perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini penulis akan menganalisis permasalahan mengenai konflik sosial dan politik serta wacana konflik sosial dan politik dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak . Konflik yang terdapat dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak meliputi konflik sosial, politik, agama, ekonomi dan budaya. Penulis akan menjelaskan penyebab timbulnya konflik, resolusi konflik dengan kekerasan atau tanpa kekerasan, pengaruh positif atau negatif yang dihasilkan konflik, dan jenis kelompok konflik konstruktif dan destruktif. Selanjutnya pada analisis permasalahan kedua penulis akan menjabarkan wacana konflik sosial dan politik berikut penjelasannya.
A. Analisis Konflik Sosial dan Politik dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak 1. Konflik Sosial dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak a. Konflik Individu dan Individu 1) Sudarminta dan Nuniek Konflik antara Sudarminta dan Nuniek (istrinya) terjadi karena perbedaan pandangan dalam hal partai. Sudarminta mengatakan lambang PKI yang berupa palu dan arit tidak sesuai sebagai alat petani. Bagi Sudarminta alat petani adalah cangkul. Sudarminta lebih memilih PNI dan memenuhi ruangan dengan gambar kepala banteng serta mengingatkan harus memilih PNI. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu Sudarminta melukai psikologis Nuniek untuk lebih memilih PNI daripada PKI. Konflik commit to user ini termasuk konflik konstruktif 45
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
karena Sudarminta dan Nuniek menemukan hal yang baru dan memperoleh kepuasan dari konflik tersebut. Perbedaan antara Nuniek dan Sudarminta dapat dilihat dalam kutipan berikut. Bagaimana dengan palu-arit? Bagaimana dengan PKI? Bapak mencoba sabar (atau pura-pura mencoba sabar). ―Bu, Coba lihat palu ini. palu adalah alat kaum buruh. Nah, sekarang lihat benda ini – arit. Aneh, arit kok alat kaum petani. Menurutku alat kaum petani itu cangkul. Dengan arit petani hanya bisa motong rumput atau ranting yang ramping (Laksmi Pamuntjak, 2013:111). Konflik yang terjadi antara Nuniek dan Sudarminta termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Nuniek dan Sudarminta menyelesaikan konflik secara baik tanpa melakukan kekerasan fisik. Konflik memberikan pengaruh yang negatif bagi kesehatan Nuniek. Tekanan yang diberikan Sudarminta kepada Nuniek membuatnya untuk bersikap tertutup. Nuniek memunculkan konflik menggunakan taktik berbohong dan bersikap diam. Konflik yang terjadi antara Sudarminta dan Nuniek termasuk kelompok konflik konstruktif. Nuniek sebagai pihak yang terlibat konflik menyelesaikan konflik dengan diam. Bagi Nuniek diam adalah cara yang terbaik dalam menyelesaiakan konflik tersebut, sehingga konflik tidak berjalan secara terus menerus. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Mosok? Kalau begitu. Kenapa Ibu sering nangis diam-diam? Salat tahajut ketika Bapak sedang ngorok di kamar? Kenapa ia menyimpan uang penghasilannya dari jualan kue di dalam balutan sarung di balik almari seolah itu ular berbisa, atau pusaka rahasia, atau orok laki-laki lain, dan tak pernah menunjukkannya ke Bapak? Kenapa ia diam-diam tidak menyukai buku-buku yang dibaca Bapak? (Laksmi Pamuntjak, 2013:89). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa antara Nuniek dan Sudarminta mengalami perselisihan. Perselisihan disebabkan adanya perbedaan dalam commit userberibadah dengan melakukan salat berpikir dan kepribadiannya. Nuniek lebihtotaat
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
tahajut, sedangkan Sudarminta lebih memilih tidur dan kurang taat dalam menjalankan ibadah. Nuniek tidak menyukai buku yang sangat disukai oleh Sudarminta. Nuniek menjual dan menyembunyikan kue dari Sudarminta. 2) Amba dan Bhisma Konflik yang terjadi dikarenakan Amba kehilangan Bhisma. Permasalahan tersebut termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa Amba sebagai pihak yang terlibat konflik tidak mengalami luka fisik. Amba merasakan kecewa karena tidak dapat menemukan keberadaan Bhisma setelah menghadiri acara mengenang Untarto di salah satu ruang Ureca. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan Amba. Amba merasa sakit dengan keluarnya keringat dingin dan rasa mual karena mengandung anak Bhisma. Konflik ini termasuk kelompok konstruktif. Amba sebagai pihak yang terlibat konflik menyelesaikan konflik dengan baik. Amba tidak berhenti mencari keberadaan Bhisma dengan mendatangi sanggar. Amba akhirnya memutuskan untuk berhenti mencari Bhisma dan memulai hidup baru dengan Adalhard di Jakarta. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Keringat dingin membasahi tengkuk Amba. Ia memandangi sekitar, dan tiba-tiba perutnya mual. Semalam ia berharap di sanggar ini ia akan menemui orang-orang yang tahu di mana Bhisma, menemui orang-orang dengan siapa ia bisa berbicara tentang semua semua yang dialaminya. Tetapi kini ia tak berharap apa-apa lagi (Laksmi Pamuntjak, 2013:276). Konflik Amba dan Bhisma disebabkan kekhawatiran Amba mengenai keadaan yang berubah. Ia berpesan kepada Bhisma untuk hati-hati dengan keadaan yang sudah berubah, namun Bhisma sebagai seorang dokter tetap akan menyembuhkan orang yang sakit meskipun keadaan sulit. Konflik ini termasuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
resolusi konflik tanpa kekerasan Bhisma dan Amba tidak melakukan penyerangan fisik, namun luka secara psikologis ditimbulkan oleh Amba yang merasakan kekawatiran dan ketakutan dengan keadaan Bhisma. Bhisma sebagai seorang dokter yang profesional ia akan tetap menyembuhkan siapa pun yang sakit. Pasien yang disembuhkan antara lain, kelompok CGMI, Gerwani, dan lain sebagainya. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Amba dan Bhisma. Amba dan Bhisma mengalami perasaan stres adanya konflik yang terjadi disekitarnya. Konflik ini termasuk konflik konstruktif konflik yang terjadi pada Amba dan Bhisma dapat diselesaikan secara baik dan berlangsung cepat. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Dengar, Amba. Seorang dokter akan selalu berada di satu saat di mana pilihannya bisa menentukan hidup atau mati. tiap saat bercabang, tiap saat berubah. Aku bukan seorang yang mampu berkelahi di jalan atau menembak dari barikade, dan mungkin pada akhirnya aku tidak berdaya apa-apa dan pada akhirnya kalah. Tetapi jika aku tidak berbuat, aku tidak akan berarti apa-apa, seperti seorang dokter yang tidak mencoba menyembuhkan betapapun sulitnya keadaan. Dan jika aku berbuat dan kalah, setidaknya kekalahan itu tidak kehilangan nilai. Dua tahun yang lalu akau pulang, menyadari sepenuhnya bahwa rumahku menyembunyikan air mata: ia sebuah negeri yang sakit, yang miskin, yang tak bisa berjanji. Sekarang negeri-negeri ini ditentukan algojoalgojo dan aku tidak mau itu terjadi berkali-kali (Laksmi Pamuntjak, 2013:260). Konflik yang dialami Amba dan Bhisma dikarenakan mendatangi acara dan tempat yang salah pada malam hari itu. Tempat tersebut adalah tempat penangkapan yang diduga anggota PKI. Penangkapan terjadi di depan Universitas Respublica. Konflik terjadi disebabkan Bhisma dan Amba yang sebenarnya bukan anggota PKI ditangkap. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan karena Bhisma mendapat pukulan dari lawan konflik. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Bhisma dan Amba. Amba berpisah dengan Bhisma adanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
penangkapan tersebut. Bhisma ditangkap dan dipenjarakan sedangkan Amba berhasil melarikan diri. Perpisahan Amba dan Bhisma secara tiba-tiba membuat kesehatan Amba dan Bhisma menurun adanya perasaan kecewa dan stres yang dialami keduanya. Konflik ini termasuk konflik destruktif, yaitu konflik berlangsung lama dan tidak dapat diselesaikan. Bhisma kehidupannya hancur dengan dipenjara dan dibuang ke Pulau Buru. Keadaan saat penangkapan Bhisma dapat dilihat dari kutipan berikut. Bhisma memeluk Amba dan tiarap mengikuti yang lain-lain di deretan depan. Amba tidak tahu dari mana dan ke mana senjata itu diarahkan. Dalam gelap ia melihat semburan api, suara tembakan lagi, lalu mendadak sebuah cahaya yang menyilaukan menerangi seluruh pekarangan depan. Beberapa lapis orang dengan bedil yang ditodongkan menyerbu masuk. Dari dalam gedung, kaleng-kaleng dan palang besi dilemparkan. Beberapa belas orang, tidak jelas lagi siapa, mencoba menahan serbuan. Selintas Amba melihat Yahya di barisan itu, jaket militernya berkibar. Tak lama ada suara tembakan, pukulan, bentakan, dan beberapa tubuh tersungkur. Amba berteriak, tapi suaranya hilang (Laksmi Pamuntjak, 2013:268).
Kutipan di atas memperlihatkan Amba dan Bhisma mengalami konflik saat menghadiri acara di RESPUBLICA. Untarto meninggal karena dibunuh ketika berada di rumah seorang tokoh SOBSI. Amba dan Bhisma menghadiri acara dan berada ditempat yang salah, sehingga di tuduh sebagai PKI. Amba dapat melarikan diri dari penangkapan dan Bhisma tertangkap dan dipenjarakan di Pulau Buru. 3) Amba dan Mukaburung Konflik antara Amba dan Mukaburung disebabkan oleh perasaan dan emosi Mukaburung. Mukaburung marah melihat Amba memeluk gundukan tanah makam Bhisma dengan isakan tangis. Mukaburung melihat hal itu langsung commit to user terbawa emosi dan melukai Amba dengan menggunakan belati. Mukaburung
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
tidak rela melihat makam Bhisma seorang suami yang sangat ia cintai dipeluk oleh perempuan lain. Besarnya cinta Mukaburung sama besarnya cinta Amba kepada Bhisma. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik, yaitu Mukaburung melukai fisik Amba dengan belati.Pengaruh konflik antara Mukaburung dan Amba termasuk pengaruh positif, yaitu masalah dan kebenaran yang terpendam dapat diketahui. Konflik ini termasuk kelompok konflik konstruktif. Mukaburung dan Amba memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari konflik yang terjadi, yaitu kebenaran mengenai Bhisma. Bhisma menikah dengan Mukaburung dan Mukaburung sangat mencintai Bhisma. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Perempuan pertama, yang sampai pagi ini tak punya nama dan tak punya anggota keluarga yang datang untuk mengakuinya, dibawa ke rumah sakit itu setelah ia ditemukan mendekap gundukan tanah di tengah hutan, ditengah hutan deras, dengan darah mengalir ditubuh. Perempuan kedua ditemukan bersimpuh tak jauh dari perempuan pertama dari belati ditangannya menetes darah (Laksmi Pamuntjak, 2013:17). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Amba berhasil menemukan jawaban mengenai Bhisma yang sudah puluhan tahun menghilang. Amba menemukan makam Bhisma dan menghadapi konflik baru dengan diserang menggunakan belati oleh perempuan bernama Mukaburung. Mukaburung adalah istri Bhisma, ia tidak terima melihat makam suaminya disentuh oleh orang lain. 4) Amba dan Ambika Konflik antara Amba dan Ambika disebabkan adanya perbedaan pendapat dan kepribadian mereka yang mudah menimbulkan konflik. Amba memiliki pendapat bahwa perempuan itu tidak boleh lemah, mudah dirayu dan cepat merasa tersanjung dengan ucapan laki-laki. Amba tidak mementingkan pernikahan, sebab commit to user bagi Amba pernikahan sama halnya dengan mengorbankan dirinya kepada laki-
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laki. Berbeda dengan pendapat Ambika perempuan itu harus menikah agar tidak dipermainkan laki-laki. Amba dan Ambika memiliki kepribadian yang menimbulkan konflik, yaitu Amba ingin menang sendiri dengan segala pendapat yang ia anggap benar, sama halnya dengan Ambika yang juga memiliki kepribadian egois atau keras kepala. Kepribadian yang egois mengakibatkan mudahnya konflik terjadi diantara keduanya. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan karena Amba dan Ambika tidak melakukan penyerangan dan melukai fisik. Amba dan Ambika merasa
benar
dengan
pendapat
masing-masing,
sehingga
menimbulkan
perselisihan. Konflik ini memberikan pengaruh negatif sebab merusak hubungan dan komunikasi antara Amba dan Ambika, sehingga menimbulkan rasa tidak senang, benci, dan marah. Pertentangan ini termasuk kelompok konflik konstruktif, yaitu konflik dapat diselesaikan dengan baik. Amba dan Ambika memperoleh kepuasan dengan melakukan kesepakatan bagi siapa yang nanti terbukti menikah terlebih dahulu di antara keduanya maka itu yang kalah. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Tiba-tiba sebuah energi baru menerpa Ambika. Ia tak lagi mau mengalah, hanya karena ia lebih muda. Ia tak lagi sudi dianggap tidak punya pendirian, hanya karena Amba lebih doyan ngomong. Ia ingin berkelahi. Suaranya mengeras. ―Kalau kita tak ingin dimanfaatkan laki-laki, kita harus kawin,‖katanya dengan tajam. ―Kalau tidak, kita hanya jadi mainan buat laki-laki. laki-laki kan hanya mau enaknya saja. Gelem rumangsamu, emoh watange (Laksmi Pamuntjak, 2013:88). Konflik Amba, Ambika, dan Aktor pemeran Arjuna disebabkan adanya konflik terdahulu. Konflik Amba dan Ambika disebabkan Ambika menyukai aktor bernama Arjuna. Konflik terjadi dikarenakan Amba tidak menyukai wanita yang mudah mengagumi laki-laki dan mudah dibohongi. Amba mengetahui Aktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
yang memerankan Arjuna pernah ditangkap basah bersama Udin dalam keadaan setengah telanjang di semak pakis dekat rumahnya. Semenjak peristiwa tersebut aktor pemeran Arjuna pergi dan tidak bisa kembali ketempat tinggalnya. Orang tua aktor pemeran Arjuna terutama bapaknya tidak menyesal dan mengharapkan ia kembali. Ia dianggap sebagai anak yang tidak berguna. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik tidak melukai fisik lawan, akan tetapi pihak yang terlibat konflik mengalami luka secara psikologis. Ambika mengalami luka secara psikologis karena adanya perbedaan pendapat dengan Amba. Konflik memberikan pengaruh yang negatif bagi Amba dan Ambika. Hubungan Amba dan Ambika menjadi rusak karena adanya rasa benci di antara keduanya. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif karena konflik yang terjadi Amba dan Ambika berlangsung secara lama. Konflik tersebut menimbulkan konflik-konflik baru, sehingga konflik yang terjadi tidak dapat diselesaikan dengan baik. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Amba lain. Ia acuh tak acuh. Ia tak tahan terhadap perempuan yang terlalu mudah dirayu, atau terlalu cepat merasa tersanjung oleh omongan laki-laki. ia tak punya kesabaran terhadap perempuan yang terlalu cepat merasa dirinya terinjak-injak, atau membiarkan arti hidupnya ditentukan oleh hubungan dengan suami, calon suami atau yang berharap jadi suami (Laksmi Pamuntjak, 2013:86). Konflik Ambika dan Amba disebabkan terdapat konflik terlebih dahulu, yaitu konflik perjodohan Amba dan Salwa. Perselisihan tersebut memunculkan konflik baru bagi Ambika dan Amba. Perjodohan Salwa dan Amba yang sangat diinginkan oleh Nuniek menimbulkan sikap Nuniek yang membedakan Amba dan Ambika. Nuniek membedakan antara Amba, Ambika, dan Ambalika. Nuniek to user menganggap Amba paling pintar, lebih menghargai Amba ketika di commit dapur. Nuniek
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
paling cekatan, paling enak sambalnya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu Amba dan Ambalika tidak mengalami luka secara fisik, tetapi mengalami luka secara psikologis. Ambika dan Ambalika merasakan jengkel dengan adanya perbedaan serta ketidakadilan sikap yang diberikan ibunya. Nuniek lebih sayang dengan Amba, sedangkan pada Ambika dan Ambalika marah-marah dianggap tidak dapat membatu di dapur seperti Amba. Konflik memberikan pengaruh negatif hubungan antara Amba dan adik kembarnya akan menjadi rusak dan semakin jauh. Amba, Ambika, dan Ambalika merasakan rasa tidak senang, marah, benci, dan agresi. Perselisihan antara Amba dan kedua adiknya dapat dilihat dari kutipan berikut. Ibu, yang merasa bersalah karena ialah yang tak sabar, segera membebaskannya dari tugas-tugas rumah tangga dan dapur. Ini membuat si kembar jengkel setengah mati, karena diantara mereka bertiga Ambalah yang paling dihargai di dapur, paling pintar ini-itu, paling cekatan, paling enak sambelnya, paling pedas mulutnya (pedas tapi lucu), dan ini membuat nilainya naik dihadapan ibunya (dan nilai si kembar turun) (Laksmi Pamuntjak, 2013:127). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa adik kembar Amba bernama Ambika dan Ambalika menghadapi konflik dengan Nuniek (ibunya). Konflik disebabkan adanya perjodohan Amba dan Salwa, sehingga membuat Nuniek membedakan antara Amba dan Adik kembarnya. Perbedaan diperlihatkan dalam kasih sayang, dan sikap Nuniek. 5) Amba dan Nuniek Konflik antara Amba dan Nuniek disebabkan Nuniek (Ibu Amba) ingin menjodohkan Amba dengan Salwa. Nuniek mengagumi Salwa yang memiliki wajah tampan dan baik hati. Amba tidak menginginkan perjodohan itu dan mementingkan sekolahnya. Nuniek tetap memaksa Amba bahwa suka tidak suka commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus mau berkenalan dengan Salwa. Amba mengikuti kemauan ibunya. Salwa dan Amba berkenalan dan mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Peristiwa ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Amba dan Nuniek sebagai pihak yang terlibat konflik merasakan kesedihan. Kesedihan Nuniek disebabkan Amba yang lebih memilih mencari sekolah daripada menerima perjodohan yang dianggap Nuniek lebih sulit dibandingkan mencari sekolah. Kesedihan Amba disebabkan ia terpaksa harus menerima pertemuan dengan Salwa. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Amba harus menjalani hubungan dengan terpaksa dengan Salwa dan berakhir dengan perselisihan antara Amba dan Bhisma. Pertentangan ini termasuk kelompok konflik destruktif dengan adanya konflik tersebut hubungan menjadi juah antara pihak yang terlibat konflik. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Namun akhirnya Sudarminto kalah. Amba yang selama itu menguping dari kamarnya juga tahu inilah yang akan terjadi. Bapak tak senang melarut-larutkan masalah, sementara, Ibu tahu kapan mengalah untuk menang. Malamnya, ketika ibu mulai merancau lagi: Suka atau ndak suka, apa salahnya mempertemukan mereka? Apa salahnya apabila mereka kenalan? Pertahanan Bapak runtuh (Laksmi Pamuntjak, 2013:131). Nuniek memaksa Amba dan Sudarminta agar memenuhi keinginannya untuk menjodohkan antara Amba dan Salwa. Nuniek memunculkan konflik dengan memberikan tekanan secara psikologis terhadap Sudarminta dan Amba. Nuniek memperlihatkan kesedihan dan kesehatannya yang semakin menurun agar Amba bersedia dijodihkan dengan Salwa. Nuniek memenangkan konflik dapat menememukan jalan untuk mempertemukan Amba dan Salwa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
6) Amba dan Salwa Konflik antara Amba dan Salwa awalnya disebabkan karena Salwa mendapat tugas di Surabaya dan Salwa tidak dapat tinggal bersama dengan Amba di Yogyakarta. Keadaan yang memisahkan Amba dan Salwa serta ucapan Salwa yang seakan-akan membanggakan dirinya di dalam surat menjadikan Amba pergi meninggalkan Yogyakarta. Amba pergi ke Kediri menjadi seorang penerjemah di rumah sakit Sono Walojo. Amba tidak ingin menjadi pihak perempuan yang menunggu kedatangan laki-laki (Salwa). Amba tidak senang dengan ucapan Salwa yang mengatakan Amba nanti akan bangga memiliki suami dengan nama Salwa Munir. Hubungan Salwa dan Amba semakin lama menjadi jauh.Perselisihan ini termasuk konflik tanpa kekerasan yang ditimbulkan luka secara psikologis berupa kekecewaan yang dirasakan Amba. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik, yaitu merusak hubungan dan komunikasi serta menimbulkan rasa benci. Perselisihan ini termasuk kelompok destruktif, yaitu hubungan antara Amba dan Salwa menjadi jauh. Konflik antara Amba dan Salwa dapat dilihat dari kutipan berikut. Sudah saatnya ia menguji kemampuannya. Ada tiga alasan yang membuat keputusan ini terasa ringan. Satu, tak ada bahasa asing yang berguna tanpa semacam imersi; dua, ia ingin membayar kembali utangnya kepada orangtuanya, yang telah bermurah hati membiarkan perpisahan selama ini, yang telah menutup dunia mereka agar terbuka dunia baginya, si anak yang sulung. Tiga,dan yang terpenting, adalah Salwa: Ia, Amba, tak sudi menjadi pihak yang menunggu (Laksmi Pamuntjak, 2013:156). Konflik antara Amba dan Salwa disebabkan adanya kebohongan yang dilakukan oleh Salwa bahwa sebenarnya ia tidak pergi ke Surabaya, tetapi ke desa commitdengan to user menggunakan taktik berbohong. di daerah Blitar. Konflik dimunculkan
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perselisihan tersebut termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa tidak ada luka fisik yang dialami Amba dan Salwa. Amba keberatan dengan kebohongan yang dilakukan Salwa dan tidak percaya terhadap orangtuanya. Konflik memberikan pengaruh positif bagi pihak yang terlibat konflik terutama Amba bahwa keadaan yang tidak menentu pada tahun 1965 harus lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan orang lain. Alasan Salwa berbohongdikarenakan keadaan masyarakat yang terpecah menjadi beberapa golongan PNI dan PKI. Konflik konstruktif bahwa pihak yang terlibat konflik dapat mengatasi konflik dengan baik, yaitu Salwa mampu menjelaskan kepada Amba alasan mengapa ia berbohong dan Amba dapat memahami alasan yang diberikan Salwa. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Amba bertanya mengapa Salwa tak berterus terang saja menyebutkan tujuan sebenarnya ke Jawa Timur. ―Keluarga kami tak seperti keluarga lain, cepat menilai dan menghakimi. Dan meski Ibu bersimpati pada PKI, Bapak dikenal luas sebagai orang PNI. Bapak selalu mencoba menasehati para Pemuda Marhaen, ndak baik menghantami orang yang berpandangan dari kita. Yang penting persatuan, begitu selalu katanya. Oleh teman-teman pengurus PNI, Bapak dianggap lemah, tapi ia ndak pernah peduli (Laksmi Pamuntjak, 2013:136). Salwa memunculkan konflik dengan berbohong. Alasan Salwa berbohong dikarenakan keadaan politik dan adanya perbedaan yang menjadikan masyarakat terpecah. Bhisma berbohong untuk lebih menjaga diri agar tidak terjadi kesalahpahaman. Amba kecewa dengan hal tersebut dengan megatakan bahwa orangtuanya dapat memahami perbedaan tidak suka menilai dan menghakimi orang lain.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Amba, Bhisma, dan Salwa Konflik antara Amba, Bhisma, dan Salwa menjadikan hubungan Amba dan Salwa menjadi jauh dan gagal untuk menikah. Rusaknya hubungan Amba dan Salwa dikarenakan kehadiran Bhisma seorang dokter lulusan Jerman yang berkerja di rumah sakit SonoWalojo. Pertemuan Amba dan Bhisma menjadikan mereka saling mencintai dan melakukan hubungan layaknya suami istri. Akibatnya Amba tidak kembali ke Kadipura dan memutuskan hubungan dengan Salwa Munir. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi Amba, Salwa, dan keluarga Amba. Pengaruh negatif yang diberikan, yaitu rusaknya hubungan dan komunikasi antara Amba dan keluarganya dengan adanya perselisihan tersebut. Adapun hal tersebut diperlihatkan Amba yang tidak pernah pulang ke Kadipura dan bertemu orang tua, serta adiknya setelah terjadi konflik tersebut. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu pihak yang terlibat konflik (Amba, Salwa, Bhisma) mengalami luka secara psikologis. Amba merasa bersalah dengan perilakukanya yang tidak tanggung jawab terhadap hubungannya dengan Salwa dan menghianatinya. Salwa merasakan kesedihan yang berlangsung lama, karena penghianatan yang diberikan Amba pada dirinya. Bhisma merasakan kesedihan dan tidak ingin kehilangan Amba. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif Amba, Salwa, dan Bhisma sebagai pihak yang terlibat konflik tidak memperoleh manfaat dan konflik berlangsung lama. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. ―Aku tak bisa kembali ke orang tuaku, aku tak bisa kembali ke Salwa. Aku harus punya kehidupan baru‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:286). Kutipan tersebut menggambarkan bahwa konflik yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
dialami Amba terhadap Bhisma dan Salwa membuatnya tidak dapat kembali ke tempat tinggalnya di Kadipura karena malu dengan keluarganya. 8) Amba dan Sati Konflik Amba dan Sati. Perbedaan dalam segi kepribadian antara Amba dan Sati menyebabkan terjadinya konflik. Sati seorang perempuan yang dianggap cantik memiliki tubuh mengendur dan melekuk ke dalam. Amba tidak setuju bahwa Sati dianggap cantik. Alasan Amba dikarenakan ketika makan Sati tidak menggambarkan sosok perempuan yang cantik, ia makan dengan rakus seperti ikan paus. Sati juga memiliki tubuh yang gemuk. Pertentangan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan Amba mengalami luka secara psikologis. Luka secara psikologis diperlihatkan oleh perasaan tidak senang Amba terhadap Sati. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik hubungan Sati, Amba, dan Ambika akan menjadi terpecah dengan adanya konflik yang terjadi diantara mereka. Perselisihan Amba dan Sati dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Kakak-adik melanjutkan perjalanan. ―Asu.‖ ―Apa?‖ Amba mengulang katanya. Asu.‖ ―Yah,‖ kata Ambika.‖ Bapaknya kan ndak seperti bapak kita.‖ ―Bukan itu masalahnya,‖ tukas Amba. ―Sekali-sekali temanmu itu mesti mengalami rasanya kasmaran. Dibuat jatuh-bangun oleh laki-laki. baru dia bakal tahu apa artinya hasrat untuk bebas (Laksmi Pamuntjak, 2013:82). Amba tidak menyukai perempuan yang lemah dan merasa cantik. Bagi Amba perempuan yang lemah dapat merugikan perempuan dihadapan laki-laki. Ketidaksukaan Amba memunculkan konflik antara Amba dan Sati. Amba ingin Sati merasakan akibatnya ia terikat laki-laki dan tidak dapat merasakan bebas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
