18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Banggai Kabupaten Banggai terletak antara 122 derajat 23 detik – 124 derajat 20 detik Bujur Timur dan 0 derajat 30 detik – 2 derajat 20 detik. Lintang Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku Kepulauan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai
Sebelah Barat berbatasam dengan Kabupaten Tojo Una-Una dan
Morowali. Sedangkan luas wilayah Kabupaten Banggai adalah 9.672,70 Km2 dan secara administrasi pemerintahan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2008 Kabupaten Banggai dibagi kedalam 13 Kecamatan 23 Kelurahan dan 271 desa dan 2 UPT (unit pemukiman transmigrasi). Berikutnya, ditahun 2009 telah berlangsung pemekaran diberbagai tingkat pemerintahan, terutama di kecamatan, desa dan kelurahan sehingga menjadi 18 Kecamatan, 46 Kelurahan dan 291 desa dan 2 UPT. Daratan Kabupaten Banggai mempunyai 8 gunung, yang tertinggi gunung Bulutumpu (2.401 meter) di Kecamatan Pagimana, serta dialiri 9 sungai, yang terpanjang sungai Minahaki, panjang 382,50 Km. Luas daerah yang dialiri sungai mencapai 1.275,5 Km.
19
Letak geografis Kabupaten Banggai merupakan wilayah yang mempunyau intensitas kegempaan yang sangat tinggi, akibat interaksi Lempeng Samudra Pasifik. Hal ini menyebabkan wilayah Kabupaten Banggai sering dilanda gempa. Gempa besar berkekuatan 6.0 skala richter terakhir terjadi pada tanggal 2 Juni tahun 1999 dan 12 Agustus 1999 dengan kedalaman pusat gempa 158 Km dan 33 Km. Topografi Kabupaten Banggai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Kemiringan 0 – 2 % sekitar 12,52 % dari luas wilayah. Kondisi tanah seperti ini sangat potensial dimanfaatkan untuk kegiatan usaha pemukiman. 2 Kemiringan 2 – 15 % sekitar 13,47 % dari luas wilayah. Potensi dimanfaatkan untuk berbagai jenis usaha, namun diperlukan usaha konservasi tanah dan air. 3 Kemiringan 15 – 40 % sekitar 37,26 % dari luas wilayah. Penggunaan tanah kemiringan ini cukup rawan dan tidak layak untuk budidaya tanaman kondisi pertanian sebaliknya yang dipilih sekaligus berfungsi sebagai konservasi. 4 Kemiringan di atas 40 % sekitar 36,75 % dari luas wilayah. Sangat potensial terkena erosi, hanya layak dimanfaatkan untuk kawasan hutan lindung. Kabupaten Banggai merupakan salah satu daerah kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah, dan terletak antara 122’23’’ 124020’
Bujur
Timur
dan
0030’
Selatan.adapun batas wilayah sebagai berikut : Utara : Teluk Tomini Timur : Laut Maluku Selatan : Kabupaten Banggai Kepulauan
-
2020’
Lintang
20
Barat : Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali Wilayah Kabupaten Banggai 9.672,70 Km2, secara administrasi tahun 2008 dibagi dalam 13 kecamatan dengan 23kelurahan, 233 desa dan sebuah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).Jarak antara Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Luwuk - Palu = 610 Km Luwuk - Parigi = 535 Km Luwuk - Poso = 388 Km Luwuk - Ampana = 248 Km Luwuk - Banggai = 100 Km / 66 Mil Laut Luwuk - Bungku = 161 Km / 106 Mil Laut Nama Kecamatan Dan Ibukota Kecamatan Luwuk Ibukota : Luwuk Kecamatan KIntom Ibukota : KIntom Kecamatan Batui Ibukota : Batui Kecamatan Toili Ibukota : Cendana Pura Kecamatan Toili Barat Ibukota : Sindang Sari Kecamatan Luwuk Timur Ibukota : Honduhon Kecamatan Masama Ibukota : Tangeban Kecamatan Lamala Ibukota : Bonebakal Kecamatan Balantak Ibukota : Balantak Kecamatan Bualemo Ibukota : Bualemo
21
Kecamatan Pagimana Ibukota : Pagimana Kecamatan Bunta Ibukota : Bunta Kecamatan Nuhon Ibukota : Tomeang Tahun 2008 wilayahnya terbagi dalam 13 kecamatan dengan 32 kelurahan, 271 desa, dan 2 UPTDilihat dari sisi klasifikasi desa, maka desa-desa di Kabupaten Banggai terdiri dari 26 desa/kelurahan swadaya, 105desa/kelurahan swakarya dan 174
desa/kelurahan
swasembada
yang
seluruhnya
berjumlah
305
desa/kelurahan.Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 311.684 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, yaitu dari2,62 persen per tahun periode 1980-1990 menjadi 1,93 persen per tahun selama periode 1990-2000. Kepadatan penduduk di Kabupaten Banggai yaitu 32 penduduk per km2 di tahun 2008. Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia. Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22′ Celsius
22
4.1.2 Gambaran Sejarah Singkat Kabupaten Banggai Tepatnya pada tanggal 3 November 1999 Gubernur Sulawesi Tengah (Brigjen Purn. H.B. Palidju) atas nama Menteri Dalam Negeri meresmikan berdirinya Kabupaten Banggai Kepulauan yang sebelumnya masih bernaung bergabung dalam Kabupaten Banggai. Kabupaten Banggai Kepulauan menjadi satu kabupaten otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kpabupaten Banggai Kepulauan. Secara historis wilayah Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan mulanya adalah bagian dari Kerajaan Banggai yang sudah dikenal sejak abad 13 Masehi sebagaimana termuat dalam buku Negara Kertagama yang ditulis oleh Pujangga Besar Empu Prapanca pada tahun Saka 1478 atau 1365 Masehi. Kerajaan Banggai, awalnya hanya meliputi wilayah Banggai Kepulauan, namun kemudian oleh Adi Cokro yang bergelar Mumbu Doi Jawa disatukan dengan Wilayah Banggai Darat. Adik Cokro yang merupakan panglima perang dari Kerajaan Ternate yang menikah dengan seorang Putri Portugis kemudian melahirkan putra bernama Mandapar. Mandapar inilah yang dikenal sebagai Raja Banggai Pertama yang dilantik pada tahun 1600 oleh Sultan Said Berkad Syam dari Kerajaan Ternate. Raja Mandapar yang bergelar Mumbu Doi Godong ini memimpin Banggai sampai tahun 1625, Adapun sisa peninggalan Kerajaan Banggai yang dibangun pada abad ke XVI yang masih dapat ditemui hingga saat ini yaitu Keraton yang ada di Kota Banggai. Pada
23
masa pemerintahan Raja Syukuran Amir, ibukota Kerajaan Banggai yang semula berada di Banggai Kepulauan dipindahkan ke Banggai Darat (Luwuk). Untuk penyelenggaraan pemerintahan diwilayah Banggai Laut ditempatkan pejabat yang disebut Bun Kaken sedang untuk Banggai Darat disebut Ken Kariken. Wilayah Banggai Darat dan Banggai Laut kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Tengah menjadi Satu Kabupaten Otonom yang dikenal sebagai Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk. Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi tengah yang terletak dibagian pantai timur Pulau Sulawesi. Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk, dengan batas wilayah sebelah utara Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Poso, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tolo dan sebelah timur berbatasan dengan laut Banda. Dari ibu kota Propinsi Palu menuju ibukota Kabupaten Banggai Luwuk dapat ditempuh melalui jalan darat maupun udara. Jalan darat dapat memakai sarana perhubungan kendaraan umum bus-bus kecil, atau dengan kendaraan carteran. Palu Luwuk dengan jarak sekitar 350 km. Transportasi udara dari ibukota Propinsi Palu dilayani oleh pesawat kecil (Twin otter/ Cassa) dengan waktu tempuh 1.5 jam. Penerbangan Palu - Luwuk secara regular setiap hari sekali. Dari Luwuk ke Pulau Peleng dilayani oleh ferry secara reguler sekali setiap hari. Sedangkan Luwuk- Pulau Banggai dilayani oleh perahu motor kayu yang jauh lebih kecil. Pelayaran Luwuk Banggai dilakukan secara reguler dan singgah di beberapa ibukota kecarnatan dengan waktu tempuh antara 8 - 12 jam. Untuk mencapai pulau-pulau yang ada disekitar
24
Pulau Peleng dan Pulau Banggai jalan satu-satunya adalah menggunakan perahu carteran. Kabupaten
Banggai
menjadi
salah
satu
dari
25
kabupaten
yang
menerima penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha dari Pemerintah Indonesia 27 tahun lalu. Saat itu Kabupaten Banggai dianggap berprestasi karena mampu menyumbang 50 persen Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda) bagi Provinsi Sulawesi Tengah.Iini. Kebanggaan masyarakat di daerah yang hanya berkepadatan penduduk 28 jiwa tiap kilometer perseginya ini bertambah karena kabupaten Banggai mampu menjadi penghasil beras nomor dua setelah Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah.(h.s. padeatu ,s.h. banaggai Monsu'ani Tano ternyata menjadi cara yang ampuh dalam memotivasi masyarakat Banggai untuk membangun daerahnya sendiri. Gemar menanam, makna dari istilah tersebut, telah menjadi gerakan yang mendapat tempat di hati masyarakat Banggai. Buktinya, dalam lima tahun ke belakang, pertanian telah menjadi pemasok terbesar kegiatan ekonomi daerah ini. Tahun 2000 misalnya, 54,4 persen (Rp 465,4 milyar) kegiatan ekonomi berasal dari sektor pertanian. Dan produksi beras menjadi primadona. Dengan produktivitas rata-rata 3,0 ton per hektar, Kabupaten Banggai menghasilkan padi sebanyak 69.693 ton tahun 2000. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka ini menurun drastis hingga 29 persen. Sementara untuk tahun 2001, kabupaten ini juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan produksi. Bulan Juli 2001 terjadi banjir akibat gelombang tsunami yang merendam dan
25
merusak 43,5 hektar sawah di Kecamatan Batui. Banjir ini juga melanda Kecamatan Toili yang selama ini menjadi sentra penghasil beras Kabupaten Banggai. . Peningkatan Jumlah Penduduk
Kabupaten
Banggai
Kepulauan selain
