BAB IV ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN DAKWAH DEWAN PENGURUS PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (DPD PITI) TERHADAP KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA
4.1. Eksistensi DPD PITI di Semarang Untuk menganalisis eksistensi DPD PITI Semarang dapat dilihat dari beberapa aspek yang dapat membangun keeksistensian lembaga tersebut. Diantaranya aspek yang pertama adalah pada tingkat objek dakwah, dimana objek dakwah ini yang menjadi bidang garapan secara umum yaitu masyarakat etnis Tionghoa yang berada di Semarang. Sejauh ini objek dakwah DPD PITI sebagian besar mereka (etnis Tionghoa) yang telah masuk Islam. Diantara objek dakwah ini merupakan mereka yang telah terikat dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun yang belum. Dalam kehidupannya masyarakat Tionghoa dan keturunannya, memiliki dinamika hidup yang komplek, mereka pada umumnya mereka merupakan orang-orang terdidik dan tingkat kehidupannya berada pada tingkat menengah ke atas serta memiliki tingkat kesibukannya tinggi sehingga menyita banyak waktu, tenaga, harta dan perhatiannya terhadap agama. Pada kondisi seperti inilah sangat perlu adanya usaha atau pelaksanaan dakwah guna menjelaskan tentang ajaran agama Islam secara rasional, santun dan humanis agar dapat diterima oleh mereka. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang memuat ajaran untuk menuntun
52
kepada setiap muslim untuk berdakwah, baik dalam arti sempit maupun luas. Dalam pengertian yang luas dakwah bukan hanya tuntunan agama semata, tetapi juga tuntunan kemanusiaan dan kebenaran universal. Dalam pengertian yang luas, dakwah bukan cuma berkaitan dengan persoalan menambah jumlah pemeluk Islam, akan tetapi yang paling utama adalah bagaimana dakwah dapat berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan. (Sulthon Muhammad, 2003: 35). Karena selama ini Islam dimata mereka (etnis Tionghoa) merupakan sebuah agama yang keras yang jauh dari nilai-nilai kasih sayang. Serta banyaknya kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dalam segala bidang serta kekerasan yang selama ini terjadi membuat Islam dimata mereka agama yang tidak penuh kedamaian, kesejahteraan bagai pemeluknya dan umat lain. Anggapan yang salah oleh mereka terhadap nilai-nilai ajaran Islam seperti itu membuat mereka enggan untuk mengenal Islam dan masuk Islam karena mereka takut kalau nantinya mereka masuk Islam akan membuat mereka terjebak dalam situasi yang seperti itu. Anggapan yang salah
itu maka harus adanya penjelasan bahwa Islam
merupakan agama rahmatan lil alamin, agama yang sangat menganjurkan pemeluknya untuk menjaga kedamaian, memelihara kesejahteraan dan agama yang mengharuskan untuk saling menyayangi baik terhadap sesama umat muslim maupun non muslim serta agama yang mengharuskan umatnya untuk mencari dan memiliki ilmu yang tinggi serta mencari harta sebanyak-
53
banyaknya asalkan dengan jalan yang halal agar dapat menjalankan ibadah secara benar dan tenang. Selain untuk menjelaskan tentang agama Islam seperti yang telah diuraikan diatas. Dakwah terhadap etnis Tionghoa dan keturunannya juga bertujuan untuk membimbing mereka dalam melakukan dan mengamalkan ajaran Islam secara benar yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, karena kebanyakan dari mereka adalah merupakan orang-orang mualaf yang masih sangat membutuhkan adanya perhatian, bimbingan, pembelajaran mengenai ajaran agama Islam serta dalam menjalankannya. Serta untuk memberi perlindungan dan pembelaan baik dalam lingkungan keluarganya maupun lingkungan masyarakat dari rasa dikucilkan maupun dianggap aneh karena mereka masuk Islam, sehingga mereka dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik dan tenang serta dapat berbaur dan menyatu dalam lingkungan masayarakat agar mereka tidak dianggap lagi sebagai mahkluk yang aneh dan eksklusif. Dalam hal memahami agama Islam, muslim Tionghoa dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu: 1.
muslim Tionghoa yang memiliki kesadaran untuk mempelajari dan menjalankan ajaran agama dengan mendatangi tokoh-tokoh agama (ulama).
