60
BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI WADUK KETRO
A. Tinjauan Umum Keputusan Pemerintah Pusat Repelita I dan II Serta Sasaran Pembangunan Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berbagai langkah ditempuh oleh pemerintahan zaman Presiden Soeharto. salah satunya adalah dengan peningkatan produksi pertanian masyarakat. Masyarakat Indonesia yang sebagaian besar menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, kemudian membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak agar sektor pertanian ini dapat berjalan dengan baik. Pemerintah sebagai faktor yang menentukan kebijakan bertanggung jawab untuk mengarahkan perangkat penyelenggaraan pertanian, baik yang berupa perundangan, pelaksana teknis maupun penyuluhan kepada masyarakat. Faktor
krusial
dalam
pengusahaan
pertanian
adalah
penjaminan
infrastruktur yang dapat mendukung pengusahaan pertanian. Pembangunan infrastuktur berupa: waduk, bendungan, dan bendung harus menjadi fokus pembangunan di berbagai daerah dengan potensi pertanian. Bangunan-bangunan ini sangat diperlukan sebagai sarana pendorong penyediaan air yang cukup dalam usaha produksi sektor pertanian. Pembangunan infrastuktur bangunan air yang dilakukan dalam rangka penyediaan air guna mendorong produksi pertanian tidak dilakukan begitu saja. Pembangunan yang dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan dan potensi
61
alam yang tersedia. Pengenalan daerah dan curah hujan yang terjadi harus menjadi patokan dalam pembangunan infrastuktur pertanian yang ada. Keseimbangan antara supplay dan demand kebutuhan air harus sesuai dengan potensi dan keadaan alam yang ada agar hasil produksi dari sektor pertanian bisa optimal. Pada periode tahun 1975-1985 pemerintah fokus terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai kebijakan digalakkkan demi terwujudnya kesejahteraan itu. Wujud kesejahteraan yang ingin diterapkan mengacu kepada kebutuhan pokok berupa: pangan, sandang, dan papan. Kebijakan pemerintah saat itu adalah meningkatkan daya beli masyarakat dengan investasi besar-besaran dalam sektor pertanian. Sektor ini dipilih dikarenakan potensi alam yang paling dapat dijangkau oleh penduduk Indonesia. Keseriusan pemerintah kemudian diwujudkan dengan terbitnya Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana Pembangunan Lima Tahun yang berisi visi pembangunan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian. Strategi pendobrakan ekonomi
yang
menjadi
rencana
andalan
pemerintah
untuk
mengatasi
ketertinggalan ekonomi bangsa Indonesia. Dibawah ini merupakan potongan dari kepres tentang visi pembangunan kesejahteraan masyarakat yang diterbitkan pemerintah melalui Departemen Penerangan RI: Adapun sasaran pembangunan jang hendak ditjapai sangatlah sederhana, jaitu: pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan Rakjat, perluasaan lapangan pekerdjaan dan kesedjahteraan rochani. Dalam melaksanakan pembangunan ini maka titik beratnja dipusatkan pada bidang pertanian. Dengan demikian medan-djuang jang dipilih adalah medan pertanian. Disinilah sasaran sentral diletakkan, ichtiar dipusatkan dan hasil diharapkan. Pilihan pada sektor pertanian bukanlah sekedar pilihan belaka. Pilihan didasarkan pada strategi pembangunan untuk mendobrak keterbelakangan ekonomi kita melalui proses pembaharuan dibidang pertanian. Keadaan iklim, tanah dan persediaan tenaga kerdja memungkinkan adanja
62
kemadjuan pesat dibidang pertanian. Lebih-lebih berkat adanja tehnologi baru, bibit-bibit baru, dan tjara-tjara baru. Peningkatan produksi dibidang pertanian-pangan ini pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harga pangan dalam negeri dapat lebih dimantapkan, dan dengan begitu turut memberi pengaruh jang positif pada stabilisasi ekonomi. Dan hanja dalam ekonomi jang stabillah dapat diharapkan pertumbuhan ekonomi jang pesat.1 Berdasarkan kepres di atas, maka dapat dilihat keseriusan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian. Peningkatan produksi pertanian didorong dalam berbagai proyek pengerjaan sarana dan prasarana pertanian. Setelah turunnya kepres, maka di berbagai daerah yang memiliki potensi pertanian dilakukanlah pembangunanpembangunan. Pada
periode
Repelita
I
pembangunan
meliputi
perbaikan
dan
penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru dan perbaikan serta pengembangan sungai dan daerah rawa untuk mengamankan daerah pertanian dan daerah padat penduduk terhadap bencana banjir. Periode ini pemerintah kemudian melakukan fokus pembangunan berbagai macam sarana pendukung bangunan bangunan air. Proses pembangunan kesejahteraan yang telah dilakukan pemerintah selama periode Repelita I kemudian dilanjutkan dalam tahan selanjutnya juga meliputi proses pemerataan. Program yang berkelanjutan terhadap pembangunan kesejahteraan masyarakat memerlukan rentang waktu yang cukup panjang dalam
1
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana Pembangunan Lima Tahun, Departemen Penerangan R.I. halaman,15. Data tentang keppres di ambil dari internet dengan alamat: http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8438/1709/. Diakses pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.30 WIB.
