000 0.129300 69
Barang Konsumsi 0.793944 0.980400 0.330700 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.744558 0.997500 0.322000 45
Pertambangan
Pertanian
0.631957 0.918000 0.000000 14
0.622662 0.952100 0.000000 13
Tabel 4.14 Ringkasan Statistik Deskriptif Proporsi Komisaris Independen
COMINDP Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.320539 1.000000 0.000000 269
Aneka Industri 0.352424 0.670000 0.000000 33
Barang Konsumsi 0.504063 1.000000 0.000000 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.280222 0.500000 0.000000 45
Property dan Real Estate 0.673641 1.000000 0.158900 38
98
Infrastruktur, Utilitas, dan COMINDP Transportasi Mean 0.331400 Maximum 0.500000 Minimum 0.000000 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Perdagangan Pertambangan dan Jasa 0.311957 0.357143 0.750000 0.500000 0.000000 0.000000 69 14
Pertanian 0.331923 0.500000 0.000000 13
Property dan Real Estate 0.345526 0.580000 0.000000 38
Tabel 4.15 Ringkasan Statistik Deskriptif Komite Audit
AUDCOM Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.434944 1.000000 0.000000 269
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi AUDCOM Mean 0.480000 Maximum 1.000000 Minimum 0.000000 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Aneka Industri 0.242424 1.000000 0.000000 33
Barang Konsumsi 0.187500 1.000000 0.000000 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.422222 1.000000 0.000000 45
Perdagangan Pertambangan dan Jasa 0.449275 0.714286 1.000000 1.000000 0.000000 0.000000 69 14
Pertanian 0.307692 1.000000 0.000000 13
Tabel 4.16 Ringkasan Statistik Deskriptif Financial Leverage
LEV Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.699889 7.273167 0.000208 269
Aneka Industri 2.982078 7.273167 0.000738 33
Barang Konsumsi 0.465979 1.146062 0.103892 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.693074 2.393463 0.205157 45
Property dan Real Estate 0.473700 1.000000 0.000000 38
99
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi LEV Mean 0.669926 Maximum 2.198196 Minimum 0.016240 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Perdagangan Pertambangan dan Jasa 0.725632 0.533465 5.705084 0.846246 0.013254 0.000208 69 14
Pertanian 0.346852 0.704854 0.000474 13
Property dan Real Estate 0.457044 2.165885 0.000526 38
Tabel 4.17 Ringkasan Statistik Deskriptif Total Aktiva
TA Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 11.87827 13.96026 8.45788 269
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi TA Mean 12.39614 Maximum 13.96026 Minimum 10.84973 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Aneka Industri 11.75515 13.90709 9.348743 33
Barang Konsumsi 11.97451 13.59763 10.93560 32
Ind. Dasar dan Kimia 11.83664 13.23663 10.02543 45
Perdagangan Pertambangan dan Jasa 11.47961 12.27364 12.98862 13.52789 9.687961 11.10664 69 14
Pertanian 10.04993 10.00112 8.45788 13
Property dan Real Estate 12.13225 13.07143 11.07300 38
100
Tabel 4.18 Ringkasan Statistik Deskriptif Kantor Akuntan Publik
KAP Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.368030 1.000000 0.000000 269
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi KAP Mean 0.400000 Maximum 1.000000 Minimum 0.000000 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Aneka Industri 0.333333 1.000000 0.000000 33
Barang Konsumsi 0.437500 1.000000 0.000000 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.444444 1.000000 0.000000 45
Perdagangan Pertambangan dan Jasa 0.347826 0.500000 1.000000 1.000000 0.000000 0.000000 69 14
Pertanian 0.307692 1.000000 0.000000 13
Property dan Real Estate 0.342111 1.000000 0.000000 38
Tabel 4.19 Ringkasan Statistik Deskriptif Opini Auditor
OPINI Mean Maximum Minimum Observation
Seluruh Industri 0.405204 1.000000 0.000000 269
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi OPINI Mean 0.440000 Maximum 1.000000 Minimum 0.000000 Observation 25 Sumber: Data yang diolah
Aneka Industri 0.333333 1.000000 0.000000 33
Barang Konsumsi 0.718750 1.000000 0.000000 32
Ind. Dasar dan Kimia 0.444444 1.000000 0.000000 45
Perdagangan Pertambangan dan Jasa 0.405797 0.142857 1.000000 1.000000 0.000000 0.000000 69 14
Pertanian 0.203846 1.000000 0.000000 13
Property dan Real Estate 0.315789 1.000000 0.000000 38
101
IV.3. Analisis Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik terdiri dari uji autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah model yang bebas autokorelasi,
multikolinearitas,
dan
heteroskedastisitas
serta
memenuhi
uji
normalitas. Dengan dipenuhinya semua uji asumsi klasik, maka nilai beta (b) yang dihasilkan dari suatu model regresi linier berganda dalam penelitian tidak bias. IV.3.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak mengandung multikolinearitas. Jika korelasi kuat terjadi antara variabel independen maka terjadi masalah multikolinearitas. Dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dilakukan dengan correlation matrix test. Dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinearitas adalah : 1. Dalam model regresi berganda tidak terdapat multikolinearitas, apabila memiliki nilai korelasi kurang dari 0,5 dalam correlation matrix test. 2. Dalam model regresi berganda terdapat multikolinearitas, apabila memilikinilai korelasi lebih dari 0,5 dalam correlation matrix test. Hasil correlation matrix test dapat dilihat pada tabel berikut ini:
102
Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi ADACC ADACC 1.000000 MANJ 0.015450 INST -0.005579 COMIND 0.022659 AUDCOM -0.062235 LEV 0.004312 TA -0.001633 KAP -0.072894 OPINI -0.079334
MANJ 0.015450 1.000000 -0.452952 0.011485 -0.005458 -0.021952 -0.043694 -0.106171 -0.119898
LEV TA DACC 0.004312 -0.001633 MANJ -0.021952 -0.043694 INST -0.199959 -0.064975 COMIND -0.004676 0.111874 AUDCOM -0.083459 0.066443 LEV 1.000000 -0.033826 TA -0.033826 1.000000 KAP -0.069605 0.282240 OPINI -0.084121 -0.116447 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
INST -0.005579 -0.452952 1.000000 -0.145371 -0.034293 -0.199959 -0.064975 0.185394 0.135218 KAP -0.072894 -0.106171 0.185394 0.012849 0.201209 -0.069605 0.282240 1.000000 -0.080316
COMIND 0.022659 0.011485 -0.145371 1.000000 0.100396 -0.004676 0.111874 0.012849 -0.056065
AUDCOM -0.062235 -0.005458 -0.034293 0.100396 1.000000 -0.083459 0.066443 0.201209 -0.082618
OPINI -0.079334 -0.119898 0.135218 -0.056065 -0.082618 -0.084121 -0.116447 -0.080316 1.000000
Hasil pada tabel 4.20 menujukkan tidak terjadinya multikolinearitas antara variabel-variabel yang dijadikan penelitian karena memiliki korelasi kurang dari 0,5. IV.3.2 Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
103
Untuk mendeteksi terdapat heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilakukan uji white. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai probability untuk Obs*R-squared, jika nilai probability lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis. Tabel 4.21 Uji Heterokedaktisitas dengan Uji White White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