meningkatnya kelahiran juga disebabkan terjadinya arus migrasi (perpindahan penduduk) sebagai dampak adanya pembangunan infrastruktur dan pembukaan lapangan pekerjaan pada sektor pertanian, penggalian, industri perdagangan dan jasajasa banyak menyerap tenaga kerja dari luar daerah, Disamping itu adanya pengembangan komoditi unggulan pertanian, perikanan dan rumput laut menjadi daya tarik migrasi pendudukv Lima Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbesar yakni Kecamatan Banggai sebesar 20.019 jiwa, Kecamatan Tinangkung sebesar 13.272 jiwa, Kecamatan Bokan Kepulauan sebesar 11.561 jiwa, Kecamatan Totikum sebesar 9.867 jiwa, Kecamatan Bulagi Selatan sebesar 9.671 jiwa 4.1.3 Perkembangan Kependudukan Sumberdaya manusia merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Percepatan pembangunan kependudukan suatu daerah terkait seberapa besarnya potensi sumberdaya manusia yang ada. Besarnya jumlah penduduk merupakan suatu potensi sumberdaya pembangunan, yang bila dikelola maksimal akan berdampak terhadap kemajuan pembangunan suatu daerah. Adanya perubahan perbaikan kondisi pembangunan suatu daerah berdampak terhadap perubahan jumlah penduduk suatu daerah,
seperti
arus
migrasi
serta
kelahiran
dari
penduduk
di
daerah
tersebutFenomena kependudukan dipengaruhi oleh factor kelahiran (natalitas), kematian (mortality) dan migrasi (migration). Hal tersebut sangat berpengaruh
26
terhadap perubahan faktor-faktor demografi suatu daerah. Kabupaten Banggai Kepulauan sebagai daerah yang kondisinya dalam pembangunan mempunyai perkembangan tingkat kependudukan yang beragam. 4.1.4 Pertumbuhan Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banggai Kepulauan selama Periode 2000-2010 mencapai 1,96 persen hal ini mengalami kenaikan dibandingkan laju pertumbuhan
penduduk
1990-2000
yang
mencapai
pertumbuhan
1,43
persen.Peningkatan populasi penduduk di Kabupaten Banggai Kepulauan selama kurun waktu 2000-2010 banyak dipengaruhi adanya faktor migrasi selain faktor kelahiran. Faktor migrasi yang menonjol adalah terjadinya perpindahan penduduk dari daerah sekitarnya menuju ke Kabupaten Banggai Kepulauan sebagai dampak pembukaan lapangan pekerjaan dengan adanya proses pembangunan infrastruktur jalan dan kantor pemerintahan, perumahan. Demikian pula adanya peningkatan produksi komoditi pertanian dan perikanan baik rumput laut, ikan, mutiara serta lainnya, dan adanya peningkatan sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa yang memberikan dampak terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk akibat pembangunan baik di Pulau Peleng maupun Pulau Banggai, sehingga menarik penduduk untuk berpindah ke Kabupaten Banggai Kepulauan. 4.1.5 Perkembangan Penduduk Perkecamatan Hasil perkembangan penduduk per kecamatan menunjukan ada lima kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak di Kabupaten Banggai Kepulauan, di
27
mana yang pertama adalah Kecamatan Banggai sebesar 20.019 jiwa, Kecamatan Tinangkung sebesar 13.272 jiwa, Kecamatan Bokan Kepulauan sebesar 11.561 jiwa, Kecamatan Totikum sebesar 9.867 jiwa, Kecamatan Bulagi Selatan sebesar 9.671 jiwa. 4.1.6 Mata pencarian Berita Daerah-Budaya Wisata Wilayah Banggai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Luwuk, daerah ini berbatasan dengan Teluk Tomini di utara, Selat Peling di selatan, Kabupaten Poso dan Kabupaten morowlai di Barat, dan Kabupaten Banggai Kepulauan di timur. Luas wialyah daerah ini adalah 9.673 Km2. Kabupaten Banggai terbagi menjadi 8 Kecamatan.Daerah ini memiliki motto Monsu ani tano yang artinya gemar menanam, karena pertanian telah menjadi pemasok terbesar kegiatan ekonomi daerah ini. Dari hasil pertanian dan perkebunan ini berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, daerah ini juga telah Bandara Bubung yang terletak di Luwuk, Dua buah Pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Bunta dan Pelabuhan Luwuk, serta terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi.
Masyarakat Banggai
Kepulauan selain bercocok tanam atau mengolah lahan pertanian mereka juga banyak menggantungkan mata pencahariannya dari laut yang mengelilingi akan Banggai
28
Kepulauan ini, sangat besar sekali akan potensi hasil laut dari wilayah Banggai Kepulauan ini. Baik ikannya, rumput laut dan sebagainya,sehingga selain mereka langsung menjual hasil tangkapan dari pada pencarian mereka dilaut maka selain itu juga hasilnya mereka makan juga untuk kebutuhan keluarga mereka. Wah sangat segar dan tidak mudak kita dapatkan di Jakarta, dimana di Banggai Kepulauan ini ikan yang baru di dapat langsung diolah dan dinikmati. Contohnya saja ikan ini dijual di Banggai Kepulauan hanya lima ribu rupiah (Rp. 5000) selain murah harganya pastinya segar dan nikmat rasanya. Pada saat matahari terbenam pun pemandangan sangat indah sekali dan sangat sayang jika dilewatkan begitu saja, tidak pernah saya lupakan Banggai Kepulauan,kelak suatu ketika nanti saya akan kembali kesana menikmati akan keindahanmu dan kekayaan lautmu. 4.1.7 Mayoritas Agama Di Kota Luwuk Kaum muslimin di Luwuk Banggai memiliki posisi penting dan strategis. Keadaan tersebut disebabkan karena umat Islam adalah unsur yang paling mayoritas dalam komunitas masyarakat Kabupaten Banggai. Olehnya itu, DPC Wahdah Islamiyah (WI) Kabupaten Banggai, menggelar Daurah Syar‟iyah, yang digelar pada hari Selasa, 17-18 Mei 2010, kegiatan yang dipusatkan di ruang pertemuan Aula Diklat (SKB) itu, menghadirkan nara sumber tunggal yakni Fadhilatusy Syaikh Abdullah Hamad Al Zaidany Hafidzahullah. Fadhilatusy Syaikh Abdullah merupakan murid ulama besar Syaikh Utsaimin Rahimahumullaah.Materi yang disajikan lebih
29
menarik yakni membahas seputar Keutamaan Ilmu dan Penuntut Ilmu, Tazkiyatun Nafs, Muamalah, Keutamaan Berdakwah, dan Tanya jawab bersama syaikhan tersebut dibuka oleh Asisten II Sekretaris Pemerintah Kabupaten Banggai. Selain dihadiri oleh sejumlah utusan ta‟mir masjid se-Kecamatan Luwuk, dan sejumlah ormas Islam se-Kabupaten Banggai, kegiatan tersebut dihadiri pula daerah binaan dari Ampana, dan Morowaliah tersebut melibatkan berbagai elemen umat Islam untuk lebih mempererat jalinan komunikasi dan mengukuhkan ukhuwah antara pengurus DPC Wahdah Islamiyah dengan masyarakat Luwuk Banggai. Sebelumnya, Ahad (16/5) pukul 15.00 Wita, DPC Wahdah Islamiyah menggelar ceramah umum yang juga di isi oleh Syaikh Abdullah hamad Al Zaidany, dengan penerjemah Ust Muhajir, Lc (Dai Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Wil. Gorontalo dan Pimpinan Ponpes Wahdah Islamiyah Cab. Gorontalo) bertempat di Masjid Agung Luwuk. Disamping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da‟a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Bugis, Makasar dan Toraja
30
serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu. 4.1.8 Budaya Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama. Banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah
31
bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan. Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan. Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri. Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau
32
sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat. 4.1.9 Adat Dan Budaya Masyarakat Kota Luwuk Sebagai orang yang masih baru di Kota Luwuk ini, ada beberapa budaya ataupun keadaan Kota Luwuk yang masih saya anggap sebagai sesuatu yang unik. Keunikan ini, mungkin juga dirasakan orang-orang yang baru pertaa kali berkunjung ke kota ini. Beberapa keunikan Kota Luwuk yang saya rasakan akan saya bagikan disini, semoga membuat anda semakin tertarik berkunjung kesini. Beberapa keunikan tersebut:
2. Bahasa daerah Bahasa daerah di sini, bisa dikatakan hampir mirip dengan bahasa Indonesia, jadi bagi anda yang baru pertama kali datang ke Luwuk tidak akan kesulitan untuk memahaminya. Uniknya, bahasa daerah disini seperti bahasa Indonesia yang disingkat-singkat. Mungkin untuk mengirit kata-kata. Contohnya: sudah makan sa pe motor saya punya motor (motor punya saya) tahambur-hambur 4.1.11 Agama Sebagai Agama yang Paling terakhir diturunkan kemuka bumi Islam merupakan agama yang penuh dengan kesejukan. Al-quran sebagi penyempurna dari yang pernah ada memuat ajaran dasar tentang kehidupan umat yang tak lekang dimakan Zaman, sayang seribu sayang ketika ajaran pencerah yang diturunkan kepada Nabi Muhhamad.saw oleh kebesaran Allah sang pencipta untuk
33
menyelamatkan kehidupan di dunia dan bekal diakhirat ternoda dengan orang yang merasa benar dijalan yang sesat bukankah kita ingin agama islam menjadi agama yang besar dimuka bumi ini kalo iyah. kenapa juga bukan menciptakan simpati tetapi membuat orang jadi tak simpati. Jaman saat ini sudah berubah kebesaran dan kejayaan umat manusia dan ajarannya bukan ditentukan lagi dengan seberapah besar penaklukan terhadap wilayah kekuasaan tetapi seberapah besar rasa penghargaan, keseganan, dan rasa percaya umat lain terhadap agama islam disitulah arti kebesaran yang sebenarnya Ketika terjadi sweping pada saat bulan suci ramadhan oleh ormas tertentu yang menuntut dihargainya bulan ramadhan dengan cara yang brutal, ketika Bom meledak dimana -mana karena pelakunya menuntut penghargaan terhadap umat islam, ketika moral dikesampingkan memaksa untuk dihargai atas nama Islam maka disinilah letak kedangkalan dalam memberi arti terhadap ajaran agama islam Agama Islam tidak minta penghargaan dengan cara yang dipaksakan karna bagimu agamamu, bagiku agamaku alangkah baiknya ketika penghargaan itu lahir dari kesadaran hati yang paling dalam oleh umat agama lain karena kesejukan hati dari umat islam yang ada dimuka bumi ini Harusnya kita meletakkan agama sebagai bentuk pengabdian personal terhadap sang pencipta sebagai pegangan hidup didunia dan penyelamat diakhirat serta ungkapan syukur atas kebesaran Allah yang telah memberikan kita kehidupan didunia dalam setiap ibadah yang dilaksanakan.
