BAB IV KESESUAIAN TINGKAT TOLERANSI GALUR TERHADAP CEKAMAN A1 SECARA IN WTRO (&) JII(A DITANAM PADA TANAH MINERAL MASAM DI RUMAH KACA Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian kedelai toleran A1 generasi awal secara kultur in vitro dengan penanaman pada tanah mineral masam di Rumah Kaca. Penelitian dilalcukan sejak April 1999 hingga Juli 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur Yellow Biloxy, Slamet, Sindoro dan Wilis yang toleran pada 500 ppm Al secara in vitro dapat tumbuh pada tanah mineral masarn dengan A1 dd =23.32 me/100 g (indeks kejenuhan A1 100) di rumah kaca, sedang galur Arksoy dan galur Lumut yang masing-masing toleran pada 400 pprn Al dan 300 pprn AI hanya dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik pada indeks kejenuhan Al75.
m)
Pendahuluan Menurut Ismail dan Effendi (1 993), kernasarnan tanah berhubungan erat dengan ketersediaan unsur hara, pada pH rendah mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai, misalnya pertumbuhan Rhizobitrm dan inisiasi pembentukan bintil akar dapat terhenti, nodulasi terhambat dan pertumbuhan tanaman terlambat.
Kalsium
berpengaruh terhadap nodulasi baik secara langsung atau lewat peningkatan pH tanah tetapi sulit dibedakan apakah pengaruhnya langsung atau tidak langsung (Fauconnier, 1986).
Menurut Delhaize dan Ryan (1995), gejala keracunan A1 yang hebat di lapang menyerupai kahat kalsium, aplikasi Ca seperti kapur (CaCO3) dapat meniadakan cekaman Al. Ryan dan Kochian rnenjelaskan bahwa konsentrasi rendah A1 dapat menghambat pertumbuhan akar tanpa menghambat serapan Ca dari koloid tanah, penambahan kation lain seperti Na, Mg pada perlakuan Al akan memperbaiki
pertumbuhan akar tetapi pada saat bersamaan menghambat serapan kalsium (Delhaize dan Ryan, 1995). Penapisan tanaman
yang toleran
terhadap tanah-tanah
masam
dengan
kebutuhan Ca yang rendah merupakan langkah penting untuk tanaman kedelai. pH tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman kedelai 6.8. Pada tanah ber pH rendah, pengapuran akan membebaskan kelarutan Mo dalam tanah sehingga tersedia bagi tanaman yang merupakan hara dan penting untuk proses fiksasi N.
Enzim
reduktase merupakan enzim yang mengandung Mo, mengkatalisis reduksi NO,' menjadi NO*. Pada kedelai kekurangan Mo menyebabkan pembentukan bunga terhambat . Menurut Azizah (1996), ada kesesuaian kedelai toleran dan peka A3 yang berasal dari kultur air dengan tanah masam (pH rendah. Al tinggi) yang ditanam di rumah plastik Kampus JPB Darmaga. Pengamatan morfologi tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah cabang pada kedelai toleran A1 hasil seleksi kultur air (misalnya Yellow Biloxy) menunjukkan pertumbuhannya lebih tinggi dibanding dengan galur peka Al (Lumut). Persentase penurunan tertinggi karakter generatif seperti jumlah polong, bobot biji, bobot kering tanaman dijumpai pada galur Lumut Hasil penapisan galur toleran Al secara itzviiro yang diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah penapisan lapang dan kultur air, apalagi dengan penggunaan kultur pucuk yang "true to type", konsisten di rumah kaca.
masih perlu pembuktian apakah
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diteliti sejauh mana kesesuaian tingkat toleransi A1 kedelai hasil penapisan in vifro yang telah diperoleh pada percobaan 1 dengan penanaman pada tanah mineral masam di rumah kaca. Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Jurusan [Imu Tanah Fakultas Pertanian
IPB Baranangsiang dimulai sejak April 1999 hingga Juli 2000. Bahan dan Alat
Bahan tanaman diperoleh dari hasil penapisan in viiro yaitu galur Yellow Biloxy, Slamet, Sindoro, Wilis yang toleran pada 500 ppm A1 dan galur Arksoy serta galur Lumut yang masing-masing toleran pada 400 ppm A1 d m 300 ppm Al secara in vitro Percobaan ini menggunakan bahan-bahan seperti
tmah masam asal Gajrug,
polibag, akuades, CaC03, pupuk urea, SP36, KCl, Dithane M-45, Folicur 250 EC dan Buldok 25 EC. Alat-alat yang digunakan di antaranya sungkup plastik, bambu, ajir, termometer, goni, ember, alat ukur dan alat tulis Persiapan aklimatisasi di rumah kaca.
