ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III TEMUAN, ANALISIS & INTERPRETASI DATA Tak dapat dipungkiri, jika munculnya media komunikasi baru (new media) memberikan pengaruh tersendiri bagi pola perilaku masyarakat. Kebebasan dalam mengekspresikan diri pada new media membuat masyarakat menjadi lebih berani untuk menyuarakan pendapat. Feldman (dalam Flew 2005) juga menjelaskan bahwa new media bersifat imparsial , dalam artian konten-konten yang ada pada new media tak berpihak pada siapapun dan tak dikuasai oleh segelintir orang sehingga pengguna new media khususnya internet dapat mengakses sekaligus memberikan informasi dalam waktu bersamaan. Keistimewaan ini lah yang kemudian membuat masyarakat menjadi lebih aktif dalam menanggapi sebuah fenomena yang terjadi. Salah satu fenomena yang cukup banyak disoroti oleh masyarakat Indonesia adalah persoalan Polri. Tak dapat dipungkiri jika keberlangsungan program Polri selalu berkaitan dengan masyarakat. Apalagi keberadaan Polri saat ini juga tak terlepas dari bayang-bayang sejarah orde baru. Akibatnya, berbagai reaksi masyarakat bermunculan, salah satu reaksi tersebut disalurkan melalui foto yang diunggah dalam situs 9GAG. Hal ini menjadi menarik sebab ada pergeseran fungsi foto yang dahulu hanya digunakan sebagai medium untuk menggambarkan suatu kejadian yang utuh dengan beragam bahasa visual (itv-channel.com) tetapi saat ini foto juga digunakan sebagai bentuk perlawanan simbolis terhadap polisi.
III-1 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Oleh karena itu, untuk mengungkapkan makna di balik tanda yang ada dalam foto-foto tersebut, peneliti menginterpretasikan tanda dan mengeksplorasi makna dengan analisis semiotik milik Peirce melalui tiga tahapan, yakni tahap tekstual, tahap interpretasi tekstual dan tahap intertekstualitas. Berikut penjelasan ketiga tahapan tersebut: Tahap Pertama : Tekstual Pada tahap ini, peneliti akan menganalisis perangkat tekstual dari objek yang diteliti. Diantaranya meliputi ikon, indeks, dan simbol. Setelah melakukan pemaknaan pada tanda-tanda yang nampak pada foto tersebut, peneliti
akan
menarasikan peristiwa yang sedang terjadi pada foto tersebut dan mengaitkan dengan sumber acuan. Seperti yang dijelaskan oleh Peirce dalam Zoenst (1992) untuk mengemukakan sesuatu, maka tanda dapat dimaknai jika dikaitkan dengan sumber acuan. Seperti hubungan kemiripan, lalu hubungan kedekatan eksistensi, serta hubungan yang terbentuk secara konvensional. Untuk memudahkan peneliti dalam membaca tanda tentang aparat Polri, maka peneliti akan merujuk pada sumber acuan yang memiliki kesamaan tanda seperti yang dijelaskan oleh ntmckorlantas.polri.blogspot.com (2013) mengenai seragam sebagai tanda pengenal identitas Polri.
III-2 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.1. Seragam Polri) Sehingga nantinya peneliti akan mudah dalam mengidentifikasi sosok aparat Polri yang berada pada setiap foto. Tahapan kedua: Interpretasi Tekstual Tahap kedua adalah interpretasi tekstual. Pada tahap ini peneliti tidak melihat foto-foto Polri tersebut hanya sekedar teks saja namun peneliti akan menganalisis lebih mendalam untuk mengungkapkan makna lain yang terkandung pada foto-foto tersebut. Umumnya foto-foto yang diunggah pada situs 9GAG mengandung unsur humor. Ini berkaitan dengan tujuan utama pembuatan 9GAG yakni menyebarkan kebahagiaan dengan memuat konten-konten yang lucu. (9gag.appappeal.com 2008). Sehingga pada tahapan ini peneliti akan membaca tanda secara mendalam dan mengkaji unsur humor yang terkandung dalam foto tersebut.
III-3 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tahap ketiga: Intertektualitas Pada tahap ketiga, peneliti akan merelasikan berbagai teks yang berhubungan dengan tanda pada foto sebagai obyek penelitian. Seperti yang disampaikan oleh Piliang dalam Tinarbuko (2008) obyektifitas dalam pemaknaan terletak pada derajat kelogisannya atau interpretasi yang satu lebih masuk akal dari yang lainnya. Sehingga dalam tahap ini, peneliti tidak mencari kebenaran mutlak, melainkan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan munculnya makna lain di balik tanda. Oleh karena itu, untuk mendapatkan makna lain yang lebih mendalam maka peneliti akan mengintegrasikan keseluruhan teks dan mengaitkan teks pada foto dengan fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Dari ketiga tahapan tersebut, nantinya akan memudahkan peneliti untuk mengungkap berbagai makna di balik tanda yang ada dalam foto-foto Polri pada situs 9GAG. Berikut kumpulan data beserta analisisnya masing-masing:
III-4 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III. 1 Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!
(Gambar III.2 : Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!) Sumber : http://9gag.com/gag/aM2gDOP III.1.1 Tahap pertama: Tekstual Foto Only in Indonesia-TROLL THE POLICE ini merupakan serangkaian foto yang memiliki alur cerita. Suasana dan latar belakang keenam foto tersebut memiliki kesamaan. Terangnya intensitas cahaya mengindikasikan bahwa hal tersebut terjadi pada siang hari dan berlokasi di jalan raya. Pada foto pertama, terdapat beberapa mobil salah satunya mobil dengan logo S berwarna hitam. Selain itu nampak dua orang mengenakan seragam lengan panjang berwarna coklat dengan rompi berwarna hijau terang dan penutup kepala berwarna putih.
III-5 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Warna seragam serta atribut yang dikenakan oleh dua lelaki ini mempunyai kesamaan dengan identitas aparat Polri. Seperti foto yang diberitakan oleh merdeka.com (2013). Foto tersebut menjelaskan polisi lalu lintas yang sedang mengadakan operasi zebra pada tahun 2012.
(Gambar III.3 : Operasi Zebra 2012 Polisi Lalu Lintas) Melihat kesamaan pada seragam yang dikenakan, maka dua lelaki dalam foto ini dapat diidenttifikasi berprofesi sebagai anggota polisi yang sedang bertugas menertibkan lalu lintas. Selain itu, tampak pula satu pengendara sepeda motor yang merapat ke jalur sebelah kiri. Sedangkan salah kedua polisi tersebut tampak mencoba menghampirinya. Adanya pembatas jalan di pinggir jalan tersebut maka dapat diindikasikan bahwa jalan ini merupakan jalur yang dibuat secara khusus. Jalur ini mempunyai kesamaan jalur pada gambar yang dilansir oleh tribunnews.com (2014) mengenai jalur busway pada jalan Jenderal Sudirman Jakarta.
III-6 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.4 : Jalur Busway Transjakarta) Berdasarkan keterangan di atas , maka jalur khusus yang tampak pada foto “Only in Indonesia-TROLL THE POLICE!” tak lain adalah jalur khusus busway. Menurut informasi yang dilansir oleh transjakarta.co.id (2008) Bus Rapid Transit (BRT) atau lebih dikenal dengan busway adalah salah satu transportasi yang dikelola oleh lembaga Transjakarta di bawah pengawasan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Busway dirancang secara khusus sebagai sistem transportasi yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah cukup besar. Sehingga diharapkan busway dapat membantu mengatasi kemacetan yang terjadi di wilayah Jakarta. Pada foto kedua salah satu polisi mencoba untuk menghentikan pengendara sepeda motor. Namun pengendara sepeda motor terlihat menghindari polisi dan terus melaju, hal ini diperjelas lagi pada foto ketiga, pengendara sepeda motor tetap berjalan melajukan sepeda motornya di atas jalur khusus. Di depan pengendara terlihat polisi yang berlari sembari membawa sebuah kertas yang mencoba untuk menghentikan pengendara sepeda motor tersebut. Lalu, pada foto keempat pengendara sepeda motor tetap nekat melaju walaupun
III-7 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
polisi telah berdiri menghadang di depannya. Hal ini diperjelas lagi pada foto kelima, pengendara sepeda motor kemudian menghindari polisi dan membelokkan diri ke jalur yang lain. Sedangkan polisi di depan pengendara tersebut hanya berdiri dan menengok ke arah pengendara sepeda motor. Akhirnya, pengendara sepeda motor tersebut berhasil lolos dari kedua polisi tersebut. Foto ini menjadi menarik sebab pengunggah foto melakukan proses editing dengan menambahkan sejumlah meme. Menurut informasi yang dilansir pada farhanalfasha.blogspot.com (2013) meme berasal dari kreasi Whynne seorang user Deviantart, fungsi dari pemakaian meme adalah mengekspresikan kejahilan, atau berfungsi untuk menjahili seorang user (pembaca meme). Hal ini nampak terlebih jelas pada foto keenam, polisi menggunakan meme ekspresi wajah kecewa , sedangkan pengendara sepeda motor menggunakan meme troll, yakni meme yang berfungsi mengekspresikan kejahilan (bimosuper.blogspot.com 2012). Dengan demikian, ikon pada foto ini merepresentasikan kekacauan lalu lintas di kota Jakarta. Hal ini diitandai dari pengendara yang tak taat peraturan yakni dengan melintasi jalur khusus busway yang sebenarnya tak diperbolehkan untuk dilintasi oleh pengendara lain. Sedangkan sumber acuan
yang
menggambarkan kota Jakarta adalah adanya jalur khusus busway Transjakarta yang berlokasi di kota Jakarta. Indeks dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan dengan sumber acuan, sehingga kekacauan lalu lintas ini disebabkan oleh macetnya jalan sehingga pengendara sepeda motor nekat menerobos jalur busway. Hal ini terlihat pada foto kedua, adanya beberapa antrian mobil mengindikasikan padatnya jalan saat itu. Pelanggaran yang III-8 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dilakukan oleh pengendara tersebut kemudian menjadi sebuah simbol bahwa polisi belum mampu menindak tegas pelanggar lalu lintas. Hal ini diperjelas lagi dari tanda yang terlihat pada foto kelima dan keenam dimana pengendara digambarkan berhasil menjahili dan lolos dari polisi yang menghadang, sedangkan polisi hanya berdiam diri dan tak berusaha untuk mengejar pengendara tersebut. III.1.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Sebenarnya, jika diinterpretasikan lebih jauh,
foto yang diunggah oleh
isylysylvia ini merupakan salah satu foto yang berbentuk sintaksis. Seperti yang disampaikan oleh Barthes (2010), foto sintaksis hadir dalam rangkaian foto yang ditampilkan dalam satu judul, dimana makna tidak muncul dari bagian-bagian yang lepas antara satu dengan yang lain namun pada keseluruhan rangkaian dari foto tersebut. Sehingga dalam proses interpretasi kali ini, peneliti akan menekankan keterkaitan antara satu foto dengan yang lain dan mendalami alur cerita yang disampaikan. Namun sebelum menganalisis lebih jauh, ada baiknya melihat foto ini berdasarkan grammar of the shot untuk mengetahui tanda apa saja yang dapat dinterpretasikan lebih jauh. Jika dianalisis menggunakan grammar of the shot, menurut Thompson & Bowen (2009) pengambilan foto Only in Indonesia-TROLL THE POLICE! merupakan salah satu foto yang termasuk tipe medium long shot. “First shot in increasing magnitude that cuts off a body part of the subject traditionally framed such that bottom of frame cuts off the leg either just below or, more commonly, just above the knee. The choice for where to cut may depend on costuming or body movement of the individual in the shot. “ (Thompson & Bowen 2009)
III-9 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ini berarti, teknik pengambilan medium long shot, menampilkan sosok yang ada pada foto separuh badan atau sebatas di atas lutut. Sehingga menurut Thompson & Bowen (2009) hal yang dapat diketahui dari foto dengan tipe medium long shot adalah siapa sosok yang ada pada foto tersebut, dimana foto ini diambil, dan kapan pengambilan foto ini dilakukan. Selain itu juga menampilkan details pakaian, hingga gender. Sama halnya dengan yang terlihat pada foto “Only in Indonesia-TROLL THE POLICE!” menunjukkan sosok polisi dengan jelas, hal ini ditandai dari seragam yang dikenakan memiliki kesamaan dengan seragam polisi lalu lintas. Sedangkan terangnya intensitas cahaya menunjukkan foto diambil pada siang hari, dan background yang terlihat pada foto menunjukkan kondisi jalan raya yang cukup padat hingga mengakibatkan pengendara sepeda motor nekat melaju pada jalur busway. Melihat adanya alur cerita yang tak biasa dalam foto ini seakan menyiratkan bahwa foto ini mengandung humor yang bernada satire. Jalaluddin Rakhmat (1999) menjelaskan satire adalah jenis humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, gagasan, atau lembaga. Sedangkan teknik pengungkapannya termasuk in concreli, yakni menampilkan sesuatu yang ganjil, aneh (Heller 1981). Ini terbukti dari adanya plesetan dengan penambahan meme yang di pasang pada bagian wajah polisi dan wajah pengendara sepeda motor. Ini artinya, meme tersebut bukan lah hiasan saja namun juga berfungsi sebagai alat sindiran untuk melakukan degradasi terhadap sosok polisi. Penambahan meme juga dikenal sebagai Trolling, yakni aktivitas humor, kebebasan berbicara pada
III-10 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
media
sosial
namun
biasanya
cenderung
melecehkan,
menghina
dan
memprovokasi (ictwatch.com 2013). Jika membaca ekspresi meme yang dipasang oleh pengendara , meme ini mengesankan bahwa pengendara terkesan tertawa puas. Ini ditandai dengan lirikan mata ke arah polisi saat tertawa lebar. Mulut yang terbuka lebar seolah menyiratkan bahwa ekspresi ini digunakan untuk menggambarkan kepuasan tersendiri saat berhasil lolos dari polisi. Sedangkan meme yang dipasang pada polisi adalah meme dengan ekspresi murung terlihat dari tatapan mata yang sedih dan wajah yang sayu. Serta raut-raut wajah yang ditampakkan pada meme ini seakan memperkuat sebuah ekspresi untuk menggambarkan kesedihan atas kegagalan polisi dalam menindak pengendara yang menerobos jalur busway. Kedua meme ini jika diinterpretasikan secara bersamaan maka dapat diindikasikan bahwa pesan satire yang ingin disampaikan pada kasus ini adalah polisi tersebut ternyata diremehkan dan tak dihiraukan oleh pengendara sepeda motor. Pengungkapan satire tak hanya berhenti pada tanda-tanda yang nampak pada foto saja, namun nada satire juga hadir pada makna judul foto. Judul yang diberikan oleh pengunggah pada foto ini adalah “Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!”. Jika diterjemahkan
dalam
kamus bahasa Indonesia dapat
diinterpretasikan bahwa hanya di Indonesia, masyarakat dapat menjahili polisi. Judul ini menjadi menarik sebab bahasa yang digunakan merupakan bahasa Inggris.
Menurut
informasi
yang
ditulis
oleh
Imam
Khanafi
dalam
belajaringgris.net (2014) , bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa internasional sejak 1584 karena faktor penyebaran di seluruh dunia. Dan sejak 1584 , bahasa III-11 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Inggris telah digunakan oleh banyak negara di dunia. Ini artinya, pengunggah foto seakan ingin menunjukkan ke dunia internasional bahwa seperti ini lah keadaan polisi di Indonesia yang diremehkan oleh pengendara lalu lintas. Hal ini secara tak langsung juga berdampak pada citra Polri di mata dunia internasional. Adanya judul foto seperti ini seolah-olah menggambarkan bahwa aparat Polri masih dianggap tidak tegas dalam menindak pelanggar lalu lintas. Apalagi hal ini diperjelas dengan gambar yang menunjukkan bahasa tubuh polisi hanya berdiam diri saat pengendara sepeda motor kabur begitu saja. Di samping itu, jika ditinjau melalui tipografi, ukuran font yang digunakan pada kalimat TROLL THE POLICE!
berbeda dengan
ukuran
font dalam
penulisan Only in Indonesia. Surianto Rustan (2010) menjelaskan ukuran font pada display type cenderung mudah terlihat dan berukuran besar. Rustan menambahkan bahwa hal tersebut berfungsi sebagai penarik perhatian bagi pembaca. Dengan kata lain penggunaan ukuran font yang lebih besar serta penggunaan tanda seru pada akhir kalimat Only in Indonesia - TROLL THE POLICE! seakan menunjukkan penekanan bahwa polisi ternyata masih mudah diremehkan. III.1.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Foto ini merupakan salah satu foto yang kaya akan tanda. Keseluruhan tanda serta rangkaian keenam foto pada foto ini menggambarkan sebuah alur cerita mengenai sebuah kekacauan lalu lintas. Terbukti dari banyaknya poin yang didapat oleh foto ini. Walaupun tidak ada komentar dalam foto ini, namun foto ini
III-12 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
memiliki 162 poin, ini artinya banyak pengguna 9GAG yang setuju jika foto ini menarik. Hal ini bisa saja terjadi akibat dari rangkaian gambar yang ada pada foto ini yang memberikan alur cerita tersendiri. Apalagi tanda yang paling menonjol pada foto ini adalah pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor yang tak menghiraukan arahan polisi. Kenekatan pengendara sepeda motor ini lah yang memberikan keunikan tersendiri pada foto. Jika melihat keberadaan polisi dalam foto ini berada pada sekitar jalur busway ini mengindikasikan bahwa polisi tersebut sedang melakukan sterilisasi jalur busway. Sebenarnya, foto ini secara tak langsung menggambarkan kegiatan sterilisasi jalur busway yang menjadi agenda penting bagi Pemprov DKI Jakarta dengan Polri. Menurut antaranews.com (2013) sejumlah pengamat memprediksi pada tahun 2014 Jakarta akan mengalami kemacetan dimana-mana atau mengalami “deadlock”, sehingga Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan langkah antisipatif dengan menguatkan moda transportasi massal seperti bus Transjakarta. Salah satu upaya Pemprov DKI Jakarta dalam “menggiring” masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi massal adalah menambah jumlah armada. Untuk itu, dalam rangka mempersiapkan kedatangan armada bus Transjakarta baru, Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Polri untuk mensterilkan jalur busway. Razia sterilisasi jalur busway yang diadakan selama 30 hari oleh Pemda DKI Jakarta dan Dirlantas Polda Metro Jaya tak sia-sia,
mereka berhasil
menertibkan pelanggar sepeda motor sebanyak 8.665, disusul mobil kendaraan pribadi sebanyak 1.608, lalu kendaraan umum sebanyak 854 dan kendaraan barang 169 .
III-13 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Melihat kondisi besarnya jumlah pelanggaran pada jalur busway, maka pihak kepolisian mengeluarkan sebuah kebijakan baru untuk memberikan denda yang besar bagi penerobos jalur busway. Seperti yang diberitakan oleh kompas.com (2013) razia sterilisasi jalur busway mulai diterapkan pada bulan November 2013. Polri mencanangkan denda maksimal Rp.500.000 ribu bagi pengendara sepeda motor dan Rp.1.000.0000 bagi pengendara mobil yang melanggar. Namun kenyataannya denda maksimal tersebut hanya menjadi sebuah wacana. Pelanggar sepeda motor hanya dikenakan denda sebesar Rp.100.000. Dan sayangnya lagi, menurut kompas.com (2013) razia sterilisasi jalur busway tidak diadakan secara berkala sehingga pelanggaran masih sering terjadi. Ternyata hal tersebut tak hanya isapan jempol belaka, sebab foto “Only in IndonesiaTROLL THE POLICE!” seakan menjadi bukti bahwa memang pelanggaran masih saja terjadi. Melihat adanya kejadian pelanggaran yang sering terjadi pada jalur busway, sindonews.com (2013) memberitakan bahwa ada beberapa alasan mengapa pengendara sepeda motor nekat masuk pada jalur khusus busway. Salah satu alasan terbanyak yang dilontarkan oleh pengendara adalah menghindari kemacetan yang membuat mereka akhirnya nekat menerobos jalur khusus busway. Ini artinya, permasalahan ini dapat dikatakan terjadi akibat dari kemacetan yang sedang terjadi di jalan. Menurut Sekjen Studi Transportasi , Izul Waro dalam instran.org (2010) kemacetan di ruas jalan-jalan di Jakarta selain akibat pertambahan kendaraan bermotor yang tiada henti dan minimnya pertambahan ruas jalan, juga disebabkan perilaku pengguna jalan, terutama awak angkutan
III-14 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
umum yang mengabaikan ketertiban lalu lintas menambah sekitar 20 persen. Selain itu, Izul juga menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah lagi akibat tidak adanya ketegasan dari aparat kepolisian untuk memberikan sanksi secara tegas. Akhirnya pengendara pun berjalan sesuka hati dan ugal-ugalan. Penjelasan oleh Izul Waro ternyata juga didukung dengan apa yang terlihat pada foto “Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!”. Dengan kata lain, foto ini sekaligus membenarkan bahwa ternyata polisi belum tegas dalam menindak pelanggar lalu lintas. Berkaitan dengan hal tersebut maka secara tidak langsung ketidaktegasan dalam menindak pelanggar lalu lintas akan berpengaruh pada citra Polri di mata masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh oleh Tika Primasiwi (2010) bahwa pencitraan positif yang seharusnya dibangun sebagai komitmen menuju profesionalisme polisi, ternyata sering disalah gunakan oleh oknumnya sendiri sehingga citra polisi di masyarakat kemudian tercoreng.
