BAB IV ANALISIS PESANTREN TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF SWOT
A. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pesantren APIK Kaliwungu Kendal. 1. Kekuatan Pesantren APIK Kaliwungu Kendal. 1.1
Lokasi strategis dan mudah dijangkau Keberadaan pondok pesantren APIK Kaliwungu sangat strategis dan mudah dijangkau dari segala penjuru arah kota baik Semarang, Kendal maupun daerah sekitar sehingga pondok pesantren ini mudah dikenal. Juga kerena letaknya bersebelahan dengan jalan raya dan alun-alun dimana komunitas masyarakat sering berkumpul karena adanya kegiatan sosial yang diadakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar.
1.2
Pondok pesantren tertua dengan jumlah santri terbanyak di Kaliwungu Dari 25 pondok pesantren yang ada di Kaliwungu, pondok pesantren APIK merupakan pondok pesantren tertua dengan jumlah santri terbanyak. Sebagaimana tercatat di Departemen Agama Kabupaten Kendal tahun 2005 yaitu sejumlah 1300 santri1. Sementara berturut-turut disusul PP Al Fadlu sebanyak 600 santri, PP ARIS sebanyak 355 santri, PP Al Irsyad 310 santri dan PP Bani Umar Al Karim 255 santri. Sehingga informasi tentang keberadaan pondok pesantren APIK ini semakin bagus, terbukti dengan meningkatnya jumlah santri dari tahun ke tahun. Status sebagai pondok pesantren tertua menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang ingin mendalami ilmu agama Islam.
1
Data Departemen Agama tentang Nomor Statistik Pondok Pesantren Se-Kabupaten Kendal tahun 2005.
58
59
1.3
Kuatnya pengaruh alumni dalam masyarakat Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan akan dilihat dari kiprah para alumninya di tengah masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren APIK Kaliwungu telah melahirkan banyak alumni yang mampu berkiprah di masyarakat baik dalam skala besar maupun kecil. Sebagai contoh, beberapa figur alumnus pondok pesantren APIK Kaliwungu yang berpengaruh di masyarakat luas antara lain: Kiai A. Zaeni Aman dari Comal dan Kiai Umar Khudori yang saat ini berperan sebagai pengasuh pondok pesantren, KH. Dimyati Rois sebagai anggota badan pembina IAIN Walisongo yang juga pernah menjabat sebagai anggota DPR/MPR, H. Ja’far sekarang menjabat sebagai anggota komisi B di DPRD Purbalingga dan
masih
banyak
lagi
yang
berprofesi
sebagai
pegawai
pemerintahan maupun wiraswasta. Peran dan kiprah para alumnus tersebut telah menjadi daya tarik bagi masyarakat. Sehingga masyarakat
yang
mengetahui
hal
tersebut
tertarik
untuk
mengarahkan dan menganjurkan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan di pondok pesantren APIK Kaliwungu. 1.4
Penerapan sistem klasikal dalam pembelajaran Sistem klasikal dalam pembelajaran di pondok pesantren APIK Kaliwungu ini telah menjadi kelebihan tersendiri, sehingga santri dari pondok pesantren salaf lain yang mengikuti pendidikan di Madrasah Salafiyah Miftahul Huda (MSMH) pondok pesantren APIK Kaliwungu. Pembelajaran dengan sistem klasikal yang diterapkan di pondok pesantren ini secara manajemen mengadopsi sistem klasikal lembaga atau sekolah umum lainnya namun dari sisi materi yang diajarkan di pondok pesantren tersebut murni materi keagamaan yang bersumber dari kitab kuning.
60
2. Kelemahan Pesantren APIK Kaliwungu Kendal. 2.1 Efek sosio-kultural daerah perkotaan Masyarakat urban yang cenderung selfish (mementingkan diri sendiri) sangat mempengaruhi nilai-nilai tradisi yang telah tertanam secara turun temurun di lingkungan pondok pesantren yang notabenenya merupakan komunitas ramah, saling menolong, kebersamaan dan penuh kekeluargaan. Situasi pondok pesantren APIK Kaliwungu yang terletak di pusat kota menjadi kurang kondusif untuk menjalankan nilai-nilai tradisi tersebut karena hiruk pikuk keramaian kota yang sarat dengan aktivitas komunitas masyarakat yang datang dari berbagai daerah sekitar dan juga banyaknya orang yang melintas maupun transit di sekitar pondok pesantren tersebut.