Tanah Podsolik Merah Kuning asal Gajruk terlebih dahulu dikering-anginkan selama seminggu kemudian dilakukan pengayakan.
Analisis kimia tanah serta
penentuan kadar air kapasitas lapang dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah IF'B. Kegiatan berikutnya adalah pengisian tanah ke dalam polibag diikuti penambahan kapur lalu dilakukan inkubasi selama 4 minggu. Tujuan penambahan kapur (daya
netralitas juga dianalisis) untuk memperoleh indeks kejenuhan A1 sesuai perlakuan. Untuk memperoleh indeks kejenuhan A1 0, 25, 50,75 dan indeks kejenuhan A1 100 d'ilakukan percobaan pendahuluan.
Pelaksanaan Percobaan Percobaan dimulai dengan penanaman benih dengan perlakuan
Al yang sama,
data yang terkumpul sebagai pembanding pertumbuhan dan produksi tanaman yang diseleksi secara in vztro, dilakukan sejak Desember 1999 hingga April 2000. Tanaman hasil penapisan in vitro, yang akan ditanam dalam polibag berisi 3 kg tanah secara visual, menunjukkan tingkat keseragaman ukuran dan ketegaran. Sebelum tanaman berada terbuka di rumah kaca, tanarnan ditutup dengan botol kultur selama 2 minggu dimasukkan ke dalam sungkup plastik berkelembaban udara tinggi dan ditempatkan di rumah kaca. Agar Tanaman terhindar dari cekaman hebat maka tingkat kejenuhan Al diatur melalui perlakuan penambahan kapur (CaC03).
Dalam ha1 ini terlebih dahulu
diadakan percobaan pendahuluan dengan pemberian beberapa taraf CaC03 pada tanah setelah di inkubasi selama 1 bulan, lalu dianalisis tingkat kejenuhan Al serta dihitung indeks kejenuhan Al. Analisis laboratorium menunjukkan kadar air tanah kapasitas lapang 32.65 %, kadar air tanah kering udara (BKU) 14.42 % dan daya netralisasi kapur
=
87.44 %.
Dengan menggunakan rumus (1- BKM)/BKM x 100=14.42,
diperoleh BKM (bobot kering mutlak) tanah =2.622 kg. pendahuluan dengan perlakuan kapur diterakan pada Tabel 10.
Hasil percobaan
Tabel 17. Hasil Percobaan Pendahuluan dengan Perlakuan Kapur Perlakuan kapur (dpolibag) 30.57 22.93 15.29 7.64
0
Tingkat Kejenuhan Al (%) 2.30 5.45 17.55 31.89 71.12
lndeks Kejenuhan Al 3.23 7.67 24.68 44.84 100
Dari hasil percobaan pengaruh perlakuan kapur terhadap indeks kejenuhan Al (Tabel 17) diperoleh persamaan regeresi: Y = 82.22 - 3.02X, r persamaan
regresi tersebut
ditetapkan jumlah
kapur
yang
=
-0.93.
Dari
diberikan untuk
memperoleh indeks kejenuhan A1 sesuai perlakuan seperti tercantum pada Tabel 18. Tabel 18. Indeks Kejenuhan Al, Jumlah Kapur yang Diberikan (g kapur/polibag) Indeks Kejenuhan A1 (Y) 0 25 50 75 100
Jumlah K a ~ u r vana Diberikan (g/polibag) 27.22 18.95 10.67 2.39 0
(m
Rancangan perwbaan yang digunakan di rumah kaca/aklimatisasi baik melalui penapisan in vitro maupun tanpa melalui penapisan in vitro (asal benih) adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dua faktor.
Faktor pertama adalah tanaman
melalui penapisan dari percobaan 1 atau tanpa melalui penapisan in vitro, terdiri dari 6 macam galur yaitu G~=YellowBiloxy, Gz=Slamet, Arksoy dan
Gg=
G3=
Sindoro, G4= Wilis, Gs=
Lumut, sedang faktor kedua adalah indeks kejenuhan Al dengan 5
taraf (Tabel 18) yaitu: KO= indeks kejenuhan Al 0 , K, = indeks kejenuhan A1 25, Kz = indeks kejenuhan Al 50, K3 = indeks kejenuhan A1 75 dan
=
indeks
kejenuhan Al 100 . Dengan demikian ada 30 kombinasi perlakuan yang masingmasing kombinasi perlakuan diulang 2 kali. Adapun peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman (cm), jumlah mas, umur berbunga (hari), umur panen (hari), jumlah polong per tanaman, polong hampa, polong berisi satu dan berisi dua, bobot basah, bobot kering tanaman dan bobot kering biji per tanaman.
