BAB IV ANALISA DATA Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan analisa berkaitan antara Bab II dan Bab III dengan menjawab 2 tujuan penelitian dalam Bab I yaitu: Apa makna hukum adat “Op Ut, Tes Tua” dalam ritual perkawinan masyarakat TTS dan pandangan gereja terhadap ritual Op ut,Tes Tua. A. Hukum Adat Menurut Prof Soepomo Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup, karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat. Sesuai dengan fitratnya sendiri, hukum adat terus menerus dalam kebudayaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri”.1 Walaupun hukum adat tidak tertulis tetapi hukum adat tetap diingat dalam hati dan terus dilakukan dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut juga nyata dalam kehidupan orang meto yang terus memelihara hukum adat sampai sekarang ini. Ketika sepasang kekasih menyatakan diri untuk siap hidup bersama maka akan dilakukan upacara-upacara adat sebagai langkahlangkah untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan juga mendapatkan berkat dalam kehidupan keluarga yang dipercayai berasal dari orang tua. Hukum adat bagi orang meto adalah sesuatu yang harus dilakukan karena ini berkaitan dengan kehidupan orang meto pada umumnya dan bagi keluarga-keluarga yang telah menikah pada khususnya dan merupakan suatu identitas bagi orang meto untuk mendapatkan pengakuan dari para leluhur mereka. 1
Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, (penerbit Universitas), 1967,12.
48
Menurut Prof Hilman, Pernikahan menurut Hukum Adat pada umumnya perkawinan itu bukan hanya sebagai “perikatan perdata” tetapi juga merupakan “perikatan adat” dan sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggan.2 Hal tersebut juga dikatakan oleh bapak Jusuf Boimau Ini merupakan kebudayaan orang meto yang sangat unik karena bukan hanya pemuda dan pemudi yang menjadi satu tetapi juga menyatukan keluarga dari kedua belah pihak, melalui mereka berdua terjalin hubungan keluarga besar yang selalu bersama-sama dalam susah maupun dalam senang.3 Pernikahan dalam arti “pernikahan adat” ialah perkawinan yang mempunyai ikatan hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Setelah terjadi ikatan perkawinan maka timbul hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang tua (termasuk anggota keluarga/kerabat) menurut hukum adat setempat, yaitu dalam pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya dalam peran serta membina dan memelihara kerukunan, keutuhan, kelanggengan, dan kehidupan anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan.4 Dalam kehidupan orang meto pada dasarnya perkawianan itu tidak hanya antara seorang perempuan dan seorang laki-laki tetapi antara kedua keluarga besar, karena ketika antara lakilaki dan perempuan telah bersatu menjadi sepasang suami istri maka kedua keluarga telah menjadi satu baik dalam susah dan senang. Dalam pemahaman orang meto nikah adat adalah rangkaian pernikahan dari peminangan sampai kepada op ut tes tua yang adalah sesuatu yang wajib untuk dilakukan oleh setiap orang yang telah menyatakan resmi menjadi suami istri, sebagai salah satu bentuk 2
Hilman Hadikusima, Hukum Perkawinan Indosnesia Menurut Pandangan Hukum Agama, Hukum Adat. (CV Mandar Maju, 1990, 8) 3 Wawancara dengan Bapak Jusuf Boimau, (Pengamat Kebudayaan TTS), pada tanggal 31 Agustus 2012 4 Hilman Hadikusima, Hukum Perkawinan Indosnesia Menurut Pandangan Hukum Agama, Hukum Adat. (CV Mandar Maju, 1990, 8)
49
penghormatan dan penghargaan kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka, orang meto juga memiliki kepercayaan ketika melakukan upacara op ut tes tua maka mereka telah mendapat identitas dari para leluhurnya, sehingga ketika mereka meninggal dan berada di dunia para leluhur maka mereka akan dikenal sebagai keturunan dari para leluhur tersebut. Hubungan antara Hukum adat op ut tes tua dengan penghormatan kepada orang tua adalah hukum itu dipercayai bahwa diberikan oleh para dewa kepada para leluhur, dan orang tua adalah perwujudan yang kelihatan dari dewa, jadi ketika orang meto menghargai orang tua dengan melakukan upacara op ut tes tua maka orang meto telah menghargai para dewa. B. Makna hukum adat Op ut tes tua Pemahaman dalam pelaksanana ritual op ut tes tua dalam kebudayaan orang meto yang pada dasarnya melibatkan para leluhur melalui orang tua kandung yang dipercayai dalam kehidupan orang meto yang adalah penjelmaan dari Uis Neno atau Allah yang tidak kelihatan dengan jelas hendak mengatakan bahwa orang meto dalam kehidupan sosoialnya sangatlah menjunjung tinggi dan menghargai nilai-nilai kekeluargaan dalam satu klan atau marga. Karena itu ketika pelaksanaanya upacara op ut tes tua maka para leluhur yang dipercayai mempunyai hubungan dengan orang tua kandung akan disebut nama mereka dalam pelaksanaan upacara tersebut. Hubungan yang dibangun dalam suatu klan atau marga digunakan oleh orang meto untuk membangun hubungan yang lebih dekat lagi antara setiap anggota keluarga sehingga terjalinnya hubungan saling menghargai, saling mendukung, saling membantu untuk menjalani kehidupan dalam satu klan atau marga bahkan kehidupan sosial.
