BAB IV ANALISA DATA
Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka
dapat
digunakan untuk menentukan parameter setting dan menganalisa kehandalan dari system Auto Back Synchrone yang digunakan di Ciputra World 1 Jakarta. Module Deepsea 8660 dan 8610 adalah media yang digunakan untuk mengatur system Auto Back Synchrone ini. Seluruh parameter setting yang sudah ditentukan melalui perhitungan – perhitungan berdasarkan kapasitas daya dan segala sesuatu yang diinginkan dalam sistem ini akan dimasukkan ke dalam Deepsea 8660 dan 8610. Karena system Auto Back Synchrone ini adalah membuat dua buah sumber tenaga listrik yang berbeda ( PLN dan genset ) dapat bekerja secara paralel ( Synchrone ), maka dari itu kedua tipe Module Deepsea ini memiliki fungsi dan peran masing – masing. Untuk Module Deepsea 8660 ( Auto Transfer Switch & Mains Control Module ) adalah pengatur system di bagian sumber tegangan listrik yang berasal dari PLN atau biasa dikenal dengan Mains Power ( Sumber tegangan Utama ). Deepsea 8660 ini akan memberikan kontrol terhadap 2
39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
buah Automatic Circuit Breaker yang ada pada panel utama, satu buah circuit breaker terletak di incoming dari datangnya tegangan dari sumber tegangan PLN ( Mains Breaker ) dan satu buah lagi di incoming datangnya tegangan dari sumber tegangan Genset ( Bus Breaker ). Sedangkan untuk Module Deepsea 8610 ( Auto Start Load Share Module ) adalah pengatur serta memberikan proteksi untuk genset. Deepsea 8610 ini hanya mengontrol 1 buah circuit breaker saja, yaitu incoming dari genset. Jadi secara fungsi deepsea 8610 ini yang mengatur kapan genset harus menyala, kapan genset harus shutdown, memberikan proteksi terhadap genset dari gangguan dan mengatur sinkronisasi antar genset serta mengatur pembagian beban antar genset. Berikut ini adalah penempatan dari Module Deepsea 8660 dan 8610 pada sistem Auto Back Synchrone di Ciputra World 1 Jakarta: Deepsea 8660
Deepsea 8610
Gambar 4.1 Posisi Penempatan Module Deepsea 8660 dan 8610 pada area Office
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Deepsea 8660
Deepsea 8610
Gambar 4.2 Posisi Penempatan Module Deepsea 8660 dan 8610 pada area Podium
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Deepsea 8660
Deepsea 8610
Gambar 4.3 Posisi Penempatan Module Deepsea 8660 dan 8610 pada area Apartment, Hotel, dan Premium Residence
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
4.1 Perhitungan kapasitas konsumsi daya maksimum. Berdasarkan spesifikasi pada trafo dan teori distribusi tenaga listrik, menyarankan bahwa konsumsi daya maksimal tidak boleh melebihi dari kapasitas maksimal dari spesifikasi daya trafo, hal ini dapat menyebabkan efisiensi kerja dari trafo menurun dari waktu ke waktu. Maka dari itu, berdasarkan data kapasitas daya pada masing – masing area di Ciputra World 1 Jakarta yang ditunjukkan pada tabel 3.1, dapat ditentukan daya konsumsi maksimal pada setiap area adalah sebesar 98% dari kapasitas daya total di setiap area. Pengaturan daya konsumsi maksimum ini selain digunakan untuk melindungi infrastruktur distribusi tenaga listrik, juga digunakan sebagai acuan untuk menentukan koordinasi parameter setting dari proteksi arus lebih pada jaringan distribusi tenaga listrik di setiap area agar konsumsi daya pada masing-masing area tidak melebihi dari jatah daya maksimum yang diberikan oleh PLN. Tabel di bawah ini menujukkan nilai daya konsumsi maksimum yaitu sebesar 98% dari kapasitas daya total di setiap area pada Ciputra World 1 Jakarta. Tabel 4.1 Tabel Daya Konsumsi Maksimum Area
