waktu penyelesaian proyek dapat dikurangi sehingga biaya yang dikeluarkan akibat keterlambatan tersebut dapat ditekan seminimum mungkin. Aktivitas-aktivitas sisa yang ada kemudian diidentifikasi berdasarkan bobot progres sisa pekerjaan sesuai progres pada data proyek Lampiran 1 dan kemudian diberi kode aktivitas secara berurutan untuk mempermudah dalam menyusun hubungan keterkaitan antar aktivitas.
BAB IV 4.3
ANALISA TIME COST TRADE OFF
4.1
Setelah didapatkan hubungan antar aktivitas dan durasi masing-masing aktivitas, maka langkah selanjutnya yaitu membuat jaringan kerja (network planning) dengan program MS Project seperti dapat dilihat pada lampiran Network Diagram. Dari hasil network planning, dapat diketahui durasi sisa pekerjaan yaitu 398 hari dengan lintasan kritis A-H-G-L-P-O-T-S-ATAV, dapat dilihat pada lampiran Schedule MS Project. Penjadwalan ulang dengan total durasi aktivitas sisa 398 hari dan detail lintasan kritis dapat dilihat pada lampiran Schedule MS Project.
Deskripsi Proyek
Nama Proyek
Pembangunan Jalan MERR II- C Cs Tahap II Pemilik Proyek : Pemerintah Kota Surabaya Alamat Proyek : Semolowaru-Arif Rahman Hakim Surabaya General Contractor : PT. Fajar Parahiyangan Nilai Kontrak : Rp 26.134.561.000
4.2
Identifikasi Pekerjaan
:
Aktivitas
dari
Penyusunan Network Diagram
4.4
Perhitungan Produktivitas Harian Normal
Produktivitas didapat dari data alokasi sumber daya yang berupa jumlah sumber daya pada tiap-tiap aktivitas dilapangan.
Sisa
Berdasarkan progres pekerjaan mulai minggu ketiga Bulan Juni 2010 dapat diketahui bahwa kumulatif realisasi pekerjaan adalah 0,924% dari 1,990% yang direncanakan, sehingga dapat diketahui deviasi -1,066%. Ini berarti proyek yang berakhir tanggal 31 Desember 2010 seharusnya sudah menyelesaikan 1,990% dari total pekerjaan, ternyata masih menyelesaikan 0,924% dari total pekerjaan. Untuk itu, dari semua aktivitas sisa tersebut perlu dilakukan analisa agar waktu penyelesaian proyek dapat kembali sesuai jadwal rencana atau paling tidak keterlambatan
Produktivitas dihitung dengan cara: Volume Produktivitas = Durasi Volume didapatkan dari Rencana Anggaran Biaya Proyek pada Lampiran 2. Contoh perhitungan produktivitas pada aktivitas L (Timbunan Pilihan): Volume = 52.093 m3 Durasi = 42 hari Maka produktivitas = 52.093 42 = 1.240,309 10
= 1.241 m3/hari
4.5
Misal Aktivitas L (Timbunan Pilihan) Koefisien bahan = 1,2 Harga satuan = Rp 26.000/m3 Jumlah harga satuan bahan = Koefisien bahan x Harga satuan bahan = 1,2 x 26.000 = Rp 31.200
Menentukan Normal Cost
Biaya proyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: normal cost dan crash cost. Normal cost merupakan biaya total dari masing-masing aktivitas sisa. Perhitungan normal cost dalam Tugas Akhir ini dibedakan menjadi normal cost bahan, normal cost upah, dan normal cost peralatan. Sebelum normal cost didapatkan, terlebih dahulu harga satuan bahan, upah, dan peralatan ditentukan. Kemudian ditentukan jumlah harga satuan total dari masing-masing item pekerjaan, dengan cara menjumlahkan harga satuan upah, bahan, dan peralatan. 1.
3.