Bagi Amba perempuan yang sudah terikat dengan laki-laki tidak akan merasakan bahagia, merasakan sakit, dan rasa sedih. 9) Amba dan Wardi Konflik Amba dan Wardi disebabka perkataan Wardi mengenai keadaan yang tidak menentu dan memaksa masyarakat untuk memihak. Pertentangan antara Amba dan Wardi termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan Amba dan Wardi sebagai pihak yang terlibat konflik tidak melakukan penyerangan yang menimbulkan luka fisik. Luka yang dialami pihak konflik terutama Amba, yaitu luka psikologis. Luka psikologis adanya tekanan dengan perkataan Wardi mengenai keadaan yang sedang terjadi, sehingga memunculkan perasaan takut. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan dan hubungan antara mereka. Kesehatan Amba dan Wardi mengalami penurunan akibat stres dengan keadaan yang menakutkan dan hubungan antara Wadi dengan Amba menjadi rusak adanya perasaan tidak senang Amba dengan Wardi baginya bahwa keadaan yang seperti ini harus memihak, sedangkan bagi Amba ia lebih netral tidak mau memihak siapa pun dan memilih diam. Konflik konstruktif karena Amba dan Wardi sebagai pihak yang terlibat konflik dapat menyelesaikan konflik secara baik. Amba dan Wardi memilih bersikap diam dan menghargai pendapat masing-masing. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Namun itu tak mudah, terutama karena dalam ingar-bingar dan rasa gentar adakalanya orang ingin menjerit: baiklah – saya tunduk, takluk, turut. Saya hanya minta, saya mohon, agar kau berhenti bicara telinga saya capek. Tetapi itu tidak mudah, sebab ada orang seperti Wardi, yang selalu mengaku-aku saudara jauh Salwa, yang tidak ingin telinga siapa pun capek, karena suaranya sarat dengan kata-kata yang kukuh, Revolusi, Manipol,Manipolis, Nekolim, Progresif-revolusioner, Kontrarevolusioner commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
Kamu itu ndak takut ya, zaman sekarang orang harus memihak (Laksmi Pamuntjak, 2013:148). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Wardi memaksa Amba untuk memihak dan takluk dengan keadaan zaman yang sudah membuat masyarakat terpecah. Ucapan Wardi memunculkan perselisiahan antara Amba dan Wardi. Amba memiliki ideologi sendiri bahwa ia tidak akan memihak dikarenakan ia tidak ingin menjadi seseorang yang turut dan takluk. 10) Bu Rusmini dan suaminya Konflik antara Bu Rusmini dan suaminya. Konflik muncul disebabkan Bu Rusmini tidak bisa memberikan keturunan, sehingga suaminya meninggalkannya dan memilih selingkuh denngan perempuan lain. Bu Rusmini memilih diam melihat perilaku suaminya yang tinggal dengan perempuan lain dan memiliki dua anak. Ia merasa tidak ada yang perlu dilakukan terhadap perilaku suaminya yang buruk tersebut, ia akan menerima perlakuan buruk suaminya terhadap dirinya dan menganggap bahwa perselisihan yang terjadi disebabkan dirinya yang tidak dapat memberi keturunan bagi suaminya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan tidak ada luka fisik yang dialami oleh pihak yang terlibat konflik. Bu Rusmini mengalami luka secara psikologis. Bu Rusmini merasakan luka secara psikologis berupa tekanan menghadapi sifat buruk suaminya. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Bu Rusmini, yaitu menangung malu atas perilaku suaminya dan atas dirinya yang tidak dapat menjadi seorang istri yang memberikan keturunan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Beberapa tahun yang lalu, suami Bu Rusmini tiba-tiba hengkang dari rumah tanpa sepatah kata pun. Ia tak pernah kembali. Kabarnya ia pergi commit to user ke Kertosono untuk hidup dengan pacar gelapnya serta kedua anak
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
mereka. Beberapa orang termasuk Mas Godek bahkan menawarkan untuk pergi berbondong-bondong ke Kertosono dan menghajar laki-laki itu (Laksmi Pamuntjak, 2013:92). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Bu Rusmini lebih memilih diam menghadapi perilaku suaminya. Bu Rusmini merasa memiliki kekurangan dan bersalah dengan keadaanya yang tidak dapat memberikan keturunan dan kebahagiaan bagi suaminya. Bu Rusmini merasa kesalahan yang dilakukan suaminya salah satu penyebabnya adalah dirinya yang tidak dapat memberikan seorang anak. 11) Amba dan Samuel Konflik antara Amba dan Samuel disebabkan Amba kabur ketika berencana untuk kembali ke Jakarta dan mengingkari janji kepada Samuel untuk bertemu di lobi hotel pukul 07.00. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik mengalami luka secara psikologis, yaitu Samuel merasakan perasaan kecewa dan perasaan bersalah. Perasaan bersalah Samuel diperlihatkan ketika menemukan Amba dalam keadaan terluka dan hampir mati. Perempuan yang seharusnya ia lindungi dari bahaya. Konflik yang terjadi pada Amba dan Samuel memberi pengaruh negatif, yaitu pihak yang terlibat konflik mengeluarkan biaya berupa energi fisik dan energi psikologis. Samuel menggunakan energi fisik dalam menemukan keberadaan Amba dan energi psikologis adanya perasaaan kecewa dengan kepergian Amba yang sembunyi-sembunyi. Pengaruh negatif lain, yaitu Samuel memerlukan waktu banyak untuk menemukan Amba dengan melakukan pencarian dibeberapa tempat. Termasuk kelompok konstruktif konflik antara Amba dan Samuel tidak berlangsung lama. Konflik dapat diselesaikan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
baik, yaitu ketika Samuel bertemu dengan Amba, kembali bersama Amba ke Jakarta dan setelah pencarian Amba di Pulau Buru berhasil ditemukan. Pencarian Bhisma yang ternyata sudah meninggal. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Tapi Samuel ingin mendekat pada hujan. Ia ingin hujan menghantaminya sampai sekarat karena ia, Samuel begitu simplistik dan begitu bebal dan begitu tinggi hati hingga seorang perempuan hampir mati dipulau ini, seorang perempuan yang seharusnya ia lindungi. Ia menginginkan apapun yang membuatnya merasa terhukum (Laksmi Pamutjak, 2013:24). Konflik Samuel dan Amba dikarenakan Samuel berbohong kepada Amba bahwa Samuel adalah informan polisi. Amba merasa kecewa pada Samuel, ia sudah menceritakan tujuannya datang ke Pulau Buru. Amba selalu bertanya pada Samuel mengenai pekerjaanya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik, yaitu Samuel dan Amba tidak melakukan kekerasan dengan melukai fisik. Konflik ini melukai psikologis pihak yang terlibat konflik. Luka secara psikologis diperlihatkan oleh Amba yang merasakan kecewa akan kebohongan yang dilakukan Samuel. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dapat merusak hubungan dan komunikasi antara Samuel dan Amba dengan adanya perasaan tidak senang, marah tersebut. Perasaan marah ditunjukkan oleh Amba yang menggunakan kata ―Saya‖ menjadi ―Aku‖ ketika berbicara, tidak berbeda dengan Samuel yang tidak memanggil Amba dengan kata ibu. Kesehatan Samuel juga terganggu bahwa adanaya konflik tersebut Samuel merasakan tubuhnya lemas, tidak nafsu untuk melakukan apapun, dan merasa pusing. Kelompok konflik konstruktif bahwa pihak yang terlibat konflik dapat mengatasi commit to user konflik, sehingga konflik tidak berlangsung secara lama. Hubungan mereka juga
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semakin dekat setelah Samuel memberitahu pada Amba pekerjaanya adalah informan polisi, namun ia tidak melaporkan polisi mengenai perilaku Amba dan Zulfikar. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Kamu bercerita bahwa sebenarnya kamu sudah lama disini, sejak remaja, dan bahwa kamu diam-diam pernah melihat Zulfikar ketika ia hidup sebagai tapol dan jangan-jangan kamu juga pernah melihat Bhisma. Tetapi kamu selama ini diam saja bahwa kamu informan polisi dan bahwa kamu iangin tahu apa yang kulakukan disini (Laksmi Pamuntjak, 2013:375). Konflik Samuel dan anak kecil disebabkan anak kecil tersebut muntah tepat diatas sepatu Samuel. Samuel merasakan malu dengan bau yang timbulkan oleh muntahan tersebut ia berusaha untuk tidak melirik ke arah kedua teman barunya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik, yaitu Samuel tidak menggunakan kekerasan atau melukai fisik terhadap anak kecil yang telah muntah di sepatunya. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi Samuel, ia merasakan malu dengan peristiwa tersebut. Konflik tersebut juga memberikan pengaruh negatif bagi pihak lain yang mencium bau tidak enak dari muntahan yang terdapat di sepatu Samuel. Kelompok konflik konstruktif, yaitu pihak yang terlibat konflik menyelesaikan konflik dengan baik. Samuel tidak memperpanjang konflik dan segera mengakhiri konflik ditunjukkan dengan bersikap diam. Perselisihan yang dialami Samuel dapat dilihat dari kutipan berikut. Robekan tiket di sakunya bahkan bukan milik dia. Samuel menundukkan kepala dan yang ia lihat hanya warna keruh yang ditorehkannya pada lantai. Seorang bocah muntah di atas sepatunya ketika ia belum lagi sampai di kabin, dan menyisakan jejak yang panjang. Bau bacinnya membuat dia malu. Samuel mencoba tak melirik ke arah kedua teman barunya (Laksmi Pamuntjak, 2013:301). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Konflik Samuel dan Perawat di Rumah Sakit Waeapo disebabkan perawat mengatakan kebenaran dihadapan Amba yang masih terluka parah. Amba mengalami luka disebabkan serangan yang dilakukan Mukaburung. Perkataan perawat tersebut dapat menyebabkan keadaan Amba menjadi parah. Amba merasakan kesedihan yang mendalam setelah ia mengetahui laki-laki yang selama ini ia cari sudah meninggal dan memiliki istri yang sah. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan Amba dan Samuel sebagai pihak yang terlibat konflik tidak mengalami kekerasan fisik, namun Samuel mengalami luka secara psikologis. Perasaan psikologis diperlihatkan oleh Samuel adanya rasa marah yang besar dan khawatir dengan ucapan perawat tersebut. Perasaan marah Samuel menimbulkan keinginan untuk membunuh bahkan menampar perawat tersebut. Konflik yang terjadi antara perawat dan Samuel memberikan pengaruh yang positif dan juga negatif. Pengaruh positif yang diberikan adalah perawat mengatakan kebenaran yang diketahuinya bahwa perempuan kedua atau Mukaburung sering mendatangi Rumah Sakit dan Mukaburung berhak marah kepada perempuan pertama atau Amba dengan alasan Bhisma atau Mauweng yang mati adalah suami sahnya. Pengaruh negatif yang diberikan diperlihatkan keadaan Amba yang masih dirawat akibat serangan Mukaburung. Amba keadaannya akan menjadi semakin parah ketika mengetahui kebenaran mengenai Bhisma laki-laki yang ia cari sudah memiliki seorang istri. Kelompok konflik konstruktif konflik ini dapat diselesaikan dan tidak berlangsung lama. Perawat cepat pergi meninggalkan kamar Amba dan Samuel tidak melukai fisik perawat. Adapun hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. Dan karena kami kenal perempuan itu, kami juga tahu bahwa dia berhak commit to user marah,‖lanjut perawat itu, tak peduli. ―Laki-laki yang mati itu, dia adalah
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
suaminya yang sah. Perempuan itu telah diangkat anak oleh mauwengkepada adat-setempat. Ia lalu dihadiahkan kepada laki-laki itu atas jasanya membantu desa. Samuel mulai panik. Apa yang bisa ia lakukan, dia tak bisa menyuruh perempuan ini untuk bungkam, ia toh tak bisa mencekiknya (Laksmi Pamuntjak, 2013:31). Samuel merasa marah dengan ucapan perawat yang secara langsung memihak perempuan yang menyerang Amba. Perawat mengatakan perempuan itu tidak bersalah melakukan hal tersebut. Perempuan yang menyerang Amba memiliki hak untuk tidak senang dan melakukan penyerangan saat melihat makam suaminya dipeluk oleh orang lain. Samuel marah dengan ucapan perawat yang akan menyakiti hati Amba. Samuel dapat menahan amarahnya setelah perawat pergi dari kamar rawat tersebut. 12) Bhisma Konflik yang dialami Bhisma dan membuat Bhisma dibuang di Pulau Buru. Konflik ini terjadi disebabkan Bhisma seorang dokter lulusan Jerman yang peduli terhadap siapa pun. Dokter yang mau menyembuhkan orang lain untuk memperbaiki keadaaan. Bhisma menolong orang-orang Gerwani, CGMI, LEKRA yang sedang membutuhkan bantuannya. Sikap netral Bhisma sebagai dokter dengan melakukan pertolongan terhadap semua yang membutuhkan justru membuat Bhisma ditangkap dan diduga sebagai kelompok CGMI. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Pihak yang terlibat konflik terutama yang ditangkap dan diduga PKI mengalami kekerasan fisik bahkan kematian yang dilakukan oleh tentara. Konflik ini memberikan pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif yang diberikan, yaitu peristiwa G30S sengaja dibuat dengan tujuan mengahasilkan perubahan yang baru bagi pemerintah dan pengaruh negatif yang ditimbulkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
adalah pihak yang terlibat konflik, yaitu Bhisma kehidupannya menjadi hancur dengan perasaan kecewa dan kesedihan. Penyebab Bhisma ditangkap dan diduga sebagai PKI dapat dilihat dari kutipan berikut. Dia seorang pekerja yang ulet,‖ sahut Zulfikar. ―Hmm. Bagaimana ya menjelaskan dia? Ia jangkung, tubuhnya liat. Tidak terlalu berotot, tapi kokoh. Staminanya tinggi. Tadinya kupikir ia tipikal anak Menteng, dengan duit, koneksi, nama keluarga yang membuka banyak kesempatanpendeknya, seseorang yang tak ingin kita dekati. Berbulan-bulan kami tak saling peduli, siapa, dari mana, dan bagaimana kami tiba di neraka ini. Lalu kami mulai tahu: ia seorang yang peduli. Ia idealis. Ia ingin jadi orang yang tak hanya menyembuhkan orang lain, tapi menyembuhkan untuk memperbaiki keadaan. Tapi ia bukan anggota Partai, bukan apaapa. Lalu, pada suatu hari, ia diciduk dan dibawa ke beberapa penjara. Ya, dia dekat dengan CGMI di Yogya, kenal dengan pelukis LEKRA, jadi dokter poliklinik yang diurus Gerwani di Tanjung Priok, jadi dokter di rumah sakit kecil di Kediri, lulusan Jerman Timur. Karena itulah ia diciduk(Laksmi Pamuntjak, 2013:329). Konflik Bhisma ditimbulkan pada diri Bhisma yang tidak menggunakan sepatu. Bhisma mengalami konflik kakinya tertusuk sepotong beling dibagian telapak. Ia tidak merasakan sakit dan baru menyadari ketika tercium bau besi, bau yang diasosiasikan dengan warna merah. Konflik sebelumnya yang dialami Bhisma menimbulkan beberapa konflik baru pada diri Bhisma. Konflik tersebut adalah pertemuan Bhisma dengan pohon aneh yang mirip dengan beringin dan ia bermimpi saat kehilangan Amba di Ureca serta menyadari kenyataan bahwa ia akan kehilangan Amba untuk selama-lamanya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik, yaitu Bhisma mengalami luka secara psikologis akibat kehilangan Amba. Luka psikologis ditunjukkan Bhisma dengan perasaan sedih dan keanehan yang terjadi pada tubuhnya. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan Bhisma. Bhisma mengalami perasaan kecewa karena berpisah dengan Amba. commit to terjadi user pada Bhisma tidak menemukan Kelompok konflik destruktif konflik yang
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyelesaian dan berlangsung secara lama. Bhisma mengalami berbagai konflik ketika di Pulau Buru dapat dilihat dari kutipan berikut. Sepotong beling menusuk telapakku, tetapi aku tidak merasakannya; kapal kakiku cukup tebal karena aku terbiasa tak bersepatu. Yang kurasakan bukan sakit; aku menghidu semacam bau yang keras dan menusuk, yang mengambang di udara. Saat itu aku sadar, aku sering sekali berpikir tentang bau (mungkin karena mataku tak bisa diandalkan) (Laksmi Pamuntjak, 2013:421). Konflik Bhisma dan pasien tapol di Buru disebabkan beberapa anggota tapol berusaha mendapatkan protein tambahan dengan memakan kelabang. Konflik ini memberikan pengaruh yang negatif bagi tapol. Pengaruh negatif pertama yang didapatkan, yaitu kesehatannya terganggu setelah makan kelabang ia mengalami keracunan dan penyakit diare. Pengaruh negatif kedua yang dialami para tapol adalah ia dipukuli dan ditikam oleh para pengawal dan sesama tapol karena membuang air besar di sungai Waebini. Sungai tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para tapol. Pengaruh negatif ketiga, yaitu dialami oleh Bhisma yang merasakan penyesalan
dan
bersalah
dikarenakan
tapol
yang
telah
berobat
tidak
mempercayainya dan tidak meminum obat yang telah diberikan. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik, yaitu mengalami luka fisik berupa pukulan dan ditikam sampai meregang nyawa. Kekerasan yang terdapat ditubuh tapol tersebut berupa luka lebam diseluruh tubuhnya akibat pukulan dan perutnya terdapat tiga luka tikaman. Kelompok konflik destruktif, yaitu konflik yang terjadi tidak dapat diselesaikan dengan baik dan konflik berakhir dengan pembunuhan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Hari ini seseorang dibawa ke hadapanku, seseorang yang baru-baru ini kuobati karena keracunan kelabang. Hanya sekali ini ia nyaris bukan manusia: seluruh tubuhnya dipukuli sampai biru lebam, dan di perutnya ada tiga luka tikaman. Aku segera tanya ke orang-orang siapa yang membawanya ke tempatku, dan apa yag terjadi. Mereka berkata bahwa orang yang sekarat itu sepagian sakit diare akut hingga ia terpaksa─semata-mata terpaksa─mengosongkan perutnya di Waebini (Laksmi Pamuntjak, 2013:428). Konflik yang terjadi pada diri Bhisma yang memiliki kekuatan. Bhisma baru menyadari setelah satu kelompok termasuk Bhisma dipukuli. Bhisma tidak merasakan sakit meskipun ia melihat tubuhnya terdapat luka tusukan, cercahan yang panjang dan bengis, dan gelembung-gelembung nanah. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik mengalami luka fisik pada bagian tubuhnya disebabkan pukulan. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan pihak yang terlibat konflik. Pihak yang terlibat konflik memerlukan biaya berupa energi untuk menyembuhkan lukanya dan memerlukan energi psikologis untuk lebih kuat menghadapi rasa sakit serta penyiksaan yang dilakukan pada tubuhnya. Kelompok konflik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik secara baik. Pihak yang terlibat konflik semakin jauh. Masalah yang dialami Bhisma dengan tubuhnya yang memiliki kekuatan dapat dilihat dari kutipan berikut. Tapi aku tidak mendapatkan apa-apa. aku memang melihat apa yang dilakukan terhadap tubuhku: luka tusukan, cercahan yang panjang dan bengis, gelembung-gelembung nanah. Aku bahkan bisa melihat yang lebih dari itu semua: pertunjukan kekuasaan yang brutal, pameran kekerasan yang gambling. Tapi aku tidak bisa memaggil rasa sakit untuk datang (Laksmi Pamuntjak, 2013:430). Konflik pemberontakan dan perang yang terjadi di Sumatra dan Sulawesi. Adanya konflik tersebut memberikan pengaruh negatif bagi pihak luar yang tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
terlibat konflik. Pengaruh negatif yang diberikan yaitu ayah Bhisma mengalami khawatir usaha penerbitannya akan hancur. Konflik yang dialami ayah Bhisma termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan yaitu ayah Bhisma tidak mengalami luka fisik, tetapi yang dialaminya yaitu sedikit terganggu kondisi jiwanya yang merasakan ketakutan atas konflik yang terjadi. Dua minggu yang lalu Papa menulis surat; ia memang mengeluh tentang keadaan, takut akibatnya bagi usaha penerbitannya, cemas melihat politik dan ekonomi yang kacau karena pemberontakan, perang di Sumatra dan Sulawesi, dll. Kamu pasti sudah mendengarnya sendiri dari dia dan aku memang bisa bayangan dalam keadaan Indonesia sekarang, buku-buku produksi Siguntang tidak akan mudah sampai ke kota-kota yang jauh (Laksmi Pamuntjak, 2013:404). Keadaan politik yang tidak menentu, keadaan ekonomi yang berantakan , dan adanya penyerangan dalam masyarakat membuat ayah Bhisma mengalami tekanan dan merasa takut. Ayah Bhisma merasakan hidup tidak nyaman, tidak tenteram dengan banyaknya konflik sosial dan politik yang terjadi di Indonesia sebelum peristiwa G30S meletus. 13) Amba dan Srikandi Konflik Amba dan Srikandi disebabkan kematian dan sakitnya Adalhard terjadi dikarenakan adanya sikap Amba yang terlihat acuh tak acuh terhadap Adalhard. Adalhard meninggal karena terkena penyakit kanker. Srikandi menganggap penyakit kanker yang menyerang tubuh ayahnya ditanamkan oleh Amba ibunya sendiri. Suasana kamar yang disediakan Amba ketika bapaknya jatuh sakit begitu tandus dan tanpa kasih sayang. Perselisihan
ini termasuk
resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik tidak mengalamai luka fisik, luka yang ditimbulkan secara psikologis. Amba merasa bersalah tidak dapat menentramkan suaminya yang sakit, ia merasa sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
dinding antara dia dan dunia di luar. Amba merasakan tekanan dengan menyembunyikan rahasia kepada Srikandi mengenai Adalhard yang bukan bapak kandungnya. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi Amba dan anaknya Srikandi. Hubungan dan komunikasi antara Amba dan Srikandi akan menjadi rusak dengan rasa tidak senang Srikandi dengan ibunya (Amba). Rusaknya komunikasi Amba dan Srikandi ditunjukkan dengan sikap Srikandi yang menolak menjumpai Amba dan menulis sepucuk surat yang menyalahkan Amba. Kesehatan Amba terganggu dengan adanya konflik tersebut menimbulkan rasa stres. Kelompok konflik destruktif Amba dan Srikandi sebagai pihak yang terlibat konflik hubungannya semakin jauh dan konflik tidak dapat diselesaikan secara cepat. Perselisihan Amba dan Srikandi dapat dilihat dari kutipan berikut. Terutama karena ia mencintai suamiku, Adalhard Eilers, mencintainya sepenuhnya. Laki-laki itu ayahnya, bapak satu-satunya yang ia ketahui. Ia hancur ketika Adalhard meninggal, dan berbulan-bulan semenjak kematiannya, Srikandi menolah menjumpaiku. Iamenulis sepucuk surat menyalahkan aku (Laksmi Pamuntjak, 2013:396). Srikandi adalah anak perempuan Amba, ia sangat mencintai Ayahnya bernama Adalhard Eilers. Adarhard bukan ayah kandung Srikandi, tetapi Srikandi tidak mengetahui hal tersebut bahkan sampai berusia dewasa. Rahasia ayah kandung Srikandi yang bernama Bhisma tanpa adanya ikatan pernikahan masih disembunyikan Amba. 14) Pamudji Konflik Pamudji ditimbulkan oleh Pamudji yang dikirim ke Pulau Buru bersama tahanan ―Gestapu‖ ketika berumur 14 tahun. Pamudji sampai di Pulau Buru dikarenakan ia disuruh ibunya untuk mencari bapaknya yang sedang ditahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
Pamudji mencari dari satu tempat ke tempat lain dan akhirnya bertemu bapaknya di tahanan Wates. Pamudji tidak mau berpisah dengan bapaknya dan memutuskan untuk tinggal bersama. Pamudji diizinkan untuk
tinggal di tahanan dan
ditempatkan di sebuah ruangan tempat alat-alat kebersihan. Setelah satu tahun ditahan bapaknya dibebaskan, tetapi Pamudji tidak dapat ikut keluar dikarenakan petugas penjara yang lama sudah dipindahkan. Pengguni rumah tahanan Wates yang dituduh sebagai ―Gestapu‖ pindah ke Nusakambangan, selanjutnya diangkut ke Pulau Buru. Pamudji ikut dalam rombongan itu. Pamudji diserang penyakit langka dan Bhisma berhasil membawa Pamudji ke Rumah Sakit Namlea. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik tidak mengalami luka dari lawan konflik. Pamudji mengalami luka secara psikologis. Pamudji harus berpisah dengan orang tuanya dan bertahan hidup dengan kekerasan di usia yang masih muda, serta ia harus menerima hukuman tanpa ia melakukan kesalahan di tempat orang-orang buangan. Tiga hari setelah dibawa ke rumah sakit Pamudji dikabarkan meninggal dan penyakit yang dideritanya belum diketahui. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik terutama Pamudji. Konflik negatif yang diberikan adalah dalam segi kesehatan Pamudji mengalami stres dengan konflik yang dialaminya hingga diserang penyakit langka. Kelompok konflik destruktif konflik yang dialami Pamudji tidak ada penyelesaian dan konflik berlangsung lama. Pamudji tidak mendapat keadailan sampai meninggal karena penyakit langka yang dideritanya. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Persoalan lain: Bagaimana bila Pamudji harus dibawa ke Rumah Sakit commit to user Namlea dan aku tidak bissa menemaninya? Dalam perjalanan melalui
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Hutan Waebabi itulah aku merasa bahwa memang benar sejarah adalah raksasa yang tak punya hati. Sejarah membuat Pamudji terbuang kemari justru karena ia tidak dicatat bahkan sebagai tahanan (Laksmi Pamuntjak, 2013:445-446). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa pemerintah telah melakukan kejahatan terhadap Pamudji. Pamudji termasuk tapol yang dibuang di Pulau Buru. Ia tidak melakukan kesalahan apapun dan hanya berada di tempat yang salah. Pamudji harus merasakan hidup yang menyakitkan, berpisah dengan orang tuanya dan hidup ditengah-tengah siksaan. Pamudji mengakhiri hidupnya di Pulau Buru karena tidak bisa menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya. 15) Salwa dan Bhisma Konflik Salwa dan Bhisma. Konflik yang terjadi antara Bhisma dan Salwa disebabkan Amba. Amba adalah kekasih Salwa, ia melakukan penghianatan terhadap Salwa dengan menjalin hubungan dengan Bhisma. Salwa datang ke rumah tahanan Salemba untuk menemui Bhisma dengan satu pertanyaan apakah Bhisma sudah melakukan hubungan seks dengan Amba. Perselisihan membuat Bhisma merasa bersalah karena telah mengambil Amba dari Salwa. Perasaan bersalah Bhisma membuatnya tidak bisa berbicara apa pun. Perselisihan ini termasuk konflik tanpa kekerasan. Luka secara psikologis diperlihatkan oleh pihak yang terlibat konflik, yaitu Salwa dan Bhisma. Salwa dan Bhisma mengalami hukuman untuk cinta yang sama. Salwa merasakan kesedihan yang mendalam dengan penghianatan yang dilakukan kekasihnya Amba, sedangkan Bhisma merasakan rasa bersalah telah mengambil Amba dari Salwa dan berpisah dengan Amba untuk selamanya. Perselisihan memberikan pengaruh negatif bagi Salwa ia merasakan kesulitan harus hidup dengan penghianatan orang commit Kesehatan to user yang dicintainya dan dipercayainya. Salwa terganggu tubuhnya
