41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Profile Yayasan Aksi Cepat Tanggap 4.1.1. Sejarah Berdirinya Yayasan Aksi Cepat Tanggap Tanggal 21 April 2005, Aksi Cepat Tanggap (ACT) secara resmi diluncurkan secara hukum sebagai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. Untuk memperluas karya, ACT mengembangkan aktivitasnya,
mulai
dari
kegiatan
tanggap
darurat,
kemudian
mengembangkan kegiatannya ke program pemulihan pascabencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf. ACT didukung oleh donatur publik dari masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap permasalahan kemanusiaan dan juga partisipasi perusahaan
melalui
program
kemitraan
dan
Corporate
Social
Responsibility (CSR). Sebagai bagian dari akuntabilitas keuangannya ACT secara rutin memberikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik kepada donatur dan pemangku kepentingan lainnya, serta mempublikasikannya melalui media massa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Sejak tahun 2012 ACT mentransformasi dirinya menjadi sebuah lembaga kemanusiaan global, dengan jangkauan aktivitas yang lebih luas. Pada skala lokal, ACT mengembangkan jejaring ke semua provinsi baik dalam bentuk jaringan relawan dalam wadah MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) maupun dalam bentuk jaringan kantor cabang ACT. Jangkauan aktivitas program sekarang sudah sampai ke 30 provinsi dan 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Pada skala global, ACT mengembangkan jejaring dalam bentuk representative person sampai menyiapkan kantor ACT di luar negeri. Jangkauan aktivitas program global sudah sampai ke 22 Negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Indocina, Timur Tengah, Afrika, Indocina dan Eropa Timur. Wilayah kerja ACT di skala global diawali dengan kiprah dalam setiap tragedi kemanusiaan di berbagai belahan dunia seperti bencana alam, kelaparan dan kekeringan, konflik dan peperangan, termasuk penindasan terhadap kelompok minoritas berbagai negara. Dengan spirit kolaborasi kemanusiaan, ACT mengajak semua elemen masyarakat dan lembaga kemanusiaan untuk terlibat bersama. Berbekal pengalaman selama puluhan tahun di dunia kemanusiaan, kami melakukan edukasi bersama, membuka jaringan kemitraan global yang menjadi sarana kebersamaan. Semua program global ACT menjadi sarana merajut kemitraan berbagai lembaga amil zakat, komunitas peduli, artis dan publik figur yang memiliki visi yang sama untuk kemanusiaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Tahun 2014 menjadi awal bagi ACT untuk menjalin kolaborasi kemanusiaan dunia, bersamaan dengan visi baru: menjadi lembaga kemanusiaan
global
profesional,
berbasis
kedermawanan
dan
kerelawanan masyarakat global, kami ingin mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik. Menghadirkan sebuah dunia yang nyaman bagi umat manusia, dunia beradab dan memiliki peradaban mulia di bawah naungan cahaya ilahi. Cita-cita ini akan menjadi nyata dengan keterlibatan semua pihak. Kami memiliki keyakinan penuh, bantu kami untuk bersama mewujudkannya.1 4.1.2. Visi dan Misi Yayasan Aksi Cepat Tanggap Visi Yayasan Aksi Cepat Tanggap : Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik. Misi Yayasan Aksi Cepat Tanggap : 1. Mengorganisir dan mengelola berbagai persoalan kemanusiaan secara terencana, terkonsep, terintegrasi, dan berkesinambungan sehingga menjadi formula idea dalam mengatasi berbagai problem kemanusiaan baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global. 2. Mengorganisir
dan
mengelola
segala
potensi
kedermawanan
masyarakat global sebagai modal sosial untuk mengatasi berbagai
1
www.act.id, Kamis, 05 Januari 2017, WIB 20:33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
problem kemanusiaan baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global. 3. Mengorganisir dan mengelola segala potensi kerelawanan global sebagai modal sosial untuk mengatasi berbagai problem kemanusiaan baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.2 4.1.3. Sasaran, Tujuan dan Strategi Yayasan Aksi Cepat Tanggap Sasaran Yayasan Aksi Cepat Tanggap : 1. Menjadikan Isu Kemanusiaan dalam semua Levelnya Sebagai Basis Utama Aktivitas Organisasi 2. Menjadikan Isu Kemanusiaan sebagai Stimulan Gerakan Filantropi Masyarakat Global 3. Menjadikan Isu Kemanusiaan sebagai Stimulan Gerakan Kerelawanan Masyarakat Global 4. Menjadikan Filantropi Masyarakat Global sebagai Sumber Utama Pendanaan (Donasi) Program Penanggulangan Masalah Kemanusiaan Global 5. Menjadikan Kerelawanan Masyarakat Global sebagai Sumber Daya Utama Operasional Penanggulangan Masalah Kemanusiaan Global. Tujuan Yayasan Aksi Cepat Tanggap : 1. Mampu Mewujudkan Peradaban Global yang Humanis
2
Ibid. WIB 20:59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
2. Mampu Menjadi Solusi Bagi Masyarakat Global yang Mengalami Problem Kemanusiaan Sistematik Baik Akibat Bencana Alam maupun Bencana Sosial 3. Mampu Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Global dalam Event Kemanusiaan Melalui Gerakan Filantropi dan Kedermawanan 4. Diakui Oleh Stakeholder Global sebagai Organisasi Kemanusiaan Profesional Kelas Dunia yang Berperan Besar dalam Perubahan Global. Strategi yang digunakan oleh Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah : 1. Memperkuat Kualitas dan Kredibilitas Organisasi Sehingga Mampu Menjadi Organisasi Kemanusiaan Kelas Dunia (Global) 2. Meningkatkan Kapasitas dan Kredibilitas Sdm Organisasi sehingga Mampu Mengelola Organisasi Kemanusiaan Kelas Dunia (Global) 3. Memperkuat Program-Program Kemanusiaan Strategi dalam Skala Global sehingga Mampu Menjadi Solusi Kemanusiaan Global 4. Memperkuat Gerakan Filantropi dan Kerelawanan Masyarakat Global 5. Memperkuat Peran Komunikasi Lembaga Berskala Global 6. Membangun Kemitraan Strategis Lembaga dalam Skala Global 7. Memperkuat Sistem Tata Kelola dan Transparansi Organisasi 8. Mengembangkan Jejaring Kelembagaan dalam Skala Global.3