Jumlah harga satuan upah Jumlah harga satuan upah diperoleh dari perkalikan antara harga satuan upah dengan koefisien tenaga kerja. Jumlah harga upah didapat dari analisa harga yang diperoleh dari data proyek.
Contoh perhitungan harga satuan pekerjaan satu paket kegiatan. Misal Aktivitas L (Timbunan Pilihan) Koefisien alat: a. Wheel Loader 10-15 HP = 0,0268 b. Dump Truck 8-10 m3 = 0,1877 c. Motor Grader > 100 HP = 0,0007 d. Vibrator Roller 4-6 ton = 0,0017 e. Water Tank Truck 3-5k Ltr = 0,0301 f. Alat Bantu = 1,0000
Contoh perhitungan harga satuan upah satu paket kegiatan. Misal Aktivitas L (Timbunan Pilihan) Koefisien tenaga kerja adalah: a. Pekerja = 0,7508 b. Mandor = 0,1877 Harga satuan upah a. Pekerja = Rp 3.799,93/jam b. Mandor = Rp 6.647,93/jam Jumlah harga satuan upah = Koefisien tenaga kerja x Harga satuan upah = (0,7508 x 3.799,93) + (0,1877 x 6.647,93) = Rp 4.100,86
2.
Harga Satuan Peralatan Sama halnya dengan upah dan bahan, harga satuan peralatan juga didapatkan dari data proyek. Khusus untuk harga satuan pekerjaan, tiap item pekerjaan mempunyai perkiraan koefisien dan harga satuan yang berbedabeda.
Harga Satuan a. Wheel Loader 10-15 HP = Rp 175.860/jam b. Dump Truck 8-10 m3 = Rp 70.343/jam c. Motor Grader > 100 HP = Rp 175.130/jam d. Vibrator Roller 4-6 ton = Rp 122.750/jam e. Water Tank Truck 3-5k Ltr = Rp 19.563/jam f. Alat Bantu = Rp 100/Ls
Jumlah harga satuan bahan Jumlah harga satuan bahan juga diperoleh dari data proyek, yaitu harga satuan bahan dikalikan dengan koefisien bahan. Contoh perhitungan harga satuan bahan satu paket kegiatan. 11
Untuk menghitung crash cost dan crash duration, maka perlu terlebih dahulu dilakukan alternatif percepatan untuk masing-masing aktivitas. Alternatif percepatan untuk masingmasing aktivitas berbeda tergantung jenis pekerjaan, kemampuan aktivitas dipercepat, serta scop lapangan. Pada prinsipnya percepatan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, sehingga durasi dapat dipercepat. Skenario crashing dilakukan berdasarkan kebutuhan sumber daya pada pada tiap-tiap pekerjaan agar durasinya dapat dipercepat. Tetapi dapat juga berdasarkan lama durasi dan besarnya volume perkerjaan.
Jumlah harga satuan peralatan = Koefisien alat x Harga Satuan = (0,0268 x 175.860) + (0,1877 x 70.343) + (0,0007 x 175.130) + (0,0017 x 122.750) + (0,0301 x 19.563) + (1,000 x 100) = Rp 18.935,15 Sehinggan jumlah harga satuan total untuk aktivitas L (Timbunan pilihan) adalah = 4.100,86 + 31.200 + 18.935,15 = Rp 54.236,01 Untuk perhitungan harga satuan pekerjaan total, jumlah harga satuan total ditambahkan dengan keuntungan 5% dari jumlah harga satuan total = 54.236.01 + (5% x 54.236,01) = Rp 56.947
1.
Penambahan Peralatan Asumsi yang digunakan pada alternatif percepatan dengan penambahan peralatan adalah tidak ada kesulitan dalam mendatangkan peralatan, karena peralatan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan proyek. Selain itu, dilapangan hanya dilakukan penambahan dump truck.
2.