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
menjadi kurus dan hidupnya hancur. Kelompok konflik destruktif pihak yang terlibat konflik mengalami hubungan yang semakin jauh dan konflik dibiarkan saja tidak ada penyelesaian secara baik. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan berikut. Maaf, tapi saya tidak mau dengar ‗masalah‘-nya. Paling tidak, bukan dari sudut pandang saudara. Saya tahu masalah saya, dan itu sudah cukup. Masalah saya adalah bagaimana bertahan hidup dengan pengkhianatan, pengkhianatan orang yang paling saya kasihi dan percayai dalam hidup saya. Bagi saya tak ada luka yang lebih dalam. Dan sekarang semuanya sudah jelas, semuanya sudah berakhir. Mulai sekarang, dia adalah masalahmu. Saya tidak ingin, tidak bisa, tidak akan pernah menerimanya kembali (Laksmi Pamuntjak, 2013:458). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Salwa merasakan sakit hati dengan penghianatan yang dilakukan oleh Amba. Salwa tidak dapat memaafkan Amba dan lebih memilih pergi meninggalkan Amba untuk membuka kehidupan yang baru. Konflik ditimbukan adanya penghianatan Amba yang menjalin hubungan dengan Bhisma. Amba dan Bhisma menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dan sebagai sepasang suami istri. Amba ditinggal pergi oleh Bhisma dan Salwa. 16) Eva dan Bhisma Konflik Eva dan Bhisma disebabkan perempuan bernama Eva mengalami masalah keluarga. Ayah Eva seorang pemabuk, kakaknya penakluk wanita dan seorang yang kasar. Bhisma bersama Eva meminum Vodka dan dalam keadaan tidak sadar mereka melakukan hubungan badan. Semenjak kejadian itu Eva tidak masuk kerja sekitar seminggu. Bhisma merasakan perasan bimbang antara bersalah atau lega. Eva bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya sendiri dan hamil berusia dua bulan. Eva dihamili oleh kakak kandungnya dan disiksa dengan adanya bekas luka pada tubuh Eva. Eva jatuh cinta pada Bhisma commit usermenolak saat berhubungan badan dalam keadaan sudah hamil, sehingga ia totidak
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan Bhisma. Perselisihan ini termasuk konflik dengan kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan yang melukai fisik dan psikologis Eva. Luka fisik dan psikologis diperlihatkan oleh kakak kandung Eva yang memperkosa Eva sampai hamil dua bulan dan melakukan penyiksaan terhadap Eva. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dalam segi kesehatan, Eva mengalami stres dengan berbagai konflik yang dihadapinya. Gangguan kesehatan yang dialami Eva membuatnya memilih untuk bunuh diri. Konflik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik secara baik. Eva sebagai pihak konflik tidak memperoleh manfaat atau kepuasan dengan perselisihan yang dihadapinya. Konflik berlangsung lama dan berakhir dengan kematian. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Kemudian, detailnya menyusul: ia memotong nadi pergelangan tangannya sendiri. Ia pasti dalam keadaan depresi. Namanya? Eva. Yang menemukannya? Kakaknya. Sosok yang aneh, bukan orang yang akan kita anggap simpatik. Ya, ia hamil. Menjelang dua bulan. Tidak ada yang tahu siapa bapak bayi. Jawabannya, dan bayi itu, mati bersamanya (Laksmi Pamuntjak, 2013:461). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Eva mengalami konflik yang besar dan lebih memilih bunuh diri karena tidak dapat menghadapi konflik yang terjadi. Eva mengandung seorang anak atas perbuatan kakak kandungnya. Eva tidak tahan hidup dengan keluarga yang keras. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat untuk berlindung dan memberi rasa nyaman justru membuatnya merasakan ketakutan dan kesedihan.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
17) Musayid dan Ruli Konflik antara Musayid dan Ruli yang memiliki kelainan, yaitu berpacaran sesama jenis. Musayid melakukan pembunuhan terhadap Ruli akibat rasa cemburu yang dialaminya. Musayid juga dipukuli oleh tentara yang menangkap dan menahannya. Perselisihan ini merupakan resolusi konflik dengan kekerasan karena pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dengan melukai fisik lawan hingga menimbulkan kematian. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dalam segi kesehatan Musayid kejiwaannya terganggu. Ia mengalami stres berat dikarenakan perasaan cemburu yang dirasakannya,sehingga tidak bisa meredam emosinya dan melakukan pembunuhan terhadap Ruli. Konflik ini termasuk kelompok konfllik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak dapat mengatasi masalahnya dan mengakhiri perselisihan dengan melakukan pembunuhan terhadap lawan konfliknya. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Beberapa kawan yang tahu mengatakan, Musayid cemburu dan merasa dikhianati. Ia dan Ruli berpacaran selama tiga bulan, sebelum Musyahid mengetahui bahwa Ruli pernah dalam pelukan dua tapol lain. Musayid segera ditangkap, dibawa ke Namlea, dan tentu saja dipukuli habishabisan (tentara-tentara itu jijik melihat seorang homo). Tetapi dia diadili secara terbuka. Ia dihukum seumur hidup, meskipun karena selama di penjara berkelakuan baik, ia dibebaskan di tahun ‘79 (Laksmi Pamuntjak, 2013:424). Musayid adalah seorang anggota tapol yang memiliki penyakit homo (suka terhadap sesama jenis antara laki-laki dan laki-laki). Musayid cemburu dan membunuh Ruli akibat rasa sayangnya kepada Ruli. Melihat hal tersebut anggota tapol merasa marah dan memukul Musayid. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
18) Salwa Konflik yang dialami Salwa di Surabaya dengan adanya bendera merah (PNI) dan bendera bergambar palu dan arit (PKI), konflik yang dialami ayah Salwa sebagai pengurus Muhammadiyah yang mengalami masalah dalam kehidupan sosial, serta adanya pemuda yang berbaris-baris dan kelompok yang semakin garang. Konflik itu memberi pengaruh negatif bagi Salwa yang merasakan kebingungan dan bosan adanya berbagai konflik yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik tidak melukai lawan konflik, tetapi melukai psikologis Salwa. Hal itu diperlihatkan oleh Salwa dan ayahnya berupa rasa tidak senang dan mengalami konflik baru. Adapun hal tersebut dibuktikan dengan adanya kutipan berikut. Pada surat Salwa yang berikutnya, sajak Tagore tak lagi disinggung. Ia makin sering menyebut, dengan nada tidak nyaman, bendera merah dan gambar palu dan sabit yang seakan menempel di lanskap Surabaya. Juga di kota kelahirannya. Ia dengar orangtuanya, terutama ayahnya, pengurus Muhammadiyah itu, makin terasa terdesak dalam kehidupan sosial. Bukan aku tidak mencintai Bung Karno, tetapi aku tidak mengerti apa yang direncanakannya, tulisannya dalam kalimat yang beberapa kali diperbaiki. Kehidupan semakin susah sekarang. Para pemuda barisberbaris terus-menerus, setiap kelompok tampak semakin garang. Aku takut suatu saat ini semua akan segera meletus (Laksmi Pamuntjak, 2013:150). Konflik ayah Salwa disebabkan ia diinterogasi mengenai hubungannya dengan GPII oleh polisi selama tiga hari. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konfik tidak melakukan kekerasan terhadap lawan konflik, namun bentrok hampir terjadi diantara pihak yang terlibat konflik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Konflik memberikan pengaruh negatif, yaitu kesehatan ayah Salwa menjadi terganggu dengan adanya konflik tersebut tekanan darahnya naik dan jatuh sakit. Ayah Salwa dapat dibebaskan, tetapi kehilangan jabatan di yayasan. Kelompok konflik konstrutif pihak yang terlibat konflik dapat menyelesaikan konflik dengan baik ayah Salwa tidak dihukum dan kehilangan jabatan di yayasan. Perselisihan tersebut memberikan kepuasan bagi masing-masing pihak yang terlibat konflik. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan berikut. Ia orangnya agak kaku, kadang-kadang terlalu keras. Tiga bulan yang lalu ia ditahan polisi ketika hampir terjadi bentrok di rapat yayasan pendidikannya, ketika ia diserang dan dituntut diberhentikan. Capnya sebagai eks-Masyumi, anggota ―partai terlarang‖, dibawa-bawa oleh anggota yayasan lain yang tidak menyukainya. Ia diinterogasi polisi selama tiga hari terus-menerus, ditanyai hubungannya dengan para pemimpin GPII yang sudah dipenjarakan. Ayahku sempat pingsan, mungkin karena tekanan darahnya naik. Untung ibuku sabar merawatnya dan beberapa kiai NU kenalan ibu sempat berhasil membujuk polisi untuk membiarkan ayah bebas. Tetapi jabatannya di yayasan tetap hilang (Laksmi Pamuntjak, 2013:245). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Ayah Salwa mengalami konflik pada saat rapat yayasan pendidikan. Ia dituntut dan diberhentikan serta ditahan oleh polisi dengan dugaan memiliki hubungan dengan pemimpin GPII. Ayah Salwa berhasil menyelesaiakn konflik dengan kehilangan jabatan dan dikeluarkan dari penjara. b. Konflik Individu dan Kelompok 1) Tapol Konflik antartapol disebabkan terbunuhnya salah satu anggota kodam Pattimura. Perselisihan yang terjadi pada tapol termasuk resolusi konflik dengan kekerasan para tapol dalam menyelesaikan konflik dengan cara melukai lawan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
konflik bahkan membunuh. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik, yaitu hubungan yang terjalin akan rusak dan semakin jauh. Kelompok konflik destruktif bahwa konflik yang terjadi antartapol tidak dapat diselesaikan dengan baik, interaksi konflik berlangsung lama, dan pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan untuk memperoleh kemenangan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Banyak sekali orang dibunuh karena kebencian yang tidak ia buat sendiri, Amba, banyak sekali. Aku tidak tahu persis berapa orang dieksekusi di Unit V tadi malam setelah Sersan Panitia Umar dicegat di sawah dalam perjalanan sendiri diatas sepeda antara Unit XV dan XVI dan dihantam dengan senjata tajam (Laksmi Pamuntjak, 2013:438). Tapol mengalami penyiksaan bukan atas kesalahan yang dibuatnya. Konflik antara tapol satu dan tapol lain sering terjadi dan berakhir dengan pembunuhan. Manusia pada saat itu melakukan pembunuhan tanpa beban dan hal itu dilakukan tanpa mendapat keadilan dari pihak keamanan. Tapol mengalami kehidupan yang sulit ketika berada di Pulau Buru. 2) Bhisma dan Tapol Konflik Bhisma dan para tapol di Pulau Buru. Konflik ditimbulkan adanya musim kemarau panjang sehingga membuat pohon menjadi terbakar dan cuaca dingin pada malam hari. Peristiwa ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa Bhisma dan para tapol tidak mengalami kekerasan yang melukai fisiknya. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan pihak yang terlibat konflik. Musim kemarau yang panjang membuat cuaca panas pada siang hari dan dingin pada malam hari sehingga kesehatannya menjadi terganggu. Dampak negatif juga terdapat pada tanaman bahan makanan pokok yang mati. Konflik destruktif bahwa tidak ada upaya penyelesaian untuk mengatasi konflik tersebut dan konflik commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung secara lama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Setiap empat tahun Buru dilanda kemarau panjang. Hutan-hutan kayu putih terbakar sendiri. Pada malam hari, api itu mengingatkan kami akan Roma yang di bakar Neo. Tetapi kami yakin, itu juga cara alam meremajakan pohon kayu putih. Sebab, setelah empat tahun, kadar minyak pohon itu sudah sangat rendah. Pernah jugakah aku bercerita tetang dingin di pulau ini? pada kemarau berat, malam hari bisa mencapai 14 derajat Celsius (Laksmi Pamuntjak, 2013:450). Para tapol merasakan kesulitan untuk bertahan hidup saat terjadi kemarau panjang di Pulau Buru. Para tapol juga merasakan kedinginan saat musim dingin. Para tapol tetap bertahan untuk hidup tanpa mengeluh dan menerima kenyataan yang terjadi. 3) Nuniek dan Orang tuanya Konflik antara Nuniek (ibu Amba) dan orang tuanya. Perselisihan terjadi disebabkan Nuniek berbohong kepada orang tuanya karena tidak diberi izin untuk melihat Keroncong Orkes Bunga Mawar. Konflik itu mengakibatkan orang tua Nuniek marah dan memberi hukuman kurung selama seminggu kepada Nuniek. Adapun hal itu disebabkan adanya pertentangan atau perbedaan antara lain 1) keluarga Srimulat bapaknya seorang wedana dan bapak Nuniek seorang kepala sekolah; 2) bapak Srimulat dekat dengan kalangan keraton karena masa mudanya mengabdi pada seorang pangeran dari kasunanan, sedangkan keluarga Nuniek dari keluarga priyayi dusun; 3) Srimulat berasal dari keturunan seniman dibesarkan dengan seperangkat gamelan
dan
lengkap, sedangkan keluarga bapak
Nuniek hanya memiliki bakat suara yang merdu. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik, yaitu orang tua Nuniek tidak melukai fisik Nuniek, tetapi commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberi hukuman kurung kepada Nuniek. Konflik tersebut memberikan pengaruh positif kepada Nuniek setelah menjalani hukuman tersebut Nuniek tidak berani berbohong lagi dan menikah dengan Sudarminta. Konflik ini termasuk kelompok konflik konstruktif, yaitu pihak yang terlibat konflik memperoleh kepuasan. Adapun hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. Esok harinya, sebelum tengah hari, ia datang ke rumah untuk mengadukan Nuniek pada ibunya. Ibunya gusar langsung naik dokar ke sekolah, minta bicara dengan Bapak yang kepala sekolah, lalu mereka berdua minta izin guru kelas Nuniek agar Nuniek bisa pulang lebuh awal. Bapak dan Ibu marah besar, dan Nuniek diganjar masa kurung seminggu, tak boleh keluar rumah dan tak boleh menerima teman (Laksmi Pamuntjak, 2013:100-101). Kutipan di atas menunjukkan bahwa kebohongan yang dilakukan Nuniek terhadap orang tuanya terbongkar. Mengetahui kebohongan yang telah dilakukan Nuniek orangtuanya memberi hukuman kurung kepada Nuniek. Nuniek menerima hukuman tersebut dan menjadikan pelajaran atas kesalahan yang dilakukannya. 4) Samuel dan Keluarganya Konflik Samuel dan keluarganya terjadi disebabkan Samuel berpisah dengan keluarganya sejak berumur delapan tahun dan tinggal bersama pamannya di Pulau Buru. Perpisahan antara Samuel dan keluarganya terjadi dikarenakan peristiwa Republik Maluku Selatan ditumpas oleh Pemerintah Indonesia di tahun 1950. Peristiwa tersebut mengakibatkan kedua orang tua termasuk saudara Samuel yang berasal dari Ambon pindah ke Belanda. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan Samuel tidak mengalami luka fisik. Luka psikologis yang dialami Samuel yaitu perasaan sedih dan kecewa dengan perpisahan tersebut dan Samuel yang tidak dibesarkan oleh kedua orang tuanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Konflik Samuel dan keluarganya dapat memberi pengaruh yang positif dan negatif. Pengaruh negatif yang ditimbulkan, yaitu rusaknya hubungan dan komunikasi antara Samuel dan keluarganya yang menimbulkan rasa benci. Pengaruh positif yang ditimbulkan adalah perpisahan yang dikehendaki oleh orang tua Samuel merupakan hal yang terbaik bagi keselamatan hidup Samuel. Termasuk kelompok konflik konstruktif bahwa konflik yang terjadi pada Samuel dapat diselesaikan dengan baik dengan adanya pemikiran positif Samuel bahwa perpisahan yang terjadi tersebut adalah hadiah yang diberikan orang tua Samuel padanya sebagai rasa bersalahnya. Perselisihan Samuel dan orang tuanya dapat dilihat dari kutipan berikut. ―Aman‖ karena ia berbeda, dan ini membuatnya terbebaskan darinormanorma dan aturan-aturan masyakat yang lazim. Dan barangkali orangtua Samuel ingin menghadiahkan pada Samuel, sebagai pelipur rasa bersalah mereka, sesuatu yang akan mengingatkan anak itu pada ―akar‖-nya apa pun arti ―akar‖. Tapi mereka jelas-jelas tidak membesarkan Samuel (Laksmi Pamuntjak, 2013:26). Samuel memaknai sendiri alasan orang tuanya pergi meninggalkannya di Pulau Buru dan tidak merawatnya. Bagi Samuel alasan orang tuanya meninggalkan ia di Pulau Buru agaria tidak meninggalkan tempat asalnya. Orangtua Samuel pindah ke Belanda setelah Republik Maluku Selatan ditumpas oleh Pemerintah Indonesia. 5) Samuel, Amba, dan Kepolisian Konflik Samuel, Amba, dan pihak kepolisian disebabkan adanya konflik sebelumnya, yaitu antara Amba dan Mukaburung. Amba dan Samuel memiliki konflik dengan polisi konflik ditimbulkan dengan tujuan untuk membebaskan Mukaburung yang telah ditahan di Polres Namlea. Perselisihan ini termasuk commitpihak to user resolusi konflik tanpa kekerasan antara yang terlibat konflik tidak terdapat
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
luka fisik. Pihak yang terlibat konflik, yaitu Samuel dan Amba merasakan luka secara psikologis dengan keadaan yang menegangkan, menimbulkan perasaan jengkel. Polisi terus bertanya kepada Amba dan Samuel apa tujuan mereka datang ke Pulau Buru dan alasan Zulfikar melakukan kebohongan dengan mengaku sebagai suami Amba. Konflik tersebut memberi pengaruh yang positif dengan adanya konflik antara Amba, Samuel, dan polisi dapat membebaskan Mukaburung dari tahanan. Amba tidak melakukan tuntutan pada Mukaburung, melainkan ingin Mukaburung bebas. Amba merasa tidak diserang oleh Mukaburung. Konflik ini termasuk kelompok konflik konstruktif konflik baik antara Amba dan Mukaburung, antara Amba, Samuel, dan polisi berlangsung secara cepat dan dapat diselesaikan secara baik ketika Monalisa yang dianggap memiliki kekuatan datang dan menunjuk arah sang interogator serta sorot matanya menembus matanya. Mukaburung dibebaskan tanpa syarat. Adapun hal itu dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. ―Apa yang akan terjadi pada perempuan yang menyerang saya?‖ tanya Amba dengan suara berat. Ia mulai beranjak; ia tak bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini.Hasan menjawab bahwa perempuan Kedua akan diseret ke pengadilan. ―Ini perintah langsung dari Kapolres,‖ kata polisi muda itu. ―Perempuan yang menyerang Ibu akan dihukum. Dua-tiga tahun masa penjara untuk usaha pembunuhan. Mungkin lebih lama, karena Ibu hampir meninggal (Laksmi Pamuntjak, 2013:43). Mukaburung mendapat hukuman dengan ditahan di penjara atas tindakan percobaan pembunuhan dan penyerangan yang dilakukannya terhadap Amba yang hampir meninggal. Amba dan Samuel mencoba mengeluarkan Mukaburung dari tempat tahanan dengan menyatakan bahwa Amba pihak korban tidak merasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
dirugikan dan menuntut apapun. Akhirnya Mukaburung dibebaskan dan kembali ketempat asalnya. 6) Bhisma dan Komandan Konflik antara Bhisma dan komandan di Pulau Buru disebabkan para Komandan Unit setiap panen selalu menarik lebih padi dari yang sudah ditetapkan. Konfik ditimbulkan oleh tiap kelompok dengan menyisihkan cadangan gabah hasil panennya agar para anggota dapat bertahan hidup dalam keadaan sulit. Pertentangan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan terhadap lawan konflik dengan melukai fisik lawan. Para komandan dan Tonwal dilatih teknik polisi militer dan melakukan kekerasan terhadap anggota Unit yang tidak bisa membantah. Kekerasan para komandan kepada tapol berupa pukulan. Konflik ini memberikan pengaruh positif dan juga negatif. Pengaruh positif yang diberikan adalah para anggota tahanan menimbulkan konflik dengan menyisihkan hasil panen ke tempat rahasia di ruang tertutup dengan tujuan untuk dapat bertahan hidup. Pengaruh negatif yang dimunculkan adalah adanya konflik tersebut kesehatan pihak yang terlibat konflik menurun diakibatkan perasaan takut jika kebohongannya diketahui. Selain hal tersebut juga terdapat luka pukulan di tubuhnya yang dilakukan oleh para komandan dengan perasaan emosi. Konflik kelompok destruktif bahwa pihak yang terlibat konflik menjadi jauh dan konflik berlangsung lama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Segala sesuatu mulai dari perkebunan, panen, dan manajemen ladang padi di tempat ini diatur menurut kelompok-kelompok, dan gudang hanya bersedia menerima gabah dalam jumlah yang telah ditetapkan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
Komandan Unit. Namun, dalam kenyataannya, para komandan selalu menarik lebih dari yang seharusnya (Laksmi Pamuntjak, 2013:414). Para tapol harus melakukan banyak strategi untuk dapat bertahan hidup dan menyisakan hasil panen sebelum disetorkan kepada Komandan Unit. Para Komandan tidak memiliki perasaan sedikit terhadap para tapol dengan meminta lebih hasil panen dari peraturan yang sebenarnya. Para tapol yang diketahui menyembunyikan hasil panen akan dihajar dan disiksa oleh Komandan. 7) Zakir dan anggota tapol Konflik Zakir dan anggota tapol disebabkan Zakir berbicara dan mengulang-ulangi dengan tema yang sama bahwa yang membangun tempat dan membuka tanah di Pulau Buru adalah dirinya. Zakir menuding anggota tapol lain bahwa mereka tinggal menikmati apa yang dibuat Zakir dengan punggung yang hampir patah agar mereka bisa hidup seperti pengantin baru dan menyediakan makanan agar mereka merasa nyaman. Zakir marah dengan apa yang dilakukan oleh penghuni tapol baru, yaitu main orkes, main ketoprak, ramai-ramai lebaran, dan mengikuti upacara Natal. Konflik yang ditimbulkan Zakir disebabkan jiwanya terganggu ia memberikan seluruh dirinya untuk partai sesudah dan sebelum di Pulau Buru dan ia tidak melihat tanda kemenangan sedikit. Akibatnya ia semakin pahit dan berperilaku aneh. Zakir meludahi piring-piring bekas makan di Barak. Melihat hal tersebut salah satu anggota tapol memegang leher Zakir dan hampir memukul. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik terutama Zakir mengalami luka secara psikologis. Zakir merasakan penderitaan yang lama karena ia termasuk gelombang pertama yang hidup di Pulau Buru. Penderitaan user yang dialami Zakir membuat commit jiwanyato terganggu. Konflik ini memberikan
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengaruh yang negatif bagi kesehatan Zakir dan anggota tapol lain yang harus menahan amarahnya dengan sikap Zakir, seakan-akan yang mengalami penderitaan hanya dirinya. Kelompok konflik konstruktif pihak yang terlibat konflik (Zakir dan anggota tapol) dapat diatasi dengan baik, yaitu para tapol dapat menahan perasaan emosi dikarenakan ucapan Zakir, sehingga pihak yang terlibat konflik tidak mengalami luka. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Aku biasanya menyingkir dari depan Zakir. Aku duga ada yang terganggu dalam jiwanya. Seorang kawan membisikkan kepadaku bahwa Zakir merasa telah memberikan seluruh dirinya untuk partai, sebelum, dan sesudah di Pulau Buru, tetapi ia tidak melihat tanda kemenanga sedikit pun. Tetapi di sini orang-orang yang pernah berkedudukan dalam partai malah masih minta diperlakukan sebagai pemimpin, dan itu yang membuat Zakir makin pahit (Laksmi Pamuntjak, 2013:437). Kutipan di atas menunjukkan beratnya kehidupan tapol di Pulau Buru. Peselisihan antara Zakir dan penghuni tapol karena Zakir benar-benar merasakan penyiksaan dan kesulitan harus membangun tempat yang awalnya hutan. Zakir merasakan tekanan dan rasa kecewa atas perlakuan tapol baru yang tinggal meneruskan apa yang sudah dibangun. Konflik yang dimunculkan Zakir adanya sikap tapol yang menjadi pemimpin partai masih minta diperlakukan sebagai pemimpin di tahanan Pulau Buru. 8) Zulfikar dan Komando Tapol Konflik antara Zulfikar dan Komando tapol dikarenakan Zulfikar mementaskan Hikayat Hang Tuah dan diakhir pementasan tersebut salah satu lakon
menyerukan
untuk
mempertahankan
Malaka
sampai
titik
darah
penghabisan. Para komandan mengira bahwa seruan tersebut adalah seruan terselubung untuk bersatu mendukung gagasan Tan Malaka. Perselisihan ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik tidak melukai fisik lawan konflik. Pihak yang terlibat konflik, yaitu Zulfikar mengatakan ia adalah seorang komunis dan Tan Malaka adalah musuh baginya. Konflik memberikan pengaruh positif bahwa pihak yang terlibat konflik dapat memahami orang lain lebih baik dengan mengatasi kesalahan dan perbedaan secara hati-hati. Kelompok konstruktif, yaitu pihak yang terlibat konflik dapat menyelesaikan konflik secara baik dan pihak yang terlibat konflik memperoleh kepuasan akibat adanya konflik tersebut. Zulfikar akhirnya dibebaskan oleh Komandan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan berikut. Ternyata semua ini berkenaan dengan apa yang diucapkan di panggung dengan berapi-api oleh salah seorang tokoh lakon itu: ia seorang panglima perang (sepenuhnya fiktif) dari Kesultanan Malaka ketika menghadapi armada Portugis. Menjelang akhir lakon itu si panglima berseru, Ayo kita pertahankan Malaka sampai titik darah penghabisan. Bagi tim interrogator, seperti yang mereka katakan kepada Zulfikar, kalimat itu sebuah seruan terselubung untuk bersatu mendukung gagasan-gagasan Tan Malaka (Laksmi Pamuntjak, 2013:434-435). Zulfikar mementaskan Hikayat Hang Tuah dan salah satu pemain pentas menyerukan untuk mempertahanan Malaka. Zulfikar mendapat konflik baru dari pementasan tersebut dengan dipanggil ke Markas Komando untuk dinterogasi. Zulfikar dapat melakukan pembelaan dengan alasan bahwa ia adalah anggota PKI dan meyakinkan bahwa Tan Malaka adalah musuhnya. 9) Nyah Djoen dan Pemerintah Konflik terjadi antara Nyah Djoen dan pemerintah disebabkan Nyah Djoen dipindahkan ke kota Yogyakarta dan dilarang tinggal di desa. Nyah Djoen sebagai kelompok sosial yang menguasai ekonomi dan kedekatan dengan penguasa sering commit konflik to user politik. Nyah Djoen merupakan dimanfaatkan menjadi alat dan sasaran