3
Ibid WIB 20:07
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
4.1.4. Struktur Organisasi Yayasan Aksi Cepat Tanggap Manajemen Yayasan Aksi Cepat Tanggap antara lain : Broad Of Director President : Ahyudin Senior Vice President Of Group of Distribution Program : Syuhelmaidi Syukur Senior Vice President Of Group of Philanthropy and Communication : N. Imam Akbari Vice President Of Humanity Network Departement : M. Ihsan Nurrohman Vice President Of Philanthropy Network Departement : Rini Maryani Vice President Of Communication Departement : Iqbal Setyarso Vice President Of Operational Departement : Yana Hermain Director Of Disaster & Community Development Program : Sri Eddy Kuncoro Director Of Volunteer Management : Dwiko H. Dastriadi Director Of Partnership : Mukhti Director Of Creative Strategic Communication : Nurman Priatna Director Of Integrated Digital Marketing : Hafit T. Mas’ud
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Director Of Information Technology : Kiki Marjuki4
4.1.5. Program Yayasan Aksi Cepat Tanggap Program-program terkini yang dilakukan oleh Yayasan Aksi Cepat Tanggap meliputi : a) Total Disaster Management (TDM) Total Disaster Management adalah program yang menjawab dimana penanggulangan bencana dilakukan bukan hanya pada saat terjadinya bencana dalam bentuk penyelamatan korban, tapi dimulai dari tahap preventif, mitigasi, kesiapsiagaan sebelum bencana, saat terjadi bencana berupa emergency response dan paska bencana dalam bentuk rehabilitasi dan rekonstruksi. TDM memiliki dua program : 1. Disaster Mitigation Merupakan salah satu fase penting TDM, dimana masyarakat ditumbuhkan kesadarannya tentang bencana sehingga masyarakat siap dan resiko bencana dapat dikurangi. Mitigasi Bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui
pembangunan
fisik
maupun
penyadaran
dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Program ini bertujuan untuk mengurangi bahkan menghindari dampak risiko
4
Ibid. Kamis, 09 Maret 2017, WIB 09:09
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
bencana yang akan ditimbulkan oleh bencana alam. Baik sebelum, pada saat terjadi bencana maupun sesudah kejadian bencana. 2. Social Mitigation Merupakan
serangkaian
upaya
untuk
mengurangi
risiko
permasalahan-permasalahan sosial yang kronis, baik melalui pembangunan fisik, mental dan psikososial maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan dan kapasitas menghadapi ancaman dahsyatnya problem sosial, melakukan cegah dini sebelum permasalahan-permaslahan tersebut semakin berisiko memiliki kerusakan yang lebih besar dan komplek, dengan melakukan Capacity
& Character
Buiding,
Advocacy,
Social
Rescue,
Empowerment (CARE), dan lain-lain. b) Disaster Emergency & Relief Management (DERM) DISASTER EMERGENCY RESPONSE (DER) 1. Emergency RESCUE Evakuasi, Penyelamatan Korban dan menyelamatkan kemanusiaan korban bencana. Aksi dijalankan oleh tim dengan kemampuan SAR yang bekerja secara tuntas mengutamakan kecepatan beraksi didukung oleh armada dan perlengkapan sesuai dengan jenis bencana dan skala kerusakan yang terjadi. 2. Emergency RELIEF Pemenuhan kebutuhan dasar warga masyarakat korban bencana untuk dapat bertahan hidup selama kondisi emergency:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Kebutuhan pangan: Penyediaan makanan siap saji dan air minum, dapur umum, dan lian-lain.
Kebutuhan tempat bernaung darurat
Kebutuhan akan sandang: Pakaian, perlengkapan ibadah, perlengkapan bayi, dll.
Pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi Darurat
Perbaikan dan atau penyediaan infrastruktur darurat
Meneguhkan kebersaman dengan korban bencana
3. Emergency MEDIC Pelayanan kesehatan dan pengobatan bagi masyarakat korban bencana selama masa emergency. Pengurangan risiko penyakit akibat bencana sebagai bentuk preventif untuk menjaga status kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka harapan hidup. 4. Trauma HEALING Bila terjadi bencana, penyembuhan pertama yang dilakukan ad alah
terhadap
merupakan
manusia
prioritas
yang
sebagai perlu
individu ditangani
yang segera.
Trauma Healing yang dilakukan tim Disaster Emergency Response ACT bertujuan untuk mengatasi trauma/luka psikologis yang timbul karena berbagai peristiwa akibat bencana seperti kehilangan orang yang dikasihi, harta benda, ketakutan dan serangan panik, agar individu dan masyarakat korban bencana dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
kembali pada kehidupan normal dan bangkit dari keterpurukan. Bentuk aksi yang dilakukan:
Konseling bagi korban usia dewasa yang mengalami trauma/ stress
Layanan konsultasi keluarga korban
Terapi khusus bagi anak-anak korban bencana melalui kegiatan dongeng, bermain bersama, dll.
Umumkan aksi trauma healing beriringan/sinergi dengan aksi medic (pemulihan luka fisik).