50
Karena itu jika dalam kehidupan orang meto semua pasangan yang telah menikah melakukan upacara adat op ut tes tua maka dalam kehidupan keluarga dan sosial akan tercipta kehidupan yang sejahtera karena telah melakukan apa yang menjadi kewajiban dari anak tersebut. Pada dasarnya op ut tes tua adalah kebudayaan orang meto yang dihargai dan dilakukan sampai sekarang karena memiliki nilai penghormatan kepada orang tua yang telah merawat dan membesarkan anak mereka sampai menjadi dewasa dan juga merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh anak untuk mendapatkan berkat dari orang tua dan kehidupan yang sejahtera bagi keluarga maupun keturunannya. Karena orang tua dianggap sebagai pemegang kekuasaan untuk memberikan berkat kepada anak-anaknya atau berkat dari Allah (Uis neno) turun melalui orang tua (Uis Neno Pala).5 Pada zaman dahulu sebelum orang Meto mengenal agama Kristen sebutan Uis Neno merupakan sebutan untuk penguasa dari langit yang dipercayai sebagai salah satu penyebab terjadinya dunia ini dan segala isinya termasuk manusia, namun ketika orang meto mengenal agama Kristen dan menjadi Kristen maka sebutan Uis neno tetap dipakai dalam keKristenan untuk sebutan kepada Allah dalam bahasa asli orang meto yaitu bahasa dawan. Dari penjelasan di atas maka penulis mencoba untuk menganalisa makna upacara op ut tes tua sebagai salah satu bentuk penghormatan anak kepada orang tua. Dalam kehidupan orang meto penghormatan kepada orang tua dalam hal ini menghargai ditujukan kepada semua orang tanpa terkecual yang dianggap tua dari setiap anak yang dilihat dari umur, tetapi penghormatan kepada orang tua dalam bentuk op ut tes tua hanya ditujukan kepada orrang tua kandung yang telah melahirkan dan membesarkan anak tersebut. Pada sadarnya tanggung 5
Wawancara dengan bapak Yafet Tefu (tokoh masyarakat) pada hari selasa tanggal 29 Agustus 2012
51
jawab orang tua yaitu merawat anak yang menyebabkan orang tua perlu untuk mendapatkan penghormatan. Orang tua sebagai satu-satunya tokoh yang harus dihargai, disegani. Ketika sepasang kekasih telah menikah maka akan muncul kewajiban-kewajiban dari anak yang harus dilakukan kepada orang tua dan keluarga, seperti yang dikatakan oleh Prof Hilman yaitu melakukan upacara adat sebagai peran serta membina dan memelihara kerukunan, keutuhan, kelanggengan, dan kehidupan anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan.6 Dengan demikian dalam pemahaman orang meto penghormatan tidak saja tunjukan dalam tingkah laku tetapi juga lewat melakukan ritus-ritus termasuk upacara op ut tes tua. Karena itu, orang tua dalam pemahaman orang meto adalah satu-satunya yang harus dihargai, disegani dan dihormati, karena merupakan manifestasi dari Uis Neno sebagai perwujudan mistis dari Allah yang memelihara.7 Penghormatan kepada orang tua adalah merupakan suatu respon dari anak dari terhadap tanggung jawab orang tua yang merupakan penjelmaan dari Uis Neno atau Allah yang merupakan satu-satunya sumber kehidupan manusia.. Dalam bab II telah dijelaskan bahwa Baik gambaran tentang bapak maupun gambaran tentang ibu memainkan peran dalam terbentuknya gambaran seseorang mengenai Allah.8 Karena itu dalam pemahaman orang meto penghormatan kepada orang tua adalah salah satu cara menghormati dan menghargai Allah sebagai pencipta manusia. Penghormatan kepada orang tua dalam bentuk op ut tes tua wajib untuk dilakukan karena orang tualah yang bertanggung jawab untuk kehidupan dari anak-anak mereka ketika si anak.