Hasil dan Pembahasan Pengamatan tanaman hasil penapisan kultur in vifrosecara visual pada generasi R,J di rumah kaca menunjukkan bahwa galur Yellow Biloxy. Slamet, Sindoro
dai
Wilis tumbuh dan berproduksi baik sampai indeks kejenuhan aluminium I00 sedang galur Arksoy dan Lumut tumbuh dengan baik dan berproduksi hanya sampai pada indeks kejenuhan aluminium 75. tanaman.
Perhitungan produksi biji kering adalah per
Tanpa melalui penapisan in vztro berarti penanaman dari benih hasil
penapisan lapang sebelumnya.
Tinggi Tinaman dan JumIah Ruas Perlakuan Galur, kejenuhan aluminium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah ruas sedang interaksi perlakuan galur dengan indeks kejenuhan aluminium hanya nyata pada peubah tinggi tanaman (Tabel Lampiran 19). Pada umurnnya, kondisi tanpa cekaman Al (kontrol) mempunyai tinggi tanaman tertinggi dan jumlah ruas terbanyak baik melalui penapisan in vitro maupun asal benihhnpa
melalui penapisan in v~tro(Tabel 19 dan Tabel 20 yang diperjelas pada Gambar 38 hingga Garnbar 4 1). Tabel 1 9 dan Gambar 38 menunjukkan bahwa setelah melalui penapisan in vitro tidak terdapat penekanan pertumbuhan yang nyata dengan semakin meningkatnya indeks kejenuhan A1 hingga 100 pada media tumbuh untuk ke empat galur toleran, sedangkan pada galur yang tidak toleran penekanan pertumbuhan nyata pada indeks kejenuhan 100. Berbeda dengan yang telah melalui penapisan in vitro, tanaman asal benih (Tabel 19) telah mengalami penekanan pertumbuhan yang nyata sejak indeks kejenuhan 50, kecuali galur Yellow Biloxy yang telah nyata sejak indeks kejenuhan 25.
Walaupun demikian pada Gambar 39 terlihat bahwa laju penurunan pada
cekaman yang lebih tinggi setelah indeks kejenuhan A1 50, ditunjukkan oleh galur
Arksoy dan Lumut.
Secara umum, Tabel 19 dan kedua gambar tersebut di atas
terdapat petunjuk bahwa tanaman yang telah melalui penapisan in vitro mempunyai daya adaptasi yang lebih baik dari pada yang berasal dari benih langsung.
peda Behagti Gdur Kedelai Generasi Ad&) Melalui dm tsapa Mdahri Penapisau In Yibo pad8 Percobam Rumah Kaca K\G G~=YeIIow G&het Biloxy
Q=Shdom
&=Wh
G~=Ahoy W u m u t
c m 98.430ab 94.250abc %.800ab 88.880 sboQ 95.525 ab 100.400a (124.3 c) (104.5 gh) (76.4 m) (99.5 ij) (128.5 b) (132.7 a) 82.995 abcd 93.300 abc 76.005 d K ~ 2 5 %.475 ab %.450 ab 97.550 ab (74.2 m) (102.3 hi (132.4 a) (99.2ij) (123.7 c) (116.5e) 93.400abc 93.195 ebod 80.715bod 97.500 ab 92.590 abcd 94.900 ab -0 (104.6 gh) (86.4 1) (120.1 a), (%.2 jk) (64.3 n) (127.2 bc) Kp75 87.810 abcd 86.725 abcd 92.250 abcd 92.800 abcd 87.750 abcd 74.950 d (1 10.3 f ) (72.8 m) (42.2 0) (85.2 1) (1 10.4 f ) (95.5 k) 34.015 e 41.330 e 85.425 abcd 93.050 abcd 91.500 abcd 95.860 a el00 (86.7 1) (107.3 fg) (76.4 m) (83.6 1) (39.4 0) (30.3 P) Ket Angka yang diilarti deh hurufkeoil yaag sama tidak M a nyata pada tarafuji 0.0% tanpa ( )= mehlui pupism in vi*, deogarr ( ) = aslrl benih, tanpa melalui penapisanin vim; IK=inddrs kqenuban Al