III-15 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.2 “meanwhile in indonesia" f**k the police
(Gambar III.5 : “meanwhile in indonesia" f**k the police) Sumber: http://9gag.com/gag/4963149
III.2.1 Tahap pertama: Tekstual Secara tekstual , foto ini menunjukkan suasana pada siang hari. Hal ini ditandai dari cerahnya sinar yang terlihat pada foto ini. Selain itu, foto ini diambil di depan pemukiman warga. Ini tampak dari adanya rumah-rumah di belakang objek foto. Objek foto kali ini adalah beberapa orang lelaki yang sedang mengobrol di depan pemukiman warga. Salah satunya adalah seorang anak yang menggunakan kaos berwarna oranye dan memakai celana pendek berwarna abu-abu. Dalam foto
III-16 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ini menunjukkan anak tersebut menendang lelaki di sebelah kanannya. Lelaki ini berseragam coklat dan menggunakan topi berwarna coklat tua. Seragam yang dikenakan lelaki tersebut mempunyai kesamaan tanda dengan identitas Polri pada gambar III.1 tentang seragam Polri. Selain itu ada keterangan penjelas yang ditegaskan oleh pengunggah foto yakni pada judul “ meanwhile in Indonesia” f**k the police yang membenarkan bahwa sosok dalam foto ini adalah seorang polisi. Selain itu, di sekeliling polisi, terdapat sekitar lima lelaki sedang mengobrol. Salah satunya terlihat sedang dipeluk oleh anak tersebut. Tanda yang paling menonjol dalam foto ini adalah ketika anak tersebut menendang polisi di depannya. Tendangan tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk tindakan kekerasan fisik. Seperti yang dijelaskan oleh yayasan SEJIWA dalam bukunya mengenai bullying (2008) menyatakan bahwa kekerasan fisik adalah jenis kekerasan yang kasat mata. Artinya, siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya. Contohnya adalah menampar, menimpuk, menendang, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang , dll. Dengan kata lain, tindakan yang dilakukan anak tersebut kepada polisi merujuk pada kekerasan fisik. Ini artinya, ikon pada foto ini merepresentasikan tindakan kekerasan fisik yang dilakukan oleh anak pada seorang polisi. Hal ini terlihat dari tendangan yang diberikan hingga mengenai bahu polisi. Selain itu indeksnya adalah penyebab kekerasan fisik yang terjadi, diakibatkan dari situasi yang tidak nyaman bagi seorang anak berdiri di kerumunan orang dan berhadapan dengan seorang polisi.
III-17 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Terry E.Lawson dalam Huraerah (2006) menjelaskan serangan atau tindakan fisik yang dilakukan oleh individu umumnya dipicu oleh situasi yang tidak nyaman dan membuat dirinya merasa terancam. Hal ini dapat dikaitkan dengan pernyataan Barker dalam Muradi (2009) yang menjelaskan bahwa sosok polisi masih belum bisa lepas dari wajah superior. Citra Polri masih terkesan garang dengan kumis tebal, badan tambun subur, dan sering menggunakan kekerasan terhadap masyarakat. Barker pun menjelaskan bahwa tindakan seperti ini lah yang memicu tekanan tersendiri bagi masyarakat ketika harus berhadapan dengan polisi. Melihat timbulnya kekerasan fisik yang dilakukan oleh anak tersebut, seakan menjadi sebuah simbol bahwa anak tersebut merasa tidak nyaman dengan kehadiran polisi di sampingnya sehingga ia memberikan tendangan kepada polisi tersebut.
III.2.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Sebelum mengkaji lebih dalam, peneliti akan menganalisis foto yang diunggah oleh Potterface ini dengan menggunakan grammar of the shot untuk memperjelas tanda apa saja yang dapat diinterpretasikan dari foto “meanwhile in indonesia” f**k the police. Jika melihat teknik pengambilan gambar yang ada pada foto tersebut. Foto ini termasuk dalam tipe medium long shot, dengan horizontal camera angle khususnya ¾ back camera angle. Menurut Thompson & Bowen (2009) tanda yang dapat diidentifikasi dengan teknik ini adalah siapa, dimana dan kapan foto ini diambil, detail baju yang dikenakan, jenis kelamin, dan sedikit ekspresi wajah. Sehingga foto ini menunjukkan sosok polisi
dengan
III-18 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
beberapa lelaki di sekitarnya sekaligus anak kecil di sebelah kiri polisi tersebut. Latar belakang tidak terlihat terlalu jelas namun masih tampak jika foto tersebut diambil di depan pemukiman warga dan terangnya intensitas cahaya menandakan bahwa foto tersebut diambil pada siang hari. Oleh karena posisi pengambilan gambar tersebut termasuk ¾ back camera angle, maka ekspresi wajah tak terlalu terlihat secara jelas dan terkesan bahwa foto ini diambil secara candid. Menurut kemilauindonesia.com (2012) Candid adalah pengambilan foto untuk menggambarkan sebuah aktivitas yang tak terduga, spontan dan hasil foto candid biasanya bersifat natural, menampilkan potrait wajah atau kondisi tidak berpose dan tidak sadar kamera, sehingga foto candid ini mempunyai keunggulan dalam menampilkan sisi human interest. Ini artinya kejadian tindakan menendang yang dilakukan oleh anak tersebut kepada polisi tidak direkayasa dan bersifat spontan. Jika dilihat secara sekilas, hampir tak ada proses editing yang berarti. Tak ada kalimat atau teks yang ditampilkan dan tak ada tambahan meme comic. Foto ini hanya menggambarkan sebuah peristiwa yakni kekerasan fisik yang dilakukan oleh anak kepada polisi di tengah kerumunan warga. Tetapi ketika foto ini diunggah ke situs 9GAG seolah menjadi pertanyaan tersendiri mengapa foto ini dijadikan bahan lelucon. Dilihat dari pelaku tindak kekerasan adalah seorang anak, sebenarnya foto ini secara tak langsung mengandung unsur satire, dalam konteks ini , teknik pengungkapannya termasuk surprise, yakni menurut Heller (1981) menggunakan logika yang tidak terduga dan mengejutkan. Sehingga secara tak langsung, foto ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang mengejutkan yang
III-19 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menunjukkan bahwa interaksi Polri dengan masyarakat tak sepenuhnya berjalan baik. Ini juga terbukti dari judul yang diberikan pengunggah foto “meanwhile in Indonesia” f**k the Police”. Judul yang diberikan tidak berbahasa Indonesia, melainkan menggunakan bahasa Inggris. Hal ini, secara tak langsung menandakan bahwa pengunggah foto ingin menunjukkan ke masyarakat mancanegara untuk memahami bahwa sementara itu di Indonesia, ternyata masih ada sebagian warga yang tak nyaman dengan kehadiran polisi. Jika diinterpretasikan secara mendalam maka secara tak langsung tindakan pengunggah foto dalam memberikan judul dengan foto yang menunjukkan kejadian ini seakan mempersuasi pihak asing untuk meremehkan kinerja polisi di Indonesia. Dan dampaknya akan mengganggu kewibawaan Polri di mata dunia internasional. Jika diterjemahkan dalam kamus bahasa Indonesia, judul tersebut memiliki makna tersirat sebagai bentuk umpatan kepada polisi. Hal ini dipertegas dengan penggunaan tanda sensor berupa (*) pada dua huruf di kata f**k yang secara tak langsung menandakan bahwa perkataan itu tidak pantas diperlihatkan pada publik. Melihat ada kemiripan jumlah dan susunan hurufnya, maka kata “f**k” merujuk pada sebuah kata yakni kata fuck. Menurut informasi yang tertulis pada forum.kompas.com (2009) mengenai asal mula kata fuck. Sebenarnya ini berawal dari negara Inggris. Dahulu penduduk di Inggris tidak boleh melakukan hubungan seksual tanpa izin dari sang Raja. Saat mereka ingin memiliki anak, mereka harus mengajukan izin kepada pihak kerajaan. Setelah mendapatkan izin, maka pihak kerajaan akan memberikan tanda untuk digantung di pintu pasangan, bertuliskan
III-20 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
“Fornication Under Consent of The King (F.U.C.K)”. Namun lama-kelamaan kata fuck sendiri dapat dikonotasikan sebagai sebuah penghinaan, atau kata yang merujuk pada hal yang negatif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka judul “meanwhile in Indonesia”f**k the Police” dapat diinterpretasikan sebagai kalimat yang mempunyai maksud untuk menyindir polisi bahwa tidak semua warga menyukai kehadiran polisi di tengah masyarakat.
III.2.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Walaupun tak ada komentar dalam foto ini, namun foto ini mendapatkan poin yang cukup tinggi, yakni 141 poin. Ini artinya sebanyak 141 pengguna 9GAG tertarik dengan foto ini. Jika membaca keseluruhan tanda, mulai dari suasana yang tercipta pada foto ini, bahasa tubuh orang-orang yang berada dalam foto, hingga kehadiran polisi tersebut menggambarkan sesuatu yang tak lazim. Bagaimana tidak, di saat polisi sedang berusaha melakukan pendekatan dan mendengarkan warga, ada perilaku kekerasan yang menimpa polisi tersebut. Perilaku yang tak umum kali ini ditandai dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh seorang kepada polisi. Jika merujuk pada perspektif psikologis, seseorang akan melakukan tindakan kekerasan ketika seseorang merasa terganggu dan merasa terancam. Perilaku kekerasan dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Penyebab perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional
yang
belum
dapat
diselesaikan.
Perilaku
kekerasan
juga
III-21 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain (Stuart & Sundeen 1998). Hal ini secara tak langsung menunjukkan bahwa ada korelasi antara kehadiran polisi dengan sikap yang dilakukan anak tersebut. Hal ini menjadi menarik mengapa anak tersebut sampai melakukan tindakan fisik kepada polisi. Ada apa dengan polisi tersebut. Selain itu, ada pula tanda-tanda tersirat yang muncul pada judul foto ini. Pengunggah foto seolah mendukung bahwa masyarakat di Indonesia tak semua nyaman dengan kehadiran polisi. Ini dapat diilhat dari kalimat “f**k the police!” yang diselipkan pada judul foto. Tanda yang tersirat maupun tersurat tersebut kemudian memunculkan wacana sejauh mana kualitas interaksi Polri kepada masyarakat. Berbicara mengenai kualitas interaksi dan pendekatan Polri kepada masyarakat. Menurut Muradi (2009) selama ini hubungan Polri dengan masyarakat masih bersifat police-center. Polisi masih menenempatkan perasaan superior dan kecenderungan memosisikan masyarakat di bawah anggota polisi dan perilaku superior ini secara tak langsung menciptakan hubungan yang tidak baik. Tak hanya menekan masyarakat, namun kondisi ini juga mendorong timbulnya hubungan putus-butuh, hubungan semu dan menimbulkan saling kecurigaan. Tentunya hubungan yang tidak sehat ini lalu ikut mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap polisi dan menimbulkan tekanan tertentu bagi masyarakat.
III-22 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kesenjangan yang terjadi pada hubungan polisi dengan masyarakat, ternyata tak hanya disebabkan oleh masa lalu Polri yang akrab dengan kultur militeristik, namun Muradi (2009) menambahkan keterbatasan SDM serta ketrampilan pada Polri dalam memahami keragaman kondisi sosiologis masyarakat, dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya police-center pada interaksi masyarakat dengan Polri. Berkaitan dengan pernyataan Muradi, maka ada kemungkinan anak tersebut merasa terintimidasi ketika polisi mendekat. Membaca keseluruhan tanda-tanda yang muncul. Foto ini seolah menunjukkan ada yang tidak beres pada interaksi antara masyarakat dengan Polri. Walaupun secara sekilas foto ini menunjukkan polisi sedang melayani masyarakat dengan baik. Tetapi foto ini seolah menyindir bahwa pendekatan yang dilakukan oleh polisi nyatanya masih belum sepenuhnya memberikan rasa nyaman bagi sebagian warga.
III-23 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.3 Indonesian Police
(Gambar III.6: Indonesian Police) Sumber: 9gag.com/gag/5578550 III.3.1 Tahap pertama: Tekstualitas Secara tekstual, foto ini mempunyai intensitas cahaya yang terang selain itu latar belakang pada foto pertama hanya terlihat jalan dengan background berwarna
biru,
sedangkan
foto
kedua
hanya
terlihat
dedaunan.
Ini
mengindikasikan bahwa foto diambil pada saat siang hari di luar ruangan. Jika diteliti lebih dalam, sebenarnya foto ini merupakan gabungan dari dua foto antara foto wanita berambut panjang berseragam biru tua dengan foto tiga
III-24 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
wanita berambut pendek yang mengenakan seragam coklat. Pada foto pertama, seragam biru tua yang dikenakan wanita tersebut memiliki kemiripan tanda dengan seragam polisi wanita Rusia. Seperti informasi yang dimuat pada journal14.com (2014). Polisi wanita Rusia tersebut dikenal dengan istilah OMON yakni salah satu nama unit khusus dalam polisi Rusia.
(Gambar. III.7 : Military Woman Russian Police) Dari keterangan di atas, maka sosok wanita pada foto pertama adalah polisi wanita Rusia. Sedangkan tiga wanita pada foto kedua memiliki kesamaan tanda dengan seragam yang dikenakan oleh polisi wanita Indonesia. Terlihat dari berbagai atribut yang melekat pada seragam mereka. Seperti berita yang dilansir oleh generusindonesia.wordpress.com (2013) mengenai polisi wanita Indonesia.
III-25 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.8 : Polisi wanita Indonesia) Berdasarkan keterangan yang ditulis oleh generusindonesia.wordpress.com (2013) , maka ketiga wanita yang ada pada foto kedua tidak lain merupakan polisi wanita Indonesia atau dikenal dengan istilah Polwan. Dalam penelitian, peneliti tak hanya membaca atribut yang melekat pada para wanita tersebut, namun bahasa tubuh juga perlu untuk dianalisis satu persatu. Pertama, bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh polisi wanita Rusia adalah bahasa tubuh yang santai namun tetap siaga. Ini dapat terlihat dari kedua tangannya yang sedang sedekap dengan posisi berdiri tegas. Tatapan matanya juga penuh kelembutan. Tak terlihat wajah sinis atau wajah serius. Sama halnya dengan foto kedua, ketiga polisi wanita Indonesia juga tampak tersenyum hangat dengan posisi tegas. Selain itu ada tanda yang nampak di foto tersebut, yakni ada tambahan tulisan pada foto pertama yang berbunyi “ At first I saw this.” Sedangkan pada
III-26 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
foto kedua terdapat tulisan ” So here I presents Indonesian Police.” yang dapat dimaknai dalam bahasa Indonesia yaitu “pada awalnya , saya melihat ini” dengan foto seorang polisi wanita Rusia, sedangkan pada tulisan berikutnya dapat dimaknai bahwa pengunggah foto ingin mempersembahkan polisi Indonesia. Ini artinya kedua tulisan ini diindikasikan sebagai keterangan penjelas dalam gambar tersebut. Dengan kata lain, ikon dalam foto ini merepresentasikan tak hanya tentang kelembutan dan kecantikan polisi wanita Rusia dan polisi wanita Indonesia saja. Namun foto ini juga merepresentasikan sebuah perbandingan. Hal ini ditandai dari adanya dua foto yang berbeda latar belakang namun tetap memiliki kesamaan objek foto yang digabung menjadi satu bingkai foto. Selain itu, adanya teks yang berbunyi “So here I presents Indonesian Police” memperkuat bahwa ada yang ingin ditunjukkan pada foto kedua yang kemudian dijadikan bahan pembanding pada foto pertama. Sedangkan indeks yang ada dalam foto ini , penyebab adanya perbandingan ini diakibatkan dari wajah polisi wanita Indonesia juga tak kalah cantik dan menarik dengan polisi wanita Rusia. Ini dipertegas dengan tulisan “So here I presents Indonesian Police.”. Tulisan tersebut sekaligus menjadi sebuah simbol bahwa Indonesia juga mempunyai polisi wanita yang tak kalah cantik dengan polisi Rusia.
III.3.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Jika diilihat melalui grammar of the shot yang disampaikan oleh Thompson & Bowen (2009) , maka foto yang diunggah oleh Cakraslamming ini termasuk
III-27 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
foto dengan tipe medium shot, yakni foto yang hanya menampilkan figur manusia hingga pinggang atau sedikit di bawah pinggang. Selain itu, details yang paling menonjol dalam foto ini adalah mata dan arah yang mereka lihat, pakaian, warna rambut, dan gaya yang sedang ditampilkan. Oleh karena itu, foto dengan tipe ini mudah diidentifikasi siapa yang berada dalam foto tersebut , dimana (di dalam atau di luar ruangan) dan kapan foto ini diambil (siang atau malam). Sedangkan jika melihat adanya dua foto yang digabungkan menjadi satu bingkai pada foto “Indonesian Police” , dapat diinterpretasikan bahwa foto ini bersifat sintaksis yakni rangkaian foto yang digabungkan menjadi satu sehingga menciptakan sebuah alur cerita tertentu (Barthes 2010). Sehingga secara garis besar foto ini dapat diinterpretasikan sebagai foto yang mempunyai alur cerita yang menggambarkan bahwa polisi wanita Indonesia juga tak kalah cantik dengan polisi wanita Rusia. Hal ini terbukti dari adanya tulisan yang berbunyi “At first I saw this”, apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka bermakna “pada awalnya , saya melihat ini” dengan foto seorang polisi wanita Rusia, sedangkan pada tulisan berikutnya berbunyi “So here I presents Indonesian Police.”yang dapat dimaknai bahwa pengunggah foto ingin menunjukkan sekaligus membandingkan polisi wanita Indonesia dengan polisi wanita Rusia. Ini menyiratkan bahwa polisi wanita Indonesia tak kalah dengan polisi wanita Rusia, khususnya dalam penampilan dan kecantikan yang dimiliki. Ini terbukti dari teknik pengambilan foto medium shot yang menyoroti details penampilan dari para polisi wanita.
III-28 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Selain itu, jika ditinjau dari sisi tipografi, maka kedua tulisan tersebut termasuk dalam tipe font sans serif, yakni huruf sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait (Tinarbuko 2009). Sedangkan warna hitam menurut Kritina holden & Jill Butler (2003) merupakan salah satu warna gelap yang diasosiasikan sebagai sebuah keseriusan dan professional . Ini menyiratkan bahwa kedua tulisan tersebut menggambarkan sebuah keseriusan untuk membandingkan kecantikan polisi wanita Rusia dengan polisi wanita Indonesia Sedangkan judul foto yang diberikan oleh pengunggah kali ini berbahasa Inggris yang berbunyi “Indonesian Police” yang tak lain mempunyai arti polisi Indonesia. Jika meninjau keterkaitan antara tulisan dalam foto , gambar yang ada dalam foto serta judul foto tak ada makna negatif yang ingin diungkapkan oleh pengunggah foto tersebut. Sehingga, foto ini tergolong menampilkan humor dalam artian menampilkan sebuah wawasan baru mengenai keberadaan polisi wanita Indonesia yang disajikan secara menghibur. Dan secara tak langsung juga ikut memberikan dampak positif di mata internasional bahwa polisi wanita di Indonesia tak kalah cantik dengan polisi wanita di negara lain. III.3.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Berdasarkan data yang ada, sebanyak 66 orang tertarik dengan foto “Indonesian Police”. Ini juga dibuktikan dari komentar salah satu pengguna 9GAG dengan akun “glass215” yang tertarik untuk mengomentari foto ini dengan kalimat ”So...fuck the police!”. Ini dapat diinterpretasikan bahwa ada sesuatu yang menarik dalam foto “Indonesian Police”.
III-29 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.9 : Komentar pada foto Indonesian Police) Namun sayangnya, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kalimat ini bernada negatif apalagi kata fuck sendiri sebenarnya berasal dari istilah “Fornication Under Consent of The King (F.U.C.K)” yang berhubungan dengan hubungan seksual (forum.kompas.com 2009). Ini menandakan bahwa ternyata “glass215” tersebut memandang polwan sebagai objek seksual. Tak dapat dipungkiri jika foto ini memang lebih menyoroti penampilan fisik dari seorang Polwan. Apalagi pengunggah foto mempertegas dengan kalimat yang berbunyi “So here I present Indonesian Police” yang seolah-olah mempersembahkan kecantikan polisi wanita versi Indonesia.