0.405996 18.37803
Prob. Prob. Chi-Square
0.999544 0.999120
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/18/10 Time: 18:49 Sample: 1 269 Included observations: 269
Variable C MANJ MANJ^2 MANJ*INST MANJ*COMIND MANJ*AUDCOM MANJ*LEV MANJ*TA MANJ*KAP MANJ*OPINI INST INST^2 INST*COMIND INST*AUDCOM INST*LEV INST*TA INST*KAP INST*OPINI
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-1992.661 9043.110 -8431.526 -3967.889 -65.45096 -3110.724 -1441.459 -3.69E-11 -4698.387 -8205.889 4374.879 -2878.652 978.4999 -921.4669 51.55192 -3.99E-11 -989.3128 -1528.402
3304.915 19619.86 17307.82 18982.99 29399.81 5568.896 5629.481 6.07E-10 10880.18 8520.854 6939.883 4358.839 6671.412 2083.586 381.2747 1.86E-10 2425.875 1971.294
-0.602939 0.460916 -0.487151 -0.209023 -0.002226 -0.558589 -0.256055 -0.060744 -0.431830 -0.963036 0.630397 -0.660417 0.146671 -0.442251 0.135209 -0.214841 -0.407817 -0.775329
0.5472 0.6453 0.6266 0.8346 0.9982 0.5770 0.7981 0.9516 0.6663 0.3366 0.5291 0.5097 0.8835 0.6587 0.8926 0.8301 0.6838 0.4390
104
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
COMIND COMIND^2 COMIND*AUDCOM COMIND*LEV COMIND*TA COMIND*KAP COMIND*OPINI AUDCOM AUDCOM*LEV AUDCOM*TA AUDCOM*KAP AUDCOM*OPINI LEV LEV^2 LEV*TA LEV*KAP LEV*OPINI TA TA^2 TA*KAP TA*OPINI KAP KAP*OPINI OPINI
1873.449 -966.1302 -968.6205 -808.4670 -1.24E-10 -1463.036 -2193.493 374.4164 402.7400 1.92E-12 853.2141 965.6940 -24.91943 4.556212 -6.15E-11 504.8909 420.7889 1.04E-10 -1.56E-25 2.32E-11 4.01E-12 348.1926 1420.137 1308.452
6255.406 3897.299 2444.102 1230.149 2.98E-10 2823.371 2035.773 1998.785 858.6243 7.34E-11 739.6840 683.9240 529.0847 9.875686 1.46E-10 889.1179 907.9318 2.22E-10 1.16E-24 1.00E-10 8.94E-11 2468.170 739.5117 1823.345
0.299493 -0.247897 -0.396309 -0.657210 -0.417565 -0.518188 -1.077474 0.187322 0.469053 0.026137 1.153485 1.411990 -0.047099 0.461357 -0.420726 0.567856 0.463459 0.467528 -0.135235 0.231352 0.044873 0.141073 1.920371 0.717611
0.7648 0.8044 0.6922 0.5117 0.6767 0.6048 0.2824 0.8516 0.6395 0.9792 0.2499 0.1593 0.9625 0.6450 0.6744 0.5707 0.6435 0.6406 0.8925 0.8172 0.9642 0.8879 0.0561 0.4737
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.375843 0.356564 9.820908 24980.61 -987.9479 1.987460
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
146.2764 2328.256 18.58140 19.14266 0.405996 0.999544
Sumber: Hasil pengolahan Eviews Berdasarkan uji White nilai probabilitas Chi-Square adalah 0,999120 lebih besar dari α= 5%, maka dapat disimpulkan jika data bebas dari masalah heterokedaktisitas. IV.3.3 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
105
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Panduan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi akan dipakai besaran Durbin-Watson (D-W) yang secara umum dapat diambil patokan: 1. angka D-W; 0 – 1,10 berarti ada autokorelasi yang positif 2. angka D-W; 0,10-1,54 berarti tidak dapat diputuskan 3. angka D-W; 1,54 – 2,46 berarti tidak ada autokorelasi 4. angka D-W; 2,46-2,90 berarti tidak dapat diputuskan 5. angka D-W; 2,90 - 4 berarti ada autokorelasi negatif Tabel 4.22 Uji Autokorelasi Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Sample: 1 269 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI
-3.473467 0.543728 1.256019 2.094433 1.335039 -0.029136 0.323187 1.660970 -2.277051
14.02485 9.249612 4.513336 4.609380 1.590975 0.144079 1.121695 1.759333 1.563248
-2.345758 1.738999 2.807086 0.210873 0.141958 -12.02530 2.742831 2.737483 -0.269768
0.0046 0.9532 0.0032 0.6499 0.4022 0.0009 0.0038 0.0042 0.1464
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.577098 0.357858 9.811033 24930.40 -987.6783 1.981583
Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.929783 12.24332 7.437897 7.558490 19.59946 0.000000
106
Angka Durbin Watson sebesar 1,981583, yang menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. IV.3.4 Uji Normalitas 28 Series: Residuals Sample 1 269 Observations 269
24 20 16 12 8 4 0 -10
-8
-6
-4
-2
0
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-3.16e-15 -0.295691 5.361105 -9.891541 2.321772 -0.266687 0.087108 3.844262 1.528749
Jarque-Bera Probability
11.17770 1.743757 0.698653 0.003739
4
Gambar 4.1 Uji Normalitas Normalitas data dapat dilihat dari nilai Jarque Bera atau probabilitas. Bila Jarque Bera lebih kecil dari 2, maka data berdistribusi normal atau bila probabilitas lebih besar dari 0,5, maka data berdistribusi normal. Dari gambar di atas di ketahui nilai Jarque Bera adalah 1,743757 dan probabilitas adalah 0,698654 dengan demikian data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
IV.4. ANALISIS REGRESI Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan analisis regresi berganda dengan tingkat keyakinan 95%. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional),
107
penerapan Good Corporate Govarnance (proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit), financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor terhadap manajemen laba yang dicerminkan oleh absolute discretionary accruals. Koefisien regresi dari model regresi dan pengujian pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.23 Uji Regresi Seluruh Industri Tahun 2008 (Kecuali Industri Keuangan) Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 17:40 Sample: 1 269 Included observations: 269 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI
-3.473467 0.543728 1.256019 2.094433 1.335039 -0.029136 0.323187 1.660970 -2.277051
14.02485 9.249612 4.513336 4.609380 1.590975 0.144079 1.121695 1.759333 1.563248
-2.345758 1.738999 2.807086 0.210873 0.141958 -12.02530 2.742831 2.737483 -0.269768
0.0046 0.9532 0.0032 0.6499 0.4022 0.0009 0.0038 0.0042 0.1464
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.577098 0.357858 9.811033 24930.40 -987.6783 1.981583
Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.929783 12.24332 7.437897 7.558490 19.59946 0.000000
108
Probabilitas F-statistic pada table 4.23 adalah sebesar 0,000000 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0,357858 yang artinya 35,7858% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.23 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam penelitian ini adalah:
ADACC = -3,473467 + 0,543728 MANJ + 1,256019 INST + 2,094433 COMINDP + 1,335039 AUDCOM - 0,029136 LEV + 0,323187 TA + 1,660970 KAP - 2,277051 OPINI
109
Konstanta sebesar minus 3,473467 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 3,473467 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 3,473467 dalam bentuk penurunan laba. Lebih lanjut, tabel 4.23 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 0,543728 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan menaikkan ADACC sebesar 0,543728 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Namun dalam penelitian ini probabilitas kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,9532 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hal ini dapat disebabkan karena masih sangat rendahnya persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan. Dari statistik deskriptif yang telah diuraikan sebelumnya diketahui bahwa rata-rata kepemilikan manajerial perusahaan-perusahaan di Indonesia hanya sebesar 0,027681 atau 2,7681%. Rendahnya persentase