2.2 Minimnya pendidikan ketrampilan Pendidikan yang mengarah pada pembinaan ketrampilan bagi para santri belum dikembangkan dengan maksimal. Pendidikan ketrampilan yang ada meliputi kursus kaligrafi, qiro’ah, pidato dan belum mengarah pada pendidikan vocational seperti perdagangan, perikanan, pertanian dll yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini penulis pandang perlu mengingat tantangan yang dihadapi santri di masa yang akan datang semakin besar dan kompleks serta menuntut penguasaan ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.3 Minimnya pemanfaatan akses teknologi dan informasi Walaupun lokasi pondok pesantren APIK Kaliwungu berada di pusat kota, namun pemanfaatan akses teknologi informasi masih belum maksimal. Perkembangan sarana komunikasi informasi yang sudah sangat canggih belum bisa terjangkau oleh kalangan para santri karena kurangnya fasilitas media seperti komputer. Sarana komputer yang ada sejumlah 3 unit hanya digunakan untuk sistem
61
administrasi. Sementara pengadaan media untuk pemanfaatan teknologi informasi belum terpenuhi.
B. Analisis Peluang dan Tantangan Pesantren APIK Kaliwungu Kendal 1. Peluang Pesantren APIK Kaliwungu Kendal. 1.1 Lokasi yang strategis untuk pengembangan usaha Karena perkotaan dianggap menjanjikan pertumbuhan ekonomi dan cukup prospektif dalam peluang usaha, maka lokasi pondok pesantren APIK Kaliwungu sangat memungkinkan untuk diadakan kegiatan investasi permodalan dalam pengembangan usaha baik berupa Usaha Kecil Menengah (UKM) maupun Koperasi Pondok
Pesantren
(Kopontren).
Model
usaha
yang
bisa
dikembangkan di lingkungan pondok pesantren APIK Kaliwungu bisa berupa: wartel, toko sembako, barang kelontong, toko kitab atau buku, catering, bahan bangunan sarana pertanian perkebunan dan peternakan beserta pupuk, pakan
maupun
lainnya.
Bahkan
lingkungan pondok pesantren APIK Kaliwungu yang strategis ini bisa dimanfaatkan sebagai center of development akses informasi yang berbasis teknologi mutakhir. Jenis usaha kecil tersebut jika diberdayakan secara maksimal akan menjadi tiang penyangga ekonomi pesantren. Usaha kecil tersebut dapat pula menghidupi kegiatan di sektor lain seperti pendidikan dan pembinaan masyarakat. Namun begitu, kendala utama yang sering dihadapi adalah masalah permodalan, tak sedikit jenis usaha tersebut harus tutup karena kekurangan modal.
1.2 Kesempatan pemanfaatan teknologi terapan Revolusi teknologi yang berawal dari berakhirnya perang dunia ke-2 mendorong negara-negara yang berhaluan progresif mengubah pola tatanan kehidupan dari pola agraria menjadi pola industri. Industrialisasi yang berkembang pesat pada dua dekade
62
terakhir setelah berakhirnya perang dunia ke-2 menuntut masyarakat untuk berpola kehidupan yang lebih mudah dan simple. Sejak dikenalnya sistem komputerisasi integral, kehidupan masyarakat dunia mulai beralih dari sistem manual ke sistem yang lebih modern. Peluang pemanfaatan teknologi yang telah berkembang pesat di era modern ini akan sangat efektif bila pondok pesantren APIK Kaliwungu ini mampu merealisasikan infrastruktur yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh elemen pondok pesantren sekaligus sebagai upaya pengembangan skill. Sebagai contoh pemanfaatan sistem komputerisasi di lingkungan pondok pesantren. Apabila integrated system yang ada didukung dengan pengadaan jaringan local (Local Area Network) maupun jaringan akses internasional (internet) maka manfaat teknologi akan lebih terasa. Contoh lain adalah tingginya tingkat arus perpindahan dari daerah satu ke daerah lain dan besarnya animo masyarakat untuk bepergian membuka peluang pondok pesantren ini untuk menyediakan alat transportasi dan jasa tour and travel. Pemanfaatan teknologi alat transportasi bisa berupa sarana umum misalnya bus maupun angkutan kota. Sarana alat transportasi tersebut bisa dimanfaatkan pula untuk kegiatan wisata religius seperti ziarah ke berbagai pondok pesantren, makam para tokoh Islam maupun tempat-tempat bersejarah bagi umat Islam di seluruh nusantara.