6
Ibbid, 8 Wawancara dengan bapak Seperianus Tunliu (tokoh adat) pada hari selasa tanggal 28 Agustus 2012 8 N. Syukur Dister, Bapak Dan Ibu Sebagai Simbol Allah, (Jakarta; gunung mulia, 1983) hal 48-49 7
52
Dalam kehidupan orang meto, orang tua tidak hanya berperan sebagai ayah dan ibu tetapi juga berfungsi sebagai Uis Neno, sebagai pemelihara dan penolong bagi anak-anak sehingga orang tua selalu disapa dengan sebutan Uis Neno Pala, karena untuk mengambarkan Allah yang adalah sumber sagala kehidupan manusia nyata dalam pengalaman kehidupan tetang ayah dan ibu. Untuk mengambarkan Uis Neno atau Allah yang tidak kelihatan, dapat digambarkan dengan pengalaman setiap hari dengan orang tua, karena peran dan fungsi dari orang tua mengambarkan peran dan fungsi dari Uis Neno yang tidak kelihatan. Uis neno yang tidak kelihatan itu menyatakan karyanya melalui pertemuan biologis antara ayah dan ibu. Karena itu dalam pelaksanaan upacara op ut tes tua, orang tua yang telah meninggalpun tetap dihargai karena orang tua tersebut merupakan penjelmaan dari Uis Neno atau Allah. Orang tua dipakai sebagai salah satu cara untuk menciptakan manusia oleh Uis Neno atau Allah, orang tua sebagai alat untuk membentuk manusia dengan fungsi dan peran yang unik yaitu anak lahir dari orang tua anak tumbuh dan berkembang dalam pengamatan orang tua dan juga mengajarkan tentang iman akan pengenalan terhadap Uis neno atau Allah. Orang tualah yang bertanggung jawab dalam proses kehidupan anak dari lahir sampai dewasa bahkan ketika si anak hendak menikah. Karena itulah timbul pemahaman dan ketentuan untuk dilakukannya penghormatan kepada orang tua dalam kehidupan orang meto. Dari pemahaman di atas maka tidak ada kemungkinan bagi anak untuk melakukan perlawanan kepada orang tua. Karena kehadiran dari orang tua dikaitkan dengan Uis Neno atau Allah, sehingga setiap anak diharuskan untuk memberikan penghormatan kepada orang tua. Sehingga ketika anak melakukan penghormatan
53
kepada orang tua maka anak tersebut telah mendapatkan jalan terbuka untuk mendapatkan kehidupan yang senang dalam hal ini berkat yang melimpah dalam pekerjaan serta mendapatkan keturunan. Tetapi ketika mereka tidak melakukan upacara op ut tes tua maka mereka akan mendapatkan malapetaka dalam kehidupan keluarga mereka bahkan bisa berujung pada kematian. Berkat yang bisa didapatkan ketika melakukan upacara op ut tes tua adalah Adanya anak dalam hal ini laki-laki dan perempuan,Panjang umur, karena hidup sesuai dengan kehendak Uis Neno yaitu telah melakukan upacara Op ut tes tua, Sehat, Hidup berkecukupan dalam makanan maupun materi, Dan semua keuntungan yang terjadi dalam kehidupan keluarga dipercayai sebagai keuntungan.9 Sedangkan upah yang akan diterima karena tidak melakukan upacara op ut tes tua adalah tidak mendapatkan anak, tidak umur panjang, sakit penyakit yang berujung pada kematian, semua pekerjaan yang dilaksanakan sia-sia. Hidup berkekurangan (makanan dan materi) jika seseorang yang mati karena jatuh dari pohon dibunuh atau bunuh diri juga dianggap sebagai kutukan dari para leluhur karena tidak melaksanankan upacara Op ut tes tua.10 Berikut adalah salah satu contoh ketika