1
ANALISA TIME COST TRADE OFF PADA PEMBANGUNAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN KALI SURABAYA DI MOJOKERTO Indi Eko Asmoro Sukoco, AMd. Jurusan DIV Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Menur 127 Surabaya E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pada pelaksanaan proyek Struktur Atas Jembatan Kali Surabaya Di Mojokerto dilakukan percepatan waktu untuk mendapatkan biaya optimum dengan waktu penyelesaian yang singkat. Akan dilakukan dua alternatif, yang pertama penambahan jam kerja dan yang kedua penambahan tenaga kerja. Adapun caranya dengan memampatkan waktu pada item pekerjaan yang ada di lintasan kritis. Pekerjaan pada lintasan kritis merupakan pekerjaan yang berkaitan waktu penyelesaiannya satu sama lain. Dari pembahasan didapatkan hasil, alternatif 1 dengan metode penambahan jam kerja waktu pelaksanaan berkurang 7 hari dari waktu normal 157 hari menjadi 150 hari. Otomatis biaya tidak langsung berkurang dari Rp. 386.011.599,92 menjadi Rp. 368.800.891,65. Sedangkan biaya langsung bertambah dari Rp. 12.002.439.994,90 menjadi Rp. 12.013.435.388,83. Sehingga biaya menjadi Rp. total berubah dari Rp. 12.388.451.594,82 12.382.236.280,48. Alternatif 2 dengan metode penambahan tenaga kerja waktu pelaksaan berkurang 13 hari dari waktu normal 157 hari menjadi 144 hari. Otomatis biaya tidak langsung berkurang dari Rp. 386.011.599,92 menjadi Rp. 354.048.855,98. Sedangkan biaya langsung tetap tidak berubah Rp. 12.002.439.994,90. Sehingga biaya menjadi Rp. total berubah dari Rp. 12.388.451.594,82 12.356.488.850,88.
Sehingga dapat melancarkan dan mengurangi kepadatan lalu lintas dari Surabaya menuju Mojokerto dan juga sebaliknya. Pihak pemilik yaitu PT.Marga Nujyasumo Agung ingin agar pembangunan jalan tol Surabaya – Mojokerto ini selesai dengan waktu relatif cepat, harapannya jalan tol SurabayaMojokerto, dapat segera dioerasikan sehingga pengembalian investasi dari pembangunan jalan tol ini juga lebih cepat tercapai.
Namun
ada
konsekuensinya
dengan
adanya
percepatan penyelesaian pembangunan ini yaitu adanya pertambahan biaya. Pertambahan biaya akibat percepatan penyelesaian pembangunan akan mempengaruhi besarnya keuntungan dari investasi pembangunan jalan tol baru ini. Oleh karena itu, dengan adanya pertambahan biaya akibat adanya percepatan penyelesaian perlu dilakukan analisa terhadap waktu dan biaya yaitu dengan analisa pertukaran waktu dan biaya (Time Cost Trade Off).
Kata kunci : Metode Time Cost Trade Off (TCTO)
II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN
S
alah satu faktor penting di dalam perencanaan sebuah proyek adalah bagaimana mengolah proyek agar proyek tersebut selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan atau dapat selesai lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan. Dengan pengendalian suatu proyek yang baik, percepatan waktu penyelesaian diharapkan dapat secara efektif berjalan tanpa menimbulkan kerugian. Sebagai contoh, proyek pembangunan Jembatan Kali Surabaya pada Tol Surabaya – Mojokerto dibangun oleh PT.WIKA (PERSERO), Tbk sebagai alternatif pemecah kepadatan lalu lintas di Surabaya dan juga sebagai jalan alternatif lain untuk menggantikan peran dari jalan yang lama.