34
Menyikapi berbagai hal yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini sebaiknya pemerintah harus tegas menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi khususnya yang menyangkut kerukunan antar umat beragama masyarakat butuh konkrit setiap persoalan hukum harus diselesaikan dengan hukum pula jangan berkedok menjaga stabilitas karna takut momok serbuan mayoritas terhadap minoritas ketegasan dari aparat penting untuk menjaga kewibawaan pemerintah yang demokrasi, Obama saja berani memberi Izin sesuai perundangan yang berlaku tentang pembangunan islamik center di grand zerro pertanyaannya mana yg lebih penting supremasi hukum atau persoalan yg sama terus terjadi dimasa yg akan datang sehingga tambah mengucilkan agama Islam sebagai Agama dengan jumlah Umat terbesar di negara tercinta ini Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduk memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu dan Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Said ldrus Salim Aldjufri – seorang guru pada sekolah Alkhairaat.Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda A.C Cruyt dan Adrian. 4.1.10 Kesenian Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrume seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat waino
musik
35
tradisional ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival. Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
4.1.13 Flora dan Fauna Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, dimana Flora dan Faunanya berbeda jauh dengan Flora dan Fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan Flora dan Fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan Flora dan Faunanya disebut Wallacea, karena teori ini di kemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi,
36
kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas. Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang. Hasil hutan pun tak kalah perannya bagi pertumbuhan ekonomi Banggai. Setidaknya berdasarkan angka hingga Agustus 2001 dari Iuran Hasil Hutan (IHH) diperoleh Rp 1,5 milyar dan dari Dana Reboisasi 453.915 dollar AS. Pemasukan itu berasal dari hasil kayu rimba logs dan selebihnya dari rotan, damar, kulit japari dan kemiri. Saat ini Pertaminta terus-menerus berupaya menggali cadangan gas yang tersimpan di bumi Banggai. Tahun 2003 lalu Pertamina menemukan gas dengan kapasitas 34 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) dan 160 BCPD (barrel kondensat per hari) dari hasil pemboran sumur Donggi (DNG #1) di desa Kamiwangi, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Sumur yang mulai ditajak tanggal 14 Agustus 2001 dan berhasil diselesaikan pada tanggal 4 September 2001 dengan kedalaman akhir 2502 MBLB (meter bawah lantai bor) diantaranya telah dilakukan uji kandung lapisan (UKL).
37
Interval kedalaman 1705 - 1710 M dan menghasilkan 14 MMSCFGD + 50 BCPD. Sedang interval kedalaman 1620 - 1630 M menghasilkan 20 MMSCFGD + 110 BCPD. Kondensat yang dihasikan dari kedua lapisan tersebut mempunyai derajat API sebesar 54 derajat. Selanjutnya untuk membuktikan potensi cadangan gas di komplek Donggi maupun Blok Matindok Sulawesi Tengah akan dilakukan studi geologi dan geofisika terpadu yang melibatkan ahli eksplorasi, ahli reservoir dan ahli Kabupaten Banggai merupakan salah satu daerah kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah, dan terletak antara 122‟23‟ – 124020‟ Bujur Timur dan 0030‟ – 2020‟ Lintang Selatan. Adapun batas wilayah sebagai berikut - Utara : Teluk Tomini- Timur : Laut Maluku- Selatan : Kabupaten Banggai Kepulauan- Barat : Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali. Luas Wilayah Kabupaten Banggai 9.672,70 Km2, secara administrasi tahun 2008 dibagi dalam 13 kecamatan dengan 23 kelurahan, 233 desa dan sebuah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Jarak antara Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten lain di Sulawesi Tengah- Luwuk – Palu = 610 Km- Luwuk – Parigi = 535 Km Luwuk – Poso = 388 Km- Luwuk – Ampana = 248 Km Luwuk – Banggai = 100 Km / 66 Mil Laut- Luwuk – Bungku = 161 Km / 106 Mil Laut
Nama
kecamatan
dan
Ibukota
Kecamatan
Luwuk
Ibukota
LuwukKecamatan KIntom Ibukota : KIntom Kecamatan Batui Ibukota : Batui Kecamatan Toili Ibukota : Cendana Pura Kecamatan Toili Barat Ibukota : Sindang Sari Kecamatan Luwuk Timur Ibukota : Honduhontan Masama Ibukota TangebanKecamatan Lamala Ibukota :Bonebakal Kecamatan Balantak Ibukota
38
:Balantak Kecamatan Bualemo Ibukota : Bualemo Kecamatan Pagimana Ibukota : Pagimana Kecamatan Bunta Ibukota : Bunta Kecamatan Nuhon Ibukota Tomeang pada tahun 2008 wilayahnya terbagi dalam 13 kecamatan dengan 32 kelurahan, 271 desa, dan 2 UPT Dilihat dari sisi klasifikasi desa. Maka desa-desa di Kabupaten Banggai terdiri dari 26 desa/kelurahan swadaya, 105 desa/kelurahan swakarya dan 174 desa/kelurahan swasembada yang seluruhnya berjumlah 305 desa/kelurahan.Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 311.684 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, yaitu dari 2,62 persen per tahun periode 1980-1990 menjadi 1,93 persen per tahun selama periode 1990-2000. Kepadatan penduduk di Kabupaten Banggai yaitu 32 penduduk per km2 di tahun 2008. Sektor Pertanian masih merupakan sektor yang sangat menentukan perekonomian, Kabupaten Banggai, karena sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian dengan bercocok tanam, hal ini sesuai dengan data bahwa dari keseluruhandesa/kelurahan di Kabupaten Banggai sekitar 93,98% merupakan potensi sektor
pertanian
tanaman
pangan,
perkebunan
dan
perikanan.
Pada sektor pertanian ini dibagi menjadi lima bagian sebagai berikut : Tanaman Pangan. Perkebunan. Kehutanan4. Peternakan Perikanan Perkembangan ekonomi Kabupaten Banggai secara umum cukup membaik dimana pertumbuhannya meningkat dengan cukup meyakinkan pada lima tahun terakhir ini. PDRB tahun 2008 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 2.806.850 juta sedangkan berdasarkan harga konstan (2000) mencapai Rp 1.654.837 juta.