MOBILE SOCIAL RESCUE (MSR) MSR merupakan program tanggap darurat atas permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat terkait masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan, konflik sosial, dan masalah sosial lainnya baik individu maupun komunitas, yang memerlukan respon cepat untuk penyelamatan baik jiwa maupun kehidupan jangka panjang. Bentuk Program: Bantuan karitatif kebutuhan pangan Bantuan biaya dan advokasi pendidikan (beasiswa) Bantuan biaya dan Advokasi jaminan kesehatan Advokasi pendampingan hukum Perlindungan anak Edukasi masyarakat terkait hak-hak sosial
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
c) Disaster Recovery Program (DRP) Spirit program recovery adalah memuliakan korban bencana. Kepedulian terhadap korban bencana, dimplementasikan dalam aksi jangka panjang yang berupaya mendampingi objek bencana hingga tahap pemulihan. Konsep implementasi Disaster Recovery Program adalah Integrated Recovery Program (IRP) yang diwujudkan melalui upayaupaya pemulihan fisik, ekonomi, dan sosial pasca bencana alam maupun bencana sosial. Sejatinya, fokus utamanya adalah recovery manusia. Bagaimana membangun peradaban baru pasca bencana. Untuk memulihkan manusia seutuhnya inilah, dimulai dengan tiga aspek tersebut. Model-model program yang dijalankannya meliputi : Integrated Community Shelter (ICS) Recovery Fisik Recovery Sosial Recovery Ekonomi d) Global Humanity Response Global Humanity Response (GHR) dirancang sebagai sebuah program untuk merespons berbagai permasalahan kemanusiaan yang terjadi ditingkat global. Indonesia sebagai sebuah bangsa besar harus mampu memberikan manfaat dan meringankan beban penderitaan masyarakat, tak hanya untuk warga Republik Indonesia semata namun juga warga masyarakat di berbagai belahan dunia lain yang dilanda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
berbagai persoalan kemanusiaan baik karena kemiskinan, bencana alam maupun konflik kemanusiaan. Oleh karena itu cakupan wilayah aksi GHR adalah dunia. Global
Humanity
Response
dalam
aksinya
senantiasa
bekerjasama dengan berbagai elemen lintas negara baik pemerintahan di masing-masing negara tempat aksi, representatif pemerintah Indonesia, berbagai lembaga kemanusiaan dunia serta masyarakat Indonesia juga mancanegara. e) Social Development Program Social
Development
Program
merupakan
program
pembangunan masyarakat berbasis aktivitas sosial yang dilaksanakan secara partisipatif bersama masyarakat. Program ini dilakukan dengan pendekatan commnunity development, di mana masyarakat penerima manfaat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas program. Masyarakat merupakan subjek perubahan yang menentukan suksesnya program social development ini dalam jangka panjang.5 f) Winter Aid Program
ini
merupakan
program
penyaluran
bantuan
kemanusiaan bagi warga sipil yang berada di daerah konflik yang akan menghadapi musim dingin. g) Let’s Help Syiria
5
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Program
ini
merupakan
program
penyaluran
bantuan
kemanusiaan bagi warga Syiria yang sedang menghadapi konflik peperangan.
h) Pendidikan Tepian Negeri Program untuk mewujudkan sekolah layak untuk anak-anak tepian negeri Indonesia. i) Let’s Help Rohingya Program
ini
merupakan
program
penyaluran
bantuan
kemanusiaan bagi warga Rohingya yang sedang menghadapi konflik di negeri mereka sendiri untuk membangun salah satu pengungsian yang dibangun untuk warga Rohingya di Blang Adoe, Aceh Utara. j) Qurban Progresif Qurban Progresif dari Global Qurban ACT merupakan sebuah gerakan
sosial
memaksimalkan
partisipasi,
mentransformasi
kewirausahaan, sekaligus memberdayakan masyarakat peternak secara terpadu dalam upaya peningkatan taraf hidup mereka dan menawarkan solusi bagi para pequrban untuk dapat membeli hewan qurban dengan biaya lebih murah dan mudah. k) Wakaf Ritel Sodaqo Minimarket yang mengusung tagline "Belanja Kita, Sedekah Kita" ini memberikan nuansa baru dalam perhelatan bisnis ritel di Indonesia. Secara terbuka pada pelanggan dan investor kemitraan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Sodaqo menjelaskan bahwa 30% dari profit akan disedekahkan bagi mereka yang membutuhkan. Nilai sedekah masing-masing pembeli pun tercantum dalam struk pembelanjaan. Sodaqo juga menjadi salah satu perwujudan wakaf produktif dari Global Wakaf ACT. Kedepannya, Insya Allah akan banyak gerai ritel Sodaqo yang dibangun dan beroperasi dari dana wakaf kolektif. Dana wakaf yang dioptimalisasi melalui pengelolaan bisnis, Insya Allah lebih produktif, berkelanjutan, serta memberi manfaat berlipat bagi umat. l) Food for Somalia Food for Somalian merupakan program penyaluran donasi kemanusiaan yang di salurkan ACT dari masyarakat di Indonesia sebagai bntuk kepedulian terhadap konflik yang berlarut sejak tahun 70an, penyakit mematikan yang mendera, kekeringan ekstrim, hingga ekonomi yang tak berkembang bergumul kekalutan dan kemiskinan di Somalia. m)Bersatu Hadapi Bencana Program ini merupakan program peduli bencana yang melanda di Indonesia dengan menyalurkan bantuan kepada wilayah yang terkena bencana alam di berbagai penjuru di Indonesia.6
4.2.