110
kepemilikan manajerial ini diduga menyebabkan tidak signifikannya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 1,256019 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan menaikkan ADACC sebesar 1,256019 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0032. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 2,094433 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan menaikkan ADACC sebesar 2,094433 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Namun demikian probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,6499 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05.
111
Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 1,335039 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan menaikkan ADACC sebesar 1,335039 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,4022. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,029136 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnya
112
ADACC sebesar 0,029136 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadwalan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0009. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0,323187 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan menaikkan ADACC sebesar 0,323187 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang
113
saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0038 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 1,660970 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan menaikkan ADACC sebesar 1,660970 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0042 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 2,277051 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 2,277051 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan
114
adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,1464 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
IV.4.1 Aneka Industri Tabel 4.24 Uji Regresi Sektor Aneka Industri Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 17:57 Sample (adjusted): 1 33 Included observations: 33 Variable C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-0.664803 0.722435 0.253124 0.316622 0.010882 -0.001266 0.065412 0.098948 -0.037398
1.151320 0.407009 0.285780 0.403244 0.116603 0.005885 0.087408 0.133306 0.103390
-2.577427 2.774984 2.885731 0.785186 0.093324 -3.215103 2.748361 2.742265 -0.361715
0.0393 0.0291 0.0249 0.4404 0.9265 0.0116 0.0218 0.0224 0.7209
0.416606 0.222142 0.226528 1.231560 7.430758 1.861627
Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.154129 0.256845 0.095106 0.503244 7.142326 0.001276
115
Probabilitas F-statistic pada table 4.24 adalah sebesar 0,001276 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan tabel 4.24 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.222142 yang artinya 22,2142% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.24 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam sektor aneka industri adalah:
ADACC = - 0,664803 + 0,722435 MANJ + 0,253124 INST + 0,316622 COMINDP + 0,010882 AUDCOM - 0,001266 LEV + 0,065412 TA + 0,098948 KAP - 0,037398 OPINI
Konstanta sebesar minus 0,664803 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen,
116
keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 0,664803 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 0,664803 dalam bentuk penurunan laba. Lebih lanjut, tabel 4.24 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 0,722435 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan menaikkan ADACC sebesar 0,722435 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam sektor aneka industri memiliki probabilitas sebesar 0,0291. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Berpengaruhnya kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba pada sektor aneka industri dapat disebabkan karena adanya beberapa perusahaan dalam dalam industri ini yang memiliki persentase kepemilikan manejerial cukup signifikan dibanding perusahaanperusahaan dalam industri lain yaitu PTSN sebesar 70% dan NIPS sebesar 35,65%. Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0,253124 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan menaikkan ADACC sebesar 0,253124 dengan asumsi variabel lainnya dianggap
117
konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0249. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0,316622 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan menaikkan ADACC sebesar 0,316622 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Namun demikian probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,4404 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,010882 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan naikknya ADACC sebesar 0,010882 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil
118
praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,9265. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,001266 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnya ADACC sebesar 0,001266 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka
119
semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0116. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0,065412 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 0,065412 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0218 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
120
Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,098948 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,098948 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0224 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,037398 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0,037398 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,7209 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
121
IV.4.2 Barang Konsumsi Tabel 4.25 Uji Regresi Industri Barang Konsumsi Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 18:15 Sample: 1 32 Included observations: 32 Variable C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-2.422307 0.686131 0.071219 0.149616 0.032982 -0.009806 0.201970 0.067329 -0.030320
0.842765 2.107114 0.232137 0.144759 0.084454 0.141102 0.061508 0.074901 0.080344
-2.874239 0.325626 3.306796 2.433556 0.390534 -3.069499 3.283616 2.898907 -0.377378
0.0086 0.7477 0.0058 0.0121 0.6997 0.0062 0.0033 0.0080 0.7094
0.431040 0.233140 0.170898 0.671742 16.41185 2.058115
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.107764 0.195155 -0.463240 -0.051002 5.178075 0.002344
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews Probabilitas F-statistic pada table 4.25 adalah sebesar 0,002344 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba.