Hal ini seakan
mendukung wanita sebagai objek seksual. Dalam artian sebagai objek yang enak untuk dipandang. Dan salah satu dampak dari kalimat ini serta judul foto yang menggunakan bahasa Inggris terlihat dari bagaimana respon pengguna 9GAG lain
III-30 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
khususnya dari negara lain saat mengomentari foto ini dengan kalimat yang tak pantas. Akibatnya secara tak langsung dampak dari foto ini adalah penurunan derajat Polwan Indonesia di mata internasional. Hal ini terbukti dari akun yang bernama”glass215” cenderung memandang foto ini sebagai objek yang enak di pandang bukan melihat bagaimana Polwan sebagai anggota polisi yang tegas dalam menegakkan hukum. Tak dapat dipungkiri jika kecenderungan memandang wanita sebagai objek seksual sebenarnya sudah beberapa kali dilakukan dalam sebuah penelitian. Dalam salah satu penelitian yang dilansir oleh Sarah Gervais dalam lifestyle.okezone.com (2012) menjelaskan bahwa ditemukan dalam serangkaian percobaan bahwa ketika dihadapkan dengan gambar pria, otak cenderung lebih mengandalkan pada penilaian kognitif "global". Sementara itu, gambar pada wanita lebih sering menjadi subjek proses kognitif "lokal" atau persepsi objectifying sesuatu. Proses penilaian tersebut disebabkan karena wanita lebih memiliki bentuk figur tubuh yang menarik dibandingkan pada figur tubuh pria. Oleh karena itu, wanita sering dianggap sebagai objek yang enak dipandang dan bentuk badanlah yang menjadi petunjuk mengapa wanita sering menjadi target objektifikasi seksual. Ini menandakan bahwa “glass215” lebih tertarik pada foto ini, dikarenakan faktor kecantikan dari Polwan dan dianggapnya sebagai objek seksual. Walaupun foto ini memang terkesan membandingkan kecantikan dan penampilan polisi wanita saja. Namun, sebenarnya ada hal tersirat yang menarik
III-31 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dalam foto ini , yakni mengapa isu polisi wanita ini muncul dan ada apa dengan polisi wanita. Foto ini seakan menjadi salah satu foto yang membuka tabir mengenai peran wanita dalam wilayah publik. Menurut Mansour Fakih (2007) dahulu ada anggapan jika kaum perempuan hanya cocok bekerja pada wilayah domestik. Mulai dari memasak, menjaga kebersihan, mencuci, mencari air, hingga merawat anak. Ironisnya semua pekerjaan domestik dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan lelaki yang tak lain berada pada ranah publik. Sehingga, pekerjaan yang dilakukan perempuan di ranah domestik, lalu dikategorikan sebagai kegiatan “bukan produktif” yang berakibat tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara. Namun, foto ini seolah menjadi bukti bahwa wanita saat ini tak lagi hanya berdiam diri di wilayah domestik tetapi juga ikut berperan dalam wilayah publik. Foto ini juga menunjukkan bahwa ada upaya dari kaum wanita untuk menyetarakan gender khususnya dalam mendapatkan posisi pekerjaan. Berbicara mengenai peran wanita di ranah publik, tentunya juga berkaitan dengan peran wanita dalam menjabat tugasnya sebagai seorang polisi. Menurut berita yang ditulis oleh tempo.co.id (2013) , sejarah Polwan di Indonesia dimulai pada 1 September 1948. Waktu itu, di Bukit tinggi Sumatera Barat, pemerintah Indonesia tengah berjuang menghadapi agresi militer II Belanda. Akibat serangan besar-besaran dari Belanda. Arus pengungsian pun semakin banyak terjadi dimana-mana. Ketika memasuki wilayah yang dikuasai Republik, tentu harus ada penggeledahan untuk memastikan tak ada penyusup. Masalahnya, banyak III-32 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pengungsi perempuan menolak diperiksa polisi pria. Dari situlah pemerintah lalu merujuk Sekolah Polisi Negara di Bukittinggi untuk mulai merekrut polisi wanita. Atas dasar itulah kemudian Polri membuka pendidikan polisi bagi kaum wanita. Sejak itulah, Polwan menjadi bagian dari Kepolisian RI. Tak dapat dipungkiri jika merubah perilaku dan budaya dalam tubuh internal Polri tidak lah mudah. Apalagi sejarah orde baru ikut mempengaruhi citra Polri saat ini. Namun, foto “Indonesian Police” ini seakan menyiratkan bahwa ada upaya Polri untuk memoles citra menjadi lebih humanis. Muradi (2009) menyatakan bahwa hal ini membuat Kapolri Sutanto menyusun satu kebijakan untuk memperbaiki citra Polri di mata masyarakat. Pada awalnya posisi polisi wanita tak diletakkan pada garda terdepan. Sehingga, peran Polwan masih tak menonjol dibanding dengan polisi pria. Tetapi, seiring berjalannya waktu, masuknya wanita dalam kepolisian mengalami akselerasi dalam kekuatannya dari tahun ke tahun. Hal ini diperjelas juga oleh Ipda Tika Pusvitasari yang bertugas sebagai Kepala Sub Unit Umum di Polres Metro Jakarta Pusat pada wolipop.detik.com (2013) bahwa kelebihan wanita sebagai polisi adalah Polwan tidak biasa melupakan sisi kewanitaan mereka. Dalam pelaksanaan sehari-hari lebih banyak logika. Dengan cara Polwan berbicara serta memberikan pemahaman mengenai tugas Polwan, akhirnya masyarakat pun bisa menerima. Beberapa ciri kewanitaan yang barangkali dapat ditegaskan di sini di samping keibuannya adalah kesabaran dan ketelitiannya (Rahardjo 2007). Tugas polwan di Indonesia tak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas polisi pria
III-33 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(generusindonesia.wordpress.com,
2013).
Kehadiran
Polwan
pelan-pelan
memberikan warna baru pada pekerjaan dan gaya pemolisian (Rahardjo 2007). Walaupun sebenarnya menurut Rahardjo (2007) sejarah kepolisian mencatat bahwa dunia kepolisian adalah dunia laki-laki. Hal ini dikaitkan dengan sifat kekerasan yang melekat pada pekerjaan pemolisian. Apalagi watak pekerjaan dapat mudah ditebak ketika melihat kelengkapan yang dibawa dalam bertugas sehari-hari yakni borgol dan pistol. Dua kelengkapan ini secara tak langsung menunjukkan bahwa pekerjaan polisi bergelimang kekerasan dan harus menggunakan kekuatan ini jelas berkaitan dengan watak maskulinitas. Begitu juga seperti yang disampaikan oleh Darwin (cpps.or.id 1999) maskulinitas ini diartikan dalam pengertian yang konvensional, yakni yang mengutamakan otot, kekuatan, dan kekerasan. Namun keberadaan Polwan seolah melembutkan gaya pemolisian tersebut (Rahardjo 2007). Gaya pemolisian yang dimaksud oleh Rahardjo ternyata terbukti dari penampilan Polwan pada foto ini yang terkesan ramah dan hangat. Tak ada wajah garang maupun raut wajah yang sinis. Selain itu, seragam serta atribut yang dikenakan oleh polisi wanita Indonesia dalam foto ini secara kasat mata mempunyai kemiripan dengan seragam polwan yang bertugas dalam program NTMC. Seperti berita yang dilansir oleh republika.co.id (2013) yang merangkum berita kontroversi yang berjudul “petugas lapas boleh berjilbab, polwan malah dilarang” menunjukkan gambar seragam polwan cantik presenter NTMC.
III-34 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.10 Polwan Cantik Presenter National Traffic Management Centre) Berdasarkan keterangan di atas, kesamaan seragam tersebut merujuk bahwa Polwan yang berada pada foto “Indonesian Police” merupakan Polwan yang bertugas dalam NTMC. Menurut informasi yang dilansir pada ntmc-korlantaspolri.blogspot.com (2013) , NTMC Polri merupakan salah satu wujud pemberdayaan Polwan sekaligus untuk mengembangkan reformasi birokrasi Polri dalam hal pelayanan kepada masyarakat yang memungkinkan personel Polantas dapat bekerja secara transparan, cepat dan akurat dalam merespons (quick respon) setiap permasalahan yang ada di lapangan. NTMC Polri sendiri merupakan bagian dari Sistem Manajemen Teknologi Kepolisian (SIMTEKPOL). Sehingga, seluruh informasi aktual mengenai lalu lintas yang merupakan output dari NTMC dikumpulkan, diolah lalu disampaikan kepada pihak yang berkepentingan dan dikoordinasikan sebagai bahan kendali penanganan masalah.
III-35 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kinerja NTMC sendiri sejauh ini juga mendapatkan tanggapan yang positif. Salah satu respon positif tersebut datang dari anggota Komisi V DPR RI, Yudi Widiana Adia dalam pikiran-rakyat.com (2010) menyatakan bahwa kinerja NTMC saat memantau dan menyebarkan informasi kondisi lalu lintas dinilai bermanfaat tak hanya bagi pengguna jalan, namun juga bagi aparat dalam menyiapkan jalur-jalur alternatif untuk mengurai kepadatan lalu lintas. Ini artinya, secara tak langsung foto “Indonesian Police” membuktikan bahwa eksistensi Polwan dalam tubuh Polri tak lagi diremehkan dan masyarakat pun mulai memberi apresiasi atas kinerja Polwan. Hal ini juga terbukti dari berita yang diinformasikan oleh republika.co.id (2014) bahwa Polri kebanjiran para pendaftar wanita yang ingin menjadi Polwan. Terhitung pendaftar mencapai 13 ribu orang. Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menilai ini sebuah kemajuan pesat , menurutnya upaya Polri yang ingin mengubah citra sebagai institusi yang humanis ditanggapi baik oleh masyarakat.
III-36 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.4 Meanwhile, in Indonesia
(Gambar III.11 : Meanwhile, in Indonesia) Sumber: 9gag.com/gag/2084123
III.4.1 Tahap pertama: Tekstual Secara tekstual, foto ini menunjukkan seorang pria yang berdiri di jalan raya. Pria ini sedang mengenakan seragam berwarna coklat, lengkap dengan rompi berwarna kuning. Selain itu ia menggunakan pet atau tutup kepala berwarna putih, serta menggunakan sabuk berwarna putih dan di tengah sabuk tersebut terdapat simbol Polri dan di sebelah kanan terdapat kantong berisi senjata api. Jika dikaitkan dengan informasi mengenai identitas seragam polri yang ditulis pada ntmc-korlantas.polri.blogspot.com (2013)
III-37 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.12 : Seragam Polri) Ada kemiripan tanda yang dikenakan oleh orang tersebut dengan seragam yang dijelaskan pada gambar III.12, ini menandakan bahwa lelaki tersebut tidak lain adalah seorang polisi. Mulai dari penggunaan pet atau tutup kepala berwarna putih, hingga kesamaan simbol Polri yang ada pada sabuk. Sedangkan penggunaan rompi hijau yang dikenakan memiliki kesamaan dengan seragam polisi lalu lintas yang diberitakan oleh merdeka.com (2013) mengenai polisi lalu lintas yang sedang mengadakan operasi zebra pada tahun 2012.
III-38 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.13 : Operasi Zebra 2012 Polisi Lalu Lintas) Berdasarkan keterangan di atas, maka polisi tersebut saat itu sedang melakukan dinas lalu lintas. Terangnya cahaya pada saat itu, menandakan bahwa foto ini diambil pada siang hari. Foto ini juga berlokasi di jalan raya. Hal ini terlihat dari warna abu-abu menyerupai aspal dan adanya tanda marka jalan berwarna putih di tengah. Dengan kelengkapan seragam yang dikenakan dan latar belakang tempat polisi ini berada maka tanda-tanda ini mengindikasikan bahwa polisi tersebut sedang berada di jalan raya untuk melaksanakan kewajiban. Kewajiban ini juga diperjelas pada Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang digagas oleh Departemen Perhubungan (polri.go.id 2009). Khususnya pada pasal 12, tugas dan fungsi polisi dalam penyelenggaraan lalu lintas meliputi 9 hal yakni : pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor , pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor , pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas dan angkutan jalan, pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan, pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas , penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas, pendidikan berlalu lintas , pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas dan pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas. Ini artinya polisi tak hanya bertugas menangkap penjahat dan menyelidiki suatu kasus, namun mereka juga mempunyai kewajiban untuk menjaga tata tertib lalu lintas di jalan.
III-39 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dilihat dari komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh polisi pada gambar III.8, Mark knapp dalam Jalaluddin Rakhmat (2008) menyebut bahwa penggunaan tanda nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition) atau menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution). Sehingga tindakan mengacungkan jari tengah yang dilakukan oleh polisi tersebut, dapat dimaknai sebagai bahasa untuk menunjukkan perasaan yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Mengacungkan
jari
tengah
adalah
sebuah
bahasa
tubuh
yang
menyimbolkan makna tertentu. Hal ini diperjelas lagi oleh informasi yang diberitakan oleh solopos.com (2012) berdasarkan catatan sejarah yang diungkapkan oleh BBC, simbol jari tengah sebenarnya sudah digunakan sejak abad IV sebelum Masehi, tepatnya di Athena, Yunani kuno. Seorang antropolog Desmon Morris, menyebutkan bahwa acungan jari tengah adalah salah satu bentuk penghinaan yang paling tua. Yang tidak lain adalah simbol penghinaan atau umpatan. Hal ini juga diperjelas oleh pengunggah foto dengan memberikan teks bertuliskan “Fuck You, Mad driver!”. Kedua hal ini mengindikasikan bahwa polisi pada gambar III.9 memang melakukan sebuah umpatan kepada “Mad driver”. Sehingga dapat diartikan bahwa ikon yang ada pada foto ini merepresentasikan kekesalan seorang polisi terhadap pengendara. Hal ini terlihat dari berbagai tanda yakni bahasa tubuh yang ditampilkan oleh polisi tersebut serta
III-40 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adanya tanda teks “Fuck You, Mad driver!” yang menguatkan bahwa saat itu polisi sedang merasa kesal kepada pengendara jalan. Jika dikaitkan dengan indeks yang menunjukkan sebab akibat. Walaupun tak ditampilkan secara jelas siapa sosok pengendara tersebut, namun kalimat Mad driver dalam konteks ini mempertegas bahwa polisi geram dan meluapkan perasaan kesal yang tak dapat dijelaskan melalui kata-kata akibatnya polisi ini mengacungkan jari tengah. Perasaan kesal ini juga terlihat dari ekspresi wajah yang terlihat sinis. Sehingga, tanda-tanda yang nampak pada foto ini secara tak langsung membentuk sebuah simbol perilaku anomali yang dilakukan oleh polisi dalam menghadapi masyarakat khususnya pengendara lalu lintas. III.4.2. Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Sebelum menginterpretasikan tanda-tanda yang tampak pada foto ada baiknya untuk menginterpretasikan posisi pengambilan gambar terlebih dahulu. Seperti yang disampaikan oleh Thompson & Bowen dalam grammar of the shot (2009) : ” Shot is the smallest unit of photographic coverage of a person, action, or event in a motion picture. Each shot represents a unique way to cover or frame the action, it is clear that there are a variety of common shot types.” (Thompson & Bowen 2009)
Artinya, setiap shot saat pengambilan foto mempunyai makna tersendiri. Jika dikaitkan dengan posisi pengambilan gambar pada foto “Meanwhile, in Indonesia”, maka foto ini termasuk tipe medium shot dengan high angle shot. Thompson & Bowen (2009) menyampaikan medium shot adalah tipe pengambilan III-41 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
gambar yang menampilkan human figures separuh badan namun masih menampilkan sedikit space diantara objek. Sedangkan high angle shot yakni tata bahasa dari tembakan sudut yang tinggi dan sering menghasilkan pemahaman objek yang mereka lihat di layar lebih kecil, lemah, tunduk, atau berada dalam posisi yang kurang kuat. Berbicara mengenai grammar of the shot, maka secara tersirat makna posisi pengambilan gambar serta posisi objek, polisi dalam foto ini dianggap tak berdaya dengan “Mad driver”. Selain itu ada hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam, yakni pada judul foto ini, “Meanwhile, in Indonesia”. Jika diterjemahkan dalam kamus bahasa Indonesia kurang lebih mempunyai makna “Sementara itu, di Indonesia”. Judul ini pastinya tak hanya sekedar judul. Kalimat ini seolah-olah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi di Indonesia sehingga Faizaluzumaki sebagai pengunggah foto, berani memberi dan mencantumkan nama negara Indonesia pada judul foto. Apalagi foto tersebut merepresentasikan kemarahan seorang polisi yang mengacungkan jari tengah. Lalu sebenarnya apa yang sedang terjadi pada polisi di negara Indonesia. Mengapa polisi tersebut berani mengacungkan jari tengah. Lalu apa makna dari teks “Fuck You , Mad driver!” pada foto tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk dibahas pada tahap kedua kali ini. Sebelum menginterpretasikan lebih jauh, ada baiknya jika memaknai terlebih dahulu
judul yang diberikan oleh pengunggah foto. Judul tersebut
III-42 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berbunyi “Meanwhile, in Indonesia”, kalimat ini jelas menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris pada judul foto seolah menyiratkan maksud dari pengunggah foto untuk menunjukkan kondisi di negara Indonesia kepada masyarakat di negara-negara lain. Penulisan teks ini secara tak langsung akan memberikan pengaruh kepada persepsi masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri, bahwa di negara Indonesia seperti ini lah perilaku aparat polisinya. Tanda-tanda ini kemudian memperkuat pesan satire yang ingin disampaikan oleh pengunggah foto. Satire yang dimaksud dalam konteks ini adalah
sindiran
terhadap
suatu
keadaan
atau
seseorang
(kamusbahasaindonesia.org 2013). Sedangkan pesan satire yang tampak dari keterkaitan antara judul foto dengan apa yang terjadi di dalam foto menunjukkan bahwa ternyata polisi di Indonesia melakukan hal yang tidak pantas di depan publik. Padahal, selama ini Polri merupakan salah satu aparat penegak hukum yang mempunyai visi untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan menjunjung hak azasi manusia (polri.go.id 2004). Tetapi foto ini seolah menjelaskan bahwa sementara itu di Indonesia, aparat kepolisian tak sepenuhnya melayani masyarakat dengan baik. Sehingga ada unsur pengungkapan satire dengan teknik contrast, yakni menurut Heller (1981) pengungkapan sindiran dengan cara menampilkan sesuatu yang berlawanan atau bersifat paradoksal yang tak lain apa yang dilakukan oleh polisi dalam foto tersebut berlawanan dengan visi Polri. III-43 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sebenarnya, foto ini termasuk foto yang minim proses editing, pengunggah foto hanya memberikan frame hitam dengan tulisan “Fuck You, Mad driver!” pada sisi sebelah kanan polisi. Melihat penempatan teks “Fuck You, Mad driver!” di sebelah polisi tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa kalimat ini berfungsi sebagai
penjelas tindakan yang sedang dilakukan oleh polisi itu.
