BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
GAMBARAN UMUM
1.1. Bank Bukopin Bank Bukopin didirikan pada tanggal 10 Juli 1970, sebelumnya dikenal sebagai Bank Umum Koperasi Indonesia. Pada 1989, perusahaan berganti nama menjadi Bank Bukopin. Selanjutnya, pada 1993 status perusahaan berubah menjadi perseroan terbatas. Bank Bukopin menfokuskan diri pada segmen UMKMK, seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan
Bank Bukopin telah
mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. Operasional Bank Bukopin kini didukung oleh lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time on-line. Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.
1.2. Bank Bumi Artha Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967 dengan Kantor Pusat Operasional di Jl. Tiang Bendera III No. 24, Jakarta Barat. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Pada tanggal 10 Juni 1992, Kantor Pusat Operasional Bank Bumi Artha
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
dipindahkan dari Jalan Roa Malaka Selatan No. 12 - 14, Jakarta Barat ke Jalan Wahid Hasyim No. 234, Jakarta Pusat. Untuk memudahkan pengenalan masyarakat terhadap Bank kami, maka pada tanggal 14 September 1992 dengan izin dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia nama Bank Bumi Arta Indonesia diganti menjadi Bank Bumi Arta.
1.3. Bank Central Asia BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998. Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
1.4. Bank Danamon Indonesia Didirikan pada tahun 1956, PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. merupakan salah satu lembaga keuangan terbesar di Indonesia, dengan jaringan tersebar di wilayah Aceh hingga Papua. Per 30 Juni 2016, Danamon mencatatkan aset sebesar Rp 175 triliun, didukung 1.900 kantor cabang dan pusat pelayanan, terdiri dari kantor cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam, unit Syariah, serta kantor cabang anak perusahaan, Adira. Danamon menyediakan akses ke 1.454 ATM dan 70 CDM, serta puluhan ribu ATM melalui kerja sama dengan jaringan ATM Bersama, ALTO, dan Prima yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
1.5. Bank Woori Saudara 1906 Secara singkat sejarah Bank Woori Saudara 1906 dapat dilihat sebagai berikut : TABEL 4.1 SEJARAH BANK WOORI SAUDARA 1906 Bank Saudara
Bank Woori Indonesia
1906
Himpoenan Soedara berdiri atas prakarsa 10 saudagar Pasar Baru
1995
Didirikan dengan nama PT Bank Korea Commercial Surya (BKCS)
1975
Menjadi Badan Hukum dengan nama “PT. Bank Tabungan Himpunan Saudara 1906”
2000
PT BKCS merger dengan PT Hanil Tamara Bank dan merubah namanya menjadi PT Bank Hanvit Indonesia
1993
Beroperasi sebagai Bank Umum dengan nama “PT. Bank HS 1906” yang diikuti perubahan logo
2006
2002
Merubah nama menjadi PT Bank Woori Indonesia
Identitas korporat berubah dari Bank HS 1906 menjadi Bank Saudara sekaligus menjadi Perusahaan publik/terbuka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Bank Saudara
Bank Woori Indonesia
1906
Himpoenan Soedara berdiri atas prakarsa 10 saudagar Pasar Baru
1975
Menjadi Badan Hukum dengan nama “PT. Bank Tabungan Himpunan Saudara 1906”
1993
Beroperasi sebagai Bank Umum dengan nama “PT. Bank HS 1906” yang diikuti perubahan logo
2006
Identitas korporat berubah dari Bank HS 1906 menjadi Bank Saudara sekaligus menjadi Perusahaan publik/terbuka
2008
Izin beroperasi menjadi Bank Devisa
2013
PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk, telah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia melalui surat tertanggal 30 Desember 2013 terkait pembelian 33% (tiga puluh tiga persen) saham Bank Saudara oleh Woori Bank Korea. Bank Woori Saudara
2014
2015
1. Pada tanggal 28 Januari 2014, terjadi perubahan susunan pemegang saham Bank Saudara yang diakibatkan penjualan 764.403.090 lembar saham atau setara dengan 33% saham Bank Saudara. 2. Penggabungan Usaha (Merger) PT Bank Woori Indonesia ke dalam PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk ("Perseroan") telah berlaku efektif sejak tanggal 30 Desember 2014. Perubahan nama dari PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk (Bank Saudara) menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk ( Bank Woori Saudara ).
