BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Tabel 1 : Identitas diri subjek Nama Usia Jenis kelamin Anak ke…dari…saudara Tanggal lahir Status Alamat Pekerjaan Pendidikan Agama
R 21 w
A 22 w
M 22 w
3/3 27 Juli 1991 Menikah Jakarta Karyawan swasta SMA Islam
2/2 11 Juni 1990 Menikah Tangerang
4/4 10 oktober 1990 Bercerai Bekasi
Ibu rumah tangga SMA Islam
Karyawan swasta SMA Islam
4.1. Gambaran Diri 4.1.1. Subjek R Subjek R memiliki warna kulit putih langsat dengan memakai baju warna hijau dan celana panjang warna hitam. Bentuk badan subjek proporsional dengan tinggi tubuhnya. Saat itu subjek tengah mengendong anaknya dengan selembar kain yang diikatkan di pundaknya. Subjek juga menguncir rambutnya yang panjang agar anak yang sedang digendongnya tidak terkena kibasan rambutnya. 4.1.1.1 Latar Belakang Subjek R Subjek R adalah seorang ibu rumah tangga yang telah dikaruniai dengan satu orang anak perempuan. Suami Subjek adalah seorang karyawan swasta. Sebelum 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
mempunyai anak Subjek R bekerja pada suatu perusahaan di daerah Jakarta Barat. Subjek R pada saat diwawancarai masih berusia 21 tahun, dengan jumlah saudara kandung ada dua orang, Subjek adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Alasan Subjek R menikah muda adalah karena permintaan ibunya yang terlalu takut pada takhayul sebelum menikah dengan suaminya Subjek berpacaran dengan orang lain, masa pacar Subjek terbilang lama dengan mantannya itu, tetapi karena orangtua khususnya ibunya Subjek tidak menyukai mantannya Subjek maka akhirnya Subjek memutuskan mantannya tersebut, tetapi orangtua mantannya tidak menerima perlakuan Subjek pada anaknya, maka ibu dari mantannya tersebut, menyumpah Subjek agar tidak laku-laku. Mendengar sumpah tersebut maka ibu Subjek pun ketakutan, maka karena Subjek masih memiliki selingkuhan yang sekarang adalah suaminya, maka Ibu Subjek pun meminta suami subjek yang sekarang untuk cepat-cepat menikahi Subjek, agar sumpah ibu mantannya Subjek tidak berlaku pada diri Subjek. Pada saat menikah usia Subjek masih berusia 19 tahun, sedangkan suaminya berusia 22 tahun. Sekarang Subjek dan suaminya tinggal bersama orangtua Subjek. Saat ini kegiatan Subjek hanyalah mengurus anaknya yang baru berusia 1 tahun sedangkan suaminya bekerja pada suatu bank swasta di Jakarta. 4.1.1.2. Observasi Pada saat diwawancara subjek terlihat tenang dalam setiap menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Subjek menjawab dengan jelas dan ringkas setiap pertanyaan yang diajukan, sesekali Subjek terlihat berpikir dalam menjawab pertanyaan yang menyinggung masalah pribadinya. 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.1.1.3. Setting Tempat Wawancara dilaksanakan di rumah subjek di bilangan Jakarta Barat, pada pukul 14.00 siang. 4.1.1.4. Hasil Wawancara Subjek R a) Gejala Stres 1) Gejala Fisik Dalam mengurus anaknya yang masih berusia 1 tahun Subjek seringkali merasa sakit pada bagian kepalanya. “kalau mengurus anak sih ga terlalu ribet ya, paling kalau anaknya lagi rewel, nangis melulu, saya sering pusing gitu, suka masuk angin, sayanya juga cape terus” Masalah sakit kepala hanya satu masalah yang dialami oleh Subjek, sebenarnya ada beberapa gejala stres yang timbul dalam diri subjek. “saya juga jadi jarang makan nih, kalau lagi ada masalah, yaa…. Masalah sama suami, sama mertua, sama ortu dan yang lain-lain deh, apa lagi kalau sudah mikirn tentang ekonomi keluarga, duuhhh….saya makin tidak nafsu buat makan….ini tadinya saya gemuk, tapi karena banyak pikiran, banyak masalah, jadi kurus deh saya”.
40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Masalah Subjek yang datang silih berganti dalam keluarganya membuat Subjek kehilangan nafsu makan akibat terlalu banyak memikirkan masalah-masalah yang dihadapinya. 2) Gejala Kognitif Dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya Subjek suka lupa akan hal-hal yang sifatnya sepele, seperti melakukan suruhan suami, atau subjek tidak jarang salah dalam melakukan tugasnya. “saya suka lupa kalau disuruh sama suami atau orangtua, ya misalnya disuruh beli kopi malah beli teh, itu sih…karena saya ribet ngurus anak, terus suami saya kan pulangnya sore melulu, terus saya disuruh bikin minum, disuruh sama ibu, katanya buat suami saya, tapi sayanya entar-entaran, gara-gara anak saya rewel melulu minta susu, minta digendong, ya sudah sambil megangin anak, saya ke warung beli teh, pas balik ke rumah, eh....gak taunya ibu saya malah ngomelin saya katanya salah beli”. Ketika Subjek sedang asyik melakukan sesuatu seperti mencuci atau memasak subjek suka marah-marah jika disuruh sama kakaknya atau orangtuanya. “say mah, suka ribet sendiri, kalau mau ngapa-ngapain, ya misalnya saya lagi masak lah, kakak kan suka nyuruh-nyuruh tuh, nyuruh jemurin baju lah, nyuruh bantuin ibu lah, saya suka marah-marah, tapi marahnya mah cuma buat bilangin aja kalau saya tuh lagi masak, nanti dulu gitu kalo mau nyuruh.
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3) Gejala Emosional Atau Mental Subjek suka bertengkar dengan suaminya karena masalah ekonomi yang dihadapi oleh mereka berdua atau dalam mengurus seorang anak, dikarenakan suami Subjek tidak jarang pula mau dalam mengurus anak “kalau berantem sama suami sih sering ya, seperti dia tidak mau ngurus anak karena baru pulang kerja. Biasanya sih ada yang mengalah, daripada berantem melulu, kan tidak enak sama tetangga”. Subjek adalah seorang ibu yang mau mengalah demi kebaikkan keluarganya, Subjek tidak akan membiarkan masalah berlarut-larut agar tidak mengganggu kehidupan pribadi maupun sosialnya. 4) Gejala Behavioral dan Tingkah Laku Gejala behavioral tidak terlalu nampak pada Subjek yang satu ini, tetapi dalam beberapa kesempatan gejala ini muncul dalam diri Subjek. “waktu itu kan saya kerja di emporium, jadi SPG, disitu sistem kerjanya shift, jadi saya jarang ngurus anak, biasanya anak nanti saya titipin sama ibu saya. Saya kerja gak ada liburnya, paling saya minta ijin kalau anak saya sakit”. Minta ijin dalam kasus Subjek R tidak dinilai sebagai tindakan absenteeism karena subjek meminta ijin, karena subjek memikirkan keadaan anaknya maka tindakan ini perlu Ia lakukan supaya Ia menemani anaknya yang sakit.