Hasil Penelitian
6
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Dari hasil wawancara dengan Bapak Iqbal Setyarso selaku Direktur Komunikasi dan Bapak Yhogi S. Gunawan selaku Manager HRD di Yayasan ACT dapat diketahui bahwan komunikasi di lingkungan ACT memiliki peranan yang sangat penting dan telah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam menyelesaikan pekerjaan. Proses komunikasi yang terjadi dalam aktivitas keseharian di lingkungan ACT yang dipaparkan oleh Bapak Iqbal Setyarso, Bapak Yhogi S. Gunawan dan saudari Merul Alia secara bergantian akan peneliti tuangkan dalam bab ini, antara lain : 4.2.1. Komunikasi Atasan Kepada Bawahan Komunikasi yang terjadi di lingkungan ACT antara atasan kepada bawahan, dikemukakan oleh Bapak Iqbal Setyarso terjaling dengan sangat baik dengan komunikasi yang berimbang antara komunikasi formal dan informal. Komunikasi yang baik membawa dampak yang baik pula bagi berjalannya peran dan fungsi seluruh bawahan, di seluruh lini di ACT. Dalam situasi tertentu yang membutuhkan bimbingan, atasan akan memberikan pembinaan personal, pembinaan kolektif berupa briefing yang dilakukan kurang lebih satu jam maupun pembinaan kolektif terkait dengan pembangunan kapasitas sesuai departement yang dipimpin, dan meeting manajemen direktorat. Seperti hal yang telah disebutkan diatas, komunikasi kebawah dalam Yayasan ACT juga demikian, dalam praktiknya komunikasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
dilakukan oleh atasan kepada bawahan itu tidak hanya berupa intruksi pekerjaan atau tugas. Seperti yang disampaikan oleh bapak Iqbal Setyarso7, sebagai berikut : “Pertama, seputar pekerjaan. Komunikasi memuat upaya mengoptimalkan keseharian karyawan dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi)nya. Kedua, pembinaan mental-spiritual karyawan, mengingat sebagian kekuatan tim disumbang oleh kekuatan mental-spiritual tim (bawahan). Ketiga, motivasi. Menguatkan bawahan (meski saya tidak menempatkan sumber daya dalam direktorat saya dengan logiaka “atasan” dan “bawahan”) terhadap visi direktorat maupun visi lembaga. Keempat, meletakkan dasar-dasar perencanaan karir, bagaimana prestasi dan penguasaan keahlian profesional, keahlian manajerial dan leadership tim terus diasah dan terproyeksi karirnya. Di posisi ini atasan menjadi pelatih bagi timnya. Kelima, dala situasi tertentu, juga diperbincangkan empati, simpati dan kehangatan atas kondisi tim, menanyakan keluarganya, mendoakan dan memberi nasihat seperlunya.” Komunikasi ke bawah dalam organisasi berarti bahwa aliran informasi mengalir dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi ke jabatan yang memiliki otoritas lebih rendah.8 Sedangkan komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.9 Rapat-rapat manajemen yang ada di dalam organisasi ACT menunjukkan bahwa arus informasi mengalir dari atasan kepada bawahan secara horizontal dan berbalik kembali dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan tatap muka maupun dengan menggunakan media. Komunikasi kebawah memiliki tujuan memberikan informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan 7
Wawancara pribadi dengan Direktur Komunikasi ACT, Iqbal Setyarso. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 8 Abdullah Masmuh, op.cit., hal 64 9 Ibid. hal 67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
dan kebijakan-kebijakan yang ada. Seperti yang disampaikan oleh salah satu relawan dari ACT, Saudari Merul Alia10 dalam wawancara yang kami lakukan, sebagai berikut : “Komunikasi dari Ketua tim di posko komando seputar pengarahan tugas lapangan, apa saja yang harus dikerjakan. Saat mau berangkat dari markas di Jakarta atau Ciputat ada briefing, atau kalau nggak sempet briefing di markas kita akan briefing di lapangan.” Pesan komunikasi yang ada di lingkungan ACT pada umumnya seputar pekerjaan dan personal. Komunikasi yang disampaikan antara atasan kepada bawahan biasanya berupa koordinasi terkait penyelesaian tugas maupun arahan dari pimpinan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Iqbal Setyarso11, berikut : “Pertama, seputar pekerjaan. Komunikasi memuat upaya mengoptimalkan keseharian karyawan dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi)nya. Kedua, pembinaan mental-spiritual karyawan, mengingat sebagian kekuatan tim disumbang oleh kekuatan mental-spiritual tim (bawahan). Ketiga, motivasi. Menguatkan bawahan (meski saya tidak menempatkan sumber daya dalam direktorat saya dengan logiaka “atasan” dan “bawahan”) terhadap visi direktorat maupun visi lembaga. Keempat, meletakkan dasar-dasar perencanaan karir, bagaimana prestasi dan penguasaan keahlian profesional, keahlian manajerial dan leadership tim terus diasah dan terproyeksi karirnya. Di posisi ini atasan menjadi pelatih bagi timnya. Kelima, dala situasi tertentu, juga diperbincangkan empati, simpati dan kehangatan atas kondisi tim, menanyakan keluarganya, mendoakan dan memberi nasihat seperlunya.” Pesan personal mengenai pernikahan salah satu karyawan, hari ulang tahun maupun berita duka juga disampaikan oleh HRD kepada
10
Wawancara pribadi dengan Relawan ACT, Merul Alia. Jakarta, 02 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 11 Wawancara pribadi dengan Direktur Departemen Komunikasi ACT, Iqbal Setyarso. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
seluruh karyawan. Sepeti yang dikatakan oleh Bapak Yhogi S. Gunawan12, sebagai berikut : “Secara regular HRD, mengumumkan informasi karyawan yang menikah, melahirkan atau berulangtahun. Setiap informasi personal ini disampaikan, seluruh karyawan akan merespon dengan tulus. Sadar lembaga ini mengelola isu kemanusiaan, setiap karyawan pantang tidak berkepedulian, termasuk peduli dengan sesama karyawan.” 4.2.2. Komunikasi Bawahan Kepada Atasan Sebagaimana komunikasi antara atasan kepada bawahan, dalam suatu organisasi juga memiliki komunikasi kepada bawahan kepada atasan. Komunikasi ini biasanya terkait dengan pelaporan tugas, konsultasi maupun usulan dan ide. Seperti yang sampaikan oleh Saudari Merul Alia13, berikut : “Karena SOP-nya sudah berjalan dengan baik jadi menurut saya sudah baik. Sebagai contoh, dari posko lapangan minta logistik, kita melihat kebutuhan pengungsi apa, jadi kita tinggal lapor ke posko logistik. Cukup baiklah koordinasi dari lapangan ke posko. Yah karena ini sudah SOP kami, ya Alhamdulillah bagus, karena sudah sesuai yang kita minta, kadang-kadang kita hanya laporan surat penerimaan barang. Misal, beras habis, jadi kita minta aja, dan itu langsung di respon oleh yang disana. Responnya sangat cepat, karena pengungsi adalah manusia jadi harus penanganan yang tepat.” Komunikasi bawahan kepada atasan berlangsung dengan intensif yang dilakukan dengan komunikasi verbal dan secara tatap muka. Komunikasi kepada atasan tidak selalu bersifat formal atau forum resmi,