63
pelaksanaannya. Penyempurnaan yang telah dicapai pada Repelita I mendorong pemerintah kemudian melanjutkan Repelita II. Pada Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia yang disampaikan di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat "Pelaksanaan Repelita II" 16 Agustus 1979 (1974/75-1978/79), Presiden Soeharto menyampaikan pertanggung jawaban dan laporan kemajuan terhadap Repelita II. Pada pidatonya presiden menyampaiakan keberhasilan program yang dijalankan pemerintah terhadap DPR. Berikut ini merupakan sebagian dari pidato presiden dalam sidang itu: Selama tahun 1978/79 dan selama Repelita II masing-masing telah diselesaikan perbaikan dan penyempurnaan irigasi seluas 70.498 Ha dan 513 ribu Ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 Ha dan 255 ribu Ha, perbaikan dan pengamanan sungai se-luas 62.228 Ha dan 431 ribu Ha, dan pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut seluas 122.604 Ha dan 200 ribu Ha. Rehabilitasi irigasi dalam areal seluas 70.498 Ha dan pembuatan irigasi baru dalam areal seluas 41.715 Ha belum berarti bahwa areal itu akan langsung berguna secara efektif, sebab baik rehabilitasi maupun pembangunan saluran tertiernya belum selesai seluruhnya. Kegiatan pembangunan pengairan dalam Repelita II masih berupa kelanjutan kegiatan-kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan dalam Repelita I yang meliputi perbaikan dan penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru dan perbaikan serta pengembangan sungai dan daerah rawa untuk mengamankan daerah pertanian dan daerah padat penduduk terhadap bencana banjir. Selama tahun 1978/79 dan selama Repelita II masing-masing telah diselesaikan perbaikan dan penyempurnaan irigasi seluas 70.498 Ha dan 513 ribu Ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 Ha dan 255 ribu Ha, perbaikan dan pengamanan sungai se- luas 62.228 Ha dan 431 ribu Ha, dan pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut seluas 122.604 Ha dan 200 ribu Ha. Pembangunan saluran-saluran tertier dan kwarter pada dasarnya harus dilaksanakan oleh masyarakat yang memperoleh manfaat dari irigasi. Tetapi hasil dari pembangunan saluran-saluran yang dilaksanakan oleh masyarakat tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi persoalan ini maka sejak tahun 1976/77 telah ditempuh kebijaksanaan baru, di mana biaya bangunan air dan sebagian biaya penggalian ditanggung oleh Pemerintah.2 2
Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Di Depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat "Pelaksanaan Repelita II" 16 Agustus 1979 (1974/75 1978/79) Departemen Penerangan RI. Data tentang keppres di ambil dari internet
64
Laporan pertanggungjawaban ini memberikan wawasan tentang program yang dilakukan pemerintah. Program yang terencana dari pusat yang secara bertahap turun sampai ke daerah terkecil. Pembangunan saluran irigasi tersier merupakan saluran terkecil yang langsung menuju petak-petak petani. Perbaikan dan pembentukan saluran irigasi bersamaan dengan penanganan sungai-sungai besar. Pembangunan pada tahap-tahap ini, tidak hanya berhenti pada infrastruktur sarana pertanian yang berupa bangunan. Pembangunan sistem yang diperlukan untuk mempermudah pembangunan juga dilakukan. Meningkatkan kesuksesan program melalui survey, penyelidikan, dan perancangan pengembangan sumbersumber air. Selain pengusahaan irigasi yang disusun dengan pola induk seperti dari danau, waduk, bendungan, dll dikembangankan pula air tanah untuk irigasi.
B. Pembangunan Bendung Suwatu 1. Pengertian Bendung Dalam proses pembangunan jaringan irigasi, pemerintah pusat memiliki standar
yang kemudian dilaksanakan oleh
instansi
pemerintah terkait.