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
orang Tionghoa
yang merasa kecewa dengan pemerintah. Pemerintah
mengadakan aturan bahwa masyarakat Tionghoa tidak boleh tinggal di desa dan harus tinggal di kota. Pemindahan dari desa ke kota mengakibatkan kehidupan keluarga Nyah Djoen mengalami kesulitan. Penghasilan penjualan kue menjadi berkurang. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik tidak mengalami luka fisik. Konflik memberikan pengaruh negatif terutama bagi pihak keluarga Nyah Djoen dengan adanya pemindahan tersebut menjadikan kesehatan Nyah Djoen menjadi menurun merasakan sedikit terganggu. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Amba diam-diam menyimak Salwa yang ramah kepada semua orang, punya waktu untuk orang lain, juga untuk Nyah Djoen yang menceritakan riwayat hidupnya. Perempuan itu bersama suami dan dua anaknya datang dari pedalaman, dan memulai hidupnya yang berat di Yogya sejak 1959. Mereka bagian dari pedagang eceran keturunan Tionghoa yang oleh pemerintah dilarang tinggal di pedesaan. ―Sebenarnya suami saya dan saya lebih senang di desa,‖ kata Nyah Djoen sambil menatapi potret keluarga di dinding. ―Di Yogya kue-kue saya ndak selaku di tempat saya dulu. Selera orang di sini berbeda. Tapi yang namanya peraturan, bisa apa kita untuk menentangnya bagus kita nggak di gelandang ke sini secara paksa di dalam truk atau ditembaki seperti di Cimahi (Laksmi Pamuntjak, 2013:140). Adanya konflik di atas menimbulkan kekecewaan Nyah Djoen dan keluarganya, sehingga menimbulkan konflik baru yang ditunjukkan mereka dengan ikut berpartisipasi, serta melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Partisipasi ditunjukkan oleh suami Nyah Djoen dengan menjadi anggota PKI, hal itu dikarenakan PKI juga tidak menyetujui pemindahan masyarakat Tionghoa ke kota. Konflik ini termasuk konflik tanpa kekerasan. Pihak konflik tidak melukai fisik lawan, akan tetapi melukai psikologis lawan konflik berupa kekecewaan dan commitsuaminya to user terhadap pemerintah. Rasa tidak rasa tidak senang Nyah Djoen bersama
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
senang diperlihatkan oleh suami Nyah Djoen dengan menjadi anggota PKI dan menentang pemerintah. Konflik ini memberikan pengaruh yang positif dan negatif bagi pemerintahan Indonesia. Pemindahan orang Tionghoa ke kota memberi pengaruh negatif, yaitu orang Tionghoa berhasil menguasai
segi perekonomian dan
pengaruh positif adanya pemindahan orang Tionghoa ke kota yang sukses dalam perekonomian, yaitu menaikkan devisa negara Indonesia. Konflik ini termasuk konflik destruktif pihak yang terlibat konflik mengalami konflik yang berkepanjangan dan merusak kehidupan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. Dari percakapan itu pula Amba tahu mengapa suami Nyah Djoen jadi anggota PKI, karena (kemudian mereka juga tahu) PKI tak setuju dengan pemindahan paksa orang-orang keturunan Tionghoa dari desa-desa. Tapi Salwa tidak memperpanjang soal ini. Amba tahu Salwa tidak menyukai politik. Baginya, politik itu sesuatu yang harus diketahui dan ia harus merengkuh hal segala yang perlu diketahui, untuk maju (Laksmi Pamuntjak, 2013:140). Pemindahan yang dilakukan Pemerintah terhadap orang Tionghoa dari desa ke kota antara lain disebabkan orang Tionghoa memiliki kewarganegaraan ganda dan bukan orang muslim. Konflik yang dimunculkan Pemerintah atas pemindahan orang Tionghoa ke kota merupakan kesalahan. Diperlihatkan saat ini orang Tionghoa berhasil menguasai perekonomian Indonesia daripada masyarakat Indonesia sendiri yang justru menjadi pekerja orang Tionghoa. c. Konflik Kelompok dan Kelompok 1) Aidit dan Jenderal Konflik Aidit dan Jenderal termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik melakukan penyerangan terhadap lawan konflik yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
akan melukai fisik lawan bahkan pembunuhan terhadap lawan. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik bahwa adanya konflik tersebut mengakibatkan hubungan menjadi semakin jauh karena interaksi konflik yang sedang berlangsung. Konflik destruktif konflik yang terjadi tidak menemukan penyelesaian bahkan konflik sengaja dibiarkan berlangsung lama untuk memperoleh kemenangan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Ia tidak yakin Aidit akan bisa bertahan di persembunyiannya di sekitar Yogya dan Solo. Beberapa hari yang lalu hampir terjadi pertempuran. Dua regu kavaleri dan satu peleton RPKAD dibawa Komandan Resimen yang baru datang untuk memeriksa markas Batalion L di Ketungan yang mendukung Dewan Revolusi. Mereka dihadapi pasukan yang lebih besar dan mengurungkan niatnya untuk memaksa masuk. Tetapi beberapa hari kemudian ada perintah dari Jakarta, dua kompi yang paling siap dari Batalion L di Ketungan itu harus berangkat ke perbatasan Malaysia. Mereka tak bisa menolak, malah mungkin lega karena tahu posisi mereka di Yogya terjepit. Mereka diangkut dengan Batanghari. Tetapi dari awak kapal ada informasi di kapal itu mereka dilucuti. Jenderal-jenderal di Jakarta itu cerdik, bagaimana Aidit akan bisa mengatasi itu? Sebentar lagi RPKAD akan masuk Yogya; mereka sudah masuk ke Semarang tanpa perlawanan. ―Aku dengar Aidit menyiapkan perlawanan rakyat, tetapi apa artinya bila Partai tidak punya dukungan tentara?‖ kata Isa, murung (Laksmi Pamuntjak, 2013:263). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa terjadi perselisihan antara Aidit dan Jenderal. Perselisihan yang terjadi menggunakan kekerasan yang akan melukai fisik dengan adanya penyerangan diantara keduanya. Perselisihan terjadi di Jawa Tengah terutama di Solo dan Yogyakarta. 2) Masyarakat dan penyerang Konflik Masyarakat dan penyerang ditimbulkan oleh penyerang yang akan melakukan aksinya dengan membakar rumah-rumah tempat pengungsian, tetapi gagal. Konflik memunculkan konflik baru para pengungsi yang mengetahuinya commit to user menggunakan parang. Bhisma marah besar dan membacok bahunya dengan
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencoba menolong dan mengobati penyerang, namun penyerang melarikan diri dan menghantam kepala Bhisma dengan sebuah kursi. Penduduk menghadang penyerang dan membunuh dengan menebas lehernya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik melukai lawan konflik dengan membacok dan menebas lehernya. Konflik memberikan pengaruh negatif, yaitu hubungan dan komunikasi pihak yang terlibat konflik antara penyerang dan penduduk yang tempat tinggalnya akan dibaka rmenjadi rusak dengan adanya rasa marah. Pihak yang terlibat konflik mengeluarkan biaya berupa energi fisik dengan menghajar dan membunuh penyerang. Pihak yang terlibat konflik juga mengeluarkan biaya energi psikologis berupa perasaan emosionalnya yang tinggi. Kelompok konflik destruktif bahwa konflik yang terjadi antara penyerang dan penduduk tidak dapat diatasi secara baik. Interaksi konflik tersebut berlangsung lama dan pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan, kompetisi untuk menyelesaikan konflik tersebut. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Cerita yang lain ialah ketika dokter itu merawat seorang penyerang yang gagal membakar rumah-rumah di sebuah tempat pengungsian. Penyerang itu terjebak. Seseorang sempat membacoknya dengan parang; bahunya hampir terbelah. Bhisma memapahnya selama dua kilometer dan membawanya ke klinik. Para pengungsi beringas marah, tetapi mereka tidak berani merebut orang itu dari Bhisma. Kemudian yang tidak disangka-sangka terjadi. Orang yang luka itu, yang baru dibalut lukanya, dengan kekuatan yang entah dari mana melompat dari tempat berbaringnya, menerobos kearah pintu setelah menghantam kepala Bhisma dengan sebuah kursi, lalu lari melintasi halaman. Bhisma, yang tampak tidak terluka sedikit pun, lalu lari melintasi halaman. Bhisma, yang tampak tidak terluka sedikit pun, mencoba mengejar. Tetapi terlambat. Tujuh orang penduduk telah menghadang penyerang yang luka itu. Ia tewas dengan leher tertebas (Laksmi Pamuntjak, 2013:466). commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Bhisma adalah seorang dokter yang tidak memihak siapapun. Ia menjalankan tugasnya dengan baik untuk menyembuhkan siapa pun yang sedang sakit dan menolongnya. Bhisma memiliki keperibadian yang baik menolong orang lain tanpa memperdulikan keselamatan dirinya. 2. Konflik Politik dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak a. Konflik Antarpartai 1) konflik tanggal 3 Oktober Konflik tanggal 3 Oktober diperlihatkan dengan banyaknya tentara yang siap untuk berperang. Konflik tersebut terjadi dikarenakan adanya konflik sebelumnya. Interaksi konflik terdahulu yang masih berlangsung dan belum berakhir mengakibatkan korban bertambah sehingga rumah Sakit Sono Walojo penuh didatangi pasien pada pukul-pukul yang tidak menentu. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan yang ditunjukkan dengan banyaknya korban yang meninggal dan terluka, sehingga rumah sakit di Kediri menjadi penuh. Konflik memberikan pengaruh negatif baik bagi pihak yang terlibat konflik dan pihak yang tinggal di sekitar tempat konflik tersebut terjadi. Pengaruh negatif bagi pihak konflik dari segi kesehatan mengalami penurunan akibat rasa stres akibat konflik dan hubungan menjadi semakin jauh. Pengaruh negatif bagi pihak yang tidak terlibat konflik adanya tekanan perasaan kekawatiran
dan
kebingungan akibat konflik yang terjadi. Termasuk kelompok konflik destruktif konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik atau dihentikan. Konflik berjalan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
secara terus-menerus dan korban menjadi bertambah banyak. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Dan malam tiba lebih cepat. Lalu tengah malam lewat, dan hari masuk tanggal 3 Oktober. Sampai sore hari rumah sakit dipenuhi desas-desus, betabrakan, dan pasien datang di jam-jam yang paling tak masuk akal. Rasa takut dan kebingungan mengepung. Televisi rumah sakit itu telah diperbaiki dan di layar tampak tentara di mana-mana, dengan bedil dan pakaian tempur. Radio memberikan Ketua PKI D.N. Aidit terbang ke Yogya dan semua pasukan G30S telah ditarik dari tempat-tempat strategis di Jakarta. ―Mereka gagal,‖ kata Dr. Suhadi dengan suara lega.‖ Mereka gagal (Laksmi Pamuntjak, 2013:201). Banyak korban jiwa yang mengalami luka saat meletusnya G30S. Kutipan diatas memperlihatkan rumah sakit Sono Walojo yang berada di Kediri penuh pasien yang datang pada jam-jam yang tidak masuk akal. Peristiwa ini memperlihatkan bahwa setelah meletusnya G30S masyarakat mengalami ketakutan. 2) Perubahan Kekuasaan Konflik terjadinya perubahan kekuasan presiden. Konflik yang terjadi sebelum dan sesudahnya mengakibatkan perubahan kekuasaan. Perubahan kekuasaan berlangsung tiba-tiba dan menjadikan masyarakat bingung. Konflik sengaja dimunculkan oleh pihak tertentu untuk memperoleh kekuasaan. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Perubahan kekuasaan tersebut terjadi disebabkan adanya beberapa konflik yang disertai dengan pembunuhan dan penyerangan. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dan masyarakat. Pihak yang terlibat konflik mengeluarkan banyak energi dalam melakukan penyerangan serta pembunuhan. Bagi masyarakat pengaruh negatif yang diberikan adalah adanya tekanan dengan adanya konflik tersebut, sehingga commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesehatannya menurun. Konflik destruktif konflik yang terjadi mengakibatkan adanya perubahan kekuasaan presiden yang berlangsung lama, bahkan konflik tersebut menimbulkan konflik baru. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Beberapa menit mereka bertiga terkesiap. Di Jakarta perubahan kekuasaan telah terjadi lagi dalam waktu belum lagi 24 jam. Mereka seperti tak bisa berkata-kata, cuma saling berpandangan. Hanya kemudian suara Dr. Suhadi menyela, mengeluh bahwa televisi di rumah sakit itu rusak. Diam-diam Bhisma menggenggam tangan Amba eraterat, seperti ingin meredam rasa cemas, dan Amba ingat apa yang ia dengar siang tadi, tentang ―dunia yang akan berganti rupa‖, meskipun ia tak tahu siapa yang tahu bagaimana pergantian itu (Laksmi Pamuntjak, 2013:193). Kutipan di atas memperlihatkan adanya perubahan kekuasaan di Jakarta yang berlangsung selama 24 jam. Perubahan kekuasaan antara presiden Soekarno yang digantikan oleh Mayjen Soeharto. Masyarakat merasakan cemas dan bingung dengan adanya pergantian tersebut terjadi yang secara tiba-tiba. 3) Partai PKI Konflik Partai PKI terjadi disebabkan oleh anggota PKI, CGMI, Pemuda Rakyat, SOBSI berbaris di Alun-alun untuk menyatakan dukungan kepada Dewan Revolusi. Konflik tersebut termasuk resolusi konfik tanpa kekerasan yang mengarah ke dalam kekerasan bahwa saat itu pihak yang terlibat konflik tidak melukai fisik lawan konflik, akan tetapi penyerangan terhadap lawan konflik akan berlangsung diwaktu mendatang. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dan juga pihak luar yang melihat konflik tersebut. Pengaruh negatif yang diberikan bagi pihak yang terlibat konflik, yaitu rusaknya hubungan dengan adanya perasaan tidak senang dan marah tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Pengaruh negatif yang diberikan kepada pihak yang berada disekitar konflik secara psikologis mengalami rasa ketakuan dengan adanya konflik tersebut. Konflik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaian konflik dengan baik, bahkan konflik berlangsung lama dan korban bertambah menjadi banyak. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Ini pemberontakan, kata suami adik saya, ini pemberontakan PKI, ―kata Dr. Suhadi. ―Ia makin yakin karena di hari itu juga aggota-anggota PKI bersama CGMI, Pemuda Rakyat, SOBSI, dan lain-lain berbaris di Alunalun Lor untuk menyatakan dukungan kepada Dewan Revolusi. Kata adik saya, tidak ada partai lain yang ikut, hanya beberapa puluh anggota PNI. Keadaan tegang sekali. Apalagi bersama massa PKI itu ada defile militer dari Korem 72, khususnya dari Batalion L. Perkara Dewan Revolusi itu belum jelas bagi banyak orang. Kata suami adik saya, Mayor Mulyono sendiri mengumumkan ia tidak bermaksud menjatuhkan Sri Sultan dan Paku Alam, pemenang pemerintahan sipil di Yogya, tetapi jelas tentara terpecah, dan masyarakat juga terpecah. Mulyono diketahui telah menculik atasannya, Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono, dan pasukan lain menganggap tindakan Mulyono maker. Pasukan pemberontak dalam keadaan defensive, apalagi setelah Gerakan 30 September di Jakarta gagal. Tetapi pertempuran bisa sewaktu-waktu terjadi (Laksmi Pamuntjak, 2013:202). Konflik PKI terjadi disebabkan adanya perasaan emosi yang dialami pihak yang terlibat konflik tersebut. Konflik ini memberikan pengaruh negatif, yaitu adanya biaya konflik dalam melakukan interaksi konflik dengan mengeluarkan biaya berbentuk sumber. Biaya yang dikeluarkan dalam konflik ini berupa energi fisik yang digunakan untuk berkelahi dan biaya yang digunakan untuk kantor yang telah dibakar. Pengaruh negatif yang didapatkan dalam konflik ini, yaitu dari segi kesehatan. Kesehatan yang dialami pihak yang terlibat konflik menjadi terancam bahkan mengakibatkan kematian atas konflik yang terjadi. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Perilaku commit perilaku to user fisik dengan berkelahi yang kekerasan dalam konflik ini berupa
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengakibatkan korban jatuh. Kelompok konflik destruktif bahwa pihak yang terlibat konflik tidak dapat mengatasi konflik dengan baik dan interaksi konflik berlangsung lama, sehingga hubungan pihak yang terlibat konflik menjadi semakin jauh. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Semenjak pagi, rumah sakit seperti diguncang-guncang. Baret hijau dan orang-orang yang tampak marah, atau juga cemas, datang membawa senjata. Dr. Suhadi tak masuk kantor karena ada urusan keluarga. Bingung dan ketakutan menyebar. Separuh dari pegawai menghilang tanpa izin, satu-satu. Semua mendengar kabar bahwa di alun-alun kota, Banser berkumpul lalu bergerak ke Banjaran, menyerang kantor PKI. Perkelahian terjadi, korban jatuh, orang-orang PKI meninggalkan tempat itu, kantor mereka dibakar (Laksmi Pamuntjak, 2013:205). Pemberontakan PKI pada tanggal 30 Oktober tahun 1965 diakhiri dengan pembantaian terhadap anggota PKI dan masyarakat yang diduga PKI. PKI dihancurkan karena diaggap melakukan tindakan yang membuat masyarakat Yogyakarta cemas. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dengan melukai lawan konflik serta melakukan pembunuhan terhadap lawan konflik untuk memperoleh kemenangan. Konflik ini memberikan pengaruh yang negatif bagi masyarakat terutama pihak yang bukan aggota PKI, namun juga ikut ditangkap dan dibantai. Selain itu pengaruh negatif juga dialami oleh keturunan anggota PKI yang mendapatkan dampaknya yaitu mendapat cap tapol meskipun mereka tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Konflik ini termasuk konflik destruktif pihak yang yang terlibat konflik menggunakan kekuatan untuk mengahancurkan lawan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Sehari setelah Bhisma hilang, kota seperti terlepas dari ketegangan menunggu dan menjelma sebuah parade yang gembira dan beringas. Hari itu sejumlah panser, sejumlah jib, sejumlah truk masuk dari arah Magelang mereka pasukan RPKAD, deretan baret merah yang seperti memaklumkan ―aku-datang-aku-melihat-aku-menang‖ dengan sebuah pengeras suara di panser terdepan dan yang menyiarkan lagu-lagu gembira sebelum colonel Sarwo Edhie berpidato dalam pakaian tempur Ribuan anak muda menyambut mereka, dan tembok-tembok bergrafiti menyambut mereka, karena mereka yakin pasukan musuh, pasukan pemberontak PKI, Gestapu, Pemuda Rakyat, dan sejenisnya akan dihancurkan. Yogya tidak perlu cemas lagi bahwa PKI yang perkasa dan batalion-batalionnya yang tersembunyi akan bangkit kembali. Di Semarang, RPKAD telah menangkap ratusan musuh mereka dalam satu malam (Laksmi Pamuntjak, 2013:278). Konflik massa anti PKI di perjalanan dari Gampingan. Konflik dikarenakan massa menolak partai PKI dengan rasa marah dan tidak senang. Perselisihan ini termasuk konflik tanpa kekerasan karena pihak yang terlibat konflik tidak melakukan penyerangan yang melukai fisik lawan. Pihak konflik untuk menyerang lawannya berupa makian terhadap partai PKI. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik ataupun pihak luar yang tidak terlibat konflik. Pengaruh negatif antara pihak yang terlibat konflik akan kehilangan waktunya. Waktu yang biasanya digunakan untuk aktivitas sehari-hari terbuang dengan adanya konflik tersebut.
Konflik yang
dimunculkan dengan adanya konflik tersebut akan merusak hubungan bagi pihak yang berbeda partai. Hubungan akan menjadi jauh dengan perasaan tidak senang, benci, dan kemarahan. Pengaruh negatif bagi pihak luar, yaitu massa anti PKI akan mengganggu jalan yang digunakan masyarakat untuk melakukan segala aktivitasnya. Kelompok konflik destruktif bahwa konflik yang terjadi antara massa anti PKI dengan partai PKI tidak dapat diatasi secara baik bahkan tidak ada penyelesaian. Konflik tersebut akan berlangsung lama dan pihak yang terlibat commit to mencapai user konflik akan menggunakan kekuatan untuk apa yang diinginkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
adanya konflik tersebut. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Bhisma diam. Mungkin ia menyadari bahwa ia orang luar, atau ia merasa Isa terlalu mengeluh, atau ia tidak mau terpengaruh. Tapi Isa belum berhenti. ―Di perjalanan dari Gampingan kemari yang aku lihat hanya massa anti PKI, berteriak-teriak, memaki-maki, dan deretan tentara yang melindungi mereka dari tepi jalan‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:263). Bentrokan partai PKI terjadi di perjalanan Gampingan. Mereka memaki dan melakukan perlawanan terhadap deretan tentara. Anggota PKI melakukan pemberontakan, sehingga menjadikan keadaan jalan tidak nyaman dan pengendara sedikit terganggu. 4) G30S dan ABRI Konflik G30S dan penculikan ABRI. Perselisihan tersebut termasuk resolusi konflik dengan kekerasan G30S sebagai pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dan pembunuhan terhadap ABRI. Konflik memberikan pengaruh negatif, yaitu dalam segi biaya yang berupa energi fisik dan energi psikologis. Biaya berupa energi fisik yang dikeluarkan oleh pihak konflik diperlihatkan ketika melakukan penyerangan terhadap lawan konflik. Biaya berupa energi psikologis dialami oleh pihak konflik yang melukai keluarganya akibat penculikan tersebut. Hubungan antara pihak konflik menjadi semakin jauh dan rusak dengan adanya perasaan marah tersebut. Konflik destruktif bahwa konflik yang terjadi berlangsung lama, interaksi konflik secara terus-menerus terjadi. Adanya konflik tersebut memunculkan banyak korban. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebaga berikut. Lalu pukul 09.00. Mereka serentak kembali mendengarkan radio, Sebuah reportase, mungkin sudah disiarkan senja tadi: suara seorang mayor jenderal, Suharto, tenang tetapi sedikit gemetar seperti menahan marah, commit30 to user mengatakan bahwa Gerakan September adalah gerakan ―kontra-
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
revolusioner‖ yang telah melakukan kudeta, disusul berita tentang penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi ABRI, dan pernyataan Angkatan Bersenjata yang akan menindak mereka, dan yang akan menjaga keamanan dan ketertiban dan keselamatan Presiden Sukarno… (Laksmi Pamuntjak, 2013:192). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Soeharto menyiarkan melalui radio terdapat G30S, adanya pembunuhan dan penculikan terhadap ABRI. Selanjutnya ABRI akan berjaga untuk menjaga keselamatan Sukarno. 5) CGMI, PKI, PMKRI, dan Pemuda Rakyat Konflik di Yogyakarta terjadi antara anggota CGMI, PKI, PMIKRI dan Pemuda Rakyat. Perselisihan tersebut termasuk resolusi konflik dengan kekerasan CGMI, PKI, PMKRI, dan Pemuda Rakyat sebagai pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan atau penyerangan. Konflik memberikan pengaruh negatif baik bagi pihak yang terlibat konflik atau pihak luar yang tidak terlibat konflik. Hubungan antara pihak yang terlibat konflik akan rusak dan semakin jauh dengan adanya interaksi konflik yang berlangsung tersebut. Bagi pihak luar konflik merasakan ketakutan dan tekanan dengan adanya peristiwa yang telah terjadi. Konflik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik dengan baik, sehingga konflik berlangsung lama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. ―Jangan-jangan kamu nggak salah. Kamu inget kan, apa yang dikatakan Rien kepadaku: Yogya seperti menunggu? Tidak ada yang pasti. Musuhmusuh CGMI dan PKI juga sudah siaga. Kata Rien mereka, temantemannya di PMKRI, takut akan dihabisi Pemuda Rakyat dan bersiap melawan.‖ Amba menelan ludah dan kemudian melanjutkan: ― Tak pernahkah kau berpikir, apa yang terjadi pada kita, jika ada peperangan?(Laksmi Pauntjak, 2013:258). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa keadaan Yogyakarta yang tidak aman. Banyak pemuda yang akan melakukan penyerangan antara PKI, CGMI, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
Pemuda Rakyat. Pemberontakan dengan menggunakan senjata antarpemuda berlangsung di Yogyakarta. 6) G30S dan Dewan Jenderal Konflik di Jakarta termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Konflik antara G30S dan Dewan Jenderal tersebut ditunjukkan dengan adanya korban. Konflik memberikan pengaruh negatif baik bagi pihak yang terlibat konflik maupun pihak yang tidak terlibat konflik. Gerakan Tiga Puluh September memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat. Dampak yang diberikan adalah banyak sekali korban yang dibunuh, ditangkap dan dituduh sebagai anggota PKI. Peristiwa tersebut juga memberikan pengaruh bagi masyarakat dibuktikan dengan keadaan Dr. Suhadi yang mengalami kelelahan, sehingga wajahnya terlihat pucat setelah mendengar kabar di RRI tersebut. Konflik ini termasuk konflik destruktif konflik yang terjadi di Jakarta merupakan konflik yang berlangsung lama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Dr. Suhadi datang dengan wajah lelah dan pucat dan begitu masuk ke kantornya ia mengabarkan, hari ini ada yang terjadi di Jakarta. Sesuatu yang besar. Disiarkan di RRI pukul 07.00 pagi. Ada gerakan yang tidak jelas yang menamakan diri Gerakan 30 September. Gerakan itu menuduh ada sejumlah perwira tinggi yang tergabung dalam Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta. Kabinet dibubarkan, diganti dengan Dewan Revolusi, dan semua itu untuk menyelamatkan Bung Karno (Laksmi Pamuntjak, 2013:189). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa siaran radio yang menyatakan bahwa terdapat G30S dan menuduh ada perwira tinggi yang bergabung dengan Dewan Jendera akan melakukan kudeta. Pembubaran Kabinet digantikan Dewan Revolusi yang bertujuan menyelamatkan Bung Karno. Adapun hal tersebut commityang to user sebenarnya salah satu rencana seseorang akan menyingkirkan Soekarno.