39
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banggai tahun 2008 mencapai 7,26 persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan tahun sebelumnya adalah sektor listrik dan air bersih yang mencapai pertumbuhan 9,45 persen, kenaikannya lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.Bupati saat ini Dr.H. Mamun Amir, Wakil Bupati H. Musdar M Amin, SE,MSi. Entomolog Inggris, Alfred Russel Wallace menggolongkan Pulau Sulawesi dengan Kabupaten Banggai di dalamnya, berbeda flora dan fauna dengan pulau-pulau lain di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera atau Papua. Salah satu obyek wisata di Kabupaten Banggai adalah Suaka Margasatwa Bangkiriang. Areal seluas 3.500 hektare dengan jarak 56 kilometer dari Luwuk adalah tempat perlindungan bagi Burung Maleo. Jenis unggas berukuran lebih kecil dari ayam biasa dan memiliki cara bertelur mirip penyu ini diperlakukan khusus oleh masyarakat setempat. Tiap tahunnya, khususnya tiap panen telur Maleo, mereka selalu mengadakan upacara Tumpe demi menghindari diri dari kutukan wabah penyakit. Acara-acara seperti itu tentunya sangat unik sebagai daya tarik wisata. Tempat wisata andalan lainnya adalah Suaka Marga Satwa Patipati, Panorama Alam Salodik, Pulau Bandang, Pantai Kilometer 5, Air Terjun Hanga-Hanga, Lombuyan (suaka marga-satwa bagi Anoa), Pulau Tikus yang terkenal dengan pasir putihnya dan banyak lagi yang lainnya. Kabupaten Banggai merupakan bekas Kerajaan Banggai yang meliputi wilayah Banggai daratan dan Banggai Kepulauan. Pada tahun 1999 Kabupaten
40
Banggai dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Kepulauan. Kabupaten Banggai merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, baik berupa hasil laut (ikan, udang, mutiara, rumput laut dan sebagainya), aneka hasil bumi (kopra, sawit, coklat, beras, kacang mente dan lainnya) serta hasil pertambangan (nikel yang sedang dalam taraf eksplorasi) dan gas (Blok Matindok dan Senoro). Sekitar abad ke-13, masa pada masa keemasan kerajaan Singosari yang berpusat di jawa Timur, ketika itu Singosari di bawah kekuasan terakhir, terbesar yaitu Kertanegara ( 1268-1292 ), nama Banggai telah di kenal dan menjadi bagian kerajaan Singaosari. Berikutnya, sekitar abad 13-14 Masehi pada masa kerajaan Mojopahit yang juga berpusat di Jawa Timur, ketika tampuk pemerintahan di pegang raja terbesar Mojopahit bernama Hayam Wuruk ( 1351-1389 ) saat itu kerajaan Banggai sudah dikenal dengan sebutan benggawi dan menjadi bagian kerajaan Mojopahit. Bukti bahwa kaerajaan Banggai sudah di kenal sejak zaman Mojopahit dengan nama Benggawi setidaknya dapat di lihat dari apa yang telah di tulis seorang pujangga Mojopahit yang bernama Mpu Prapanca dalam bukunya”Negara Kartagama” buku bertarikh caka 1478 atau tahun 1365 Masehi,yang dimuat dalam seuntai syair nomor 14 bait kelima sebagai berikut. Ikang
Saka
Nusa,Sumba,solor,Munar,Muah,Tikang,I
Wandleha,Athawa
Maloko,Wiwawun ri Serani Timur Mukadi Ningagaku Nusantara (Mangkasara
41
Makasar, Buntun Buton, Benggawi Banggai, Kunir Pulau Kunyit,Salayah Selayar, ambawa Ambon,Maloko Maluku ). Hayam Wuruk ingin mempersatukan Nusantara lewat sumpah Palapa yang di ucapkan sang Pati Gajah Mada.Dengan sumpah tersebut Hayam Wuruk makin terkenal dengan programnya mempersatukan Nusatara. Di daerah yang sekarang kita kenal sebagai Kabupaten Banggai pernah bediri kerajaan-kerajaan kecil.Yang tertua bernama kerjaan bersaudara Buko dan Bulagi.letak kerajaan Buko dan Bulagi berada di pulau Peling belhan barat.Kemudian muncul keajaan-kerajaan baru seperti, Kerajaan Sisipan, Kerajaan Lipotomundo, dan Kadupadang.Semuanya beada di pulau Peling bagian tengah (sekarang kecamatan Liang). Sementara di bagian pulau Peling sebelah timur (sekitar Kecamatan Totikum dan Tinangkung) waktu itu telah berdiri kerajaan yang agak besar yakni kerajaan Bongganan. Upaya unntuk memekarkan kerjaan Bongganan dilakukan Pangeran dan beberapa bansawan kerajaan akhirnya membuahkan hasil bila sebelumnya wilayah kerajaan banggai hanya meliputi pulau Banggai, kemudian dpat diperlebar. Di Banggai Darat ( kabupaten Banggai, waktu itu sudah berdiri Kerajaan Tompotika yang berpusat di sebelah utara ( Kecamatan Bualemo ) bagian Selatan kerajaan tiga bersaudara Motiandok, Balaloa, dan Gori-Gori. Perkembangan Kerajaan Banggai yang ketika itu masih terpusat di Pulau Banggai, mulai pesat dan menjadi Primus Inter Pares atau yang utama dari beberapa kerajaan yang ada, sewaktu pemerintahan Kerajaan Banggai berada di bawah pembinaan Kesultanan ternate akhir abad 16.
42
Wilayah Kerajaan Banggai pada tahun 1950-an hanya meliputi Pulau Banggai, kemudian diperluas sampai ke Banggai Darat, hingga ke Tanjung Api, Sungai Bangka dan Togung Sagu yang terletak di sebelah Selatan Kecamatan Batui. Perluasan wilayah Kerajaan Banggai dilakukan oleh Adi Cokro yang bergelar Mumbu Doi Jawa pada abad ke-16. Istilah ” Mumbu Doi” berarti yang wafat atau mangkat, khusus dipakai untuk raja-raja Banggai yang tertinggi derajatnya. Adi Cokro adalah bangsawan dari Pulau Jawa yang mengabdikan diri kepada Sultan Baab-Ullah dari Ternate. Di tangan Adi Cokro kerajaan-kerajaan Banggai mampu dipersatukan hingga akhirnya ia dianggap sebagai pendiri Kerajaan Banggai. Adi Cokro tercatat pula sebagai orang yang memasukkan agama Islam ke Banggai. hal tersebut sebagaimana ditulis Albert C. Kruyt dalam bukunya De Vorsten Van Banggai ( Raja-raja Banggai). Adi Cokro bergelar Mumbu Doi Jawa, yang dalam dialeg orang Banggai disebut Adi Soko, mempersunting seorang wanita asal Ternate berdarah Portugis bernama Kastellia ( Kastella). Perkawinan Adi dengan Kastellia melahirkan putra bernama Mandapar yang kemudian menjadi Raja Banggai. Istilah ” Adi” merupakan gelar bangsawan bagi raja-raja Banggai, hal tersebut sama dengan gelar RM ( Raden Mas) untuk bangsawan Jawa atau Andi bagi bangsawan bugis. Kerajaan Banggai dikenal Oleh Kerajaan Ternate, sementara Kerajaan Ternate ditaklukan Bangsa Portugis, otomatis Kerajaan Banggai berada dibawah kekuasaan Bangsa Portugis. Bukti, itu setidaknya dapat dilihat dengan ditemukannya sisa-sisa
43
peninggalan Bangsa Portugis di daerah ini di antaranya meriam kuno atau benda peninggalan lainnya. Tahun 1532 P.A. Tiele pernah menulis dalam bukunya De Europeers in Den maleischen Archipel, di sana disebutkan, bahwa pada tahun 1532. Laksamana Andres De Urdanette yang berbangsa Spanyol merupakan sekutu ( kawan ) dari Sultan Jailolo, pernah mengunjungi wilayah sebelah Timur Pulau Sulawesi ( Banggai ). Andres de Urdanette merupakan orang barat pertama yang menginjakan kaki di Banggai. Sedang orang Portugis yang pertama kali datang ke Banggai bernama Hernando Biautemente tahu 1596. Tahun 1956 Pelaut Belanda yang sangat terkenal bernama Cornelis De Houtman datang ke Indonesia. Menariknya, pada tahun 1594 atau dua tahun sebelum datang ke Indonesia Cornelis De Houtman sudah menulis tentang Banggai. ketika Adi Cokro ynag bergelar Mumbu Doi Jawa, kembali ke tanah Jawa dan wafat disana, tampuk Kerajaan Banggai dilanjutkan oleh Mandapar dengan gelar Mumbu Doi Godong. Mandapar dilantik sebagai Raja Banggai pada tahun 1600 di Ternate oleh Sultan Said Uddin Barkat Syah. Tahun 1602 Belanda datang ke Indonesia dan mendirikan Vereeniging Oast Indische Compagnie ( VOC ) yang merupakan Kongsi Dagang Belanda untuk perdagangan di Hindia Timur ( Indonesia ). Kesaksian salah seorang pelaut bangsa Inggris bernama David Niddeleton yang pernah dua kali datang ke Banggai menyebutkan. Pengaruh VOC di Banggai sudah ada sejak Raja Mandapar memimpin Banggai. Kerajaan Banggai pernah dikuasai Ternate. namun setelah Kerajaan Ternate
44
dapat ditaklukan dan direbut oleh Sultan Alaudin dari Kerajaan Gowa ( Sulawesi Selatan ) maka Banggai ikut menjadi bagian dari Kerajaan Gowa. Dalam sejarah tercatat Kerajaan Gowa sempat berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan kuat di Indonesia Timur. Kerajaan Banggai berada di bawah pemerintahan Kerajaan Gowa berlangsung sejak tahun 1625-1667. Pada tahun 1667 dilakukan perjanjian Bongaya yang sangat terkenal antara Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa melepaskan semua wilayah yang tadinya masuka dalam kekuasaan Kerajaan Ternate seperti Selayar, Muna, Manado, Banggai, Gapi ( Pulau Peling ), Kaidipan, Buol Toli-Toli, Dampelas, Balaesang, Silensak dan kaili. Pada saat Sultan Hasanuddin dikenal sebagai raja yang sengit melawan Belanda. Bentuk perjuangan yang dilakukan Hasanuddin ternyata memberikan pengaruh tersendiri bagi Raja Banggai ke-4, yakni Raja Mbulang dengan gelar Mumbu Doi Balantak ( 1681-1689 ) hingga Mbulang memberontak terhadap Belanda. Sebenarnya Mbulang Doi Balantak menolak untuk berkongsi dengan VOC lantaran monopoli dagang yang terapkan Belanda hanya menguntungkan Belanda sementara rakyatnya di posisi merugi. Tapi apa hendak dikata, karena desakan Sultan Ternate yang menjadikan Kerajaan Banggai sebagai bagian dari taklukannya, dengan terpaksa Mbulang Doi Balantak tidak dapat menghindar dari perjanjian yang dibuat VOC ( Belanda ). Tahun 1741 tepatnya tanggal 9 November perjanjian antara VOC dengan Mbulang Doi Balantak diperbarui oleh Raja Abu Kasim yang bergelar Mumbu Doi
45
Bacan. Meski perjanjian telah diperbaharui oleh Abu Kasim, tetapi secara sembunyi sembunyi Abu Kasim menjalin perjanjian kerjasama baru dengan Raja Bungku. Itu dilakukan Abu Kasim dengan target ingin melepaskan diri dari Kerajaan Ternate. Langkah yang ditempuh Abu Kasim ini dilakukan karena melihat beban yang dipikul oleh rakyat Banggai sudah sangat berat karena selalu dirugikan oleh VOC. Tahu raja Abu Kasim menjalin kerjasama dengan Raja BUngku, akhirnya VOC jadi berang ( marah ). Abu Kasim lantas ditagkap dan dibuang ke Pulau Bacan ( Maluku Utara ), hingga akhirnya meninggal disana. Usaha Raja – raja Banggai untuk melepaskan diri dari belenggu Kerajaan Ternate berulang kali dilakukan. dan kejadian serupa dilakukan Raja Banggai ke-9 bernama Antondeng yang bergelar Mumbu Doi Galela ( 1808 – 1829 ).Serupa dengan Raja-raja Banggai sebelumnya, Antondeng juga melakukan perlawanan kepada Kesultanan Ternate. Sebenarnya perlawanan Anondeng ditujukan kepada VOC ( Belanda ). Karena Antondeng menilai perjanjian yang disebut selama ini hanya menguntungkan Hindia Belanda dan menjepit rakyatnya. Karena itulah Antondeng berontak. Karena perlawanan kurang seimbang, Antondeng kemudian ditangkap dan dibuang ke Galela ( Pulau Halmahera ). Setelah Antondeng “dibuang” ke Halmahera, Kerajaan Banggai kemudian dipimpin Raja Agama, bergelar Mumbu Doi Bugis. Memerintah tahun 1829 – 1847. Raja Agama sempat melakukan perlawanan yang sangat heroik dalam perang Tobelo yang sangat terkenal.