memakan makanan (ut) yang diperuntukan bagi paman sebagai pengganti leluhur dari ibu.11Pada bulan maret 2002 yang lalu keluarga Mateos Silla mengalami musibah, bersama adik laki-laki dan kedua isteri mereka. Keluarga Silla merencanakan sebuah perkunjungan adat op ut tes tua kerumah pamannya di Amanuban tengah (Niki-Niki). Mereka menyiapkan sagu (ut) sebagai makanan adat bagi paman lalu berangkat. Setelah beberapa jamperjalanan mereka tiba ditempat tujuan. Namun sayang, paman tidak ada ditempat. Terpaksa silla dan keluarganya pulang ke Oenai. Di tengah jalan mereka mengambil sagu untuk paman dan makan beramai-ramai. Mereka berpikir, bila ada
9
Wawancara dengan Bapak Jusuf Boimau, (Pengamat Kebudayaan TTS), pada tanggal 31 Agustus 2012
10
ibbid Welfrid Fini Ruku, “Tragedi Menara Babel dalam Perspektif masyarakat Atoin Meto di Meto – Studi Exegese Tehadap Kejadian 11:1-9”, (Jogjakarta: Program Pasca Sarjana-Magister Teologi UKDW), Juni 2003, 47.. 11
54
rencana untuk mengunjungi paman barulah dibuat sagu yang baru. Seminggu kemudian datanglah musibah dalam keluarga ini. Semua mereka seisi rumah jatuh sakit. Demam panas tinggi, batuk dan pilek menimpa kedua rumah tangga ini. Mereka sempat berobat ke puskesmas, tetapi penyakit makin bertambah. Kerena kerasnya penyakit itu maka istri kaleb, adik silla meninggal dunia. Keluarga mengurus mayat dan menguburkannya. Sedangkan mereka yang sakit dikumpulkan dirumah silla. Dalam keadaan yang gawat itu Yohanis Boiliu (penatua) datang dan mendoakan mereka. Boiliu mendengar kabar dari salah satu tetangga bahwa keluarga silla kemungkinan besar kena kutuk dari leluhur karena mereka telah makan sagu yang peruntukan bagi paman dan istri silla. Karena itu sagu tersebut telah menjadi racun bagi mereka. Menurut keyakinan orang atoni sesuatu yang sudah diperuntukan bagi orang tua dan leluhur tidak boleh dimakan. Kalau dimakan maka orang yang melakukannya akan mendapat kutukan yang biasanya disebut Laso (racun) dari arwah. Sesudah mengetahui sebab penyakit tersebut boiliu melakukan neketi(meluruskan kembali maksut suatu tatanan yang telah dibelikan) akirnya tiga orang anak dan seorang ibu serta kedua bapak sembuh dari sakit mereka. Jadi makna dari upacara op ut tes tua dalam kebudayaan orang meto memiliki dua makna yaitu makna spiritual dan makna sosiologis. Yang pertama makna spritual adalah pelaksanaan upacara op ut tes tua sebagai penghormatan kepada orang tua karena orang tua merupakan wakil Allah di dunia bagi anak-anak dan menghargai orang tua yang telah merawat anak-anak dari kecil sampai dewasa, merupakan wujud ungkapan terimaksih kepada para orang tua sebagai pelaksanaan hukum adat. Yang kedua adalah makna sosiologis, melalui pelaksanaan upacara adat op ut tes tua maka relasi sosial dalam masyarakat dan juga internal anggota keluarga dari kedua belah pihak dari suami dan istri dan juga anak-anak dari orang tua dimaksut dapat diperkuat dan menjadi akrab. Selain itu dengan dilakukannya upcara op ut tes tua maka setiap anggota keluarga menyadari akan pentingnya peran sosial mereka sebagaimana diatur dalam pelaksanaan Hukum Adat 55