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) PKI, PNI, dan NU Konflik PKI, PNI, dan NU terjadi dengan pola kekerasan yang melukai lawan konflik berupa pembacokan terhadap PNI. Konflik ini termasuk jenis konflik nonrealistis, yaitu konflik yang disebabkan adanya kebencian terhadap lawan konflik yang mendorong melakukan agresi untuk mengalahkan lawan konflik dengan menggunakan kekuasaan, kekuatan, dan paksaan. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik mengalami luka fisik dengan adanya penyerangan yang dilakukan oleh lawan konfliknya berupa bacokan. Konflik ini memberikan pengaruh negatif dalam segi kesehatan, yaitu adanya pihak yang mengalami luka pembacokan. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif karena konflik berlangsung lama dan pihak yang terlibat konflik menggunakan ancaman dan kekuatan untuk mengalahkan lawan konflik. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Bhisma menghela napas lagi.‖ Beberapa minggu yang lalu seorang lurah di Garu, 10 kilometer dari sini, dibacok. Dia orang PNI, dan massa PNI dan NU langsung mengejar-ngejar orang PKI. Mungkin aku naïf, menganggap ketegangan lama sudah reda. Aku lupa pertumpahan darah selalu punya bekas yang gelap (Laksmi Pamuntjak, 2013:187). Konflik antarpartai PNI dan PKI merupakan perselisihan yang terjadi antara dua partai tersebut berlangsung lama. Anggota PKI melakukan kekerasan dengan membacok seorang lurah di Garu dalam menyelesaiakan konflik tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
8) PKI dan PNI Konflik yang terjadi di Kadipura mengenai kedatangan guru-guru baru dan mengenai masyarakat yang terpecah menjadi kelompok PNI dan PKI. Konflik memberikan pengaruh negatif, yaitu merusak hubungan dan komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Pihak konflik merasa benci, marah, dan tidak senang terhadap lawan konflik. Adapun hal tersebut mengakibatkan rusaknya hubungan antara mereka. Konflik tersebut termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan dengan tidak melukai fisik lawan konflik. Pihak konflik melukai psikologis lawan konflik berupa tekanan dan perasaan tidak senang adanya perbedaan antara PKI dan PNI. Konflik PKI dan PNI termasuk konflik destruktif karena konflik tersebut mengakibatkan hubungan pihak yang terlibat konflik semakin jauh dan pihak konflik menggunakan kekuatan untuk menghancurkan lawan konflik. Adapun hal tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut. Tetapi Kadipura berubah dengan cepat, dan ia terlambat untuk mengetahui ―guru-guru asli‖ sedang didesak guru-guru yang mendadak, karena orang mulai berdesak-desakan di lahan yang tak cukup lagi, di sawah, di kebun, juga di sekolah. Sebagian mengenali bagian lain sebagai ―si PKI‖ atau ―si PNI‖. Sebagian lagi menutup mulut (Laksmi Pamuntjak, 2013:105). Kutipan di atas menunjukkan bahwa masyarakat di Kadipura terpecah menjadi golongan PKI dan PNI. Hubungan antar masyarakat menjadi tidak rukun dan saling bermusuhan dengan adanya perbedaan dalam partai tersebut. 9) Konflik di masyarakat Konflik yang sedang terjadi dimasyarakat antara lain terjadinya pemberontakkan, pembredelan koran, partai yang jadi terlarang, revolusi, commitPerselisihan to user kontrarevolusi, Manipol, dan Usdek. tersebut termasuk resolusi
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik melakukan penyerangan terhadap pihak konflik untuk memperoleh perubahan yang diinginkan. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan Salwa yang merasakan tekanan akibat adanya konflik tersebut. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif, yaitu konflik berlangsung lama tanpa ada penyelesaian dan pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan serta ancaman untuk memperoleh kemenangan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Ia tidak pintar, tapi tekun. Ia melepaskan diri dari kebisingan:kebisingan keadaan darurat perang, kebisingan radio yang penuh berita pemberontakan, pembredelan Koran, partai yang jadi terlarang, Revolusi, Kontrarevolusi, Manipol, Usdek. Kebisingan Pemimpin Besar Revolusi yang memanggilmu dan mengikutimu ke mana saja kau pergi (Laksmi Pamuntjak, 2013:115). Keadaan masyarakat yang merasakan hidup tidak aman dengan berbagai konflik mengenai pemberontakan, larangan penerbitan Koran, dan partai yang dilarang. Masyarakat mengalami tekanan dengan keadaan pemerintah yang tidak pasti. 10) Antarpartai Konflik antarpartai satu dengan partai lainnya terjadi di tempat kelahiran Salwa. Konflik ini membuat Salwa tidak pulang yang bertujuan untuk menghindari konflik tersebut. Konflik tersebut termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan, yaitu melukai lawan konflik. Adapun hal tersebut diperlihatkan dengan adanya bentrokan antara pihak yang terlibat konflik. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi Salwa. Adanya peristiwa tersebut memberi tekanan dan membuatnya tidak pulang ke rumah user untuk menjenguk keluarganya. commit Konfliktotersebut termasuk kelompok konflik
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
destruktif konflik ini terjadi antara partai tidak memberikan manfaat bagi pihak yang terlibat konflik. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Tapi ada hal-hal kecil yang tak berubah. Dua bulan sekali masih menerima kabar dari kota kelahirannya. Kebanyakan tentang bentrok antara orang partai ini dan partai itu, politik yang makin membingungkan dan membosankan, dan ini membuatnya merasa semakin jauh dari rumah. Ia tak mau pulang. Ia tak mau kembali ke hal-hal lama, menguhidu bau-bau lama, menatap wajah-wajah lama (Laksmi Pamuntjak, 2013: 117). Konflik yang terjadi antarpartai terjadi dikarenakan adanya konflik terdahulu bahwa di Yogyakarta terdapat konflik partai dan membuat keadaan menjadi tidak aman. Adapun hal tersebut mengakibatkan organisasi PMKRI berlatih bela diri dan berlatih menggunakan senjata. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik akan melakukan penyerangan terhadap lawan konflik dengan menggunakan senjata dan melukai fisik lawan konflik. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik, yaitu anggota PMKRI, Pemuda Rakyat, PKI, CGMI. Hubungan dan komunikasi antar anggota kelompok menjadi rusak dan semakin jauh dengan perasaan benci, tidak senang. Kelompok konflik destruktif bahwa pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik dengan baik. Interaksi konflik semakin kuat dan pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan dan kompetisi untuk memenangkan konflik. Adapun tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. ―Baru beberapa hari saja kamu pergi, Yogya berubah sama sekali,‖ kata Rien. ―Di sini orang menunggu. Teman-temanku di PMKRI berlatih bela diri di asrama mereka, mereka berlatih menggunakan senjata. Mereka commit to user yakin Pemuda Rakyat sudah dipersenjatai oleh tentara pro-komunis. Di
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
Yogya PKI kuat, dan CGMI menguasai kampus kita.‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:228). Kutipan diatas memperlihatkan bahwa keadaan Yogyakarta yang tidak nyaman. Banyak pemuda yang berlatih beladiri dan menggunakan senjata untuk melakukan penyerangan terhadap Pemuda Rakyat. Yogyakarta juga dikuasai oleh anggota PKI. 11) Jenderal dan G30S Konflik PKI, Jenderal, dan Ade Irma Suryani termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dengan menembak Ade Irma Suryani dan Jenderal Nasution yang dibunuh. Pihak konflik melukai lawan konflik dengan melakukan kekerasan fisik untuk mencapai kemenangan. Konflik ini memberikan pengaruh negatif, yaitu menimbulkan perilaku negatif atas konflik tersebut. Konflik muncul kembali dengan adanya perasaan marah masyarakat atas perbuatan PKI yang tidak terima Ade Irma Suryani dibunuh. Faktor yang mempengaruhi konflik, yaitu marah. Kemarahan yang dialami pihak yang terlibat konflik dapat mengubah sikap, perilaku, dan proses interaksi konflik. Kemarahan dapat menjadikan konflik konstruktif berganti menjadi konflik destruktif. Pemilik warung yang berasal dari Madura marah setelah mengetahui bahwa PKI telah menembak Ade Irma Suryani dan membunuh jenderal. Pemilik warung tersebut mengubah interaksi konflik, yaitu akan membunuh PKI. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Di warung dipelataran rumah sakit di mana ia membeli sabun, Amba melihat beberapa mendengarkan siaran berita, seakan-akan di depan radio tua itu mereka bisa lebih aman, atau lebih siap di tengah ketidakpastian, atau karena ingin mengukuhkan apa yang sudah mereka commit tolaporan user pandangan mata pemakaman yakini. Seseorang menyebutkan
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
para jenderal yang dibunuh, sebuah suasana berkabung besar, tentang Jenderal Nasution yang menangis, dan tentang anaknya yang masih kecil, Ade Irma Suryani, yang tertembak ketika rumahnya diserbu ―Gestok‖. Orang-orang ikut marah mengikuti berita tentang anak itu, dan di sanasini ada suara geram tiap kali kata ―PKI‖ disebut. Si pemilik warung, seorang Madura bergigi hitam, mendesis, ―Aku mau bunuh mereka‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:205). Penculikan dan penangkapan yang dilakukan oleh Gestok terhadap enam Jenderal Angkatan Darat termasuk Jenderal Nasution menyebabkan terbunuhnya Ade Irma Suryani. Masyarakat tidak terima atas terbunuhnya Ade Irma Suryani. Seorang anak yang tidak bersalah harus menerima tembakan sampai kehilangan nyawa. 12) Untarto Konflik antara Untarto dan seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Untarto ditangkap dirumah tokoh SOBSI. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dengan melukai lawan konflik saat melakukan penangkapan. Kekerasan tersebut ditunjukkan saat lambung Untarto dihantam dengan porpor bedil dan punggungnya dihajar. Konflik ini memberikan pengaruh negatif, yaitu timbulnya perlakuan negatif dan konflik baru. Kelompok konflik destruktif pihak yang terlibat perselisihan tidak dapat mengatasi dan melakukan penyelesaian terhadap konflik secara baik. Pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan dalam mengatasi konflik, sehingga perselisihan yang terjadi dapat merusak kehidupan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Dan inilah inti informasi yang dibawa Yahya untuk disampaikan ke Bhisma: sejumlah orang yang tidak diketahui identitasnya menangkap Untarto dirumah seorang tokoh SOBSI setempat. Diduga bukan dia yang dicari, tetapi tuan rumah tempat ia menginap telah menghilang dan dia yang ada di sana pun ―diambil‖. Ada yang melihat lambungnya dihantam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
popor bedil, dan ketika ia tetap tegak, punggungnya dihajar. Untarto roboh dan diseret ke dalam mobil jip (Laksmi Pamuntjak, 2013:254). Untarto dibunuh hanya karena berada ditempat yang salah. Ia dibunuh saat berada di rumah seorang tokoh SOBSI. Kematian Untarto disebabkan luka dibagian lambung dan tempurung kepalanya pecah. Manusia dapat membunuh seseorang secara mudah tanpa mendapat keadilan secara hukum. 13) Kalangan Muda dan Tua Konflik yang terjadi antara kalangan muda dan kalangan tua dalam berpandangan. Konflik ini terjadi akibat adanya perbedaan pendapat antara kaum muda dan tua. Bagi kalangan tua partai selalu benar sedangkan bagi kalangan muda bahwa kebenaran terdapat pada Mao dan Revolusi Kebudayaan. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu pihak yang terlibat konflik tidak melukai fisik lawan. Konflik ini menimbulkan luka psikologis yang dialami kalangan muda merasakan tekanan, yaitu harus patuh dengan kalangan tua meskipun berbeda pendapat. Kelompok konflik konstruktif karena antara kalangan muda dan tua dapat mengatasi perselisihan secara baik dan perselisihan yang terjadi antara pihak yang terlibat konflik berlangsung secara cepat. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Sebaliknya , ketegangan itu hanya perselisihan yang dangkal, paling tidak di mataku. Kalangan tua adalah kumpulan orang-orang yang besikeras bahwa partai selalu benar, dan ―kaum muda‖ harus belajar dari mereka. sedangkan ―kaum muda‖ umumnya anggota CGMI akan menggerutu dengan sesopan mungkin. Umumnya mereka cukup kritis, tidak begitu dogmatis, meskipun ada di antara mereka yang tetap yakin bahwa Mao dan Revolusi Kebudayaan adalah model kebenaran (Laksmi Pamuntjak, 2013:418). Kutipan di atas memperlihatkan antara kalangan tua dan kalangan muda masing-masing memiliki ideologi yang berbeda. Kalangan tua menganggap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
bahwa partai selalu benar, sedangkan kalangan muda meyakini bahwa Mao dan Revolusi Kebudayaan yang benar. Konflik antara kalangan tua dan muda dapat diselesaikan secara baik. 14) Pemuda Rakyat dan Pemuda Islam Konflik di Kanigoro antara Pemuda Rakyat dan pemuda Islam. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan yaitu pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan fisik dengan melukai lawan konflik. Kekerasan ditunjukkan adanya Pemuda Rakyat yang memukuli pemuda Islam. Konflik ini memberikan pengaruh negatif, yaitu atas konflik tersebut pihak yang terlibat konflik kehilangan waktu, hubungan antara Pemuda Rakyat dan Pemuda Islam menjadi rusak adanya perasaan tidak senang, benci, marah, dan emosional antara mereka. Konflik kelompok destruktif, yaitu konflik yang sedang berlangsung antara Pemuda Rakyat dan Pemuda Islam tidak memberikan manfaat bahkan sesuatu yang baru. Konflik berjalan lama tidak terselesaikan dan hubungan pihak yang terlibat konflik menjadi semakin jauh. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Aku dengar dari seorang bekas santri di sana. Pemuda Rakyat memukuli beberapa orang dari pemuda-pemuda Islam itu dan meneriaki mereka sepanjang jalan, antek Masyumi, antek Nekolim, Kontrarevolusi. Orangorang itu tidak bisa apa-apa, apalagi membalas, mereka seperti kambing dibaris ke pasar ternak. Dan peristiwa itu diberitakan di Jakarta, dan partai segera membuat pertanyaan bahwa tidak ada ketegangan antara massa PKI dan NU; yang ada hanya pengacau bekas partai terlarang. Tetapi aku kira dendam tersimpan di Kanigoro. Bentrokan tadi pagi itu gejalanya (Laksmi Pamuntjak, 2013:189). Masyarakat terpecah menjadi beberapa golongan, yaitu golongan PKI dan PNI. Anggota masyarakat saling bermusuhan dan membenci. Perpecahan yang mengakibatkan permusuhan dan kerusakan dapat merusak kehidupan masyarakat. commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Konflik Tanah 1) Pemilik Pabrik Gula dan Masyarakat Konflik tanah antara pemilik pabrik gula dengan masyarakat. Konflik ini termasuk konflik dengan pola kekerasan yang melukai lawan konflik untuk mendapatkan kemenangan. Pemilik pabrik gula Melukai lawan konflik dengan menimbulkan luka fisik lawan sampai mengakibatkan kematian. Konflik tanah itu mengakibatkan pembantaian di Jengkol yang berjumlah 12 keluarga dan pembunuhan perempuan secara kejam dengan dipenggalnya kepala. Konflik ini memberi pengaruh negatif terutama dalam kesehatan bagi pihak yang terlibat konflik dan orang-orang yang ada didekatnya mengalami rasa kecewa, emosional, dan kesedihan. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak mendapatkan manfaat dari konflik tersebut dan konflik berlangsung lama serta tidak mendapatkan penyelesaian. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Tentang dua belas tetangganya yang dibantai di Jengkol, karena mereka menolak hengkang ketika tanah yang mereka tempati akan diambil alih sebuah pabrik gula raksasa.tentang istri abangnya yang ditemukan tak berkepala, dengan dua buah mangga yang bergulir keluar dari bundelan di apitnya. Tentang bagaimana wajah Amba mengingatkan laki-laki itu pada Pinah, kakak iparnya yang mati itu. Aku tahu, Pak, kata Amba dalam hati, ini bukan saatnya untuk perempuan yang belum menikah seperti aku ini bepergian sendirian. Ini bukan saatnya bagi siapa pun berpegian sendirian (Laksmi Pamuntjak, 2013:162). Pihak konflik tanah melakukan kekerasan, pembunuhan atas manusia lain untuk memenangkan tanah yang diinginkan. Kekerasan yang dilakukan oleh manusia dengan sangat kejam memenggal kepala, membunuh, dan menyiksa sampai mati sangat sulit diterima oleh masyarakat yang menyaksikannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
2) Antarpemuda Konflik antarpemuda dilakukan oleh Pemuda Rakyat dan Baser. Konflik ini menggunakan pola kekerasan, yaitu dengan melukai lawan konflik. Konflik tersebut memberi pengaruh yang negatif dalam segi biaya konflik dan kesehatan. Konflik memerlukan biaya seperti energi fisik, energi psikologis, uang dan waktu yang akan dikeluarkan semakin meningkat. Konflik akan mempengaruhi kesehatan pihak yang terlibat konflik, yaitu dengan adanya pihak yang mengalami luka. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik melukai fisik lawan untuk memperoleh kemengan. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif konflik antarpemuda yang terjadi menjadikan pihak yang terlibat konflik semakin jauh dan melakukan agresi serta konflik berlangsung lama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Bhisma menghela napas. ―Tadi, sekitar pukul 10.00, ada bentrokan antarpemuda. Dua belas luka-luka, tujuh Pemuda Rakyat dan lima Banser. Sebagian dibawa ke Rumah Sakit Baptis, sebagian kemari. Dua orang tidak tertolong nyawanya. Bhisma memandang ke kejauhan, seolah-olah ingin melepaskan sebuah beban ke pohon-pohon di luar (Laksmi Pamuntjak, 2013:187). Kutipan di atas memperlihatkan keadaan psikologis Bhisma yang mengalami tekanan dengan konflik yang terjadi di masyarakat. Konflik tersebut menimbulkan kerugian karena banyak masyarakat yang mengalami luka dan kematian. 3) Petani dan Pemerintah Konflik ladang terjadi antara petani dan pemerintah di Jengkol. Konflik ini termasuk kelompok destruktif antara petani dan pemerintah menginginkan commit to user kemenangan dalam menyelesaikan konflik. Konflik berlangsung lama dengan
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan kekuatan dan penyerangan. Konflik ini dilakukan dengan pola kekerasan saling melukai seperti yang terlihat kutipan di atas bahwa massa yang melakukan penyerangan ditembaki dan sopir traktor yang akan melakukan pembongkaran terhadap ladang tersebut dikubur hidup-hidup oleh massa. Konflik ini memberikan pengaruh negatif,yaitu dalam segi kesehatan petani dan pemerintah
yang terlibat konflik mengalami penurunan bahkan
kematian dan segi biaya akan mengalami penurunan produktivitas hilangnya waktu, meningkatnya biaya konflik, dan menurunkan mutu pengambilan keputusan menghasilkan kebuntuan untuk diskusi. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Bhisma membetulkan letak stetoskopnya yang tergantung di leher. ―Jengkol agak jauh, 25 kilometer ke timur dari sini. Di sana ada pabrik gula yang tidak berproduksi lagi, tapi punya ladang tebu di beberapa tempat yang tetap dikerjakan petani penggarap. Pemerintah memutuskan menghentikan usaha mereka, katanya karena ladang-ladang itu sudah diputuskan akan jadi bagian pabrik Gula Ngadirejo, pabrik yang lebih besar dan masih berproduksi. Ketika para penggarap menolak, polisi dan tentara memaksa, dan ketika massa memprotes, berdemonstrasi, mereka ditembaki. Polisi mengatakan tembakan peringatan tidak ada gunanya lagi karena massa menyerang, dan sopir tarktor yang datang untuk membongkar ladang itu dikepung massa dan dikubur hidup-hidup. BTI mengatakan itu tuduhan bohong. Tidak penting mana yang benar, tapi pendeknya banyak korban. Dokter dari rumah sakit Baptis itu kebetulan di sana, dan ia yang menolong yang luka dan mati. ia ketakutan karena polisi dan tentara mencurigainya;ia seorang Amerika (Laksmi Pamuntjak, 2013:188). Kutipan di atas menunjukkan adanya konflik tanah antara pemerintah dan penggarap. Konflik tersebut diselesaikan dengan kekerasan dan kekejaman. Adapun hal tersebut diperlihatkan dengan banyaknya orang mati dan terluka akibat tembakan, serta dikuburnya seorang sopir dalam keadaan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
4) Simpatisan PNI dan Anggota Masyarakat Konflik perebutan tanah antara simpatisan PNI dan warga masyarakat yang dianggap sebagai lintah darat. Konflik itu menyebabkan Sudarminta merasa tertekan karena ia dimintai nasehat dan pertolongan atas tanah itu yang merupakan tanah milik temannya. Sudarminta merasa tidak dapat memberi bantuan pada PNI dan hanya diam. Akhirnya terjadi pemberontakan antara pemilik tanah dengan para perebut tanah yang mengkibatkan temannya mati ditusuk dibagian lambung dan dada. Resolusi konflik terjadi dengan menggunakan kekerasan melukai fisik lawan berupa tusukan dibagian lambung dan dada. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi Sudarminta, yaitu kesehatan menurun. Sudarminta mengalami sakit diare selama tiga hari karena konflik yang terjadi tersebut.Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif, yaitu pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan dan ancaman untuk mengalahkan lawan konflik. Hubungan kedua pihak yang terlibat konflik semakin jauh dan konflik berlangsung lama tanpa ada penyelesaian. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Amba mencoba mengingat-ingat, dan menemukan kejadian ini: ―Bapak pernah bercerita, suatu hari ada sekelompok orang yang datang kepadanya, mereka simpatisan PNI, minta nasehat tentang sebidang tanah dekat sekolah yang dikuasai seorang yang menurut mereka lintah darat. Tanah itu menganggur dan akan kami pergunakan, kata mereka Bapak berteman dengan yang punya, kan? Mereka betul, orang itu teman Bapak. Bukan teman baik, tapi semua orang di Kadipura menganggapnya begitu. Bapak bisa bantu kami? demikian mereka bertanya. Bapak tahu ia tak akan dapat membujuk si pemilik tanah, ia tak tahu bantuan apa yang bisa ia berikan kepada para tamu itu. Kami akan rebut saja tanah itu, kata mereka. Mosok hanya BTI saja yang berani Bapak diam. Dan diam itu ia bawa ke rumah, berhari-hari. Ia nampak begitu tertekan tapi ia tidak berbagi dengan siapa pun. Kemudian ia menerima kabar yang membuatnya mencret selama tiga hari, dan diceritakannya kepadaku: perebutan tanah itu terjadi, temannya membawa segerombol pemuda commit to untuk menghadapi para perebut, danuser dua kelompok itu bentrok; teman itu
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditusuk di lambung dan dadanya. Ia mati sebelum sampai ke rumah sakit. Para penyerangnya ditangkap polisi (Laksmi Pamuntjak, 2013:190). Konflik tanah yang terjadi antara PNI dan pemilik tanah diselesaikan dengan pembunuhan salah satu pihak konflik untuk memperoleh kemenangan. Adapun hal tersebut memberikan suatu gambaran bahwa perebutan tanah pada tahun sebelum dan sesudah tahun 1965 termasuk konflik besar yang sering terjadi pada masyarakat. 5) BTI dan Pesantren Konflik tanah antara BTI dan pesantren, konflik PGRI Non-Vaksentral dan Pemuda Ansor, konflik anggota Marhaen dan SEBDA. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat melukai fisik lawan. Adapun hal tersebut diperlihatkan oleh anggota PGRI Non-Vaksentral, yaitu diarak dan dihantami oleh pemuda Ansor. Adapun kekerasan lain diperlihatkan oleh anggota SEBDA yang dibunuh oleh pemuda Marhaen. Konflik memberi pengaruh negatif, yaitu kondisi kesehatan pihak yang terlibat konflik menurun. Pengaruh negatif lainnya, yaitu konflik mengeluarkan biaya energi fisik, psikologis. Pihak yang mengalami konflik mengeluarkan energinya
untuk
menyerang
lawan
konflik
dan
mengeluarkan
energi
psikologisnya untuk menghadapi konflik tersebut. Konflik kelompok destruktif, yaitu pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan untuk menyerang lawan konflik dan hubungan antara pihak yang terlibat konflik semakin jauh. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Akhir-akhir ini ia merasa hari-hari di desanya makin membuat cemas: kabar dari dusun sekitar tentang sengketa tanah antara orang pesantren dengan BTI, barisan pemuda Ansor yang lewat di jalan kampung berselang-seling dengan pemuda Marhaen dengan seragam dan wajah commit todan user mereka yang seperti mengancam rapat-rapat organisasi yang diawasi
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentara. ―Berkali-kali pertemuan-pertemuan istri saya dibubarkan, ―kata teman itu. ―Seminggu lalu, saudara saya, Kepala Jawatan Penerangan di Garum, juga anggota PGRI Non-Vaksentral, ditangkap sekelompok pemuda Ansor. Ada yang bilang ia diarak dan dihantami sepanjang jalan sampai ke Tawangsari. Seorang teman saya di Kediri, anggota SEBDA, kabarnya dibunuh keponakannya sendiri, seorang pentolan Pemuda Marhaen. Menurut sejumlah saksi mata, mayatnya dibuang ke sungai Barntas (Laksmi Pamuntjak, 2013:135-136). Konflik tanah antara kiai bernama Soleh yang memiliki pesantren di Waleri dan BTI. Konflik ini menggunakan taktik mengancam yang ditunjukkan oleh BTI dengan mengancam akan melakukan pembunuhan terhadap Soleh. Konflik termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik tidak melukai fisik lawan konflik, tetapi melukai psikologis lawan konflik dengan menimbulkan rasa takut terhadap Soleh yang diancam tanahnya akan diambil alih oleh BTI. Konflik memberi pengaruh negatif bagi kesehatan, yaitu Soleh mengalami tekanan dan membuatnya merasa stres, kecewa atas konflik yang terjadi. Konflik kelompok destruktif konflik yang terjadi antara BTI dan kiai pemilik pesantren Waleri hubungannya semakin jauh dan pihak yang terlibat konflik menggunakan kekuatan serta ancaman untuk memperoleh kemenangan. Adapun hal tersebut dapat diperlihatkan dengan kutipan berikut. Laki-laki itu bertanya lagi tentang apakah ia masih kuliah, dan di mana, dan apakah ia tinggal di Kediri, jenis pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab seperlunya. Lalu, sedikit demi sedikit, seperti harus mengeluarkan sebuah keluhan, dan merasa bahwa perempuan muda dari Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada ini cukup mau jadi pendengar, ia bercerita tentang keponakannya yang datang ke rumah suatu siang, beberapa hari sebelum berangkat ke Kediri, dengan sebuah kabar yang merisaukan. Si keponakan bercerita bahwa pakliknya yang satu lagi, seorang kiai yang punya pesantren di Waleri, merasa terancam karena tanahnya akan diambil alih oleh orang-orang BTI (Laksmi Pamuntjak, 2013:158). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
BTI melakukan ancaman dan penyerangan terhadap pihak konflik tanah, yaitu pemilik pesantren. Konflik tanah seharusnya dapat diselesaikan dengan baik tidak perlu menggunakan kekerasan. BTI dalam perselisihan tanah selalu menggunakan taktik mengancam, sehingga konflik berlangsung lama. 6) BTI dan Pemuda Rakyat Konflik perebutan tanah antara BTI dan Pemuda Rakyat terjadi di Prambanan. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan, yaitu penyerangan terhadap lawan konflik. Konflik disebabkan tanah yang sedang dikelola petani dianggap miliknya. Adapun hal tersebut dikarenakan petani merasa sudah memenangkan tanah saat tanah dilelang, sedangkan BTI tidak mengakui kebenaran tersebut. Konflik memberi pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dan masyarakat yang tinggal di tempat terjadinya bentrokan. Pengaruh yang diberikan atas konflik tersebut adalah pihak yang terlibat dalam bentrokan akan mengalami tekanan, emosional, dan marah yang akan membuat kesehatannya menurun. Konflik tersebut termasuk kelompok destruktif karena konflik yang telah terjadi tidak dapat diselesaikan dengan baik, yaitu pihak yang terlibat konflik tidak memperoleh kepuasan atas terjadinya konflik. Konflik juga berlangsung lama dan hubungan antara pihak konflik semakin jauh. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan konflik sebagai berikut. Tapi setelah ia mendengar dari Salwa apa yang terjadi di Prambanan. Ia mulai cemas juga. Menurut sejumlah saksi mata, BTI dan Pemuda Rakyat bentrok dengan sejumlah petani penyewa tanah di sebuah desa dekat Saren. Para petani itu merasa sudah dapat jaminan keamanan dari pemerintah untuk menggarap sawah, karena merekalah yang resmi memenangkan hak sewa tanah ketika tanah itu dilelang ulang beberapa tahun lalu. Tetapi itu tidak diakui orang-orang BTI. keadaan tegang commit to user mereka dibentengi polisi, hansip, dan juga pemuda Marhaenis. Tapi
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
kalah banyak. Kerumunan BTI dan Pemuda Rakyat lebih besar. Waktu sengketa dibawa ke meja negosiasi di Balai Desa terdekat, ribuan orang mengepung desa. Petani yang merasa direbut tanahnya dan pemerintah daerah setempat tidak bisa melawan. Mereka diam-diam memanggil bantuan Brimob dari Klaten. Untung seseorang dari kecamatan berhasil melerai dan tak terjadi pertumpahan darah. Orang itu bubar bahkan sebelum Brimob sampai di lokasi kejadian (Laksmi Pamuntjak, 2013:143). Konflik tanah antara BTI dan Petani penyewa tanah tidak dapat diselesaikan secara baik. Pihak yang terlibat konflik ingin memenangkan konflik dengan melakukan perlawanan. Sebenarnya tanah yang diperebutkan antara BTI dan penyewa tanah dapat diselesaikan secara baik. Adapun hal tersebut dikarenakan terjadi kesalahpahaman. Petani penyewa tanah merasa tanah tersebut sudah menjadi miliknya dengan alasan sudah mendapat jaminan keamanan dari pemerintah untuk menggarap sawah. Secara resmi petani sudah memenangkan hak sewa tanah ketika tanah itu dilelang ulang. c. Konflik yang berkaitan dengan sistem pendidikan 1) Mahasiswa dan Anggota PKI Konflik antara mahasiswa dan anggota PKI terjadi di Yogyakarta. PKI melakukan penyerangan dan menyebabkan mahasiswa terhalang untuk melakukan aktivitasnya. Mereka tidak lagi dapat membaca di perpustakaan dan sebagian mahasiswa yang akan melanjutkan belajar ke Amerika gagal. Mahasiswa gagal melanjutkan belajar ke Amerika karena program dihentikan oleh pemerintah. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik melukai psikologis lawan konflik. Luka psikologis dirasakan oleh pihak yang terlibat konflik dengan adanya perasaan malu dan kecewa. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan pihak yang commit user melanjutkan ke Amerika akan terlibat konflik. Mahasiswa yang gagaltountuk