46
Tetapi Kerajaan ternate didukung armada laut yang “modern” akhirnya mereka berhasil mematahkan perlawanan Raja Agama. pusat perlawanan Raja Agama dilakukan dari “Kota Tua” banggai ( Lalongo ). Dalam perang Tobelo, raja Agama sempat dikepung secara rapat oleh musuh. Berkat bantuan rakyat yang sangat mencintainya, Raja Agama dapat diloloskan dan diungsikan ke wilayah Bone Sulawesi Selatan, sampai akhirnya wafat di sana tahun 1874. Setelah Raja Agama hijrah ke Bone, munculah dua bersaudara Lauta dan Taja. Kepemimpinan Raja Lauta dan Raja Taja tidak berlangsung lama. Meski hanya sebentar memimpin tetapi keduanya sempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya Raja Lauta dibuang ke Halmahera sedang Raja Taja diasingkan ke Pulau Bacan, Maluku Utara. Dalam Pemerintahan Kerajaan Banggai, sejak dulunya sudah dikenal sistem demokrasi. Dimana dalam menjalankan roda pemerintahan Raja akan dibantu oleh staf eksekutif atau dewan menteri yang dikenal dengan sebutan komisi empat, yaitu : 1. Mayor Ngopa atau Raja Muda 2. Kapitan Laut Kepala Angkatan Perang 3. Jogugu atau Menetri Dalam Negeri 4. Hukum Tua atau Pengadilan Penunjukan dan pengangkatan komisi empat, dilakukan langsung oleh Raja yang tengah bertahta. Sementara badan yang berfungsi selaku Legislatif disebut Basalo Sangkap. Terdiri dari Basalo Dodonung, Basalo Tonobonunungan, Basalo Lampa, dan Basalo Ganggang. Basalo Sangkap diketuaioleh Basalo Dodonung, dengan tugas melakukan pemilihan setipa bangsawan untuk menjadi raja. Demikian
47
pula untuk melantik seorang raja dilakukan di hadap[an Basalo Sangkap. Basalo sangkap yang akan melantik raja, lalu akan meriwayatkan secara teratur sejarah rajaraja Banggai. Berurut kemudian disebutkanlah calon raja yang akan dilantik, yang kepadanya akan dipakaikan mahkota kerajaan. Dengan begitu, raja tersebut akan resmi menjadi Raja Kerajaan Banggai. Silsilah raja-raja Banggai disebutkan sebagai berikut : 1. Mandapar dengan gelar Mumbu Doi Godong, 2. Mumbu Doi Kintom, 3. Mumbu Doi Balantak, 4. Mumbu Doi Benteng, 5. Mumbu Doi Mendono, 6. Abu Kasim, 7. Mumbu Doi Pedongko, 8. Manduis, 9. Antondeng, 10. Agama, 11.blauta, 12. Taja, 13. tatu Tanga, 14. saok, 15. Nurdin, 16. Abdul Abdul Azis, 17. Abdul Rahman, 18. Haji Awaludin, 19. Haji Syukuran Aminuddin Amir.
4.1.11 Keadaan Penduduk Kacamatan Kintom Berdasarkan Pendidikan Dan Agama Di Kecamatan Kintom terdapat jenjang pendidikan dari tingkat Taman KanakKanak sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Berikut ini akan diasajikan table jumlah sekolah berdasarkan jenjang pendidikannya, Guru dan murid di Kecamatan Kintom.
48
Table. 4.1 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Taman Kanak-Kanak (TK) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Swasta Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
Guru
45
47
49
50
50
51
51
55
28
50
54
54
Siswa
339
339
338
340
343
344
344
346
356
481
432
433
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.2 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah Dasar (SD) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Negeri Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 16
16
16
16
16
16
16
16
16
18
18
18
Guru
140
142
143
143
142
149
155
182
175
177
128
128
Siswa
1456 1551 1578 1567 1589 1599 1609 1746 1885 1806 1862 1861
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
49
Table. 4.3 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Madrasah Ibtidaiyah (SD) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah swasta Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _
_
_
_
_
_
1
1
1
1
1
1
Guru
_
_
_
_
_
_
8
8
7
15
13
13
Siswa
_
_
_
_
_
_
22
37
30
36
40
41
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.4 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Negeri Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
Guru
19
21
22
24
24
25
27
40
40
42
50
50
Siswa
289
290
298
299
302
325
333
362
371
386
416
420
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
50
Table. 4.5 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Madrasah Tsanawiyah (Mts) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Swasta Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah
1
2
2
3
3
3
3
3
3
Guru
17
24
24
32
32
27
52
58
58
Siswa
69
120
120
148
155
144
194
194
194
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.6 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah Menengah Umum (SMU) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Negeri Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _
_
_
_
_
_
1
1
1
1
1
1
Guru
_
_
_
_
_
_
16
25
20
15
29
29
Siswa
_
_
_
_
_
_
216
195
198
313
289
292
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
51
Table. 4.7 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Swasta Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _
_
_
_
_
_
_
_
_
1
1
1
Guru
_
_
_
_
_
_
_
_
_
2
12
12
Siswa
_
_
_
_
_
_
_
_
_
62
57
62
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.8 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Madrasah Aliyah (MA) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom. Sekolah Swasta Jumlah
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _
_
_
_
_
_
1
2
2
2
2
2
Guru
_
_
_
_
_
_
9
47
27
26
28
28
Siswa
_
_
_
_
_
_
78
118
122
125
104
108
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
52
Masyarakat Kecamatan Kintom menganut beberapa Agama, agama yang domainan dianut oleh masyarakat Kintom Adalah islam. Setiap agama memiliki tempat ibadahnya masing-masing. Berikut ini adalah tabel presentase penduduk menurut agama di Kecamatan Kintom dan jumlah tempat ibadah menurut agama di Kecamatan Kintom. Tabel 4.9 presentase penduduk menurut agama di Kecamatan Kintom Agama
Tahun 2 2 0 0 0 0 5 6 90,1 90,1 9 9
2 0 0 7 90,1 9
2 0 0 8 90, 19
2 0 0 9 89, 82
2 0 1 0 89, 81
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
10, 10 0, 02
10, 12 0, 02
10, 12 0, 02
_
_
_
_
_
_
0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 05 05 05 05 05 05 05 Sumber ; Departemen Agama Kabupaten Banggai
0, 05
0, 05
0, 05
0, 05
0, 05
Islam Kristen Katholik Hindu Budha
2 0 0 0 90, 19
2 0 0 1 90,1 9
2 0 0 2 90,19
2 0 0 3 90,1 9
2 0 0 4 90,1 9
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
9, 73 0, 02
_
_
_
_
_
_
2 0 1 1 89, 81
53
Table. 5.0 jumlah tempat ibadah menurut agama di Kecamatan Kintom Jumlah
Tahun 200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
201
201
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
1
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
18
18
Kristen 4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
6
6
Katholi _
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Islam
k Hindu
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Budha
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Sumber ; Departemen Agama Kabupaten Banggai
4.2 Sajian Data 4.2.1 Dinamika Kehidupan Masyarakat Kecamatan kintom Dalam merekontriksi dinamika di kecamatan kintom maka di usahakan mengupas persoalan ini dalam tiga segi, yaitu dari segi pendidikan,ekonomi, dan budaya Sebagimana yang dikemukankan oleh seorang informan ( Hamdan, sabtu 21 juni 2012 ), “Bahwa manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gennya untuk mengembang berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadian. Tetapi wujud dari kepribadian yaitu sangat di pengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses
54
internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu di lahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu serta emosi yang di perlukan sepanjang hidupnya. Proses ini bersangkutan dengan proses kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap dengan adat-istiadat, sistem norma, sebagai mana yang di kemukakan oleh seorang informan (Aswar Pawata, kamis 9 maret 2012), „‟bahwa setiap manusia yang tinggal di suatu daerah dia pasti mempunyai adat dan aturan hidup tersendiri, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya .kata enkulturasi dalam bahaa Indonesia juga bearti “pembudayaan”. Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternaliasi dalam kepribadianya. Perubahan sosial yang terjadi pada tingkat kelembagaan terjadi apabila keuntungan akan perubahan lebih besar dari pada biaya atau kerugian yang ditanggung. Konsep ini tentu akan dapat diperdebatkan mengenai pihak siapa yang diuntungkan dan pihak mana yang dirugikan. Perspektif gerakan sosial melihat bahwa dalam kelembagaan atau organisasi modern akan tercipta kelompok-kelompok
55