&-0
Gambar 38. Pen@ hdeks Kej& Ahuninium tdmdap TiSggi Tanamaa pada Behagai Galm Kedelai Qenaasi Awal (Ro) Melalui Peaapisan In V i plbda Paoobaaa Rumah
Kaca
oambar 39. Peagaruh Meks Kejermhan Aluminium terhadep T i Tanaman pada Berbegai Gahu Kedelai Generasi Awal (Ro) Asal BenihEtaapa ~eialuipe&isan in V i i pada Percobam Rumah Keca
Tabel 20. Pengaruh Indeks Kq& Ahlinium -t hunlah bas Tanaman pada Babagai Ww Kedelai Oenerclai A d (RQ) Mehhi dan tanpa Melalui Penapipisaa In V#ro pads Pmobaan Rumah Kece K\G
rn
f&=Y&w =V
cir=skulmt
Gpfhd~XU
ew*
Rmrata
1 rata I
I
Ket: Aagka yang d i h t i olch hwuf Lecil pada kolom (barb) yang uama tidak bed'beda nyata pada W u j i 0.05; tanpa ( -lahi penapisan in viW,dagtm ( )--asal benih, tsnpa melalui penapisan in vibo,IK-ind& kqemrhan A1
..
Gambar 40. Pengaruh Indeks KejeaYhan Ahmunrum terhadsp JumtahRuas T~nsmanpada Berb@ Ww Kedelai IA d (Ro)
Melalui PenapisanIn Vim p d a P
h Rumah Kacr
1
Gambar 41. P e q m h Imleks Kejermhan Aluminium terbadap Jumlah Rum Tanaman pada &rbagai G a b Ksdelai Gewrasi Awal (Ro) Asal Bmih/tanpa Melaiui Penapim In Etm pada Pgoobaan Rumah
Kaca
I n t d gahn desgan indeka kejenuhan aluminium
b e q m g d ~nyata
terhadap umw bubuDga kedehi generasi awal (Ro) (Tabel Lampiran 19). Pada
jmgdwm w bdnmga antergsku (Tabel 21 daa Oambar 42). Hal ini eesuai
menyatakan bahwa tanaman yang mengalami cekaman Al, pembentukan bunga terhambat dan pertumbuhan-pembungaanterlambat. Tabel 21. Pengaruh Indeks Kejenuhan Aluminium terhadap Umur Berbunga pada Berbagai Galur Kedelai Generasi Awal (&) MeIalui Penapisan In Vitro pada Percobaan Rumah Kaca G,=Yellow Biloxy
K\G TK
I
G2=Slamet
G3=Sindoro
G4=Wilis
Gs=Arksoy
Gs=Lumut
J
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05:DK=indeks kejenuhan A1
oambar 42. PBlgaruh Indeks Kejenuhan Aluminium terhadap Urn Berbunga pada Berbagai Galw Kedelai Geoaasi Awal &) Melalui PenapisanIn Vitro pada Percobaau Rumah Kaoa Umur Panen Perlakuan Galur, kejenuhan aluminium
nyata terhadap umur panen
sedang i n t d galur ~ dengan indeks kejenuhaa aluminium ti&
nyata (Tabel
Respon masing-masing d u r pada umur panen mirip deagan respon umur
walaupun tidakbarbeda nyata satu sama lainnya (Tabel 22 dm Gambar 43).
Tabel 22.
K\G
IK KO=0 Ki=25 K2=50 K3=75 K4=100 I
Pengaruh Indeks Kejenuhan Aluminium terhadap Umur Panen pada Berbagai Galur Kedelai Generasi Awal (Ro) Melalui Penapisan In Vitro pada Percobaan Rumah Kaca
G,=Yellow Biloxy
Gz=Slamet
84.0 86.0 86.0 86.0 89.5
83.5 84.0 84.0 84.0 85.5
G3=Sindoro GpWilis
-hari83 .O 83.5 84.0 84.0 86.0
82 5 82 5 83.0 83 .O 85.0
Gs=Arksoy
83.5 83.5 84.0 84.0 85.0
GpLumut 84.0 84.0 86.0 86.0 86.5 I
I
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05; IK=indeks kejenuhan A1
Selain menghambat pembentukan bunga (Ismunaji dan Mahmud,
1993;
Yutono, 1993), A1juga mengurangi jumlah buku, tinggi tanaman, daun, pembentukan polong serta produksi.