1.3 Pemberdayaan jaringan (network) alumni Tersebarnya alumni pondok pesantren APIK Kaliwungu di berbagai daerah yang telah menjadi tokoh masyarakat di berbagai bidang kemasyarakatan yang bersifat individual maupun institusional memberi
kesempatan
kepada
pondok
pesantren
ini
untuk
mengoptimalisasikan potensi alumni guna pengembangan akses informasi sesama alumnus dalam hal sharing ide maupun alumni
63
dengan santri dalam hal peluang masa depan. Potensi alumni yang bermacam-macam dalam lingkungan masyarakat yang bersifat material berupa kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan etos kerja yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk kemajuan pondok pesantren ini. Dalam hal ini potensi alumni bisa diolah sebagai trainer program pengembangan pondok pesantren termasuk proyek pemberdayaan yang melibatkan seluruh potensi pesantren atau masyarakat yang berorientasi pada pembangunan sosial–ekonomi pesantren. Pemberdayaan potensi alumni dengan sistem jaringan untuk melakukan empowering sumber daya pesantren yang meliputi potensi diri (SDM) dan potensi kewirausahaan (SDA) merupakan cara yang cerdas, visioner dan bermanfaat untuk jangka panjang. Pemberdayaan alumni akan melahirkan kemandirian tindakan yang bermuara pada pencapaian harapan eksistensi pondok pesantren yang lebih baik.
2. Tantangan Pesantren APIK Kaliwungu Kendal. 2.1 Tantangan dunia global Hal spektakuler yang tak terelakkan dan harus dihadapi oleh masyarakat sekarang adalah modernisasi. Modernisasi suatu masyarakat adalah proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern dalam segala dimensi kehidupan. Di bidang pendidikan, modernisasi berarti tumbuhnya lembaga-lembaga
pendidikan
yang
mengusung
panji-panji
modernitas pendidikan dengan sistem dan metodologi terkini. Implikasi dari modernitas pendidikan adalah adanya organisasiorganisasi kompleks yang mendirikan, menyelenggarakan dan mengembangkan sistem dan metodologi pendidikan yang secara khusus menspesialisasikan lembaga pendidikan tersebut ke dalam suatu bidang kompetensi baik yang berwawasan nasional maupun internasional. Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan
64
yang mempunyai tujuan membentuk talenta individu mempunyai konsekuensi yang signifikan dalam menghadapi arus modernisasi. Sebagai
lembaga
pendidikan
yang
menspesialisasikan
pada
pembelajaran ilmu agama, pondok pesantren APIK Kaliwungu mempunyai konsekuensi logis yang apabila tidak mengantisipasi gejala modernitas sistem dan metodologi pendidikan, di kemudian hari pondok pesantren ini akan kalah bersaing dengan lembaga pendidikan lain yang lebih antisipatif terhadap arus modernisasi. 2.2 Pergeseran Paradigma Masyarakat Di era globalisasi ini pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai-nilai budaya tidak bisa dihindarkan. Seiring dengan hal tersebut, paradigma masyarakat pun bergeser. Semula para orang tua hanya menginginkan anak-anaknya bermoral dan berakhlak mulia. Namun saat ini tidak cukup hanya berbekal akhlak mulia saja tapi juga harus bisa menguasai teknologi sehingga mereka cenderung mengarahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah umum daripada ke pondok