2.1. Waktu dan Penjadwalan Penjadwalan adalah pengaturan waktu terhadap suatu kegiatan yang biasanya digambarkan dalam diagram-diagram sesuai dengan skala waktu proyek. Juga untuk menentukan kapan suatu aktivitas-aktivitas tersebut dimulai, ditunda atau segera diselesaikan. Penjadwalan merupakan fase penterjemahan suatu perencanaan kedalam suatu diagram yang sesuai dengan skala waktu. Dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi diusahakan mendapat waktu penyelesaian yang paling pendek dengan biaya pelaksanaan yang seminimal mungkin. Sehingga usaha memperpendek waktu penyelesaian proyek tersebut harus benar-benar menilai dan melihat aktivitas-aktivitas pelaksanaan proyek yang telah disusun dan diurutkan secara sistematis. Aktfitas pengerjaan suatu proyek biasanya disusun dalam suatu bentuk diagram, yaitu : Diagram Network (Network Planning). Dalam Network Planning ini akan
2 terlihat beberapa lintasan-lintasan, yang diantaranya merupakan lintasan kritis. Yang perlu diperhatikan dalam usaha mempercepat waktu pelaksanaan suatu proyek, yang perlu diperpendek atau dipersingkat adalah waktu-waktu yang terdapat dalam lintasan kritis pada Network Planning tersebut. Juga, dalam pembiayaan pelaksanaan suatu proyek akan didapatkan penambahan jumlah biaya pada biaya langsung, sedangkan pada biaya tidak langsung akan mengalami pengurangan sejalan dengan pemendekan waktu pelaksanaan. Untuk merencanakan dan menggambarkan aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dibagi dalam beberapa macam metode, yaitu : 1. Diagram Balok (Bar Chart)
2. Diagram Garis (Time/Production Graph) 3. Diagram Panah (Arrow Diagram) 4. Diagram Skala Waktu (Time Scale Diagram) 5. Diagram Precendence (Precendence Diagram) Masing-masing metode memiliki ciri - ciri sendiri dan dipakai secara kombinasi pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metode - metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya untuk apa. Pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dipecah-pecah sebagai seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki satu perkiraan jadwal yang tertentu pula. Dalam pengerjaan tugas akhir ini metode yang digunakan adalah metode penjadwalan berupa diagram panah atau arrow diagram. Dengan membagi pekerjaanpekerjaan yang besar menjadi unit-unit pekerjaan yang lebih spesifik. 2.2 Diagram Panah (Arrow Diagram) Dalam diagram ini status suatu pekerjaan digambarkan dan ditentukan dalam jaringan kerja (network), dengan mempertimbangkan beberapa jenishubungan antar aktivitas, antara lain hubungan AwalAkhir (End-Start Relation), urutan yang tergambar dalam jaringan kerja menunjukkan hubungan atau ketergantungan dari aktivitas yang satu dengan yang lain, dimana setiap aktivitas yang satu dengan yang lain, dimana setiap aktivitas memiliki durasi yang telah ditetapkan. Kelebihan diagram panah : 1. Dapat membuat jadwal pelaksanaan dengan mengurangi waktu dan biaya seminimal mungkin.
2. Mengawasi proyek secara efisien, karena perencanaan dibuat secara menyeluruh dan mendetail.
3. Dapat mengetahui jalur kritis atau lintasan kritis dan pelaksanaan proyek. Kekurangan diagram panah :
1. Adanya aktivitas palsu (dummy), sehingga terdapat ketentuan tidak jelas tehadap aktivitas yang lain
2. Aktivitas satu harus selesai semua terlebih dahulu, baru dapat dilanjutkan dengan aktivitas yang lain, padahal kenyataannya
di
lapangan
sering
kali
pekerjaan
berikutnya dapat dilaksanakan tanpa menunggu pekerjaan yang lain selesai. 2.3 Lintasan Kritis Dalam diagram panah terdapat beberapa komponen pendukung yang dapat dibuat menjadi suatu diagram jaringan kerja. Dalam beberapa kegiatan mungkin saja terjadi antara kegiatan paling awal dengan kegiatan paling lambat memiliki waktu yang bersamaan. Jika hal yang demikian ini terjadi maka kegiatan-kegiatan tersebut dalam keadaan kritis, karena kegiatan-kegiatan tersebut harus dimulai dan diselesaikan pada waktu paling awal dan paling akhir. Lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis disebut lintasan kritis. Dimana jaringan kerja hanya mempunyai satu titik awal dan satu titik akhir, maka jalur atau lintasan kritis merupakan jalur atau lintasan yang mempunyai jumlah waktu pelaksanaan terbesar atau paling lama. 2.4 Analisa Time Cost Trade Off (TCTO) Di dalam perencanaan suatu proyek, disamping variabel waktu dan sumber daya, variabel biaya tidak dapat begitu saja dilupakan peranan pentingnya. Biaya merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen, dimana biaya yang ditimbulkan harus dikendalikan seminimal mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya. Analisa Time Cost Trade Off adalah suatu analisa yang dilakukan untuk memberikan penjelasan secara empiris tentang hubungan waktu penyelesaian dan biaya keseluruhan proyek. III. METODOLOGI 3.1 Studi Literatur Proyek akhir ini akan membahas mengenai analisa percepatan dengan metode Time Cost Trade Off (TCTO), maka terdapat beberapa teori – teori atau pustaka yang perlu dipelajari untuk dipakai sebagai acuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu : 1. Teori Waktu dan Penjadwalan Proyek
2. Diagram Panah (Arrow Diagram) 3. Teori Tentang Lintasan Kritis 4. Teori Tentang Analisa Time Cost Trade Off 5. Jenis-Jenis Biaya dalam Proyek
3 3.2 Jenis – Jenis Data
3.2.1 Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari lapangan dan pengamatan, yaitu: - Gambar proyek - Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah - Rencana Anggaran Biaya - Kurva S (normal)
3.2.2 Data Sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu data yang diperoleh dari studi perpustakaan dan dipakai sebagai literatur dan landasan teori serta data dari proyek. 3.3 Sumber Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan analisa tugas akhir ini didapatkan dengan mencari data dilapangan dan studi literatur yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini dengan teori-teori yang ada. Data-data yang diperlukan berupa data teknis, yaitu: a. Jadwal pelaksanaan proyek (Time Scedule) untuk mendapatkan nilai ND (Normal Duration). b. Rincian Anggaran Biaya (RAB) rencana, untuk mendapatkan nilai NC (Normal Cost). c. Gambar-gambar proyek.