1.6. BPD Jawa Barat dan Banten Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten. Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS- LB) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia No.12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo serta Surat Keputusan Direksi Nomor 1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah menjadi bank bjb.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
1.7. Bank Mandiri (Persero) Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi, termasuk pengurangan cabang dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi. Dalam proses penggabungan dan pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620
1.8. Bank Negara Indonesia (Persero) Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia. Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955. Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding untuk membangun & memperkuat reputasi BNI. Identitas baru ini dengan menempatkan angka ‘46’ di depan kata ‘BNI’. Kata ‘BNI’ berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka ‘46’ dalam kotak orange diletakkan secara diagonal untuk menggambarkan BNI baru yang modern.
1.9. Bank Nusantara Parahyangan Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan jasa perbankannya lebih luas dan dapat membidik sektor ekonomi yang lebih besar lagi, sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Pada Agustus 1994 untuk melayani ragam transaksi dan akses perdagangan yang lebih luas khususnya untuk transaksi valuta asing dan perdagangan luar negeri melalui transaksi ekspor dan impor, maka Bank BNP melengkapi ijin operasionalnya dengan ijin sebagai Bank Devisa. Pada tahun 2000 berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka). Kemudian dengan tujuan untuk memperkuat struktur permodalan Bank BNP, maka pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada pemegang saham.
1.10. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
1.11. Bank Tabungan Negara (Persero) Secara singkat sejarah Bank Tabungan Negara dapat dilihat sebagai berikut : TABEL 4.2 SEJARAH BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tahun
Keterangan
1897
BTN berdiri dengan nama "Postpaarbank" pada masa pemerintah Belanda
1950
Perubahan nama menjadi "Bank Tabungan Pos" oleh Pemerintah RI
1963
Berganti nama menjadi Bank Tabungan Negara
1974
Ditunjuk pemerintah sebagai satu-satunya institusi yang menyalurkan KPR bagi golongan masyarakat menengah kebawah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Tahun
Keterangan
1989
Memulai operasi sebagai bank komersial dan menerbitkan obligasi pertama
1994
Memperoleh izin untuk beroperasi sebagai Bank Devisa
2002
Ditunjuk sebagai bank komersial yang fokus pada pembiayaan rumah komersial
2009
Sekuritisasi KPR melalui Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) pertama di Indonesia
2009
Bank BTN melakukan Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) dan listing di Bursa Efek Indonesia
2012
Bank BTN melakukan Right Issue
2.
STATISTIK DESKRIPTIF Statistik deskriptif ini digunakan untuk melihat gambaran umum dari data yang
digunakan. Tabel dibawah ini menunjukan statistik deskriptif atas variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini . TABEL 4.3 STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics N
Range
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
CAR
55
15.73
12.17
27.90
929.97
16.9085
2.84356
LDR
55
79.02
61.70
140.72
4762.89
86.5980
12.61691
ROA
55
4.16
.99
5.15
146.36
2.6611
1.13058
DPR
55
54.67
7.53
62.20
1537.13
27.9478
11.67825
HARGA_SAHAM
55
13,161
139
13,300
211,184
3,839.71
3,857.938
Valid N (listwise)
55