54
2.
mualim Tionghoa masih menunggu peran aktif dari para pelaku dakwah (ulama) untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mempelajari dan menjalankan ajaran agama Islam. Terhadap objek dakwah tersebut DPD PITI mengklasifikasikan
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap Islam. Bagi mereka yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik maka DPD PITI memberikan materi dakwah dengan uraian-uraian mendalam dan logis. Bagi mereka yang masih awam dan masih baru menjadi mualaf maka DPD PITI memberikan materi dasar keislaman yang mampu dijangkau oleh mereka secara logis dan santun. Dalam kontek ini DPD PITI memiliki tugas yang mulia yaitu mensyi’arkan ajaran Islam kepada etnis Tionghoa sebagai pedoman hidup agar tidak melenceng dari norma-norma ajaran agama Islam. Mengingat memberikan pemahaman, bimbingan tentang nilai-nilai ajaran Islam serta pendampingan dan pembelaan kepada mad’u (muslim Tionghoa) menjadi tugas utama. Hal ini sesuai apa yang terkandung dalam QS Ali Imran. 104 Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(Depag RI, 2000: 79). Serta apa yang menjadi kebijakan dan program DPD PITI dalam melakukan dakwah di masyarakat muslim Tionghoa. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kebijakan dan program dengan realisasi yang dijalankan
55
yaitu selalu melibatkan mereka dalam segala kegiatan keagamaan serta memberikan andil dalam menyelesaikan persoalan. Aspek yang kedua adalah dari sisi subjek dakwah (pelaku) dakwah, sejauh ini DPD PITI miliki da’i yang mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
muslim
Tionghoa
dalam
memberikan
bimbingan
dan
pengetahuan tentang ajaran Islam sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah. Walaupun da’i yang ada masih sedikit, baik da’i itu dari kalangan muslim Tionghoa maupun dari muslim pribumi namun hal ini tidak menjadi persoalan karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk memberikan bimbingan,
pemahaman
dan
pengetahuan
dalam
mempelajari
dan
menjalankan ajaran agama Islam. Aspek ketiga adalah secara struktural organisasi ini dibentuk oleh PITI pusat yang memiliki mata rantai dari pusat sampai daerah-daerah, sedangkan dalam tingkat cabang sejauh ini belum terbentuk. Dalam hal ini DPD PITI merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menjalankan keputusan dan kebijakan amanat Dewan Pimpinan Pusat di Daerah, melakukan kebijakan dan melaksanakan program-program PITI di Daerah serta memberikan petunjuk, bimbingan dan pengawasan kepada segenap anggota dalam pelaksanaan kebijakan dan program-program PITI di tingkat Daerah. (Dokumen AD ART DPD PITI). Keberadaan DPD PITI Semarang juga didukung oleh sistem yang ada di dalam lingkungan organisasi PITI, yaitu Pengurus Pusat dan Wilayah
56
selalu memonitoring aktivitas yang dijalankan. Jadi secara struktural dapat dikatakan eksis. Keberadaan DPD PITI Semarang sebagai sebuah organisasi pada hakekatnya memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi yang sejenis. Sebagai lembaga Islam, memiliki beberapa fungsi yaitu: a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat (muslim) bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi berbagi masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan mereka. b. Memberikan
pegangan
kepada
masyarakat
bersangkutan
dalam
melakukan pengendalian sosial menurut sistem tertentu yaitu sistem pengawasan tingkah laku para anggotanya dan menjaga keutuhan masyarakat. (Ali Muhammad Daud, 1999: 2-3). Jika dilihat dari beberapa fungsi yang melekat pada Organisasi tersebut diatas, jelas bahwa kalau seseorang hendak mempelajari dan memahami masyarakat tertentu, ia harus memperhatikan dengan seksama lembaga atau organisasi yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini DPD PITI memiliki nilai yang lebih dalam bidang dakwah dari pada organisasi yang lain yaitu secara spesifik bergerak dalam bidang dakwah dalam lingkungan komunitas muslim Tionghoa dan mengelola persoalan-persoalan dakwah. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa DPD PITI Semarang keberadaannya sangat eksis dan strategis mengingat kebutuhan
57