IV. METODE PELAKSANAAN PROYEK 4.1 UMUM Di dalam pelaksanaan pembangunan pada Jalan Tol Ruas Surabaya – Mojokerto ini sangat berarti dengan penentuan metode pelaksanaan yang tepat. Pembangunan jalan tol tersebut mempunyai banyak item pekerjaan yang saling terkait. Begitu juga dalam penentuan metode pelaksanaan yang dipakai untuk pembangunan struktur jembatan Kali Surabaya yang salah satunya sebagai item penting pekerjaan yang berada di ruas Jalan Tol tersebut. Dalam Tugas Akhir ini secara garis besar kegiatan yang dibahas adalah struktur bangunan atas saja. 4.2 JENIS PEKERJAAN 4.2.1 Mortar Pad Mortar Pad adalah bagian yang nantinya akan berfungsi menompang bearing pad. Pada pelaksanan pekerjaan mortar pad ini yaitu dengan pemasangan besi lalu pemasangan bekisting dan kemudian pengecoran. 4.2.2. Bearing Pad Bearing pad ini adalah sebuah bahan yang terbuat dari karet namun didalamnya berisi besi yang berguna untuk menumpu balok girder. 4.2.3. Pemasangan Girder Pemasangan girder tersebut dengan cara Launcher. Alat yang digunakan bernama Launcher ini
mempunyai kegunaan banyak yaitu dalam mempercepat waktu pemasangan lebih efesien, sedikit resiko kecelakaan kerja dan dalam mengatur girder dapat secara maju dan mundur dengan leluasa sesuai dengan letak yang ditentukan sub drawing. Pemasangan girder dengan cara Launcher ini masih belum banyak karena pada umumnya masih memakai crane manual. Girder yang digunakan pada Jembatan Kali Surabaya ini terdapat 36 buah yang dipesan oleh PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA. Sebelum dilakukan perletakan girder maka keselamtan kerja di sekitar lokasi diperhatikan secara seksama.Sebelum pemesanan girder Kontraktor perlu adanya surat keterangan kekuatan, kelenturan akan beban, system membawa girder tersebut, cara pemeliharaan dan lain sebagainya oleh pihak PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA sebagai yang mempunyai barang. Dalam pemesanan tersebut Kontraktor juga harus mendapat persetujuan dari direksi, Konsultan dan pemilik. Dalam pengujian girder tersebut dengan menggunakan alat ultrasonic yang dilakukan setelah girder tersebut sampai di lokasi proyek. Metode Pelaksanaan : Pekerjaan Persiapan : a. Persiapan Alat Launcher didatangkan pada lokasi yang akan diperletakan girder tersebut. b. Periksa perletakan jembatan sesuai elevasinya. c. Umur beton sudah mencapai persyaratan 28 hari. d. Sebelum dilakukan pengangkatan girder, girder dilakukan grouting di darat. e. Sebelum erection girder dilakukan check kelurusan dan chamber. f. Penempatan alat pengangkat telah direncanakan sesuai kondisi lingkungan. g. Jumlah dan kapsitas alat pengangkat disesuaikan dengan kondisi pembebanan yang diangkat dan kondisi lokasi. h. Periksa material elastomer (bearing pad) masing – masing, sesuai dengan sertifikat dari Balai Penelitian. i. Elastomar (bearing Pad) sudah dipasang pada posisi benar. j. PCI Girder dipasang satu per satu, diurutkan sesuai rencana penempatan. k. Mengukur posisi girder (panjang girder dan antar dua perletakan). l. Member tanda - tanda, dari hasil ukur sebagai acuan penempatan PCI girder. Pekerjaan Erection Girder: a. b. c. d.
Rambu-rambu peringatan dan safety Menyiapkan penempatan dudukan dan alat launcher Girder sesuai rencana. Memastikan dudukan dan Alat Launcher Girder kuat. Mengangkat PCI Girder dari tempatnya, ke tempat yang sudah direncakan. Dalam pengangkatan dan penurunan harus pelan – pelan.
4 e.