pesantren. Eksistensi pondok pesantren APIK Kaliwungu sebagai lembaga pendidikan ilmu agama di tengah kota sangat riskan terhadap imbasnya laju roda perkembangan jaman. Ini berarti bahwa tantangan yang dihadapi pondok pesantren tersebut jauh lebih besar daripada pondok pesantren yang ada di pedesaan. Suatu faktor yang dominan adalah kurangnya minat dari para calon santri atau orang tua dalam mengarahkan anaknya untuk menuntut ilmu agama, sehingga lambat laun pondok pesantren akan dilupakan dan bahkan ditinggalkan bila tidak sensitif dengan keinginan masyarakat secara universal. 2.3 Kemungkinan Perubahan Tata Guna Kota Aspek geografis pondok pesantren APIK Kaliwungu yang sangat strategis di pusat keramaian yang didukung oleh sarana publik
65
di sekitarnya berupa alun-alun, masjid agung, jalan lintas antar kota dan titik temu tiga daerah yang saling berhubungan dan mempunyai sisi benefit secara finansial, akan menjadi obyek para penguasa maupun pengusaha daerah untuk melirik lahan potensial di sekeliling pondok pesantren. Hal tersebut bisa saja akan menjadi obyek relokasi tata letak kota oleh pemerintah maupun pusat kegiatan komersil oleh pengusaha. C. Analisis Strategi Pesantren APIK Kaliwungu Kendal Dalam bidang kurikulum, pondok pesantren APIK Kaliwungu yang tetap mempertahankan bahan materi yang bersumber dari Kitab Kuning dengan didukung metode klasikal, penulis nilai cukup efektif dalam menjaring peminat untuk belajar di pondok pesantren tersebut yang ditandai dengan meningkatnya jumlah santri dari tahun ke tahun. Hal yang penulis nilai cukup menjadi daya tarik bagi para calon santri adalah diterapkannya metode klasikal dalam pengajarannya dimana pada mulanya hanya berupa sorogan dan bandongan. Sementara program pengajarannya dilaksanakan dengan mengacu pada kalender kerja pondok.1 Meskipun begitu, proses belajar mengajar yang dikembangkan masih berorientasi pada bahan atau materi. Proses pembelajaran dianggap telah berhasil bila para santri sudah menguasai betul materi-materi yang ditransfer dari Kitab Kuning dengan hafalan yang baik. Sehingga menurut hemat penulis, upaya pemecahannya bisa dicari melalui pengembangan wawasan berpikir analitis dalam tradisi membaca teks Kitab Kuning. Metode musyawarah yang sudah ada juga perlu dikembangkan karena metode ini lebih menekankan pada dialog. Kurikulum yang dikembangkan hendaknya tidak lagi hanya terbatas pada kajian fiqih, nahwu, sharaf dan tasawuf yang dibaca secara berulang-ulang untuk setiap cabang ilmu yang sama, melainkan juga diperluas lagi cakupannya dengan mengkaji dan menelaah disiplin ilmu-ilmu
1
Dokumen PP APIK Kaliwungu, Buku Pedoman Kerja MSMH.
66
keislaman lainnya. Lebih dari itu, di era modern sekarang ini dimana ilmu umum lebih dikedepankan oleh sebagian besar masyarakat dalam memilih jenis pendidikan, pesantren yang hanya mengkaji Kitab Kuning secara tekstual bisa jadi akan mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Demikian pula metode pengajarannya yang cenderung menggunakan pendekatan doktrinal hendaknya ditransformasikan dan diperkaya dengan berbagai metode instruksional modern agar lebih membuka eksplorasi cakrawala
pemikiran
para
santrinya.