Penambahan Tenaga Kerja Asumsi yang digunakan pada alternative percepatan dengan penambahan tenaga kerja adalah tidak ada kesulitan dalam mendatangkan tenaga kerja. Namun konsekuensinya adalah perlu adanya penambahan biaya akibat mendatangkan tenaga kerja.
3.
Penambahan Jam Kerja Asumsi yang digunakan untuk penambahan jam kerja adalah sebagai berikut: 1. Dalam 1 hari, aktivitas normal 7 jam dan 1 jam istirahat ( 08.00 – 16.00 WIB), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal ( 17.00 – 21.00), yaitu 2 jam/hari. 2. Upah kerja lembur adalah 200% dari upah normal, sesuai KEPMEN No.102 tahun 2004. 3. Jumlah regu yang digunakan adalah tetap, yaitu sama dengan jumlah regu pada saat kerja normal. 4. Produktivitas untuk kerja lembur diperhitungkan 80% dari
Setelah harga satuan pekerjaan total didapatkan, biaya normal dihitung dengan cara mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan total. Biaya Normal = Volume x Harga satuan total = 52.093 x 56.947 = Rp 2.966.540.071
4.6
Lintasan Kritis
Dengan menggunakan Microsoft Project, dapat diketahui durasi sisa pekerjaan yaitu 398 hari dengan lintasan kritis A-H-G-L-P-O-T-SAT-AV. Dalam perhitungan durasi proyek, dipakai asumsi sebagai berikut: 1. Jam kerja normal yang dipakai adalah 7 jam/hari. 2. Dalam 1 minggu dipakai 7 hari kerja. 3. Durasi yang dipakai yaitu durasi dari hasil schedule ulang dengan durasi untuk aktivitas sisa yaitu 398 hari kerja; dan dengan alternatif percepatan, nantinya akan bisa mengejar keterlambatan atau paling tidak biaya dapat ditekan seminimum mungkin akibat keterlambatan.
4.7
Alternatif Crashing
Percepatan/Scenario 12
=
produktivitas normal. Penurunan ini disebabkan oleh kelelahan dan keterbatasan pandangan pekerja pada malam hari.
e.
200 kg/hari/1group Produktivitas setelah crash: = (2.788+600) kg/hari = 3.388 kg/hari
4.8
Produktivitas Percepatan
Harian
Setelah Contoh perhitungan porduktivitas dengan penambahan jam kerja: Misal Aktivitas G (Geotextile)
Dari alternatif percepatan yang sudah ada, dapat dihitung produktivitas harian setelah percepatan berdasarkan produktivitas harian normal ditambah dengan pertambahan produktivitas perhari dari hasil percepatan. Produktivitas harian setelah percepatan ini dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk dapat menyelesaikan suatu aktivitas dengan volume tertentu tiap harinya setelah adanya percepatan durasi, baik melalui alternatif penambahan peralatan maupun penambahan tenaga kerja dan jam kerja (lembur). Contoh perhitungan porduktivitas penambahan peralatan: Misal Aktivitas L (Timbunan Pilihan) a. b. c. d. e.
f.
a. b. c.
d. e.
dengan
4.9
Volume = 52.093 m3 Normal Duration = 42 hari Produktivitas harian (a/b) = 1.241 m3/hari Produktivitas tiap jam (c/7) = 177,286 m3/jam Produktivitas dengan penambahan 2 Dump Truck: = 5,328 m3/jam/Dump Truck Produktivitas setelah crash: = (177,286 +10,656)m3/jam = 187,942 m3/jam = 1.315,594 m3/hari = 1.316 m3/hari
d.
=
= 130,629 m2/jam Produktivitas dengan penambahan 2 jam kerja: Produktivitas harian setelah crash: = 914,406 + (2x0,8x130,629) = 1123,412 m2/hari = 1124 m2/hari
Perhitungan Crash Duration dan Crash Cost
Volume Produktivitas
dengan
percepatan
Contoh perhitungan: Misal Aktivitas L (Timbunan Pilihan) a. b. c. d.
c.