C. Pandangan Gereja tentang op ut tes tua Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih Allah dan bangsa yang mendapatkan karya keselamatan dan pembebasan dari Allah, karena itu bangsa Israel dituntut untuk hidup sesuai dengan kenendak Allah. Salah satunya adalah bagaimana bangsa Israel menghargai dan menghormati orang tua. Keharusan ini terjadi karena adanya penindasan kepada orang tua oleh orang muda terhadap para orang tua sehingga Allah menyatakan perintah-Nya "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Kel 20: 12). Nats ini digunakan pada waktu itu karena adanya penindasan dari orang muda terhadap orang tua. Didalam Alkitab dikatakan bahwa orang tua harus mendapatkan penghormatan yang layak dari anak-anak. Karena mereka adalah tokoh utama dalam mengajarkan bagaimana bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Yesus sebagai Juruselamat dunia karena itu dituntut adanya penghormatan dari anak kepada orang tua. Penghormatan kepada orang tua harus dilakukan oleh setiap anak tidak hanya pada waktu-waktu tertentu saja tetapi dalam kehidupan setiap hari. Berdasarkan pengalaman iman maka penghormatan kepada orang tua adalah sebagai wujud ketaatan dan kasih kepada Allah. Allah menghendaki agar anak-anak mengahargai orang tua, anak-anak harus menunjukan rasa kasih kepada orang tua dalam segala hal, dan dengan wajar dan adil. Dalam tradisi orang meto salah satu bentuk penghormatan dari anak kepada orang tua kandung yang telah melahirkan dan membesarkan mereka adalah op ut tes tua yang dahulunya dilakukan dalam agama suku dan ketika menjadi Kristen maka mereka tetap melakukan dan mempertahankan kebiasaan mereka untuk melakukan penghormatan kepada
56
orang tua dalam upacara op ut tes tua.12 Upacara ini tetap dilakukan karena menurut pemahaman orang meto ini tidak bertantangan dengan ajaran keKristenan yang juga didukung dengan ayat Alkitab dalam (Kel 20: 12).13 Sikap hormat terhadap orang tua merupakan suatu sikap yang memang sewajarnya dilakukan. Ajaran mengenai perlunya menghormati orang tua juga tertulis dalam Kitab Suci, yang secara jelas mengungkapkan perlunya sikap penghormatan ini. Sikap penghormatan kepada orang tua ini bahkan ada di antara sepuluh perintah Allah yang diwartakan melalui Musa, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Kel 20: 12) sedangkan dalam perjanjian baru terdapat dalam Efesus 6:2. Perintah ini menunjukkan bahwa menghormati orang tua merupakan tindakan yang perlu dilakukan oleh seorang anak jika dia ingin mendapat berkat Tuhan berupa usia lanjut dan tanah sebagai milik yang diberikan oleh Tuhan. Karena mereka telah bekerja atas nama Allah dalam membentuk, membesarkan dan mendidik anak-anak maka mereka mendapat ganjaran, yaitu kehormatan yang diperoleh dari anak-anak mereka. Karena itu dalam Kitab Suci menyatakan dosa apabila seorang anak tidak menghormati orang tuanya. Op ut tes tua adalah kebudayaan dari orang meto yang yang patut untuk dilestarikan. Untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera anak harus melakukan penghormatan kepada orang tua. Bagaimanapun keadaan orang tuanya mereka adalah wakil Allah didunia untuk anak-anak sehingga mereka memiliki hak untuk memperoleh penghargaan.