dengan tujuan yang sama baik mendukung perubahan atau menentang perubahan yang terjadi. Perspektif interasional melihat adanya kompetisi antar kelompok sebagai sebuah penyebab perubahan sosial.kompetisi mungkin dapat berupa konflik kepentingan tentang perubahan itu sendiri.tekanan dari luar dapat berupa teknologi (material) maupun ideologi yang berasal dari tingkat makro ataupun sumber structural seperti pemerintah.dinamika inilah yang terjadi pada kelembagaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan sosial. Dari sudut pandang kebudayaan, seni adalah salah satu bentuk eksperimen budaya kebudayaan ada karena sengaja diadakan oleh manusia untuk membentuk sebuah peradaban bagi orang-orang yang terlibat didalamnya serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena hanya manusialah makhluk yang berkebudayaan dan yang memiliki peradaban dalam hidupnya. Salah satu wujud produk kebudayaan manusia adalah seni. Maka, tidaklah berlebihan jika kemudian banyak yang menyatakan, bahwa seni tradisi dapat mengungkapkan sikap dan proses pengetahuan sosial. Bila demikian halnya, bahwa seni tradisi nusantara memiliki wajah yang jamak ( multifaced). Artinya, bahwa seni tradisi. Walaupun seni tradisi merupakan warisan dari generasi, akan tetapi bukan berarti hidup gratis, ia harus terus berjalan dan berdialog dengan proses peradaban yang melingkupinya. Oleh karenanya adalah wajar bilamana seni tradisi nusantara secara wujud, fungsi, dan maknanya selalu berubah seirama dengan dinamika sosial budaya masyarakat. Perubahan itu bisa saja terletak pada pengolahan bentuk,
56
pengetahuan serta muatan perilaku sosial yang terdapat didalamnya. Kendatipun demikian dalam seni tradisi tetap saja terdapat unsur sosial dan kultural yang terus melekat sepanjang perjalanannya. Maka, seni tradisi selalu dipelajari oleh generasi berikutnya. Tradisi dan seni tradisi tetap dipandang penting untuk dipelajari dan diwariskan kepada generasi
berikutnya karena terdapat keyakinana bahwa didalamnya
terkandung makna yang pantas untuk diteladani dalam konteks kehidupan manusia secara kesinambungan. Artinya, sebagai suatu yang terjadi pada masa lampau diteruskan dan diajarkan untuk masa kini karna didalamnya terdapat hal yang pantas untuk di contoh. Kata lain terdapat makna esensial dan ruhkultural yang pantas untuk diteruskan. Masalahnya adalah Bgaimana cara untuk mensikapi seni tradisi agar tetap dapat berperan sebagai sarana transformasi nilai kenusantaraan, adalah suatu amat komplek dan dilematis karena pada saat sekarang kehidupan seni tradisi berhadapan dengan gemerlapnya budaya industri seni yang lebih menghibur dan memproduksi selera masa dilema seni tradisi. Membangun motivasi wirausaha pemuda dalam rangka menumbuhkan kepeloporan dan kemandirian pemuda secara sosial ekonomi Membangun tatanan kehidupan sosial budaya menuju terwujudnya masyarakat madani, yakni masyarakat yang tertib demokratis, dan sejahtera lahir batin. Berbagai macam permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme dikalangan
57
masyarakat termasuk jiwa pemuda. Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya. Belum keseimbangannya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Kekurangan
lapangan dan kesempatan kerja
serta tingginya
tingkat
pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktifitas oleh nilai-nilai kekuasaan dan sebagainya. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelefansikan pendapat sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada. Namun dengan adanya kerjasama antar orang tua, sekolah / universitas, masyarakat, dan pemerintah dalam menanggulangi masalah ini agar tercipta lingkungan yang kondusif, maka generasi muda Indonesia senantiasa mampu menjawab setiap tantangan dan permasalahan yang dihadapi pada zamannya. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat Kecamatan Kintom: 1.Faktor kondisi sosial ekonomi Tingkat kehidupan suatu masyarakat Kecamatan Kintom dapat di nilai dari sosial ekonomi karena keadaan sosial ekonomi akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerintah. Pembangunan dan kehidupan bermasyarakat keadaan sosial ekonomi juga erat hubungannya dengan mata pencarian penduduk, karena setiap mata pencarian penduduk, mempunyai jenis yang berbedabeda dengan tingkat penghasilan atau pendapatan yang juga berbeda sehingga dapat
58
diketahui tingkat kesejahteraan masyarakat, mata pencarian penduduk di kecamatan kintom sangat beragam, tetapi kebanyakan mata pencariannya sebagai petani dan nelayan sebagiannya menjadi wiraswasta, Pns, dan tukang, selaian itu juga dengan adanya perusahaan-perusahaan yang ada di kecamatan kintom seperti perusahaan gas minyak, bara tempurung, batu pica, dapat membantu perekonomian masyarakat kintom yaitu dengan membuka lapangan kerja sehingga penganguran di kecamatan kintom berkurang,meskipun di pandang dari segi sosial merugikan daerah dan masyarakat kintom. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurhaya Hasan, S.Sos ( wawancara rabu 5 juni 2012 ), “Bahwa dalam keadaan miskin dan perbuatan lebih terpusat pada masalah pangan dan kerja untuk memperoleh sesuap nasi demi mempertahankan hidup, soal dinamika kehidupan masyarakat kecamatan kintom tidak membawah pengaruh terhadap perekonomian masyarakat akan tetapi perubahan itu terjadi pada warga masyarakat itu sendiri. 2.Faktor pendidikan Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses modernisasi masyarakat kecamatan kintom dalam arti sebuah sikap pandangan serta pola pikir tradisioal dan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa. Sama halnya dengan pendidikan di kecamatan kintom dari tahun ke tahun semakin meningkat penerapan pendidikannya terutama dari segi tenaga guru, semakin banyak lulusanlulusan yang berkualitas, kemudian ditunjang dari media pendukung pembelajaran,
59
metode, dan kurikulum. Dengan adanya semua media dan pendukung tersebut pendidikan di desa tangeban semakin meningkat tingkat pendidikannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rinaldi Sanula S,pd ( Wawancara sabtu 8 juni 2012) “Faktor pendidikan tergantung pada sumber daya manusia berkualitas dan mempunyai keahlian serta diikuti oleh sarana dan fasilitas yang mendukung dukungan dan partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memiliki oleh masyarakat”. 3.Faktor Sosial Budaya Kegiatan hidup sehari-hari nilai sosial budaya harus dijabarkan dalam bentuk norma-norma atau aturan-aturan hidup bermasyarakat, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh segenap lapisan masyarakat. Jika dikaji lebih lanjut bahwa eksistensi sosial budaya ini terkait erat dengan kebiasaan yang berlaku ditengah masyarakat kecamatan kintom. Dalam hal ini kebiasaan yang berlaku ditengah-tengah masyarakat kecamatan kintom yang sangat kental dalam hidup bermasyarakat yaitu sikap gotong royong dalam bidang apapun terutama gotong royong pembangunan yaitu lomba kebersihan lingkungan, kemudian terkait dari semua itu gotong royong dalam pembuatan acara yang di laksanakan di kecamatan kintom, masyarakat kecamatan kintom sangat antusias demi terlaksana acara yang akan dibuat. pembentukan sikap dan perilaku masyarakat.
60
Struktur sosial budaya masyarakat yang kondusif dan cenderung agamais biasanya memberikan corak yang positif terhadap perkembangan perilaku generasi muda. Sebaliknya struktur sosial budaya masyarakat yang kurang kondusif biasanya akan mengarahkan generasi muda pada perilaku yang negatif pula. Oleh karenanya struktur sosial budaya dalam masyarakat hendaknya ditata dengan baik sehingga dapat memberi kontribusi yang maksimal terhadap perkembangan perilaku positif generasi muda. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdan
( Wawancara Senin
10 juni 2012) ”Dalam konteks ini tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang positif, cenderung akan memberi kontribusi yang positif pula dalam pembentukan sikap dan perilaku dilingkungan bermasyarakat di kecamatan kintom”. 4.3 Pembahasan Kecamatan Kintom merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Kintom terdiri dari 1 kelurahan dan 18 desa. Kelurahan yang di maksud yaitu kelurahan kintom sedangkan 18 Desa yang dimaksud yaitu Desa Babang Buyangge, Kalolos, Tangkiang, Padang, Manyula, Uling, Samadoya, Dimpalon, Solan, Mendono, Sayambongi, Padungnyo, Lontio, Solan Baru, lumbe, Mondonun, lontio Baru dan Dimpalon Baru. Jumlah penduduk kecamatan kintom adalah 13.023 jiwa. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa. Sama halnya dengan pendidikan di kelurahan kintom dari tahun ke tahun semakin meningkat penerapan pendidikannya terutama dari segi
61
tenaga guru, semakin banyak lulusan-lulusan yang berkualitas, kemudian ditunjang dari media pendukung pembelajaran, metode, dan kurikulum. Dengan adanya semua media dan pendukung tersebut pendidikan di kelurahan kintom semakin meningkat tingkat pendidikannya. Secara ideal pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk memanusiakan manusia, dalam artian dengan pendidikan diharapkan potensi yang ada dalam diri manusia dapat teraktualisasi dalam wujud nyata. Moh. Hatta dalam Basri Amin (2006:74) mengemukakan bahwa tiga aspek penting dalam pendidikan untuk kemajuan yakni karakter, tanggung jawab dan penyelesaian masalah (perbaikan keadaan). Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam masyarakat kecamatan kintom sebab pendidikan senantiasa memberikan andil yang cukup besar dalam upaya turut mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjaga bangsa dari perpecahan. Dengan adanya kualitas pendidikan maka kemampuan, kreatifitas, keuletan dan daya kritis akan wujudkan suatu kemajuan dalam segala aspek kehidupan. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan, kondisi masyarakat Kecamatan Kintom dalam aspek tingkat pendidikan masih sangat rendah hal ini dikarenakan masih adanya pola fikir masyarakat Kecamatan Kintom yang masih mengesampingkan aspek urgensi dari pendidikan tahap kehidupan sosial disamping keterbatasan secara ekonomi.