Gambar 43. Peagaruh Indelta Kejenuhan Aluminii tahsdap Umur Panw pada Berbggai Galur Kedelai Gemmi Awal (Ra) Melalui Penapisau In Yibo pada Psroobgan Rumah Kaca J~lmhbPolong M
i DM Biji
Iateraksi g a b c&ngan indeks kejenuhan aluminium
nyata
terhadap jumlah polong berisi dua biji pada generasi a w a l h ) (Tabel Lampiraa 19).
Jumlah polong berisi dua biji mating-masing galur semakin berlunang pads indeks kejeauhaa A1 yang semakin tinggi waleupm laju permnmarmya berbeda dengan berbedanye galur (Tabel 23 dan Gambar 44). Pealnunan tsjam terdapat pada gsha
Arksoy dangabn Lumutterutama pada penanamanasal benih (Qambar 45).
Tabel 23. Pengaruh Indeks Kejenuhan Aluminium terhadap Jumlah Polong Berisi Dua Biji pada Berbagai Galur Kedelai Generasi Awal (Ro) Melalui dan tanpa Melalui Penapisan In Vitro pada Percobaan Rumah Kaca G~=Sindoro G4=Wilis (12.0 de) 23.0 abcd (10.0 efg) 15.5 ghijk (1 1.0 ef) 13.0 ijkl (8.0 ghi) 1l.Olmk (7.0 hij)
K1=25 K2=50
K3=75 K4=100
(8.0 ghi) 22.5 abcd (14.0 d) 16.5fghij (14.0 d) 12.5jkl (12.0 de) 11.0 lmk (1 1.0 et)
19.5 cdefg (24.0 a) 15.0ghijk (20.0 b) 14.0 hijk (14.0 d) 12.0jkl (6.0 ij) 7.0 m (6.0 ij)
21 .5 bcde (22.0 ab) 22.0bcde (21.0 b) 20.5 cdef (17.0 c) 15.5 ghijk (12.0 de) 14.5 hijk (9.0 fgh)
27.0 a (24.0 a) 23.5 abc (20.0 b) 18.5 defgh (14.0 d) 9.0 Im (6.0 ij) 2.0 n (1.0 k)
23.0 abcd (8.0 ghi) 20.5 cdef (7.0 hij) 17.5 efghi (8.0 ghi) 8.5 lm (5.Oj) 1.0 n (0.0 k)
L
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05; tanpa ( )=melahi penapisan in vitro;dengan ( ) = asal benih, tanpa melalui penapisan in viiro;M=indeks kejenuhan Al
Gambar 44. Peogaruh Indeka Kejermhan Aluminium terbadap Jumlah Polong Berisi Due Biji pada Berbagai Galw Kedelai Geaerasi Awal (RD) Melalui Parapisan In YItro padaPercobam Rumah Kaca
Gambar 45. -P Indeks Kejeauhan Aluminium terhadap Iumlah Pdong Berisi Dua Biji pada Eexbagai Galur Kedelai G e m 4 Awal (&I) Asal BenManpa Mdalui Peaapisao In Ylbo pada Pacobaan RumahKaoa Prodakni Biji Kering Galur, indeks kejenuhan Al dan Int*
p e r h k ~gahtr ~ dau ksj&
aluminium bapeogaruh nyata tubadap produlrsi biji Itexkg (Tabel h m p i i 19). ProQlrai biji kering masing-masing gahtr secara urnurn dberkureag dengnu
.-
berbedanya gahtr (Tebel24, Gamba~46 dau Gambar 47). Penimmsn paling tajam
terdapat pada galur Arksoy dan Lumut. Data menunjukkan bahwa produksi hasil melalui penapisan in vitro lebih tinggi dari produksi biji kering tanpa melalui penapisan in vitro/asal benih (Tabel 24 dan Gambar 46). Bila dibandingkan dengan penanaman gaiw hasil seleksi an vifro pada indeks kejenuhan A1 0, penunrnan terbesar (97.14 % dan 97.83 %) pada indeks kejenuhan tertinggi masing-masing pada galur Arksoy dan Lumut (Tabel 25). Pada galur yang toleran penurunan produksi hanya sebesar 34.85 % pada galur Yellow Biloxy, 53.08 % pada Slamet. 47.34 % pada Sindoro dan 34.850 % pada galur Wilis. Dalam ha1 ini respon galur peka
AI