122
Berdasarkan tabel 4.25 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.223507 yang artinya 22,3507% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.25 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam industri barang konsumsi adalah:
ADACC = - 2,422307 + 0,686131 MANJ + 0,071219 INST + 0,149616 COMINDP + 0,032982 AUDCOM - 0,009806 LEV + 0,201970 TA + 0,067329 KAP - 0.030320 OPINI
Konstanta sebesar minus 2,422307 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 2,422307 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 2,422307 dalam bentuk penurunan laba. Lebih lanjut, tabel 4.25 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki
123
koefisien sebesar 0,686131 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 0,686131 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri barang konsumsi memiliki probabilitas sebesar 0,7477. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hal ini dapat disebebkan karena masih rendahnya persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan-perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi. Dari statistik deskriptif yang telah diuraikan sebelumnya diketahui bahwa rata-rata kepemilikan manajerial dalam sektor industri barang konsumsi adalah sebesar 0,025638 atau sebesar 2,563%. Rendahnya persentase kepemilikan manajerial diduga menyebabkan tidak signifikannya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0,071219 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 0,071219 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional.
124
Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0058. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0,149616 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 0,149616 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0121 lebih rendah dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Pada industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri-industri lain proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini disebabkan karen industri barang konsumsi memiliki proporsi komisaris independen yang lebih tinggi dibanding industri-industri lain. Contohnya adalah TSPC dengan proporsi 67%, MERK dengan proporsi 67% dan LMPI dengan proporsi 100% untuk komisaris independen
125
Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,032982 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan meningkatkan ADACC sebesar 0,032982 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,6997. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Tidak berpengaruhnya keberadaan komite audit terhadap praktik manajemen laba dapat disebebkan karena sebagian besar perusahaan-perusahaan di Indonesia masih belum memiliki komite audit untuk meningkatkan efektifitas sistem pengawasannya. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,009806 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnyanya ADACC sebesar 0,009806 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan
126
melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0062. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0,201970 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 0,201970 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0033 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,067329 menunjukkan kenaikan satu satuan
127
ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,067329 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0080 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,030320 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0,030320 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,7094 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
128
IV.4.3 Industri Dasar dan Kimia Tabel 4.26 Uji Regresi Industri Dasar dan Kimia Dependent Variable:ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 18:25 Sample (adjusted): 1 45 Included observations: 45 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI
-2.706871 0.901763 0.804987 0.565661 0.199863 -0.229928 0.134856 0.047599 -0.153350
1.329238 1.101092 0.520311 0.366110 0.131959 0.124538 0.105076 0.144834 0.139243
-2.036408 2.818971 2.547126 1.545057 1.514579 -2.846248 2.283412 2.328647 -1.101310
0.0493 0.0383 0.0398 0.1313 0.1389 0.0333 0.0478 0.0411 0.2783
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.418291 0.289022 0.360608 4.681380 -12.93317 1.837630
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.153238 0.427669 0.974807 1.336140 3.235823 0.007090
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Probabilitas F-statistic pada table 4.26 adalah sebesar 0,007090 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba.
129
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.289022 yang artinya 28,9022% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.26 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam industri dasar dan kimia adalah:
ADACC = - 2,706871 + 0,901763MANJ + 0,804987INST + 0,565661 COMINDP + 0,199863 AUDCOM - 0,229928 LEV + 0,134856 TA + 0,047599 KAP - 0,153350 OPINI
Konstanta sebesar minus 2,706871 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 2,706871 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 2,706871 dalam bentuk penurunan laba.
130
Lebih lanjut, tabel 4.26 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 0,901763 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 0,901763 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri dasar dan kimia memiliki probabilitas sebesar 0,0383. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Berpengaruhnya kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba dalam industri dasar dan kimia dapat disebabkan karena adanya beberapa perusahaan dalam industri ini yang memiliki persentase kepemilikan manajerial cukup signifikan jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri lain seperti LMSH dengan kepemilikan manajerial sebesar 25,60%, BRNA dengan kepemilikan manajerial sebesar 23,34%, dan FPNI dengan kepemilikan manajerial sebesar 27,23%. Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0,804987 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 0,804987 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan
131
institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0398. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0,565661 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 0,565661 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,1313 lebih rendah dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,199863 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan meningkatnya ADACC sebesar 0,199863 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil
132
praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,1389. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,229928 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan naiknya ADACC sebesar 0,229928 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka
133
semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0333. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0,134856 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 0,134856 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0478 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
134
Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,047599 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,047599 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0411 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,153350 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0,153350 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,2783 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
135
IV.4.4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tabel 4.27 Uji Regresi Industri Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 18:40 Sample: 1 25 Included observations: 25 Variable C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-3.348795 1.926473 0.057768 0.078778 0.089819 -0.093282 0.268092 0.226027 -0.120270
1.009697 3.366519 0.410199 0.402456 0.120561 0.140142 0.079587 0.150456 0.127390
-3.316634 0.572245 3.140829 0.195744 0.745015 -2.665623 3.368540 2.502281 -0.944110
0.0044 0.5751 0.0098 0.8473 0.4671 0.0151 0.0039 0.0155 0.3592
0.582369 0.373554 0.252038 1.016366 4.559560 2.343971
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.039585 0.318437 0.355235 0.794031 2.788917 0.038470
Sumber: Hasil pengolahan Eviews Probabilitas F-statistic pada table 4.27 adalah sebesar 0,038470 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba.