Cek ulang ketepatan posisi PCI Gierder. Setiap selesai erection girder dilakukan pemasangan braching (pengaman) pada setiap girder sesuai rencana.
4.2.4 Diafragma Tengah Pekerjaan diafragma tengah ini dilakukan dengan sangat hati – hati. Karena pekerjaan ini memotong jalan raya. Maka dalam pemakaian metode pelaksanaanya untuk pekerjaan difragma tengah ini dibagi dua section. Adapun metode pelaksanaan yang dipakai sebagai berikut : 1. Pekerjaan bekisting pada section pertama 2. Kemudian setelah pekerjaan bekisting selesai lalu dilakukan pembesian. 3. Setelah dilakukan pembesian maka dilakukan pengecoran. 4. Kegiatan section kedua ini dilakukan setelah pelepasan bekisting pada section pertama dilepas. Ini sehingga arus lalu lintas dapatdiahlikan untuk sementara waktu sampai pekerjaan diafragma tengah selsai. 5. Kegiatan section dua ini sama dengan kegiatan section satu yaitu dimulai dengan pemasangan bekisting, pembesian dan pengecoran. 4.2.5. Diafragma Tepi Pekerjaan difragma tepi ini akan dimulai setelah pekerjaan difragma tengah selesai. Walaupun pekerjaan tersebut tidak saling menghalangi namun dalam pembangunan Jembatan Kali Surabaya ini merencanakan metode dengan efisien. Metode pelaksanaan difragma tepi ini hampir sama dengan pekerjaan lainnya yaitu dimulai dengan pembesian, pemsangan bekisting lalu pengecoran. 4.2.6. Deck Slab Pada pekerjaan deck slab ini dilakukan di pinggir jembatan, yaitu dimulai dari bekisting sampai dengan pengecoran. Kemudian dilakukan pengangkatan deck slab untuk ditempatkan pada posisinya. 4.2.7 Pelat Lantai Pada pekerjaan pelat lantai ini awal dilakukan adalah pekerjaan pembesian. Setelah dilakukan pekerjaan pembesian maka dilakukan bekisting. Pada pekerjaan pelat lantai ini dengan tebal 25 cm ini menggunakan mutu K-350. 4.2.8 Pelat Injak Pada pekerjaan pelat injak ini dilakukan setelah pekerjaan pelat lantai selesai. Dalam metode pelaksanaanya sama dengan pekerjaan pelat lantai namun dalam pemakaian sumber daya berbeda. 4.2.9 Barier Barier ini adalah dipakai agar kendaraan tidak keluar dari jalur jembatan pada pekerjaan barier ini dilakukan cor di tempat. Metode pelaksanaan pada pekerjaan barier ialah sebagai berikut : 1. Pemasangan pembesian. 2. Kemudian dilakukan bekisitng. 3. Setelah bekisting telah terpasang maka dilakukan pengecoran dengan mutu beton K-250. 4. Lalu dilakukan perawatan beton (curing). 4.2.10. Pengaspalan Pekerjaaan aspal ini berguna untuk melapisi pelat lantai agar dapat meredam dari suara kendaraan serta
mengurangi kelicinan pada ruas tersebut. Tebal lapisan aspal hanya 6 cm dan memakai aspal Ac- Wc. Metode pelaksanaan pada pekerjaan ini adalah : 1. Dilakukan penyemprotan agar ruas jalan yang akan dihampar oleh aspal tersebut hilang dari debu – debu. Penyemprotan ini dilakukan dengan menggunakan compresor. 2. Setelah ruas jalan yang akan dihampar telah bersih oleh debu maka diberi aspal curah dan tack coat. Tack Coat ini dilakukan agar aspal dapat menempel dengan pelat lantai. 3. Setelah diberi tack coat baru dilakukan penghamparan aspal dengan menggunakan bantuan alat asphalt finisher dan dump truck. 4. Disaat asphalt finisher berjalan maka tandem roller dipersiapkan untuk melakukan pemadatan. 4.2.11. Penerangan Lampu PJU Pada pekerjaan PJU untuk lampu diskeitar ruas jalan jembatan ini terdapat 3 titik yang berjarak 50 m. V. ANALISA PERHITUNGAN DURASI WAKTU DAN BIAYA NORMAL 5.1. ANALISA DURASI WAKTU NORMAL Perhitungan waktu normal adalah perhitungan durasi yang dibutuhkan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Adapun langkah perhitungan durasi berdasarkan jumlah kapasitas produksi pekerja tiap hari: Langka h 1: Menghitung kapasitas produksi tenaga kerja: jumlah tenaga kerja dominan
koefisien tenaga kerja dominan ( dari HSPK )
Langkah 2: Menghitung durasi yang dibutuhkan: volume pekerjaan (dari data )
kapasitas produktifitas tenaga kerja
Perhitungan waktu normal menyesuaikan pada kondisi lapangan dengan menggunakan 4 grup dan koefisien dominan adalah koefisien tukang, item pekerjaan proyek meliputi: V.1.1
5.1.1. Mortar Pad Mortar Pad adalah bagian yang nantinya akan berfungsi menompang bearing pad. Perhitungan waktu pekerjaan mortar pad sebagai berikut : Pekerjaan Pembesian A1 – P1 • Volume = 600,72 kg • Tenaga kerja yang digunakan 0,0004 Mandor = = 0,05 org/grup 4 grup
0,007
= 0,05 x 4 = 0,2 org ~ 1 org
Kepala tukang besi = 4 grup
0,0007 0,007
= 0,1 org/grup
= 0,1 x 4 = 0,4 org ~ 1 org
5 Tukang besi 4 grup
=
0,007 0,007
• •
ADHIMIX PRECAST INDONESIA.