akan dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa di kota Semarang sangat dibutuhkan. Dakwah akan mudah dilaksanakan dan diterima oleh komunitas muslim etnis Tionghoa bila yang melakukan itu juga oleh orang-orang Tionghoa itu sendiri. 4.2. Konsep Kebijakan dakwah DPD PITI Semarang Dalam kegiatan dakwah jika mengingat akan hasil yang maksimal dan mengarah pada sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan akhir dakwah, maka harus ditunjang dengan adanya kebijakan yang jelas dan tepat. Kebijakan dakwah DPD PITI Semarang dalam pembuatannya secara garis besar dapat dikategorikan ke dalam tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan dimulai dari konsolidasi pengurus
dengan
mengkoordinir,
mengendalikan,
merumuskan
dan
menyebarkan tenaga mubalig serta mempersiapkan materi dakwah dan metode. Pada tahap pelaksanaan, yaitu berdakwah dengan memperhatikan kondisi objek dakwah, artinya tahap penerapan materi, metode dan media tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat etnis Tionghoa Semarang sehingga kebijakan yang dibuat dapat diterapakan dan dilaksanakan. Sedang tahap yang ketiga adalah evaluasi, yaitu dengan menilai subjektif apakah kebijakan dakwah dan pelaksanaan yang dilakukan mencapai target sasaran dan tujuan atau malah tidak tercapai. Setiap usaha apapun akan dapat berjalan secara efektif dan efisien, bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan dengan matang.
58
Demikian pula usaha dakwah DPD PITI Semarang yang mencakup segi-segi yang luas akan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien apabila sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengidentifikasian, perencanaan dan persiapan tindakan-tindakan yang matang. Dengan adanya perencanaan, maka dapatlah dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana yang diperlukan, alat-alat perlengkapan dan fasilitas lainnya. Rencana tersebut seyogyanya jangan bersifat kaku melainkan fleksibel. Pimpinan dapat mengadakan perbaikan, perubahanperubahan dan penyesuaian seperlunya terhadap sesuatu rencana, apabila kejadian-kejadian pada masa yang akan datang tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan sebelumnya. Pada tahap pelaksanaan kebijakan dakwah harus mengacu pada halhal yang telah dirumuskan. Dan dalam pelaksanaan bimbingan dan penyampaian pesan dakwah harus disinkronkan dengan permasalahanpermasalahan dan kebutuhan objek dakwah. Melihat objek dakwah DPD PITI adalah orang-orang mualaf maka materi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan mereka, dimana kebanyakan diantara merek belum banyak tahu tentang ajaran Islam. Pada intinya jangan memberikan materi yang memberatkan kepada mereka melainkan memberikan atau mengajarkan halhal yang ringan agar mereka merasa nyaman dalam mengerjakan dan mengamalkan ajaran Islam. Dengan hal ini pelaku dakwah harus mempunyai kemampuan yang tinggi baik dalam melihat situasi, kesempatan, metode dan materi yang harus diberikan serta dapat
59
memberikan pemahaman yang jelas dan logis terhadap materi yang disampaikan. Sedangkan tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan guna untuk mengukur apakah kebijakan yang diterapkan dalam kegiatan dakwah sudah pas dan sesuai dengan hasil yang diharapkan atau belum, jika sudah berhasil apa yang selam ini dilakukan perlu dipertahankan bahkan dikembangkan. Jika belum berhasil maka langkah selanjutnya menganalisis apa yang menjadikan ketidak keberhasilan itu, dengan memperhatikan faktor penghambat, pendukung dan segala faktor baik dari dalam maupun luar dalam pelaksanaan kebijakan dakwah itu. Dalam mengembangkan dakwah Islam di etnis Tionghoa muslim, sebagai kelengkapan unsur dakwah dalam penerapan kebijakan dakwah yang dilaksanakan oleh DPD PITI, penulis deskripsikan sebagai berikut: 1. Metode dakwah DPD PITI Semarang Metode merupakan komponen dasar dalam berdakwah, dimana metode merupakan cara atau cara bekerja. (Shiddiq Syamsuri, 1981: 13). Sebagai mana yang penulis jelaskan pada bab Tiga bahwa secara garis besar metode dakwah DPD PITI Semarang diantaranya adalah: metode hikmah, metode bil-lisan, metode diskusi dan metode bil-hal. Dalam hal ini DPD PITI tidak mengklasifikasikan beberapa metode tersebut ke dalam golongan objek dakwah misalkan, metode hikmah untuk digunakan pada golongan pemikir atau intelektual metode bil-lisan
60
untuk golongan awam dan seterusnya, melainkan menggabungkan dari beberapa metode yang ada. Hal ini dilakukan mengingat yang menjadi objek dakwah adalah orang-orang mualaf yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, serta harus dengan memberikan penjelasan secara santun, logis dan pelajaran yang baik. Metode diatas merupakan metode al-Qur’an. Hal ini mengacu pada Q.S an-Nahl: 125 yang artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Departemen Agama, 1989: 241).