136
Berdasarkan tabel 4.27 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.373554 yang artinya 37,3554% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.27 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi adalah:
ADACC = - 3,348795 + 1,926473 MANJ + 0,057768 INST + 0,078778 COMINDP + 0,089819 AUDCOM - 0,093282 LEV + 0,268092 TA + 0,226027 KAP - 0.120270 OPINI
Konstanta sebesar minus 3,348795 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 3,348795 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 3,348795 dalam bentuk penurunan laba. Lebih lanjut, tabel 4.27 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki
137
koefisien sebesar 1,926473 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 1,926473 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri infratruktur, utilitas dan transportasi memiliki probabilitas sebesar 0,5751. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Tidak berpengaruhnya kepemilikan manajerial dalam industri ini dapat disebabkan karena masih rendahnya persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi hanya sebesar 0.004365 atau sebesar 0,4365% Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0,057768 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 0,057768 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0098. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan
138
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0,078778 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 0,078778 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar
0,8473 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian
hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,089819 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan meningkatnya ADACC sebesar 0,089819 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,4671. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis
139
alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,093282 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnya ADACC sebesar 0,093282 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang
140
dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0151. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0,268092 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 0,268092 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0039 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,226027 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,226027 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian
141
dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0155 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,120270 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0,120270 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,3592 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
142
IV.4.5 Perdagangan dan Jasa Tabel 4.28 Uji Regersi Industri Perdagangan dan Jasa Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 18:54 Sample: 1 69 Included observations: 69 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI
-2.942985 1.538380 1.331115 1.256543 2.134108 -0.136906 2.915836 2.076516 -3.598080
56.06926 10.03831 16.68259 18.79761 6.489590 0.460699 4.877585 7.715914 6.454310
-2.524884 3.015325 2.319562 0.668459 0.791130 -2.297169 2.597803 2.657928 -1.022275
0.0216 0.0878 0.0304 0.5064 0.4320 0.0324 0.0201 0.0198 0.3108
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.972301 0.968545 4.294692 1088.219 -190.7627 2.063985
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-3.113020 24.21531 5.875373 6.169131 258.8820 0.000000
Sumber: Hasil pengolahan Eviews Probabilitas F-statistic pada table 4.28 adalah sebesar 0,000000 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba.
143
Berdasarkan tabel 4.28 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.968545 yang artinya 96,8545% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.28 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam industri perdagangan dan jasa adalah:
ADACC = - 2,942985 + 1,538380 MANJ + 1,331115 INST + 2,156543 COMINDP + 2,134108 AUDCOM - 0,136906 LEV + 2,915836 TA + 2,076516 KAP - 3,598080 OPINI
Konstanta sebesar minus 2,942985 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 2,942985 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 2,942985 dalam bentuk penurunan laba. Lebih lanjut, tabel 4.28 menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki
144
koefisien sebesar 1,538380 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 1,538380
dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri perdagangan dan jasa memiliki probabilitas sebesar 0,0878. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Tidak berpengaruhnya kepemilikan manajerial dalam industri ini dapat disebabkan karena masih rendahnya persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri perdagangan dan jasa adalah 0,018146 atau sebesar 1,8146% Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 1,331115 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 1,331115 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0304. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
145
Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 2,156543 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 2,156543 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar
0,5064 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian
hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 2,134108 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan meningkatnya ADACC sebesar 2,134108 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,4320. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
146
Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,136906 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnyanya ADACC sebesar 0,136906 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan.
147
Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0324. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 2,915836 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 2,915836 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0201 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 2,076516 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 2,076516 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih
148
baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0198 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 3,598080 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 3,598080 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,3108 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
149
IV.4.6 Pertambangan Tabel 4.29 Uji Regresi Industri Pertambangan Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 19:08 Sample (adjusted): 1 14 Included observations: 14 Variable C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-7.197485 2.153698 2.136967 0.026712 3.095700 -0.102503 2.002781 0.025734 -0.044211
1.937263 3.001710 0.692985 0.971682 0.329452 0.688273 0.155301 0.403957 0.359530
-2.101940 0.717490 2.197648 0.027490 2.290482 -3.148928 2.017909 0.063704 -0.122968
0.0237 0.5127 0.0230 0.9794 0.0209 0.0088 0.0266 0.9523 0.9081
0.922815 0.799318 0.100790 0.050793 19.46822 1.839392
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.034649 0.224990 -1.495459 -1.084637 7.472382 0.020176
Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Probabilitas F-statistic pada table 4.29 adalah sebesar 0,020176 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba.
150
Berdasarkan tabel 4.29 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.799318 yang artinya 79,9318% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.29 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam industri pertambangan adalah:
ADACC = - 7,197485 + 2,153698 MANJ + 2,136967 INST + 0,026712 COMINDP + 3,095700 AUDCOM - 0,102503 LEV + 2,002781 TA + 0,025734 KAP - 0,044211 OPINI
Konstanta sebesar minus 7,197485 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 7,197485 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 7,197485 dalam bentuk penurunan laba.
151
Lebih lanjut, tabel 4.29 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 2,153698 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 2,153698 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri pertambangan memiliki probabilitas sebesar 0,5127. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Tidak berpengaruhnya kepemilikan manajerial dalam industri ini dapat disebabkan karena masih rendahnya persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri pertambangan adalah sebesar 0,003504 atau sebesar 0,3504% Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 2,136967 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 2,136967 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0230. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan
152
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0,026712 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 0,026712 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,9794 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan
kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam
industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan.
153
Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 3,095700 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan meningkatnya ADACC sebesar 3,095700 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0209. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Pada industri pertambangan, komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba dibandingkan dengan industri-industri lainnya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar (71%) perusahaan dalam industri pertambangan telah memiliki komite audit. Persentase ini jauh lebih besar dibandingkan dengan industri-industri lainnya. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,102503 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnya ADACC sebesar 0,102503 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan
154
tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0088. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 2,002781 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 2,002781 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0266 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
155
Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,025734 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,025734 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Namum nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam sektor pertambangan adalah sebesar 0,9523 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,044211 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0,044211 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,9081 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
156
Pada industri pertambangan, ukuran kantor akuntan publik yang mencerminkan kualitas audit ternyata tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri lain ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan uji statistik deskriptif yang menunjukkan manajemen laba terbesar terdapat dalam industri pertambangan dan terdapat kemungkinan auditor tidak dapat mendeteksi dengan baik terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan. Karakteristik industri pertambangan yang kompleks, berisiko tinggi, padat modal, dan investasi jangaka
panjang
diduga
menyebabkan
tidak
terdeteksinya
kesalahan
dan
penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu jika dihubungkan dengan iklim perekonomian tahun 2008 pada saat penelitian ini dibuat, keadaan perekonomian pada saat itu berada dalam kondisi tepuruk karena krisis ekonomi global. Krisis ekonomi global ini berpengaruh secara signifikan terhadap industri pertambangan dimana harga minyak dan komoditas merosot tajam serta penjualan saham secara besar-besaran terjadi dalam bursa dunia.