Tradisi
menulis
juga
penting
dipraktekkan sebagai bagian dari tradisi baca Kitab Kuning secara maknawi. Sebab, bagaimanapun juga, tradisi menulis ini merupakan warisan intelektual Islam yang hampir tidak berkembang di dunia pesantren. Padahal, dari tradisi menulis inilah banyak lahir ilmuwan muslim yang berkonsentrasi pada segala cabang ilmu sehingga menjadi literatur utama kalangan akademisi di Barat maupun di Timur. Hal-hal
tersebut bisa dicapai asalkan pihak internal
pesantren sendiri melakukan ikhtiar transformasi sistem pendidikannya dengan tetap berpijak pada khithah utama pesantren sebagai institusi pendidikan dan pengembangan masyarakat. ikhtiar ini akan berhasil bila keinginan-keinginan itu dikehendaki dan diupayakan oleh para tokoh pemukanya. Adanya kemauan dari para tokoh pemuka pesantren untuk melakukan transformasi sistem pendidikannya merupakan potensi tersendiri untuk dapat menjawab tuntutan masyarakat dan zaman modern. Di bidang pengembangan sumber daya manusia, manajemen tenaga pendidik pondok pesantren APIK Kaliwungu yang direkrut dari kalangan sendiri, di satu sisi lebih mudah mengetahui kompetensi para ustadz dan langkah efesiensi biaya operasional. Namun di sisi lain menjadi kendala karena kurangnya wacana atau suasana pembelajaran baru yang mungkin dibawa oleh para ustadz dari luar. Rekruitmen tenaga pengajar dari kalangan sendiri akan lebih bermakna bila para ustadz tersebut kemudian diberdayakan dengan mengikuti program in service training dengan lembaga yang berkarakteristik sama. Pondok pesantren APIK Kaliwungu juga memberikan beasiswa kepada para ustadz untuk meningkatkan keilmuannya dengan
67
menuntut ilmu di perguruan tinggi sehingga akan membawa pemikiran baru yang berguna bagi pengembangan pembelajaran di lingkungan pondok. Hal ini merupakan langkah yang sangat baik, namun akan jauh lebih baik bila kesempatan yang ada diperluas sehingga bisa dijangkau oleh lebih banyak ustadz. Organisasi kedaerahan yang ada cukup efektif dalam rangka sharing ide ataupun sebagai akses informasi ke dalam dan keluar pondok. Melalui organisasi ini para santri mendapatkan informasi tentang peluang masa depan serta berbagai cakrawala baru dari para alumni yang telah berkecimpung dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Begitu pula alumni mendapatkan berbagai informasi dari santri baik yang menyangkut kegiatan di pesantren, di daerah asal mereka dan hal-hal lain. Selain itu para alumni aktif memberikan pengarahan dan motivasi bagi para santri. Langkah ini sangat baik dalam rangka pengembangan informasi baik bagi santri maupun alumni. Namun, alangkah lebih baik bila hal tersebut tidak saja dilakukan pada tingkat kedaerahan saja tapi juga menyeluruh sehingga akan membuka cakrawala santri secara keseluruhan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan tak lepas dari produktivitas dan prestasi kerja seluruh eksponennya. Dalam pondok pesantren, kiai dan para ustadz sebagai tenaga pendidik mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Santri, sebagai salah satu elemen dasar pondok perlu diberdayakan sehingga diharapkan nantinya akan menjadi generasi muslim yang mampu bersaing di era global. Begitu pula pemberdayaan alumni menjadi hal yang tidak bisa ditinggalkan mengingat perannya cukup signifikan dalam pengembangan pesantren ke depan. Secara de facto, santri yang belajar di pondok pesantren APIK Kaliwungu mayoritas adalah teman, saudara atau bahkan anak dari para alumni. Disamping sebagai agen informasi bagi masyarakat, beberapa alumni pondok pesantren APIK Kaliwungu juga menjadi donatur atau setidaknya mempunyai
akses
informasi
untuk
pembangunan
dan
pemeliharaan
infrastruktur pondok. Dari dua sisi pemberdayaan alumni, secara kuantitas
68
santri pondok pesantren APIK Kaliwungu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan secara kualitas performa dapat dilihat dari bangunan fisik gedung pondok yang cukup representif. Hal ini menunjukkan bahwa langkah tersebut efektif. Dalam bidang keuangan, pondok pesantren APIK Kaliwungu yang menjadikan iuran santri sebagai sumber utama finansial, ke depan bukan tidak mungkin kegiatan belajar mengajar akan terhambat. Moralitas tenaga pendidik pondok pesantren yang penuh keikhlasan dan kesederhanaan mungkin akan meringankan beban biaya yang ditanggung lembaga tersebut tapi kurang sejahteranya staf pengajar akan mengakibatkan stagnasi kegiatan belajar mengajar. Sehingga menurut hemat penulis, di masa yang akan datang pondok pesantren APIK Kaliwungu perlu kiranya untuk menciptakan peluang-peluang sumber dana alternatif misalnya dengan mengelola usaha pertanian, peternakan, perikanan atau perdagangan untuk mendukung biaya operasional pondok. Dalam bidang manajemen, pondok pesantren APIK Kaliwungu menyusun struktur kepengurusan dengan masa jabatan satu tahun sehingga hal ini membuka peluang bagi para ustadz untuk dapat belajar mengelola madrasah dengan arahan kiai. Dengan pembagian tugas dan wewenang ini terlihat adanya demokrasi yang di terapkan di pondok. Proses belajar mengajar dalam suatu lembaga akan berjalan lancar apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana pondok pesantren APIK Kaliwungu cukup representatif dilihat dari gedung, ruang kelas dan media pengajaran namun prasarana untuk kegiatan belajar mengajar belum tersedia secara memadai. Barangkali akan menambah ketenangan dan konsentrasi belajar bila kondisi sarana dan prasarana yang ada lebih ditingkatkan kebersihan dan keindahannya. Begitu pula dengan media pengajaran yang ada perlu dikembangkan. Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi eksponen pondok.