Substation
Kapasitas Daya ( KVA )
Daya Konsumsi Maksimum ( KVA )
Tegangan ( Volt )
Office
Office Retail 1 Retail 2 Retail 3 Apartment Hotel
3895 KVA 6055 KVA 6230 KVA 6230 KVA 2500 KVA 4000 KVA
3817 KVA 5934 KVA 6105 KVA 6105 KVA 2450 KVA 3920 KVA
20 KV 20 KV 20 KV 20 KV 20 KV 20 KV
Premium Residence
3200 KVA
3136 KVA
20 KV
Podium Apartment dan Hotel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Tabel diatas digunakan sebagai acuan untuk menentukan beberapa parameter setting lain seperti setting daya aktif dan daya reaktif, setting proteksi arus overload dan overcurrent dan setting proteksi untuk arus balik dalam jaringan. Seluruh parameter setting ini dimasukkan ke dalam parameter setting yang ada di Deepsea 8660. Karena dalam sistem ini Deepsea 8660 berperan sebagai otak dari sistem Auto Back Syncrhone di Ciputra World 1 Jakarta ini. Maka dari itu berdasarkan hubungan segitiga daya yang ditunjukkan pada persamaan 2.7, sebagai contoh pada area Podium Retail 1 untuk mendapatkan nilai parameter setting daya aktif maksimum yang dimasukkan ke dalam parameter setting Deepsea 8660 pada Cubicle incoming PLN di Panel MVMSB Retail 1 adalah sebagai berikut : -
Area Podium Retail 1 P = S x cos phi = 5934 x 0,95 = 5637,3 Kw ≈ 5638 Kw
Perhitungan diatas merupakan perhitungan daya aktif ( P ) maksimum pada salah satu area yaitu area Podium Retail 1 yang ada di Ciputra World 1 Jakarta. Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka dapat ditentukan setting kapasitas daya aktif maksimum pada area lain di Ciputra World 1 Jakarta dengan hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Tabel 4.2 Tabel Parameter Setting Daya Aktif Maksimum ( KW )
Setelah mendapatkan hasil perhitungan untuk setting kapasitas daya aktif maksimum pada masing-masing area di Ciputra World 1 Jakarta, maka hasil perhitungan setting tersebut kita masukkan ke dalam parameter setting pada Module Deepsea 8660. Di bawah ini diambil contoh untuk setting kapasitas daya aktif maksimum pada Module Deepsea 8660 di area Podium Retail 1.
Gambar 4.4 Setting kapasitas daya aktif maksimum area Podium Retail 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Pada tahap selanjutnya adalah menentukan parameter setting untuk daya reaktif ( Q ) berdasarkan kapasitas daya maksimum di setiap area Ciputra World 1 Jakarta. Berdasarakan persamaan 2.7, sebagai contoh pada area Podium Retail 1 untuk mendapatkan nilai parameter setting daya reaktif maksimum yang dimasukkan ke dalam parameter setting Deepsea 8660 pada Cubicle incoming PLN di Panel MVMSB Retail 1 adalah sebagai berikut : Area Podium Retail 1 Q = S x sin phi = 5934 x 0,312 = 1851,408 Kvar ≈ 1851 Kvar Perhitungan diatas merupakan perhitungan daya reaktif ( Q ) maksimum pada salah satu area yaitu area Podium Retail 1 yang ada di Ciputra World 1 Jakarta. Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, maka dapat ditentukan setting kapasitas daya reaktif maksimum pada area lain di Ciputra World 1 Jakarta dengan hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Tabel Parameter Setting Daya Reaktif Maksimum ( KVar )
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Setelah mendapatkan hasil perhitungan untuk setting kapasitas daya reaktif maksimum pada masing-masing area di Ciputra World 1 Jakarta, maka hasil perhitungan setting tersebut kita masukkan ke dalam parameter setting pada Module Deepsea 8660. Di bawah ini diambil contoh untuk setting kapasitas daya reaktif maksimum pada Module Deepsea 8660 di area Podium Retail 1.