62
Masyarakat Kecamatan Kintom kini walaupun sebagian besar penduduknya hanya lulusan sekolah menengah pertama (SMP) akan tetapi ada juga yang lulus SMA dan sekitar 100 orang yang sarjana hal ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan kerukunan hidup dalam masyarakat Kecamatan Kintom, dengan pendidikan ini dapat menciptakan integrasi antara etnis budaya yang berbeda dan menyadarkan masyarakat Kecamatan Kintom dari sebuah kehidupan nasional maupun berbeda. Sistem perekonomian yang sangat potensial di Kecamatan Kintom adalah pertanian dan perkebunan dimana diawalnya daerah ini merupakan daerah yang masih kurang penduduknya dan memiliki banyak lahan tanah yang kosong dan belum dimamfaatkan oleh warga masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka lahan atau wilyah yang ada mulanya kosong menjadi terisi dan termamfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Kintom. Dengan pertumbuahan penduduk tersebut sedikitnya telah merubah kondisi perekonomian masyarakat yang ada pada Kecamatan Kintom. Kegiatan pertanian lebih bekal menampakan aktifitasnya, karena masyarakat memiliki bekal kemampuan dalam bercocok tanam. Hal ini juga telah memberikan motivasi kepada masyarakat setempat untuk berusaha dan bersaing dalam kehidupan. Pada umumnya masyarakat kintom ini hanya memiliki kemampuan hidup dalam bidang pengelohan tanah seperti bertani dan berkebun, karena bidang ini sangat sesuai dengan kondisi daerah tujuan masyarakat dan pemerintah telah memberikan bekal teori kepada generasi muda.
63
Tingkatan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari mata pencaharian masyarakat tersebut. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Kintom anatara lain sebagai petani di ladang, peternak dan nelayan. Para perani menghasilkan tanaman pangan seperti ubi kayu, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Ada juga tanaman hasil perkebunan seperti kelapa, kopi, cengkeh, kapuk, jambu mente, kakao dan kemiri. Untuk peternakan, ternak yang dipelihara antara lain sapi, kambimg, babi, ayam ras dan itik/bebek. Para nelayan menangkap ikan menggunakan kapal yang beraneka ragam seperti jukung, perahu sedang, perahu besar, motor temple, kapal motor <5 PK, kapal motor 5-10 PK serta rumpon. Alat penangkap ikan yang digunakanpun beraneka ragam seperti bubu, pancing tangan, pancing tonda, sero, gill net, jala lempar, pukat pantai/dampar, bagan apung, bagan tancap, pukat cincin, pejala (payang) dan rawai dasar. Dilihat dari deskripsi di atas, dapat diketahui bahwa tingkat perekonomian masyarakat Kecamatan Kintom sudah berkembang. Secara umum manusia merupakan mahluk yang menghendaki adanya kebersamaan dan hidup berdampingan dalam suatu komunitas. Sebagai mahluk sosial tidak mampu bertahan tanpa bantuan orang lain atau sesamanya guna pengembangan potensi yang dimiliki. Maka yang bersangkutan jelaslah harus menciptakan suasana
64
bersama manusia dengan kehidupan sekitarnya.
Hal tersebut dapat lihat dalam
masyarakat Kecamatan Kintom, yang mana dalam kehidupan sehari - hari telah mencerminkan adanya suatu bentuk interaksi/hubungan diantara yang berlatar belakang etnis budaya yang berbeda. Hubungan yang berlangsung pada masyarakat ini terjadi diantara etnis baik antara individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan maupun individu dengan individu dapat berjalan dengan baik dan mencerminkan adanya suatu hubungan yang kondusif. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan informan bahwa masyarakat disini meskipun terdiri dari berbagai etnis namun masyarakat selalu menjalin hubungan baik, hubungan masyarakat tidak terbatas hanya antara sesama suku, melainkan hubungan itu terjalin dengan berbagai kelompok etnis dan budaya yang berbeda. Salah satu contohnya pada setiap kegiatan ta‟ziah atas meninggalnya seorang yang berasal dari etnis lain, sebagai bagian dari masyarakat tanpa berfikir bahwa yang meninggal tersebut adalah suku lain namun masyarakat tetap menghadiri acara ta‟ziah tersebut berbagai rasa turut belasungkawa. Sumberdaya manusia merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Percepatan pembangunan kependudukan suatu daerah terkait seberapa besarnya potensi sumberdaya manusia yang ada. Besarnya jumlah penduduk merupakan suatu potensi sumberdaya pembangunan, yang bila dikelola maksimal akan berdampak terhadap kemajuan pembangunan suatu daerah. Adanya perubahan perbaikan kondisi pembangunan suatu daerah berdampak terhadap perubahan jumlah penduduk suatu
65
daerah,
seperti
arus
migrasi
serta
kelahiran
dari
penduduk
di
daerah
tersebut.Fenomena kependudukan dipengaruhi oleh factor kelahiran (natalitas), kematian (mortality) dan migrasi (migration). Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan faktor-faktor demografi suatu daerah. Kecamatan kintom sebagai daerah yang kondisinya dalam pembangunan mempunyai perkembangan tingkat kependudukan yang beragam. Perubahan sosial yang terjadi pada tingkat kelembagaan terjadi apabila keuntungan akan perubahan lebih besar dari pada biaya atau kerugian yang ditanggung. Konsep ini tentu akan dapat diperdebatkan mengenai pihak siapa yang diuntungkan dan pihak mana yang dirugikan. Perspektif gerakan sosial melihat bahwa dalam kelembagaan atau organisasi modern akan tercipta kelompok-kelompok dengan tujuan yang sama baik mendukung perubahan atau menentang perubahan yang terjadi. Perspektif interasional melihat adanya kompetisi antar kelompok sebagai sebuah penyebab perubahan sosial.kompetisi mungkin dapat berupa konflik kepentingan tentang perubahan itu sendiri.tekanan dari luar dapat berupa teknologi (material) maupun ideologi yang berasal dari tingkat makro ataupun sumber structural seperti pemerintah. Inilah yang terjadi pada kelembagaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan sosial. Dari sudut pandang kebudayaan, seni adalah salah satu bentuk eksperimen budaya kebudayaan ada karena sengaja diadakan oleh manusia untuk membentuk sebuah peradaban bagi orang-orang yang terlibat didalamnya serta untuk memenuhi
66
kebutuhan hidupnya. Oleh karena hanya manusialah makhluk yang berkebudayaan dan yang memiliki peradaban dalam hidupnya. Salah satu wujud produk kebudayaan manusia adalah seni. Maka, tidaklah berlebihan jika kemudian banyak yang menyatakan, bahwa seni tradisi dapat mengungkapkan sikap dan proses pengetahuan sosial. Bila demikian halnya, bahwa seni tradisi nusantara memiliki wajah yang jamak ( multifaced). Artinya, bahwa seni tradisi. Walaupun seni tradisi merupakan warisan dari generasi, akan tetapi bukan berarti hidup gratis, ia harus terus berjalan dan berdialog dengan proses peradaban yang melingkupinya. Oleh karenanya adalah wajar bilamana seni tradisi nusantara secara wujud, fungsi, dan maknanya selalu berubah seirama dengan dinamika sosial budaya masyarakat Kecamatan Kintom. Perubahan itu bisa saja terletak pada pengolahan bentuk, pengetahuan serta muatan perilaku sosial yang terdapat didalamnya. Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kintom selama Periode 2000-2011 mencapai 4,43 persen hal ini mengalami kenaikan dibandingkan laju pertumbuhan penduduk 1990-2000 yang mencapai pertumbuhan 1,43 persen.Peningkatan populasi penduduk di Kecamatan Kintom selama kurun waktu 2000-2011 banyak dipengaruhi adanya faktor migrasi selain faktor kelahiran. Faktor migrasi yang menonjol adalah terjadinya perpindahan penduduk dari daerah sekitarnya menuju ke Kecamatan Kintom sebagai dampak pembukaan lapangan pekerjaan dengan adanya proses pembangunan infrastruktur jalan dan kantor pemerintahan, perumahan.