Sedangkan jika ditinjau dari perspektif tipografi, maka tulisan tersebut termasuk dalam font sans serif, yakni huruf yang sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait. Sedangkan warna yang digunakan adalah warna cerah, yakni warna putih. Menurut Kritina holden & Jill Butler (2003) dalam buku Universal Principles of Design, penggunaan warna-warna cerah diasosiasikan sebagai warna yang menyenangkan dan dinamis. Dengan demikian tulisan “Fuck You, Mad Driver!” ini walaupun terlihat vulgar namun tidak benar-benar serius atau bersifat nonformal. Ini menyiratkan bahwa ada unsur humor yang diselipkan. Dalam konteks ini, humor yang dimaksud adalah tindakan agresif yang dimaksudkan untuk melakukan degradasi terhadap seseorang (Fuad Hasan 1981). Selain itu, teks “Fuck You, Mad Driver!” juga memiliki makna yang tersirat. Menurut informasi yang ditulis forum.kompas.com (2009) mengenai asal usul kata “fuck” maka kata “fuck” dapat dikonotasikan sebagai sebuah bentuk penghinaan atau umpatan. Sehingga kalimat tersebut secara tak langsung mengandung sarkasme. Sarkasme adalah sejenis majas yang mengandung olokolok atau sindiran pedas dengan menyakiti hati (Purwadarminta dalam Tarigan 1990). Dengan kata lain, umpatan “fuck you” jelas ditujukan kepada “Mad driver”. Kata “mad” sendiri jika diterjemahkan pada kamus bahasa Indonesia
III-44 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
memiliki makna marah, edan, gila, dan mabuk. Ini artinya istilah “Mad driver” dapat diindikasikan sebagai pengendara yang edan atau pengendara yang berani melanggar peraturan. Sehingga secara garis besar, jika mengaitkan antara teknik pengambilan shot, tulisan dan judul foto, maka dapat diinterpretasikan bahwa secara tak langsung foto ini mempunyai maksud untuk menunjukkan kekesalan seorang polisi saat menghadapi pengendara lalu lintas sekaligus menyindir tentang sikap yang dilakukan oleh polisi tersebut. III.4.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Foto “Meanwhile in Indonesia” memang menampilkan perilaku aparat Polri yang tak lazim. Walaupun tak ada komentar dalam foto ini, namun poin yang didapatkan foto ini sebanyak 59 poin, ini menandakan ada sesuatu yang menarik pada foto “Meanwhile in Indonesia”. Foto ini menjadi menarik, sebab foto ini menampilkan hal yang berbeda, yakni seorang polisi yang mengacungkan jari tengah dan raut wajah sinis. Tak hanya itu saja, pada foto ini tertera kalimat vulgar yang berbunyi “Fuck You, Mad driver!”. Kalimat umpatan ini tentunya semakin membuat foto tersebut menjadi menarik. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan polisi di Indonesia. Mengapa polisi tersebut dapat melakukan tindakan yang tak pantas dilakukan di depan publik. Hal ini yang kemudian akan ditelaah lebih dalam pada tahap ketiga. Membaca keseluruhan tanda-tanda yang ada pada foto ini. Khususnya dari tindakan mengacungkan jari tengah dan ekspresi yang tidak menyenangkan oleh polisi, mempertegas bahwa polisi ini melakukan hal yang tidak menyenangkan di
III-45 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tengah masyarakat. Sebenarnya, pemicu perilaku tidak menyenangkan pada polisi bisa juga disebabkan dari faktor masyarakat. Eric Fromm pada Muradi (2009) menyatakan faktor masyarakat akan mampu membuat individual yang ada di dalamnya terbawa ataupun hanyut dalam pilihan-pilihan yang tidak umum dengan kesenangan dan insting pribadi yang membuat anggota polisi berperilaku menyimpang. Dengan kata lain salah satu faktor penyimpangan oleh polisi dapat terjadi karena kondisi lingkungan di sekitarnya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkannya. Ini artinya tindakan polisi dalam mengacungkan jari tengah bisa disebabkan akibat dari tindakan pengendara lalu lintas yang tidak sesuai harapannya. Apalagi ada tambahan teks yang menyebut pengendara sebagai “Mad driver”. Ini dapat mengindikasikan bahwa pada saat itu polisi sedang berada di bawah tekanan saat menghadapi pengendara lalu lintas yang tidak tertib . Ini ditandai dari raut wajah polisi yang sinis. Sebenarnya, menurut Kepala Kepolisian Ajun Komisaris Besar Irwan dalam kalimantan-news.com (2014) mengatakan bahwa penindakan terhadap pelanggar lalu lintas bukanlah semata untuk kepentingan polisi, melainkan demi keselamatan pengendara itu sendiri. Bagaimana tidak, menurut data statistik yang dilansir bps.go.id (2012) jumlah pengendara yang mengalami kecelakaan selalu meningkat setiap tahunnya.
III-46 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kerugian Materi (Juta Rp)
Tahun
Jumlah Kecelakaan
Korban Mati
Luka Berat
Luka Ringan
2009
62 960
19 979
23 469
62 936
136 285
2010
66 488
19 873
26 196
63 809
158 259
2011
108 696
31 195
35 285
108 945
217 435
2012
117 949
29 544
39 704
128 312
298 627
Tabel III.1 Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 2009-2012. Sumber: www.bps.go.id Terhitung hingga tahun 2012, jumlah kecelakaan di Indonesia mencapai 117.949. Ini membuktikan bahwa beban yang diemban polisi pun semakin berat dalam menertibkan lalu lintas dan hal ini secara tak langsung dapat memberikan tekanan tersendiri bagi aparat kepolisian. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh metro.polri.go.id (2009), penyebab stres pada aparat polisi berakar pada sejumlah besar kondisi sulit dalam pekerjaan mereka, seperti penembakan, insiden rasial, dituntut atau diselidiki, atau dari sejumlah besar perubahan situasi kehidupan sehari-hari yang menuntut penyesuaian hingga kondisi lingkungan yang tidak diharapkan. Banyaknya kondisi kepolisian yang tertekan kemudian mempengaruhi kinerja mereka saat berada di lapangan. Hal
ini
senada
dengan
informasi
yang
ditulis
oleh
humaspoldametrojaya.blogspot.com (2009) tak dapat diragukan lagi jika beban
III-47 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kerja polisi akan memberi konsekuensi bagi petugas polisi. Pada akhirnya mereka akan melampiaskannya saat menindak masyarakat. Penelitian lain menurut Richard H. Anson dan Nancy C.Anson dalam humaspoldametrojaya.blogspot.com(2009) membenarkan bahwa polisi adalah sebuah profesi yang pada hakekatnya lebih banyak stres dibandingkan pekerjaan lain. Ini mengindikasikan bahwa perilaku mengacungkan jari tengah yang dilakukan oleh polisi tersebut merupakan dampak dari perilaku pengendara yang tak sesuai dengan harapannya. Sayangnya, polisi dalam foto ini meluapkan emosinya dengan bahasa tubuh yang tidak menyenangkan. Dan tanpa ia sadari perilaku ini tenyata ikut menciderai kewibawaan Polri hingga akhirnya menuai reaksi dan menimbulkan perlawanan simbolik dari pengunggah foto yang justru menganggap kemarahan polisi sebagai bahan lelucon dan bukan masalah yang serius.
III-48 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III. 5 Indonesian's police
(Gambar III.14 : Indonesian's police) Sumber: 9gag.com/gag/1484918
III-49 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.5.1 Tahap pertama: Tekstual
Foto “Indonesian’s police” merupakan foto yang terdiri dari enam rangkaian foto. Rangkaian foto ini tak memiliki objek, suasana dan latar belakang yang sama. Namun foto-foto ini dirangkai menjadi sebuah sintaksis. Menurut Barthes (2010), sintaksis hadir dalam rangkaian foto yang ditampilkan dalam satu judul, di mana makna tidak muncul dari bagian-bagian yang lepas antara satu dengan yang lain tetapi pada keseluruhan rangkaian foto. Sehingga rangkaian foto yang disatukan pada foto “Indonesian’s Police” menciptakan sebuah alur cerita tersendiri. Sebelum menarasikan alur cerita pada rangkaian foto ini. Peneliti akan menarasikan tanda-tanda yang nampak pada rangkaian foto tersebut. Pada foto pertama, tampak dua orang sedang mengendarai sepeda di jalan raya. Suasana pagi hari terlihat dari intensitas cahaya yang nampak pada foto tersebut. Kedua orang ini sedang menggunakan rompi kuning , kacamata hitam dan helm.
Tanda-tanda yang melekat pada kedua orang tersebut memiliki
kesamaan dengan sumber acuan mengenai identitas polisi Inggris. Ini terlihat dari gambar yang diberitakan oleh telegraph.co.uk (2007) mengenai identitas seragam polisi Inggris.
III-50 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III. 15: Unison has suggested designs for a new uniform for Police Community Support Officers) Penggunaan rompi kuning
dengan tanda polisi di sekitar dada serta
penutup kepala dengan bentuk serta warna yang sama mengindikasikan bahwa foto pertama merupakan foto polisi Inggris. Foto kedua menunjukkan beberapa orang berseragam biru tua mengenakan sepatu roda tengah berkumpul di jalan pada siang hari. Tanda-tanda yang terlihat dari seragam dan sepatu roda yang dikenakan memiliki kesamaan dengan tanda yang digunakan oleh polisi Inggris. Tanda tersebut terlihat sama dengan yang diberitakan oleh Amy Blackburn pada news.bbc.co.uk (2008)
III-51 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.16 : London quickly turned its back on roller skating police.) Kesamaan ini diperjelas dengan warna biru navy pada seragam, tulisan POLICE pada punggung seragam, serta penggunaan sepatu roda. Ini menandakan orang-orang yang nampak pada foto kedua dapat diindikasikan sebagai polisi Inggris. Foto ketiga adalah gambar meme yang mempunyai kesamaan dengan meme Yao Ming Face atau dikenal dengan meme Bitch Please, menurut knowyourmeme.com (2014). Meme ini sebenarnya berasal dari ekspresi pemain basket bernama Yao Ming yang sedang tertawa terbahak-bahak pada saat jumpa pers pada Mei 2009. Meme ini berfungsi untuk menunjukkan senyum menyindir, mengekspresikan tidak adanya penyesalan atas sesuatu yang telah diperbuat. Sedangkan foto keempat menunjukkan seseorang berseragam coklat, mengenakan rompi kuning dan penutup kepala berwarna putih. Tanda yang melekat pada orang tersebut memiliki kesamaan tanda dengan sumber acuan, yakni pada gambar III.1 mengenai identitas polisi. Sehingga dapat diindikasikan III-52 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bahwa orang tersebut adalah seorang polisi. Polisi tersebut terlihat sedang menggunakan rompi hijau sembari mengendarai sepeda roda dua berwarna merah. Bentuk sepeda yang dikendarai oleh polisi tersebut mempunyai kemiripan dengan sepeda jenis Low Rider seperti yang diberitakan oleh sepeda.sportku.com (2011) aliran Low Rider atau dikenal dengan istilah sepeda ceper adalah sepeda yang dimodifikasi dengan frame lebih rendah daripada sepeda pada umumnya. Aliran ini marak terlihat di Indonesia sekitar pertengahan tahun 1990. Pada awalnya Low Rider hanya dilakukan pada kendaraan bermotor khususnya mobil. Modal yang tak terlalu mahal kemudian membuat anak-anak muda mengadopsi aliran ini. Hingga sekitar tahun 2003 , pemakai dan pemodifikasi sepeda motor kemudian tertarik untuk memodifikasi sepeda dengan aliran ini.
(Gambar III.17: Sepeda jenis Low Rider) Kemiripan tanda dari bentuk
frame sepeda mengindikasikan bahwa
sepeda yang dikendarai polisi tersebut berjenis sepeda Low Rider. Foto kelima III-53 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menggambarkan seorang polisi sedang menggunakan papan luncur. Seperti yang diinformasikan oleh Ivonne Ruth dalam taskactivity.tumblr.com (2013) papan luncur mempunyai empat roda yang digunakan untuk aktivitas meluncur. Sedangkan latar belakang foto ini menunjukkan suasana pemukiman warga. Terakhir adalah foto keenam yang menunjukkan sebuah meme popular dari 9GAG dan terdapat tulisan “INDONESIANS” di bawah gambar. Meme ini memiliki
kesamaan
tanda
dengan
meme
ancient
alien.
Menurut
knowyourmeme.com (2012), meme ini berawal dari salah satu serial TV History Channel yang menceritakan seluk beluk alien. Namun cuplikan gambar ahli alien Giorgo A. Tsoukalos kemudian diambil dan digunakan pengguna meme untuk menggambarkan sebuah parodi perdebatan yang tak kenal lelah.
(Gambar III.18 : Meme Ancient Alien) Membaca seluruh tanda yang nampak pada foto “Indonesian’s police”. Maka terlihat bahwa ikon pada foto ini tak hanya merepresentasikan kendaraan yang digunakan antara polisi Inggris dan polisi Indonesia. Tetapi juga
III-54 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
merepresentasikan sebuah alur cerita yakni perbandingan pada jenis kendaraan yang digunakan oleh polisi Inggris dan polisi Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya berbagai macam jenis kendaraan yang terlihat. Mulai dari sepeda, sepatu roda, sepeda Low Rider, dan skateboard. Sedangkan indeks pada foto ini terlihat dari adanya meme bitch please dan meme ancient alien yang memperjelas bahwa penyebab dari adanya perbandingan ini diakibatkan dari jenis kendaraan yang digunakan oleh polisi Indonesia lebih unik daripada kendaraan yang digunakan polisi Inggris. Keunikan ini nampak pada kendaraan yang tak lazim dikendarai oleh polisi, yakni sepeda jenis Low Rider dan skateboard. Sedangkan adanya meme bitch please dan meme ancient alien menjadi sebuah simbol satire yang ditujukan kepada polisi Indonesia. III.5.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Berdasarkan grammar of the shot, keseluruhan foto yang ada pada foto Indonesian’s police termasuk tipe long shot. Thompson & Bowen (2009) menjelaskan “The long shot is a more inclusive shot. It frames much more of the environment around the person, object or action and often shows their relationships in physical space much better” . Ini berarti foto dengan tipe long shot memiliki gambaran lingkungan yang lebih luas dan jelas di sekitar objek foto. Begitu juga dengan foto “Indonesian’s police” yang hampir seluruhnya menampilkan latar belakang di luar ruangan sedangkan jika melihat intensitas cahaya yang terang menandakan bahwa foto-foto tersebut diambil pada siang hari.
III-55 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Setelah membaca keseluruhan tanda pada foto, maka ada beberapa tanda yang menonjol yakni, adanya meme bitch please dan meme ancient alien. Kedua meme ini diselipkan oleh pengunggah foto yang akhirnya menciptakan unsur humor tersendiri. Seperti yang disampaikan oleh Arwah Setiawan (dalam Suhadi 1989) mengatakan bahwa humor adalah rasa atau gejala yang merangsang kita untuk tertawa atau cenderung tertawa secara mental, bisa berupa suatu gejala atau hasil cipta dari dalam dan dari luar diri kita. Khususnya dalam konteks ini humor diciptakan melalui penambahan meme. Tetapi ketika dikaji lebih dalam meme tersebut tak hanya menampilkan humor yang merangsang kita untuk tertawa tetapi ada pesan tersirat yang ingin disampaikan. Hal ini ditandai dari adanya teks “bitch please” pada salah satu meme. Menurut kamusslang.com (2013), “bitch please” memiliki makna negatif, jika dalam bahasa kasar di Amerika, dapat dimaknai sebagai kata “permisi” atau “ah masa?” sebagai bentuk ekspresi meremehkan karena masih ada hal yang lebih masuk akal. Ini artinya meme yang diselipkan pada rangkaian foto ini menyiratkan adanya satire dengan teknik pengungkapan contrast, yakni sindiran yang mengungkapkan hal yang berlawanan (Heller 1981). Ini ditandai dari adanya dua foto polisi Inggris dan dua foto polisi Indonesia. Selain itu, jika diteliti lagi, letak gambar meme bitch please mengesankan sebuah satire yang ditujukan pada foto-foto sebelumnya, sedangkan meme ancient alien dengan teks yang bertuliskan “INDONESIANS” seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada orang Indonesia. Ini juga diperjelas pada judul foto yang berbunyi “Indonesian’s Police”. Judul ini dapat dimaknai bahwa memang
III-56 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ada sesuatu yang terjadi pada polisi Indonesia. Semua teks yang ditulis menggunakan bahasa Inggris yang notabene merupakan bahasa global. Ini jelas mempermudah pengunjung dari negara lain untuk memahami isi pesan dalam foto ini. Apalagi pengunggah foto ingin menunjukkan satire terhadap polisi Indonesia, dampaknya akan mempengaruhi persepsi pengunjung dari negara lain untuk menganggap polisi di Indonesia sebagai bahan lelucon. Selain itu, jika dilihat dari perspektif tipografi, maka teks pada kedua meme termasuk dalam kategori kelompok huruf sans serif yakni menurut Tinarbuko (2008) adalah huruf yang tidak berkait / kaki memberikan kesan nonformal dan modern. Sedangkan ukuran font yang digunakan termasuk dalam kategori display type. Surianto Rustan (2010) menjelaskan ukuran font pada display type cenderung mudah terlihat dan berukuran besar agar menarik perhatian. Sedangkan penggunaan warna pada teks Indonesians dan bitch please adalah warna putih dan cerah. Menurut Kritina holden & Jill Butler (2003) dalam buku Universal Principles of Design, penggunaan warna dapat digunakan sebagai penarik perhatian, meningkatkan unsur estetika dan memperkuat makna. Salah satunya penggunaan warna-warna cerah diasosiasikan sebagai warna yang menyenangkan dan dinamis. Sehingga teks “Indonesians” dan “bitch please” memperjelas unsur non formal dengan kata lain memperkuat unsur humor yang ingin disampaikan.
III-57 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.5.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Walaupun tidak ada pengguna 9GAG yang mengomentari foto ini, tetapi foto ini berhasil mendapat 59 poin. Ini menandakan bahwa sebagian orang menyukai dan tertarik pada foto “Indonesian’s Police”. Foto ini memang tampak berbeda dari foto-foto biasanya, sebab foto ini terdiri dari 6 gambar yang dirangkai ke dalam satu bingkai. Begitu juga ketika membaca keseluruhan tanda yang terkandung dalam foto “Indonesian’s police”, mulai dari rangkaian gambar serta teks yang ada, maka foto “Indonesian’s Police” tak hanya mengandung satire namun juga memiliki makna yang tersirat. Berkaitan dengan jenis kendaraan yang digunakan oleh polisi Inggris, yakni sepeda dan sepatu roda tak lepas dari kebijakan baru yang dikembangkan oleh kepolisian Inggris. Seperti yang diinformasikan oleh police.city.london.ca (2008) menjelaskan bahwa bicycle patrol unit telah didirikan sejak tahun 1991. “Because bicycle patrols increase police visibility in an accessible way, they can facilitate co-operative relationships between citizens and police personnel. Bicycle patrols also benefit enforcement because they are quick, quiet, and can pursue suspects through areas police cruisers cannot reach.” (police.city.london.on.ca 2008).
Sedangkan penggunaan sepatu roda, dikembangkan pada tahun 2000 (news.bbc.co.uk 2008) dengan tujuan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat sekaligus menjangkau area yang tak dapat dijangkau oleh kendaraan besar. Berbeda dengan polisi Indonesia, beberapa kendaraan yang sering digunakan Polri dalam melakukan patroli adalah motor-motor besar seperti Yamaha Police Diversion XJ900P dan Harley Davidson FLHTPI Electra Glide
III-58 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Police. Sedangkan mobil menggunakan dua jenis sedan keluaran Hyundai dan Mitsubishi (darwinarya.wordpress.com 2009). Namun yang terlihat dalam foto “Indonesian’s Police” kali ini, kendaraan yang digunakan oleh polisi Indonesia berbeda dan tak lazim digunakan oleh polisi yaitu sepeda jenis Low Rider dan Papan luncur (skateboard). Sebenarnya dua kendaraan ini sangat digandrungi oleh anak muda di Indonesia. Seperti yang diberitakan oleh Fazri Muharrom dalam republik.co.id (2013) komunitas Low Rider di Indonesia sudah menyebar di seluruh nusantara. Menurut data yang dimiliki, terdapat kurang lebih 70 komunitas dengan 2000 anggotanya yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Sedangkan menurut federasiskateboard.com (2013) Indonesia telah memiliki kelompokkelompok komunitas pemain papan luncur (skateboard) dan perhimpunan asosiasi-asosiasi skateboard di berbagai daerah Indonesia. Sekilas nampak bahwa polisi Indonesia berusaha untuk membaur dengan komunitas-komunitas tertentu di masyarakat. Polisi-polisi Indonesia tak melulu mengendarai kendaraan mobil dan sepeda motor dan menampilkan sosok garang, tetapi mereka juga bisa bersikap humanis dengan cara keluar dari kebiasaannya dan mencoba sepeda Low Rider serta papan luncur sebagai bentuk pendekatan kepada masyarakat. Tetapi kemunculan meme ancient aliens dengan teks “INDONESIANS” di akhir foto justru memberikan kesan bahwa pengunggah foto menertawakan
III-59 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perilaku polisi Indonesia yang menggunakan kendaraan tak lazim dan memandang polisi di Indonesia justru terlihat konyol dibandingkan polisi Inggris. III.6 Police Level: Indonesian
(Gambar III.19 : Police Level: Indonesian) Sumber: 9gag.com/gag/1728295
III.6.1 Tahap pertama: Tekstual Secara tekstual, foto “Police Level: Indonesian” diambil pada saat hujan turun. Hal ini ditandai dari jalan yang basah serta adanya tetesan air di sepanjang jalan. Selain itu lokasi foto ini berada pada sebuah jalan raya yang sedang dipadati oleh kendaraan. Diantaranya pengendara sepeda motor, pengendara mobil yang terdiri dari angkutan umum, taxi , mobil pribadi dan truk berwarna kuning .