Gambar 4.5 Setting kapasitas daya reaktif maksimum area podium Retail 1
Agar sistem distribusi tenaga listrik dapat berjalan dengan aman, maka kita tidak boleh menggunakan daya konsumsi beban dengan nilai yang sama atau bahkan melebihi kapasitas daya total yang diberikan oleh PLN. Hal ini memungkinkan resiko terjadinya gangguan menjadi besar. Beberapa akibat apabila kita menggunakan daya listrik yang diberikan oleh PLN secara keseluruhan ( 100% ) adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
a. Terjadi gangguan beban berlebih ( overload ) yang menyebabkan relay proteksi overload aktif dan akan memutus aliran tegangan listrik ( CB Open ) dan seluruh beban akan padam. b. Apabila relay proteksi pada panel utama tidak bekerja maksimal, maka ada kemungkinan ketika terjadi gangguan yang akan bekerja lebih dahulu adalah proteksi yang ada di Gardu Induk milik PLN. Apabila hal ini terjadi maka pengelola gedung akan dikenakan sanksi oleh PLN. c. Menurunnya usia pemakaian ( lifetime ) trafo distribusi pada jaringan distribusi tenaga listrik. Kareana pemakaian 100% pada sebuah trafo memang tidak diajurkan oleh produsen trafo manapun. 4.2 Perhitungan parameter Setting Proteksi untuk sistem Auto Backup Synchrone 4.2.1 Mains Voltage Alarms Mains Voltage Alarms adalah parameter setting untuk proteksi terhadap nilai tegangan dari sumber tegangan utama ( PLN ). Karena salah satu syarat untuk dapat memparalelkan ( Synchrone ) 2 buah sumber tegangan yang berbeda ( PLN dan genset ) adalah nilai tegangan harus sama. Maka dari itu untuk menjag kestabilan nilai tegangan baik dari Genset maupun PLN, proteksi ini sangat dibutuhkan. Jadi apabila nilai tegangan dari salah satu sumber tegangan naik / turun melebihi dari batas yang sudah ditentukan dan sudah tidak memenuhi persyaratan Synchrone, maka dari itu Module Deepsea 8660 akan melakukan action berupa melepas ( Open ) CB sumber tegangan yang nilai tegangannya bermasalah. Berikut ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
adalah perhitungan untuk menentukan nilai parameter proteksi tegangan untuk sistem Auto Back Synchrone : a. Nominal Voltage ( Tegangan Nominal Jaringan ) Tegangan nominal jaringan yang digunakan dalam sistem ini adalah Medium Voltage 20 KV. Maka dari itu pada Module Deepsea 8660 nilai tegangan yang terbaca adalah setelah melalui proses
penurunan
nilai
tegangan
menggunakan
Voltage
Transformer dengan perbandingan kumparan primer dan sekunder nya adalah 20.000 V / 100 V. Artinya adalah apabila tegangan input yang masuk ke kumparan primer Voltage Transformer sebesar 20.000 Volt, maka tegangan output pada kumparan sekunder Voltage Transformer yang terbaca oleh Module Deepsea 8660 adalah sebesar 100 Volt. b. Under Voltage ( Batas minimum tegangan turun ) Nilai parameter setting untuk under voltage dalam sistem ini ditentukan pada angka 13% dari tegangan nominal. Maka dari itu dengan persamaan dibawah, maka nilai batas tegangan turun dalam sistem ini adalah sebagai berikut : Under Voltage
= 100 Volt - ( 12 % x 100 Volt ) = 100 Volt – 12 Volt = 88 Volt
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Nilai diatas apabila kita konversi dengan perbandingan Voltage Transformer yaitu 20000 V / 100 V, maka akan mendapatkan hasil sebagai berikut : 100 / 20.000
=
88 / Y Volt
100 x Y Volt =
20.000 x 88
Y Volt
17.600 Volt
=