Bila melihat dari segi cara penyampaiannya dakwah yang dilakukan DPD PITI Semarang. Maka dakwah yang dilakukan mencoba untuk memadukan metode dakwah secara tradisional dan modern. Cara tradisional termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum (pengajian). Dalam metode ini seperti yang telah kita ketahui bahwa da’i aktif berbicara dengan mendominasi situasi, dan mad’u hanya pasif, mendengarkan apa yang disampaikan oleh da’i. cara modern yang dilakukan adalah dengan mengadakan diskusi, seminar dan sejenisnya. Dalam hal ini semuanya terlibat aktif didalamnya yaitu adanya tanya jawab. Metode ini lebih efektif untuk digunakan dibanding dengan metode ceramah mengingat objek yang dihadapi adalah mereka yang baru mengenal Islam.
61
Dari segi jumlah audien, sasaran dakwah DPD PITI Semarang termasuk dalam kategori dakwah perorang dan kelompok. Dakwah perorangan adalah dakwah yang dilakukan oleh terhadap orang perorang secara langsung. Dalam hal ini melakukan bimbingan, pendampingan, melakukan privat keagamaan dan silaturahmi. Sedangkan dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. (Muhaimin Slamet, 1994:83). Dalam hal ini DPD PITI melakukan dakwah dengan kelompok pengajian dan tabligh akbar. Jadi secara keseluruhan metode dakwah yang diterapkan oleh DPD PITI pada dasarnya sudah cukup baik, Namun hendaknya metodemetode yang digunakan perlu ditingkatkan, dalam melakukan dakwah hendaknya dikoordinir dengan lebih baik dan rapi mengingat objek dakwahnya merupakan orang-orang mualaf yang sangat butuh adanya bimbingan,
tuntunan
dan
pendampingan
dalam
belajar
dan
mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik, serta untuk membantu menghadapi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan karena masuk Islam baik itu yang timbul dari dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat karena sampai saat ini masih adanya anggapan bila orang Tionghoa masuk Islam dianggap aneh. 2. Media Dakwah DPD PITI DPD PITI Semarang dalam berdakwah menggunakan media massa baik elektronik maupun media cetak. Media elektronik seperti
62
TV, Radio, Tape dan sebagainya, sedangkan media cetak seperti koran, majalah dan buletin dakwah. Selain itu juga melalui organisasiorganisasi yang ada dimasyarakat dan lingkungan keluarga semua itu yang dijadikan sebagai media dakwah. Media dakwah yang diterapkan oleh DPD PITI tersebut relevan dengan bentuk-bentuk penyampaian dakwah yang ditawarkan oleh Hamzah Ya’kub yaitu media lisan, tulisan, lukisan audio visual dan akhlak (keteladanan). ( Ya’kub Hamzah, 1981: 47-48). Sedangkan Asmuni Syukir
membagi
media antara
lain:
lembaga-lembaga
pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam, hari-hari besar Islam, media massa dan seni budaya.(Syukir Asmuni, 1983: 173). Menurut penulis pada dasarnya DPD PITI telah menyadari akan pentingnya media massa dalam melakukan dakwah, karena informasi menjadi tulang punggung kehidupan artinya informasi sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat setiap hari baik kebutuhan ekonomi, politik maupun pesan-pesan agama. Oleh karena itu penggunaan media dalam dakwah sangat relevan. Begitu pentingnya media dakwah mengingat hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) idiologi (pengajak)-nya. Sedangkan pengajak da’i sudah barang tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Maka dalam proses dakwah tersebut agar dapat tercapai tujuan yang efektif dan efisien, para pelaku dakwah harus mengorganisir komponen-komponen