67
Demikian pula adanya peningkatan produksi komoditi pertanian dan perikanan baik rumput laut, ikan, mutiara serta lainnya, dan adanya peningkatan sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa yang memberikan dampak terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk, sehingga menarik penduduk untuk berpindah ke Kecamatan kintom. Hasil perkembangan penduduk per kelurahan menunjukan ada lima kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak di Kecamatan kintom, di mana yang pertama adalah Kelurahan kalolos sebesar 46,40 jiwa, kelurahan padungnyo sebesar 33,16 jiwa, Kelurahan solan baru sebesar 27,31 jiwa, Kelurahan dimpalon baru sebesar 13,38jiwa, Kelurahan dimpalon sebesar 13,20 jiwa. Kintom merupakan salah satu Kecamatan di kabupaten banggai Sulawesi Tengah yang beribukota di Luwuk, kecamatan ini berbatasan dengan kecamatan nambo di timur, Selat Peling di selatan, kecamatan batui di Barat, dan pegunungan tongkea di utara. Luas wialyah Kecamatan Kintom adalah 518,72 Km2. Kecamatan kintom terbagi menjadi 19 kelurahan.kecamatan ini memiliki motto Monsuani tano menuju masyarakat madani yang artinya gemar menanam, karena pertanian telah menjadi pemasok terbesar kegiatan ekonomi daerah ini sehingga dapat mensejahterakan masyarakat. Dari hasil pertanian dan perkebunan ini berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah
68
pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, serta terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, dan jaringan telekomunikasi. Masyarakat Kecamatan Kintom selain bercocok tanam atau mengolah lahan pertanian mereka juga banyak menggantungkan mata pencahariannya dari hasil laut selain mereka langsung menjual hasil tangkapan dari pada pencarian mereka dilaut maka selain itu juga hasilnya mereka makan juga untuk kebutuhan keluarga mereka. Wah sangat segar dan tidak mudah kita dapatkan di Jakarta, dimana di Kecamatan Kintom ini ikan yang baru di dapat langsung diolah dan dinikmati. Contohnya saja ikan ini dijual di Kecamatan Kintom hanya lima ribu rupiah (Rp. 5000) 3 ekor, selain murah harganya pastinya ikannya segar dan nikmat rasanya. Pada saat matahari terbenam pun pemandangan sangat indah sekali dan sangat sayang jika dilewatkan begitu saja, tidak pernah saya lupakan Kecamatan Kintom,kelak suatu ketika nanti saya akan kembali kesana menikmati akan keindahanmu dan kekayaan lautmu. Kehidupan suatu masyarakat sangat di pengaruhi oleh agama dimana agama merupakan salah satu pembangunan manusia dari segi mental dan spiritual didasari dengan agama yang dianut.agama menjadi pedoman hidup bagi manusia untuk mengatur pelaksanan hidupnya, sehingga dengan ketaatan kepada agama secara
69
langsung telah mengajarkan manusia untuk patuh dan membiasakan untuk berdisiplin dalam menjalankan aturan. Masyarakat Kecamatan Kintom mayoritas beragama islam walaupun didalamnya masih terdapat kurang lebih 30% yang beragama kristen namun pengamatan penulis tingkat pemahaman masyarakat terhadap ajaran agama islam sudah sangat meningkat. Hal ini terlihat dari bentuk tempat beribadah yaitu mesjt, Pembangunan dibidang keagamaan baik fisik maupun non fisik semakin meningkat, terlihat pembinaan keagamaan aktif dilaksanakan melalui balai-balai yang ada di Kecamatan Kintom, serta pelaksanaan perayaan hari-hari besar keagamaan baik dilaksanakan berjamaah yang diputuskan dimesjid maupun secara individu berjalan dengan baik. Mayoritas agama di Kecamatan Kintom adalah agama islam. Keadaan tersebut disebabkan karena agama islam adalah agama mayoritas dalam komunitas masyarakat Kecamatan Kintom, selain agama islam terdapat juga agam Kristen dan katolik. Di bawah ini akan di sajikan tabel berdasarkan jumblah penganut agama dan jumlah tempat ibadah. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan polapola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
70
Di kabupaten banggai khususnya Kecamatan Kintom terdapat bahasa daerah yang biasa di gunakan masyarakat sebagai alat komunikasi. Bahasa daerah yang di gunakan yaitu bahasa daerah dari suku saluan karena mayoritas suku yang ada di Kecamatan Kintom adalah suku saluan. Meskipun ada sebagian kecil pendatang dari suku lain misalnya suku jawa, gorontalo, bugis, kaili dan Maluku. Akan tetapi bahasa yang di gunakan sabagai alat komunikasi antar suku bukanlah bahasa daerah melainkan bahasa Indonesia. Lingkungan kelurahan kintom mencakup iklim dan geografis, tampat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, adalah seluruh yang ada. Eksistensi lingkungan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi kigiatan individu dalam sifat positif dan negatif. Lingkungan yang kondusif serta selalu meletakkan nilai-nilai agama sebagai dasar utama dalam menjalani kehidupan, cenderung akan mewarnai terbentuknya perilaku positif dalam bermasyarakat. Sebaliknya lingkungan yang selalu diselimuti dengan masalah, serta kurang terbiasa dengan nilai agamais, cenderung menjadi lahan subur tumbuhnya perilaku negatif dalam prilaku masyarakat kelurahan kintom. Demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom, mereka juga akan terpengaruhi kepada
71
hal-hal yang negatif itu. Sehingga kondisi ini menunjukkan perlunya penataan lingkungan, guna memberi kontribusi yang maksimal terhadap pembentukan perilaku positif masyarakat Kecamatan Kintom. Mencermati hal ini, maka perlu dilakukan usaha untuk membina perilaku tiap individu melalui usaha pembinaan ini dihadapkan mampu mengantisipasi perilaku negatif yang sering mucul di kalangan masyarakat. Dengan pembinaan ini diharapkan mampu mengarahkan masyarakat untuk berperilaku positif sehingga menjadi sumber daya pembangunan yang potensial di masa kini dan masa yang akan datang. Kehidupan kita di masyarakat Kecamatan Kintom sangat mempengaruhi satu dengan yang lainnya, tidak terkecuali dengan berbagai perkembangan yang ada di era globalisasi ini. Sebagai masyarakat yang berkualitas tentu kita harus bisa menyikapi dengan benar kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini, itu semua agar semua orang juga bisa mendapatkan manfaat dari era globalisasi itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh mawardi pawata, selaku lurah di Kelurahan Kintom (Wawancara 12 Mei 2012), “Kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom di sekitar kita adalah hasil dari sebuah tindakan setiap orang, sehingga jika terjadi
suatu
aktifitas
dari seseorang
maka
dari
satu
aktifitas
itu
juga
bisa mengembangkan kehidupan masyarakat yang lainnya. Jadi, apa yang akan kita lakukan nanti juga akan diteruskan oleh kehidupan generasi Kecamatan Kintom
72
Selain itu, sebagai masyarakat kita adalah bagian dari kehidupan masyarakat itu untuk menciptakan masa depan kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom yang lebih baik maka kita yang merupakan generasi muda harus bisa memiliki kehidupan yang berkualitas. Dengan begitu, kehidupan kita juga bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom di sekitar. Menciptakan kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini untuk memiliki masa depan yang cerah bisa menjadi sulit juga bisa menjadi sangat mudah, tergantung bagaimana setiap individunya menciptakan suatu kehidupan. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa dari satu kehidupan bisa mempengaruhi kehidupan di masyarakat sekitar. Masa depan yang cerah di kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom bisa menjadi sulit jika kehidupan dari satu individu tidak memiliki kualitas yang baik, tapi masa depan kehidupan masyarakat yang cerah juga bisa dengan mudah kita raih asalkan setiap dari kita memiliki kehidupan yang berkualitas. Bagaimana caranya Sebenarnya sudah cukup banyak tips yang saya tuliskan untuk menciptakan kehidupan masyarakat berkualitas, seperti contohnya Masa Depan Tidak Akan Berubah. Berawalah dari situ, dengan begitu bisa memiliki pondasi dasar untuk bisa menciptakan kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom yang berkualitas. Kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom terlahir dari satu kehidupan sosial seseorang, maka jika setiap orang memiliki kehidupan sosial maka di situlah kehidupan masyarakat berada. Suatu kehidupan masyarakat tidak akan tercipta jika
73
tidak dimulai dari satu kehidupan sosial, kerena kehidupan sosial dari setiap orang adalah dasar dari terciptanya kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa keadaan geografis masyarakat yang merintangi kelurahan kintom, Oleh sebab itu, janganlah heran apabila dapat ditemui kelompok masyarakat yang tidak mempunyai sopan santun, adap, norma, bukan karena tidak mau atau tidak mau tahu, akan tetapi karena banyak pengaruh yang timbul antara individu yang satu ke yang lainnya. Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis saluan yang terdapat di Kecamatan Kintom musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara penyambutan. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival. Tari masyarakat yang terkenal adalah tari molabot yang artinya tarian penyambutan yang berasal dari masyarakat suku saluan, Tarian molabot khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Tari molabot adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan
74
berpasangan. Tarian ini adalah warisan leluhur dan merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Di Sulawesi Tengah. Tari Molabot merupakan tari pemyambutan yang diangkat dari inti gerak tiga etnis (suku) yang ada di Kabupaten Banggai, yaitu Saluan, Banggai dan Balantak, yang kemudian dirangkum menjadi tari pergaulan. Tari ini meski memiliki gerak dan ranpak yang sama tetapi dalam penyebutan diantara tiga etnis yang ada memang agak sedikit berbeda sebagai pengaruh dari dialeg setiap etnis. Tari ini dalam aksen suku Saluan disebut Molabot, dalam bahasa Balantak disebit Malaboti, sementara dalam Bahasa Banggai disebut dengan Malabot. Gerak tari tari Molabot banyak didominasi oleh gerak kaki dan tangan yang melingkar, sebagai sinbol kebersamaan dan kekeluargaan dengan syair-syair yang mengungkapkan rasa persauda-raan. Tari Malabot biasanya dimainkan penari-lpenari putri dengan jumlah penari antara 6 sampai 8 orang. Untuk lebih menyemarkkan gerak tari penyambutan ini biasanya para penari Molabot akan diiringi tetabuhan kendang dan gong. Tari Molabot selain mempunyai makna untuk menyambut para tetamu yang sifatnya komu-nikatif, dilakukan pada penyambutan. Setelah tari Molabot selesai ditampilkan baru kemudian dilanjutkan dengan acara yang lain. Lazimnya dilanjutkan dengan tari “Modero” yakni tari persaudaraan / pergaulan yang banyak digemari para muda/mudi di Kabupaten Banggai.