III-60 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kendaraan-kendaraan ini terlihat sedang antri melaju ke arah depan. Diantara kepadatan lalu lintas, terdapat seorang lelaki berseragam coklat dengan menggunakan penutup kepala berwarna coklat tua. Tanda-tanda yang melekat pada lelaki tersebut memiliki kesamaan tanda dengan sumber acuan, yakni pada gambar III.1 tentang seragam kepolisian Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa lelaki tersebut adalah seorang polisi. Sedangkan tanda yang lain adalah adanya sepeda motor Suzuki yang dikendarai oleh dua orang. Satu diantaranya mengenakan kaos lengan panjang putih bercampur dengan hijau, sedangkan sebelah orang tersebut mengenakan kaos lengan panjang putih dengan warna biru. Tanda yang menonjol pada foto ini adalah pengendara sepeda motor yang berusaha melaju sambil meringkuk ketika polisi berusaha menendangnya. Tendangan yang diberikan oleh polisi merupakan salah satu bentuk tindakan fisik. Namun tindakan fisik yang dilakukan oleh polisi ini merujuk pada tindakan kekerasan langsung. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Galtung (2003) kekerasan langsung terwujud dalam perilaku, misalnya: pembunuhan, pemukulan, intimidasi, hingga penyiksaan. Dengan demikian, maka foto ini memuat ikon yang merepresentasikan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh polisi terhadap pengendara sepeda motor. Ditandai dari bahasa tubuh polisi yang mengarahkan kakinya kepada pengendara sepeda motor Suzuki hingga mereka meringkuk. Selain itu indeks pada foto yakni penyebab terjadinya kekerasan fisik yang dilakukan polisi tersebut diakibatkan
III-61 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
arah laju pengendara sepeda motor
Suzuki berlawanan dengan arah para
pengendara yang lain. Marka jalan pun tak dihiraukan oleh pengendara tersebut. Ini menggambarkan bahwa pengendara sepeda motor Suzuki memang melakukan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran ini menjadi sebuah simbol bahwa polisi masih belum bisa menertibkan lalu lintas secara baik sehingga masih ada saja pelanggaran yang terjadi. III.6.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Berdasarkan grammar of the shot, foto ini termasuk foto dengan tipe long shot, yakni menurut Thompson & Bowen (2009) foto dengan tipe long shot menunjukkan dimana,
kapan,
siapa, gender, baju yang dikenakan sampai
pergerakan tubuh. Sehingga melalui tipe long shot, peneliti dapat menganalisis dimana foto ini, kapan, lalu siapa saja , baju yang dikenakan hingga melihat bahasa tubuh yang tampak. Memang secara sekilas dapat diketahui melalui latar belakang foto ini jika foto ini diambil di tengah jalan raya saat hujan turun. Sedangkan, objek yang menonjol pada foto ini adalah seorang polisi yang menendang pengendara sepeda motor diantara kepadatan kendaraan yang melintas. Sebenarnya, bila diamati foto “Police level: Indonesian” merupakan salah satu foto yang tak terlalu banyak proses editing. Tak ada tambahan meme maupun tulisan yang tertera dalam foto. Foto ini berusaha menampilkan kejadian sesungguhnya tanpa memberikan efek tertentu. Posse dari polisi dan pengendara
III-62 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sepeda motor tersebut juga tampak tak sadar kamera. Hal ini menandakan bahwa kejadian yang ada dalam foto memang tidak direkayasa. Tak hanya gambar yang ada dalam foto, namun judul pada foto ini juga menarik untuk dikaji. Jika dikaitkan dengan apa yang ditampilkan pada foto, maka judul “Police level: Indonesian” sebetulnya mengandung unsur satire. Kata level sendiri jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menurut kamus.net (2014) dapat dimaknai sebagai kata kerja yang memiliki arti tingkatan, kadar, atau mutu. Jika dikaitkan dengan tanda-tanda yang tampak dalam foto, mulai dari suasana foto, hingga bahasa tubuh polisi dan pengendara sepeda motor. Maka, judul tersebut seolah menyindir dan mengesankan bahwa seperti ini lah mutu polisi Indonesia. Padahal jika ditelaah secara mendalam, pesan satire yang disampaikan dengan bahasa Inggris pada situs 9GAG yang notabene dikunjungi visitors dari seluruh dunia mau tak mau akan berpengaruh pada citra Polri di mata negara lain. Apalagi dalam foto ini sangat terlihat jelas polisi melakukan tindakan fisik terhadap pengendara lalu lintas. Menurut informasi yang dilansir oleh metro.polri.go.id, jika polisi tidak melakukan tugasnya dengan bijak, mau tak mau akan berdampak luas dan dapat mengganggu citra Polri di mata internasional. Selain itu, jika melihat bahasa tubuh polisi yang melakukan tindakan fisik kepada pengendara motor seolah menyiratkan bahwa polisi masih menekankan kekerasan dalam menghadapi masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Muradi (2009) tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Polri dalam operasional lapangan sebenarnya telah menyimpang dari visi misi Polri. Seperti yang dilansir oleh polri.go.id (2004) visi Polri yaitu menjadi pelindung pengayom dan pelayan III-63 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia. Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera. Sedangkan salah satu misi Polri adalah melindungi, mengayomi serta melayani masyarakat meliputi aspek security, surety, safety dan peace sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psikis. Ini menegaskan bahwa kejadian yang tampak dalam foto bertolak belakang dengan visi misi Polri.
Tindakan fisik yang dilakukan oleh polisi
tersebut sekaligus menjadi sebuah simbol bahwa kultur kekerasan masih ada dalam tubuh Polri. Padahal, adanya keputusan Tap MPR RI No.VI/MPR/2000 tentang pemisahan antara Polri dan TNI pasca orde baru diharapkan dapat membawa angin segar bagi institusi Polri dalam menjalankan tugasnya secara humanis. Mereka pun berusaha melakukan reformasi baru dalam tubuh internalnya. Salah satunya yang dijelaskan oleh Muradi
(2009) penanganan
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat tidak lagi dilakukan dengan pendekatan militer, tapi lebih persuasif. Mengedepankan pendekatan personal yang lebih manusiawi, sehingga secara perlahan dapat merubah Polri menjadi bagian dari masyarakat sipil. Dengan berbagai situasi dan kondisi, Polri terus melakukan perubahan yang signifikan dengan mengedepankan penghargaan pada Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana terkandung dalam UU.No.2/2002.
III-64 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Namun menurut Dharmawan (2011)
pasca orde baru tidak banyak
perubahan yang terjadi pada performa Polri. Polri masih tampak militeristik, yaitu selalu menempatkan diri terutama sebagai alat kekuasaan , dan masih menampilkan karakter yang formal sehingga sangat berjarak dengan masyarakat. Di sisi lain, kewenangan luas yang dimiliki oleh kepolisian memiliki kontradiksinya sendiri. Otoritas yang mereka miliki untuk menangkap, memeriksa, menahan dan menggunakan kekerasan, dapat juga mengganggu kebebasan dan hak-hak sipil. Ironisnya, otoritas ini dimiliki bahkan oleh aparat kepolisian di jenjang yang paling rendah seperti anggota kepolisian berpangkat rendah, dimana pengawasan dan kontrolnya relatif rendah. Hal ini mengakibatkan polisi tak pernah lepas dari sebuah penyimpangan dan salah satu tindakan menyimpang oleh polisi ini ternyata juga terlihat pada foto “Police level: Indonesian”. III.6.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Kemunculan foto “Police level: Indonesian”
cukup menarik sebagian
pengguna 9GAG untuk memberi dukungan, walaupun tak ada komentar tetapi foto ini mendapat dukungan sebanyak 41 poin. Hal ini secara tak langsung menunjukkan bahwa ada sesuatu yang menarik untuk dikaji lebih dalam mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dari hasil interpretasi keseluruhan tanda yang ada pada foto Police Level: Indonesian. Peneliti melihat ada yang berbeda dalam foto ini. Diantaranya yaitu sikap pengendara sepeda motor Suzuki dan sikap polisi. Melihat kondisi padatnya jalan serta hujan yang deras, maka dapat diindikasikan jika pengendara tersebut takut basah kuyup sehingga tak mau terjebak macet III-65 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terlalu lama di jalan. Hal ini tampak dari pengendara sepeda motor Suzuki yang tak mengenakan jas hujan hingga membuatnya terburu-buru. Namun persoalan ini juga tak berhenti pada faktor kemacetan saja. Helm yang dikenakan oleh pengendara juga tidak memenuhi standard (SNI). Padahal, menurut Kartika Febryanti S.H, M.H (hukumonline.com, 2011) kewajiban menggunakan helm standar nasional Indonesia bagi pengendara sepeda motor sudah diatur dalam pasal 57 ayat (1) jo ayat (2) UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi: (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor. (2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.
Selain itu, Pasal 106 ayat (8) UU No. 22/2009 mengatur bahwa: “Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.”
Sehingga, berdasarkan ketentuan di atas , maka pengendara motor baik pengemudi maupun penumpang diwajibkan menggunakan helm standar nasional Indonesia (SNI). Apabila melanggar, ancaman atas pelanggaran tersebut diatur dalam Pasal 291 UU No.22 tahun 2009 yang berbunyi: (1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). (2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000, 00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
III-66 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Adapun helm dengan standar nasional Indonesia sesuai UU No. 22 tahun 2009 dapat diketahui dari adanya tanda SNI pada helm. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 3 huruf b, Peraturan Menteri Perindustrian No. 40/M-IND/PER/6/2008 Tahun 2008 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua Secara Wajib (hukumonline.com, 2011). Ini artinya, sudah seharusnya pengendara sepeda motor mengenakan helm dengan standard SNI demi menjaga keselamatan. Tetapi nyatanya, pengendara motor Suzuki tersebut hanya mengenakan helm batok yang tak berlabel SNI. Ini bisa menjadi salah satu faktor mengapa pengendara motor Suzuki menghindari tangkapan polisi dan nekat melaju. Di sisi lain, ada kejadian yang sangat disayangkan dalam foto ini, yaitu ketika polisi melakukan tindakan anarkis pada pengendara tersebut.
Dalam
konteks ini, tendangan yang dilakukan polisi secara terang-terangan di depan publik menjadi salah satu simbol bahwa ternyata masih terdapat budaya militeristik di tubuh Polri. Sebenarnya penyimpangan yang dilakukan oleh aparat kepolisian bukan berarti tak ada penyebabnya, menurut Koalisi Reformasi Polisi dalam Yudha (2010) kepolisian Indonesia telah menjadi bagian dan dikontrol oleh militer selama lebih dari 30 tahun. Muradi (2009) menjelaskan kelahiran Polri sebetulnya adalah revolusi bersenjata , sehingga karakteristik Polri secara substantif tidak dapat disamakan dengan kepolisian negara lain, yang sejak awal pendiriannya sudah terpisah dari ”wilayah” kemiliteran.
III-67 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keberadaan Polri tak pernah lepas dari kultur militeristik yang mengakar. Menurut Avie (2013) sejarah lembaga kepolisian di Indonesia adalah sejarah penuh kekerasan. Sejak awal kelahirannya, lembaga kepolisian sangat dekat dengan kultur militeristik. Indriyanto Seno Adji (1998) mengatakan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian sudah membudaya. Avie (2013) saat pemerintahan Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto. Bahkan Polisi justru digabungkan dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di dalam satu kesatuan yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia(ABRI). Penggabungan dua instansi tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Pokok Kepolisian No.13 tahun 1961. Secara tak langsung kultur militeristik dalam tubuh kepolisian semakin dipupuk melalui penyamaanrataan pendidikan bagi ABRI dan Polri. Sehingga selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru, Polri sering terlibat dalam pelbagai tindakan kekerasan. Beberapa contohnya adalah keikutsertaan Polri dalam peristiwa tragedi Semanggi I dan II dan peristiwa penculikan aktivis 1998. Akibatnya muncul lah berbagai pandangan negatif dari masyarakat terhadap Polri. Kondisi ini akhirnya mempertegas bahwa keberadaan Polri , sebagai salah satu alat keamanan negara, menjadi kurang netral dan mandiri dalam menjalan tugas dan fungsinya. Ini mengakibatkan rendahnya kinerja kepolisian sekaligus mempengaruhi struktur, pola pikir, dan budaya kerja polri yang sangat militeristik. Budaya ini kemudian membuat polisi memposisikan masyarakat sebagai musuh atau lawan , bukan sebagai pihak yang harus dilayani. Jika dikaitkan dengan kasus yang nampak pada foto tersebut, apabila memang pengendara sepeda motor Suzuki terbukti bersalah dan melanggar marka jalan,
III-68 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ada baiknya jika Polisi menegur atau memperingatkan, bukan menindak dengan tindakan fisik, apalagi hingga menendang pengguna jalan. Menurut Wahyono (2011) , idealnya polisi masyarakat harus menekankan humanistic approach dan menempatkan masyarakat sebagai mitra kerja bukan sebagai musuh atau lawan yang wajib ditindak dengan kekerasan. Itu mengapa foto ini menjadi menarik, sebab foto ini menjadi bukti bahwa ternyata reformasi yang dilakukan Polri untuk tampil lebih humanis, belum berjalan dengan baik. III.7 Indonesian Police
(Gambar III.20 : Indonesian Police) Sumber: 9gag.com/gag/a8W3ZBY
III-69 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.7.1 Tahap pertama: Tekstual Secara tekstual, foto ini menunjukkan seseorang yang tengah berdiri di tengah jalan. Latar belakang tempat yang tampak pada foto ini hanyalah tanaman dengan daun yang panjang dan menjulur ke atas. Jika ditelaah lebih jauh, tanaman ini mempunyai kesamaan bentuk dengan tanaman tebu. Seperti informasi yang dirangkum oleh anneahira.com, mengenai tanaman tebu.
(Gambar III.21: Tanaman Tebu) Tanaman tebu cocok diterapkan pada daerah yang agak panas dan berpasir. Umumnya diterapkan pada pedesaan di dataran rendah. (anneahira.com). Ini menandakan bahwa lokasi foto saat itu berada pada sebuah jalan di pedesaan. Dan, terangnya sinar pada foto ini menunjukkan bahwa pengambilan foto ini dilakukan pada siang hari. Selain itu, tampak seseorang mengenakan seragam berwarna coklat dengan rompi berwarna hijau terang sedang berdiri di tengah jalan. Tanda yang melekat pada orang tersebut memiliki kesamaan tanda dengan pakaian dinas seragam Polri bersifat khusus. Seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: SKEP/702/IX/2005 tentang Sebutan, Penggunaan Pakaian Dinas Seragam Polri dan PNS Polri. III-70 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Khususnya dalam klasifikasi pakaian dinas lalu lintas. Selain itu tanda rompi hijau yang dikenakan memiliki kesamaan dengan seragam polisi lalu lintas yang diinformasikan oleh jogja.antaranews.com (2013) tentang seorang polisi lalu lintas yang mengatur arus lalu lintas.
(Gambar.III.22: Atur Lalu Lintas ) Dengan demikian seseorang yang ada dalam foto ini dapat dikenali sebagai polisi lalu lintas. Berbeda dengan foto-foto sebelumnya, polisi ini tak terlihat menggunakan penutup kepala (pet) berwarna putih selayaknya seorang polisi. Tetapi ia mengenakan tanda jalan berbentuk kerucut berwarna oranye di kepalanya. Benda kerucut yang dikenakan polisi tersebut mempunyai kesamaan bentuk
dan
warna
dengan
sumber
acuan
yang
diinformasikan
oleh
barboek.blogspotcom (2011) benda ini merupakan tanda kerucut lalu lintas, atau dikenal dengan istilah traffic cone.
III-71 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.23: Traffic Cone)
Sebenarnya, fungsi dari traffic cone sendiri bukan sebagai penutup kepala. Tetapi menurut binamarga.pu.go.di (1990) fungsi dari traffic cone adalah sebagai tanda peringatan , pengarah atau pembatas jalan. Sedangkan warna oranye yang dilengkapi pemantul cahaya berwarna silver, berfungsi agar traffic cone terlihat jelas pada siang maupun malam hari (barboek.blogspot.com 2011). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan traffic cone di kepala mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang menyimpang. Sembari mengenakan traffic cone di kepalanya, polisi tersebut juga mengulurkan satu tangan dan membuka telapak tangannya. Jika dimaknai secara mendalam, maka bahasa tubuh tersebut mempunyai arti tersendiri. Menurut Buku Hermann Strehle "Meinen. Gesten, Und Gebarden" yang diterjemahkan oleh Dra. Hanna Widjaja dalam politik.kompasiana.com (2014) , membuka tangan kearah atas bisa diartikan sebagai tindakan meminta. Ini bisa diartikan bahwa polisi tersebut sedang meminta sesuatu. Selain itu, ada dua tulisan yang tampak tertera pada foto ini. Pertama adalah tulisan di atas polisi yang berbunyi “Indonesian”, sedangkan di bawah
III-72 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
polisi tersebut, terdapat tulisan yang berbunyi “Police”. Tulisan ini sama-sama berwarna putih dan menggunakan huruf kapital. Berdasarkan makna dari berbagai tanda yang muncul, maka ikon dalam foto ini merepresentasikan seorang polisi lalu lintas yang sedang bertugas di sebuah jalan pada wilayah pedesaan. Tanda ini terlihat dari seragam dinas yang dikenakan serta lingkungan sekitar polisi yang banyak ditanami tanaman tebu. Selain itu, indeks penggunaan seragam coklat lengkap dengan rompi hijau dikarenakan polisi tersebut sedang melakukan dinas lalu lintas di jalan. Sedangkan bahasa tubuh polisi yang mengulurkan tangan sembari menggunakan traffic cone di kepalanya menjadi sebuah simbol bentuk perilaku anomali (tidak normal) atau menyimpang dari seorang polisi.
III.7.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Berkaitan dengan grammar of the shot yang disampaikan oleh Thompson & Bowen (2009), maka foto ini termasuk salah satu tipe medium long shot dan horizontal camera angle khususnya positive angles , yakni pengambilan foto dengan sudut positif , menekankan pada sosok yang ada dalam foto, biasanya terlihat separuh badan dan ada bagian kaki yang terpotong yang tak masuk dalam frame foto. Details foto yang dapat diketahui pada tipe ini adalah pakaian yang dikenakan, jenis kelamin dan ekspresi wajah. Selain itu Thompson & Bowen (2009) juga menjelaskan bahwa foto medium long shot, “ Shows more of who than where and may still show when”. Begitu juga dengan yang tampak pada foto ini. Sosok tersebut dikenali sebagai polisi lalu lintas. Sayangnya walaupun posisi
III-73 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pengambilan gambar berada pada sudut positif, ekspresi wajah tak terlihat jelas akibat traffic cone yang dikenakan di kepalanya. Sehingga tak dapat diketahui secara jelas apakah polisi tersebut sengaja melakukan pose tersebut untuk difoto atau memang polisi melakukan hal itu secara spontan tanpa rekayasa. Selain itu, jika diinterpretasikan lebih mendalam, ada proses editing yang tampak pada foto ini, yakni adanya tambahan tulisan berbahasa Inggris yang berbunyi “Indonesian” serta “Police” diantara polisi tersebut. Disamping itu, apabila kedua kata tersebut digabungkan serta diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka tulisan “Indonesian Police” mempunyai arti Polisi Indonesia yang memperjelas siapa yang ada dalam foto tersebut. Dampak penggunaan teks berbahasa Inggris yang mudah dipahami oleh pengunjung dari negara lain jelas berpengaruh pada kewibawaan Polri di mata internasional. Apalagi tulisan “Indonesian” dan “Police” sengaja disisipkan oleh pengunggah foto. Ini semakin menyiratkan pesan satire bahwa polisi di Indonesia terlihat konyol.Kekonyolan ini nampak dari penggunaan traffic cone yang tidak pada tempatnya. Tetapi pemaknaan kata “Indonesian”, “Police” tak berhenti sampai disitu, jika tulisan ini dilihat melalui perspektif tipografi, maka tulisan tersebut termasuk dalam tipe tulisan display type, yakni menurut Surianto Rustan (2010) tipe tulisan display type adalah tulisan yang mudah terlihat dan font selalu berukuran besar. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menarik perhatian para pembaca. Sedangkan warna putih yang digunakan pada tulisan menurut Lidwell (2003) dalam buku Universal Principles of Design, penggunaan warna-warna cerah
III-74 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diasosiasikan sebagai warna yang memperkuat makna untuk sesuatu yang menyenangkan dan dinamis. Ini artinya,
tulisan “Indonesian” dan “Police”
berfungsi sebagai tanda yang menarik perhatian sekaligus memperkuat unsur yang menyenangkan dan bersifat non formal. Hal ini seakan menggambarkan jika ada unsur humor dalam foto ini. Humor disini lebih menekankan seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat (1999) bahwa humor dapat berasal dari objek yang membuat tertawa , objek yang ganjil, aneh, dan menyimpang. Tak hanya berbicara mengenai makna kata “Indonesian” dan “Police” saja , tetapi judul foto yang berbunyi “Indonesian Police” juga memberikan makna tertentu. Ketika judul foto dihubungkan dengan apa yang terlihat dalam foto tersebut, maka sangat terasa nada satire yang ingin disampaikan. Hal ini kemudian menimbulkan makna tersirat bahwa seperti ini lah kondisi polisi Indonesia yang tak jauh dari perbuatan ganjil atau menyimpang. Hal ini jelas mengganggu kewibawaan aparat Polri di mata internasional.
III.7.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Foto “Indonesian Police” tak terlalu menunjukkan banyak objek. Salah satu objek yang paling menonjol hanya seorang polisi yang sedang berdiri di tengah jalan. Walaupun tak ada objek lain selain polisi dan tidak ada pengguna 9GAG yang memberikan komentar pada foto ini. Tetapi di balik itu semua, foto ini berhasil mengantongi 33 poin yang menandakan bahwa masih ada sebagian orang yang tertarik dengan foto ini..