157
IV.4.7 Pertanian Tabel 4.30 Uji Regresi Industri Pertanian Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 19:18 Sample: 1 13 Included observations: 13 Variable C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-0.215502 0.330388 0.714612 0.235093 0.198064 -0.530480 0.042466 0.143934 -0.074458
0.931827 0.464086 0.592239 0.498857 0.175226 0.511829 0.083405 0.150140 0.161540
-2.231269 2.711910 2.206629 0.471263 1.130336 -1.036441 0.509155 2.958671 -0.460924
0.0285 0.0158 0.0311 0.6620 0.3215 0.3585 0.6374 0.0120 0.6688
0.815721 0.447162 0.165139 0.109083 12.62767 1.654945
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.042768 0.222101 -0.558103 -0.166984 7.213272 0.000324
Sumber: Hasil pengolahan Eviews Probabilitas F-statistic pada table 4.30 adalah sebesar 0,000324 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba.
158
Berdasarkan tabel 4.30 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0,447162 yang artinya 44,7162% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.30 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam industri pertanian adalah:
ADACC = - 0,215502 + 0,330388 MANJ + 0,714612 INST + 0,235093 COMINDP + 0,198064 AUDCOM - 0,530480 LEV + 0,042466 TA + 0,143934 KAP - 0,074458 OPINI
Konstanta sebesar minus 0,215502 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 0,215502 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 0,215502 dalam bentuk penurunan laba.
159
Lebih lanjut, tabel 4.30 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 0,330388 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 0,330388 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri pertanian memiliki probabilitas sebesar 0,0158. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Berpengaruhnya kepemilikan manajerial dalam industri pertanian disebabkan karena adanya beberapa perusahaan dalam industri ini yang memiliki persentase kepemilikan manajerial cukup signifikan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri lain seperti BTEK dengan persentase kepemilikan manajerial sebesar 68,43% dan TBLA dengan persentase kepemilikan manajerial sebesar 20,01%. Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0,714612 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 0,714612 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional.
160
Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0311. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0,235093 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 0,235093 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,6620 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,198064 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan naiknya ADACC sebesar 0,198064 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah.
Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik
manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan
161
Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,3215. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,530480 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan naiknya ADACC sebesar 0,530480 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan
162
melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,3585. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0,042466 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 0,042466 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,6374 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Dalam industri pertanian, financial leverage dan total aktiva tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri lain
163
kedua variabel ini berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dapat disebabkan karena industri pertanian memiliki financial leverage yang lebih kecil dibandingkan dengan financial leverage industri lainnya. Lebih lanjut, total aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba dapat disebabkan karena industri pertanian merupakan industri yang padat karya yang banyak menyerap sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini tidak tercermin dalam total aktiva perusahaan sehingga menyebabkan total aktiva tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba dalam industri pertanian. Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,143934 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,143934 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0120 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 0,074458 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0,074458 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini
164
berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,6688 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. IV.4.8 Property dan Real Estate Tabel 4.31 Uji Regresi Industri Property dan Real Estate Dependent Variable: ADACC Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 19:30 Sample: 1 38 Included observations: 38 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MANJ INST COMINDP AUDCOM LEV TA KAP OPINI
-6.235335 10.01195 6.532762 6.334673 2.002720 -2.831698 1.236242 0.605184 -1.162136
12.03984 5.330504 2.763695 3.319580 1.012792 1.240203 0.939611 1.214688 0.942850
-2.607442 2.878236 2.363778 2.908276 1.977424 -2.283254 2.315695 2.498222 -1.232578
0.0188 0.0104 0.0250 0.0603 0.0576 0.0299 0.0286 0.0221 0.2276
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.433760 0.249969 2.538114 186.8187 -84.17816 2.304443
Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.533991 2.790119 4.973191 5.365036 1.597269 0.010528
165
Probabilitas F-statistic pada table 4.31 adalah sebesar 0,010528 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan kedelapan variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor) berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan tabel 4.31 diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0,249969 yang artinya 24,9969% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor. Lebih lanjut, tabel 4.31 juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam sektor aneka industri adalah:
ADACC = - 6,235335 + 10,01195 MANJ + 6,532762 INST + 6,334673 COMINDP + 2,002720 AUDCOM - 2,831698 LEV + 1,236343 TA + 0.605184 KAP - 1,162136 OPINI
166
Konstanta sebesar minus 6,235335 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai minus 6,235335 yang artinya manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 6,235335 dalam bentuk penurunan laba. Lebih lanjut, tabel 4.31 juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 10,01195 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan meningkatkan ADACC sebesar 10,01195 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Variabel kepemilikan manajerial dalam industri property dan real estate memiliki probabilitas sebesar 0,0104. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Berpengaruhnya kepemilikan manajerial dalam industri property dan real estate dapat disebabkan karena adanya beberapa perusahaan dalam industri ini yang memiliki persentase kepemilikan manajerial cukup signifikan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri lain seperti BKPD dengan persentase 23,24%, JIHD dengan persentase
167
26,02%, LCPG dengan persentase 51,68%, PTRA dengan persentase 27,46% dan TOTL dengan persentase 11,12%. Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 6,532762 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan meningkatkan ADACC sebesar 6,532762 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0,0250. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 6,334673 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi komisaris independen akan meningkatkan ADACC sebesar 6,334673 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Namun demikian probabilitas variabel proporsi komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0603 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05.