Sumber : Output SPSS 21 Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa : 1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Nilai minimum CAR dari ke sebelas perusahaan yang diteliti selama 5 tahun yaitu 12,17% (Bank Nusantara Parahyangan pada tahun 2012), dan nilai maksimum 27,90% (Bank Woori Saudara 1906 pada tahun 2013) artinya perusahaan sampel dalam penelitian ini memiliki CAR dalam kategori sangat baik , baik nilai minimal maupun maksimal karena nilai CAR ≥ 12% . Nilai mean yaitu 16,90% artinya kesebelas bank yang diteliti dalam waktu 5 tahun memilki nilai rata – rata CAR dalam kategori yang sangat baik, karena nilai nilai CAR ≥ 12%. Dengan nilai standar deviasi CAR sebesar 2,84%. 2. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan dengan Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh bank. Nilai minimum LDR dari ke sebelas perusahaan yang diteliti selama 5 tahun yaitu 61,70% (Bank Central Asia pada tahun 2011) artinya LDR berada pada kategori sangat baik karena LDR ≤ 75%, dan nilai maksimum 140,72% (Bank Woori Saudara 1906 pada tahun 2013) artinya LDR berada pada kategori sangat tidak baik karena LDR > 120%. Nilai mean yaitu 86,59% artinya kesebelas bank yang diteliti dalam waktu 5 tahun memilki nilai rata – rata LDR dalam kategori cukup karena 85% < LDR ≤ 100%. Dengan nilai standar deviasi LDR sebesar 12,61%. 3. Variabel Return on Asset (ROA) ) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Nilai minimum ROA dari ke sebelas perusahaan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
diteliti selama 5 tahun yaitu 0,99% (Bank Nusantara Parahyangan pada tahun 2015) artinya ROA dalam kategori cukup karena 0,5% < ROA ≤ 1,25%, dan nilai maksimum 5,15% (Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2012) artinya dalam kategori sangat baik karena ROA > 1,5%. Nilai mean yaitu 2,66% artinya kesebelas bank yang diteliti dalam waktu 5 tahun memiliki nilai rata – rata ROA dalam kategori sangat baik karena ROA > 1,5%. Dengan standar deviasi 1,13%. 4. Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah total laba bersih perusahaan. Nilai minimum DPR dari ke sebelas perusahaan yang diteliti selama 5 tahun yaitu 7,53% (Bank Central Asia pada tahun 2015) artinya bank membagikan dividen 7,53% dari laba bersih setiap tahunnya, nilai maksimum sebesar 62,20% (BPD Jawa Barat dan Banten pada tahun 2014) artinya bank membagikan dividen 62,20% dari laba bersih setiap tahunnya. Nilai mean 27,94% artinya kesebelas bank yang diteliti dalam waktu 5 tahun rata – rata membagikan dividen sebesar 27,94 dari laba bersih setiap tahunnya. Dengan standar deviasi 11,67%.
3.
UJI ASUMSI DAN KUALITAS INSTRUMEN PENELITIAN
3.1. Uji Asumsi Klasik 3.1.1. Uji Normalitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel bebas dan terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui Kolmogorov Smirnov. Dasar dalam pengambilan keputusan adalah jika Asymp. Sig (2-tailed)> 0,05 maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya. TABEL 4.4 HASIL UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
55
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
.0000000
Mean Std. Deviation
2568.29764021
Absolute
.073
Positive
.073
Negative
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.541
Asymp. Sig. (2-tailed)
.932
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 21 Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,932 nilainya lebih besar dari 0,05 (0,932 >0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal 3.1.2. Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas, dapat dilihat berdasarkan tolerance atau VIP. Jika tolerance lebih dari 0,1 dan VIP < 10 maka tidak terjadi masalah multikolonieritas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
TABEL 4.5 HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
6211.078
3164.680
CAR
27.939
143.485
1 LDR
72.743
ROA DPR
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1.963
.055
.021
.195
.846
.792
1.262
32.231
.238
2.257
.028
.798
1.254
2287.398
333.836
.670
6.852
.000
.926
1.080
60.346
31.308
.183
1.928
.032
.987
1.013
a. Dependent Variable: HARGA_SAHAM
Sumber : Output SPSS 21
Dari tabel 4.5 dapat diketahui nilai toleransi tidak kurang dari 0,1 yaitu CAR senilai 0,792 berarti (0,792 > 0,1), LDR senilai 0,798 berarti (0,798 > 0,1), ROA senilai 0,926 berarti (0,926 > 0,1), DPR senilai 0,987 berarti (0,987 > 0,1). Nilai VIP tidak lebih dari 10, yaitu CAR senilai 1,262 berarti (1,262 < 10), LDR senilai 1,254 berarti (1,254 < 10), ROA senilai 1,080 berarti (1,080 < 10), DPR senilai 1,013 berarti (1,013 < 10). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tersebut tidak terdapat gangguan multikolonieritas.