12
Wawancara pribadi dengan Manager HRD ACT, Yhogi S. Gunawan. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 13 Wawancara pribadi dengan Relawan ACT, Merul Alia. Jakarta, 02 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
terkadang bawahan dan atasan hanya berdiskusi ringan dalam pertemuan rileks di dalam ataupun di luar kantor. Fungsi utama komunikasi antara bawahan kepada atasan adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi dapat berupa laporan kerja, saran-saran, pendapat atau opini, keluhan, atau permohonan bantuan. Seperti yang di sampaikan pak Yhogi S. Gunawan berupa
14
yang biasanya disampaikan bawahan kepada atasannya
koordinasi
terkait
penyelesaian
tugas,
konseling
serta
mengemukakan usulan, ide ataupun stategi perbaikan sistem, sebagai berikut : “Pertama, perkembangan penting dan strategis instansi yang saya kelola. Kedua, pada kesempatan lain, mengeksplorasi masukan selayaknya binaan terhadap mentornya. Ketiga, seseklai tentang hal-hal personal, selayaknya saudara dan sahabat. Saling membuka diri tentang hal-hal yang bisa menguatkan satu sama lain di luar urusan dinas.” Pesan komunikasi yang biasanya di bicarakan antara bawahan kepada
atasanya
seperti
konseling
ataupun
meminta
pendapat,
mengemukakan usulan, pemberian laporan kinerja maupun laporan pekerjaan, ide ataupun stategi perbaikan sistem. Penggunaan media tentu saja menjadi salah satu bagian dalam berkomunikasi. Seperti halnya penggunaan e-mail, diskusi atau rapat, adanya group BBM maupun WhatsApps yang digunakan oleh seluruh 14
Wawancara pribadi dengan Manager HRD ACT, Yhogi S. Gunawan. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
karyawan di Yayasan ACT. Media lain yang sering digunakan adalah telepon dan menulis kritik dan saran untuk yayasan. 4.2.3. Komunikasi Antara Sesama Karyawan Komunikasi yang berjalan efektif dan budaya komunikasi di semua level organisasi ACT, membuat setiap karyawan sadar peran dan fungsi masing-masing (peran formal). Seperti yang disampaikan oleh Saudari Merul Alia15, berikut : “Komunikasi kita terbatas ya, karena kan kalau di lapangan kita ga sempet untuk ngobrol atau tanya-tanya selain dari tugas, jadi paling kita sekedar kenalan saja untuk memudahkan saat bertugas. Tapi untuk tugas dilapangan, kita dapat berkoordinasi dengan baik antar sesama, sehingga tugas lebih ringan karena koordinasi dan kerjasama yang baik.” Sikap
keteladanan
yang
ditunjukkan
para
leaders,
juga
mendorong setiap karyawan berperilaku baik. Hormat-menghormati, saling menghargai, saling mendukung dalam urusan formal organisasi, diikuti dengan kepedulian antar karyawan. Dikatakan oleh Bapak Iqbal Setyarso16, bahwa : “Imbas dari pola komunikasi intensif, budaya komunikasi di semua level organisasi ACT, membuat setiap karyawan sadar peran dan fungsi masing-masing (peran formal). Sikap keteladanan yang ditunjukkan para leaders, juga mendorong setiap karyawan berperilaku baik. Hormatmenghormati, saling menghargai, saling mendukung dalam urusan formal organisasi, diikuti dengan kepedulian antar karyawan. Hubungan karyawan satu sama lain relatif baik.”
15
Wawancara pribadi dengan Relawan ACT, Merul Alia. Jakarta, 02 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 16 Wawancara pribadi dengan Direktur Departemen Komunikasi ACT, Iqbal Setyarso. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Hubungan karyawan satu sama lain relatif baik. Saperti yang dikemukakan oleh Bapak Yhogi S. Gunawan17, “Komunikasi kami berjalan dengan baik. Suasana kekeluargaan, saling support dan memberi masukan satu sama lain.” Komunikasi terhadap sesama karyawan yang memiliki status jabatan yang sama bersifat terbuka dan kekeluargaan. Semua karyawan dapat berkomunikasi secara bebas dalam penyelesaian tugas, memberikan motivasi dan masukan satu sama lain. Pesan komunikasi yang disampaikan dalam lingkungan sesama karyawan biasanya bersifat personal sehari-hari yang terjadi di ACT, pemberian motivasi dan pemberian masukan dari sesama karyawan. Sebagaimana dijelaskan oleh bapak Iqbal Setyarso 18, “Apa saja. Dari hal-hal ringan dan menghibur, hingga eksplorasi situasi kondisi yang berkaitan dengan visi-misi lembaga, isu-isu moral. Apresiasi atas capaian personal maupun tim.” 4.2.4. Komunikasi Keluar Menyadari
pentingnya
komunikasi,
ACT
membantuk
satu
departemen komunikasi tersendiri yang berfungsi untuk malakukan komunikasi keluar ACT yang saling bersinergi dengan departemen
17
Wawancara pribadi dengan Manager HRD ACT, Yhogi S. Gunawan. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 18 Wawancara pribadi dengan Direktur Departemen Komunikasi ACT, Iqbal Setyarso. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Partnership. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Iqbal Setyarso19, sebagai berikut : “Mengenai komunikasi eksternal, ACT memiliki Departemen Partnership dan Departemen Communications, yang secara garis besar merancang bagaimana ACT berkomunikasi keluar, seperti merancang substansi kreasi mengarahkan gagasan kreatif yang akan dieksekusi direktorat lainnya di dalam Departemen tersebut; produk-produk komunikasi; memproduksi piranti komunikasi (communicatons tools) berupa: cetakan (majalah, flyer, poster, spanduk, tabloid, buku, dan lain-lain), events (baik untuk awareness maupun public fundrising), out door campaign (spanduk publik, flyering/sebar brosur); menangani media relations (placement iklan berbayar maupun barter di media cetak, elektronik maupun media on line); memproduksi audio visual (campaign video), on line media, media sosial, visual design of email blasting, internet tv; merancang kerjasama nasional maupun internasional untuk awareness, kemitraan operasional maupun fundraising, diplomasi kemanusiaan dalam rangka advokasi dan mendorong kepedulian global untuk kemanusiaan. Selain itu, di level pimpinan lembaga, komunikasi keluar juga dikelola oleh Corporate Secretary yang mengelola agenda-agenda internal lintas departemen, maupun agenda eksternal.” Komunikasi ke luar organisasi ACT dilakukan khusus oleh Departemen Komunikasi, sehingga hanya ada satu pintu untuk berkomunikasi dengan pihak luar dan tidak terjadi ketimpangan dalam pembagian tugas di dalam organisasi. Setiap departemen memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing bagi berjalannya Yayasan ACT. 4.2.5. Hambatan Komunikasi Dalam lingkungan yayasan ACT nyaris tidak ada hambatan yang berarti maupun konflik yang dilalui oleh para anggotanya. Dengan komunikasi yang berjalan dengan baik dan efektif membuat semuanya hampir berjalan dengan sangat baik dan terhindar dari konflik antar 19