=
Crash duration =
Contoh perhitungan porduktivitas dengan penambahan tenaga kerja: Misal Aktivitas Z (Baja Tulangan U-32 ulir) b.
=
Dari produktivitas harian setelah percepatan, maka dapat dihitung berapa crash duration dan crash cost dari masing-masing aktivitas. Crash cost dan crash duration untuk masing-masing aktivitas akan berubah seiring dengan pertambahan produktivitas harian akibat percepatan.
Pemilihan alternatif dump truck pada kedua aktivitas diatas dilakukan dengan pertimbangan volume pekerjaan yang besar.
a.
Volume 57.607,57 m2 Normal Duration 63 hari Produktivitas harian (a/b) 914,406 m2/hari
e. f.
Volume = 331.717,92 kg Normal Duration = 119 hari Produktivitas harian (a/b) = 2.788 kg/hari Produktivitas dengan penambahan 3 group:
g.
Normal Cost Rp 2.966.540.071 Durasi 42 hari Normal Cost per hari Rp 70.631.906,45 Harga satuan peralatan 70.343/jam Volume 52.093 m3 Produktivitas alat 5,33 m3/jam Crash Duration 52.093/1.316
= = = = = = = =
40 hari
13
Crash cost
= Normal cost + (harga satuan
pekerjaan AV, dapat dicrashing dengan durasi 7 hari. Penentuan pekerjaan AV dicrashing pertama berdasarkan cost slope terendah. Cost Slope = Rp 916.482,7 Durasi kompresi = 397 – 7 = 390 hari
peralatan x produktivitas alat x durasi crash) = (70.631.906,45 x 40) + (7 x 70.343 x 37,31 x 40) = Rp 4.294.994.763
Penambahan biaya akibat kompresi: = 7 x Rp 916.482,7 = Rp 6.415.378,9
4.10 Perhitungan Cost Slope Dengan adanya percepatan durasi pelaksanaan pada aktivitas tertentu, maka akan terjadi pertambahan biaya akibat percepatan durasi tersebut. Pertambahan biaya percepatan tersebut tergantung besarnya durasi percepatan yang direncanakan serta total biaya setelah percepatan (crash cost). Semakin besar crash costnya, maka akan semakin besar nilai cost slopenya.
Aktivitas lintasan kritis kedua yang dicrashing yaitu pekerjaan AT sebanyak 24 hari. Cost Slope Durasi Kompresi
Penambahan biaya akibat kompresi: = 24 x 1.227.432,125 = Rp 29.458.371
Contoh perhitungan Cost Slope: Misal Aktivitas L (Timbunan Biasa) Crash cost – Normal cost Cost Slope
= Rp 1.227.432,125 = 390 – 24 = 366 hari
Rp
=
Aktivitas ketiga yang dicrashing yaitu pekerjaan G sebanyak 11 hari. Cost Slope = Rp 6.793.568 Durasi kompresi = 366 – 11 = 355 hari Penambahan biaya akibat kompresi: = 11 x Rp 6.793.568 = Rp 74.729.248
Normal Duration – Crash Duration
=
4.294.994.763
–
2.966.540.071 42 - 40 = Rp 664.227.346
4.12 Perhitungan Biaya Tidak Langsung Proyek (Indirect Cost)
4.11 Kompresi Menggunakan Program Quantitative Method For Windows (QM)
Biaya tidak langsung proyek adalah semua biaya yang secara tidak langsung dapat dinyatakan keterlibatannya dalam proyek. Biaya tidak langsung digunakan untuk menghitung pertambahan biaya proyek tiap harinya yang akan berpengaruh pada pertambahan biaya total proyek. Biaya tidak langsung ini dibedakan menjadi biaya tidak langsung normal dan biaya tidak langsung akibat percepatan. Biaya tidak langsung akibat percepatan merupakan pembengkakan biaya langsung normal yang diakibatkan adanya usaha percepatan proyek. Asumsi untuk perhitungan biaya tidak langsung akibat crashing adalah: 1. Jam kerja lembur yaitu 2 jam perhari 2. Upah lembur perjam sama dengan upah harian normal.