63
(unsur) dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponennya adalah media dakwah. Dalam penggunaan media dakwah melalui media elektronik maupun cetak oleh DPD PITI kurang maksimal. Kekurangan tersebut dapat dilihat dari ketidak keseriusan dan pemaksimalan untuk menggunakan media elektronik dan media cetak. Dalam hal ini penulis melihat penggunaan media tersebut sifatnya menyesuaikan dan menunggu kesempatan dan waktu yang ada. Seperti jika ada permintaan dakwah di Radio atau Televisi, kemudian dalam penerbitan buletin atau majalah juga menunggu kalau ada permintaan. apalagi sejauh ini DPD PITI belum bisa membuat dan menerbitkan namun menunggu kalau ada yang mengajak dari pihak lain, sehingga untuk penggunaan media massa kurang maksimal. Kemudian media dakwah melalui organisasi-organisasi dan media tatap muka, media ini merupakan langkah tepat digunakan oleh DPD PITI mengingat masyarakat Tionghoa khususnya dan masayarakat pada umumnya banyak berdiri organisasi-organisasi baik yang berbasis Islam maupun yang non Islam. Dengan adanya kerjasama yang baik antar organisasi maka akan adanya timbul gagasan untuk melakukan kegiatan, dengan demikian pesan-pesan dakwah dapat disampaikan dalam kegiatan bersama tersebut dan juga untuk mengarahkan agar kegiatan yang akan dilaksanakan sedikit banyak menyinggung ukhuwah Islamiyah. Dalam hal penggunaan dakwah melalui organisasi-organisasi
64
DPD PITI telah melaksanakan kerjasama dengan Ceng ho organiser dalam acara perayaan Ceng Ho dalam bentuk kebudayaan Islam seperti khosidah, lomba beduk serta melakukan baktisosil dalam rangka membantu gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten bekerjasama PT (Perkumpulan Tahlil) dan PKRKS (Pengajian Keliling Remaja Kauman Semarang). Media lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat oleh karenanya sangat efektif bila dijadikan media dakwah, selain itu keluarga mempunyai ikatan yang kuat. Bila ikatan keluarga bernada Islam, maka akidah dan amaliyahnya akan semakin kuat serta dakwah dalam keluarga akan selalu berjalan dengan baik bahkan dapat mempengaruhi terhadap keluarga yang lain. Ketika keluarga tentram dan riliguisitasnya tinggi maka bisa dikatakan masyarakatpun akan baik dan tentram. DPD PITI dalam menggunakan media keluarga sebagai media dakwah ini melalui seperti privat keagamaan, bimbingan, pengajian dan silaturrahiim kepada ulama. 3. Materi Dakwah DPD PITI Semarang Ditengah masyarakat Tionghoa DPD PITI menggunakan materi sebagai berikut, yaitu tentang akidah (keyakinan), akhlak (sikap atau tingkah laku) dan syari’ah dalam bidang ini DPD PITI memberikan pendekatan yang berkisar pada arkanul Islam, yaitu shalat, zakat puasa dan haji serta ajaran Islam yang linnya..
