Bab IV Analisis Penelitian
Analisis penelitian dilakukan terhadap data, proses pengolahannya, hasil penelitian dan metode yang dipakai.
IV.1 Analisis Data Data atribut yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dalam kurun waktu yang berbeda, data jumlah luas sertipikat dari kantor pertanahan sejak tahun 1960 sampai dengan desember 2007 diklasifikasikan tiap desa, data potensi desa kantor statistik tentang Purwanegara Dalam Angka Tahun 2007 diperoleh dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000, potensi desa Sensus Ekonomi 2006 (SE06), Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 (PSE 05), Monografi Kecamatan tahun 2007, Registrasi Penduduk tahun 2007, hasil survey lainnya tahun 2007 dan berbagai data dari beberapa dinas/instansi. Perbedaan satuan analisis menyebabkan tingkat ketelitian data dalam periode waktu tertentu dapat terjadi perubahan yang akan mempengaruhi model matematika yang dibentuk, sehingga perlu dilakukan normalisasi data.
IV.2 Analisis Hasil Penelitian IV.2.1 Analisis Pembobotan Penggunaan metode klasifikasi equal interval yaitu dengan mengelompokkan setiap variabel menjadi beberapa kelas dengan interval yang sama akan memudahkan dalam pemberian bobot sesuai dengan tingkat kepentingan variabel. Hasil klasifikasi dan pembobotan setiap variabel maupun parameter untuk menentukan skor tiap desa sebagai lokasi PRONA dapat dilihat pada lampiran G.
Bobot tertinggi adalah angka kemiskinan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sasaran PRONA adalah golongan ekonomi lemah dan menengah untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Penerapan metode rank sum memungkinkan pemberian bobot yang berbedabeda antar variabel maupun antar parameter. Pemberian bobot yang berbeda akan
37
menghasilkan output yang berbeda sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai ataupun kebijakan yang akan diambil oleh pihak pengambil keputusan. Oleh karena itu datanya harus dinormalisasi terlebih dahulu. Secara berjenjang pemberian bobot antar variabel dan parameter dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar IV.1 berikut:
Gambar IV.1 Hierarki Pembobotan Metode Rank Sum IV.2.2 Analisis Hitungan Prioritas Lokasi PRONA Penentuan prioritas lokasi PRONA dengan dana APBN dimulai dari jumlah skor yang tertinggi sampai dengan terendah. Adapun data tersebut bisa dilihat pada Tabel IV.1 dan Gambar IV.2 di bawah ini : Tabel IV.1 Urutan Prioritas Lokasi PRONA
38
PRIORITAS LOKASI PRONA 9.000 8.000 7.000 6.000 SKOR
5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
DESA
Gambar IV.2 Grafik Prioritas Lokasi Prona
Hitungan Metode Rank Sum menghasilkan prioritas pertama desa Purwanegara dengan skor tertinggi 8,964 dibanding desa yang lain. Hal ini dikarenakan mempunyai angka kepadatan penduduk tertinggi sebesar 26,74 % dibanding dengan jumlah angka kepadatan penduduk se-kecamatan dan sejumlah 42,14 % penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang jasa/sosial, sebagaimana bisa dilihat pada lampiran E. Data pada Tabel III.3 dan Tabel IV.1 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakatnya masih cukup rendah yaitu jumlah penduduk yang tidak sekolah, tidak tamat SD, belum tamat SD dan tamat SD sebesar 69,65 % dari jumlah penduduk se-desa Purwanegara. Luas penggunaan tanah terbesar adalah sawah senilai 41,12 % dan urutan ke dua untuk perumahan sebesar 37,22 % dari luas penggunaan tanah se-desa Purwanegara. Desa Purwanegara sebagai ibukota kecamatan dan pusat keramaian kecamatan merupakan daerah penyangga kota dan pengembangan ekonomi rakyat, dimana terdapat 2 (dua) pasar yaitu pasar tradisional dan pasar ikan. Jika dilihat dari banyaknya jumlah sertipikat dan kemampuan ekonomi masyarakatnya yang cukup mapan, desa Purwanegara tidak tepat sebagai prioritas pertama lokasi PRONA. Karena tanpa sertifikasi PRONA pun sudah 66,10 % luas wilayahnya bersertipikat, data tersebut bisa dilihat pada lampiran E.
39
Urutan prioritas ke-dua adalah desa Danaraja dengan selisih skor 2,009 di bawah desa Purwanegara, hal ini terjadi karena angka kepadatan penduduk jauh lebih kecil sebesar 60,52 % dibandingkan desa Purwanegara. Perbandingan jumlah luas sertipikat dengan luas wilayahnya lebih besar 51,13 %, sehingga bobotnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan desa Purwanegara. Jumlah petani dan buruh tani sebagai prioritas utama kriteria jenis pekerjaan penduduk sebesar 77,82 % dari desa Purwanegara, dan jumlah tamatan SD hingga yang tidak pernah sekolah jumlahnya 52,21 % dibanding desa Purwanegara. Oleh karena itu skor total kriteria desa Danaraja lebih rendah daripada desa Purwanegara.