3.1.3. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual serta pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
heterokedastisitas. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran plot melalui gambar scatterplot sebagai berikut :
Sumber : Output SPSS 21 GAMBAR 4.1 HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS Dari grafik scatterplot yang ditampilkan pada gambar 4.1 terlihat titik – titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. 3.1.4. Uji Autokorelasi Hasil analisis Durbin Watson (DW) dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
regresi. Menurut Ghozali (2013:110) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari ketentuan berikut : a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4 – dL) , maka terdapat autokorelasi. b. Jika d terletak antara dU dan (4 – dU), maka tidak ada autokorelasi. c. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4 – dU) dan (4 – dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. TABEL 4.6 HASIL UJI AUTOKORELASI Model Summaryb Model
1
R
R Square
.746a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.557
.521
2,669.053
Durbin-Watson
1.881
a. Predictors: (Constant), DPR, ROA, LDR, CAR b. Dependent Variable: HARGA_SAHAM
Sumber : Output SPSS 21
Dari tabel 4.6 tersebut memperlihatkan bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1.881, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%, jumlah sampel N = 55 dan jumlah variabel bebas 4 (K = 4) maka diperoleh nilai dU 1.7240. Nilai DW 1.881 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1.7240 dan kurang dari (4-dU) 4 – 1,7240 = 2,276. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. 3.2. Analisis regresi linier berganda Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, menunjukan arah hubungan antara variabel terikat dan bebas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
TABEL 4.7 HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Dari tabel 4.7 di atas menunjukan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Harga saham = 6.211,078 + 27,939 CAR + 72,743 LDR + 2. 287,398 ROA + 60,346 DPR + Ɛ Keterangan regresi linier berganda : 1. Konstanta sebesar 6.211,078 menyatakan jika CAR, LDR, ROA dan DPR bernilai nol maka besarnya harga saham adalah 6.211,078. 2. Koefisien regresi CAR adalah positif sebesar 27,939. Hasil ini menunjukan bahwa setiap penambahan CAR 1% akan menambahkan harga saham sebesar Rp. + 27,939 . Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara CAR dengan harga saham, semakin naik CAR maka semakin meningkat harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
3. Koefisien regresi variabel LDR adalah positif sebesar 72,743. Hasil ini menunjukan bahwa setiap penambahan LDR 1% akan menambahkan harga saham sebesar Rp. + 72,743. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara LDR dengan harga saham, semakin naik LDR maka semakin meningkatkan harga saham. 4. Koefisien regresi variabel ROA adalah positif sebesar 2. 287,398. Hasil ini menunjukan bahwa setiap penambahan ROA 1% akan menambahkan harga saham sebesar Rp. + 2. 287,398. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROA dengan harga saham, semakin naik ROA maka semakin meningkatkan harga saham. 5. Koefisien regresi variabel DPR adalah positif 60,346. Hasil ini menunjukan bahwa setiap penambahan DPR 1% akan menambahkan harga saham sebesar Rp. + 60,346. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara DPR dengan harga saham, semakin naik DPR maka semakin meningkatkan harga saham.
4.
PENGUJIAN HIPOTESIS
4.1. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas (CAR, LDR, ROA,DPR) dalam menjelaskan variabel terikat (Harga Saham). Untuk regresi linier berganda digunakan R2 dimana R2 dapat diketahui pada tabel nilai koefisien determinasi berikut ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
TABEL 4.8 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2) Model Summaryb Model
1
R
R Square
.746a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.557
.521
2,669.053
a. Predictors: (Constant), DPR, ROA, LDR, CAR b. Dependent Variable: HARGA_SAHAM
Sumber : Output SPSS 21
Tabel 4.8 menunjukan bahwa terjadi korelai atau hubungan yang signifikan antara CAR, LDR, ROA, DPR sebagai variabel bebas. Dari hasil pengujian pada tabel 4.8 diperoleh Adjusted R Square sebesar 0,557 atau 55,7%. Angka ini mengidentifikasikan bahwa 55,7% perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh CAR,LDR,ROA, dan DPR. Sedangkan 44,3% dijelaskan oleh sebab – sebab lain yang tidak dimasukkan oleh model penelitian.
4.2. Uji Signifikansi Serentak (ANOVA / Uji F) Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh CAR, LDR, ROA, DPR secara serentak terhadap Harga Saham. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA berikut ini : TABEL 4.9 HASIL UJI ANOVA / UJI F ANOVAa Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
447526835.836
4
111881708.959
Residual
356192249.509
50
7123844.990
Total
803719085.345
54
a. Dependent Variable: HARGA_SAHAM b. Predictors: (Constant), DPR, ROA, LDR, CAR
Sumber : Output SPSS 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
F 15.705
Sig. .000b
71
Tabel 4.9 menunjukan nilai F hitung sebesar 15,705 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai probabilitas yang diperoleh < 0,05, yang berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel terikat, yaitu Harga Saham. Nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa variabel CAR, LDR, ROA, dan DPR berpengaruh secara serentak terhadap variabel Harga Saham.