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami stres, marah, kecewa, dan emosional. Kelompok konflik destruktif bahwa perselisihan yang terjadi antara pihak yang terlibat konflik tidak dapat diselesaikan secara baik dan konflik berlangsung lama. Adapun hal tersebut dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Amba membalas, Di Yogya seperti itu juga, Mas. Aku tidak akan dapat lagi membaca di Perpustakaan Jefferson. Perpustakaan itu diduduki massa, ditutup ormas-ormas PKI. Keadaan makin revolusioner, kata saudaramu, Wardi. Beberapa orang temanku tidak jadi melanjutkan belajar di Amerika, karena program dihentikan pemerintah. Kasihan juga, ada yang putus asa, karena kecewa dan malu ( Laksmi Pamuntjak, 2013:150). Sebelum G30S meletus banyak konflik yang muncul. Anggota PKI melakukan pemberontakan di depan perpustakaan, sehingga mahasiswa tidak dapatbelajar dan membaca. Konflik selanjutnya adanya pemberhentian program belajar ke Amerika. 2) Salwa dan Muridnya Konflik antara Salwa dan murid-muridnya dikarenakan program yang dipimpin Salwa berantakan dengan banyaknya murid yang bolos dan sistem pembelajaran yang tidak berjalan secara normal. Konflik disebabkan juga oleh keadaan politik yang tidak menentu dan keadaan yang tidak nyaman. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa konflik yang dialami Salwa dan muridnya tidak menggunakan kekerasan fisik. Luka yang dialami oleh Salwa berupa perasaan kecewa dengan murid-muridnya yang sering bolos. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan Salwa. Salwa merasakan kecewa dan stres dengan adanya konflik tersebut. Kelompok konflik destruktif bahwa pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan baik. Konflik dibiarkan berlangsung lama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Hari-hariku di Universitas Airlangga masih agak berantakan Program yang kupimpin kembang kempis, murid-murid sering bolos dan kadang kelas harus kami tutup apabila jumlah murid yang datang terlalu sedikit. Aku bukannya tak sadar bahwa hal ini akan terjadi suatu hari, dengan kondisi politik yang begini tak menentu. Fakultas Pendidikan yang mendanai program pelatihan ini anggarannya semakin kecil, dan anggaran perjalanan adalah yang pertama dipotong. Lagi pula, jalan-jalan tak aman. Tak ada gunanya mencatat orang-orang yang barangkali punya uneg-uneg terhadap kita. Daftar itu tak akan ada habis-habisnya. Bahkan tetangga dan saudara bisa berbalik memusuhi kita (Laksmi Pamuntjak, 2013:182). Salwa merasakan kesulitan dalam menjalankan program yang dipimpinnya di Universitas Airlangga. Banyak murid tidak hadirdengan keadaan jalan yang tidak aman. Salwa mengalami konflik baru ketidakhadiran murid membuat anggaran pelatihan pogram tersebut semakin kecil. 3) Beasiswa LIPI Amerika Konflik beasiswa LIPI Amerika yang dihentikan secara tiba-tiba ditengah peristiwa G30S tahun 1965. Konflik itu memberi pengaruh negatif bagi Kirana terutama dalam kesehatan. Konflik tersebut mengakibatkan Kirana sebagai pihak yang terlibat konflik
mengalami stres dan kecewa. Adanya konflik tersebut
Kirana melakukan bunuh diri dengan merobek pergelangan tangan. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik melukai psikologis lawan konflik, yaitu stres dan rasa kekecewaan yang dialami kirana. Adapun hal itu dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Tetapi nasibnya berubah. Setahun sebelum Amba mengenalnya, di akhir tahun 1963, Kirana masih resah. Aku perlu menghirup udara baru, katanya kepada Amba. Maka ia mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa LIPI dan Ford Fondation-ia ingin belajar untuk mendapatkan beasiswa LIPI dan Foundation-ia ingin belajar di Amerika-dan ketika ia committahun to user1964, ia salah salah satu yang diberitahu, pada pertengahan
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
berhasil memperoleh beasiswa. Tapi Kirana pada akhirnya urung pergi menyongsong semua itu. Pogram itu dibatalkan. Pada suatu siang, anak Taroja itu merobek pergelangan tangannya dengan pisau (Laksmi Pamuntjak, 2013:151). Pembatalan program beasiswa LIPI secara tiba-tiba dipertengahan tahun 1964. Pembatalan secara tiba-tiba mengakibatkan Kirana sebagai mahasiswa yang mendapatkan beasiswa putus asa dengan pembatalan pogram dan tidak kuat menghadapi konflik dengan memilih bunuh diri. 4) Salwa Konflik Salwa mengenai sistem pendidikan terjadi dikarenakan terdapat tiga orang pelatih yang selama satu tahun belum diganti dan terpaksa diberhentikan dengan adanya pengayakan terhadap Manikebu di UNDIP dan Udayana. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Pihak yang terlibat konflik, yaitu Salwa tidak melakukan kekerasan dan melukai fisik lawan. Salwa secara psikologis tergangggu dengan konflik tersebut. Konflik memberi pengaruh negatif bagi kesehatan Salwa bahwa Salwa merasakan lelah atas terjadinya konflik. Konflik yang dialami Salwa termasuk kelompok konflik konstruktif. Salwa senagai pihak yang terlibat konflik dapat mengatasi konfliknya dan konflik tidak berlangsung lama. Perselisihan Salwa dengan sistem pendidikan dapat dibuktikan dengan adanya kutipan berikut. Suasana pekerjaanku di Surabaya ini juga sedang tidak nyaman. Kamu tahu aku bukan tukang mengeluh, tetapi rasanya berhari-hari ini aku agak lelah. Ada tiga orang tenaga pelatih yang sudah setahun lebih belum diganti, setelah terjadi pengayakan terhadap ―Manikebu‖ di kampus mereka. Dua diantaraya dari UNDIP dan satunya dari Udayana; mereka terpaksa harus diberhentikan (Laksmi Pamuntjak, 2013:244). Salwa merasakan lelah dengan keadaan yang tidak nyaman dan adanya pergantian tenaga kerja secara tiba-tiba setelah terjadi pengayakan terhadap commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
―Manikebu‖. Konflik tersebut membuat Salwa mengalami tekanan secara psikologis. 5) Mahasiswa Sayap Kiri Konflik antara Mahasiswa sayap kiri yang diduga PKI. Konflik terjadi di Yogyakarta. Konflik yang dialami mahasiswa ini merupakan resolusi konflik dengan kekerasan. Pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dengan melukai lawan konflik dengan memukul. Konflik ini memberi pengaruh negatif, yaitu konflik yang terjadi mengeluarkan biaya berupa energi fisik dan berupa energi psikologis. Energi fisik yang dikeluarkan oleh pihak yang terlibat konflik yang melakukan pemukulan. Konflik mahasiswa sayap kiri termasuk konflik destruktif. Mahasiswa sayap kiri sebagai pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik dengan baik, dikarenakan dalam penyelesaian konflik pihak yang terlibat konflik melukai lawan konflik dan konflik berlangsung lama, serta hubungan pihak yang terlibat konflik menjadi jauh. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. ―Candu, ―guman Manalisa. ―Sesuatu yang bisa menyenangkan.‖ Gelombang ketiga itu dapat direkonstruksi cerita tentang Yogya di tahun 1965, pada hari ketika para mahasiswa Sayap Kiri dipukuli di loronglorong dan pelataran universitas mereka. ―Saudara saya itu bercerita pada hari itu ia kehilangan perempuan yang ia cintai, pada hari ketika ia juga dipukuli, di tengah kerumunan orang, dengan selak senapan begitu dekat di telinga (Laksmi Pamuntjak, 2013:61). Penyelesaian konflik yang terjadi pada mahasiswa sayap kiri dilakukan dengan kekerasan serta penyiksaan. Mereka melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama manusia tanpa menggunakan perasaan. Kekerasan diperlihatkan commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam menyelesaiakan setiap konflik untuk memperoleh kemenangan dan kepuasan oleh pihak konflik. 3. Konflik Ekonomi dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak Konflik ekonomi terjadi di masyarakat disebabkan gagalnya panen dan terjadinya kemarau yang panjang di Indonesia. Gagalnya panen mengakibatkan harga bahan pokok menjadi tinggi dan menghilang di pasar. Peristiwa ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan karena konflik ekonomi yang terjadi di masyarakat menimbulkan luka secara psikologis. Masyarakat mengalami gangguan kesehatan dengan adanya konflik ekomomi tersebut. Konflik memberikan pengaruh negatif dalam masyarakat. Masyarakat mengalami gangguan kesehatan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok secara baik. Masyarakat kecewa dengan mahalnya harga bahan pokok. Kelompok konflik destruktif karena konflik ekonomi yang terjadi menimbulkan konflikkonflik baru dan kerusakan, serta berakhir dengan pembantaian pada saat peristiwa G30S. Konflik ekonomi menjelang peristiwa G30S dapat dilihat dari kutipan berikut. Suara-suara yang separuh ia mengerti, separuh tidak, tentang kelas-kelas yang ditinggalkan anak-anak petani penggarap, guru-guru yang tidak dapat surat pengangkatan, sekolah-sekolah yang kekurangan buku, anakanak muda desa yang tidak lagi mau belajar tetapi berbaris-baris berpakaian seragam seperti mau berperang, tentang panen yang gagal, bahan-bahan pokok yang menghilang dari pasar, tapi Saudara-saudara, kita setia kepada Revolusi, kepada Bung Karno, kepada Nasakom, kita tidak boleh dihasut musuh-musuh Revolusi, laksanakan Pendidikan Pancawardana, jangan biarkan kebudayaan imperialis…(Laksmi Pamuntjak, 2013:123). Kutipan
diatas
memperlihatkan
beberapa
konflik
yang
terjadi
dimasyarakat salah satunya dari segi ekomomi yang kekurangan, sehingga commit user dengan tentram dan makmur. membuat hidup masyarakat tidak dapatto hidup
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
Masyarakat mengalami kecemasan dengan politik yang tidak menentu bahkan bahan pokok yang menghilang dari pasar dan mahalnya harga pokok mengakibatkan masyarakat tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. 4. Konflik Agama dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak a. Konflik Agama Islam dan Kristen Konflik Agama Islam dan Agama Kristen terjadi di Pulau Buru. Konflik ini terjadi disebabkan adanya perbedaan keyakinan antara orang Islam dan Kristen. Konflik terjadi dikarenakan uang kampanye partai Golkar yang seharusnya dibagi dihabiskan oleh Acang yang beragama Islam. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan. Pihak yang terlibat konflik melakukan kekerasan dengan melukai dan membunuh lawan konflik. Pihak konflik, yaitu bernama Sabas beragama Kristen membunuh orang Islam bernama Acang. Luka fisik yang dialami Acang di bagian tubuh tepatnya di dada berlubang karena tembakan yang dilakukan Sabas. Melihat hal tersebut Bhisma memiliki keinginan untuk menolong Acang yang ditembak oleh Sabas. Sabas melakukan kekerasan terhadap Bhisma dengan menendang bagian perutnya dan menghantam mukanya dengan batang pohon. Sabas ketakutan melihat Bhisma yang masih dapat berdiri tegak akhirnya ia menembak Bhisma dengan luka berupa lubang peluru di jidatnya. Konflik ini memberikan pengaruh negatif, yaitu pihak yang terlibat konflik terutama Sabas mengeluarkan energi fisiknya untuk menyerang lawan konfliknya sampai mati. Biaya energi psikologis juga dikeluarkan oleh Sabas yang merasakan ketakutan setelah membunuh Bhisma. Kelompok konflik destruktif pihak yang terlibat konflik tidak dapat mengatasi konflik secara baik dan menimbulkan commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerugian masing-masing pihak konflik. Perselisihan antara agama Islam dan Kristen dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Orang itu hanya menyebut dirinya Sabas. Ia seorang pemuda Kristen berumur 26 tahun, seorang bekas mahasiswa Jurusan Oseanografi Universitas Patimura. Ia bertubuh tinggi, pernah terlibat dalam beberapa kekerasan melawan orang-orang Islam di Ambon sejak Januari 1999, juga di Tobelo, Halmahera, dan kemudian mengungsi ke Buru. Beberapa saat sebelum ia membunuh Bhisma ia menembak mati seseorang di balik barisan pohon-pohon meranti. Korbannya seorang Muslim, seorang ―acing‖, (di sini Sabas memakai kata itu), tetapi persoalan mereka, menurut pengakuan pemuda itu tak ada hubungannya dengan agama. ―Karena pengkhianatan, Pak.‖ Maksud pemuda itu, si Muslim menghabiskan uang yang seharusnya dibaginya separuh kepadanya-uang yang didapat dari sebagian dana kampanye Golkar di Buru. Saat itu Bhisma sedang lewat di bagian hutan itu dan mendengar suara pertengkaran mereka. ketika ia mendekati, si Muslim sudah tergeletak dengan dada berlubang. Si Kristen menggunakan pistol semi-otomatik HK VP760M yang didapatnya dari seseorang di Timor Leste. Si ―acing‖ tak sempat menggunakan pedang pendeknya. Bhisma bergegas maju mencoba menolongnya, tak mempedulikan si pembunuh yang masih berdiri di tempat itu. Ketika ia mendekat dan membungkuk kearah si korban, Sabas menendang perutnya dengan keras (Laksmi Pamuntjak, 2013:467). Konflik agama Islam dan Kristen. Konflik disebabkan orang Kristen menghancurkan rumah milik seorang Muslim. Konflik tersebut menimbulkan konflik baru antara orang yang beragama Islam dan Kristen. Orang yang beragama Islam membantai beberapa orang Kristen di sebuah pabrik Plywood. Konflik ini termasuk konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik saling membunuh dan membakar di pulau-pulau Maluku. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dalam segi biaya, merusak hubungan dan komunikasi antara pihak yang terlibat konflik dan kesehatan pihak yang terlibat konflik. Pihak yang terlibat konflik mengeluarkan biaya energi fisik dengan melakukan penyerangan dan pembunuhan terhadap lawan konflik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
Hubungan antara pihak yang terlibat konflik menjadi rusak dengan adanya perasaan benci, tidak senang, dan marah yang ada pada orang yang beragama Islam dan Kristen. Kesehatan pihak yang terlibat konflik mengalami gangguan akibat emosional yang dialami dengan adanya konflik tersebut. Konflik antara agama Islam dan Kristen termasuk kelompok konflik destruktif. Interaksi konflik antara penganut agama Islam dan Kristen berlangsung lama. Hubungan antara penganut agama Islam dan Kristen semakin jauh. Penganut agama Islam dan Kristen mengatasi konflik menggunakan manajemen konflik berupa kekuatan serta kompetisi untuk memenangkan konflik tersebut. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Akhir Desember 1999. Beberapa bulan setelah orang Islam dan orang Kristen saling membunuh dan membakar di pulau-pulau Maluku, di Buru Utara sekelompok orang Islam membantai beberapa orang Kristen di sebuah pabrik plywood, setelah orang Kristen menghancurkan sebuah rumah milik seorang muslim. Beberapa bentrokan meledak dan 170 bangunan di pulau itu dihancurkan. 43 orang mati dan 39 luka-luka (Laksmi Pamuntjak, 2013:465). Konflik agama Kristen dan Islam mucul adanya masalah antara pekerja Islam dan Kristen. Konflik tersebut merupakan resolusi konflik yang menuju kekerasan pihak yang terlibat konflik memberitahu orang-orang yang didekatnya yang menimbulkan konflik menjadi besar. Konflik ini memberikan pengaruh yang negatif bagi pihak yang terlibat perselisihan dikarenakan konflik tersebut merusak hubungan antara pihak konflik khususnya orang yang beragama Islam dan Kristen seluruhnya. Hubungan antara orang beragama Islam dan Kristen akan rusak dengan perasan benci, marah, dan tidak senang. Perselisihan tersebut termasuk kelompok destruktif bahwa interaksi konflik masih berlangsung dan pihak yang terlibat konflik semakin jauh. Pihak commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terlibat konflik untuk mengatasi konflik menggunakan kekuatan sehingga merusak kehidupan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Kejadian bermula tanggal 22 Desember. Ada pertengkaran antara seorang pekerja beragama Kristen dan sorang pekerja beragama Islam. Petugas keamanan sudah mendamaikan mereka. mula-mula diduga persoalan sudah selesai. Tetapi rupanya buruh Kristen itu tetap marah, dan ketika ia menceritakan kejadian itu kepada orang sedesanya, mereka ikut marah. Mereka datang beramai-ramai dan membakar rumah penduduk Muslim. Kelompok-kelompok Islam bersiap membalas dengan mempersenjatai diri (Laksmi Pamuntjak, 2013:470). Kutipan di atas menunjukkan adanya konflik yang terjadi antara agama Islam dan Kristen. Konflik disebabkan adanya konflik terdahulu. Pihak yang terlibat konflik dalam keadaaan marah dan emosional. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan orang beragama Islam menggunakan kekerasan dengan melukai seorang ibu yang beragama Kristen. Kekerasan dilakukan dengan menyerang dan menebas bahunya dengan pisau panjang. Kekerasan tidak hanya dilakukan pada seorang ibu yang beragama Kristen, tetapi bayinya juga ikut terbunuh. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik, yaitu adanya konflik antara pekerja beragama Islam dan beragama Kristen menjadikan hubungan antara semua orang yang beragama Islam dan Kristen menjadi rusak serta nyawanya menjadi terancam. Konflik antara pekerja beragama Islam dan Kristen termasuk kelompok konflik destruktif. Pekerja Islam dan Kristen sebagai pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan konflik secara baik dan menggunakan kekuatan untuk memenangkan konflik dengan melakukan penyerangan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
Kemudian para penyerang datang kembali dan memaksa keluar orangorang yang masih bersembunyi di lantai dua. Hanya sedikit yang bisa selamat. Salah satu dari mereka bercerita ia melihat seorang penyerang menanyai wanita yang sedang menggendong bayinya apakah ia Obed atau Acang. Ibu itu menjawab, ―Obed,‖ dan segera penyerang itu menebas bahunya dengan pisau panjang. Seperti ibunya, bayi itu juga terbunuh (Laksmi Pauntjak, 2013:470). Kutipan diatas memperlihatkan bahwa pembunuhan yang dilakukan manusia atas manusia lain semenjak peristiwa tahun 1965 sudah menjadi hal yang wajar. Kata obed digunakan untuk panggilan orang beragama Kristen, sedangkan acang adalah panggilan bagi orang yang beragama Islam. Perbedaan keyakinan antara penganut agama Islam dan Kristen menimbulkan perpecahan dan pembunuhan secara kejam. b. Konflik Aliran Agama Islam NU dan Muhammadiyah Konflik agama antara pemeluk agama Islam yang beraliran NU dan Muhammadiyah. Konflik tersebut dialami oleh ibu dan bapak Salwa yang masingmasing berasal dari keluarga Islam dengan aliran berbeda, yaitu NU dan Muhammadiyah. Perbedaan itu menimbulkan pertentangan atau konflik ajaran Muhammadiyah mengenai bacaan salat yang digunakan berbeda dengan NU. Bacaan ketika akan mendirikan salat dengan tidak mengucapkan niat diawali ushalli yang biasa digunakan NU ketika mengucapkan niat salat mengakibatkan ibu Salwa tidak mengizinkan Salwa, adiknya, dan suaminya untuk mendirikan salat di masjid. Jenis konflik agama yang terjadi antara para penganut agama yang sama disebabkan penganut agama memiliki perbedaan dalam menafsirkan kitab suci atau ajaran agama oleh para pemimpin agamanya masing-masing. Konflik ini termasuk dalam jenis konflik realistis, yaitu konflik yang terjadi dikarenakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
terdapat perbedaan dan ketidaksepahaman cara pencapaian atau mengenai tujuan yang akan dicapai. Konflik tersebut memberikan pengaruh negatif berupa perpecahan antara umat muslim dalam agama Islam dengan adanya perbedaan dalam pemahaman ajaran Islam. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu pihak yang terlibat konflik melukai fisik lawan konflikdan melukai psikologis lawan. Konflik ini termasuk kelompok konflik kostruktif pihak yang terlibat konflik melakukan penyelesaian. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Orangtua Salwa adalah dua kutub. Bapak pemilik perusahaan mebel kecil-kecilan dan kepala cabang Muhammadiyah setempat, ibu anak kiai dan pengurus teras NU di sana. Mereka tak henti-hentinya berselisih tentang politik dan agama, meskipun tidak selamanya dengan kata-kata. Setiap kali ada yang memberitahu Bapak bahwa iman di masjid dekat rumah berasal dari aliran agama lain, ia akan memerintahkan Salwa dan adik-adiknya pulang dan sembahyang di rumah. Di rumah, Ibu menggerutu: bagaimana sembahyang yang benar kalau imannya tidak mengucapkan ushalli. Bapak tiba-tiba berhenti bicara. Ia tidak Nampak marah. Perbedaan itu biasa, begitu kira-kira pesan yang ia ingin sampaikan, tapi laki-laki tetap berkuasa (Laksmi Pamuntjak, 2012:114). Konflik agama antara Amba dan Pak Baedowi guru agama muncul disebabkan Amba sebagai orang beragama Islam tidak mampu menghafal Quran. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan yaitu Pak Baedowi tidak melukai fisik Amba, melainkan melukai psikologis Amba dengan mengatakan bahwa Amba sebagai masyarakat Kadipura tidak mau menghafal Quran dan lebih suka macapatan. Konflik juga memberikan pengaruh negatif dalam segi kesehatan serta merusak hubungan antara Amba dan guru agamanya. Hubungan antara Amba dan Pak Baedowi menjadi rusak dengan adanya perasaan tidak senang,marah, dan benci yang terjadi diantara keduanya. ―Pak‖, kata Amba, suaranya gusar. ―Guru agamaku marah sama aku. Ia commit to user bilang aku ndak mau belajar Quran. ―Kamu memang ndak mau belajar?‖
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
―Yam au, Pak, tapi menghafal huruf Arab itu sukar sekalai.‖ Sudarminta dian. ―Pak Baedowi bilang orang harus bisa melafalkan Quran dengan baik. Itu tanda iman. Jangan seperti orang-orang Kadipura yang sukanya macapatan tetapi tidak mengenal agama, katanya (Laksmi Pamuntjak, 2013:106). Kutipan di atas menunjukkan bahwa orang Kadipura dalam hal macapatan lebih kuat dibandingkan menjalankan ibadah. Perselisihan tersebut menimbulkan perpecahan pihak yang terlibat konflik, yaitu antara Amba yag merupakan orang Kadipura dan guru agamanya. c. Konflik Masyarakat dalam agama Konflik agama yang terjadi pada Bhisma disebabkan Bhisma tersentuh mendengar tafsir dari Al Araf, ayat 6 dari Al-Quran. Bhisma mengalami konflik agama, ia merasa tersentuh oleh pohon, burung, dan air sungai. Bhisma menegaskan bahwa ia tidak beragama. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik terutama Bhisma tidak mengalami luka fisik, luka secara psikologis ia merasakan kebimbangan dengan konflik yang dihadapinya. Konflik ini memberi pengaruh negatif bagi kesehatan Bhisma dengan rasa tersentuh hatinya. Seseorang yang hidup tanpa agama tidak akan mengalami ketentraman. Kelompok konflik destruktif bahwa pihak yang terlibat konflik akan mengalami konflik baru dikarenakan ia tidak memiliki agama. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Aku merasa sangat melodramatis mengatakan ini semua, tetapi aku tidak mengada-ada. Kamu tahu aku bukan orang yang religius; dulu aku malah suka menegaskan diri bahwa aku tidak beragama untuk menentramkan diri dari apa yang diduga sejawatku tentang aku. Tetapi akhir-akhir ini aku merasa, berteduh dalam kesendirian juga sebuah pengalaman religius (Laksmi Pamuntjak, 2013:422). commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konflik agama yang terjadi pada Amba yang tidak mengerjakan ibadah salat subuh sebagai seorang yang beragama Islam. Amba memilih membaca sajak dikarenakan bagi Amba sajak adalah sebentuk doa.Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik tidak mengalami kekerasan secara fisik,namun secara psikologis Amba terganggu ia tidak melaksanakan salat yang merupakan kewajiban seorang umat Muslim. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik dalam segi kesehatan Amba akan jatuh sakit karena ia tidak tidur dan membat sajak. Kelompok konflik destruktif konflik yang terdapat pada diri Amba berawal dari hubungannya dengan Salwa konflik semakin membuat hubungannya semakin jauh bahkan ia lupa wajah Salwa. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Suatu hari buliknya mengatakan bahwa suara-suara dari kamarnya semakin kerap dan semakin bermakna: derit kursi sepanjang malam, derak ranjang yang menegaskan keresahannya ketika ia sedang insomnia, suaranya yang tetap saja terdengar sayup-sayup dari ruang duduk ketika ia membaca puisi bahasa Inggris dini hari. ―Kamu ini lucu, ― kata perempuan separuh baya itu,‖orang lain mengistirahatkan otak di malam hari, kamu malah menggenjotnya. Orang lain salat subuh sebelum matahari terbit, kamu malah baca sajak‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:155). Konflik agama dialami oleh keluarga Sudarminta. Sesama agama Islam yang memiliki perbedaan dalam melakukan ibadah dapat menimbulkan konflik tersendiri. Agama Sudarminta adalah Islam kejawen, yaitu percampuran agama Islam dan budaya Jawa. Sudarminta melakukan puasa mutih yang sebenarnya tidak ada dalam agama Islam. Perselisihan tersebut termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa perbedaan yang dialami Sudarminta dalam melaksanakan ibadah tidak menimbulkan luka fisik pihak konflik. commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konflik memberikan pengaruh negatif bagi pihak yang terlibat konflik, yaitu antara masyarakat dan Sudarminta dengan adanya perbedaan tersebut. Hubungan antara mereka menjadi rusak. Konflik konstruktif bahwa pihak yang terlibat konflik dapat mengatasi konflik dengan baik, yaitu saling dapat menghargai dengan adanya perbedaan pelaksanaan ibadah agama Islam tersebut. Perselisihan agama dalam keluarga Sudarminta dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Lalu pembicaraan beralih ke latar belakangan Ibu, yang entah mengapa berubah dari dirinya sehari-hari, dan tiba-tiba saja bercerita tentang bapaknya yang juga kepala sekolah dan pemuja Ranggawaisita, bagaimana ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga Islam Kejawen yang melatih anak-anaknya sesirik dan mutih dan berpuasa sebulan penuh pada bulan ramadhan. (Laksmi Pamuntjak, 2013:133). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Sudarminta sebagai pemimpin rumah tangga mengajari anak-anaknya untuk melakukan puasa mutih. Puasa mutih tidak terdapat dalam cara beribadah agama Islam. Sudarminto masih mencampur tradisi Jawa dan agama Islam. 4. Konflik Budaya dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak a. Budaya Kekerasan Konflik budaya kekerasan. Budaya kekerasan dilakukan dengan sadar oleh masyarakat Indonesia menjelang tahun 1965. Budaya kekerasan muncul akibat adanya beberapa konflik yang tidak dapat diselesaikan secara baik, sehingga konflik memuncak dan banyak korban pembunuhan. Tindakan kekerasan berupa pembunuhan dan penyiksaan, penangkapan, dan hukuman di Pulau Buru pada waktu terjadi G30S.
Kekerasan luar biasa dilakukan antar manusia dalam
menyelesaikan setiap konflik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
Perbedaan ideologi yang terjadi pada masyarakat mengakibatkan anggota masyarakat terpecah menjadi golongan antara PKI dan PNI. Konflik yang dialami Pemerintah dalam menghadapi masyarakat diselesaikan dengan mengadakan perubahan dan mengadakan G30S yang bertujuan menghancurkan PKI demi kesatuan masyarakat Indonesia. Adapun hal tersebut secara tidak langsung menumbuhkan budaya kekerasan dalam masyarakat. Dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Di detik itu sebuah tembakan terdengar. Sebuah lagi. Sebuah lagi. Bhisma memeluk Amba dan tiarap mengikuti yang lain di deretan depan. Amba tidak tahu dari mana dan ke mana senjata itu diarahkan. Dalam gelap ia melihat semburan api, suara tembakan lagi lalu mendadak sebuah cahaya yang menyilaukan menerangi seluruh pekarangan depan. Beberapa lapis orang dengan bedil yang ditodongkan menyerbu masuk. Dari dalam gedung kaleng-kaleng dan palang besi menahan serbuan. Selintas Amba melihat Yahya di barisan itu, jaket militernya berkibar. Tak lama. Ada suara tembakan, pukulan, bentakan dan betapapun tubuh tersungkur (Laksmi Pauntjak, 2013:268). Kutipan di atas menunjukkan bahwa peristiwa gerakan G30S yang bertujuan menghancurkan PKI dengan melakukan penangkapan, pembunuhan, dan penyiksaan terhadap anggota yang di duga PKI termasuk tindakan kekerasan. Penghancuran PKI menimbukan dampak yang besar bagi masyarakat yang dituduh sebagai anggota PKI, padahal bukan anggota PKI. Diperlihatkan dengan tokoh Amba yang sama sekali bukan termasuk anggota PKI akan tertangkap dan disiksa seperti angggota PKI disebabkan berada ditempat yang salah. b. Budaya Jawa Konflik budaya dialami oleh Amba. Masyarakat Jawa mempercayai halhal yang belum tentu kebenarannya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kepercayaan mengenai hari Kamis yang memiliki perbedaan dengan hari lain. to user Sebagian besar masyarakat Jawacommit meyakini saat hari Kamis tidak boleh makan
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sambal yang nantinya akan digigit ular. Selanjutnya hari Kamis tidak boleh bepergian kearah Timur. Perselisihan ini termasuk konflik tanpa kekerasan tidak terdapat penyerangan dan luka fisik yang dialami oleh pihak konflik. Pertentangan budaya memberikan pengaruh yang positif. Bagi Amba pengaruh positifnya, yaitu dengan adanya konflik tersebut Amba menciptakan perubahan dan pengembangan terhadap pola pikir masyarakat Indonesia agar lebih maju dalam berpikir bagi kelangsungan hidupnya. Pengaruh positif selanjutnya adalah meningkatkan kreativitas untuk berpikir kritis dengan tidak langsung mempercayai hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Kelompok konflik konstruktif bahwa pihak yang terlibat konflik dapat menyelesaiakan perbedaan secara baik, yaitu diperlihatkan oleh Amba dengan pikirannya yang luas dan tidak mempercayai hal-hal yang tidak dijamin akan kebenarannya. Kepercayaan yang dipercayai masyarakat Jawa dapat dilihat dari kutipan berikut. Ada apa tentang hari Kamis? Mengapa Kamis? Lalu, pelan-pelan, ia melihat sebaris kalimat pada jendela: Seandainya hari ini kalian makan sambal dan hari ini juga kalian akan digigit ular, kalian harus ingat bahwa ini Kamis. . . .Apa bedanya Kamis dan hari-hari lain? Sejurus kemudian, ia ingat kalimat berikutnya: Pada hari-hari tertentu harus dihindari bepergian ke timur sebab membawa sial. Kalian tetap bisa pergi ke timur, Cuma lewat barat dulu. Senyum merekah di wajah Amba. Orang zaman dulu belum tahu kereta api. Dan lalu ia ingat mengapa Kamis. Kamis adalah hari kelahirannya (Laksmi Pamuntjak, 2013: 157). Orang-orang Jawa memiliki kepercayaan mengenai hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Amba termasuk orang Jawa, tetapi berbeda
dan tidak
percaya terhadap hal-hal yang tidak dapat di buktikan kebenarannya. Ia menertawakan hal-hal yang baginya tidak masuk akal.