Urutan prioritas terakhir adalah desa Kutawuluh, hal ini dikarenakan mempunyai jumlah penduduk paling sedikit sebesar 3,90 % dari jumlah penduduk sekecamatan. Angka kepadatan penduduk juga rendah sebesar 7,144 dan 33,02 % dari desa Purwanegara. Jumlah penduduk miskin terendah se-kecamatan terletak di desa Kutawuluh sebesar 3,90 %, sehingga dengan bobot kriteria tertinggi adalah angka kemiskinan maka skor akhir desa Kutawuluh paling rendah dan menjadi prioritas terakhir.
Dengan demikian metode rank sum dapat digunakan untuk menentukan prioritas lokasi PRONA secara lebih obyektif, meskipun kurang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sertifikasi PRONA ditujukan untuk desa miskin, tingkat pendidikan rendah dan jumlah sertipikat kurang dari 30 %.
IV.2.3 Analisis Statistik Prioritas Lokasi PRONA dengan Metode Rank Sum Tabel IV.2 Model Summary Metode Rank Sum Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate 1.000(a) 1.000 1.000 .000363 a Predictors: (Constant), X7, X6, X4, X3, X2, X1, X5 b Dependent Variable: Y
Model 1
Koefisien determinasi (R²) sebesar 1,00 berarti bahwa 100 % variabelitas prioritas lokasi PRONA (Y) bisa diterangkan oleh variabel bebas yang mempunyai korelasi hubungan pada Tabel IV.3 berikut :
40
Tabel IV.3 Uji Korelasi Metode Rank Sum Y Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 0.878 -0.575 0.005 -0.563 -0.540 0.496 -0.561
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 0.878 -0.575 0.005 -0.563 -0.540 0.496 -0.561 1 -0.734 -0.475 -0.327 -0.402 0.751 -0.438 -0.734 1 0.467 0.129 0.144 -0.730 0.164 -0.475 0.467 1 -0.368 -0.145 -0.657 -0.111 -0.327 0.129 -0.368 1 0.206 0.083 0.285 -0.402 0.144 -0.145 0.206 1 0.120 0.962 0.751 -0.730 -0.657 0.083 0.120 1 0.051 -0.438 0.164 -0.111 0.285 0.962 0.051 1
Hasil uji korelasi variabel bebas dengan variable terikat di atas dari hubungan yang terkuat yaitu : X1 = 0,878, X2 = -0,575, X4 = - 0,563, X7 = - 0,561, dan X5 = -0,540. Kemudian untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang kuat secara simultan antara variabel bebas tersebut terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) maka dapat dilihat dari hasil pengujian pada Tabel IV.4 berikut : Tabel IV.4 ANOVA (b) Metode Rank Sum Model 1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
52.875
7
7.554
.000
5
.000
F 57337117. 226
Sig. .000(a)
Total
52.875 12 a Predictors: (Constant), X7, X6, X4, X3, X2, X1, X5 b Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai uji taraf signifikansi 0,000; dengan uji signifikansi 5 % maka 0,000 < 0,005 maka Ho ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara linear antara angka kepadatan penduduk (X1), angka kemiskinan (X2), jarak kantor desa ke kantor pertanahan (X3), perbandingan jumlah luas bidang tanah bersertipikat dengan luas wilayah desa (X4), tingkat pendidikan (X5), luas penggunaan tanah (X6) dan jenis pekerjaan penduduk (X7) terhadap prioritas lokasi PRONA (Y). Yang juga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara ketujuh variabel bebas terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar koefisien determinasinya (R²) = 1 atau 100 %, atau juga dapat diartikan bahwa pengaruh variabel di luar model tidak ada yaitu 1 - R² = 0,000 (error).
41
Untuk menguji secara parsial (sendiri-sendiri) atau untuk mengetahui variabel bebas mana yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat diuji dengan uji t, hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut : Tabel IV.5 Coefficients (a) Metode Rank Sum Unstandardized Coefficients
Model
B 1
Standardized Coefficients
t
Sig.