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b) Jenis Stres Jenis Stres yang dialami oleh Subjek R adalah stres yang positif atau eustress, ini dikarenakan setiap masalah yang Ia hadapi, dijadikan pelajaran olehnya agar jika kejadian ini terulang kembali Subjek dapat mengahadapinya dengan tegar dan penuh semangat. Disisi lain, yang membuat Subjek dapat survive dari masalah-masalah yang ia hadapi adalah, anak yang selalu Ia jaga dan Ia rawat, karena subjek berpikir, jika Ia sakit maka siapa yang akan mengurus anaknya kalau bukan dirinya sendiri. Jika Subjek sedang mengurus anaknya maka sifat keibuannya akan muncul dan menyingkirkan masalah atau pikiran-pikiran yang akan membuat dia stres. Peranan orangtua juga menjadikan alasan supaya Ia tidak berlarut-larut dalam masalah. Biasanya sih ada yang mengalah, daripada berantem melulu, kan tidak enak sama tetangga”. c) Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Stres 1) Intensitas dan Lamanya Stres Ketika Subjek memiliki masalah, Subjek tidak suka dan tidak akan membiarkan masalah yang sedang dihadapinya menjadi berlarut-larut agar kehidupan rumah tangganya menjadi harmonis dan fungsi kehidupannya berjalan dengan normal. “kalau berantem sama suami sih sering ya, seperti dia tidak mau ngurus anak karena baru pulang kerja. Biasanya sih ada yang mengalah, daripada berantem melulu, kan tidak enak sama tetangga”. 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
d) Sumber-Sumber Stres 1) Sumber-Sumber Stres Dalam Diri Seseorang Subjek memiliki konflik dalam dirinya ketika subjek masih awal-awal menikah, seperti dalam hal dengan teman sebaya, suaminya sering tidak mengijinkan Subjek untuk bermain dengan teman-temannya, ditambah lagi ketika perutnya makin membesar, Ia makin tidak bisa bermain dengan teman-temannya. “saya ma kepikiran buat main sama temen-temen, masih mau sama-sama mereka gitu, tapi bagaimana, suami tidak mengijinkan, sayanya juga lagi ngisi kan waktu itu”. Konflik dalam diri ini membuat Subjek menjadi bingung, tapi pilihan terbaik bagi dirinya adalah keluarganya, karena Subjek berpikir bahwa Ia akan memiliki anak, dan akan membentuk keluarga. Jadi Ia lebih memikirkan masa depannya bersama suami dan anak yang dikandungnya daripada teman-teman dari masa lalunya. 2) Sumber-Sumber Stres di dalam Keluarga Di dalam keluarga Subjek suka ada konflik dalam tubuh keluarganya seperti dalam hal pengurusan anak “berantem ma pernah sama suami, ya kaya ngrusin anak, kan sama-sama pulang kerja jadi cape, jadi maen suruh-suruhan gitu”. Hal itu tidak menjadi masalah yang berlarut-larut, Subjek selalu mengalah agar tidak menjadi panjang.
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Biasanya sih ada yang mengalah, daripada berantem melulu, kan tidak enak sama tetangga”. 3) Pekerjaan Di pekerjaannya yang terdahulu Subjek seringkali tertekan dengan target yang harus dicapainya, karena profesi Subjek sebelumnya adalah seorang SPG “dulu waktu masih kerja di emporium, saya sering ditargetkan penjualannya, kan waktu itu saya kerja jadi SPG gitu, jadi ditergetin gitu, ya..harus segitu penjualannya, kalo ga nyampe target ya gak dapet bonus” e) Analisis Kasus dan Teori Dalam kasus R ini, sesuai dengan pernyataan dari Selye dalam Mahsun (2004) bahwa stres sebenarnya merupakan respon tubuh terhadap apa yang terjadi di sekeliling kamu dan di dalam diri kamu sendiri. Tubuh R merespon segala macam stimulus yang dapat membuat R merasakan gejala-gejala stres. Gejala stres yang muncul dari dalam tubuh R ini sebenarnya sangat wajar karena itu merupakan mekanisme pertahanan dirinya. Gejala-gejala ini tidak hanya muncul dari tubuhnya saja, tapi juga berdampak ke hal-hal lainnya seperti kognitif. Dalam kasus ini gangguan kognitif yang nampak pada diri R adalah kurangnya konsentrasi, sehingga membuat daya ingat menjadi berkurang, ini disebabkan karena perhatiannya hanya terfokus pada hal yang ia tuju (anaknya), yang harus ia selesaikan sehingga jika ada stimulus lain yang masuk menjadi hilang karena fokus awal tersebut. Gejala lainnya yang nampak pada diri R adalah gejala emosional, yaitu adanya rasa marah, meski tidak terus-menerus tapi ini merupakan gejala yang patut
45 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dperhatikan, karena gejala ini merupakan perubahan emosionalnya, penyebab perubahan emosional dalam diri R ini disebabkan karena faktor hubungan suami istri yang masih muda, seperti R sebagai istri ingin suaminya juga mengurus anaknya sedangkan suaminya tidak ingin mengurus anak karena baru pulang kerja, keadaan emosi yang masih labil membuat kegiatan mengasuh anak menjadi tidak menyenangkan. Gejala yang terakhir adalah perubahan behavioral, gejala ini yang terlihat dalam diri Subjek R adalah tindakan absenteeism meski tidak terlalu sering, tetapi tindakan ini perlu diperhatikan. Penyebab tindakan absenteeism pada diri R ini disebabkan karena anaknya yang sakit, sehingga membuat pikiran R menjadi teralihkan ke anaknya sehingga mood untuk bekerja menjadi hilang dan R ingin menemani anaknya yang sakit. Hal ini perlu diperhatikan karena menurut Subjek R prioritas utama saat itu adalah merawat anaknya. Gejala stres bukanlah satu-satunya yang dapat dijadikan patokan dalam menentukan apakah R stres atau tidak. Hal lain yang dapat dijadikan patokan adalah sumber-sumber