= 1 x 4 = 4 org
Pekerja terampil 4 grup
601+321.137 ini terdapat 36 buah yang dipesan oleh PT.
= 1 org
=
0,007 0,007
= 1 x 4 = 4 org
Kapasitas produksi tenaga kerja 4 Tukang = = 571,429 kg/hari Durasi =
600 ,72
571 ,429
0,007
= 1,05 hari = 2 hari
Pekerjaan Bekisting A1 – P1 • Volume = 44,48 m2 • Tenaga kerja yang digunakan 0,033 Mandor = = 0,1 org/grup 4 grup
4 grup
•
0,33
=
Pengaturan launcher ke posisi girder (t 2 )
= 1 org
0,66
= 2 org
44,48
12,12
= 2 x 4 = 8 org
0,33
= 3,6 hari = 4 hari
=
0,083 2 0,166
Surveyor geodesi= 72
= 10 menit = 80 menit
Waktu Erection Girder : Persiapan (t 5 )
= 15 menit
Pemasangan
girder
dengan
trolley
= 12 m2/hari 2
0,006
= 300 m2/hari
• Durasi = = 6 hari 12 5.1.3 Pemasangan Girder Pemasangan girder tersebut dengan cara Launcher. Alat yang digunakan bernama Launcher ini mempunyai kegunaan banyak yaitu dalam mempercepat waktu pemasangan lebih efesien, Girder yang digunakan pada Jembatan Kali Surabaya STA 601+184.368 –
(t 6 )
=
Tinggi.angkat Kec.angkat =
5.1.2. Bearing Pad Bearing pad ini adalah sebuah bahan yang terbuat dari karet namun didalamnya berisi besi yang berguna untuk menumpu balok girder. Perhitungan waktu pekerjaan bearing pad sebagai berikut: Pekerjaan Pemasangan Bearing Pad • Volume = 72 buah • Tenaga kerja yang digunakan 1 orang mandor 2 orang pekerja terampil 2 surveyor geodesi • Kapasitas produksi tenaga kerja 1 Mandor = = 12,048 buah/hari Pekerja
Fixed time (t 4 ) Cycle time (C1)
Kapasitas produksi tenaga kerja 4 Tukang = = 12,12 m2/hari Durasi =
= 45 menit
Pelurusan center launcher dengan girder (t 3 ) = 20 menit
= 1 x 4 = 4 org 0,33
= 5 menit
= 0,1 org/grup
0,33 0,33
Waktu Yang Dibutuhkan untuk pemasangan Girder
Persiapan (t 1 )
= 0,1 x 4 = 0,4 org ~ 1 org
Pekerja terampil = 4 grup
0,033
Karakteristik : a. PCI Girder A : H = 2.1 m dan L = 40.6 m b. PCI Girder B : H = 2.1 m dan L = 47.6 m c. Mutu beton girder saat penarikan 80% fo’ atau 332 kg/cm2 d. Elastisitas modulus : 1.07 E +0.6 kg/cm2 e. Breaking stress : 18944 kg/cm2
Waktu Pengaturan launcher (Persiapan):
0,33
Tukang kayu 4 grup
= 0,1 x 4 = 0,4 org ~ 1 org
Kepala tukang kayu =
•
1.