Program Quantitative Method For Windows (QM) digunakan untuk mempermudah dalam menentukan aktivitas mana saja yang dipercepat dimulai dari cost slope terendah. Normal Duration, Crash Duration, Normal Cost, dan Crash Cost tiap aktivitas disertai dengan predecessor masing-masing dianalisa dengan program QM dan kemudian didapat outputnya.
4.11.1 Iterasi Lintasan Kritis Aktivitas lintasan kritis pertama yang dicrashing yaitu
14
4.13 Perhitungan Total Percepatan Proyek
percepatan, durasi proyek akan berkurang begitu juga dengan biayanya. Namun pada titik jenuh dengan adanya percepatan, durasi proyek akan berkurang tetapi biaya biaya total proyek akan bertambah. Dari grafik biaya dan waktu optimum, dapat diketahui berapa biaya dan waktu optimum proyek untuk dapat dilakukan percepatan.
Biaya
Total biaya percepatan proyek merupakan total biaya langsung dan tidak langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek dalam waktu tertentu. Total Biaya Percepatan = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung
Contoh perhitungan percepatan:
total
biaya
setelah
Pada saat durasi percepatan 398 hari, dengan aktivitas yang dipercepat yaitu AV dengan durasi percepatan 1 hari. Besarnya biaya percepatan dengan durasi 1 hari adalah 916.482,7, sehingga biaya langsung dapat dihitung sebagai berikut: Biaya langsung
4.15 Perhitungan Total Biaya Percepatan Berdasarkan Biaya dan Durasi Optimum Proyek
= Total biaya normal + Cost slope aktivitas AV = 24.014.070.000 +
Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat diketahui biaya dan waktu optimum untuk penyelesaian aktivitas sisa yaitu 367 hari kerja dengan total biaya Rp 24.753.580.180 setelah percepatan.
916.482,7 = Rp 24.014.986.482,7 Biaya tidak langsung
= (Variable Cost/hari x durasi percepatan) + Fixed Cost = (1.714.200 x 397) + 74.525.000 = Rp 755.062.400
Total Biaya Setelah Percepatan: = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung = 24.014.986.482,7 + 755.062.400 = Rp 24.770.048.882,7
4.14 Perhitungan Waktu Optimum Proyek
dan
Biaya
Setelah biaya langsung, biaya tidak langsung,dan biaya total proyek diketahui maka selanjutnya dibuat grafik hubungan antar ketiga biaya tersebut sesuai dengan durasi masingmasing. Dari grafik tersebut dapat diketahui berapa biaya dan waktu optimum untuk penyelesaian proyek. Dapat diketahui bahwa pada beberapa tahap crashing dengan adanya 15
Selain itu, dapat menjadi masukan bagi kontraktor dalam menyelesaikan proyek seandainya dibutuhkan skenario percepatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisa biaya dan waktu pada proyek pembangunan Jalan MERR II-C Cs Tahap II Surabaya adalah sebagai berikut: 1.
2.
3.
5.2
Durasi normal untuk menyelesaikan proyek adalah 398 hari dengan total biaya Rp 24.770.846.600. Berdasarkan hasil analisa TCTO, durasi dari percepatan maksimum untuk menyelesaikan proyek adalah 315 hari dengan total biaya Rp 27.269.961.238. Berdasarkan biaya dan durasi percepatan optimum dari hasil analisa TCTO, diperoleh durasi optimum 367 hari dengan biaya total Rp 24.753.580.180.
Saran
Dalam analisa perhitungan pertukaran waktu dan biaya pada proyek pembangunan Jalan MERR II-C Cs Tahap II Surabaya, dapat menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya khususnya pada penyelesaian proyek jalan. 16