Nilai Y Volt adalah definisi dari nilai tegangan sebenarnya dalam jaringan sistem ini. Apabila nilai tegangan PLN turun sampai menyentuh angka tersebut diatas, maka nilai tegangan tersebut sudah tidak layak untuk dilakukan proses Synchronizing dan juga berbahaya untuk operasional beban pada jaringan. c. Over Voltage ( Batas maksimal tegangan naik ) Nilai parameter setting untuk over voltage dalam sistem ini ditentukan pada angka 9% dari tegangan nominal. Maka dari itu dengan persamaan dibawah, maka nilai batas tegangan naik dalam sistem ini adalah sebagai berikut : Over Voltage = 100 Volt + ( 9 % x 100 Volt ) = 100 Volt + 9 Volt = 109 Volt
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Nilai diatas apabila kita konversi dengan perbandingan Voltage Transformer yaitu 20000 V / 100 V, maka akan mendapatkan hasil sebagai berikut : 100 / 20.000
= 109 / W Volt
100 x W Volt = 20.000 x 109 W Volt
= 21.800 Volt Nilai W Volt adalah definisi dari nilai tegangan sebenarnya
dalam jaringan sistem ini. Apabila nilai tegangan PLN naik sampai menyentuh angka tersebut diatas, maka nilai tegangan tersebut sudah tidak layak untuk dilakukan proses Synchronizing dan juga berbahaya untuk operasional beban pada jaringan. Setelah dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai parameter setting Mains Voltage Alarms pada Module Deepsea 8660, maka berikut ini adalah gambar yang menunjukkan parameter setting tersebut di dalam Module Deepsea 8660.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Gambar 4.6 Parameter setting Mains Voltage Alarm pada Deepsea 8660 Proteksi terhadap nilai tegangan sangat dibutuhkan dalam sistem Auto Back Synchrone ini. Selain karena untuk memenuhi persyaratan proses synchronizing, tetapi juga digunakan sebagai pengaman beban agar beban tidak cepat rusak terutama beban-beban elektronik. Banyak sekali beban-beban elektronik yang sangat sensitif terhadap nilai tegangan yang tidak stabil. Dengan adanya proteksi Mains Voltage Alarms ini maka sistem jaringan distribusi dan sistem Auto Back synchrone dapat berjalan dengan baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
4.2.2 Mains Frequency Alarms Mains Frequency Alarms adalah
parameter setting untuk
proteksi terhadap nilai frekwensi dari sumber tegangan utama ( PLN ). Karena salah satu syarat untuk dapat memparalelkan ( Synchrone ) 2 buah sumber tegangan yang berbeda ( PLN dan genset ) adalah nilai frekwensi harus sama. Maka dari itu proteksi untuk nilai frekwensi ini sangat dibutuhkan. Jadi apabila nilai frekwensi dari salah satu sumber tenaga listrik naik / turun melebihi dari batas yang sudah ditentukan dan sudah tidak memenuhi persyaratan Synchrone, maka dari itu Module Deepsea 8660 akan melakukan action berupa melepas ( Open ) CB sumber tegangan yang nilai tegangannya bermasalah. Untuk sumber tegangan yang dihasilkan oleh genset, nilai frekwensi ini berbanding lurus dengan besar kecilnya nilai putaran mesin ( Rpm mesin ) dari genset tersebut. Maka dalam sistem ini sangat membutuhkan genset dengan performa mesin yang baik agar nilai frekwensi tegangan yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai parameter proteksi nilai frekwensi untuk sistem Auto Back Synchrone :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
a. Nilai
Frekwensi
dengan
kecepatan
putaran
mesin
Genset
berbanding lurus berdasarkan persamaan 2.11 dan perhitungan di bawah ini : n
= 120 x f / p = 120 x 50 / 4 = 1500 rpm
Nilai nominal frekwensi tegangan dari PLN adalah 50 Hz. Maka dari itu, butuh kecepatan putaran mesin genset sebesar 1500 Rpm untuk menghasilkan nilai frekwensi 50 Hz pada keluaran tegangan generatornya. b.