Perencanaan jaringan irigasi merupakan bagian dari tugas dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Dalam proses selanjutnya, sebagai eksekutor lapangan, ada instansi-instansi pembantu lainnya. Pada pengerjaan proyek rekonstruksi waduk Ketro, pengawasan dan pengerjaan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber
dengan alamat http://www.bappenas.go.id/data-dan-informasi-utama/dokumenperencanaan-dan-pelaksanaan/pidato-kenegaraan-tahun-1979/ Akses pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.35 WIB.
65
Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dengan eksekutor proyek adalah Balai Pengelolaan Sumber daya Air Bengawan Solo.3 Untuk pengerjaan bendung Suwatu, pengerjaan proyek dari Balai Pengelolaan Sumber daya Air Bengawan Solo, diserahkan langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum Bidang Pengairan, Kabupaten Sragen.4 Pembangunan
sistem
irigasi
memiliki
standar
dalam
pembuatan
bangunannya. Bangunan tersebut terdiri dari bangunan utama, bangunan pendukung yang sudah ditetapkan standarnya yaitu: “Semua bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi sedimen yang berlebihan serta kemungkinan untuk mengukur air masuk”.5 Pembangunan sarana pendorong produksi pertanian dimulai dari sebuah bangunan yang disebut bendung. Bendung sendiri adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan permukaan air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi daerah yang membutuhkan.6 Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau beton yang terletak melintang pada sebuah sungai yang berfungsi 3
Wawancara dengan Vega tanggal 7 November 2014
4
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
5
Direktur Jenderal Pengairan., Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama Kp–02, (Jakarta, Perpustakaan PU, 1986), Halaman 1. 6
Ibid, Halaman 3.
66
meninggikan muka air agar dapat dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan. Tentu saja bangunan ini dapat digunakan pula untuk keperluan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran suatu kota. Dalam Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik menyatakan bahwa untuk bangunan di sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. Bendung ini dibagi dalam dua tipe, yaitu : a. Bendung Tetap : Bendung yang dibangun secara permanen. b. Bendung Gerak (Barrage) adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar; masalah yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.7 2. Gambaran Umum Wilayah Bendung Suwatu Rangkaian kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memprioritaskan pembangunan ekonomi melalui sektor pertanian. Tiga agenda besar pemerintah pada sektor ini adalah pencetakan sawah baru, pembentukan jaringan irigasi baru, dan juga perawatan jaringan irigasi lama. Fokus
pembangunan
disesuaikan
dengan
potensi
dan
keadaan
daerah
pembangunan. Pada tahun 74-an Kecamatan Tanon memiliki fasilitas irigasi yang
7
Ibid, halaman 8.
67
tidak berjalan dengan baik yaitu waduk Ketro dan juga masih dalam tahap pembangunan yaitu bendung Suwatu8. Bendung Suwatu adalah satu dari sekian banyak jaringan irigasi baru yang dibangun oleh pemerintahan Presiden Soeharto pada periode tahun 1974 – 1979. Secara bangunan, Bendung Suwatu terletak di Dukuh Suwatu, Kelurahan Tanon, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Bendung Suwatu / daerah irigasi Suwatu membentang dari Kelurahan Trombol, Kelurahan Bendo, Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon, dan Kelurahan pengkol. Bendung / Daerah Irigasi Suwatu ini termasuk daerah pengaliran "Kali Kedung Dowo" yang hilirnya terdapat di Bengawan Solo. Dalam pembangunannya, Daerah Irigasi Suwatu dirancang untuk mangaliri dua daerah, Daerah Irigasi Suwatu kiri yang mengaliri daerah persawahan di Kelurahan Trombol Kecamatan Mondokan juga Kelurahan Bendo Kecamatan Sukodono, sedangkan daerah irigasi Suwatu kanan yang mengaliri Kelurahan Suwatu, Kelurahan Pengkol dan Kelurahan Tanon di wilayah Kecamatan Tanon. Panjang sungai Kali Kedung Dowo dari hulu hingga bendungan Bendung kurang lebih 3 km. Jarak bendungan sampai daerah sungai Bengawan Solo kurang lebih berjarak 4 km. Daerah yang akan direncanakan bangunan air merupakan daerah pertanian dengan kondisi medan datar. Berikut ini penjelasan lebih mendalam terkait bendung.