4.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (t – test) T – test dilakukan untuk menentukan pengaruh masing – masing variabel bebas ( X ) secara individual terhadap variabel terikat ( Y ). Hasil T – test dapat dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL 4.10 HASIL T – TEST Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error
6211.078
3164.680
CAR
27.939
143.485
LDR
72.743
ROA DPR
Beta 1.963
.055
.021
.195
.846
32.231
.238
2.257
.028
2287.398
333.836
.670
6.852
.000
60.346
31.308
.183
1.928
.032
a. Dependent Variable: HARGA_SAHAM
Sumber : Output SPSS 21
Nilai t hitung variabel CAR (X1) diperoleh sebesar 0,195 dan nilai signifikan sebesar 0,846. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh sebesar 0,846 lebih besar dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa H1 ditolak, artinya CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
Nilai t hitung variabel LDR (X2) diperoleh sebesar 2,257 dan nilai signifikan sebesar 0,028. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh 0,028 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa H 2 diterima, artinya LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Nilai t hitung variabel ROA (X3) diperoleh sebesar 6,852 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa H 3 diterima, artinya ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Nilai t hitung variabel DPR (X4) diperoleh sebesar 1,928 dan nilai signifikan sebesar 0,032. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh 0,032 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa H4 diterima, artinya DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. TABEL 4.11 RINGKASAN HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis H1 H2 H3 H4
5.
Keterangan Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Loan to Deposits Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Return on Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
Kesimpulan Ditolak Diterima Diterima Diterima
PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan
to Deposit Ratio (LDR), Return on Asset (ROA) dan Dividen terhadap harga saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 – 2015 memberikan beberapa hasil yang dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. 1.
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa H1 ditolak artinya
Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011 – 2015. Hal ini selaras dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sandro Sambul (2016) dan Fanny Roswita (2014) yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap harga saham.. Nilai t positif menunjukan bahwa CAR mempunyai hubungan yang satu arah dengan harga saham. Interpretasi dari variabel ini adalah bahwa setiap kenaikan CAR 1% maka harga saham mengalami peningkatan sebesar Rp. 27.939 dengan syarat nilai variabel bebas lainnya dianggap konstan. Dalam penelitian ini CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham namun CAR memberikan arah yang positif terhadap harga saham dimana semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula harga saham, karena bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya dan cukup pula menanggung resiko apabila bank dilikuidasi .Hal ini membuat investor dalam melakukan investasi terhadap 11 sampel bank dalam penelitian ini tidak melihat dari nilai CAR dikarenakan nilai rata – rata CAR pada 11 sampel bank selama tahun 2011 – 2015 diatas ketentuan batas aman BI yaitu senilai 8%. Nilai rata – rata CAR tahun 2011 sebesar 15,67%, tahun 2012 sebesar 16,28%, tahun 2013
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
sebesar 17,13%, tahun 2014 sebesar 16,73% dan tahun 2015 sebesar 18,72%. Hal ini yang membuat investor merasa aman dalam berinvestasi sehingga CAR hanya menjadi informasi tambahan saja bagi investor dalam melakukan keputusan investasi. CAR merupakan salah satu faktor bagi investor di dalam membuat keputusan namun pengaruhnya terhadap harga saham tidak terlalu berpengaruh, dimana investor menganggap rasio CAR belum cukup baik dalam menggambarkan tingkat return yang sepadan dengan resiko yang akan ditanggungnya.
2.
Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa H 2 diterima artinya
Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011 – 2015. Hal ini selaras dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sandro Sambul (2016), Satria dan Haryani (2015), Maria Ulfa (2014) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh terhadap harga saham. Hasil LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dalam penelitian ini dikarenakan LDR menunjukkan semakin tinggi kredit yang diberikan pihak bank yang berarti akan terjadi peningkatan bunga dari kredit tersebut yang berdampak pada tingginya perolehan laba bank yang bersangkutan, sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan bank tersebut meningkat, dengan kata lain LDR akan meningkatkan return saham. Hal ini dikarenakan perbankan belakangan ini lebih
memilih
untuk
menyalurkan tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perkreditan
agar
75
dapat meningkatkan pendapatan dari sektor bunga kredit. Tentunya dengan tingginya pendapatan dari sektor tersebut dapat meningkatkan pendapatan perbankan.
