BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Hasil Penelitian 4.1.1. Diskripsi subjek Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean Desa Bangklean no 24 Kecematan Jati. SMP Negeri 3 Doplang memiliki jumlah sebanyak 449 siswa yang terbagi dalam 13 kelas. Kelas VII siswanya berjumlah 146 siswa, kelas VIII siswanya berjumlah 120 siswa, dan kelas IX siswanya berjumlah 108 siswa sedangkan siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 120 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Kelas VIII A terdapat 40 siswa dibagi menjadi dua yaitu laki-laki yang berjumlah 18 siswa dan perempuan berjumlah 22 siswa, kelas VIII B laki-laki berjumlah 20 siswa dan perempuan berjumlah 20 siswa, dan kelas VIIIC laki-laki berjumlah 25 siswa dan perempuan berjumlah 15 siswa. 4.1.2. Diskripsi variabel a. Gambaran persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor Persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang dalam penelitian ini di ukur dengan skala perbedaan semantic persepsi dengan skor tertinggi setiap itemnya adalah 7 dan skor terrendah adalah 1, skor 7 menunjukkan persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor sangat baik dan skor 1 menunjukkan persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor sangat rendah. Hasil diskriptif persepsi siswa tentang empati konselor dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil Tingkatan Persepsi siswa Tentang Kemampuan Empati Konselor NO
Interval
1 135,3 - 154 2 116,4 – 135,4 3 97,5 – 116,5 4 78,6 – 97,6 5 59,7 – 78,7 6 40,8 – 59,8 7 22 – 40,9 Jumlah
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Baik Sedang Agak Rendah Rendah Sangat Rendah
Jumlah Responden 1 0 26 24 23 10 5 89
% 1,1% 0% 29,2% 27% 25,8% 11,2% 5,5% 100%
Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor sebanyak 26 siswa (29,2%) dengan jumlah termasuk dalam kategori cukup baik. Diikuti dengan jumlah responden 24 siswa (27%) dalam kategori yang sedang. Selanjutnya kategori agak rendah dengan jumlah responden 23 siswa (25,8%). Jumlah responden rendah yaitu 10 siswa (11,2%). Kategori sangat rendah dengan jumlah responden 5 siswa (5,5,%). Kategori sangat baik dengan jumlah responden 1 siswa (1,1%). b. Gambaran sikap siswa terhadap layanan konseling Individu Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel sikap siswa tentang layanan konseling individu digunakan 4 kategori, oleh karena jumlah item valid sebesar 16 item banyaknya pilihan jawaban 4 maka skor tertinggi 64 dan skor terendah adalah 16. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut :
I = skor tertinggi – skor terndah Banyaknya kategori I = 64 - 16 5 = 9,6
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran frekuensi variabel sikap siswa terhadap layanan konseling individu dikategorikan sebagai berikut : Tabel 4.2 Kategori pengukuran hasil skala sikap siswa terhadap layanan konseling Individu Nilai 54,3 - 64
Kriteria Sangat Baik
N 8
% 8,9%
44,7 – 54,4 35,1 – 44,8 25,5 – 35,2 16 – 25,6 Jumlah
Cukup baik Baik Buruk Sangat Buruk
38 32 6 5 89
42,7% 35,9% 6,7% 5,7% 100%
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki skor sikap terhadap layanan konseling individu yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 8 siswa (8,9%), kemudian sebanyak 38 siswa (42,7%) berada pada kategori cukup baik, sebanyak 32 siswa (35,9%) berada pada kategori baik, yang berada pada kategori buruk sebanyak 6 siswa (6,7%) dan yang berada pada kategori sangat buruk sebesar 5 siswa (5,7%).Secara umum sikap siswa terhadap layanan konseling individu sebagian besar siswa 38 siswa (42,7%) berada pada kriteria tinggi. 4.1.3. Analisis Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji one sample – kolmogorov – smirnovtest dan berikut hasil uji normalitasnya sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Uji One Sample – Kolmogorov – Smirnovtest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
persepsi
sikap
N
89
89
Mean
37.92
40.60
Std. Deviation
7.426
7.415
Absolute
.074
.078
Positive
.074
.059
Negative
-.070
-.078
Kolmogorov-Smirnov Z
.698
.733
Asymp. Sig. (2-tailed)
.715
.657
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil perhitungan diperoleh skor persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor berdistribusi normal yang dapat dilihat dari besarnya koofisien Kolmogorov sebesar 0,698 dengan p > 0,05, demikian juga data sikap siswa terhadap layanan konseling individu berdistribusi normal yang dapat dilihat dari besarnya koofisien Kolmogorov sebesar 0,733 dengan p > 0,05.