stres yang dapat memicu munculnya stres, seperti dalam keluarga, dalam diri sendiri dan dalam pekerjaan R. Semua hal itu dapat memicu terjadinya stres, karena seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa stres merupakan respon tubuh. Sumber stres dalam diri disebabkan karena konflik dalam dirinya, apakah Ia harus mengurus keluarganya atau ingin menuruti hasratnya sebagai seorang remaja seperti bermain ini disebabkan karena emosi semasa lajangnya masih terbawa sehingga R masih ingin bermain, tapi oleh R konflik dalam dirinya ini diatasi dengan memikirkan masa depan dirinya dan anaknya yang sedang dikandungnya, sedangkan 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam keluarga sumber stresnya berasal dari masalah finansial dan dalam mengurus anak, dalam hal pengurusan anak yang sering membuat konflik ini, R selalu mengalah agar masalahnya tidak menjadi berlarut-larut, dan pekerjaan yang menuntut R juga menjadi sumber stres itu sendiri, dikarenakan pekerjaannya terlalu menekan para pegawainya untuk mencapai target yang mesti dicapai oleh masingmasing pegawainya. 4.1.2. Subjek AW Subjek AW memiliki kulit sawo matang dengan memakai pakaian piyama dan juga mengendong anaknya yang masih berusia 6 bulan, Rambut Subjek dikuncir agar tidak meribetkan dia dalam mengurus anak. Bentuk badan subjek agak gendut akibat melahirkan anaknya. 4.1.2.1. Latar Belakang Subjek AW Subjek adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu orang anak. Sebelum menikah Subjek adalah seorang siswa SMA yang suka berganti-ganti pacar. Subjek juga seorang yang supel, sehingga banyak sekali orang yang suka dengannya. Sewaktu Subjek SMA, Subjek adalah seorang yang suka sekali dengan setiap laki-laki, bisa dibilang Subjek adalah playgirl, Subjek cukup sering bergantiganti pasangan, seperti ganti-ganti pasangan adalah hal yang biasa bagi dirinya. Sehingga subjek memiliki kehidupan yang bebas. Setiap pulang sekolah juga Subjek sering pulang telat sehingga menimbulkan masalah dengan orangtuanya. Alasan Subjek menikah adalah karena suatu hal yang tidak pernah diinginkan oleh setiap wanita. Subjek hamil diluar nikah. Ini merupakan akibat dari
47 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kegiatan Subjek yang suka berganti-ganti pasangan, dan suka melakukan free sex. Pada akhirnya subjek hamil diluar nikah, dan untungnya pacar Subjek berusia 22 tahun. Dan sebelum Subjek memiliki anak, Subjek juga bekerja di salah satu perusahaan. 4.1.2.2. Observasi Pada waktu wawancara, subjek terlihat sangat tenang, tapi terlihat kegelisahan pada saat pewawancara menanyakan hal-hal pribadinya, dan cenderung berpikir lama ketika hendak menjawab setiap pertanyaan dari pewawancara. 4.1.2.3. Setting Tempat Wawancara dilaksanakan dirumah subjek pada pukul 13.00 siang di daerah Binong, Tangerang. a) Gejala Stres 1) Gejala Fisik Gejala fisik yang terlihat dari Subjek ketika Subjek stres adalah penyakit bawaannya yang suka kambuh. “kalau ngurus anak ma ribet, suami gak mau bantuin ngurus anak, kadang saya suka pusing-pusing gitu, kalau enggak maag saya suka kambuh” Gejala fisik ini terjadi karena Subjek terlalu berada di dalam tekanan sehingga penyakit-penyakit bawaan Subjek suka kambuh dan menyerang dirinya.
48 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Gejala Kognitif Gejala kognitif yang terlihat pada diri Subjek adalah ketika Subjek disuruh oleh ibunya, kecepatan merespon Subjek menjadi berkurang, karena perhatiannya terfokus oleh anaknya saja. “ia kadang saya suka diomelin sama ibu saya, gara-gara saya suka lama disuruhnya, padahal kan saya lama juga karena ngurusin anak” Dengan memiliki anak, perhatian Subjek lebih suka ke anaknya, sehingga stimulus-stimulus yang masuk ke dalam dirinya, lebih banyak Ia hiraukan, sehingga ini menimbulkan marah dari ibunya. Tidak hanya kecepatan merespon saja yang menurun, Subjek pun sering telat dalam memutuskan sesuatu. “kalau saya disuruh belanja sama ibu, saya suka bingung sendiri, mau beli apa” Kesulitan dalam memutuskan suatu hal dikarenakan Subjek terlalu lelah dalam mengurus anaknya karena Subjek harus mengurus anaknya sendirian, karena suami Subjek tidak mau mengurus anaknya. 3) Gejala Emosional dan Mental Gejala yang nampak pada Subjek adalah kegelisahan, yang selalu terlihat pada proses wawancara, tapi dalam sehari-hari subjek juga selalu gelisah “saya selalu gak tenang gitu, kalau anak saya suka rewel, kaya ada yang harus diapain gitu supaya dianya (anaknya) tenang”
49 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kegelisahan ini karena subjek terlalu tertekan ketika anaknya suka menangis, karena dia tidak tahu harus berbuat apa, karena suaminya tidak mau mengurus anak, Subjek merasa anaknya adalah tanggung jawab dia sendiri. 4) Gejala Behavioral dan Tingkah Laku Gejala yang nampak pada diri Subjek adalah mengabaikan informasiinformasi baru. “saya ma sekarang sudah jarang nonton tv, berita apa yang baru saya juga gak tahu, ini, karena ngurus anak melulu, paling kalau anak saya lagi tidur, baru saya nonton tv” Subjek jarang menonton tv disebabkan Subjek merasa kesulitan dalam mengurus anaknya, disisi lain Subjek ingin sekali menonton tv, tetapi karena Ia sudah memiliki anak, dan tidak ada yang mau membantu anaknya maka subjek lebih sering menghabiskan waktu dalam mengurusi anaknya.