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
karyawan. Hambatan yang ada di lingkungan aktivitas ACT hanyalah perbedaan pembahaman dan keterbatasan waktu kerja. Apabila ada hambatan atau konflik, para anggota ACT akan untuk memecahkan permasalahan yang ada bersama-sama, salah satunya dengan berusaha untuk menyampaikan pesan dengan jelas, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan memberikan penjelasan dan pemahaman yang dapat di terima dengan baik oleh anggota atau lawan bicara. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Yhogi S. Gunawan20, “Jika ada konflik dikomunikasikan secara baik dengan pihak-pihak yang terkait sehingga terselesaikan masalahnya.” Selain dari penyelesaian konflik atau hambatan yang disampaikan oleh Bapak Yhogi, ACT pun mempunyai beberapa solusi lain untuk mencari solusi dan jalan keluar dari sebuah konflik, seperti yang di sampaikan oleh Bapak Iqbal Setyarso21 dalam sesi wawancara berikut : “Penanggulangan konflik, berjenjang. Jika terjadi di pimpinan, mekanisme dialog dan mediasi antar pimpinan, menjadi cara mengembalikan konflik menuju harmoni. Konflik di tengah kedewasaan mental dan kedewasaan organisasi, meningkatkan pemahaman antar pimpinan dan seluruh sumber daya manusia yang terlibat didalamnya, makin faham kapasitas, kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Jika konflik terjadi di luar para pimpinan dan memerlukan pengambilan keputusan, Human Network Departement melakukan eksplorasi akar konflik, dan akhirnya harus ada pengambilan keputusan. Penyelesaian dengan musyawarah dan saling pengertian lebih dikedepankan sebelum penyelesaian administratif dan legal.” 20
Wawancara pribadi dengan Manager HRD ACT, Yhogi S. Gunawan. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 21 Wawancara pribadi dengan Direktur Departemen Komunikasi ACT, Iqbal Setyarso. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
4.2.6. Iklim Komunikasi Organisasi adalah suatu wadah yang didalamnya terdapat orangorang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang memiliki struktur dan tanggungjawab, dan tujuan tersebut akan dicapai dengan saling berhubungannya satu bagian dengan bagian lainnya. Dengan komunikasi yang berlangsung akan terbentuk iklim komunikasi dan dari iklim komunikasi tersebut maka dapat dirasakan iklim dalam organisasi. Iklim komunikasi adalah gabungan-gabungan dari beberapa persepsi yang ada mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia yang ada didalamnya, respon antar pegawai, harapan-harapan para pegawai, dan konflik-konflik yang terjadi antarpersonal. Iklim komunikasi di Yayasan ACT termasuk iklim yang baik karena para anggota berkomunikasi secara terbuka dan tidak menunda untuk berkomunikasi jika mengalami masalah. Selain itu, menurut penuturan bapak Iqbal Setyarso22, dalam Yayasan ACT komunikasi antara pimpinan dengan para staff terjalin dengan baik, jika ada masalah langsung ditindaklanjuti sehingga tidak ada masalah yang terlalu berlarutlarut dan segera diselesaikan, sebagai berikut : “Penanggulangan konflik, berjenjang. Jika terjadi di pimpinan, mekanisme dialog dan mediasi antar pimpinan, menjadi cara mengembalikan konflik menuju harmoni. Konflik di tengah kedewasaan mental dan kedewasaan organisasi, meningkatkan pemahaman antar pimpinan dan seluruh sumber daya manusia yang terlibat didalamnya, makin faham kapasitas, 22
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Jika konflik terjadi di luar para pimpinan dan memerlukan pengambilan keputusan, Human Network Departement melakukan eksplorasi akar konflik, dan akhirnya harus ada pengambilan keputusan. Penyelesaian dengan musyawarah dan saling pengertian lebih dikedepankan sebelum penyelesaian administratif dan legal.” Iklim organisasi yang positif dapat membuat para anggota merasa nyaman sehingga mereka mampu menjalin kekerabatan yang lebih dalam. Iklim organisasi yang positif tidak menjadikan perbedaan yang terjadi sebagai penghambat karena organisasi akan mampu mengatasi perbedaan dengan bijak. Dengan memberikan perhatian kepada sesama anggota akan menghilangkan sekat-sekat yang ada dalam berkomunikasi sehingga memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dengan waktu yang relatif cepat. Sedangkan iklim negatif akan membuat para anggota tidak dapat berkomunikasi secara terbuka, bahkan membuat para anggota merasa sungkan untuk berkomunikasi, hal inilah yang membuat tujuan sulit dicapai atau bahkan tujuan yang ada tidak tercapai. Iklim positif dipancarkan dalam Yayasan ACT karena terlihat dari komunikasi anggotanya yang berlangsung secara rileks dan tidak dengan tekanan. Selain itu, terlihat pula antara anggota satu dengan anggota lainnya terjalin persaudaraan yang harmonis. Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi, ada lima dimensi penting yng harus kita ketahui, yakni :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
1. Supportivennes,
atau
bawahan
mengamati
bahwa
hubungan
komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan menjaga perasaan diri berharga dan penting 2. Partisipasi membuat keputusan 3. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia 4. Keterbukaan dan keterusterangan 5. Tujuan kinerja yang tinggi pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.23 Dengan memahami lima kriteria diatas akan dapat diketahui iklim komunikasi seperti apa yang dirasakan dalam organisasi. Apakah bawahan setelah
berkomunikasi
dengan
atasan
memiliki
perasaan
untuk
membangun diri menjadi lebih baik lagi. Dan apakah dalam pengambilan keputusan semua anggota dilibatkan, adanya keterbukaan
ketika
berkomunikasi dan meiliki tujuan kinerja yang tinggi.