4.1.4. Hasil Uji Hipotesis Proses pengolahan data dimulai pada saat seluruh proses pengumpulan data berakhir. Jumlah skala yang digunakan dalam pengumpulan data sebanyak skala yang telah dikumpulkan yaitu 89 siswa, sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, setelah seluruh dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Person dalam SPSS 16.0 for window. Hubungan korelasi
ditunjukkan oleh angka 0,502 yang artinya korelasi pada tingkat hubungan sedang menurut (Sugiyono, 2005 ). Besar korelasi yang terjadi antara kedua variabel adalah 0,502. Sedangkan angka sig.(2-tailed) adalah 0,000 masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel (0,000 < 0,05). Analisis korelasi ini untuk menjawab hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “ ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor dengan sikap siswa terhadap layanan konseling individu pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Doplang”. Dari hasil perhitungan atau pengolahan secara statistik diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji korelasi Correlations Correlations
VAR00001
Pearson Correlation
VAR00001
VAR00002
1
.502
Sig. (2-tailed)
VAR00002
.000
N
89
Pearson Correlation
.502
Sig. (2-tailed)
.000
N
89
89 **
1
89
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
4.2 Pembahasan Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara persepsi siswa dengan sikap siswa siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang. Didapatkan hasil perhitungan korelasi sebesar r = 0,502 dengan signifikasi sebesar p = 0, 000 (p<0,05), hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikasi antara persepsi siswa tentang kemempuan empati konselor dengan sikap siswa terhadap layanan konseling individu. Hasil korelasi mempunyai makna bahwa semakin positif persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor semakin tinggi sikap siswa terhadap layanan konseling individu. Besarnya jawaban yang ditunjukkan siswa tentang bagaimana sikap yang dimiliki siswa terhadap layanan konseling individu tersebut diperkirakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya sikap. Hal ini dapat dilihat dari adanya perhatian terhadap layanan konseling individu yang termasuk dalam kategori cukup. Dengan demikian siswa memiliki keinginan untuk mengetahui tentang layanan konseling individu. Hal ini ditandai dengan adanya perhatian terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan konseling individu, mulai dari mengamati keadaan ruang konseling, mengamati konselor yang sedang melakukan proses konseling, memperhatikan program konseling yang ditawarkan oleh konselor, serta mengamati siswa yang berada diruang BK. Ketertarikan terhadap layanan konseling individu ditunjukkan dalam kategori cukup. Hal ini berarti siswa sudah memiliki ketertarika terhadap layanan konseling individu yang ditandai dengan siswa melakukan pendekatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan layanan konseling individu, misalnya ketertarikan akan adanya ruang konseling di dalam ruang BK, ketertarikan akan kerahasiaan yang terjaga, ketertarikan melakukan konseling ketika ada waktu luang, keyakinan melakukan konseling masalah yang dihadapi akan terselesaikan.
Keyakinan akan tujuan melakukan layanan konseling individu ditunjukkan dalam kategori sedang. Hal ini berarti siswa memiliki keyakinan akan tujuan dengan mengikuti layanan konseling individu dengan konselor sekolah
maka tujuan akan tercapai yaitu
pemecahan atas permasalahan siswa. Hasil dari analisis korelasi 0,502 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang kemampuan empati konselor dengan sikap siswa terhadap layanan konseling individu. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan korelasi 0,502 yang berada pada tingkat hubungan sedang menghasilkan r hitung 0,3 karena r hitung > dari r tabel pada N 89 sebesar0,502 , maka korelasi ini signifikan. Setiap individu memiliki kemampuan untuk bisa ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kemampuan ini adalah salah satu ketrampilan dalam diri individu. Kaitan dalam penelitian ini adalah ketrampilan yang harus dimiliki oleh konselor. Ketrampilan di sini bukanlah ketrampilan yang berasal dari bakat, melainkan suatu kecakapan yang diperoleh melalui latihan-latihan ketrampilan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah empati. Kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain(Goleman,1999). Emosi jarang jarang diungkapkan dengan kata-kata, emosi jauh sering diungkapkan melalui isyarat. Goleman (1999) menyatakan bahwa kunci untuk memahami perasaan orang lainatau empati adalah mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya. Sesungguhnya, bila kata-kata orang tidak cocok dengan nada bicara, gerakgerik, atau saluran nonverbal lainnya. Kebenaran emosional terletak pada bagaimana ia mengatakan sesuatu bukannya pada apa yang dikatakannya. Oleh sebab itu, seorang konselor sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan empati. Sejalan dengan teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa tantang kemampuan empati konselor yaitu mampu untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain
ditunjukkan dalam kategori cukup baik. Siswa berpendapat bahwa konselor memiliki kamampuan untuk mengatahui bagaimana perasaan orang lain, hal ini ditunjukkan dengan memiliki sikap yang aktif dan tidak cenderung masa bodoh terhadap perasaan siswa, memiliki sikap yang ramah selamam proses konseling berlangsung. Selain itu konselor juga memberikan dukungan emosional kepada siswa selama proses konseling berlangsung, hal ini ditunjukkan dengan pemberian motivasi kepada siswa selama proses konseling berlangsung serta keikhlasan konselor dalam memberikan dukungan emosional kepada siswa.