50 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b) Jenis Stres Jenis stres yang dialami oleh Subjek AW adalah jenis stres yang positif atau eustress. Kenapa termasuk stres jenis yang positif? Hal ini karena, Subjek adalah orang yang memiliki inisiatif yang bagus, menurut Ia, kalau bukan Ia yang mengerjakan siapa lagi. Subjek adalah orang yang suka menanggung bebannya sendirian, karena suami Subjek jarang sekali mendukung Subjek sebagai istri, bagi suami Subjek tugasnya hanyalah mencari uang, sedangkan Subjek dirumah saja mengurus anak. Hal ini membuat Subjek dapat berdiri sendiri menghadapi setiap masalah yang datang pada dirinya “saya sadar sendiri, karena dia (suaminya) tidak bisa diandalkan” c) Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Stres 1) Intensitas dan Lamanya Stres Dalam Subjek AW ini, mengurus anak dapat menjadi tidak menyenangkan jika anaknya rewel, dan hal ini pun dapat membuat Subjek merasa tertekan karena tidak ada yang mau membantunya dalam mengurus anak. “ia ngurus anak sangat ribet banget, selain itu, suami tidak mau membantu, semuanya harus saya sendiri” Tapi Subjek tidak mau terus menerus dalam keadaan yang dapat membuat stres ini, seperti yang telah disebutkan, Subjek memiliki inisiatif yang bagus. “saya sadar sendiri, karena dia (suaminya) tidak bisa diandalkan”
51 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Keadaan Stressor Lain Selain masalah dengan anak dan keluarganya Subjek juga memiliki masalah lainnya, seperti penyakit bawaan. “saya juga punya maag dan asma, kalau sering cape (tertekan) suka kambuh gitu” Menurut Holmes dan Rahe (dalam Rahmayati, 2008) ada hubungan yang erat antara sakit yang serius dan jumlah kejadian stres yang dialami oleh individu dalam kehidupannya. d) Sumber-Sumber Stres 1) Sumber-Sumber Stres Dalam Diri Seseorang Tidak seperti Subjek pertama, Subjek yang kedua ini tidak memiliki keinginan untuk bermain dengan teman-teman sebayanya lagi, karena Subjek merasa dirinya sudah menjadi seorang istri, sudah menjadi seorang ibu. “kalau bermain dengan teman-teman, saya biasa saja, tidak ada hasrat lagi mau main, kan sekarang saya sudah menjadi ibu” 2) Sumber-Sumber Stres dalam keluarga Dalam tubuh keluarga Subjek sendiri, suka ada masalah yang dialami oleh Subjek maupun suaminya, seperti masalah mengurus anak, dan masalah ekonomi. “ia ngurus anak sangat ribet banget, selain itu, suami tidak mau membantu, semuanya harus saya sendiri”
52 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tapi masalah dengan suaminya tidak hanya itu, suami Subjek juga sering tidak memberi nafkah kepada Subjek sebagai istrinya. “suami saya suka tidak memberi saya uang, dan tidak pernah mencukupi kebutuhan anak saya” 3) Pekerjaan Dalam pekerjaan subjek seringkali merasa tertekan dengan pekerjaan sebagai SPG pada suatu perusahaan. Hal yang membuat subjek tertekan adalah target penjualan yang harus dicapai oleh target yang telah ditetapkan oleh bosnya. “ia saya kerja suka ditargetin sama bos, kalau tidak terpenuhi saya suka diomelin sama dia” Tuntutan kerja yang harus dipenuhi oleh Subjek membuat Subjek tidak tahan bekerja disana, sehingga Subjek keluar dari tempat kerjanya dan memilih untuk mengurus anaknya. e) Analisis Kasus dan Teori Holmes dan Rahe (dalam Rahmayati, 2008) menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara sakit yang serius dan jumlah kejadian stres yang dialami oleh individu dalam kehidupannya”. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dialami oleh AW jika ia mengalami stres yang menekan dirinya, yaitu kambuhnya penyakit bawaan yang dimilikinya seperti sakit maag, ini disebabkan karena respon dalam tubuhnya menjawab dengan kambuhnya penyakit bawaannya, sehingga jika penyakitnya kambuh, maka fungsi-fungsi hidupnya akan terhambat dan akan mengganggu kegiatan sehari-harinya. 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ternyata tidak hanya penyakit bawaannya saja yang kambuh begitu ia terserang stres. Ada gejala lain yang nampak yaitu gejala kognitifnya, yang nampak dalam gejala ini adalah menurunnya kecepatan merespon Subjek terhadap stimulus yang masuk dikarenakan ia sedang terfokus pada sesuatu yang harus ia kerjakan terlebih dahulu, karena menurut Subjek, kegiatan tersebut merupakan prioritas utama sedangkan yang pekerjaan yang lain itu dikerjakan kapan saja. Menurunnya kecepatan merespon terhadap stimuli yang lain juga berakibat pada kesulitan dalam memilih sesuatu. Ini disebabkan karena terlalu seringnya ia mengutamakan hal yang lebih penting dahulu seperti anaknya, sehingga jika ia harus memilih sesuatu ia menjadi bingung apa yang harus dipilih terlebih dahulu, apa yang menjadi prioritas utama dan mana yang harus dipilih belakangan. Tentunya ini mengganggu fungsi kehidupannya, jika keadaan ini dibiarkan terus-menerus maka ia akan menjadi orang yang plin-plan. Mempunyai seorang anak juga menjadi faktor munculnya gejala stres yang lain, yang nampak dalam diri Subjek AW adalah AW suka ketinggalan informasiinformasi yang baru seputar berita sehari-hari. Ini dikarenakan terlalu seringnya AW dalam mengurus anak, sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, jika Ia memiliki waktu dan ingin melakukan sesuatu, maka Ia harus bersama dengan anaknya, yang tentu saja perhatian terbesarnya ada pada anaknya. Menurut AW anak adalah tanggung jawabnya, karena, jika bukan Ia yang mengurus anaknya, maka siapa lagi, sebab kedua orangtua AW masih bekerja, sedangkan suami AW pulangnya sore dan kalau sudah dirumah, maunya istirahat tidak mau mengurus anaknya.