Under Frequency ( Batas bawah nilai frekwensi ) Nilai parameter setting untuk under frequency dalam sistem ini ditentukan pada angka 10% dari frekwensi nominal. Maka dari itu dengan persamaan dibawah ini, maka batas bawah nilai frekwensi dalam sistem ini adalah sebagai berikut : Under Frequency
= 50 Hz - ( 10 % x 50 Hz) = 50 Hz – 5 Hz = 45 Hz
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
c. Over Frequency ( Batas atas nilai frekwensi ) Nilai parameter setting untuk over frequency dalam sistem ini ditentukan pada angka 4% dari frekwensi nominal. Maka dari itu dengan persamaan dibawah ini, batas atas nilai frekwensi dalam sistem ini adalah sebagai berikut : Over Frequency
= 50 Hz + ( 4 % x 50 Hz) = 50 Hz + 2 Hz = 52 Hz
Setelah dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai parameter setting Mains Frequency Alarms pada Module Deepsea 8660, maka berikut ini adalah gambar yang menunjukkan parameter setting tersebut di dalam Module Deepsea 8660.
Gambar 4.7 Parameter setting Mains Frequency Alarm pada Deepsea 8660
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
4.3 Perhitungan parameter setting untuk proses Synchronizing PLN – Genset pada System Auto Backup Synchrone 4.3.1 Parameter Setting Bus Options Bus Options adalah salah satu fitur dalam Module Deepsea 8660 yang berguna untuk menentukan nilai nominal tegangan dan frekwensi dari Genset pada saat proses synchronizing antara PLN dan Genset. Karena nilai nominal tegangan dan frekwensi ini merupakan syarat agar proses synchronizing dapat berjalan dengan aman, maka setting tegangan dan frekwensi genset pada fitur Bus Options ini harus sama dengan setting nilai nominal tegangan dan frekwensi PLN pada fitur Mains Options. Gambar dibawah ini menunjukkan jenis-jenis parameter setting yang ada dalam fitur Bus Options pada Module Deepsea 8660.
Gambar 4.8 Setting ratio Voltage Transformer pada Cubicle Incoming Genset
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Gambar 4.9 Parameter setting Nominal Tegangan dan Frekwensi Genset
Kemudian pada tahap berikutnya, untuk menentukan level operasional yang aman dari sistem Auto Back Synchrone ini kita harus menentukan beberapa parameter setting yang benar–benar akan berperan penting dalam operasional sistem Auto Back Synchrone di Ciputra World ini. Parameter setting tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dead Bus Parameter setting Dead Bus adalah nilai tegangan maksimal yang terbaca di main busbar panel synchrone apabila tidak terdapat sumber tegangan yang masuk melewati CB Incoming dari panel tersebut. Jadi apabila Module Deepsea 8660 membaca tegangan di main busbar sesuai dengan parameter setting Dead Bus atau di bawah parameter setting Dead Bus, maka Module Deepsea 8660 akan menganggap main busbar tidak bertegangan dan layak untuk diisi tegangan dari salah satu sumber tegangan baik dari PLN maupun Genset. Nilai parameter setting Dead Bus dalam sistem ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
adalah 22 volt pada sisi sekunder dari Voltage Transformer, maka dari itu dengan acuan perbanding sisi primer dan sekunder dari Voltage Transformer, tegangan Dead bus yang terbaca di main busbar panel seharusnya adalah sebagai berikut : 100 / 20.000
=
22 / DB Volt
100 x DB Volt =
20.000 x 22
DB Volt
4.400 Volt
=
Jadi, apabila di main busbar panel Medium Voltage masih ada tegangan sisa baik dari PLN maupun genset dengan nilai 4.400 Volt, maka main busbar ini aman untuk diisi dengan tegangan dari salah satu sumber yang lain baik dari PLN maupun Genset. Tetapi apabila tegangan sisa melebihi setting daripada Dead Bus, maka main busbar tidak aman untuk diisi tegangan dari sumber tegangan lain. b. Check Sync Paramater check sync berarti selisih antar nilai nominal tegangan, frekwensi, dan sudut fasa antar sumber tegangan PLN dan Genset. Karena pada prinsipnya synchronizing itu adalah menggabungkan ( memparalelkan ) dua buah sumber tenaga listrik yang berbeda, maka dari itu pada fitur check sync inilah kita menentukan selisih tegangan, frekwensi, dan sudut fasa dari kedua sumber tegangan tersebut. Semakin kecil selisihnya semakin aman dua sumber tegangan untuk di synchrone.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
c.