69
Meskipun pondok pesantren APIK Kaliwungu sudah dikenal nilai tradisionalismenya di kalangan masyarakat luas, tidak menjadikan pondok pesantren ini eksklusif. Sifat membuka diri dan mau menerima perkembangan dunia membawa pondok pesantren ini sering mengadakan kerja sama dengan institusi lain baik yang kapasitasnya sama sebagai lembaga pendidikan agama tradisional dan modern maupun dengan lembaga umum lain guna menunjang kreativitas para santri. Kerjasama yang dilakukan masih sebatas pada pemberdayaan para santri berupa pelatihan komputer, internet, perpustakaan dan studi banding ke pondok pesantren lainnya. Sementara kerjasama dengan lembaga pendidikan masih minim hanya dengan institusi regional seperti IAIN Walisongo, UNISSULA, atau perguruan tinggi yang berafiliasi pada satu naungan
dengan
diterimanya
lulusan
pondok
pesantren
APIK
dan
disediakannya beasiswa oleh lembaga tersebut. Akan tetapi para santri tidak mendapatkan porsi kesempatan yang sama dalam mengenyam jenjang pendidikan tinggi dan hanya beberapa saja, itupun melalui rekomendasi pengasuh pondok. Dengan demikian jelaslah bahwa pesantren bukan hanya mampu bertahan. Tetapi lebih dari itu, dengan penyesuaian, pesantren pada gilirannya juga mampu mengembangkan diri, dan bahkan kembali menempatkan diri pada posisi yang penting dalam sistem pendidikan nasional Indonesia secara keseluruhan. Tetap bertahannya pesantren agaknya mengisyaratkan bahwa dunia Islam tradisi dalam segi-segi tertentu masih tetap relevan di tengah deru modernisasi, meskipun bukan tanpa kompromi. Awalnya pesantren enggan menerima modernisasi namun secara gradual, pesantren kemudian melakukan penyesuaian dan menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat guna menghadapi modernisasi dan perubahan yang kian cepat dan berdampak luas. Tetapi penyesuaian itu dilakukan pesantren tanpa mengorbankan esensi dan hal-hal dasar lainnya dalam eksistensi pesantren. Pesantren mampu bertahan bukan hanya karena kemampuannya untuk melakukan adjustment seperti terlihat di atas. Tetapi juga karena karakter
70
eksistensialnya, yang dalam bahasa Nurcholish Madjid disebut sebagai lembaga yang mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Sebagai lembaga indigenous, pesantren muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat lingkungannya. Dengan kata lain pesantren mempunyai keterkaitan erat yang tidak terpisahkan dengan komunitas lingkungannya. Deskripsi singkat di atas menjelaskan bagaimana respon dan usaha pesantren APIK Kaliwungu Kendal dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Dalam menghadapi semua perubahan dan tantangan itu, para eksponen pesantren bukannya secara begitu saja dan tergesa-gesa mentransformasikan kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan
modern
Islam
sepenuhnya,
tetapi
sebaliknya
cenderung
mempertahankan kebijaksanaan hati-hati, mereka menerima pembaharuan (modernisasi) pendidikan Islam hanya dalam skala yang terbatas, sebatas mampu menjamin pesantren untuk tetap bisa survive.