54 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Seperti pada subjek R, pada subjek AW ini pun mempunyai sumber-sumber stres yang sama dengan R, tetapi bedanya AW memaksa dirinya untuk menjadi dewasa lebih awal dari usianya yang masih remaja. Memiliki badan dua membuat AW berpikir kalau akan ada seorang anak yang lahir di dunia ini, dan itu akan menjadi tanggung jawabnya, jadi keinginan untuk bermain dengan teman-temannya ia simpan dalam-dalam demi buah hati yang akan lahir. Tentunya hal ini membuat AW harus memiliki kesiapan lahir dan batin dalam melahirkan seorang anak dan lagi-lagi ini menjadi gejolak dalam diri AW apakah ia harus tetap menjadi AW yang lama atau menjadi AW yang baru dengan status sebagai ibu. Keadaan suami yang tidak mau mengurus anak juga menjadi pemicu munculnya stres dalam diri AW, karena AW sendiri butuh orang lain untuk membantunya, sedangkan orang terdekat AW seperti suami tidak mau membantu dalam mengurus anak, sehingga ini memunculkan suatu inisiatif dalam diri AW untuk survive dalam masalah ini, dan tidak membuat kejadian ini menjadi suatu hal yang dapat menenggelamkan dirinya. Dalam hal pekerjaan pun, AW merasa tertekan dengan target yang ditetapkan oleh bosnya, karena hal ini dapat berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh oleh perusahaan di tempat dimana AW bekerja. Hal ini menjadi suatu tekanan dalam diri AW, jika target tidak dipenuhi maka AW akan terkena sangsi oleh bosnya. Maka dari hal tersebut, AW memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, jika tidak, maka pekerjaannya pun yang seharusnya menjadi sumber penghasilan bagi keluarganya akan menjadi sumber stres baru dalam dirinya disamping sumber dari keluarga maupun dalam dirinya. 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.1.3. Subjek M Subjek M memiliki badan yang kurus, dengan tinggi badan kurang lebih 150 cm, warna kulit subjek M adalah sawo matang. Pada saat wawancara subjek M memakai kaos warna putih dan celana hitam selutut. 4.1.3.1. Latar Belakang Subjek M Subjek adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu orang anak. Pada saat ini Subjek telah bercerai dengan suaminya. Penyebab Subjek bercerai dengan suaminya adalah karena ada orang ketiga yang hadir dalam rumah tangga mereka. Akibat hadirnya orang ketiga ini, Subjek dan suaminya lebih sering bertengkar, karena masalah tersebut. Belum lagi ditambah dengan keadaan mertua Subjek yang tidak suka dengan Subjek. Sebelum menikah, Subjek adalah seorang buruh pada suatu pabrik dekat dengan rumahnya. Setelah lulus dari SMA, Subjek langsung bekerja guna mengisi kekosongan waktu setelah lulus dari SMA. Awal M menikah adalah karena perjodohan dari keluarga M dengan keluarga suaminya yang masih ada hubungan darah. Mereka dinikahkan dalam usia yang terbilang muda, dengan alasan, kalau mereka berdua sudah memiliki penghasilan sendiri-sendiri dan sudah siap dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Mereka berdua masih remaja, maka sang suami yang masih labil emosinya, lebih suka menghabiskan waktu diluar daripada dengan keluarganya sehingga suaminya pun memiliki orang ketiga yang akhirnya diketahui oleh M dan membuat M mengambil keputusan untuk menceraikan suaminya dengan alasan tidak percaya
56 http://digilib.mercubuana.ac.id/
lagi dengan suaminya. Alasan yang dibuat oleh M tidaklah dibuat-buat, melainkan berdasarkan dari pengalaman M, kalau suaminya seringkali berbohong minta rujuk, padahal itu hanyalah kedok dari suaminya untuk mau bertanggung jawab atas diri M sedangkan pada saat itu suaminya M sedang memiliki orang ketiga. 4.1.3.2. Observasi Pada saat observasi Subjek merasa sangat tenang dan lancar dalam menjawab setiap pertanyaan dari pewawancara. Subjek M juga tidak keberatan jika pewawancara menayakan seputar kehidupan pribadinya, subjek M juga menjawab dengan panjang lebar tapi dengan suara yang kecil sehingga menyulitkan pewawancara dalam menyimak setiap perkataan subjek M. 4.1.3.3. Setting Tempat Wawancara dilakukan di rumah subjek M pada pukul 17.00 sore di bilangan bekasi utara. a) Gejala-Gejala Stres 1) Gejala Fisik Gejala fisik yang terlihat pada diri Subjek adalah berkurangnya nafsu makan. “jika sedang banyak pikiran pasti tidak nafsu makan. Berat badan saya turun drastis dari 45 menjadi 30an dan jadi selalu susah tidur”. Akibat perceraian yang terjadi dalam hidupnya, membuat subjek M menjadi kehilangan nafsu makannya, dan dia menjadi sulit tidur akibat pikiran-pikiran tentang perilaku suaminya yang berselingkuh dan menceraikan subjek M. 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Gejala Kognitif Gejala kognitif yang nampak pada diri Subjek ini adalah mudah merasa terganggu. “semenjak saya bertengkar dengan suami, saya lebih sering murung, dan saya juga lebih sering marah-marah sama orangtua” Gejala kognitif yang dialami oleh subjek M ini diakibatkan karena gangguan pikiran yang dialaminya, penyebab gangguan pikiran ini, tidak lain karena ulah suaminya yang pergi begitu saja dengan orang ketiga, tanpa memikirkan keluarganya, sehingga subjek M merasa tidak dihargai sebagai seorang istri dan lebih memilih menjauh dari suaminya. 3) Gejala Emosional dan Mental Gejala yang terlihat jelas dalam diri subjek M adalah depresi dan perasaan tidak berdaya. “ketika suami saya memulangkan saya, saya murung dirumah selama dua bulan tidak mau keluar rumah” “saya juga sering berpikir, kenapa dia (suaminya) jahat sama saya, padahal saya sudah nurut sama dia” Keadaan depresi yang dialami oleh subjek M pun mengalami masa puncaknya, yaitu ketika subjek M mencoba untuk melakukan tindakan bunuh diri, namun gagal. “ia saya sempat berpikir untuk bunuh diri. Waktu itu mau menjatuhkan diri dari motor” 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Akibat ulah suaminya yang selingkuh dengan wanita lain, membuat subjek M merasa bersalah pada dirinya sendiri. Hal ini membuat subjek M murung dan tidak mau keluar rumah karena memikirkan hal tersebut, karena tidak tahan dengan siksaan batin yang dialaminya, maka subjek M mengambil cara pintas, yaitu bunuh diri, namun usahanya gagal, lantaran subjek M ingat dengan anaknya. “tapi saya ingat ada anak, nanti kasihan, bagaimana dengan masa depan dia” Anak subjek M, adalah faktor utama subjek M tidak melakukan bunuh diri, karena sesakit apapun dia, dia masih memperdulikan tentang masa depan anaknya. 4) Gejala Behavioral dan Tingkah Laku Gejala yang terlihat pada diri subjek M adalah perubahan pola tidurnya. “jika sedang banyak pikiran pasti tidak nafsu makan. Berat badan saya turun drastis dari 45 menjadi 30an dan jadi selalu susah tidur”. Berubahnya pola tidur ini, disebabkan karena masalah yang dialaminya. Subjek M terlalu sering memikirkan masalahnya, saking seringnya memikirkan masalahnya tersebut, subjek M menjadi jarang tidur, karena subjek M memaksa dirinya untuk bangun dan memikirkan masalahnya. Tentu saja gangguan pola tidur ini juga mengganggu kehidupan sehari-harinya, seperti tidak nafsu makan, sering murung dan suka marah-marah dengan orang lain. b) Jenis Stres Jenis stres yang dimiliki oleh subjek M adalah jenis stres yang merusak, atau distress. Stres tersebut membuat fungsi-fungsi kehidupan subjek M menjadi 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/