4.3.
Pembahasan 4.3.1. Pola Komunikasi Organisasi Bintang Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, komunikasi yang dilakukan ACT sangat terbuka, dimana setiap anggota dapat berkomunikasi dengan yang lainnya secara langsung maupun tidak langsung. Setiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota dari departemen lain tanpa adanya
23
Arni Muhammad, Op.cit., hal 85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
batasan. Hal ini dikarenakan setiap anggota ACT sudah mengetahui tanggung jawab dan peranan masing-masing di dalam struktur organisasi. Komunikasi ke atas dan ke bawah di ACT dilakukan dengan rapat berjenjang, dari mulai rapat manajemen, rapat direktorat, maupun rapat lainnya. Seperti yang disampaikan oleh bapak Iqbal Setyarso, “Imbas dari pola komunikasi intensif, budaya komunikasi di semua level organisasi ACT, membuat setiap karyawan sadar peran dan fungsi masing-masing (peran formal). Sikap keteladanan yang ditunjukkan para leaders, juga mendorong setiap karyawan berperilaku baik. Hormat-menghormati, saling menghargai, saling mendukung dalam urusan formal organisasi, diikuti dengan kepedulian antar karyawan. Hubungan karyawan satu sama lain relatif baik.”24 Komunikasi yang dilakukan di ACT jika dilihat dari beberapa pola komunikasi yang ada, merujuk pada teori pola komunikasi Joseph A. DeVito, dari lima pola komunikasi yang ada, ACT termasuk menggunakan pola komunikasi bintang, yakni pola yang hampir sama dengan pola lingkaran. Kesamaannya dengan pola lingkaran adalah semua anggota memiliki kekuatan yang sama dalam hal mempengaruhi anggota lainnya, akan tetapi, dalam struktur pola bintang setiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya tanpa batas, dan pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.25 Pola komunikasi di ACT setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan 24
Wawancara pribadi dengan Direktur Departemen Komunikasi ACT, Iqbal Setyarso. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta. 25 Abdullah Masmuh, op.cit., hal 58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
anggota dari departemen lainnya seperti pada pola bintang, tidak terbatas pada dua anggota dikiri dan kanannya seperti pola lingkaran. Pola bintang memiliki ciri tersendiri, yaitu komunikasi yang terjadi berjalan dua arah dan seluruh pihak yang ada terlibat.26 Dari pengamatan peneliti, komunikasi dua arah terjadi dalam aktivitas keseharian dalam ruang kerja ACT. Orang yang menerima pesan (komunikan) dapat memahami pesan yang dikirimkan orang yang memberi pesan (komunikator) kepadanya dan memberikan timbal balik (feedback) atas apa yang dia terima. Hal ini memberi kesimpulan bagi peneliti, komunikasi yang tersusun dengan baik dan pesan yang disampaikan dapat diterima pula secara efisien dan objektif; tidak terjadinya kesalah pahaman saat menerima ataupun menyampaikan pesan; dan penggunaan istilah yang mempunyai pengertian yang sama bagi komunikan maupun komunikator, menandakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam lingkungan ACT berjalan secara efektif dan sukses. Peneliti dapat mengatakan bahwa komunikasi di ACT berjaln secara efektif karena sudah memenuhi ciri-ciri komunikasi yang efektif yang ada. Ciri-ciri komunikasi yang efektif27 itu sendiri terdiri drai 6 aspek, diantaranya : 1. Penggunaan istilah yang diartikan “sama” antara pengirim dan penerima pesan merupakan aturan dasar untuk mencapai komunikasi 26 27
H. A. W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000 hal 100 Wedan, (2016, November). Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran, Tujuan dan Ciri-cirinya. Silabus.org [online]. Diakses pada tanggal 22 Maret 2017 dari http://silabus.org/komunikasiefektif-dalam-pembelajaran-2/.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
yang efektif. Kata–kata yang samar artinya (mempunyai lebih dari satu makna) dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian.
2. Pesan yang di pertukarkan harus spesifik. Maksudnya, pesan yang disampaikan harus jelas, sehingga si penerima pesan dapat menerima dan mengulangi dengan benar. 3. Tersusun baik. Pesan harus berkembang secara logis dan tidak boleh terpotong-potong. 4. Objektif, akurat, dan aktual. Pengirim informasi harus berusaha menyampaikan pesan seobjektif mungkin.
5. Efisien. Pesan di sampaikan seringkas dan seoriginal mungkin serta harus berusaha untuk menghilangkan kata yang tidak relavan.
6. Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang di kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh
atau
meraih.