8
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
68
3. Pemilihan Lokasi Bendung Faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi bendung yaitu : a. Keadaan topografi daerah yang akan diairi sedemikaian rupa sehingga seluruh daerah rencana tersebut dapat terairi secara gravitasi. b. Penempatan lokasi bendung yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan dan angkutan sedimen yang masuk ke intake dapat terhindari. Untuk menjamin aliran lancar masuk intake, salah satu syaratnya yaitu bendung harus terletak di tikungan luar aliran atau di bagian sungai yang lurus dan harus dihindari penempatan bendung di tikungan sebelah dalam aliran. c. Bendung harus ditempatkan di lokasi yang tanah pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil.9 4. Kronologi Pembangunan Bendung / Daerah Irigasi Suwatu Cikal bakal pembangunan bendung Suwatu dimulai dari sebuah muasyawarah mufakat yang dilakukan oleh masyarakat dari tiga kelurahan di Kecamatan Tanon. Kelurahan yang terlibat dalam musyawarah itu adalah, 1. Kelurahan Suwatu, 2. Kelurahan Tanon, 3. Kelurahan pengkol. Musyawarah ini dilakukan pada tahun 1954 dan pada tahun itu juga dimulai pengerjakan proyek pengerukan. Latar belakang pembahasan dari ketiga kelurahan dalam menggagas pembangunan bendung adalah peningkatan pengelolaan tanah pertanian. Pertanian saat itu masih sulit karena terlalu menggantungkan pada tadah hujan.10
9
Sosrodarsono, Suyono, dan Masateru Tominaga., Perbaikan Dan Pengaturan Sungai, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), Halaman 207. 10
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
69
Musyawarah dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat dari ketiga kelurahan. Di bawah ini tabel tokoh-tokoh penggagas pembangunan bendung Suwatu. Tabel 13 Nama Tokoh Masyarakat Penggagas Pembangunan Bendung Suwatu Tahun 1954: No.
Nama
Kelurahan Peran dalam Pembangunan
1
Atmo Sukarto
Suwatu
Lurah
2
Muhammad Umar
Suwatu
Pujangga
3
Damari
Suwatu
Pujangga
4
Kumaidi
Suwatu
Masyarakat
5
Endro Karsono
Suwatu
Masyarakat
6
Waridi
Suwatu
Masyarakat
7
Gito Wiyono
Pengkol
Lurah
8
Pawiro Sumarto
Tanon
Lurah
9
Darmo
Tanon
Masyarakat
Sumber: Wawancara dengan Bapak Sardju 19 Maret 2015 Tokoh masyarakat tersebut diatas merupakan orang-orang yang terlibat aktif dalam pembangunan bendung Suwatu. Peran yang diambil beberapa orang termasuk sangat penting, diantaranya Atmo Sukarta yang merupakan lurah dari desa Suwatu, Gito Wiyono lurah dari desa Pengkol dan Pawiro Sumarto adalah Lurah dari desa Tanon. Para lurah ini yang kemudian mengatur pembagian peran dan kerja dari masyarakat masing-masing desa. Peran yang sangat awal dijalankan oleh para Lurah yang menjadi awal dari konsolidasi yang berjalan dari ketiga Desa. Ide awal dari pembangunan Bendung
70
Suwatu dicetuskan oleh ”Lurah” dari Ketiga desa. Ide yang bersambung antar ”Lurah” kemudian menjadi pembicaraan dan musyawarah desa. Penyepakatan ini kemudian diteruskan menjadi perencanaan pembangunan. Lurah sebagai simbol desa, peran dalam pembangunannya adalah memastikan setiap masyarakat di daerahnya hadir dan ikut bekerjasama dalam pembangunan Bendung Suwatu. Peran penting dari ”Lurah” yang harus selalu hadir dan menjaga semangat dari masyarakatnya. Atmo Sukarto sebagai ”Lurah” dari Kelurahan Suwatu dalam menjalankan perannya dibantu oleh Kumaidi, Endro Karsono, dan Waridi.11 Pengaturan tenaga dalam pembangunan, baik meliputi sumberdaya manusia, alat, konsumsi dll, merupakan bagian dari peran ketiga asisten dari lurah Suwatu pada pembangunan Bendung Suwatu. Pembangunan Bendung Suwatu merupakan pekerjaan yang sangat banyak membutuhkan banyak pembagian kerja agar semakin efisien tenaga yang dikeluarkan.12 Demikian halnya dengan ”Lurah” dari desa yang lain, memiliki peran yang sama di masyarakat masing-masing daerah. Peran sebagai simbol daerah dan masyarakat yang harus selalu hadir dalam pembangunan Bendung Suwatu. Pawiro Sumarto sebagai ”Lurah” desa Tanon perannya di bantu oleh Darmo, salah satu masyarakat yang dekat dan dapat membantu pekerjaanya. Letak desa yang sedikit lebih jauh dari Bendung Suwatu, membuat ”Lurah” desa Pengkol saat itu yaitu Gito Wiyono memiliki beban yang lebih ringan, sehingga peran dan tanggung jawabnya dalam pembangunan Bendung Suwatu dapat dikerjakan sendiri.13
11
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
12
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
13
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
71
Peran sentral yang lain dalam pembangunan bendung dari Muhammad Umar dan Damari
sebagai ”pujangga” pembangunan bendung Suwatu.