terganggu, seperti nafsu makan, susah tidur, sering murung, bahkan adanya keinginan untuk melakukan bunuh diri. Subjek M adalah orang yang membawa segala perasaannya dalam-dalam, dan ini membuat subjek M terlihat sering murung. Tentu saja. “jika sedang banyak pikiran pasti tidak nafsu makan. Berat badan saya turun drastis dari 45 menjadi 30an dan jadi selalu susah tidur”. “ketika suami saya memulangkan saya, saya murung dirumah selama dua bulan tidak mau keluar rumah” c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres 1) Intensitas dan Lamanya Stres Dalam kasus subjek M, tindakan suaminya yang pergi begitu saja tanpa memperdulikan anak dan istrinya membuat subjek M merasa tertekan, sehingga ini membuat subjek M mengunci dirinya di dalam rumahnya. Tindakan ini berlangsung selama dua bulan lamanya, sehingga membuat subjek M merasa depresi akibat terlalu seringnya memikirkan masalahnya, puncak dari depresinya ini yaitu adanya percobaan melakukan tindakan bunuh diri. d) Sumber-Sumber Stres 1) Sumber-Sumber Stres dalam diri seseorang Konflik yang timbul dalam diri subjek M adalah ketika subjek M memutuskan untk melakukan tindaka bunuh diri. “ia saya sempat berpikir untuk bunuh diri. Waktu itu mau menjatuhkan diri dari motor” 60 http://digilib.mercubuana.ac.id/
“tapi saya ingat ada anak, nanti kasihan, bagaimana dengan masa depan dia” Konflik disini, yang terjadi adalah, subjek M ingin masalahnya berakhir yaitu dengan jalan bunuh diri, tetapi ketika subjek M memikirkan tentang tindakannya itu, subjek M teringat dengan buah hatinya. Subjek M berpikir, jika ia melakukan bunuh diri, nanti siapa yang akan mengurus anaknya sepeninggal dia, karena sang ayah sudah tidak tidak mau bertanggung jawab. Tentu saja ini menjadi konflik dalam dirinya, apakah terus hidup menanggung sakit hati dan mengurus anaknya atau mengakhiri hidupnya, lepas dari segala macam masalahnya tapi anaknya menjadi yaitu piatu. 2) Sumber-Sumber Di Dalam Keluarga Dalam kasus subjek M ini, konflik tidak hanya terjadi pada dirinya, juga pada keluarganya. “semenjak saya bertengkar dengan suami, saya lebih sering murung, dan saya juga lebih sering marah-marah sama orangtua” “pada anak berusia dua tahun, kami pisah, gara-garanya kami sering bertengkar, penyebabnya sih, karena orang ketiga, kan saya selidiki ternyata bener dia (suaminya) punya selingkuhan” Konflik orang ketiga menjadi penyebab runtuhnya rumah tangga subjek M ini, dikarenakan sifat remaja suaminya yang belum hilang, membuat suaminya mudah membagi perasaannya dengan wanita lain, tanpa memikirkan statusnya
61 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebagai suami orang. Hal ini berdampak pada diri subjek M yang mengakibatkan Ia menjadi stres. 3) Pekerjaan Dalam pekerjaannya subjek M menemukan teman-teman yang dapat dijadikan curahan hatinya ketika diajak mengobrol, hal ini membuat subjek M merasa betah untuk bekerja disana karena dapat menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya. Hubungan yang baik antara karyawan dengan atasan juga menjadi faktor yang membuat subjek M merasa tidak tertekan bekerja di tempat Ia bekerja sekarang “hubungan saya dengan karyawan yang lain sangat baik, kekeluargaannya sangat kuat, saya pun sering curhat masalah pribadi saya, saya juga tidak ada konflik dari bos, malah saya belajar banyak dengan dirinya” “tidak, tidak ada target, karena saya bekerja sebagai security jadi saya harus punya komitmen untuk mencegah terjadinya pencurian” e) Analisis Kasus dan Teori . Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya
tuntutan
lingkungan
kepada
seseorang.
Dimana
harmoni
atau
keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu (Wangsa, 2010). Menurut Oates dalam Mahsun (2004) bahwa stres berarti apa yang kamu rasakan ketika didorong ke dalam batas-batas kekuatan dan energi kamu. Dua pernyataan dari para ahli tersebut, menggambarkan apa yang dialami oleh diri subjek M, situasi yang menekan dirinya, membuat M stres dan mengganggu 62 http://digilib.mercubuana.ac.id/
fungsi-fungsi kehidupan dalam dirinya, contohnya seperti ketika subjek M dipulangkan oleh suaminya ke rumah orangtuanya, subjek M menjadi murung dan mengunci dirinya di dalam rumah, tentu saja, tindakan ini membuat ia berhenti dari segala macam aktivitas. Kondisi semacam ini, membuat kerugian pada diri subjek M, yaitu menurunnya berat badan M yang begitu drastis akibat sering murungnya M, dan lagi emosional diri M menjadi terganggu, akibatnya M menjadi lebih sering marah-marah kepada orang lain atau orangtuanya sendiri. Ketidak adanya solusi pemecahan masalah dalam diri M, membuat M merasa frustasi dan menginginkan jalan pintas untuk keluar dari dalam masalahnya, yaitu bunuh diri. Keputusan untuk melakukan bunuh diri ini, ia ambil dalam kondisi psikologis yang tertekan, dan tidak memikirkan akibat-akibat yang ditimbulkan dari tindakan bunuh diri ini. Dalam pikiran yang kalut akibat ulah suaminya, M masih memiliki sedikit pikiran yang panjang dari akibat percobaan bunuh dirinya ini, yaitu M masih ingat dengan anaknya. Sosok seorang anak bagi diri M, membuat M memiliki alasan lagi untuk meneruskan hidupnya menjadi lebih baik, dan meninggalkan segala macam permasalahan yang ada dibelakangnya. Subjek M sadar, betapa pentingnya seorang ibu bagi masa depan anaknya, agar anaknya dapat tumbuh dengan sehat dan normal seperti anak-anak yang lain, meski tanpa figur seorang ayah. Di dalam pekerjaannya, subjek M tidak mengalami stres yang berarti, karena situasi lingkungan kerjanya sangat kondusif sehingga mendukung M untuk bekerja lebih baik. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan dan sesama karyawan, dalam pekerjaannya juga subjek M tidak terlalu ditargetkan dengan tingkat penjualan tertentu, karena bagi atasannya kerja sama tim dalam mencapai
63 http://digilib.mercubuana.ac.id/
satu tujuan adalah hal yang penting, daripada mengejar target secara perorangan. Subjek M pun tambah betah bekerja dimana dia bekerja sekarang, karena M memiliki teman-teman yang dapat diajak untuk mengobrol dan bertukar pikiran, sehingga ini membuat M lupa akan masalah-masalah yang ada dirumahnya dan juga M dapat meminta solusi pada teman kerjanya itu, yang tentu saja itu dapat menjadi masukan bagi diri M untuk menjalani hidup yang lebih baik.