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Ideologi Amba Konflik budaya terjadi pada Amba dikarenakan Amba sebagai wanita Jawa memiliki pemikiran untuk tidak menikah. Amba memunculkan konflik budaya bahwa sebagai perempuan ia tidak ingin menikah. Menurut Amba pernikahan
hanya
akan
membuat
laki-laki menginjak-injak
kehormatan
perempuan. Bagi Amba laki-laki akan lebih berkuasa memanfaatkan perempuan setelah menikah. Laki-laki juga akan melakukan hubungan terhadap perempuanperempuan lain dan menggunakan pernikahan sebagai alasan agar perempuan simpanannya tutup mulut. Bagi budaya Jawa perempuan harus lemah lembut dan menuruti perintah suami. Pernikahan termasuk kebudayaan yang dilakukan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia khususnya laki-laki dan perempuan melakukan pernikahan untuk memiliki seorang anak yang nantinya akan menjadi generasi baru bagi bangsa Indonesia. Konflik termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa pihak yang terlibat konflik tidak melakukan kekerasan. Pihak yang terlibat konflik melukai lawan konflik secara psikologis. Lawan konflik merasakan sakit hati dengan pemikiran Amba. Konflik memberikan pengaruh negatif dan positif. Pengaruh negatif yang dimunculkan adanya konflik tersebut yaitu merusak hubungan dan komunikasi antara pihak yang terlibat konflik dengan hadirnya perasaan marah. Kelompok konflik destruktif bahwa pihak yang terlibat konflik menjadikan interaksi konflik semakin rumit tanpa ada penyelesaian dan memunculkan konflik baru nantinya. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Amba masuk ―Bagian A‖─bahasa. Ini adalah bidangnya dan Bapak. commit to user Baginya hal ini terpenting untuk dijalani dalam kehidupannya. Sebab
perpustakaan.uns.ac.id
133 digilib.uns.ac.id
kelak akhirnya akan nada sesuatu yang bisa ia tunjukkan pada dunia: adalah Bapak yang sesungguhnya menurunkan nilai-nilainya padaku; dan aku akan menyempurnakannnya hingga aku tak akan pernah butuh lakilaki dalam hidupku (Laksmi Pamuntjak, 2013:127). Amba menjadi perempuan yang kuat tidak lemah dikarenakan ilmu yang didapatnya dari Sudarminta. Amba berusaha menjadi wanita yang kuat dan tidak terikat dengan seorang laki-laki, sehingga ia memiliki ideologi untuk tidak menikah seperti yang dilakukan oleh perempuan Jawa. d. Perjodohan Konflik budaya perjodohan antara Amba dan orang tuanya. Konflik Amba dan orang tuanya termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Amba dan orang tuanya sebagai pihak konflik tidak mengalami luka secara fisik, tetapi mengalami luka secara psikologis. Luka secara psikologis diperlihatkan oleh Amba yang merasakan tekanan karena masih belum memiliki keinginan menikah. Selanjutnya luka psikologis yang dialami Nuniek, yaitu rasa sedihnya yang melihat Amba menolak untuk dijodohkan dan lebih memilih melanjutkan ke perguruan tinggi. Konflik memberikan pengaruh negatif dari segi kesehatan Nuniek yang menurun. Penyebabnya adanya perasaan cemas Nuniek diusia 18 tahun Amba belum menikah. Kelompok konflik konstruktif bahwa pihak yang terlibat konflik mampu menyelesaikan secara baik. Amba dengan berat hati menuruti orang tuanya untuk bertemu Salwa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Saat itu terjadi ketika Amba baru saja ulang tahun ke delapan belas. Delapan belas dan belum menikah. Di Kadipura itu berarti perawan yang tidak laku. Nuniek dan Sudarminto tahu itu, meskipun mereka tetap cemas: Bagaimana kalau anak itu memberontak, bagaimana kalau ia melarikan diri seperti Srimulat, bagaimanapun juga ia masih terlalu muda untuk dijodohkan (Laksmi Pamuntjak, 2013:126). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
134 digilib.uns.ac.id
Nuniek menjodohkan Amba dan Salwa. Nuniek merasa usia Amba yang sudah 18 tahun seharusnya sudah menikah. Usia 18 tahun sudah termasuk usia tua bagi perempuan yang belum menikah. Nuniek sangat kecewa mengetahui Amba lebih memilih melanjutkan ke perguruan tinggi daripada menikah dengan seorang laki-laki yang sudah memiliki pekerjaan seperti Salwa. Akhirnya Nuniek berhasil memaksa Amba untuk menuruti keinginannya bertemu dengan Salwa dan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. e. Budaya Seks Bebas Konflik budaya dialami oleh Amba dan Bhisma. Konflik terjadi dikarenakan pihak yang terlibat konflik menimbulkan konflik. Konflik dilakukan secara sengaja oleh pihak yang terlibat konflik. Konflik tersebut dialami Bhisma dan Amba dengan melakukan hubungan sebagai sepasang suami istri tanpa adanya ikatan pernikahan. Amba dan Bhisma melakukan hubungan seks secara bebas. Budaya seks bebas yang dilakukan Amba dan Bhisma merupakan budaya luar, sedangkan Amba dan Bhisma merupakan masyarakat Indonesia yang seharusnya tidak melakukan hubungan seks bebas sebelum melakukan pernikahan. Konflik Amba dan Bhisma termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Amba dan Bhisma tidak melakukan kekerasan dengan melukai fisik. Konflik ini menimbulkan perasaan takut pada diri Amba jika orang tuanya mengetahui apa yang dilakukannya dengan seorang laki-laki tanpa pernikahan. Orang tua Amba akan marah dan mati dalam keadaan kecewa dengan adanya konflik tersebut. Konflik memberikan pengaruh negatif pada pihak yang terlibat konflik. Amba merasakan perasaan ketakutan sehingga konflik memberikan pengaruh negatif commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagi kesehatan Amba. Konflik Amba dan Bhisma termasuk kelompok konflik destruktif. Amba dan Bhisma tidak dapat menyelesaiakan konflik, sehingga konflik berlangsung lama. Konfik akan memunculkan konflik-konflik baru yang akan dialami oleh Amba dan Bhisma. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan berikut. ―Orangtuaku,‖ ujarnya dengan mata yang terasa jadi panas. ―Orangtuaku akan membunuhku. Dan membunuhmu. Atau mungkin akulah yang akan membunuh mereka, karena mereka orang-orang baik, orang-orang yang tak pernah menyakiti kucing atau anjing sekalipun, dan mereka akan mati sedih, mati kecewa, apabila ini semua mereka ketahui.‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:222). Kutipan di atas membuktikan bahwa konflik budaya yang dialami oleh Amba dan Bhisma dengan melakukan hubungan seks bebas akan menjadikan orangtuanya marah bahkan mati dengan rasa malu akibat perbuatan Amba. Hubungan seks secara bebas bukan kebudayaan Indonesia, sehingga budaya seks bebas yang dilakukan oleh orang Indonesia dapat menimbulkan konflik dan dampak yang besar bagi pihak yang terlibat konflik, serta keluarganya. Hal tersebut ditunjukan oleh tokoh Amba dan Bhisma setelah mereka melakukan budaya seks bebas diluar pernikahan. Amba memutuskan untuk tidak kembali ke Kadipura dan tidak bertemu dengan keluarganya selama-lamanya.
B. Wacana Konflik Sosial dan Politik dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak 1. Penulisan Nama Gerakan 30 September Tahun 1965 Penulisan nama pemberontakan yang terjadi pada tahun 1965 mengalami berbagai pertanyaan. Penulisan pemberontakan pada buku sejarah yang digunakan commit to user sebagai bahan ajar tingkat SD terutama kelas VI, SMP kelas IX, SMA kelas XI
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditulis G30S/PKI.
Melalui pendidikan sekolah negara melakukan kejahatan.
Pengetahuan anak-anak sudah ditanamkan bahwa PKI adalah satu-satunya dalang kudeta 1965 yang memakan enam jenderal. Tidak pernah diungkapkan berbagai versi lain mengenai G30S (Asvi Warman Adam, 2007:216). Pemerintah hanya mengizinkan satu versi mengenai peristiwa G30S. Pemerintah pada hakikatnya telah memanipulasi kebenaran. Pemerintah memakai dalih historis dengan menyatakan bahwa PKI melakukan pemberontakan tahun 1965. Sebenarnya sejarah pada masa Orde Baru terutama pada kasus tersebut bisa dipandang bagian dari alat represif. Adapun hal tersebut dikarenakan tuduhan PKI sebagai pemberontak menyebabkan partai dibubarkan dan tindakan represif dilakukan pemerintah terhadap anggota/simpatisan partai PKI bahkan keluarga mereka selama puluhan tahun (Asvi Warman Adam, 2007:6). Laksmi Pamuntjak lebih memiliki pemikiran netral dalam novel Amba menulis berbeda, yaitu
dengan tulisan G30S. Faktor yang melatarbelakangi
penulisan G30S dibandingkan G30S/PKI bagi Laksmi Pamuntjak adalah bahwa peristiwa pemberontakan yang terjadi tahun 1965 tidak hanya semata-mata disebabkan oleh angota PKI (Partai Komunis Indonesia), Laksmi tidak memihak siapa yang benar dan salah atas terjadinya pemberontakan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. ―Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tubuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.‖ Tapi meninggalkan kotanya.Di Kediri bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba si sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali. Dan mati (Laksmi Pamuntjak, 2013: halaman sampul belakang). commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan di atas memberikan wacana bahwa Laksmi lebih memberikan kebebasan kepada pembaca untuk menilai sendiri atas peristiwa pemberontakan yang mengakibatkan konflik yang berkepanjangan bagi masyarakat. Masyarakat Indonesia terbiasa mendengar bahkan menuliskan dengan tulisan G30S/PKI, karena buku sejarah yang dibacanya dan sumber pengetahuan yang diketahuinya menuliskan dengan nama G30S/PKI. Pemakaian istilah PKI di belakang kata Gerakan 30 September sulit dihilangkan dalam ingatan masyarakat. Surat
kabar
dan
majalah
yang
sudah
berpikiran
netral
sudah
menghilangkan kata PKI di belakang tulisan Gerakan 30 September, yaitu dengan menuliskan G30S. Penulisan G30S masih asing bagi masyarakat. Penulisan G30S masih asing bagi masyarakat dikarenakan masyarakat sudah terbiasa menuliskan dengan G30S/PKI selama puluhan tahun semenjak peristiwa itu terjadi. Penambahan istilah Gerakan 30 September dengan tanda baca garis miring dan kata PKI, menjadi G30S/PKI disatukan dan seakan tidak akan terpisah bahwa peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September berkaitan dengan PKI sampai akhir zaman. Penulisan G30S dalam sejarahtersebut dapat ditafsirkan bahwa PKI terlibat dan menjadi dalang dari peristiwa tersebut. 2. Tujuh Versi Dalang peristiwa G30S Tahun 1965 Tujuh versi yang beredar antara lain: 1) Partai Komunis Indonesia (PKI); 2) Angkatan Darat; 3) Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA) atau Pemerintah Amerika Serikat; 4) Rencana Inggris yang bertemu dengan rencana CIA; 5)Presiden Soekarno; 6) Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrat) Mayor Jenderal Soeharto; 7) Tidak ada dalang tunggal bahwa commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semua pihak yang terkait dalam peristiwa itu hanya bereaksi sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu (James Luhulima, 2006:1). a) Dalang Gerakan Tiga Puluh September Dalang G30S menurut berbagai pendapat bukan PKI, akan tetapi Soeharto. Hal tersebut masih perlu pembuktian. Terdapat dua fakta sejarah yang membuktikan bahwa Soekarno dalang di balik peristiwa G30S. Pertama fakta menyatakan bahwa sebelum Kolonel Infanteri Abdul Latief muncul ke depan dan mengungkapkan Panglima Kostrad Mayjen Soeharto sudah mendapatkan informasi tentang G30S beberapa jam sebelum peristiwa itu terjadi (James Luhulima, 2006:3). Pertemuan Kolonel Inf. Abdul Latief dan Mayjen Soeharto yang kedua terjadi di RSPAD pada tanggal 30 September 1965 pukul 22.00, beberapa jam sebelum aksi penjemputan paksa itu dilaksanakan. Kolonel Abdul Latief menuturkan, pada malam itu, ia menemui Mayjen Soeharto yang sedang menunggu anaknya yang dirawat karena tersiram sup panas. Dalam pertemuan itu, ia memberi tahu bahwa ia dan kawan-kawannya akan menjemput paksa para jenderal beberapa jam lagi. Soeharto, kata Latief, tidak memberikan komentar apa-apa, ia hanya mengangguk-angguk. Oleh Latief, hal itu dianggap sebagai dukungan, dan segera melaporkannya kepada Letkol Untung dan Brigjen M.S Supardjo. Sikap diam yang diperlihatkan oleh Soeharto menimbulkan kesan bahwa ia sengaja membiarkan perwira-perwira muda itu menyingkirkan jenderal-jenderal yang menjadi penghalang bagi dirinya untuk menduduki jabatan nomor satu di Angkatan Darat (James Luhulima, 2006:47-48). commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sikap diam Soeharto yang telah mengetahui bahwa pada tanggal 30 September akan terjadi sesuatu memberikan suatu wacana bahwa sikap yang ditunjukkan oleh Mayjen Soeharto seolah-olah membiarkan peristiwa itu terjadi agar ada orang mati dan supaya ia dapat bekuasa. Soeharto dengan sadar memanfaatkan kelompok G30S untuk menyingkirkan para Jenderal Angkatan Darat yang menjadi penghalang bagi perjalanan kariernya ke kursi Men/Pangad. Tidak hanya itu saja bahkan Soeharto menggunakan peristiwa G30S untuk menyingkirkan PKI, yang merupakan musuh Angkatan Darat, menjauhkan para kabinet, dan pengikut setia Presiden Soekarno, serta akhirnya mengambil alih kursi presiden yang diduduki Soekarno (James Luhulima, 2006:49). Soeharto membiarkan anak buahnya untuk menghantam Yani cs. Adapun hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar Soeharto dapat memakai dalih untuk menghantam PKI. Selanjutnya sebagai satu-satunya jenderal mengetahui dan bisa dengan mudah melakukan tindakan balasan. Penggerak G30S tidak mengira akan mendapat serangan balasan dari Soeharto. Jadi akhirnya yang dilakukan Soeharto adalah anak buahnya dikorbankan dan semua menjadi korban (Syamdani, 2001:165). Sebelum tanggal 30 September 1965 Soeharto namanya tidak pernah dikenal, pada tanggal 1 Oktober 1965 tiba-tiba muncul ke permukaan dan bersinar terang. Dengan langkah yang tepat dan dalam tempo yang singkat, Mayjen Soeharto berhasil menyingkirkan semua ―orang jahat‖ yang digambarkan berupaya menjerumuskan bangsa ini ke dasar jurang yang sangat dalam (James Luhulima, 2006:3-4). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
140 digilib.uns.ac.id
Kedua Soeharto berbohong mengenai penyiksaan biadab di luar batasbatas kemanusiaan yang dialami oleh para jenderal Angkatan Darat (termasuk Letnan Satu Pierre Tendean, Ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution) (James Luhulima, 2006: 10). Dalam berita media massa tanggal 4 Oktober 1965 siang digambarkan bahwa para jenderal Angkatan Darat mengalami penyiksaan di luar batas perikemanusiaan. Ada yang rusak wajahnya, hilang tanda kelaminnya, dan jari-jarinya, serta ada yang menyebutkan bahwa sebelum para jenderal dibunuh Pemuda rakyat dan Gerwani mengadakan pesta seks yang diakhiri dengan mencukil mata dan mengiris-iris tubuh dan kemaluan para jenderal (James Luhulima, 2006:10). Kebohongan yang dilakukan Soeharto merupakan propaganda yang dimaksudkan untuk menimbulkan suasana di dalam masyarakat bahwa apa saja boleh, sedangkan Soeharto mengetahui itu tidak benar. Hal tersebut sengaja dilakukan Soeharto untuk menghancurkan PKI dan pada akhirnya mendongkel Soekarno sebagai Presiden. Hasil visum et repertum pukul 00:30 dini hari disebutkan bahwa luka-luka berat dan ringan pada jasad para jenderal bukan diakibatkan oleh tembakan, terjadi karena benturan benda tumpul, seperti akibat pukulan popor senapan atau membentur pinggiran (dinding) sumur saat jenazah dilemparkan ke dalam sumur tua yang dalamnya 12 meter. Kelamin para jenderal masih utuh, tidak terdapat korban yang matanya dicungkil, dan tidak ada bekas irisan silet (James Luhulima, 2006:12). Kekejaman yang dilakukan oleh Gerwani dan Pemuda Rakyat yang merupakan organisasi massa yang bernaung di bawah payung PKI, membuat PKI commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
141 digilib.uns.ac.id
dan simpatiannya mulai diburu. Tuntutan agar Presiden Soekarno membubarkan PKI pun mulai marak disuarakan (James Luhulima, 2006:11). b) Enam Jenderal yang diculik Awalnya gerakan itu direncanakan hanya sebagai misi penjemputan paksa para perwira tinggi Angkatan Darat untuk dihadapkan kepada Presiden Soekarno, sama sekali bukan suatu gerakan berdarah yang akan memakan korban jiwa. Namun dalam kenyataanya, gerakan tersebut tidak sesuai dengan yang direncanakan yang telah disusun secara rapi sebelumnya. Enam jenderal tewas ditembak di tempat, yakni Letjen Ahmad Yani, Mayjen M.T. Haryono, dan Brigjen Sutoyo, dan Letnan Satu Pierre Tendean, ajudan Jenderal A.H. Nasution, ditembak mati di Desa Lubang Buaya. Ketujuh jenazah itu kemudian dibuang ke dalam sebuah sumur tua di desa tersebut (James Luhulima, 2006:73). Tidak ada seorang pun yang menolak bahwa penjemputan paksa dan pembunuhan para jenderal itu merupakan kejahatan paksa dan pembunuhan para jenderal itu merupakan kejahatan atas kemanusiaan. Para pelakunya layak dihukum seberat-beratnya, apa pun alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut. PKI sebagai partai bertanggung jawab atas pembunuhan para jenderal tersebut. Hal tersebut masih perlu ada pembuktian (James Luhulima, 2006:14). 3. Wacana Konflik Sosial dalam Amba Konflik sosial antarindividu yang dialami Pamudji menunjukan bahwa peristiwa Gerakan 30 September dan penangkapan terhadap anggota PKI pada tahun 1965 tidak semata-mata dilakukan terhadap anggota yang benar-benar termasuk PKI. Wacana yang diberikan yaitu bahwa penangkapan dan hukuman terhadap aggota PKI tidak semata-mata dirasakan anggota PKI, tetapi pihak yang commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bukan anggota PKI juga merasakan penderitaan dengan adanya peristiwa Gerakan 30 September. Pamudji adalah seorang anak yang tidak bersalah, namun menerima hukuman di Pulau Buru. Penyebab Pamudji ditahan adalah keinginannya bertemu dan tinggal dengan bapaknya ditahanan, tetapi ketika satu tahun bapaknya ditahan dan dibebaskan Pamudji tidak diberi izin untuk keluar dari tahanan tersebut dengan berbagai alasan bahwa pengurus tahanan yang terdahulu sudah pindah. Pamudji adalah tokoh yang memberikan wacana konflik politik, bahwa seseorang yang tidak bersalah sama sekali dan bukan termasuk anggota PKI dihukum dan merasakan penderitaan yang mendalam. Wacana yang terdapat dari konflik tersebut bahwa ketidakadilan secara nyata dirasakan oleh Pamudji. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Semua itu kembali ke kepalaku setiap kali aku ingat Pamudji. Umurnya 17 tahun; ketika tiga tahun yang lalu ia dikirim ke Buru, ia masih 14 tahun. Aku bertanya kepadanya bagaimana itu bisa terjadi. Ia bercerita, ia disuruh ibunya mencari bapaknya yang ditahan entah di mana, dan dengan tekun ia pergi dari satu tempat tahanan ke temapt tahanan lain. Ketika akhirnya ia menemukan si bapak di rumah tahanan Wates, ia tidak mau berpisah lagi, memutuskan ikut tinggal di penjara menemani orang tua itu. Tetapi ternyata bapak Pamudji tidak lama ditahan. Setelah setahun, ia dibebaskan; kesalahannya dianggap ringan, namanya ada dalam daftar calon anggota baru Serikat Pekerja Postel. Tetapi ia tidak bisa membawa Pamudji ikut keluar...(Laksmi Pamuntjak, 2013:445). Konflik sosial antarindividu antara Amba dan Ambika. Konflik tersebut memberikan wacana bahwa perempuan yang hidup menjelang peristiwa G30S sudah memiliki ideologi yang maju. Ideologi dan sikap yang ditunjukkan oleh Amba bahwa perempuan tidak boleh terlalu lemah dan mudah terayu kepada lakilaki, serta perempuan sebaiknya tidak menikah. commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pernikahan bagi Amba sama dengan menyerahkan harga diri kepada lakilaki. Konflik tersebut memberikan wacana bahwa perempuan yang hidup menjelang G30S sebenarnya sudah maju dalam segala hal, baik cara bersikap, berpikir, dan pendidikan. Amba dalam pendidikan sudah mencapai tingkat sarjana dan mengambil jurusan sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Amba lain. Ia acuh tak acuh. Ia tak tahan terhadap perempuan yang terlalu mudah dirayu, atau terlalu cepat merasa tersanjung oleh omongan laki-laki. ia tak punya kesabaran terhadap perempuan yang terlalu cepat merasa dirinya terinjak-injak, atau membiarkan arti hidupnya ditentukan oleh hubungannya dengan suami, calon suami,atau yang berharap jadi suami (Laksmi Pamuntjak, 2013:86). Konflik sosial antarindividu antara Amba dan Nuniek. Perselisihan tersebut memberikan wacana bahwa pada masa menjelang adanya gerakan G30S masih ada
perjodohan. Nuniek merasakan ketakutan pada usia Amba yaitu
setelah lulus SMA yang dianggap sudah waktunya untuk menikah. Adapun hal tersebut diperlihatkan oleh Nuniek yang menghendaki perjodohan antara Amba dan Salwa. Nuniek mengulang-ulangi ucapanannya mengenai sosok Salwa yang baginya seorang laki-laki baik. Nuniek merasakan kesedihan saat Amba menolak untuk dijodohkan dan memilih melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Perselisihan antara Amba dan Nuniek dapat dilihat dari kutipan berikut. ―Pak Bapak tahu pendapatku. Bagiku keinginannya tidak masuk akal, karena toh sekarang sudah ada Nak Salwa. Lha wong cari suami lebih susah daripada sekolah, kok dia malah maunya ndak butuh keluarga, ndak butuh pendamping. Tapi aku ndak cuma sedih soal itu. Aku takut sama anak itu, Pak. Aku ndak tahu apa yang sehari-hari berkecambuk di pikirannya. Aku coba mendekatkan diri, aku coba ngobrol-ngobrol sama dia, tapi aku bener-bener ndak ngerti anak itu Pak. Sorot matanya seperti mencemoohku, seperti mengatakan Ibu ini tahu apa?‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:130). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
144 digilib.uns.ac.id
Konflik sosial antarindividu antara Amba, Salwa, dan Bhisma. Perselisihan tersebut memberikan wacana bahwa pada saat menjelang peristiwa G30S terdapat kisah percintaan antara Amba, Bhisma, dan Salwa. Percintaan yang terjalin antara Amba dan Bhisma sangat rumit dengan adanya penghianatan yang dilakukan Amba kepada Salwa dan percintaan antara Amba dan Bhisma berakhir disaat peristiwa G30S. Bhisma ditangkap dan ditahan di Pulau Buru dan berpisah dengan Amba untuk selama-lamanya setelah menanamkan benih di perut Amba. Konflik yang menimpa Amba dengan adanya penangkapan terhadap Bhisma dapat dilihat dari kutipan berikut. ―Malam itu mereka bertiga menunggu pagi dan Amba menyembunyikan tangis. Apa yang terjadi pada Bhisma? Sempatkah ia melarikan diri? Tangisnya hampir meledak ketika Mayang terdengar berbisik-bisik sendiri dalam gelap, ―Mudah-mudahan banyak yang selamat. Mudahmudahan tidak ada yang tewas. Pembersihan besar-besaran pasti terjadi.‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:274). Konflik sosial antarindividu antara Musayid dan Ruli. Konflik tersebut memberikan sebuah wacana bahwa tapol yang ditahan di Pulau Buru mengalami berbagai konflik. Salah satu konfliknya adalah melakukan hubungan sesama sejenis. Kesalahan yang dilakukan oleh para tapol akan mendapat hukuman kekerasan hingga kematian. Musayid dan Ruli menjalin hubungan sesama sejenis dan berakhir dengan pembunuhan yang dilakukan Musyahid kepada Ruli. Pembunuhan tersebut disebabkan perasaan cemburu. Konflik kedua yang terjadi di Pulau Buru mengenai kehidupan para tapol yang tidak mendapat makanan sehat. Tapol untuk bertahan hidup terpaksa memakan kelabang hingga mengalami keracunan. Konflik ketiga yang terjadi dipulau Buru mengenai perselisihan yang terjadi antara anggota tapol satu dan commit user anggota tapol lain. Penghuni tapol lamato merasakan pengorbanan yang sangat
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar saat hidup pertama kali di Pulau Buru dan ia tidak terima dengan kehidupan tapol yang baru datang dapat hidup sedikit lebih baik dibanding tapol lama. Perselisihan antarkelompok tapol satu dan kelompok lainnya juga terjadi bahkan mengakibatkan pembunuhan antar tapol. Konflik keempat yang terjadi di Pulau Buru mengenai kehidupan para tapol yang mengalami penyiksaan, tetap bertahan hidup dengan keadaan yang buruk dan selalu menyiapkan kematian. 4. Wacana Konflik Politik dalam Amba 1) Keterlibatan Soeharto dalam G30S Mayjen Soeharto melalui radio menyiarkan bahwa G30S merupakan gerakan kontra revolusioner yang melakukan kudeta. Selain itu juga diberitakan bahwa terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah perwira tinggi ABRI. Mayjen Soeharto dalam penyampaian berita terlihat gemetar dan marah. Penyampaian berita oleh Mayjen Soeharto memberikan suatu wacana bahwa Mayjen Soeharto sebenarnya sudah mengetahui peristiwa tersebut sebelumnya. Selanjutnya Mayjen Soeharto ketika menyampaikan berita secara tiba-tiba namanya menjadi dikenal masyarakat dan seakan-akan mampu mengatasi masalah tersebut, serta menjadi penyelamat bangsa Indonesia. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Lalu pukul 09.00. Mereka serentak kembali mendengarkan radio, Sebuah reportase, mungkin sudah disiarkan senja tadi: suara seorang mayor jenderal, Suharto, tenang tetapi sedikit gemetar seperti menahan marah, mengatakan bahwa Gerakan 30 September adalah gerakan ―kontrarevolusioner‖ yang telah melakukan kudeta, disusul berita tentang penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi ABRI, dan pernyataan Angkatan Bersenjata yang akan menindak mereka, dan yang akan menjaga keamanan dan ketertiban dan keselamatan Presiden Sukarno… (Laksmi Pamuntjak, 2013:192). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
146 digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas memperlihatkan suatu wacana bahawa Mayjen Soeharto pada saat peritiwa G30S terjadi merupakan satu-satunya orang yang mengetahui secara pasti apa yang terjadi dan menguasai media massa. Setelah merebut kembali RRI pada tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul 08.00, Mayjen Soeharto membuat ketentuan bahwa setiap berita atau pengumuman apa pun yang akan disiarkan RRI haruslah melalui dan seizin dirinya. Hal tersebut memperlihatkan Mayjen Soeharto dapat mengatur atau pengumuman apa saja yang perlu atau tidak perlu disampaikan kepada masyarakat. Seluruh informasi mengenai G30S, termasuk mengetahui siapa saja yang dijemput paksa, dan siapa saja yang melakukannya, Mayjen Soeharto dapat dengan mudah mengejar dan menangkap para pelakuknya, serta secara leluasa mencari kambing hitam untuk dituduh bertanggung jawab atas G30S. Awalnya Mayjen Soeharto menangkap pelakukanya, lalu menuju AURI, khusunya Men/Pangau Lakdya Udara Omar Dani, dan PKI. Selanjutnya Presiden Soekarno (James Luhulima, 2006: 106). 2) Pelaku dibalik penculikan enam Jenderal Angkatan Darat Wacana konflik penjemputan Jenderal Abdul Haris Nasution dan meninggalnya Ade Irma Suryani pada tanggal 1 Oktober 1965. Tertembaknya putri Jenderal A.H. Nasution dikarenakan pada dini hari ada penculikan terhadap beberapa jenderal Angkatan Darat salah satunya bernama Jenderal A.H. Nasution. Fakta serajah mengenai konflik tersebut bahwa Prof.Dr. Sudjono Djuned Pusponegoro tinggal di Jalan Subang No. 11. Prof.Dr. Sudjono Djuned adalah dokter spesialis anak yang merawat kedua Putri Jendral Abdul Haris Nasution, Yati dan Ade Irma Suryani, bercerita bahwa putri bungsu Jenderal Abdul Haris commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nasution, Ade Irma Suryani, tertembak dalam pelukan bibinya, Mardiah, adik Jenderal Abdul Haris Nasution. Mardiah mengalami luka ditangan, sedangkan Ade Irma Suryani tertembus peluru di bagian punggung. Konflik dengan kekerasan terjadi dikarenakan pasukan berjumlah 50 orang dengan mengendarai truk militer menjemput paksa Jendral Abdul Haris Nasution di Jalan Teuku Umar No.40 dengan mendobrak pintu. Mendengar hal tersebut Nyonya Nasution
keluar dari kamar untuk melihat yang terjadi. Sewaktu ia
melihat sekelompok tentara bersenjata di ruang tamunya, ia segera menutup pintu kamarnya dan menguncinya, serta berteriak agar suaminya menyelamatkan diri. Melihat hal tersebut tentara yang berada di ruang tamu melepaskan rentetan tembakan kearah pintu. Pada saat yang bersamaan, Mardiah yang menggendong Ade Irma Suryani melintas menuju kamar Jenderal Abdul Haris Nasution karena mengira di sana lebih aman. Dua peluru melukai tangannya, dan sebuah peluru lainnya menembus punggung Ade Irma Suryani (James Luhulima, 2006:20). Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Di warung dipelataran rumah sakit di mana ia membeli sabun, Amba melihat beberapa mendengarkan siaran berita, seakan-akan di depan radio tua itu mereka bisa lebih aman, atau lebih siap di tengah ketidakpastian, atau karena ingin mengukuhkan apa yang sudah mereka yakini. Seseorang menyebutkan laporan pandangan mata pemakaman para jenderal yang dibunuh, sebuah suasana berkabung besar, tentang Jenderal Nasution yang menangis, dan tentang anaknya yang masih kecil, Ade Irma Suryani, yang tertembak ketika rumahnya diserbu ―Gestok‖. Orang-orang ikut marah mengikuti berita tentang anak itu, dan di sanasini ada suara geram tiap kali kata ―PKI‖ disebut. Si pemilik warung, seorang Madura bergigi hitam, mendesis, ―Aku mau bunuh mereka‖ (Laksmi Pamuntjak, 2013:205). Penculikan terhadap Jendral Nasution yang mengakibatkan kematian Ade Irma Suryani yang berusia masih kecil membuat masyarakat ikut marah. commit user Bagaimana manusia bisa kejam dan tegatomembunuh seseorang anak yang tidak
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersalah. Sebenarnya penculikan terhadap Jendral yang terjadi sudah diketahui oleh Mayjen Soeharto, tetapi Soeharto membiarkan hal tersebut terjadi. Hal itu dikarenakan Soeharto pernah dicopot sebagai Pangdam Diponegoro oleh Nasution, dengan alasan korupsi dan penyelundupan. Dari konflik tersebut Mayjen Soeharto dan kelompoknya tidak senang terhadap Nasution, sehingga membiarkan penculikan terhadap Nasution. Sebaliknya Nasution menganggap rendah Soeharto.