12
Wawancara dengan Bapak Adam Benu, (tokoh adat dan PJ, isilah untuk wakil dari ketua jemaat, bagi jemaat yang belum ada pendeta) pada hari selasa tanggal 28 Agustus 2012. 13 ibbid
57
Apa yang dilakukan orang meto kepada orang tua mereka adalah hal yang patut untuk terus dipelihara karena merupakan tindakan pelayanan kasih dari anak kepada orang tua yang biasanya diakiri dengan doa syukur yang dipimpin oleh majelis gereja atau pendeta. DanKarena Allah telah mengamanatkan kepada orang Kristen untuk terus mengingat akan setiap jerih paya orang tua kepada anak-anaknya dengan melakukan upacara op ut tes tua.14 Penghormatan kepada orang tua dalam dalam kebudayaan orang meto jika dilihat dari segi kekristenan sangat mendukung kegiatan tersebut, tetapi jika dilihat dari segi ekonomi, upacara tersebut sangat merugikan bagi orang-orang yang pada dasarnya hidup dibawah garis kemiskinan, karena untuk mempersiapkan kebutuhan dalam pelaksanaan upacara tersebut membutuhkan biaya yang sangat bersar dan juga tingkat kemahalan dari barang semakin meningkat membuat jangka waktu untuk pelaksanaan upacara tersebut semakin lama. Berkaitan dengan penghormatan kepada orang tua maka Gereja yang memiliki kewajiban menyebarkan pesan-pesan Injil kembali menegaskan perlunya menghormati orang tua baik lewat perbuatan maupun dalam praktek yang nyata seperti upacara op ut tes tua di dalam kehidupan kebudayaan orang meto. Dengan demikian maka sesuai dengan pandangan dari Alkitab maka gereja mendukung adanya penghormatan kepada orang tua tidak hanya dalam bentuk menghargai dan menunjukan rasa kasih tetapi juga dalam bentuk yang nyata yaitu dalam kalangan orang meto pelaksanaan upacara op ut tes tua yang biasanya dilakukan ketika si anak menemukan pasangan hidupnya. D. Refleksi Teologis 14
Wawancara dengan bapak Seperianus Tunliu (tokoh adat) pada hari selasa tanggal 28 Agustus 2012
58
Menghormati orangtua adalah suatu perintah dari Tuhan. Ketika perintah dan larangan dari pemerintah misalnya pajak atau tanda-tanda di jalan raya kita masih bisa melanggar, namun perintah ini untuk menghormati orang tua tidak bisa dibantah. Menghormati orangtua adalah wajib karena mereka adalah wakil Tuhan di dunia ini untuk memelihara anak yang merupakan milik Tuhan sendiri. Anak sebenarnya adalah titipan Tuhan kepada orangtua. Jadi kita semua sebagai anak adalah titipan Tuhan kepada orangtua. Menghormati ayah dan ibu bukan hanya sekedar menghormati sebagai orangtua atau sesama kita, tetapi menghormati mereka sebagai wakil dari Allah. Allah menasihati kita untuk menghormati ayah dan ibu. Allah begitu menghargai penghormatan kepada orangtua sampai menuliskan dalam Sepuluh Hukum (Keluaran 20:12) dan juga di dalam Perjanjian Baru: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibu mu ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (Ef 6:1-3). Menghormati orangtua adalah satu-satunya perintah di dalam Alkitab yang menjanjikan umur panjang sebagai hadiah. Mereka yang menghormati orangtuanya akan diberkati (Yeremiah 35:18-19). Sebaliknya mereka yang “pikirannya terkutuk” dan mereka yang tidak beribadah pada akhir zaman akan diwarnai dengan ketidaktaatan kepada orangtua (Roma 1:30, 2 Timotius 3:2). Kita harus menghormati orangtua kita sama seperti kita berusaha memuliakan Allah dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Untuk anak yang masih kecil, menaati orangtua dan menghormati mereka adalah sama, yaitu dengan mendengarkan orang tua setiap perkataan orang tua.
59
Penghormatan kepada orang tua juga ditekankan dalam kebudayaan orang meto. salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua adalah upacara Op ut tes tua. Upacara ini lakukan karena orang tua dianggap sebagai Allah kedua, dan tetapi juga penghormatan karena telah merawat dan membesarkan anak. Sebagai anak-anak, kita harus menghormati orang tua dengan cara menaati dan selalu berbicara dengan sukacita dan hormat. Cara bicara kita harus dengan penghormatan yang semestinya. Sebagai pria dan wanita yang dewasa dalam kebudayaan orang
meto, menunjukkan rasa hormat pada orang tua dengan melakukan
upacara op ut tes tua.
Janji yang diberikan ketika menghargai orang tua adalah panjang umur.Dengan menghormati orang tua, maka kita bukan hanya mendapatkan kebahagiaan namun juga akan diberikan umur yang panjang oleh Tuhan. Amsal 3:1-2 dikatakan“Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu”.
60