64 http://digilib.mercubuana.ac.id/
65 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2. Analisis Intrakasus Pada Subjek Penelitian Tabel 2 : Intrakasus Pada Subjek Penelitian Gejala Stres
Gejala Fisik
Gejala Kognitif
Gejala Emosional
Gejala Behavioral
R Subjek menjadi cepat lelah dan terserang penyakit ringan seperti masuk angin atau sakit kepala akibat mengurus anaknya, dan juga Subjek menjadi tidak nafsu makan jika sedang menghadapi masalahnya
AW Ketika Sedang stres karena permasalahan yang dihadapinya, penyakit bawaan subjek AW sering kambuh akibat stres yang terlalu menekan dirinya sehingga menganggu jalannya aktifitas subjek AW
M Masalah yang sedang dihadapi oleh subjek M membuat subjek M menjadi murung, sehingga nafsu makannya menjadi hilang dan berat badannya menjadi turun drastis.
Konsentrasi yang dimiliki oleh Subjek cenderung berkurang dan juga Subjek mudah terganggu emosinya, sehingga Subjek menjadi cepat marah ke orang lain
Karena subjek AW sering tertekan dalam permasalahannya, subjek AW pun menjadi orang yang telat dalam memutuskan sesuatu dan kurang merespon dari perintah-perintah yang diberikan kepadanya karena terlalu fokus terhadap satu hal tertentu saja Subjek AW cenderung mengalami kegelisahan yang disebabkan oleh anaknya yang suka rewel, subjek AW tidak tahu cara menangani kegelisahannya ini, yang tentu saja ini bisa memicu munculnya stres
Subjek M menjadi murung akibat ulah suaminya yang pergi dengan orang ketiga, akibatnya subjek M menjadi lebih sering marah-marah dengan orang lain termasuk ke orangtuanya sendiri. Tentu saja hal ini mengganggu jalannya fungsi-fungsi kehidupan subjek M
Subjek suka bertengkar dengan suaminya lantaran sang suami tidak mau mengurus anak atau hal lainnya adalah masalah finansial
Ketika subjek R memiliki masalah, seperti anaknya yang sakit, nalurinya sebagai ibu keluar dan subjek R lebih memilih ijin bekerja, meski tidak sering tapi ini bisa masuk ke dalam absenteeism
Subjek lebih sering bersama anaknya. Semua waktunya untuk anaknya seorang sehingga Subjek menjadi tidak punya waktu bagi dirinya sendiri, salah satunya adalah subjek AW selalu saja ketinggalan informasi-informasi yang baru.
Akibat ulah suaminya yang pergi meninggalkan subjek M, membuat subjek M menjadi murung, karena murungnya yang terlalu lama, sehingga hal ini mengendap dalam dirinya dan membuatnya depresi. Dengan munculnya depresi ini membuat subjek M memiliki niatan untuk melakukan bunuh diri Karena terlalu memikirkan masalah yang dihadapinya, membuat subjek M terganggu aktifitasnya sehari-hari, sehingga pola tidurnya pun menjadi terganggu. Subjek menjadi jarang tidur karena depresi memikirkan suaminya yang begitu tega atas dirinya
65 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jenis Stres
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres
Jenis stres yang dialami oleh subjek R adalah jenis stres yang positif, karena setiap masalah yang dialaminya ia jadikan pelajaran agar bisa survive dalam hidup ini
Subjek AW adalah wanita yang kuat, terbukti jenis stres yang dimiliki oleh AW adalah stres yang positif. Buktinya subjek AW selalu memiliki inisiatif bagi dirinya sendiri sehingga subjek AW bisa survive atas masalah-masalah yang dihadapinya.
berubahnya pola tidur hingga turunnya berat badan adalah ciri dari stres yang merusak. Subjek M tidak memiliki solusi atas masalahnya sehingga subjek M terus-menerus murung dan akhirnya menyebabkan dirinya menjadi depresi
Subjek adalah orang yang tidak mau berlarut-larut dalam masalahnya, sehingga subjek R lebih memilih mengalah daripada terus bertengkar dengan suaminya
Keinisiatifan Subjek dapat membuatnya keluar dari tekanan yang dihadapinya sehingga subjek AW tidak memiliki stres dalam waktu yang lama, namun penyakit bawaannya yang suka kambuh membuat Subjek harus berhati-hati jika gejala stres mungkin timbul
Karena tidak memiliki solusi atas masalahnya, maka masalah ini pun mengendap dalam dirinya dan membuat subjek M menjadi depresi, puncak dari depresinya adalah tindakan untuk bunuh diri agar subjek M bisa lepas dari masalahnya
Diawal pernikahannya, Subjek masih ingin bermain dengan teman-temannya, tapi tubuhnya menandakan ia akan menjadi seorang ibu, jadi Subjek lebih memilih masa depannya sebagai ibu daripada bermain dengan teman-teman sebayanya
Pada diri Subjek, menjadi seorang ibu bagi anak yang dikandungnya, membuat subjek AW kehilangan hasrat bermain dengan anak-anaknya. Subjek lebih memikirkan masa depannya dan bagaimana menjadi ibu yang baik, ketimbang harus bermain dengan teman-temannya yang tentu saja dapat mengganggu kondisi kesehatan fisiknya
Tindakan untuk mengakhiri hidupnya seakan-akan menjadi solusi final bagi diri subjek M, tapi karena subjek M memiliki seorang anak, maka tindakannya ini menjadi konflik dalam dirinya, dan situasi ini sangat menekan subjek M sehingga subjek M harus memilih mana yang terbaik bagi dirinya dan anaknya
Subjek memiliki suami yang kurang perhatian dengan subjek AW. Karena sang suami tidak mau bergantian merawat anak mereka berdua, lebih sering subjek AW lah yang mengurus. Disamping itu, sang suami juga jarang memberi nafkah kepada sang istri
Setelah subjek M mengetahui kalau suaminya memiliki orang ketiga dalam hidupnya, maka subjek M dan suaminya menjadi lebih sering bertengkar. Pertengkaran subjek M dengan suaminya ini berujung pada perceraian yang terjadi antara subjek M dan suaminya
Sumber-Sumber Stres
Sumber-Sumber Stres Dalam Diri Seseorang
Sumber-Sumber Stres di dalam keluarga
Konflik yang terjadi di dalam tubuh keluarga subjek R adalah seperti pengurusan anak karena Subjek dan suaminya sama-sama baru pulang bekerja, namun subjek R lebih memilih mengalah, daripada membiarkan masalah ini berlarut-larut
66 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pekerjaan
Pekerjaannya sebagai SPG, menuntutnya untuk mencapai target penjualan, hal ini sangat menekan diri Subjek, sehingga Subjek memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya
Menjadi SPG pada suatu perusahaan, membuat subjek AW merasa tertekan. Karena dalam pekerjaannya subjek AW harus memenuhi target yang mesti dicapai, kalau tidak tercapai maka sang atasan akan memarahinya. Tentu saja keadaan ini sangat menekan subjek, oleh karena itu, subjek AW lebih memilih keluar dari pekerjaannya.