Fail To Sync Alarm Parameter Fail to sync alarm adalah parameter proteksi untuk lama proses synchronizing dari awal menyamakan tegangan, frekwensi, sudut fasa, dll sampai kepada dua buah sumber tegangan bisa diparalelkan. Apabila proses ini terlalu lama dapat disimpulkan bahwa salah satu sumber tegangan baik dari PLN maupun genset tidak dalam kondisi yang normal. Maka dari itu proses synchronizing harus segera dihentikan agar tidak terjadi gangguan yang membahayakan sistem distribusi tenaga listrik tersebut. Dari penjelasan fitur-fitur yang pada Bus Options di atas, dibawah ini adalah gambar yang menunjukkan parameter setting pada Module Deepsea 8660.
Gambar 4.10 Parameter setting Check Sync pada Module DSE 8660
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
4.3.2
Load Control Parameter setting Load Control ini berfungsi untuk mengatur kecepatan perpindahan beban dari sumber tegangan PLN ke Genset ataupun sebaliknya. Proses perpindahan beban ini terjadi saat sistem Auto Back Synchrone bekerja. Jadi, beban yang pada awalnya di back up oleh sumber tegangan dari PLN saat proses back synchrone sudah berhasil maka beban akan pelan – pelan dipindahkan ke genset sesuai dengan nilai parameter setting pada Load Control ini. Hal ini juga berlaku untuk keadaan sebaliknya dimana saat beban di back up oleh Genset dan kemudian sumber tegangan PLN kembali normal maka beban akan pelan-pelan dipindahkan dari Genset ke PLN. Proses ini yang biasanya dikenal dengan proses Load Sharing yaitu pembagian beban antara 2 buah sumber tegangan yang berbeda pada saat proses synchrone terjadi. Dibawah ini ditunjukkan gambar parameter setting Load Control pada Module Deepsea 8660.
Gambar 4.11 Parameter setting Load Control
Yang dimaksud dengan setting Ramp Speed pada parameter Load Control ini adalah saat terjadi Load Sharing ( Perpindahan beban ) baik dari PLN ke Genset maupun sebaliknya, Module DSE
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
8660 akan mengatur perpindahan beban tersebut dengan kecepatan 1% dari total beban per detik. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi over current saat beban dipindahkan dari salah satu sumber tegangan ke sumber tegangan yang lain.
4.4 Gangguan pada sistem Auto Backup Synchrone dan cara mengatasinya Berdasarkan tahap-tahap dan persyaratan proses synchrone yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Maka parameter setting diatas merupakan syarat mutlak untuk dipenuhi agar sistem Auto Back synchrone ini dapat berjalan dengan baik. Namun dalam proses aplikasi sistem ini di lapangan, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi sehingga beberapa kali terjadi gangguan pada sistem tersebut. Berikut ini adalah pembahasan gangguan yang terjadi pada aplikasi sistem di lapangan dan solusi untuk mengatasi gangguan tersebut. 4.4.1 Gangguan Flicker ( Tegangan Kedip ) pada sumber tegangan PLN Salah satu permasalahan atau gangguan jaringan distribusi tenaga listrik di Indonesia yang sering terjadi adalah adanya tegangan kedip ( Flicker ) dan sumber tegangan utama PLN. Jadi pada prosesnya, sistem Auto Back Synchrone ini adalah memprioritaskan sumber tegangan dari PLN, apabila terdapat masalah pada sumber tegangan utama dari PLN misalkan PLN padam, Flicker, under / over voltage, dsb yang tidak memenuhi persyaratan yang sudah disetting
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