III-75 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sebenarnya, jika keseluruhan tanda-tanda yang terkandung dalam foto ini dikaitkan, maka akan ada relasi antara keberadaan polisi lalu lintas, traffic cone yang dikenakan dan lokasi foto. Keseluruhan tanda ini kemudian merujuk pada sebuah makna tersirat bahwa ada yang ganjil dengan aktivitas polisi saat itu. Secara garis besar, foto ini memang tak menampilkan seorang polisi dengan sosok yang berwibawa, melainkan lebih condong menampilkan sisi lain seorang polisi. Membaca bahasa tubuh yang dilakukan oleh polisi tersebut, maka dapat diartikan bahwa polisi tersebut sedang melakukan sebuah aktivitas tertentu yang tidak lain menurut Herman Strehle dalam politik.kompasiana.com (2014) jika tangan diarahkan ke atas dapat diartikan ingin menerima sesuatu atau gerakan meminta yang dilakukan dengan lengan dan tangan. Hal ini yang kemudian menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam. Membaca bahasa tubuh polisi lalu lintas tersebut dapat diindikasikan bahwa polisi tersebut sedang melakukan “meminta sesuatu” di jalan. Sedangkan jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di Indonesia, maka tanda tersebut secara tak langsung menyiratkan bahwa tindakan tersebut merujuk pada aktivitas “pungli” atau pungutan liar yang dilakukan saat menertibkan lalu lintas. Padahal, seperti yang tertulis dalam tmcmetro.com (2006) salah satu misi polisi lalu lintas adalah memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dengan memperhatikan norma-norma dan nilai hukum yang berlaku. Ini menandakan bahwa kegiatan pungutan liar yang dilakukan oleh polisi jelas bertolak belakang dengan misi yang diembannya.
III-76 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kasus pungutan liar yang dilakukan oleh oknum polisi sebenarnya memang sempat menyeruak di beberapa wilayah di Indonesia terutama di Jakarta. Menurut informasi yang diberitakan oleh metro.news.viva.co.id (2011), Indonesia Police Watch (IPW) mencatat sedikitnya ada 40 titik lokasi yang menjadi sasaran jebakan oleh oknum polisi lalu lintas di Jakarta. Polisi-polisi “nakal” tersebut diduga meminta uang kepada pengendara yang sudah melanggar aturan agar tidak ditilang. Tidak hanya terjadi di Jakarta, berita yang dimuat oleh sindonews.com (2013) juga menyatakan bahwa pungutan liar bermodus razia kendaraan juga terjadi di kota Semarang. Ada beberapa motor warga yang di bawa ke Polsek lalu jika ingin motor tersebut dibawa pulang kembali, maka mereka diberi pilihan antara mengikuti sidang atau membayar denda dengan nominal pungutan yang beragam. Nominal tersebut berkisar Rp.40.000-Rp.100.000,-. Bahkan, secara agak transparan Jenderal (Pol) Drs. Hugeng Imam Santoso (mantan Kapolri) dalam Detik (1993) mengatakan bahwa polisi sekarang payah, gampang disogok, banyak terlibat dengan cukong-cukong dan kurang membantu masyarakat yang membutuhkan perlindungan dan bantuan keamanan. Praktek nakal yang dilakukan oleh oknum polisi kemudian menyebabkan warga semakin resah. Berkaitan dengan hal tersebut maka foto “Indonesians Police” ini dapat diindikasikan sebagai salah satu bentuk reaksi masyarakat atas kinerja polisi di lapangan. Foto ini seakan menyindir bahwa pungutan liar masih ada dan sering terjadi di sekitar masyarakat. Berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh polisi , sebenarnya perilaku anomali ini disebabkan oleh beberapa faktor.
III-77 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Fogelson dalam Muradi (2009) mengungkapkan bahwa sejatinya, anggota polisi bekerja untuk membersihkan suatu masalah atau hal-hal yang kotor di dalam masyarakat. Efek yang timbul dari pekerjaan ini akhirnya mendorong polisi bertindak dan berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial yang ada. Efek itu disebut dengan paria kompleks, yaitu perasaan menjadi bagian terendah dalam bagian di masyarakat karena hampir selalu berhubungan dengan hal-hal “kotor”. Pertama, perasaan tersebut mampu menstimulasi psikologis anggota polisi untuk menerima situasi dan kondisi yang dihadapi, dan menjadikan situasi tersebut sebagai cerminan untuk menjalankan fungsi-fungsi kepolisian. Kedua, perasaan paria kompleks tersebut mendorong anggota kepolisian untuk bertindak menyimpang sebagai bentuk pelampiasan karena beban kerja yang tidak menyenangkan. Bentuk pelampiasan tersebut biasanya mengarah kepada tindakan melawan hukum. Salah satunya menurut Muradi (2009) adalah melakukan pemerasan dalam bentuk mencari-cari kesalahan, pembodohan penjeratan pasalpasal terhadap masyarakat pada berbagai kasus, jika dalam konteks ini adalah pungutan liar. Tindakan pungutan liar ini tujuannya hanya satu, yakni mendapatkan keuntungan pribadi,
agar masyarakat memberikan uang atau
lainnya. Ketika polisi menjerat pengendara-pengendara tersebut dengan berbagai alasan, sebagian masyarakat hanya bisa pasrah, sebagian lagi berusaha untuk bernegosiasi dengan memberikan uang, berharap dapat terbebas atau setidaknya diringankan dari jeratan pasal pada kasus pelanggarannya.
III-78 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Seperti yang disebutkan oleh David L.Carter dalam Muradi (2009) ketika anomali atau penyalahgunaan wewenang ini masih saja dilakukan secara berulang-ulang, maka secara tak langsung akan menimbulkan pemudaran wibawa polisi. Hal ini sudah terbukti ketika foto ini muncul dalam situs 9GAG dan dijadikan bahan lelucon oleh masyarakat. Pada akhirnya memudarnya wibawa polisi ini akan menyeret kembali Polri dalam situasi yang tidak menguntungkan yang berimbas pada citra Polri di masyarakat.
III.8 Indonesian police doesn’t give a f**k
(Gambar III.24 : Indonesian’s police doesn’t give a f**k) Sumber: 9gag.com/gag/a5deeNO III.8.1 Tahap pertama: Tekstual Secara tekstual, pada foto ini terlihat beberapa orang yang sedang berkerumun. Sayangnya, latar belakang tempat tak terlalu jelas, hanya sedikit
III-79 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terlihat pagar dan atap seng. Terangnya cahaya pada foto ini menunjukkan bahwa pengambilan foto ini dilakukan pada siang hari. Tanda yang menonjol dalam foto ini adalah seorang lelaki yang tersenyum. Orang tersebut mengenakan seragam berwarna coklat dengan mengenakan simbol tertentu di kedua bahunya. Seragam yang dikenakan oleh orang tersebut memiliki kesamaan tanda dengan gambar III.1, yakni seragam Polri. Sedangkan simbol di kedua bahunya memiliki kesamaan
tanda
dengan
yang
diinformasikan
oleh
ntmc-
korlantaspolri.blogspot.com (2013) mengenai pangkat Polri. Kesamaan tersebut terletak pada bentuk dan warna yang melekat pada sebuah balok berwarna coklat.
(Gambar III.25: pangkat BRIPDA: Brigadir Polisi Dua) Tanda ini digunakan sebagai simbol pangkat seorang polisi. Terutama diperuntukkan bagi Brigadir Polisi Dua. Ini menandakan bahwa orang yang tersenyum tersebut tidak lain adalah seorang polisi berpangkat BRIPDA. Senyuman yang ditunjukkan juga terlihat simetris dan selaras dengan yang ditunjukkan oleh tatapan matanya. Berbeda dengan senyum yang dibuat-buat. Biasanya senyuman yang tak tulus terlihat dari bentuknya yang tidak simetris.
III-80 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Senyum ini hanya timbul pada satu sisi, kerap tampak dibuat-buat dan ditahan pada posisi yang sama (Pertiwi 2006). Sedangkan senyuman polisi kali ini berbeda dan cenderung terlihat sebagai senyuman yang tulus. Hal ini sangat bertolak belakang dengan bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh orang yang berdiri di depannya. Orang tersebut mengenakan kaos berwarna hitam sedang membawa senjata tajam sembari menunjukkan tangannya ke arah polisi. Walaupun pengambilan foto ini hanya menampakkan sisi belakang orang tersebut, tetapi terlihat bagaimana urat-urat pada lehernya terlihat kencang dan menonjol, selain itu mukanya sedikit memerah. Bahasa tubuh ini dapat dimaknai bahwa orang tersebut sedang naik pitam. Berdasarkan tanda-tanda yang terlihat, maka ikon dalam foto ini merepresentasikan upaya polisi untuk bersikap humanis ketika menghadapi konflik. Ini ditandai dari senyum lebar yang berusaha ditunjukkan oleh polisi tersebut walaupun orang yang berdiri di depannya sedang naik pitam dan membawa senjata tajam. Sedangkan indeks yang tampak, penyebab dari hadirnya polisi diantara kerumunan warga diakibatkan dari suasana kekacauan yang sedang terjadi saat itu. Hal ini tampak pada banyaknya warga yang berjubel dan salah seorang warga sedang membawa senjata tajam. Senjata tajam yang dibawa oleh orang tersebut menjadi sebuah simbol kemarahan warga terhadap polisi.
III.8.2 Tahap kedua: Interpretasi Tekstual Jika dianalisis berdasarkan konsep grammar of the shot yang disampaikan oleh Thompson & Bowen (2009), maka foto ini termasuk dalam the OTS (Over
III-81 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
The Shoulder) two-shot dengan tipe medium close up. Thompson & Bowen (2009) menjelaskan bahwa pengambilan gambar melalui teknik the OTS two-shot adalah teknik kamera yang mengambil gambar dua orang, namun pengambilan melalui sisi belakang salah satu individu, sehingga hanya menampilkan salah satu wajah individu. Tujuan dari pengambilan ini agar pembaca lebih fokus dan perhatian pada satu wajah individu. Umumnya, teknik the OTS two-shot juga menggunakan medium close up, yakni untuk memberikan banyak informasi mengenai karakter yang ditunjukkan oleh individu. Dimana mata terlihat jelas, emosi, gaya rambut, warna baju, make up, dan gerakan tubuh atau kepala juga terlihat jelas. Sehingga, tindakan atau benda-benda di lingkungan sekitarnya tak terlalu ditonjolkan. Selain itu foto dengan tipe ini umumnya masih dapat diketahui dimana dan kapan foto ini diambil. Sama halnya dengan foto “Indonesian Police doesnt give a f**k” yang menampilkan details ekspresi wajah dari seorang polisi. Namun,
latar
belakang foto tersebut juga tak terlalu jelas berada di lokasi mana, sebab hanya terlihat kerumunan orang di sekitar objek. Disamping itu, jika melihat ekspresi dari kedua objek ini menunjukkan bahwa foto ini diambil secara candid, yakni foto yang diambil untuk menampilkan kejadian yang spontan dan biasanya bersifat natural sehingga menampilkan
kondisi
tidak
berpose
atau
tidak
sadar
kamera
(kemilauindonesia.com 2012). Ini artinya, kejadian dalam foto tersebut memang tak direkayasa. Ini juga dapat dibuktikan dari dari polisi yang tak menatap kamera, dan salah satu warga yang membawa senjata tajam juga tampak tak bergaya di depan kamera.
III-82 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Interpretasi tanda tak berhenti pada apa yang ditampilkan oleh foto tersebut, namun judul foto juga penting untuk dikaji lebih dalam. Foto yang diunggah oleh Rezawkwardaaaa ini memiliki judul berbahasa Inggris yang berbunyi “Indonesian police doesnt give a f**k”. Judul yang ditulis mengenakan bahasa Inggris akan mempermudah pengunjung dan pengguna 9GAG di negara lain untuk memahami maksud pesan yang disampaikan.
Jika diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia, dapat dimaknai bahwa polisi Indonesia tak melakukan sesuatu yang buruk. Sedangkan kata “f**k” dengan beberapa huruf yang disensor, dapat diasosiasikan bahwa kata ini adalah perkataan yang tak pantas diperlihatkan pada publik. Jika melihat adanya kemiripan susunan dan jumlah huruf, maka kata “f**k” memiliki kesamaan pada sebuah kata negatif yakni kata “fuck”. Dalam tulisan mengenai fakta dan kenyataan tentang kata “fuck” dalam bahasa Inggris yang dilansir oleh zamriahada.blogspot.com (2013). Kata “fuck” merupakan bahasa non formal yang digunakan sebagai penekanan, atau sebagai kata umpatan negatif terhadap sesuatu. Tetapi, jika digabungkan pada kalimat “Indonesian police doesn't give a f**k” , maka unsur penghinaan akhirnya tak terlalu tampak dan justru cenderung menjadi kalimat bernada positif. Tentunya, pengunggah foto tersebut secara tak langsung menunjukkan ke masyarakat Internasional bahwa polisi di Indonesia tak melakukan hal yang buruk dan menunjukkan keramahannya. Sehingga bisa diinterpretasikan bahwa dalam foto ini, polisi Indonesia digambarkan secara baik, dalam artian masih menunjukkan keramahan dalam menangani konflik di masyarakat.
III-83 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.8.3 Tahap ketiga: Intertekstualitas Jika mengingat kembali, pada dasarnya foto-foto yang diunggah pada situs 9GAG merupakan foto-foto lucu dan mengandung humor. Sedangkan gambar yang ada pada foto ini tak ada penambahan efek tertentu. Foto ini hanya menampilkan senyuman dari seorang polisi yang diancam oleh salah satu warga. Padahal menurut Hasan (1981) humor pada dasarnya adalah tindakan degradasi terhadap seseorang atau tindakan melampiaskan perasaan tertekan melalui cara yang ringan dan dapat dimengerti. Sedangkan foto ini terkesan menunjukkan hal yang positif dalam artian tak ada unsur degradasi pada sosok polisi. Tetapi, berdasarkan perolehan poin yang hanya berhasil mendapatkan 22 poin, menunjukkan bahwa foto dengan jenis seperti ini nyatanya tak terlalu menarik bagi sebagian pengguna 9GAG untuk memberi poin sekaligus memberi komentar. Padahal, apabila keseluruhan tanda yang ada pada foto ini digabungkan, maka foto ini menunjukkan sisi lain dari seorang polisi. Berkat teknik the OTS two-shot, ekspresi wajah seorang polisi dapat terlihat jelas. Senyuman lebar yang ditunjukkan serta bahasa tubuh yang santai seolah menjadi simbol sisi humanis yang diterapkan oleh seorang polisi saat berinteraksi dengan masyarakat. Sehingga, secara tak langsung foto ini menjadi bukti bahwa polisi tak melulu tampil militeristik, namun polisi bisa terlihat humanis saat melakukan pendekatan personal kepada warga. Memang tak dapat dipungkiri jika sejarah masa lalu Polri, mengakibatkan program Polri lebih banyak menjadi perpanjangan tangan penguasa. Salah satunya menurut Muradi (2009) , kasus penembakan misterius (Petrus) melibatkan Polri,
III-84 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
baik sebagai lembaga maupun perseorangan. Justus M.Van der Kroef dalam Muradi (2009) juga mengungkapkan bahwa saat itu negara terlibat secara aktif dalam kasus pembunuhan para preman yang meresahkan masyarakat, serta individu yang dianggap mengganggu keamanan dan ketertiban di lingkungan warga. Apalagi saat itu, Polri masih menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Akibatnya, menurut Joshua Barker dalam Muradi (2009) Polri menjadi kambing hitam akan proses tersebut dan posisi Polri kemudian tersudut akibat kekerasan negara terhadap masyarakat. Hingga menimbulkan banyak persepsi negatif terhadap Polri. Martanto dalam Budiono (2013) menambahkan memang tak dapat dipungkiri jika pada pendekatan klasik, polisi masih menganggap masyarakat sebagai objek yang harus dikontrol dengan strategi kekerasan atau dengan cara represif saja. Tetapi foto ini sedikit menggeser pandangan itu. Ini terlihat dari penanganan konflik yang tak ceroboh. Dalam konteks ini, tak ada perlawanan atau kekerasan fisik yang ditunjukkan oleh polisi tersebut. Polisi tampak melakukan negosiasi sembari menunjukkan sisi humanisnya.
Sebenarnya, tindakan yang
dilakukan oleh polisi tersebut sudah mencerminkan watak sipil yang sesungguhnya. Seperti yang disampaikan oleh Rahardjo (2007) bahwa menjadi polisi yang berwatak sipil harus menjalankan tugasnya tidak dengan menggunakan cara yang pendek dan gampang, seperti memaksa dan menggunakan kekerasan belaka, namun bersedia mendengarkan dan mencari tahu hakikat dari penderitaan manusia. Martanto dalam Budiono (2013) menjelaskan
III-85 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bahwa keterlibatan polisi dalam pengelolaan konflik di masyarakat sangat diperlukan. Salah satunya sebagai negosiator yang baik. Berkaitan dengan apa yang dijelaskan oleh Rahardjo dan Martanto, maka dapat dikatakan bahwa polisi tersebut telah menjalankan perannya dengan baik yakni melakukan negosiasi, mengajak diskusi dengan pihak yang bertikai, berusaha untuk menggapai kesepakatan bersama tanpa bantuan pihak ketiga dan menghindari sebuah kekerasan. Berdasarkan analisis secara mendalam, maka diperoleh hasil interpretasi data secara keseluruhan sebagai berikut: III.9 Foto Satire dalam New Media Berdasarkan hasil analisis data , maka dapat diketahui jika masyarakat saat ini telah memanfaatkan new media khususnya internet untuk menyampaikan pendapat mereka salah satunya dalam bentuk foto yang diunggah pada situs 9GAG. Tak dapat dipungkiri jika, seiring perkembangan teknologi, kesempatan untuk menyuarakan pendapat secara bebas dapat disalurkan melalui media internet. Masyarakat tak hanya aktif dalam mengakses berbagai informasi dalam internet, tetapi mereka juga aktif memberikan informasi sekaligus menyuarakan pendapatnya. Ini juga disampaikan oleh Bel, David & Barbara M Kennedy (2005) menjelaskan bahwa new media (internet) mampu memberikan fasilitas bagi siapapun untuk bisa berpendapat secara bebas. Hal ini tak berlaku pada produk
III-86 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
media massa konvensional yang harus melewati proses panjang tersistematis dari dapur redaksi media. Ini artinya, kehadiran new media seperti internet, tak pelak ikut mengubah pola perilaku masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Feldman dalam Flew (2005) bahwa salah satu karakteristik pada new media bersifat networkable , yakni konten-konten dalam new media dapat dengan mudah di share dan dipertukarkan antar pengguna melalui jaringan internet yang tersedia. Sehingga pengguna internet lebih leluasa dalam mengakses informasi sekaligus menyuarakan pendapatnya secara bersamaan. Dari situ lah kemudian masyarakat menggunakan media sosial untuk saling berbagi opini dan menanggapi berbagai fenomena yang sedang terjadi. Begitu juga yang terjadi pada situs 9GAG. Situs ini menjadi salah satu media sosial yang menarik bagi sebagian pengguna internet untuk menyalurkan opini mereka khususnya dalam bentuk foto-foto bernada satire. Dalam situs ini tak banyak iklan online yang mengganggu, sehingga pengguna internet lebih leluasa menyalurkan opini dengan mengunggah berbagai macam foto pada situs ini. Berbeda dengan media sosial yang lain, 9GAG memberikan wadah kepada pengguna internet untuk mengunggah foto-foto yang memuat konten menarik dan lucu. Oleh karena itu, situs 9GAG menjadi salah satu media sosial yang banyak dikunjungi oleh pengguna internet. Terbukti dari data yang dirilis oleh statscrop.com (2013) pengunjung 9GAG mencapai 363.006 per hari. Berkaitan dengan kemunculan foto-foto satire dalam new media seperti di situs 9GAG menurut Dafis (dalam Linda Lee Kaid 2004) menjelaskan bahwa III-87 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
new
media
memiliki
karakteristik
yang
berbeda.