65
Semua materi yang ditetapkan oleh DPD PITI pada hakekatnya bersumberkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an merupakan sumber utama yang menjadi sumber pokok yang harus disampaikan melalui dakwah dengan bahasa yang dimengerti dan dipahami oleh mad’u. al-Qur’an merupakan suatu pedoman hidup yang harus ditaati dan dipatuhi oleh umat Islam dalam menuju keselamatan dunia dan akhirat. al-Qur’an sebagai pedoman hidup didalamnya telah terkandung secara lengkap petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, pergaulan, akhlak, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya. Sedangkan sumber yang kedua setelah al-Qur’an adalah asSunnah, yaitu segala sesuatu yang menyangkut segala perbuatan nabi Muhammad baik dalam ucapan tingkah laku atau dalam sikapnya. AsSunnah sebagai pedoman hidup setelah al-Qur’an Allah menjelaskan antara lain dalam surat al-Anfal ayat 13 yang artinya (ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya dan barang siapa yang menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Allah amat keras siksanya.(Departemen Agama, 189: 262). DPD PITI dalam kontek ini materi dakwahnya sudah mendasarkan pada kedua sumber tersebut. Materi akidah merupakan nilai-nilai dasar agama yang fundamental, karena materi ini menyangkut keyakinan seseorang. Aqidah inilah yang merupakan inti dari ajaran Islam, kemudian akhlak dan syari’ah sebagai bingkai dari akidah.
66
Syari’ah yang merupakan peraturan-peraturan atau sistem-sistem yang ditentukan oleh Allah SWT untuk umat manusia, baik terperinci maupun pokok-pokok meliputi beberapa bagian yaitu masalah ibadah, mu’amalat (perdata) maupun hukum-hukum yang lain. Sedangkan akhlak mencakup beberapa aspek baik akhlak kepada Allah baik akhlak kepada manusia. Menurut hemat penulis rumusan materi dakwah DPD PITI masih bersifat tekstual dan kontekstual, tinggal bagaimana DPD PITI mengemas materi tersebut sehingga mampu diterima dan dimengerti oleh mad’u. dari sini dapat dilihat bahwa DPD PITI telah berusaha menyampaikan pesan dakwah (materi) yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan objek dakwah yaitu orang-orang muslim Tionghoa mengingat dakwah kepada kaum mualaf harus bersifat logis dan disertai dengan argumen-argumen yang masuk akal sehingga mereka mau dan mampu menerimanya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa sejauh ini kebijakan dakwah DPD PITI perihal materi dakwah masih relevan jika diterapkan pada masyarakat muslim etnis Tionghoa semarang, hanya saja materi dakwah tersebut perlu disampaikan secara jelas dan rasional mengingat sasaran dakwah yang dihadapi merupakan orang-orang mualaf yang benar-benar butuh adanya bimbingan dan penjelasan yang jelas dan rasional tentang ajaran Islam.
67
4. Evaluasi kegiatan dakwah DPD PITI Evaluasi kegiatan dakwah ini merupakan rangkaian dari kebijakan dakwah DPD PITI yang terakhir evaluasi dalam pengertian ini merupakan penelitian terhadap apa yang telah dilakukan, apa yang sedang dilakukan dan persiapan perencanaan untuk tindakan yang akan dilakukan oleh DPD PITI Semarang. Evaluasi harus terus diadakan untuk menilai apakah materi yang sudah disampaikan telah cocok dan baik, apakah metode dan medianya sudah tepat serta acara penyajiannya apakah telah mengena dan juga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari semua komponen dalam pelaksanaan kegiatan itu. Tanpa adanya evaluasi sebuah kegiatan tidak akan bisa diketahui sejauh mana tingkat keberhasilannya apakah sudah sesuai dengan yang di harapkan atau belum. Hasil dari evaluasi akan digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Menurut hemat penulis sejauh ini
DPD PITI Semarang belum dapat secara maksimal dalam melakukan evaluasi terhadap kegiatan dakwah yang telah dilaksanakan sehingga belum dapat mengetahui seberapa tingkat keberhasilannya serta kelemahan dan kelebihannya. 4.3. Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan kebijakan dakwah DPD PITI Hampir setiap organisasi memiliki kekurangan dan kelebihan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, demikian juga dengan DPD
68
PITI Semarang sebagai organisasi keagamaan yang secara langsung bersinggungan dengan masyarakat memiliki faktor penghambat dan pendukung. 4.3.1. Faktor Penghambat A. Faktor Penghambat dari dalam Organisasi DPD PITI 1. Kurangnya Konsolidasi dan komunikasi bagi para pengurus dan anggotanya, mengakibatkan DPD PITI kesulitan dalam melaksanakan kegiatan dan seringkali ditemuinya tumpang tindih kegiatan. 2. Lemahnya kualitas manajemen pengorganisasian pengurus DPD PITI yang mengakibatkan administrasi dan dokumentasi kurang tertata rapi serta mengakibatkan miskinnya kreatifitas. 3. Kurang maksimalnya jaringan luar yang berimbas pada kurang maksimalnya kegiatan di dalam. 4. Kurang pendanaan sehingga berakibat kurangnya terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan. 5. Tingkat kesibukan pengurus yang tinggi mengakibatkan sulitnya untuk melakukan konsolidasi.