Mayjen Soeharto
secara sengaja tidak melaporkan informasi yang diterimanya dari kolonel Inf. Abdul Latief itu kepada atasannya bernama Men/Pangad Letjen Ahmad Yani. Letjen Ahmad Yani termasuk salah satu dalam daftar jendral yang akan dijemput paksa beberapa jam kemudian. Mayjen Soeharto sengaja tidak melaporkan kepada Letjen Ahmad Yani, disebabkan Soeharto tidak akan bisa meguasai dan mengambil alih kekuasaan selama Letjen Ahmad Yani masih ada. 3) Wacana konflik tanah Wacana konflik tanah antara petani dan pemerintah di Jengkol. Perselisihan mengenai tanah yang terjadi memberikan suatu wacana bahwa konflik tersebut tidak diselesaiakan secara baik. Pihak yang terlibat konflik menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan konflik atau memperoleh kemenangan. Perselisihan antara petani dan pemerintah dapat dilihat dari kutipan berikut. Bhisma membetulkan letak stetoskopnya yang tergantung di leher. ―Jengkol agak jauh, 25 kilometer ke timur dari sini. Di sana ada pabrik gula yang tidak berproduksi lagi, tapi punya ladang tebu di beberapa tempat yang tetap dikerjakan petani penggarap. Pemerintah memutuskan menghentikan usaha mereka, katanya karena ladang-ladang itu sudah diputuskan akan jadi bagian pabrik Gula Ngadirejo, pabrik yang lebih besar dan masih berproduksi. Ketika para penggarap menolak, polisi dan commit to user tentara memaksa, dan ketika massa memprotes, berdemonstrasi, mereka
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditembaki. Polisi mengatakan tembakan peringatan tidak ada gunanya lagi karena massa menyerang, dan sopir traktor yang datang untuk membongkar ladang itu dikepung massa dan dikubur hidup-hidup. BTI mengatakan itu tuduhan bohong. Tidak penting mana yang benar, tapi pendeknya banyak korban. Dokter dari rumah sakit Baptis itu kebetulan di sana, dan ia yang menolong yang luka dan mati. ia ketakutan karena polisi dan tentara mencurigainya;ia seorang Amerika (Laksmi Pamuntjak, 2013:188). Fakta sejarah menunjukkan Insiden Jengkol tahun 1961. Pada saat itu tujuan BTI (Barisan Tani Indonesia) adalah menduduki dan mendistribusikan sawah-sawah yang telah lama disewa yang masih terikat pada salah satu dari pabrik-pabrik gula yang masih ada di Kediri, yang dikelola angkatan bersenjata. Pendudukan itu dilakukan oleh tiga ribuan petani. Mereka berusaha menguasai tanah itu dan dua puluh empat melayang sebelum tentara berhasil mengusir mereka (Robert Cribb, 2003:134). 4) Daerah pembantaian G30S Sebelum peristiwa G30S terjadi banyak konflik sosial dan politik yang terjadi dimasyarakat penangkapan dan pembunuhan terhadap PKI dilakukan dengan pola bervariasi dari satu daerah ke daerah lain serta didukung empat faktor, yaitu: (1) budaya amuk yang dipercayai paling tidak oleh pengamat Barat, sebagai unsur penopang kekerasan; (2) Konflik di daerah-daerah antar golongan komunis dan nonkomunis terutama para kiai sudah ada sejak tahun 1960-an; (3) militer diduga juga berperan dalam menggerakkan massa; (4) faktor provokasi oleh media massa yang menyebabkan masyarakat geram (Asvi Warman Adam, 2003: xiv).Robert Cribb megatakan bahwa pembantaian 1965 dilakukan dengan memakai alat yang sederhana, pisau, golok, dan senjata api. Orang yang dieksekusi juga tidak dibawa jauh sebelum dibantai, biasanya mereka terbunuh di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
150 digilib.uns.ac.id
dekat rumahnya. Ciri lain, kejadian itu biasanya malam. Proses pembunuhan berlangsung relatif cepat, hanya beberapa bulan (Robert Cribb, 2003:xiii- xiv). Konflik yang terjadi di daerah Yogyakarta, Kadipura, Surabaya, dan Kediri memberikan suatu wacana bahwa pembantaian dan penghancuran partai PKI dilakukan dengan cara dan di tempat yang berbeda-beda. Pendapat tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Tapi ini Yogya di tahun 1965, dan orang harus belajar merawat diri sendiri. Udara akan selamanya lembab, matahari akan senantiasa terik. Amba memutuskan untuk memburu puisi sendiri, di perpustakaan kampus, di perpustakaan kota, di toko loak, di almari teman-teman yang murah hati. Ia menelusup ke bilik-bilik itu. Ia membaca dengan hening (Laksmi Pamuntjak, 2013:153). Kutipan di atas menggambarkan mengenai keadaan Yogyakarta yang sudah tidak nyaman, politik yang tidak menentu menjadikan para pelajar memilih diam, dan membaca di perpustakaan. Para pelajar menjaga diri dari keadaan tersebut. keadaan yang buruk tidak hanya terjadi di Yogyakarta, tetapi juga di Kediri Jawa Timur. Berabad-abad lamanya Kediri telah kena tulah, ―katanya dengan nada seorang yang berada di luar waktu. ―Di malam-malam tertentu ada orang yang mendengar kuku kaki kuda mengetuk-ngetuk jalan yang berbatu, prajurit-prajurit yang ketakutan setelah Empu Gandring mengucapkan kutukannya ketika Ken Arok menikam jantungnya, karena kekerasan akan datang dan raja saling membunuh. Dan kekerasan itu akan selalu berulang (Laksmi Pamuntjak, 2013:161). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Kediri juga tidak aman, terjadi perang, kekerasan dan pembunuhan di masyarakat. Banyak korban yang berjatuhan dengan adanya perang tersebut. Kediri sebagai tempat terjadinya konflik saat menjelang G30S dapat dilihat dari kutipan berikut. Di sudut sana, Kepala Rumah Sakit menatap tumpukan kertas di mejanya, tapi tampak pikirannya ada ditempat lain. ada 26 orang pasien commit to luka user dengan darah yang tidak mau di rumah sakit itu, separuhnya
perpustakaan.uns.ac.id
151 digilib.uns.ac.id
berhenti, dan rumah sakit itu tak punya cukup alat-alat pertama –perban, kapas, steril, merkurokrom. Sebentar lagi ini bahkan bisa kehabisan obat-obat antiseptik, analgesik, Wajah Dr. Suhadi bukan wajah yang tentram (Laksmi 2013:192).
pertolongan rumah sakit dan morfin. Pamuntjak,
Kutipan di atas menggambarkan banyaknya korban jiwa di Kediri, sehingga Dr. Suhadi cemas dengan keadaaan yang tidak menentu tersebut. Banyak korban mengalami luka dengan darah dan ketersediaan obat di rumah sakit Sono walujo semakin menipis. Selain di Kediri dan Yogyakarta kekerasan juga terjadi di Surabaya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Hari-hariku di Universitas Airlangga masih agak berantakan Program yang kupimpin kembang kempis, murid-murid sering bolos dan kadang kelas harus kami tutup apabila jumlah murid yang datang terlalu sedikit. Aku bukannya tak sadar bahwa hal ini akan terjadi suatu hari, dengan kondisi politik yang begini tak menentu. Fakultas Pendidikan yang mendanai program pelatihan ini anggarannya semakin kecil, dan anggaran perjalanan adalah yang pertama dipotong. Lagi pula, jalan-jalan tak aman. Tak ada gunanya mencatat orang-orang yang barangkali punya uneg-uneg terhadap kita. Daftar itu tak akan nada habis-habisnya. Bahkan tetangga dan saudara bisa berbalik memusuhi kita (Laksmi Pamuntjak, 2013:182). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa tidak hanya di Yogyakarta dan Kediri yang mengalami keadaan yang buruk. Keadaan buruk yang terjadi di Surabaya antara lain: 1) banyak mahasiswa yang tidak mengikuti pelajaran dan tidak masuk; 2) keadaan jalan yang tidak aman; 3) keadaan yang tidak menentu menyebabkan tetangga dan saudara akan menjadi musuh bagi Salwa. 5. Awal Konflik Meletusnya G30S a) Terjadinya kemarau panjang dan konflik ekonomi Saat itu terjadi perang dingin, dunia seakan terbelah menjadi dua kubu yang saling bermusuhan, yaitu kubu kapitalis dan kubu kominis. Kondisi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
152 digilib.uns.ac.id
negeri juga sangat parah, Indonesia sendiri yang sejak tahun 1960-an mengalami krisis ekonomi. Tahun 1962/1963 terjadi musim kemarau yang berkepanjangan, kegagalan panen padi, hama tikus yang dahsyat yang merusak semua tanaman dan persediaan padi atau beras serta menimbulkan kelaparan di Pulau Jawa. Berbagai bahan makanan pokok serta bahan bakar seperti bensin dan minyak tanah sering menghilang dari pasar. Gula dan tepung sukar didapat, sedangkan harga beras terus melonjak. Ketidakpastian adanya stok barang menimbulkan kepanikan di masyarakat serta menaikkan suhu pabrik (Robert Cribb, 2003:vii-viii). Sebelum G30S meletus sudah terdapat beberapa konflik yang terjadi di Indonesia. Konflik mengenai pengangkatan guru, panen yang gagal akibat kemarau panjang, sekolah yang masih kekurangan bahan untuk proses pembelajaran, anak muda yang tidak lagi masuk sekolah dan berbaris untuk melakukan pemberontakan, bahan pokok yang menghilang dimasyarakat dan naiknya bahan pokok. Konflik sebelumnya yang sudah menumpuk tersebut memicu terjadinya G30S yang memakan banyak korban jiwa dan timbulnya budaya kekerasan di masyarakat. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut. Suara-suara yang separuh ia mengerti, separuh tidak, tentang kelas-kelas yang ditinggalkan anak-anak petani penggarap, guru-guru yang tidak dapat surat pengangkatan, sekolah-sekolah yang kekurangan buku, anakanak muda desa yag tidak lagi mau belajar tetapi berbaris-baris berpakaian seragam seperti mau berperang, tentang panen yang gagal, bahan-bahan pokok yang menghilang dari pasar, tapi Saudara-saudara, kita setia kepada Revolusi, kepada Bung Karno, kepada Nasakom, kita tidak boleh dihasut musuh-musuh Revolusi, laksanakan Pendidikan Pancawardana, jangan biarkan kebudayaan imperialis…(Laksmi Pamuntjak, 2013:123). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa sebelum peristiwa G30S terdapat commit to user banyak konflik di masyarakat. Konflik mengenai gagalnya panen dan naiknya
perpustakaan.uns.ac.id
153 digilib.uns.ac.id
harga bahan pokok, mengenai masyarakat yang terpecah menjadi beberapa golonngan, dan mengenai pemuda yang melakukan pemberontakan.
b) Pelecehan Agama Islam melalui pertunjukan orkes bunga keroncong Menurut Kartodirdjo melihat adanya unsur pelecehan agama Islam melalui ludruk dan wayang menjelang meletusnya G30S 1965 dan menyebabkan konflikkonflik baru muncul di dalam masyarakat (Robert Cribb, 2003:xi). Hal itu dapat dibuktikan dengan kutipan dibawah ini. Si pemain mandolin berdiri sambil berkacak pinggang, berlagak sok suci. Tiba-tiba Nuniek mendengarnya menggumamkan Al-Fatihah. Gayanya dibuat-buat , tanda dia tidak serius. Setelah usai menggusah segala pikiran busuk, laki-laki itu menceletuk, ―Bayangkan apa yang dirasakan para penulis keraton, ketika pangeran sinting itu meminta mereka menulis bagian itu? Tak heran apabila mereka diam-diam menyalin Buku Asal-Muasal Para Nabi. Dalam pikiran mereka, isi buku itu harus membawa berkah Allah yang sama besarnya dengan membaca Quran seribu kali (Laksmi Pamuntjak, 2013:97). Kutipan di atas memberikan wacana bahwa salah satu konflik yang terjadi sebelum G30S meletus, yaitu mengenai agama Islam dan pemain ludruk. Melalui pertunjukan ludruk dan wayang yang melecehkan agama Islam pemain melakukan pembacaan surat Al-Fatihah dengan gaya yang dibuat-buat. Sebaiknya pembacaan surat yang terdapat dalam Al-Quran dibaca secara serius dan tidak digunakan sebagai bahan permainan. 6. Jumlah Korban dalam G30S Robert Cribb menggunakan metode yang mengandalkan intuisi. Angka yang diperoleh bersifat moderat ditengah-tengah, tidak terlampau kecil dan tidak terlampau besar. Jumlah 500.000 jiwa sebagai angka yang wajar. Jumlah tersebut didukung oleh teknik keenam yang dibuat Iwan Gardono dengan menjumlahkan commit to user semua angka pada 39 artikel atau buku yang pernah mengulas pembantaian
perpustakaan.uns.ac.id
154 digilib.uns.ac.id
1965/1966 dan membagi dengan 39 sehingga dapat diperoleh angka rata-rata 430.590 orang. Sebanyak 65 persen korban terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali (Robert Cribb, 2003:xvi-xvii). Berdasarkan fakta sejarah pembantaian tahun 1965-1966 berjumlah banyak tidak hanya ratusan bahkan ribuan jiwa. Tahanan politik yang ditangkap dan diduga anggota PKI dan dibuang ke Pulau Buru juga berjumlah sekitar 12.000. Adapun hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. Samuel tidak peduli apa yang dipikirkan pamannya atau orang-orang disekeliling pamannya. Ia tidak pernah gumun atau gelisah tentang apapun yang tidak menyangkut dirinya. Ia lebih senang sendiri, merekam dan mencatat di dalam hati; jarang ada tokoh atau peristiwa yang luput dari perhatiannya. Begitu juga ketika pemerintah setempat memberitahu mereka untuk pertama kalinya, pada akhir 60-an, bahwa sejumlah orang asing, tak hanya puluhan melainkan ribuan, akan tiba dan menghuni pulau itu. Mereka bukan sembarang orang asing, lanjut perintah setempat lagi, mereka dari jenis yang berbeda, yang tak akan mendiami pesisir melainkan menerobos jauh ke pedalaman, tak akan mencuri sagu seperti maling-maling kecil melainkan menerabas hutan untuk menggarap jalan aspal. Jumlah mereka akan mencapai 12.000, sementara kita hanya 7.000 (Laksmi Pamuntjak, 2013:96). Kutipan di atas memberikan wacana bahwa pembantaian yang terjadi pada tahun 1965 memakan banyak korban. Masyarakat pada tahun 1965 merasakan perasaan ketakutan melihat pembunuhan yang terjadi di secara langsung di depan mata. Pembantaian yang terjadi berlangsung lama dan tidak ada pihak keamanan yang berusaha untuk mencegah. Hal tersebut memberikan suatu wacana bahwa pembantaian tahun 1965 sengaja dibiarkan terjadi oleh seseorang demi memperoleh kekuasaan. 7. CIA dan Soeharto Soeharto melakukan kontak dengan CIA. Pada masa-masa akhir kepemimpinan Bung Karno, Indonesia adalah lapangan catur bagi berbagai commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepentingan. CIA panas karena Soekarno dianggap terlalu memberi peluang pada PKI dan selalu menyepelekan pada Amerika. Inggris berkepentingan karena ada proyek dwikora yang dipersiapkan untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia. Cina punya kepentingan untuk memegang Indonesia sehubungan dengan pecahnya hubungan dengan RRC-Soviet. Soviet tidak mau ketinggalan karena komunis Indonesia lebih dekat dengan Cina, dan Jepang ingin meningkatkan ekonomi dengan Indonesia. Ketika Bung Karno jatuh sakit pada bulan Agustus, semua pihak merasa bahwa permainan sudah menuju babak akhir. Mereka beraksi dengan tujuan yang sama, yaitu menyingkirkan Soekarno (Syamdani, 2001:174). Mayjen Soeharto hampir disingkirkan dari Kemiliteran.
Pada akhirnya
Soeharto menunjukan kepandaiannya dengan menyusun rencana dan memerangi pertarungan. Soeharto menjadi tukang sihir yang mampu mengarahkan berbagai ―kebetulan‖ untuk melicinkan jalan bagi dirinya bergeser Soekarno dan kemudian menggenggam Indonesia 32 tahun. Terbongkarnya bantuan-bantuan dana, peralatan, dan masukan 5.000 nama yang disetorkan oleh CIA kepada Soeharto, keras dugaan bahwa sejak awal Badan Intelijen Amerika telah menjadi ―sahabat‖ kerja yang baik bagi keberhasilan Soeharto (Syamdani, 2001:177). Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Dan, seperti yang ia duga, tak ada keajaiban. Hanya ada debu jalan, rapat ribuan orang, konfronstasi, dan kegagahan politik, hal-hal yang lebih keras dari jerit burung dan anjing menyalak. Apakah Arti Tara, bahkan apa arti Amerika, hari-hari itu, bagi Indonesia? Wardi mengatakan, Pemerintah Indonesia lebih mengandalkan kerja sama dengan Uni Soviet. CIA membantu pemberontakan. Kita ada dalam revolusi (Laksmi Pamuntjak, 2013:153). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
156 digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas menunjukkan bahwa CIA ikut serta menjadi dalang utama dalam peristiwa G30S pada tahun 1965. CIA dan Soeharto saling memanfaatkan untuk memperoleh kekuasaan dan keuntungan masing-masing pribadi. CIA juga membantu Soeharto untuk melancarkan aksinya. Hal tersebut juga dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. G30S yang disebutkan oleh para pelakunya sebagai gerakan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari rencana kudeta Dewan Jenderal yang disponsori CIA, pada akhirnya justru menjadi titik awal dari kejatuhan Presiden Soekarno. Sejak peristiwa G30S, secara perlahan tetapi pasti Soekarno mulai surut kebelakang, dan pada akhirnya terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto (James Luhulima, 2006:177). Berita yang disiarkan melalui media Radio menyatakan bahwa G30S merupakan gerakan yang bertujuan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari rencana kudeta Dewan Jenderal yang didukung oleh CIA. Berita tersebut merupakan berita bohong dan salah satu strategi dari rencana Soeharto dan CIA dalam menyingkirkan Soekarno. Kejatuhan Presiden Soekarno dengan adanya tekanan yang dilancarkan oleh mahasiswa secara terus menerus menjadikannya terpaksa menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto untuk menggantikan posisinya. Sebenarnya Soekarno dapat mempertahankan kekuasaannya sebagai Presiden. Pada saat itu masih banyak rakyat yang mendukung dibelakang Presiden Soekarno dan kesatuan-kesatuan Angkatan Bersenjata yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian (James Luhulima, 2006:190). 8. Korban yang Tidak Bersalah dan Dituduh Anggota PKI Bhisma merupakan salah satu dari tahanan politik yang dibuang ke Pulau Buru. Bhisma mengalami tekanan secara Psikologis. Ia tidak bersalah dan dibuang commit to user
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ke pulau Buru. Setelah tapol dibebaskan di tahun 1979. Banyak tapol yang tidak kembali ketempat asalnya dengan berbagai alasan. Bhisma tidak mau kembali dan lebih memilih menghabiskan hidupnya di Pulau Buru, dikarenakan ia merasa sudah kehilangan semua dan tidak ingin keluarganya terkena dampak mengenai statusnya sebagai tapol. Bhisma tidak ingin kembali dengan suatu alasan dapat dilihat dari kutipan berikut. Aku merasa tidak mempunyai sesuatu apa pun di dunia. ― lalu ia mengatakan sesuatu dengan pelan, ia ingin agar keluarganya—papa , mama kakak-kakaknya—hidup tenang, dan hidup tenang hanya bisa dicapai apabila mereka menganggap dia sudah mati. Itu sebabnya, setelah beberapa tahun tinggal di Area Transmigrasi yang khusus disiapkan pemerintah untuk bekas para tapol yang ingin mulai hidup baru, Bhisma mengemasi barang-barangnya dan pindah ke Waepo, tempat yang dekat dengan hatinya, tempat ia mengukir kenangan bersama-sama tahanan, meskipun kali ini ia memilih daerah Kepala Air─ hulu sungai (Laksmi Pamuntjak, 2013:64). Bhisma dibuang di Pulau Buru tanpa kesalahan, baginya ia sehat tanpa harus melakukan penyembuhan dan ditahan di Pulau Buru. Bhisma menyebut tempat ia ditahan dengan sebutan Tefaat (Tempat Pemanfaatan). Dan Monalisa akan mendengarkan, juga ketika Bhisma menjelaskan – karena rasanya ia harus menjelaskan—bahwa ia dan teman-temannya tidak mau menyebut kata ―Inrehab‖—tempat rehabilitasi. ―Kami dibuang kesini tanpa kesalahan, sebab itu tak merasa perlu direhabilitasi,‖ demikian ia berkata seperti kepada dirinya sendiri, mengulang sebuah kesimpulan yang geram dan telah lama disembunyikan. ―Kami lebih suka menyebut barak dan lingkungan tempat kami ditahan itu Tefaat. Tempat Pemanfaatan. Paling tidak itu lebih jujur (Laksmi Pamuntjak, 2013:59). Selain Bhisma banyak anggota tapol yang tidak mau kembali ketempat asalnya dengan berbagai alasan. Anggota tapol merasa luka secara psikologis dengan statusnya sebagai seorang tapol. Rasa malu dan ketakutan dirasakan oleh mantan tapol jika harus kembali dan hidup ditengah-tengah masyarakat, meskipun commit to user
158 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesalahan yang dituduhkan kepadanya bukan kesalahan yang telah dilakukannya. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Bhisma bercerita tentang seorang temannya yang menolak pulang karena istrinya di Jawa sudah menikah lagi. Bagi temannya itu, tak ada yang lebih memalukan daripada seorang lelaki yang bekas istrinya dibikin makmur oleh laki-laki lain. ada lagi teman yang tidak berani pulang karena takut dibunuh tetangga-tetangganya yang antikomunis, yang percaya bahwa ia pernah membantai salah satu anggota keluarga mereka. itu semua fitnah karena tak ada yang pernah membantahnya (Laksmi Pamuntjak, 2013:64). Kutipan di atas memberikan wacana bahwa pemenjaraan di Pulau Buru bukan soal etika benar atau salah, tetapi soal kalah dan menang. Penangkapan terhadap seseorang yang tidak bersalah yang dialami oleh beberapa orang tidak menimbulkan rasa dendam dan amarah terhadap seseorang yang membuatnya menderita.
commit to user