Salah
satu
yang
membedakan new media khususnya internet dengan media massa konvensional lainnya adalah karakteristik audiensnya yang lebih aktif, mereka mencari sendiri dan akan mendapatkan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan atau ketertarikannya. Pesan satire membutuhkan upaya pemaknaan yang lebih, karena gaya sindiran dan pesan tersembunyi dibalik leluconnya. Sehingga di new media pesan bergaya satire ini lebih berkembang, karena audiensnya pun memiliki kemampuan, dan lebih aktif. Disisi lain Dafis (dalam Linda Lee Kaid 2004) “the internet structure offer the public an opportunity to recapture the ‘spontaneity and multiplicity’ ... “. Ini artinya, pembuat pesan lebih dibebaskan untuk berkreasi dan tidak dibatasi oleh aturan yang ketat seperti kebijakankebijakan perusahaan yang menganut kepentingan tertentu seperti halnya pada media massa konvensional. Hal ini juga dipertegas oleh Bel, David & Barbara M Kennedy (2005) yang menjelaskan bahwa internet mampu menyajikan beragam informasi bagi khalayaknya, bahkan informasi yang sulit didapatkan di dunia nyata. Baik itu informasi yang bernada kritik halus sampai dengan yang paling keras sekalipun dapat dengan mudah kita dapati. Begitu juga dengan pesan satire yang berkembang di internet. Dalam konteks ini mereka bebas berpendapat terhadap persoalan Polri dalam bentuk foto satire yang diunggah pada situs 9GAG. Selain itu, foto-foto yang diunggah pada situs 9GAG menjadi salah satu bentuk ekspresi masyarakat dalam menyalurkan opininya. Dalam konteks ini, opini yang dimaksud adalah suatu pandangan, keputusan atau tafsiran yang
III-88 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terbentuk di dalam pikiran mengenai suatu persoalan tertentu (Webster New Collegiate Dictionary dalam chelsyyesicha.staff.unri.ac.id 2012). Sedangkan, berdasarkan hasil analisis, peneliti melihat bahwa sebuah foto digunakan oleh pengunggah foto tidak hanya sebagai media untuk mengabadikan moment tertentu, melainkan foto juga digunakan sebagai penyalur opini. Selain itu foto juga tak hanya dimaknai sebagai seni saja, melainkan sebagai praktik sosial. Seperti yang disampaikan oleh Turner (1999) yang menjelaskan bahwa film akhirnya tak lagi dimaknai sebagai karya seni, tetapi lebih dimaknai sebagai praktik sosial. Begitu juga dengan foto sebagai wujud praktik sosial yang dalam konteks ini foto digunakan sebagai representasi dari realitas. Dan akhirnya foto tak hanya sebagai refleksi atas realitas kinerja Polri saja, tetapi foto-foto 9GAG kemudian membentuk dan menghadirkan kembali realitas dengan memberikan tanda-tanda lain untuk mempertegas pesan yang ingin disampaikan. Baik melalui penambahan meme , tambahan teks dalam foto hingga merangkai foto untuk membentuk alur cerita tertentu. Proses editing ini seakan mempertegas pesan yang ingin disampaikan sebagai bentuk reaksi masyarakat akan persoalan tertentu. Dengan kata lain, foto ini bukan hanya sekedar objek foto saja, namun foto ini juga menjadi sebuah tanda yang menciptakan makna tertentu. Menurut Danesi (2012) tanda merepresentasikan
sesuatu
yang
lain
selain
dirinya.
Ketika
peneliti
menghubungkan keseluruhan tanda dan menginterpretasikannya dengan berbagai sumber acuan, terlihat bahwa foto-foto tersebut merepresentasikan citra Polri
III-89 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan beragam pandangan baik positif berupa apresiasi dan pandangan negatif dalam bentuk satire untuk memberikan kritik terhadap Polri. Apresiasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah opini yang bersifat positif dan menghargai keberadaan Polri. Terbukti dari munculnya foto “Indonesian’s Police doesnt give a f**k” yang menunjukkan bahwa polisi Indonesia tak melawan secara fisik dan terlihat santai menanggapi salah satu warga mengarahkan senjata tajam di depannya.
(Gambar III.26 : Indonesian’s police doesn’t give a f**k)
Sedangkan kritik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah gambaran mengenai persoalan Polri di masyarakat yang dianggap menyimpang hingga pengunggah foto kemudian melakukan perlawanan simbolik yang divisualkan melalui foto yang diolah kembali.
III-90 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Seperti foto “Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!” yang memuat rangkaian foto dan penambahan meme hingga menggambarkan alur cerita yang unik. Akibatnya,
pesan yang disampaikan sedikit menggeser pandangan jika
polisi tidak lagi berada pada posisi super melainkan polisi berada pada pihak yang tertindas, dalam konteks ini polisi tak lagi disegani oleh pengendara.
(Gambar III.27 : Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!) Foto “Only in Indonesia-TROLL THE POLICE!” adalah salah satu contoh bentuk kritik dari pengunggah foto terhadap ketegasan Polri saat menindak pelanggar lalu lintas. Di sisi lain, jika meninjau keseluruhan judul yang dicantumkan pada foto dalam penelitian ini, bahasa yang digunakan oleh pengunggah foto adalah bahasa Inggris. Menurut informasi yang dilansir oleh pascapbi.uad.ac.id (2012) bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan di banyak negara. Ini dikarenakan karena bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa tertua yang ada di
III-91 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dunia dengan jumlah kosakata terbanyak mencapai 1.022.000 kata. Berkaitan dengan itu, foto-foto ini seolah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa seperti ini lah kualitas interaksi polisi Indonesia dengan masyarakat. Selain itu, ada beberapa kalimat yang menyelipkan kata “Indonesia”, seperti “meanwhile, in Indonesia” atau “Indonesian Police” pada judul foto menunjukkan bahwa fotofoto tersebut memang terjadi di Indonesia. Di samping itu, arti judul “meanwhile in Indonesia” jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia seolah menunjukkan bahwa “sementara itu di Indonesia” , seakan memunculkan wacana mengapa sementara itu di Indonesia? Ada apa dengan negara-negara di luar Indonesia , apa yang terjadi dengan polisi di luar Indonesia, mengapa bisa muncul kalimat tersebut. Jika meninjau pernyataan Rahardjo (2007) yang menjelaskan mengenai gaya pemolisian di beberapa negara. Ia menyampaikan bahwa polisi Inggris misalkan berusaha sejauh mungkin menjadi orang sipil, polisi Inggris berusaha melepaskan diri dari kedekatannya dengan seragam militer dan lebih membaurkan dirinya kepada rakyat biasa. Sedangkan Polisi Amerika harus bekerja keras sebab masyarakat Amerika juga menjunjung kebebasan dan kemerdekaan bertindak. Berbeda dengan Polisi Jepang yang dengan mudah memerintah masyarakat untuk melakukan tindakan sebab toleransi orang Jepang terhadap campur tangan polisi masih tinggi. Semua itu pasti berbeda pula dengan polisi Indonesia. Hal ini menurut Rahardjo (2007) disebabkan karena posisi polisi Indonesia berada di tengah-tengah antara Jepang dan Amerika Serikat, karena di satu pihak masyarakat Indonesia tidak mengikuti kebebasan Amerika, tetapi lebih dekat III-92 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kepada masyarakat kekeluargaan seperti di Jepang. Namun bagaimanapun juga gaya pemolisian Indonesia memang tak bisa disamakan. Ini berarti, judul tersebut secara tersirat menyampaikan bahwa sementara itu di Indonesia, polisi menindak masyarakat dengan cara yang berbeda dengan negara-negara lain sebab semua itu menurut Rahardjo (2007) bergantung pada kebijakan negara, peraturan hukum, sejarah Polri dan gaya kehidupan masyarakatnya sendiri. Berkaitan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Rahardjo, maka dapat diinterpretasikan walaupun beberapa diantara judul foto tersebut ada pula yang mengganggu citra Polri di mata internasional. Namun secara keseluruhan, judul-judul tersebut secara tak langsung menggambarkan bahwa gaya pemolisian di Indonesia ternyata berbeda dengan negara-negara lain. Selain dari judul foto, jika peneliti menginterpretasikan dari jumlah pengunggah foto, opini-opini yang muncul adalah opini individu. Ini terbukti dari nama yang muncul dalam keterangan pengunggah foto hanya nama perorangan saja. Sehingga dapat diindikasikan bahwa foto tersebut termasuk hasil opini individu atau perorangan. Seperti yang dijelaskan oleh Effendi dalam chelsyyeischa.staff.unri.ac.id
(2012)
menjelaskan
bahwa
opini
individu
merupakan pendapat seseorang atau perorangan mengenai sesuatu yang terjadi di masyarakat. Ini artinya, saat ini masyarakat cenderung memanfaatkan foto untuk menanggapi persoalan tertentu yang kemudian mereka unggah pada media sosial agar diketahui oleh khalayak luas. Dan hasil penelitian ini menjadi menarik sebab ada sebuah transformasi dari pola perilaku masyarakat dalam menyampaikan kritik. Mereka tak lagi mengandalkan perlawanan fisik atau konflik fisik untuk
III-93 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menanggapi persoalan Polri tetapi masyarakat saat ini cenderung memanfaatkan foto yang diunggah pada
new media untuk melakukan perlawanan simbolik
terhadap Polri. Kritik yang dimaksud sama dengan yang disampaikan oleh Susetiawan (1997) yakni berupa kecaman atau tanggapan yang sering disertai oleh argumentasi baik maupun buruk tentang suatu karya, pendapat, situasi maupun tindakan seseorang atau kelompok. Kritik adalah mekanisme yang bermanfaat untuk menjalankan kontrol. Dan dikarenakan kritik dalam konteks ini tidak hanya dilakukan oleh satu individu saja, maka dapat diindikasikan bahwa kritik-kritik yang disampaikan pada foto dalam 9GAG termasuk kritik sosial. Kritik sosial dan new media merupakan dua hal yang berbeda namun saling berinteraksi. Dalam artian, masyarakat menyuarakan berbagai kritikannya dengan memanfaatkan new media. Menurut Zaini Akbar (1997) kritik sosial muncul akibat dari persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.
Sesuai dengan
paradigma teori media kritis, media sebagai alat komunikasi memiliki fungsi kontrol dalam interaksi sosial. Kritik sosial sendiri merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial termasuk salah satunya adalah persoalan Polri. Ini artinya, masyarakat khususnya yang tergabung dalam 9GAG tak hanya menanggapi Polri dengan berbagai kritik, namun mereka juga mengapresiasi dan menghargai keberadaan polisi Indonesia.
III-94 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.10 Foto Satire dalam Pembentukan Citra Polri Kemunculan foto-foto satire yang diunggah pada situs 9GAG menjadi menarik untuk dikaji lebih mendalam. Hal ini dikarenakan media foto ternyata tak hanya dimaknai sebagai karya seni saja, tetapi saat ini foto juga berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan satire. Satire dalam konteks ini adalah humor yang mengungkapkan
kejelekan,
kekeliruan
atau
kelemahan
orang
dengan
membongkar atau membesar-besarkannya (Jalaluddin Rakhmat 1999). Dalam tahap ini peneliti akan menekankan bagaimana penyampaian pesan satire dalam foto sekaligus membahas tentang penggambaran citra Polri melalui foto-foto satire yang diunggah pada situs 9GAG. Tak dapat dipungkiri jika foto-foto satire ikut mempengaruhi citra Polri. Citra Polri yang dimaksud dalam konteks ini menurut Frank Jefkin (1987) “And image is the impression gamed according to knowledge and understanding of the facts”. Dengan kata lain, citra adalah penilaian atas suatu objek berdasarkan pengetahuan dan pemahaman fakta-fakta di lapangan. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan atau respon seseorang. Ini artinya melalui foto-foto satire yang diunggah pada situs 9GAG dapat dipahami bagaimana pandangan masyarakat terhadap Polri. Menurut Max Beerbohm (dalam Freedman, Leonard 2009) menjelaskan bahwa pesan satire ini sebenarnya dimaksudkan untuk menyakiti orang yang dituju, hanya saja dengan simbol-simbol yang lebih abstrak, sehingga lebih membebaskan pembacanya untuk menginterpretasi. Umumnya satire digunakan sebagai humor yang mengena bagi orang atau sesuatu yang dimaksudkan III-95 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sekaligus memberikan hiburan bagi orang lain yang membaca pesan (third preson). Salah satu tanda yang menonjol adalah foto-foto yang diunggah oleh masyarakat masih menunjukkan perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh aparat kepolisian di sekitar lingkungan masyarakat. Padahal telah banyak masukan dan kritikan secara frontal yang dimuat pada media massa lainnya. Ini terbukti dari informasi yang dilansir oleh fahminah.co.id (2009)
yang
menjelaskan bahwa selama tahun 2008-2009, tercatat koran Kompas memuat sekitar 50 surat pembaca dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia. Hal ini berarti hampir setiap bulan, Kompas menerbitkan empat surat terkait dengan tindak-tanduk polisi, mulai dari umpatan seorang komandan , penyelesaian tilang, hingga arogansi polisi pengawal VVIP. Dalam tahun 2008 hingga bulan Juni 2009, tercatat sekitar delapan kasus kriminal yang melibatkan polisi. Di media lain muncul pula kasus oknum polisi yang justru memperdaya pelapor wanita yang sedang mencari keadilan. Selain itu, menurut jajak pendapat Kompas, masih sulit bagi publik untuk mengubah kesan bahwa berurusan dengan polisi makan waktu, berbelit-belit, dan harus mengeluarkan uang. Anggapan bahwa polisi gampang disuap masih kuat melekat dalam benak lebih dari separuh responden. Tak hanya jajak pendapat Kompas saja, namun berita yang dilansir oleh tempo.co (2012) menjelaskan peneliti dari The University of Newcastle, Australia, Pamela Nilan, memaparkan hasil penelitiannya tentang kekerasan dan konflik di ranah publik yang terjadi di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu 2009-2011, dia mencatat bahwa saat ini masyarakat Indonesia sudah tidak
III-96 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
percaya
kepada
aparat
kepolisian
karena
ketidaktegasan
polisi
dalam
menyelesaikan konflik sekaligus atas kinerja Polri yang menekankan kekerasan. Hal ini jelas berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Polri bahwa Polri telah
berupaya
untuk
Ketidakkonsistenan
ini
merubah yang
citranya
kemudian
menjadi
menimbulkan
lebih
humanis.
ketidakpercayaan
masyarakat terhadap Polri sehingga masyarakat akhirnya melakukan perlawanan simbolik dengan menggunakan foto-foto satire untuk menyindir sekaligus menjadikan Polri sebagai objek lelucon. Ini terbukti dari Hal ini dapat dilihat dari pemberian judul foto, penambahan tulisan tertentu pada foto hingga penambahan meme di beberapa foto yang menyiratkan satire. Berdasarkan hasil analisis, melalui media foto ini lah , satire diutarakan dengan cara yang cukup frontal. Seperti contohnya pemberian tulisan pada foto yang berbunyi “Fuck you, Mad driver!” ada pula judul yang berbunyi “meanwhile in Indonesia” f**k the police”. Kecenderungan pengunggah foto dalam menyantumkan kata “Indonesia” seolah membenarkan bahwa memang ada sesuatu yang terjadi pada negara Indonesia khususnya pada aparat kepolisiannya. Tak dapat dipungkiri, jika kinerja Polri masih dianggap belum optimal dan akibatnya
ikut
mempengaruhi
kepercayaan
masyarakat
terhadap
Polri.
Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh oleh Lembaga Penggiat HAM di Jakarta pada 17 Juni sampai 14 Juli 2011 menjelaskan bahwa ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Polri nyatanya masih cukup tinggi. Ini terbukti dari 76,6% masyarakat tak puas terhadap Polri dalam menangani lalu lintas, kemudian terhadap penanganan pencurian kendaraan sebesar 67%, penegakkan hukum dan
III-97 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HAM sebanyak 58%, hingga keterlibatan lakukan siksa dalam sidik tingkat ketidakpuasan mencapai 49,4%. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh
Kompas pada tanggal 31 Januari 2011 juga membenarkan jika kepercayaan masyarakat masih rendah terhadap institusi Polri. Hal ini terlihat dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri hanya 6,5% sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga agama dan media massa nyatanya lebih besar, sekitar 7,2%. Dan melalui foto-foto satire inilah, kritik serta tanggapan diutarakan dengan cara yang sangat ringan namun tetap tajam dalam menyorot perilaku Polri dalam menindak masyarakat. Seperti pada foto “Police level: Indonesian”
(Gambar III.28 : Police level: Indonesian) Dalam foto ini, pengunggah menunjukkan bahwa aparat Polri masih melakukan kekerasan saat menindak masyarakat. Tak hanya satire yang menunjukkan bahwa polisi masih menekankan kekerasan saja namun ada pula
III-98 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang mengkritik secara menghibur seperti foto “Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!” dan foto “Indonesian’s Police”
(Gambar III.29 : “Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!”)
III-99 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.30 : Indonesian's police) Melalui kedua foto ini, para pengunggah foto sengaja mengolah foto-foto tersebut dengan merangkai beberapa foto menjadi alur cerita yang bernada satire. Seperti alur cerita yang menggambarkan polisi Indonesia terlihat tidak tegas dalam menindak pelanggar lalu lintas hingga alur cerita yang menunjukkan polisi Indonesia terlihat konyol dibanding polisi Inggris ketika menggunakan sepeda Low Rider dan Skateboard. Pada akhirnya, masyarakat tak lagi menanggapi persoalan Polri dengan menekankan perlawanan fisik, tetapi mereka mulai menggunakan foto sebagai
III-100 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perlawanan simbolik terhadap Polri. Ini artinya konflik fisik telah bermetamorfosa menjadi konflik tanda. Konflik tanda yang dimaksud dalam konteks ini adalah ketika tanda-tanda dalam foto digunakan sebagai kekerasan simbolik yang menurut Bourdieu(1990) kekerasan simbolik bekerja dengan mekanisme penyembunyian kekerasan yang dimiliki, menjadi sesuatu yang diterima sebagai “yang memang seharusnya demikian” dan sudah tertanam secara sosial. Sama halnya dengan kemunculan foto-foto Polri dalam situs 9GAG. Foto-foto tersebut sekilas hanya terlihat sebagai foto yang menghibur, namun sebenarnya jika ditelaah secara mendalam, secara tidak langsung kemunculan foto-foto Polri dalam situs 9GAG dapat disebut sebagai kekerasan simbolik terhadap Polri. Sebab, sebagian dari foto-foto tersebut ternyata dipoles sedemikian rupa sehingga memunculkan pesan satire yang mengakibatkan adanya degradasi terhadap citra Polri. Dengan demikian, keberadaan foto-foto Polri yang diunggah pada situs 9GAG menunjukkan bahwa masyarakat ternyata tak benar-benar apatis, melainkan mereka masih peduli dan menanggapi berbagai macam persoalan Polri melalui satire yang diwujudkan melalui sebuah foto. Ini menyiratkan bahwa citra Polri masih dianggap negatif. Ini terbukti dari pesan satire dalam foto yang menunjukkan bahwa Polri tak lagi dihormati secara baik, melainkan masyarakat menjadikan Polri sebagai bahan lelucon. Ini menunjukkan bahwa ternyata masyarakat masih menilai kinerja Polri belum optimal sehingga citra Polri di mata masyarakat saat ini nyatanya masih belum baik.
III-101 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.11 Foto Satire dan Representasi Citra Polri terkait Interaksi Polri dengan Masyarakat. Berdasarkan hasil analisis data secara mendalam, hal yang menarik pada temuan data dalam penelitian ini salah satunya adalah representasi kualitas interaksi polisi dengan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Barker (2005) representasi melihat bagaimana dunia dikonstruksikan dan disajikan secara sosial kepada dan oleh diri kita. Representasi tertanam dalam bunyi-bunyi, tulisantulisan, benda-benda, buku-buku, majalah-majalah,dan program-program televisi hingga pada sebuah foto. Mereka diproduksi, diwujudkan, digunakan, dan dipahami dalam konteks sosial yang spesifik. Begitu pula dengan yang terjadi pada saat ini. Masyarakat cenderung merepresentasikan sesuatu yang sedang terjadi di lingkungan sekitar termasuk mengenai interaksi Polri dengan mereka melalui media foto. Melalui foto-foto ini secara tak langsung menunjukkan seperti citra Polri di mata masyarakat. Tak dapat dipungkiri jika keberadaan Polri selalu berhubungan dengan masyarakat. Selama lebih dari enam puluh tahun Polri berdiri, keberadaan program untuk menyambangi masyarakat telah dilakukan, baik dengan pola terprogram dan sistematis, maupun inisiatif dari anggota Polri di lapangan (Abrar 1993). Hal ini di dukung oleh visi yang diemban oleh Polri untuk menjadi pelindung pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersamasama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia. III-102 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera (polri.go.id 2004). Dengan kata lain, mau tak mau Polri harus berinteraksi dengan masyarakat untuk menjalankan semua visinya. Namun sayangnya, program Polri yang berkaitan dengan masyarakat sempat ternoda karena Polri lebih banyak menjadi perpanjangan tangan penguasa. Menurut Muradi (2009) hal ini berkaitan dengan sejarah Polri pada saat masih tergabung dalam kesatuan ABRI. Menimbulkan bias kewenangan antara Polri dan TNI. Hal ini secara tak langsung mengakibatkan internalisasi nilai-nilai militeristik pada tubuh Polri. Akhirnya Polri menjadi tersudut akibat kekerasan negara terhadap masyarakat. Sehingga citra Polri terkesan garang; dengan kumis tebal, badan tambun subur, dan sering menggunakan kekerasan terhadap masyarakat (Barker 1998). Tetapi setelah Polri terlepas dari TNI dan berdiri sendiri, maka Polri berusaha bertransformasi dan memperbaiki citranya menjadi lebih humanis alias menekankan perubahan menjadi polisi sipil (Rahardjo 2007). Begitu juga dengan foto-foto yang diunggah pada 9GAG. Ada beberapa foto yang menunjukkan bahwa masyarakat mengakui upaya Polri untuk memoles citra menjadi lebih humanis. Seperti contohnya adalah foto “Indonesian police doesn't give a f**k.”