hasil penapisan seleksi lapang tidak jauh beda dengan hasil penapisan in vitro. Tabel 24. Pengaruh Indeks Kejenuhan Aluminium terhadap Produksi Biji Kering pada Berbagai Galur Kedelai Generasi Awal (Ro) Melahi dan tanpa Melalui Penapisan In Viho pada Perwbaan Rumah Kaca
K\G IK
G,=Yellow
G2=Slamet
G3=Sindoro
G4=Wilis
G5=Arksoy
G~LUrnut
5.525 cb (4.56a) 5.355 bcd (4.09ok) 5.075 bcdefg (3.91bcde) 4.620 rghi (3.81cdc) 4.215 ij (2.89 a)
5.075 bcdefg (4.05abcd) 4.730 defghi (3.62cdef) 3.500 kl (2.86glu) 1.885 m (1.llk) 0.185 n (0.48 Im)
4.510 ghi (3.13fghi) 3.850 jk (2.71ij) 3.455 kl (2.19j) 1.520 m (0.94 kl) 0.140 n (0 m)
Biloxy _g-l-
&=
0
K1=25 Kz= 50 K3=75 &=lo0
6.470 a (4.49 ab) 5.645 b (3.71cdef) 5.330 bcde (3.00ghi) 5.115bcdefg (2.89ghi) 4.215 ij (2.78 hi)
5.215 bcdef (4.48 ab) 4.685 cfghi (3.92bcde) 3.280 kl (3.32fghi) 3.1301 (2.87ghi) 3.035 1 (2.80 hi)
5.085 bcdefg (4.13abc) 4.980 cdefgh (4.01abcd) 4.870 cdefgh (3.44defg) 4.380 hij (3.34efgh) 3.405 kl (2.89 ghi)
et: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05; tanpa ( )=melahi penapisan in vitro; dengan ( ) = asal benih, tanpa melalui penapisan in vitro;IK=indeks kejenuhan Al
Gambm 46. Pmgmh Indeks Keje-nuban Ahuninum tahadap Produksi Biji Kecing pada Berba@ Galw Kedelai Generasi Awal &)Melalui Pfxmpisgo in film pada Percobaan Rumah Kaca
Gambar 47. Peagaruh Indeks Kejenuhan Aluminium terhadap Pduksi Biji K e h g pada Berbagai Galur Kedelai h e & Awd &) Asal W t a n p a Melalui Penapim In Yitm pada Percobaan Rumah Kaca Tabel 25. Pengaruh Indeks Kejermhan Aluminium terhadap Persea Pemmmaa Pduksi Biji Ksring psda Berbagai hhu Kedelai Oeaerasi Awd (Ro) Melalui PeaspisanIn Vitm pada Percobam Rumah Kaca
K1=25 KpXI Ke75
12.755 ij 17.620a 20.940 bii
27.60s fghi 4929Scd
51.615cd
23.025 ghi 24.mfghi 32.28s c f ~
17.225 ij 21.28.590 fnh
26.M fghi 45JlScd 70 865 b
40.495 & 46.620 cd 76.510b
Kesimpulan 1. Ada kesesuaian tingkat toleransi galur kedelai melalui penapisan kultur in viho
dengan penanaman pada tanah masam di rumah kaca.
Galur Yellow Biloxy,
Slamet, Sindoro dan Wilis yang tumbuh dan berakar secara in viho hingga 500 ppm AJ dapat tumbuh dan berproduksi secara ex viho pada tanah masam dengan kandungan 2 3 3 2 mellOO g di rumah kaca (indeks kejenuhan Al 100). 2. Semakin tinggi indeks kejenuhan A1 semakin tertekan pertumbuhan dan produksi
yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, jumlah mas, jumIah polong dan produksi biji kering. Galur yang dikelompokkan ke dalam yang tidak toleran AJ mempunyai laju penurunan yang tertinggi. Semakin tinggi indeks kejenuhan Al, umur berbunga dan umur panen semakin panjang. Galur yang toleran, perpanjangan urnur berbunga dan umur panen tercapai pada indeks kejenuhan yang lebih tinggi dibanding dengan g a h r yang peka. Galur Arksoy, Lumut, tumbuh dan berakar masing-masing hingga 400 ppm Al dan 3 0 0 ppm Al secara in vitro, sedang pada tanah masam di rumah kaca tumbuh dan berproduksi hanya
sampai indeks kejenuhan A1 75.