pada Module Deepsea 8660. Maka Module Deepsea 8660 akan membuka jalur utama ( CB Incoming ) dari tegangan PLN dan memanggil genset untuk segera menyala dan mengambil alih beban. Jadi Module Deepsea 8660 ini bekerja berdasarkan sensor tegangan PLN yang dibaca oleh Module. Apabila tegangan PLN kedip dalam waktu yang sangat singkat dan Module Deepsea 8660 kehilangan pembacaan nilai tegangan PLN pada sensor input tegangan, maka Module Deepsea 8660 akan memutus jalur utama ( CB Incoming ) tegangan PLN dan memanggil genset. Tetapi karena hilangnya tegangan PLN ini hanya sesaat dan dalam waktu yang sangat singkat, sebelum genset berhasil mengambil alih beban, sensor tegangan PLN pada Module Deepsea 8660 kembali merasakan tegangan PLN yang sudah normal kembali. Hal ini sering kali menyebabkan Module Deepsea 8660 menjadi alarm dan akhirnya sistem berhenti. Efek dari berhentinya sistem ini adalah tidak adanya sumber tegangan yang bisa mengambil alih beban baik dari PLN maupun dari Genset. Agar gangguan gagalnya sistem ini tidak kembali terjadi saat sumber tegangan utama dari PLN mengalami kedip, maka hal yang bisa dilakukan adalah menambah waktu delay pada saat sensor tegangan membaca tegangan hilang dari sumber tegangan PLN ( Mains Transient Delay ). Parameter setting Mains Transient Delay pada Module Deepsea 8660 berguna untuk memberikan waktu kepada sistem untuk membaca gangguan yang terjadi pada sumber tegangan utama dari PLN. Jadi apabila terjadi gangguan dari sisi sumber
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
tegangan utama PLN seperti tegangan kedip ini, maka Module Deepsea 8660 akan menahan sistem agar tidak bereaksi terhadap gangguan tersebut selama waktu mains transient delay ini berjalan. Apabila sampe waktu delay pada Mains transient delay ini habis tetapi gangguan tetap belum hilang, maka Module Deepsea 8660 akan memerintahkan sistem untuk membuka jalur utama tegangan PLN dan memanggil genset untuk mengambil alih beban. Parameter setting Mains Transient Delay ini pada sistem Auto Back Synchrone disetting pada nominal waktu 5 detik. Untuk gangguan tegangan kedip ini ( Flicker ), asumsinya adalah gangguan ini tidak akan terjadi melebihi dari waktu tersebut. Sehingga sistem tidak berhenti dan Module Deepsea 8660 tidak akan memunculkan alarm. Pada gambar di bawah ini menunjukkan parameter setting Mains Transient Delay yang ada pada Module Deepsea 8660.
Gambar 4.12 Parameter setting Mains Transient Delay pada Module Deepsea 8660
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Dari berbagai analisa dan perhitungan-perhitungan diatas, menunjukkan bahwa dalam sebuah jaringan distribusi tenaga listrik yang menggunakan metode synchrone dari beberapa jenis sumber tegangan yang berbeda maka untuk mendapatkan hasil yang baik, semua persyaratan terutama persyaratan untuk proses synchronizing dan proteksi jaringan harus dipenuhi dan dihitung berdasarkan kapasitas daya pada masing-masing area di Ciputra World 1 Jakarta. Karena pada prosesnya dari beberapa sequence sistem Auto Backup Synchrone yang digunakan di Ciputra World 1 Jakarta yang benar-benar butuh tingkat ketelitian yang tinggi adalah saat proses synchronizing antara tegangan PLN – Genset dan saat proses load sharing ( pemindahan beban ) dari PLN ke Genset ataupun sebaliknya. Untuk parameter setting dari dua sequence diatas, perhitungan dasarnya berasal dari data kapasitas daya masing-masing area di Ciputra World 1 Jakarta. Selanjutnya untuk proteksi jaringan distribusi sistem Auto Backup Synchrone ini lebih diutamakan untuk proteksi terhadap tegangan dan frekwensi. Hal ini dikarenakan parameter tegangan dan frekwensi merupakan persyaratan proses synchrone yang paling utama agar sistem dapat berjalan dengan baik. Sistem jaringan distribusi tenaga listrik Auto Backup Synchrone ini memberikan kemudahan bagi para pengelola gedung dalam menjalankan operasional gedung dengan memberikan banyak pilihan yang bisa dilakukan ketika terjadi gangguan dari sumber tegangan listrik utama dari PLN.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/