69
B. Faktor Penghambat dari Luar DPD PITI 1. Perbedaan faham dengan masyarakat terutama organisasi lain, sehingga berimplikasi kegiatan yang kurang lepas, artinya bersifat dengan penuh kehati-hatian. 2. Dalam hal skill atau ketrampilan dalam menyampaikan dakwah lebih banyak dengan secara individu. 3. Kurangnya adanya dukungan dari berbagai pihak terhadap keberadaan DPD PITI Semarang.(Wawancara dengan Gautma setiadi mantan ketua DPD PITI, 3 Juli 2006) 4.3.2. Faktor Pendukung a. Masih adanya loyalitas pengurus yang memiliki dedikasi yang tinggi akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus dan pengemban amanat. b. Adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim Tionghoa dan simpatisan PITI. Mengetahui dan mengidentifikasi hal tersebut sangat lah penting karena dapat menjadikan pijakan langkah organisasi kedepan agar lebih baik dan lancar. Kelancaran suatu kegiatan ditentukan oleh faktor tenaga, biaya, fasilitas dan alat perlengkapan yang dibutuhkan. Suatu usaha akan berjalan lancar bilamana disamping didukung oleh tenagatenaga yang cakap juga tersedia cukup biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang diperlukan.
70
Sebagai faktor penghambat DPD PITI disini memiliki ialah faktor dari dalam organisasi dan luar organisasi. Faktor dari dalam kurang adanya konsolidasi, lemahnya manajemen dan pendanaan kekurangan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap penerapan dan pelaksanaan sebuah kebijakan. Sehingga apa yang telah direncanakan dan ditetapkan tidak bisa dijalankan sebagai mana mestinya. Sedang faktor dari luar
adanya perbedaan faham dengan
masyarakat terutama organisasi lain, sehingga berimplikasi kegiatan yang kurang lepas, artinya bersifat dengan penuh kehati-hatian, dalam hal skill atau ketrampilan dalam menyampaikan dakwah lebih banyak dengan secara individu, kurang adanya dukungan dari berbagai pihak terhadap keberadaan DPD PITI Semarang. Sehingga hal ini menjadikan tugas berat DPD PITI dalam rangka memberikan dakwah dikalangan etnis Tionghoa ditengah perbedaan. Namun hal terpenting DPD PITI memiliki potensi pendorong dalam menjalankan kebijakan yang diterapkan yaitu masih adanya loyalitas pengurus terhadap organisasinya, adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim Tionghoa dan simpatisan PITI. Sehingga meskipun banyaknya faktor penghambat baik dari dalam maupun luar DPD PITI masih dapat mempertahankan keberadaannya karena disebabkan akan kebutuhan dakwah terhadap muslim Tionghoa
dalam
rangka memberikan bimbingan, pendampingan guna untuk mengetahui dan mengamalkan ajaran Islam serta untuk memberi pembelaan dan
71
perlindungan terhadap mereka baik dari dalam lingkungan keluarganya maupun
lingkungan
masyarakat
berkenaan
dengan
perpindahan
keyakinannya. 3.1.1. Faktor Pendukung c. Masih adanya loyalitas pengurus yang memiliki dedikasi yang tinggi akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus dan pengemban amanat. d. Adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim Tionghoa dan simpatisan PITI.