(Constant)
.000
Std. Error .002
Beta .252
.811
X1
.071
.000
1.154
5692.421
.000
X2
.254
.002
.010
125.388
.000
X3
.036
.000
.555
6232.167
.000
X4
.214
.001
.018
161.883
.000
X5
-1.171
2.086
.000
-.562
.599
X6
.212
.085
.000
2.480
.056
X7
.387
1.291
.000
.300
.776
a Dependent Variable: Y
Dari hasil perhitungan di atas, koefisien yang digunakan adalah koefisien beta atau koefisien standar (Standardized Coefficients). Kriteria penolakan Ho jika : t hitung > t tabel atau to>tα 0,05, n-2. 1. Koefisien pertama = 0,071, diperoleh nilai t hitung 6,084 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung 6,084 > 1,80; maka Ho ditolak atau dengan kata lain angka kepadatan penduduk (X1) berpengaruh terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar 0,071. 2. Koefisien kedua = 0,254, diperoleh nilai t hitung -1,653 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung -1,653 < 1,80; maka Ho diterima atau dengan kata lain angka kemiskinan (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar 0,254. 3. Koefisien ketiga = 0,036, diperoleh nilai t hitung 0,017 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung 0,017 < 1,80; maka menerima Ho atau dengan kata lain jarak kantor desa ke kantor pertanahan (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar 0,036.
42
4. Koefisien keempat = 0,214, diperoleh nilai t hitung -1,627 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung -1,627 < 1,80; maka Ho diterima atau dengan kata lain perbandingan jumlah luas bidang tanah bersertipikat dengan luas wilayah desa (X4) tidak berpengaruh significan terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar 0,214. 5. Koefisien kelima = - 1,171, diperoleh nilai t hitung -1,576 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung -1,576 < 1,80; maka menerima Ho atau dengan kata lain tingkat pendidikan (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar - 1,171. 6. Koefisien keenam = 0,212, diperoleh nilai t hitung 1,895 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung 1,895 > 1,80; maka Ho ditolak atau dengan kata lain luas penggunaan tanah (X6) berpengaruh terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar 0,212. 7. Koefisien ketujuh = 0,387, diperoleh nilai t hitung -1,623 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5 %, maka nilai t tabel atau t 0.05,11 = 1,80. Nilai t hitung -1,623 < 1,80; maka menerima Ho atau dengan kata lain jenis pekerjaan penduduk (X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap prioritas lokasi PRONA (Y) sebesar 0,387.
Berdasarkan penjelasan di atas maka ada 2 (dua) variabel bebas yaitu angka kepadatan penduduk dan luas penggunaan tanah yang berpengaruh secara signifikan terhadap prioritas lokasi PRONA.
Grafik yang menggambarkan adanya garis regresi linier bisa dilihat pada gambar IV.3 berikut ini :
43
Gambar IV.3 Regresi Linear Berganda Metode Rank Sum Persebaran titik variabel secara acak bisa dilihat pada Gambar IV.4 berikut :
Gambar IV.4 Distribusi Data Metode Rank Sum
44
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan matematika yang dihasilkan
tidak
seluruhnya
mendekati
kenyataan
sebenarnya.
Hal
ini
menunjukkan bahwa masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat memberikan pengaruh dalam penentuan prioritas lokasi PRONA di setiap desa, maka perlu ditambah responden pengambil kebijakan dalam penentuan kriteria dan pembobotannya untuk mengurangi unsur subyektifitas.
IV.2.4 Analisis Terhadap Kuota Sertifikasi PRONA Kegiatan PRONA merupakan kegiatan proyek rutin tahunan dengan banyaknya jumlah bidang tanah yang akan disertipikatkan tergantung besarnya dana APBN dalam DIPA BPN RI pada Program Pengelolaan Pertanahan dan inventarisasi hasil program pertanahan di kantor pertanahan tahun anggaran sebelumnya, sehingga jumlahnya bisa berubah setiap tahunnya.
Penetapan desa/kelurahan sebagai lokasi PRONA merupakan wewenang Kepala Kantor Pertanahan, apakah akan diberikan pada satu desa atau dibagi beberapa desa tergantung kebijakan Kepala Kantor Pertanahan. Kaitannya dengan penentuan prioritas lokasi PRONA yang sudah di ranking, jika ada kuota sertifikasi maka diberikan pada prioritas pertama dan seterusnya. Setelah prioritas pertama diberi kuota maka ranking lokasi kemungkinan berubah, sehingga kuota sertifikasi selanjutnya diberikan pada desa dengan prioritas pertama lagi, demikian seterusnya agar penentuan lokasi lebih obyektif dan efektif. Cara lainnya yaitu dengan membuat prosentase tiap desa dari hasil skoring, kemudian dikalikan dengan jumlah kuota yang diberikan. Hasilnya apakah akan dibagi rata sesuai prosentase atau dikelompokkan pada beberapa desa sesuai rencana yang sudah ditetapkan. Atau bahkan dipusatkan pada satu desa dengan prioritas pertama. Namun kesemuanya itu tergantung pada kebijakan yang telah diputuskan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
45