= 1 org
4
0,8
= 5 menit
Launching Gantry bergerak tranversal menuju bearing pad (t 7 )
= =
Jarak .tempuh Kec.gantry
87
2,7
= 32,22 menit Pengaturan alat agar bearing pad yang sudah dipasang sesuai dengan titik bearring pad (t 8 ) = 10 menit Bila posisi sudah berada diatas bearring pad yang direncanakan. Maka Roda pada pengait launcher siap menurunkan girder tepat diatas bearring pad (t 9 ) =
Jarak . penurunan Kec. penurunan
5.5
= 4 = 1.375 menit Pengecekan ulang ketepatan posisi agar girder tepat berada di bearing pad = 5 menit Fixed time (t 10 )
= 10 menit
6 Cycle time (C2)
= 68.595 menit
Waktu Alat Launcher kembali ke posisi semula : Persiapan (t 11 )
= 10 menit
Biaya Alat
= Biaya Sat. Alat x Volume = Rp. 0,- /kg x 600,72 kg = Rp. 0,Normal Cost = Biaya (Upah + Bahan + Alat) = Rp. 413.896,08 + Rp. 6.302.457,20 + Rp. 0 = Rp. 6.716.353,28,-
Pengangkatan trolley dalam keadaan kosong (t 12 ) =
Tinggi.angkat Kec.angkat
=
5.5
18
= 0,31 menit
Launching Gantry bergerak tranversal kembali ke posisi semula (t 13 )
= =
Fixed time (t 14 ) Cycle time (C3)
Jarak .tempuh Kec.gantry
87
2,7
= 21.75 menit = 10 menit = 42.06 menit
Waktu Total Pengangkatan Girder
Waktu total pengangkatan Girder didapat dari waktu pengangkatan ditambah dengan waktu perpindahan posisi alat berat. Sehingga, dari tabel perhitungan didapatkan waktu total pengangkatan girder adalah Cycle Time total = C1 + C2 + C3 = 80 menit + 68.595menit + 42.06 menit = 3,09 jam
Perhitungan Produksi alat
Waktu rata-rata untuk pengangkatan 1 buah girder adalah sebagai berikut : =
3.09 = 3.09 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚/𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 1
Sehingga dari total waktu siklus tersebut kita dapat menentukan jumlah siklus dalam 1 jam (N), yaitu: 𝑁𝑁 =
1 1 = = 0,324 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 3.09
5.2. PERHITUNGAN BIAYA NORMAL
5.2.1. Biaya Normal Langsung Perhitungan pembesian mortar pad abutment A1 - pier P1 Volume = 600,72 kg Biaya satuan upah = Rp. 689,-/kg Biaya satuan bahan = Rp. 10.492,-/kg Biaya satuan alat = Rp 0,Normal duration = 2 hari Biaya Upah = Biaya Sat. Upah x Volume = Rp. 689.,- /kg x 600,72 kg = Rp. 413.896,08,Biaya Bahan = Biaya Sat. Bahan x Volume = Rp. 10.492,- /kg x 600,72 kg = Rp. 6.302.457,20,-
5.2.2. Biaya Normal Tak Langsung Yang termasuk dalam biaya normal tak langsung adalah biaya overhead kantor (pegawai), biaya overhead lapangan, serta biaya tak terduga. Perhitungannya sebagai berikut : • Biaya Overhead kantor Biaya overhead kantor adalah seluruh pembiayaan untuk tenaga – tenaga perencana dan pelaksana yang terdiri dari pimpinan project, site manager, staf teknik, staf administrasi, staf keamanan, dll. VI. ANALISA PEMAMPATAN WAKTU DAN BIAYA Dalam menganalisis hubungan antara biaya dan waktu diperlukan peninjauan masing-masing aktivitas terutama pada jalur lintasan kritis yang memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan dan ketepatan waktu proyek. Dengan cara melakukan pengurangan durasi atau waktu pada aktivitas- aktivitas yang melalui lintasan kritis dan nantinya akan dapat dilihat pengaruhnya terhadap waktu dan biaya. Pengurangan durasi hanya bisa dilakukan pada lintasan kritis, karena pengurangan durasi atau perpendekan waktu yang dilakukan pada aktivitasaktivitas yang tidak pada lintasan kritis, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan tidak akan berkurang. Metode ini merupakan usaha percepatan waktu aktivitas proyek. Sebagai langkah awal dari percepatan adalah menghitung seluruh penambahan biaya masingmasing aktivitas pada lintasan kritis yang akan dipercepat waktunya. Penambahan biaya pada suatu jaringan kerja proyek dihitung dengan menggunakan data biaya proyek sebagai acuan. 6.1. PENYUSUNAN NETWORK DIAGRAM Dengan mengetahui urutan pekerjaan dan keterkaitan antar aktivitas serta durasi tiap-tiap aktivitas maka dapat disusun Network Diagram dari tabel 6.1. Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan terhadap waktu pada tiap aktivitas yang meliputi saat paling awal dan paling akhir terjadinya event, saat mulai paling awal dan paling lambat suatu aktivitas, dan lain-lain. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui slack tiaptiap aktivitas sehingga untuk aktivitas yang mempunyai slack sama dengan nol merupakan aktivitas kritis. Kemudian dapat ditentukan lintasan kritis dari urutan aktivitas-aktivitas yang terjadi. Penyusunan Network Diagram pada proyek yang ditinjau dapat dilihat pada lampiran Network Diagram Setelah didapatkan hubungan antar aktivitas serta durasi dari masingmasing aktivitas. Maka langkah selanjutnya yaitu membuat jaringan kerja (Network Planing) seperti dapat dilihat pada Lampiran Network Diagram. 6.2. PERHITUNGAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN
7 PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) 6.2.1. Perhitungan Crash Duration Dan Crash Cost Sebelum melakukan perhitungan durasi crash dan biaya crash, terlebih dahulu dilakukan rencana crashing atau skenario crashing terutama pada pekerjaan–pekerjaan yang berada pada lintasan kritis. Jalur kritis sangat memegang peranan penting dalam menganalisa hubungan antara biaya dan waktu karena pada lintasan kritis ini tidak terdapat selisih antara perhitungan waktu maju dan perhitungan waktu mundur. Rencana crashing dilakukan berdasarkan lama durasi dan besar volume pekerjaannya. Alternatif percepatan yang digunakan adalah dengan penambahan jam kerja lembur. Sehingga diharapkan pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat agar pekerjaan berikutnya dapat dimulai lebih awal. Asumsi – asumsi yang dipakai untuk menghitung crash duration adalah sebagai berikut : 1. Aktifitas normal memakai waktu 7 jam kerja dan 6 hari kerja dalam 1 minggu (UU RI tentang ketenagakerjaan no. 13 Th. 2003, pasal 77 ayat 2) 2. Waktu kerja lembur memakai 3 jam per hari (UU RI Tentang Ketenagakerjaan no. 13 Th. 2003, pasal 77 ayat 1) 3. Upah pekerja untuk setiap jam lembur sebesar 1,5 kali upah sejam dan sebesar 2 kali pada jam kedua dan seterusnya (Sumber Keputusan Menteri No.102/MEN/IV/2004, Pasal 11) 4. Produktifitas untuk kerja lembur diperhitungkan 75% dari produktifitas kerja pada saat normal. Perhitungan crash duration Pada pembahasan ini akan diberikan contoh perhitungan pembesian diafragma tepi pier P2 – abutment A2 : - Produktivitas Normal Harian =
𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 2759,92 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 5 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 571,43 𝑘𝑘𝑘𝑘/ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
- Produktivitas Per Jam =
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 571,43 = = 81,63 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 7
- Produktivitas Harian Setelah Crashing = (jam kerja normal x produktivitas per jam) + (jam kerja lembur x Efisiensi x Produktifitas per jam) = ( 7 jam x 81,63 kg/jam) + ( 3 jam x 0,75 x 81,63 kg /jam) = 755,1 kg/hari - Crash Duration =
=
𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝. ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
2759,92 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 3,66 ≈ 4 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 755,1 𝑘𝑘𝑘𝑘/ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Perhitungan crash cost Upah Pekerja - Upah normal per jam = harga satuan upah x produktivitas normal per jam = Rp. 689,- x 81,63 kg/jam = Rp. 56.245,- Biaya lembur per hari = (1,5 x upah normal per jam) + (2 x upah normal per jam) + (2 x upah normal per jam) = (1,5 x Rp. 56.245,-) + (2 x Rp. 56.245,-) + (2 x Rp. 56.245,-) = Rp. 309.347,- Crash cost pekerja per hari = (jam kerja normal x upah normal per jam) + biaya lembur = (7 x Rp. 56.245,-) + Rp 309.347,= Rp. 393.714,- + Rp 309.347,= Rp. 703.061,Biaya Peralatan - Upah normal per jam = harga satuan alat x produktivitas normal per jam = Rp. 0,- x 81,63 kg/jam = Rp. 0,- /jam - Biaya lembur alat per hari = (3 x upah normal per jam) = (3 x Rp. 0,-) = Rp. 0,- / hari - Crash cost alat per hari = (jam kerja normal x upah normal per jam) + biaya lembur = (7 x Rp. 0,-) + Rp. 0,= Rp. 0,- Total Biaya = (volume x harga satuan bahan) + (crash duration x crash cost pekerja per hari) + (crash duration x crash cost alat per hari) = (2759,92 kg x Rp. 10.492,-) + (4 hari x Rp. 703.061,-) + (4 hari x Rp. 0,-) = Rp. 28.955.715,- + Rp. 2.569.709,- + Rp. 0,= Rp. 31.525.425, Perhitungan Cost Slope Cost Slope perbandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan waktu penyelesaian. Cost Slope merupakan hasil pengurangan antara biaya crashing (Crash Cost) dengan biaya normal proyek (Normal Cost) dan dibagi dengan hasil pengurangan antara durasi normal (Normal Duration) dengan crashing durasi (Crash Duration). Cost Slope dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝐶𝐶𝐶𝐶𝑠𝑠𝑠𝑠 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 − 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷
Dimana : Crash Cost
=
𝐶𝐶𝐶𝐶 − 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑁𝑁𝑁𝑁 − 𝐶𝐶𝐶𝐶
= Biaya Proyek Dipercepat
8 Normal Cost = Biaya Normal Proyek Crash Duration = Waktu Proyek Dipercepat Normal Duration = Waktu Normal Proyek Contoh perhitungan Cost Slope adalah, sebagai berikut : Data : Pekerjaan pembesian diafragma tepi abutment A2 - pier P2 dengan alternatif penambahan waktu (3 jam) Normal Duration = 5 hari Normal Cost = Rp. 30.857.301,Crash Duration = 4 hari Crash Cost = Rp. 31.525.425,Cost Slope : 𝐶𝐶𝐶𝐶 − 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑅𝑅𝑅𝑅. 30.857.301 − 𝑅𝑅𝑅𝑅. 31.525.425 = 5 hari − 4 hari 𝑁𝑁𝑁𝑁 − 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 𝑅𝑅𝑅𝑅. 568.698, −𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
6. 3. PERHITUNGAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN PENAMBAHAN TENAGA KERJA 6.3.1. Perhitungan Crash Duration Dan Crash Cost Dalam mencari penambahan biaya suatu aktivitas harus terdapat suatu alternatif yang dapat menekan waktu pelaksanaan proyek. Alternatif yang digunakan bisa melalui penambahan komponen tenaga kerja. Pada proyek akhir ini alternatif II yang digunakan adalah dalam penambahan tenaga kerja. Perhitungan mencari biaya dengan penambahan tenaga kerja adalah sebagai berikut: Sebagai contoh pada perhitungan pembesian diafragma tepi A2-P2: • Volume : 2759,92 kg • Durasi normal : 4,83 ~ 5 hr • Tenaga kerja yang digunakan 0,0004 Mandor = = 0,05 org/grup 0,007
Rp. 386.011.599,92 menjadi Rp. dari 368.800.891,65. Sedangkan biaya langsung bertambah dari Rp. 12.002.439.994,90 menjadi Rp. 12.013.435.388,83. Sehingga biaya total berubah dari Rp. 12.388.451.594,82 menjadi Rp. 12.382.236.280,48. •
Percepatan waktu dengan metode penambahan tenaga kerja dapat menyebabkan waktu pelaksanaan berkurang 13 hari dari waktu normal 157 hari menjadi 144 hari. Otomatis biaya tidak langsung berkurang dari Rp. 386.011.599,92 menjadi Rp. 354.048.855,98. Sedangkan biaya langsung tetap tidak berubah Rp. 12.002.439.994,90. Sehingga biaya total berubah dari Rp. 12.388.451.594,82 menjadi Rp. 12.356.488.850,88.
7.2. Saran 1. Alternatif – alternatif yang dipakai dalam percepatan diambil dari asumsi. Untuk itu seharusnya perlu dilakukan wawancara dengan kontraktor yang terkait untuk mendapatkan alternatif – alternatif yang sesuai dengan kondisi lapangan, agar didapatkan waktu yang optimal pada setiap pekerjaan. 2. Dalam pengawasan dilapangan diperlukan perhatian yang lebih ketat pada kegiatan yang dianggap nantinya bisa mempengaruhi lamanya durasi pelaksanaan proyek. 3. Pada pembangunan Jembatan Kali Surabaya ini secara teori dapat diterapkan metode TCTO (Time Cost Trade Off) karena penambahan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak dan dapat digunakan lebih awal sehingga diharapkan dapat memberi kelancaran untuk tahap section selanjutnya.
4 grup = 0,05 x 4 = 0,2 org ~ 1 org
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepala tukang besi=
0,0007 0,007
= 0,1 org/grup
4 grup = 0,1 x 4 = 0,4 org ~ 1 org Tukang besi =
0,007 0,007
= 1 org
4 grup = 1 x 4 = 4 org Pekerja terampil = 4 grup
0,007 0,007
= 1 org
= 1 x 4 = 4 org
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. KESIMPULAN Setelah mengevaluasi kedua alternatif yang telah dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan : • Percepatan waktu dengan metode penambahan jam kerja dapat menyebabkan waktu pelaksanaan berkurang 7 hari dari waktu normal 157 hari menjadi 150 hari. Otomatis biaya tidak langsung berkurang
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir.Achmad Faiz HP, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan dan doa serta kepada segenap jajaran Dosen, TU dan teman–teman semua yang telah membantu selama perkuliahan berlangsung.
9
DAFTAR PUSTAKA Soeharto, I. 1999, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi kedua jilid 1, Erlangga, Jakarta Soeharto, I. 1999, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi kedua jilid 2, Erlangga, Jakarta R Sutjipto, Nugraha Paulus dan Natan Ishak. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi. Surabaya :kartika Yudha.