168
Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 2,002720 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan mengakibatkan meningkatnya ADACC sebesar 2,002720 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan memperkecil praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0576. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba dengan porsi rata-rata 0,504063 atau 50,4063%. Jika proporsi komisaris merupakan pihak mayoritas maka kemungkinan mereka dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 2,831698 menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan turunnya
169
ADACC sebesar 2,831698 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default). Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan kembali hutang perusahaan. Variabel financial leverage memiliki signifikansi (prob) sebesar 0,0299. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 1,236343 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan meningkatkan ADACC sebesar 1,236343 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang
170
saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0286 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,605184 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan meningkatkan ADACC sebesar 0,605184 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif. Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0221 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar minus 1,162136 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menaikkan ADACC sebesar 1,162136 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan
171
adanya kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0,2276 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
IV.4 Ringkasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Tabel 4.32 Ringkasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Industri MANJ Seluruh Industri X Aneka Industri V Barang Konsumsi X Industri Dasar dan Kimia V Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi X Perdagangan dan Jasa X Pertambangan X Pertanian V Property dan Real Estate V
Sumber: Data diolah *v = berpengaruh **x = tidak berpengaruh
INST V V V
COMINDP X X V
AUDCOM LEV X V X V X V
TA V V V
KAP OPINI V X V X V X
V
X
X
V
V
V
X
V
X
X
V
V
V
X
V V V
X X X
X V X
V V X
V V X
V X V
X X X
V
X
X
V
V
V
X
172
Tabel 4.33 Ringkasan Persamaan Regresi Persamaan Regresi (ADACC) ‐3,473467 + 0,543728 MANJ + 1,256019 INST + 2,094433 COMINDP + 1,335039 AUDCOM ‐ 0,029136 LEV + Seluruh Industri 0,323187 TA + 1,660970 KAP ‐ 2,277051 OPINI ‐0,664803 + 0,722435 MANJ + 0,253124 INST + 0,316622 COMINDP + 0,010882 AUDCOM ‐ 0,001266 LEV + Aneka Industri 0,065412 TA + 0,098948 KAP ‐ 0,037398 OPINI ‐2,422307 + 0,686131 MANJ + 0,071219 INST + 0,149616 COMINDP + 0,032982 AUDCOM ‐ 0,009806 LEV + Barang Konsumsi 0,201970 TA + 0,067329 KAP ‐ 0.030320 OPINI ‐2,706871 + 0,901763MANJ + 0,804987INST + 0,565661 COMINDP + 0,199863 AUDCOM ‐ 0,229928 LEV + Industri Dasar dan Kimia 0,134856 TA + 0,047599 KAP ‐ 0,153350 OPINI ‐3,348795 + 1,926473 MANJ + 0,057768 INST + 0,078778 Infrastruktur, Utilitas dan COMINDP + 0,089819 AUDCOM ‐ 0,093282 LEV + Transportasi 0,268092 TA + 0,226027 KAP ‐ 0.120270 OPINI ‐2,942985 + 1,538380 MANJ + 1,331115 INST + 2,156543 COMINDP + 2,134108 AUDCOM ‐ 0,136906 LEV + Perdagangan dan Jasa 2,915836 TA + 2,076516 KAP ‐ 3,598080 OPINI ‐7,197485 + 2,153698 MANJ + 2,136967 INST + 0,026712 COMINDP + 3,095700 AUDCOM ‐ 0,102503 LEV + Pertambangan 2,002781 TA + 0,025734 KAP ‐ 0,044211 OPINI ‐0,215502 + 0,330388 MANJ + 0,714612 INST + 0,235093 COMINDP + 0,198064 AUDCOM ‐ 0,530480 LEV + Pertanian 0,042466 TA + 0,143934 KAP ‐ 0,074458 OPINI ‐6,235335 + 10,01195 MANJ + 6,532762 INST + 6,334673 COMINDP + 2,002720 AUDCOM ‐ 2,831698 LEV + Property dan Real Estate 1,236343 TA + 0.605184 KAP ‐ 1,162136 OPINI Industri
173
Berikut ini adalah penjelasan masing-masing variabel pada setiap industri: 1. Kepemilikan Manajerial Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada industri secara keseluruhan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Tidak berpengaruhnya kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba dapat disebabkan karena tidak signifikannya persentase kepemilikan manajerial pada beberapa industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun jika dianalisis lebih lanjut pada masing-masing industri, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan untuk sektor aneka industri, industri dasar dan kimia, pertanian, serta property dan real estate. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa perusahaan dalam industri-industri tersebut yang memiliki persentase kepemilikan manajerial cukup signifikan dibandingkan dengan industri-industri lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada kondisi tertentu. Jika dihubungkan dengan statistik deskriptifnya, kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba jika rata-rata kepemilikan manajerialnya pada masing-masing industri minimal 0,035242 atau 3,5242% dan terdapat perusahaan-perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan manajerial cukup besar (dua digit). ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. Kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang positif dengan ADACC. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan manajerial
174
akan semakin memperkecil ADACC. Semakin kecil ADACC semakin kecil manajemen laba. 2. Kepemilikan Institusional Berdasarkan tabel di atas, baik pada industri secara keseluruhan maupun pada masing-masing industri, kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. Kepemilikan institusional memiliki hubungan yang positif dengan ADACC. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan institusional akan semakin memperkecil ADACC. Semakin kecil ADACC semakin kecil manajemen laba. 3. Proporsi Komisaris Independen Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada industri secara keseluruhan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Namun jika dianalisis lebih lanjut pada masing-masing industri diketahui bahwa pada industri barang konsumsi, proporsi komisaris independen memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri-industri lain proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini disebabkan karena industri barang konsumsi memiliki proporsi komisaris independen yang lebih tinggi dibanding industri-industri lain. Contohnya adalah TSPC dengan proporsi 67%, MERK dengan proporsi 67% dan LMPI dengan proporsi 100% untuk komisaris independen. Rata-rata proporsi
175
komisaris independen pada industri barang konsumsi lebih besar dibandingkan dengan industri-industri lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen akan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba jika proporsinya mencukupi. Jika dihubungkan dengan statistik deskriptifnya, proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada proporsi 0,504063 atau 50,4063%. ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. Proporsi komisaris independen memiliki hubungan yang positif dengan ADACC. Dengan demikian, semakin besar proporsi komisaris independen akan semakin memperkecil ADACC. Semakin kecil ADACC semakin kecil manajemen laba. 4. Komite Audit Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada industri secara keseluruhan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Namun jika dianalisis lebih lanjut pada masing-masing industri diketahui bahwa pada industri pertambangan komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini disebabkan karena sebagian besar (71%) perusahaan dalam industri pertambangan telah memiliki komite audit. Persentase ini jauh lebih besar dibandingkan dengan industri-industri lainnya. ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen
176
laba dalam bentuk penurunan laba. Keberadaan komite audit memiliki hubungan yang positif dengan ADACC. Dengan demikian, semakin besar keberadaan komite audit akan semakin memperkecil ADACC. Semakin kecil ADACC semakin kecil manajemen laba. 5. Financial Leverage Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa financial leverage berpengaruh terhadap praktik manajemen laba baik pada industri secara keseluruhan maupun pada masingmasing industri kecuali industri pertanian. Tidak berpengaruhnya financial leverage pada industri keuangan dapat disebabkan karena industri pertanian memiliki financial leverage yang lebih kecil dibandingkan dengan financial leverage industri lainnya. Rata-rata financial leverage pada industri pertanian hanya sebesar 0,321590 atau sebesar 32,1590%. ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. Financial Leverage memiliki hubungan yang negatif dengan ADACC. Dengan demikian semakin besar financial leverage akan semakin besar ADACC. Semakin besar ADACC semakin besar manajemen laba. 6. Total Aktiva Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa total aktiva berpengaruh terhadap praktik manajemen laba baik pada industri secara keseluruhan maupun pada masing-masing industri kecuali industri pertanian. Tidak berpengaruhnya total aktiva terhadap praktik manajemen laba dapat disebabkan karena industri pertanian merupakan industri yang padat karya yang banyak menyerap sumber daya manusia. Sumber daya
177
manusia ini tidak tercermin dalam total aktiva perusahaan sehingga menyebabkan total aktiva tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba dalam industri pertanian. ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. Total aktiva memiliki hubungan yang positif dengan ADACC. Dengan demikian semakin besar total aktiva akan semakin memperkecil ADACC. Semakin kecil ADACC semakin kecil manajemen laba. 7. Ukuran Kantor Akuntan Publik Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap praktik manajemen laba baik pada industri secara keseluruhan maupun pada masing-masing industri kecuali industri pertambangan. Pada industri pertambangan, ukuran kantor akuntan publik yang mencerminkan kualitas audit ternyata tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan pada industri lain ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan uji statistik deskriptif yang menunjukkan manajemen laba terbesar terdapat dalam industri pertambangan dan terdapat kemungkinan auditor tidak dapat mendeteksi dengan baik terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan. Karakteristik industri pertambangan yang kompleks, berisiko tinggi, padat modal, dan investasi jangaka
panjang
diduga
menyebabkan
tidak
terdeteksinya
kesalahan
dan
penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu jika dihubungkan dengan iklim perekonomian tahun 2008 pada saat penelitian ini dibuat, keadaan
178
perekonomian pada saat itu berada dalam kondisi tepuruk karena krisis ekonomi global. Krisis ekonomi global ini berpengaruh secara signifikan terhadap industri pertambangan dimana harga minyak dan komoditas merosot tajam serta penjualan saham secara besar-besaran terjadi dalam bursa dunia. ADACC bernilai negatif baik pada industri secara keseluruhan maupun masingmasing industri. ADACC yang bernilai negatif mengindikasikan terjadi manajemen laba dalam bentuk penurunan laba. Ukuran kantor akuntan publik memiliki hubungan yang positif dengan ADACC. Dengan demikian semakin besar ukuran kantor akuntan publik akan semakin memperkecil ADACC. Semakin kecil ADACC semakin kecil manajemen laba. 8. Opini Auditor Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba baik pada industri secara keseluruhan maupun pada masingmasing industri. Dengan demikian, selain variabel kepemilikan institusional, financial leverage, total aktiva dan ukuran kantor akuntan publik dapat disimpulkan bahwa sebenarnya variabel kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada kondisi tertentu. Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap praktik manajemen laba secara signifikan jika proporsinya mencukupi. Jika dihubungkan dengan statistik deskriptifnya, kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba jika rata-rata kepemilikan manajerialnya pada masing-masing industri minimal 0,035242 atau 3,5242%. Proporsi komisaris independen
179
berpengaruh terhadap manajemen laba jika proporsinya minimal sebesar 0,504063 atau 50,4063%. Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba jika proporsinya sebesar 0,714286 atau 71,4286%. Lebih lanjut, berdasarkan persamaan regresi yang telah diuraikan pada tabel 4.33 diketahui bahwa perilaku masing-masing variabel pada setiap sektor industri adalah sama. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, komite audit, total aktiva, dan ukuran kantor akuntan publik diketahui dapat mengurangi praktik manajemen laba karena memiliki hubungan yang positif dengan ADACC, sedangkan financial leverage dan opini auditor akan memperbesar manajemen laba karena memiliki hubungan yang negatif dengan ADACC. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terpisah oleh Ariani dalam thesis yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan yang Bergerak di Sektor Keuangan di Bursa Efek Indonesia diketahui bahwa opini auditor berpengaruh pada praktik manajemen laba. Dalam penelitiannya, diketahui bahwa semakin baik opini auditor akan semakin memeperkecil manajemen laba karena opini selain opini wajar tanpa pengecualian mengindikasikan adanya suatu penyimpangan penyusunan laporan keuangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum atau ketidakcukupan bukti kompeten. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan karena adanya perbedaan proporsi ukuran kantor akuntan publik yang melakukan audit pada laporan keuangan. Sekitar 64% perusahaan dalam sektor industri keuangan menggunakan jasa akuntan publik big four, sedangkan dalam penelitian ini proporsi penggunaan akuntan publik big four hanya sekitar 36%.
180
IV.5 Penelitian-Penelitian Sebelumnya Studi empiris tentang manajemen laba telah banyak dilakukan di luar maupun dalam negeri. Sebagian besar penelitian tersebut berfokus pada terjadinya manajemen laba dan faktor-faktor yang mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba. Widyastuti dalam Jurnal Maksi (2009: pp30-41) menemukan bahwa financial leverage, ukuran perusahan, return on asset, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional secara signifkan mempengaruhi manajemen laba. Zain dan Nuraini dalam Jurnal Maksi (2007: pp19-32) meneliti bahwa kepemilikan institusional dan kualitas audit berpengaruh negatif terhadap absolute discretionary accrual. Gumanti dan Singgih dalam Jurnal Akuntansi dan Bisnis (2006: pp181-192) menemukan bahwa besar kecilnya manajemen laba dipengaruhi oleh financial leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, perubahan penjualan dan tingkat pengembalian atas aset. Wedari dalam Simposium Nasional Akuntansi VII (2004: pp963-978) menggunakan variabel keberadaan komite audit, proporsi komisaris independen, kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage sebagai variabel bebasnya dan berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, kecuali leverage. Hal ini berbeda dengan penelitian Rahmawati dalam Jurnal Bisnis dan Manajemen (2007: pp 179-188) yang tidak menemukan adanya pengaruh antara kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Lebih lanjut, Veronica dan Utama dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
181
tehadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) menemukan bahwa proporsi kepemilikan keluarga, ukuran perusahaan, dan leverage yang terbukti memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan penjualan tidak terbukti mempengaruhi manajemen laba.