Karena
sesungguhnya
komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Para karyawan di Yayasan ACT selalu berusaha agar komunikasi yang dilakukannya berjalan dua arah karena dengan demikian penerima pesan dapat dengan mudah mencerna pesan yang diterimanya. Seperti halnya dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan, karyawan bisa saja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
bertanya kepada sesamanya atau kepada pimpinannya mengenai hal yang terkait dengan pekerjaan atau tugas tersebut.28 Setiap anggota berkomunikasi mengenai koordinasi, penyelesaian tugas, motivasi maupun yang lainnya. Komunikasi yang terjalin sangat lancar, semua lini bisa membicarakan apa saja seperti; ide, saran dan masukannya, jika tidak menghadap langsung maka bisa menggunakan media seperti email, telpon ataupun aplikasi messanger seperti BBM, Whatsapps atau SMS. Komunikasi seperti ini dapat dikatakan efektif karena proses panyampaian pesan berjalan dua arah antara komunikator dengan komunikan. Selain itu, komunikasi semacam ini juga memudahkan komunikator dan komunikan karena pesan yang disampaikan tidak perlu melewati orang lain yang memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi. Komunikasi yang efektif dan terbuka memudahkan pencapaian kinerja yang maksimal. Dari hasil pengamatan peneliti, suasana lingkungan kerja yang ada di ACT memberikan kenyamanan bagi para anggotanya. Hal ini dapat terlihat dari bagimana mereka bersikap satu sama lain, seperti memberikan anggukkan dan senyuman kepada orang yang ditemui, bertanya kepada tamu yang datang ke kantor ACT, dan keleluasaan saat berkomunikasi antar karyawan; tentu dengan menggunakan bahasa yang sopan, jelas dan 28
Wawancara pribadi dengan Manager HRD ACT, Yhogi S. Gunawan. Jakarta, 06 Maret 2017. Di kantor pusat ACT Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
mudah dimengerti. Suasana kekeluargaan, saling menghormati dan mengayomi juga dirasa peneliti, sehingga hal ini dapat memunculkan rasa memiliki satu sama lain terhadap organisasi dan secara tidak langsung memberikan efek positif dan pengoptimalan secara penuh bagi kinerja para anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Sandjaja, yang dikutip oleh Burhan Bungin dalam bukunya, Sosiologi Komunikasi, mengatakan bahwa dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi untuk menarik keuntungan maupun yang tidak menarik keuntungan, memiliki empat fungsi organisasi, diantaranya adalah fungsi informatif, fungsi regulatif, fungsi persuasif, dan terakhir fungsi integratif.29 Sedangkan Stephen P. Robbins memiliki pendapat bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi yakni mencakup fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi, dan informasi.30 Dari hasil pengamatan peneliti, dirujuk pada dua pernyataan diatas tentang fungsi komunikasi dalam organisasi, maka pola komunikasi organisasi Yayasan ACT yang berbentuk bintang memiliki fungsi organisasi sebagai berikut : 1. Fungsi
Integratif. ACT berusaha menyediakan saluran
yang
memungkinkan anggotanya untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dalam fungsi integratif terdapat dua komunikasi formal seperti
29
Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008 hal 274276 30 Stephen P. Robbins, op.cit., hal 146
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
penerbitan khusus dalam organisasi dan laporan kemajuan organisasi, juga saluran komunikasi informal. Dalam hal ini, komunikasi formal juga komunikasi informal terjadi di dalam lingkungan ACT, sehingga dalam pelaksanaannya, aktivitas ini menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. 2. Motivasi. Dalam lingkungan ACT dapat saling memberikan motivasi baik dari atasan kepada bawahannya maupun antar sesama karyawan. komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang dibawah standar. Seperti yang dilakukan para anggota ACT yang saling memberikan masukan, motivasi dan saling memberikan penjelasan tentang pekerjaan. 4.3.2. Pola Komunikasi Organisasi Rantai Untuk komunikasi yang bersifat arahan, pengumuman, informasi kekaryawanan disampaikan oleh Human Resources Departement (HRD) dan disitribusikan melalui email blast kepada seluruh karyawan, seperti urusan absensi, rekruitment lintas bagian, pengumuman pembinaan (in house training), hingga ucapan selamat untuk karyawan yang menikah, melahirkan dan berulangtahun, serta kabar dukacita diinformasikan di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
dalam group email ini.31 Dari sini kita dapat melihat bahwa informasi yang di sampaikan melalui group email tersebut pada mulanya berkumpul di satu titik yakni berada di HRD yang kemudian pesan atau informasi tersebut di sosialisasikan atau di kirimkan kepada seluruh karyawan. Komunikasi semacam ini sama dengan pola komunikasi rantai. Pola rantai sama dengan pola lingkaran yag setiap anggotanya dapat berkomunikasi hanya dengan dua anggota disisi mereka, yakni dari sisi departement satu dengan departemen lainnya. Namun dalam pola ini anggota yang paling ujuang hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada orang-orang yang berada di posisi lain.32 Dalam hal ini anggota dapat merespons email tersebut secara bebas namun disini terlihat bahwa informasi tersebut berkumpul di satu titik yang sama yakni HRD yang berperan sebagai pemimpin dalam lingkup penyampaian pesan dari berbagai lini yang ada di ACT kepada lini lainnya maupun penyampaian pesan personal (individu) anggota keapada seluruh anggota yang ada di ACT. Fungsi komunikasi dalam pola rantai di lingkungan Yayasan ACT, berdasarkan hasil observasi peneliti, dan dilihat antara pernyataan Stephen P. Robbins maupun Sandjaja tentang fungsi komunikasi dalam organisasi, maka peneliti melihat bahwa fungsi komunikasi dalam pola ini 31 32
Ibid. Abdullah Masmuh, op.cit., hal 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
mengandung fungsi informasi menuurt Stephen P. Robbins. Komunikasi berfungsi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk membuat keputusan dengna menyertakan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan. Fungsi informasi ini sesuai dengan pola rantai yang ada di ACT, yakni ACT memberikan informasi kepada seluruh karyawan yang disampaikan oleh HRD dalam bentuk pengumuman, informasi pekerjaan maupun informasi kekaryawanan yang disitribusikan melalui email blast.
http://digilib.mercubuana.ac.id/