Dengan pendapatan yang
meningkat
akan mempengaruhi
laba
perusahaanakan dimana laba perusahaan dapat meningkatkan return saham dan akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham Rata – rata LDR pada penelitian ini sesuai dengan batas aman ketentuan BI yaitu LDR diantara 80% sampai dengan 110%. Tahun 2011 rata – rata LDR yaitu 79,36%, kemudian tahun 2012 nilai rata – rata LDR 82,76%, tahun 2013 nilai rata – rata LDR 93,01%, tahun 2014 nilai rata – rata LDR 88,42% dan tahun 2015 nilai rata – rata LDR 89,43%. LDR mencerminkan kegiatan usaha atau operasional sehari – hari perbankan. Bagaimana operasionalnya dibiayai, apakah lebih banyak dari hutang atau modal perusahaan. Investor akan lebih memilih bank – bank yang mampu membiayai operasionalnya dengan modal atau apabila harus dibiayai dengan hutang, maka bank tersebut harus bisa mengembalikannya dengan aset yang dimilikinya. Dengan likuiditas bank yang tinggi maka hal tersebut akan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen pada bank tersebut. 3.
Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap harga saham Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa H 3 diterima artinya
Return on Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011 – 2015. Hal ini selaras dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sandro
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
Sambul (2016), Maryyam Anwaar (2016) , Y. Sunyoto (2014), Maria Ulfa (2014) yang menyatakan ROA berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dalam penelitian ini dikarenakan saat laba sebelum pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, laba sebelum pajak, laba bersih dan EPS juga akan naik itu berarti semakin besar ROA, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset baik aktiva lancar maupun aktiva tetapnya, dengan demikian harga saham juga akan cenderung naik karena investor akan tertarik membeli saham bank tersebut. ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi pula, dengan laba yang tinggi maka semakin tinggi pula besarnya dividen yang akan dibagikan kepada investor. Hal inilah yang menjadi daya tarik investor untuk memilki saham di perusahaan tersebut. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa disamping memperoleh keuntungan dari capital gain investor juga memperhatikan tingkat pencapaian profitabilitas bank dengan melihat ROA . Profitabilitas sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan, oleh sebab itu umumnya investor mempertimbangkan ROA dalam memutuskan suatu investasi dalam bentuk saham, sehingga ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Nilai rata – rata ROA pada 11 sampel bank pada penelitian ini berada di kategori sangat baik. Berdasarkan surat edaran BI No. 13/1/PBI/2011, ROA berada dalam kategori sangat baik apabila ROA > 1,5% . Nilai rata – rata ROA tahun 2011 sebesar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
2,80%, kemudian tahun 2012 sebesar 2,81%, tahun 2013 sebesar 3,03%, tahun 2014 sebesar 2,46% dan tahun 2015 sebesar 2,20%.
4.
Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa H 4 diterima artinya
Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011 – 2015. Hal ini selaras dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Byson B. Majanga (2015) dan Adnan Ali (2015) yang menyatakan bahwa DPR berpengaruh terhadap harga saham. DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham karena salah satu pertimbangan investor dalam memutuskan membeli sebuah saham adalah pembagian dividen. Dengan pembagian dividen, investor dapat menilai prospek masa depan. Dari hal ini dapat dilihat bahwa dividen menjadi sinyal untuk para investor menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Dividen merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijadikan tolak ukur yang lebih baik oleh investor dalam membuat keputusan investasinya, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham, di mana apabila investor menganggap bahwa angka Dividen perusahaan cukup baik dan akan menghasilkan return yang sepadan dengan resiko yang akan ditanggungnya, maka permintaan terhadap harga saham perusahaan juga akan meningkat. Hal ini sejalan dengan teori dividen signaling hypothesis yang menyatakan bahwa dividen sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
syarat dari prakiraan manajemen atas laba perusahaan (Brigham dan Houston, 2013: 173). Serta dividen dianggap membawa informasi jika dividen menyebabkan laba (Jogiyanto,2010:576), pembagian dividen yang besar akan memberikan kenaikan laba bagi investor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/