Dalam pekerjaanya, subjek M memiliki temanteman yang dapat diajak mengobrol dan tempat curahan hatinya, sehingga subjek M merasa betah untuk bekerja disana. Atasannya pun lebih menekankan kerjasama tim daripada target yang harus dicapai oleh setiap karyawannya, sehingga ini membuat subjek tidak merasa tertekan dengan pekerjaannya
67 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.3. Antar Kasus Subjek R, AW dan M Subjek R adalah seorang ibu yang memiliki satu orang anak, Ia dan keluarganya tinggal serumah dengan orangtua dari pihak subjek R. Subjek R adalah seorang remaja yang menikah pada usia belasan tahun dikarenakan suruhan orangtuanya untuk cepat-cepat menikah. Subjek R masih remaja, maka hasrat untuk bermain dengan teman-temannya masih ada, tapi karena sudah memiliki seorang anak, maka tanggung jawab Subjek menjadi lebih besar. Dalam kehidupan berkeluarganya, tidak jarang pula subjek R bertengkar dengan suaminya, baik itu masalah mengurus anak atau masalah financial. Tentu saja, masalah-masalah yang datang membuat ia stres dan tertekan, sehingga memunculkan gejala-gejala stres. Bagi diri subjek R, setiap masalah yang ia hadapi dalam hidup berkeluarga haruslah dihadapi dengan lapang dada, jangan egois, karena jika subjek R egois, maka keluarga yang semula baik-baik saja akan menjadi hancur. Itu sebabnya, Subjek lebih sering mengalah dengan ketimbang harus marah-marahan dengan suaminya, karena bagi subjek menjadi seorang istri, berarti harus siap menjadi dewasa, meski umurnya masih remaja, tetapi mindset itu harus ia tanamkan dalam-dalam agar mampu survive dalam hidup berumah tangga. Subjek AW pun tidak jauh berbeda dengan subjek R, tetapi subjek AW adalah seorang istri yang mampu berjuang sendirian, ketika suaminya kurang perhatian dengan keluarganya. Sama dengan subjek R, subjek AW menikah pada usia remaja, tapi penyebab AW menikah muda adalah karena pergaulan bebas yang ia jalani, dengan bergaul tanpa memikirkan nilai-nilai dan norma-norma membuat subjek AW mengalami apa yang disebut hamil diluar nikah. Beruntung pacar Subjek 68 http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang sekarang adalah suaminya mau bertanggung jawab dengan cara menikahinya. Menikah pada usia muda, membuat segala harapan AW pupus sudah, kini subjek AW harus memikirkan masa depannya. Mempunyai seorang anak, ternyata cukup membuat stres subjek, karena subjek AW belum siap untuk memiliki seorang anak, akibatnya, subjek AW pun menjadi tertekan lalu stres, ketika stresnya menghampirinya, penyakit bawaan Subjek menjadi kambuh, sehingga mengganggu fungsi-fungsi kehidupannya. Kurangnya perhatian suami subjek AW dalam mengurus keluarganya, cukup membuat AW kewalahan, tapi kelebihan dari subjek AW ini, adalah, subjek AW memiliki inisiatif yang bagus, sehingga subjek AW mampu bertahan dalam menghadapi segala macam permasalahan yang datang kepadanya. Subjek AW selalu berprinsip, kalau bukan dia yang melakukan maka siapa lagi. Jenis stres dari AW juga positif, karena itu dapat membuat subjek AW mampu berdiri sendiri, dan bertanggung jawab atas keluarga kecilnya sehingga segala macam tugas seorang ibu dapat ia jalani dengan baik. Subjek M, subjek M ini berbeda dengan kedua subjek R dan AW. Subjek M adalah seorang orangtua tunggal. Subjek M sudah bercerai dengan suaminya. Sebelum menikah, subjek M adalah seorang siswi SMA, Ia dijodohkan oleh orangtuanya, dengan alasan mereka berdua sudah matang. Perceraian dengan suaminya membuat subjek M mengunci dirinya dirumah selama dua bulan. Tidak adanya solusi bagi masalahnya, membuat subjek M menjadi murung dan depresi, segala macam fungsi kehidupannya menjadi terganggu, seperti menjadi jarang makan, berubahnya pola tidur sehingga hal ini mengakibatkan berat badan subjek menjadi turun secara drastis. Puncak dari kedepresian subjek M ini adalah usahanya
69 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam melakukan percobaan bunuh diri. Percobaan bunuh diri ini ternyata menimbulkan masalah baru dalam dirinya. Konflik batin antara bunuh diri dan masa depan anaknya menjadi pertarungan yang sengit dalam dirinya, sehingga pada akhirnya subjek M lebih bertahan menghadapi masalahnya dan mengurus anaknya, daripada harus meninggalkan dunia ini sementara sang anak menjadi yatim piatu. Dalam menghilangkan kedepresiannya subjek M bekerja dan menemukan temanteman yang dapat dijadikan curahan hatinya, sehingga subjek M dapat menemukan solusi atas masalah-masalah yang dihadapinya atau yang akan dihadapinya.
70 http://digilib.mercubuana.ac.id/