III-103 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.31 : Indonesian police doesn't give a f**k.) Selain itu ada pula foto “meanwhile in Indonesia” f**k the police” yang menampilkan foto saat aparat kepolisian berada pada kerumunan warga untuk berbicara secara personal walaupun saat itu ada anak kecil yang menendangnya. Tetapi jika ditelaah lebih lanjut, ada hal yang menarik pada foto “meanwhile in Indonesia” f**k the police” . Tendangan yang diberikan oleh anak kecil tersebut seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi antara interaksi Polri dengan masyarakat. Walaupun secara sekilas foto ini menunjukkan polisi sedang
melayani masyarakat dengan baik. Tetapi foto ini seolah menyindir
bahwa pendekatan yang dilakukan oleh polisi nyatanya masih belum sepenuhnya memberikan rasa nyaman bagi sebagian warga. Ini juga terbukti dari berita yang dilansir oleh tempo.co (2012) menjelaskan peneliti dari The University of Newcastle, Australia, Pamela Nilan, memaparkan hasil penelitiannya tentang kekerasan dan konflik di ranah publik yang terjadi di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu 2009-2011, dia mencatat bahwa saat ini masyarakat Indonesia sudah tidak percaya kepada aparat kepolisian untuk
III-104 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penyelesaian konflik, hal ini dikarenakan masyarakat menganggap terkadang polisi cenderung memprovokasi dan membiarkan kekerasan itu tetap terjadi. Selain itu, M. Gaussyah dalam slideshare.net (2014) menunjukkan hasil survey IOM laporan final penilaian kebutuhan polisi yang dilakukan atas kerjasama Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), International Organization For Migration (IOM), dan Kedutaan Besar Belanda, menyebutkan bahwa sebanyak 46% masyarakat masih menganggap pelayanan yang diberikan oleh polisi masih buruk. Kemudian sebanyak 53% menyatakan bahwa polisi masih bersikap tidak baik dan arogan , sebanyak 61% menyatakan masih dipraktekkannya nilai-nilai militeristik dan sebanyak 41% masyarakat setuju jika hubungan kerjasama antara polisi dengan warga masih kurang. Ini membuktikan bahwa kesenjangan yang terjadi pada interaksi Polri dengan masyarakat, ternyata tak hanya disebabkan oleh masa lalu Polri yang akrab dengan kultur militeristik, namun Muradi (2009) menambahkan keterbatasan SDM serta ketrampilan pada Polri dalam memahami keragaman kondisi sosiologis masyarakat, dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya police-center pada interaksi Polri dengan masyarakat. Muradi (2009) menjelaskan bahwa police-center adalah hubungan antara polisi dengan masyarakat masih menempatkan posisi sebagai pusat dari interaksi tersebut. Perasaan superior seperti bersikap sok jagoan atau menindak masyarakat dengan kekerasan cenderung
memosisikan
masyarakat
di
bawah
anggota
polisi.
Muradi
menyebutkan bahwa kondisi ini akhirnya mendorong hubungan putus-butuh, yakni pola hubungan antara polisi dan masyarakat yang muncul ketika dua belah
III-105 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pihak saling membutuhkan. Sehingga menimbulkan pola hubungan interaksi yang tidak sehat. Hal ini juga tergambar pada beberapa foto Polri yang diunggah pada 9GAG. Seperti foto “Meanwhile, in Indonesia” yang menampilkan Polri menunjukkan bahasa tubuh yang tak menyenangkan.
(Gambar III.32: Meanwhile, in Indonesia ) Selain itu ada pula foto yang menggambarkan model perpolisian militeristik yakni “Police level: Indonesian”.
III-106 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.33: Police level: Indonesian) Melalui foto-foto ini kualitas interaksi Polri dengan masyarakat benar-benar terekam dalam foto. Akibat dari berbagai tindakan yang tidak seharusnya dilakukan aparat kepolisian ini menyebabkan semakin sinisnya masyarakat terhadap polisi.
Berbagai fenomena yang muncul di permukaan mulai dari
tindakan kriminal, korupsi, membantu kejahatan, serta tindakan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia membuat masyarakat semakin skeptis untuk menjadikan polisi sebagai pelindung, pengayom, maupun penegak hukum yang baik (Hariadi 2005). Berdasarkan keterangan di atas maka tak heran jika foto-foto pada 9GAG secara tak langsung merepresentasikan kualitas interaksi Polri selama ini. Sebagian masyarakat memberikan penilaian positif pada kinerja Polri, ini artinya citra Polri telah membaik. Ini terbukti dari beberapa foto yang menunjukkan upaya Polri untuk tampil lebih humanis, namun sayangnya ada pula masyarakat yang masih menganggap bahwa Polri belum optimal dalam
III-107 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
melakukan pendekatan dengan masyarakat. Ini terbukti dari kemunculan foto-foto satire yang menunjukkan kinerja aparat kepolisian masih menyimpang dari visi dan misi yang mereka emban. Berdasarkan hasil analisis data, persoalan yang sering disoroti oleh masyarakat adalah perilaku anomali Polri. Muradi (2009) menjelaskan bahwa adalah suatu kenyataan yang tak dapat dihindari, bahwa prestasi Polri tak mungkin terlepas dari perilaku anomali (tidak normal) anggotanya. Muradi juga menjelaskan bahwa pada kenyataannya polisi bekerja di wilayah yan tak sepenuhnya bersih dari hal-hal yang memungkinkan perilaku anomali. Faktor lain penyebab anomali Polri juga disampaikan oleh Rahardjo (2007) menjelaskan bahwa keadaan Polri sebenarnya berdiri pada posisi yang dilematis, sebenarnya polisi adalah “the strong hand of society” sekaligus “the soft hand of society”. Oleh hukum polisi diberi sejumlah kewenangan yang tak diberikan kepada lembaga lain dalam masyarakat. Seperti menangkap, menggeledah, menahan, menyuruh berhenti, melarang, meninggalkan tempat dan sebagainya. Akibatnya hubungan antara polisi dan masyarakat masih bersifat atas-bawah, dimana polisi ada pada kedudukan yang memaksa sedangkan masyarakat wajib mematuhi. Di satu sisi, oleh hukum , Polri bertugas untuk mengayomi, melindungi, membimbing dan melayani masyarakat demi membangun kemitraan yang baik. Sifat dari kedua hubungan tersebut sangat berlawanan (Rahardjo 2007). Hal ini kemudian menjadi beban tersendiri bagi aparat Polri sehingga mereka cenderung bertindak anarkis sebagai bentuk pelampiasan atas beban kerja yang tidak
III-108 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menyenangkan (Muradi 2009). Akibatnya, muncul hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan aparat Polri dalam menindak masyarakat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil riset yang dilakukan oleh media massa tampak bahwa kualitas kinerja Polri masih perlu dipertanyakan. Seperti informasi yang dilansir dari vivanews.com (2009), sepanjang tahun 2009 setidaknya ada 3.416 personel yang melakukan berbagai pelanggaran dan tindak pidana. Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menyatakan yang ditindak terkait disiplin sejumlah 1.792 orang, terkait etika profesi 444 orang, dan terkait tindak pidana 1.180 orang. Tidak hanya budaya militeristik saja namun penyimpanganpenyimpangan lain seperti kasus suap menyuap, korupsi , salah tembak, penggunaan narkoba terkadang juga melibatkan segelintir oknum polisi. Selain itu, hasil survei yang dilakukan oleh IOM mengenai laporan final penilaian kebutuhan polisi yang dilakukan atas kerjasama Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), International Organization For Migration (IOM), dan Kedutaan Besar Belanda menjelaskan bahwa sebanyak 61% masyarakat masih menilai Polri menerapkan nilai-nilai militeristik. Saat perilaku-perilaku ini diterapkan oleh aparat Polri dalam menghadapi masyarakat yang terjadi adalah masyarakat semakin resah dan semakin gencar menanggapi fenomena tersebut. Reaksi masyarakat pun disalurkan melalui berbagai media dan hal menarik pada temuan kali ini adalah masyarakat menanggapi fenomena tersebut dengan mengunggah foto-foto yang tak selalu serius. Kebanyakan foto yang diunggah pada situs 9GAG adalah foto-foto yang III-109 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengandung unsur humor. Humor yang disampaikan juga umumnya mengandung satire, satire yang dimaksud adalah mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, sehingga biasanya membongkar hal-hal yang jelek atau membesar-besarkannya Dengan tujuan untuk menyindir atau mengkritik sesuatu. Hal berbau satire juga tampak dari adanya meme yang sengaja di pasang pada beberapa foto. Misalkan pada foto
“Indonesian’s Police
yang”
menambahkan meme dengan tulisan “Bitch Please”.
(Gambar III. 34 : Meme Yao Ming Face) Selain itu, pada foto Only in Indonesia - TROLL THE POLICE!, wajah seorang pengendara dan polisi diubah dengan gambar-gambar meme. Pada umumnya, meme cenderung menampilkan details ekspresi wajah untuk menyampaikan satire (belajarmeme.wordpress.com 2013). Ini artinya, meme memang dibuat khusus untuk menyampaikan pesan yang berbau satire. Memang, munculnya meme adalah fenomena baru dalam media sosial, menurut informasi yang dilansir oleh hot.detik.com (2014) bahwa kemunculan situs seperti 9GAG kemudian membuat pola baru dalam menciptakan sebuah III-110 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
plesetan dari sebuah foto, adegan potongan film , dll. Ini yang mengakibatkan popularitas kultur meme semakin merebak pada media sosial. Begitu juga dengan yang terjadi di situs 9GAG. Kesengajaan dalam penambahan meme dalam konteks ini seolah menjadi strategi publik untuk melakukan perlawanan simbolik terhadap persoalan Polri. Selama lebih dari delapan tahun reformasi Polri masih belum mampu menaklukan hati masyarakat untuk berpresepsi positif terhadap Polri (Muradi 2009). Muradi menjelaskan bahwa semangat dalam tubuh Polri untuk merubah dan membangun citra Polri baru sebatas wacana. Kalau pun ada, semangat masih hanya ada di kalangan perwira saja. Sementara aparat kepolisian yang berada di lapangan lebih banyak tergerus oleh kebutuhan dan kultur organisasi yang mengekang karena faktor senioritas masih mengakar kuat. Akibatnya, banyak dari para anggota tanpa basa-basi melakukan berbagai penyimpangan seperti pungli, pemerasan, kekerasan, percaloan, dll.Sementara masyarakat tak berdaya mengalami perlakuan yang sebenarnya melanggar hukum tersebut. Hal ini dapat terjadi karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan masyarakat untuk menolak, sebab proses yang terjadi lebih banyak memosisikan masyarakat sebagai objek penyimpangan kinerja Polri tersebut. Muradi (2009) kemudian menjelaskan bahwa berkenaan dengan kondisi seperti itu, masyarakat menjadi antipati terhadap berbagai program yang dibuat Polri. Akibatnya masyarakat cenderung membangun sikapnya sendiri untuk menanggapi persoalan Polri tersebut.
III-111 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sikap antipati yang dijelaskan oleh Muradi, kemudian dapat menjadi salah satu alasan bagi sebagian masyarakat untuk tak melaporkannya langsung ke institusi Polri, namun lebih memilih menanggapi fenomena tersebut melalui fotofoto satire yang diunggah pada situs 9GAG. Pada akhirnya, melalui media sosial 9GAG, foto-foto terkait dengan anomali Polri pada akhirnya tersebar dan dilihat oleh banyak orang. Terbukti dari poin-poin yang didapatkan oleh masing-masing foto secara tak langsung menandakan bahwa foto tersebut dilihat lebih dari satu orang. Berikut adalah beberapa foto yang secara spesifik merepresentasikan perilaku anomali Polri dengan sejumlah poin yang berhasil didapatkan, diantaranya: 1.
Meanwhile, in Indonesia dengan 59 poin
(Gambar III.35 : Meanwhile, in Indonesia)
2. Police Level: Indonesian dengan 41 poin
III-112 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.36 : Police level: Indonesian)
3.
Indonesian Police dengan 33 poin.
(Gambar III.37 : Indonesian Police) Jumlah
poin
yang
diperoleh
oleh
masing-masing
foto
tersebut
membuktikan bahwa foto-foto yang diunggah pada situs 9GAG menarik bagi
III-113 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagian orang. Bagaimana tidak, foto-foto Polri yang diunggah pada 9GAG menunjukkan berbagai macam kasus. Dalam penelitian ini saja, perilaku anomali Polri yang digambarkan melalui media foto tak hanya satu kasus. Terdapat foto yang menunjukkan perilaku kekerasan yang dilakukan polisi terhadap pengendara sepeda motor, bahasa nonverbal polisi yang mengacungkan jari tengah , hingga pungutan liar yang dilakukan polisi saat melakukan tugas dinas lalu lintas. Ketiga foto ini kemudian dapat dikategorikan sebagai perilaku anomali Polri karena ketiga foto ini menunjukkan hal yang bertolak belakang dengan visi misi Polri. Seperti yang dilansir oleh polri.go.id (2004) visi Polri yaitu menjadi pelindung pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia. Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera. Sedangkan salah satu misi Polri adalah melindungi, mengayomi serta melayani masyarakat meliputi aspek security, surety, safety dan peace sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psikis. Namun berdasarkan data temuan dan hasil analisis secara mendalam, gangguan fisik dan psikis masih dilakukan oleh aparat kepolisian untuk menekan masyarakat. Tak hanya bertolak belakang dengan visi-misi Polri namun tindakan aparat kepolisian dalam konteks ini juga bertentangan dengan kode etik profesi
III-114 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Polri seperti yang dilansir oleh metro.polri.go.id (2003) , khususnya kode etik pengabdian , yang tertulis pada pasal 3 yang berbunyi: “Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum selalu menunjukkkan sikap perilaku dengan: a. Meletakkan kepentingan Negara, bangsa, masyarakat dan kemanusiaan di atas kepentingan pribadinya; b. Tidak menuntut perlakuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan terhadap semua warga Negara dan masyarakat; c. Menjaga keselamatan fasilitas umum dan hak milik perorangan serta menjauhkan sekuat tenaga dari kerusakan dan penurunan nilai guna atas tindakan yang diambil dalam pelaksanaan tugas.”
Dengan demikian, maka foto-foto di situs 9GAG ini secara tak langsung menunjukkan bahwa citra Polri tidak seluruhnya positif sebab ternyata masih ada foto-foto yang menunjukkan anomali Polri . Hal ini mengisyaratkan bahwa upaya Polri untuk menjaga citra dan kewibawaannya selama ini ternyata belum berjalan dengan baik.
III.12 Foto Satire dan Representasi Citra Polisi Wanita Diantara ketujuh foto yang berhasil didapatkan dan diteliti secara mendalam. Terdapat satu temuan yang berbeda dan menarik untuk dibahas, yakni foto “Indonesian Police”.
III-115 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Gambar III.38 : Indonesian Police) Berbeda pada temuan-temuan sebelumnya, kali ini foto “Indonesian Police”
merepresentasikan sosok polisi wanita. Sekilas foto ini memang
menunjukkan perbandingan mengenai kecantikan seorang wanita saja. Terlihat dari teknik pengambilan shot yang lebih menampilkan details ekspresi wajah sekaligus pakaian yang dikenakan. Namun setelah peneliti menganalisis secara mendalam, ada makna lain di balik tanda yang nampak yaitu foto ini seakan menjadi salah satu foto yang membuka peran wanita dalam wilayah publik khususnya pada profesi Polwan. Terkait dengan kemunculan isu Polwan dalam foto 9GAG, kemudian memunculkan pertanyaan sejauh mana eksistensi polisi wanita di Indonesia. Pada
III-116 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kenyataannya markas besar Polri sendiri menyatakan, kekuatan Polwan apabila dibandingkan dengan kebutuhan tugas Polri baik di bidang operasional maupun pengembangan relatif masih dirasakan kurang, khususnya dalam rangka penugasan-penugasan yang memerlukan pendekatan secara kejiwaan (Rahardjo 2007). Namun kesulitan mengubah perilaku dan kultur di dalam tubuh Polri dalam waktu cepat membuat Mabes Polri akhirnya menemukan formula bagi pendekatan pada masyarakat sekaligus memoles citra Polri menjadi lebih humanis yakni dengan memberdayakan Polwan (Muradi 2009). Berbicara mengenai perubahan tersebut, Muradi (2009) menjelaskan perubahan ini mulai digencarkan kembali saat Kapolri Sutanto menyusun satu kebijakan untuk memperbaiki citra Polri di mata masyarakat. Tak dapat dipungkiri jika merubah perilaku dan budaya dalam tubuh internal Polri tidak lah mudah. Apalagi sejarah orde baru ikut mempengaruhi citra Polri saat ini. Pada awalnya posisi polisi wanita tak diletakkan pada garda terdepan. Sehingga, peran Polwan masih tak menonjol dibanding dengan polisi pria. Tetapi, seiring berjalannya waktu, masuknya wanita dalam kepolisian mengalami akselerasi dalam kekuatannya dari tahun ke tahun. Kehadirannya pelan-pelan memberikan warna baru pada pekerjaan dan gaya pemolisian (Rahardjo 2007). Menurut Muradi (2009) keberadaan Polwan secara tak langsung juga menjadi bagian dari pembangunan pencitraan Polri serta pemulusan jalannya Reformasi Polri.
III-117 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Polwan mempunyai peran penting karena harus disadari bahwa Polri tak lagi sekedar menampilkan satu kinerja profesionalisme, tapi juga kinerja yang menenteramkan. Dan salah satunya terwakili oleh efektivitas kinerja Polwan di lapangan (Muradi 2009). Saat ini pemberdayaan Polwan yang paling menonjol adalah keterlibatan Polwan dalam program NTMC (National Traffic Management Centre). Hal ini terbukti dari kebijakan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya untuk mengembangkan peran Presenter Berita Lalu Lintas. Tidak hanya pria, pewarta berita akan lebih humanis ketika disampaikan oleh para Polwan (tmcmetro.com 2013). Seperti informasi yang ditulis oleh Ombrill, penulis buku Broadcast Undercover pada hiburan.kompas.com (2013) kerjasama Metro TV dengan Polri khususnya Kakorlantas menjadi semacam simbiosis mutualisme atau saling diuntungkan satu sama lain. Metro TV membutuhkan live real time dari spot kemacetan dari berbagai tempat, sedangkan Polri butuh pencitraan. Sehingga selain memberikan informasi kepada masyarakat , citra buruk Polri juga dapat sedikit tertutup. Pada akhirnya, pemberdayaan Polwan dalam program NTMC ini kemudian menghasilkan selebriti dadakan. Kehadiran Polwan-Polwan cantik ini dapat menetralisir citra buruk Polri. Mereka kemudian menjelma menjadi idola baru. Seperti Briptu Eka Frestya, dll. Dengan munculnya selebriti dadakan ini,
III-118 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mayoritas warga diharapkan akan memandang Polri sebagai pelayan masyarakat yang lebih humanis (hiburan.kompas.com 2013). Berkaitan dengan hal tersebut maka kemunculan foto ini secara tak langsung merepresentasikan bahwa Polwan khususnya di Indonesia sudah mulai diakui di wilayah publik. Tugas Polwan di Indonesia tak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas polisi pria. (generusindonesia.wordpress.com 2013). Pernyataan ini juga di dukung oleh Ipda Tika Pusvitasari yang bertugas sebagai Kepala Sub Unit Umum di Polres Metro Jakarta Pusat dalam wolipop.detik.com (2013) bahwa kelebihan wanita sebagai polisi adalah Polwan tidak biasa melupakan sisi kewanitaan mereka. Dalam pelaksanaan sehari-hari lebih banyak logika. Dengan cara Polwan berbicara serta memberikan pemahaman mengenai tugas Polwan, akhirnya masyarakat pun bisa menerima. Gaya pemolisian seperti ini kemudian mulai diakui oleh masyarakat luas. Hingga salah satu pengguna aktif 9GAG dengan bangga mengunggah foto Polwan dalam media sosial dan menunjukkan seperti ini polisi wanita Indonesia yang tak kalah dengan polisi wanita dari negara lain. Namun sayangnya, tanda yang ditonjolkan oleh pengunggah foto hanya sebatas pada tampilan luar Polwan. Hal ini seolah menyiratkan bahwa citra Polwan saat ini masih dianggap sebagai “pemanis” saja. Dan ternyata hal ini juga dipertegas oleh pihak Polri bahwa Polwan diberdayakan untuk membantu memoles citra Polri menjadi lebih humanis.
III-119 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Namun, kenyataannya tak ada ukuran jelas sejauh mana keberhasilan pemberdayaan Polwan dalam memoles citra Polri menjadi lebih humanis. Ini terbukti dari foto-foto yang ditemukan pada 9GAG nyatanya lebih banyak merekam perilaku anomali aparat kepolisian saat menindak masyarakat dibandingkan menampilkan sisi humanis aparat Polri.
III-120 SKRIPSI
REPRESENTASI CITRA POLRI....
DEA KARTIKA