”Pujangga” merupakan penasehat pembangunan, orang ”pintar” yang memiliki kapasitas lebih dalam menentukan kebijakan menurut perhitungan Jawa. Muhammad umar dan Damari adalah orang yang melakukan ”tirakat” demi lancarnya pengerukan Bendung Suwatu. Menurut penuturan bapak Sardju, Muhammad Umar dan Damari membuat garis diatas tanah yang telah direncanakan untuk di keruk. Garis itu yang kemudian menjadi dasar pengerjaan pengerukan saluran irigasi bendung Suwatu.14 Pengerjaan pengerukan bendung Suwatu yang dimulai pada tahun 1954 mengerjakan saluran penampungan sepanjang 3 kilo meter. Pengerjaan bendung ini memakan waktu sekitar 1 tahun pengerukan. Pengerukan dikerjakan oleh seluruh warga masyarakat di tiga kelurahan, yaitu Suwatu, Tanon dan Pengkol. Penggalian saluran ini berlangsung siang-malam dengan pembagian kerja bergiliran. penggalian saluran irigasi ini bisa dikatakan dalam, bahkan masyarakat yang melakukan penggalian menamai saluran Bendung Suwatu dengan nama ”Sentono” dikarenakan dalamnya galian saluran tampung bendung. Pada pengerjaan pengerukan waktu malam hari, masyarakat membawa penerangan berupa Petromaks. Perempuan memperoleh pembagian kerja sebagai penyedia konsumsi. Konsumsi disediakan oleh masing-masing desa itu sendiri, dengan lokasi dapur umum di Kelurahan Suwatu.15
14
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
15
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
72
Bendung Suwatu dibangun secara swadaya sepenuhnya oleh masyarakar dari Kelurahan Tanon, Suwatu dan pengkol. Bendung Suwatu dibangun pada tahun 1954 dan selesai pada tahun 1958. Pembangunan dilakukan diatas tanah kas desa dan beberapa pembebasan lahan yang biayai oleh ketiga kelurahan tersebut. Satu tahun pengerjaan, saluran bendung sepanjang tiga kilo meter berhasil diselesaikan. Pada tahun 1955 - 1958 fokus pengerjaan pada pembuatan konstuksi bendung. Pengerjaan konstuksi memakan waktu yang lama dikarenakan saat itu belum ada tenaga ahli dan teknologi bangun yang memadai.16 Pada tahun 1955-1956, bahan yang digunakan untuk menahan air adalah tanah padas. Dalam beberapa bulan, bendung masih dapat bertahan, namun memasuki puncak musim penghujan, penahan air jebol karena tidak mampu menahan limpahan air hujan. Memasuki tahun berikutnya yaitu 1956-1957, masyarakat bersama membangun kembali bendungan yang jebol dengan bahan yang lebih kuat, yaitu dengan campuran batu dan aspal. Memasuki musim penghujan tahun 1958, bangunan penahan air berhasil diselesaikan dan berfungsi dengan baik.17 Bendungan penahan air dapat berfungsi dengan baik sehingga air dapat dialirkan kedaerah yang lebih rendah. Pada tahun 1958, bendung Suwatu dilakukan uji alir air bendung, sesuai dengan rencana aliran air sampai ke kelurahan paling jauh yaitu Kelurahan Pengkol sekaligus uji saluran buang yang dialirkan ke sungai Bengawan Solo. Dalam perencanaan pembangunan, air akan dialirkan untuk kebutuhan pertanian dari 3 kelurahan, yaitu Tanon, Suwatu dan 16
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
17
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
73
Pengkol. Saluran irigasi hanya diperuntukkan dari ketiga daerah yang merencanakan pembangunan.18 Setelah Pengerukan dan pembangunan bendung selesai dikerjakan, masyarakat ketiga kelurahan Tanon, Suwatu dan Pengkol mengadakan syukuran. Syukuran diadakan pada pertengahan musim panas tahun 1958. Penyelenggaraan syukuran dilakukan atas suksesnya pembangunan Bendung Suwatu dan telah lulus uji alir. Syukuran diselenggarakan di sekitar Bendung Suwatu agar masyarakat sekitar juga merasakan kebahagiaan. Syukuran berupa penyembelihan satu ekor kerbau dan pentas wayang kulit semalam suntuk. Pementasan wayang digelar dengan lakon “Romo Bendung” oleh dalang “Ki Kabul” dari Desa Tanon.19 Bendung atau daerah irigasi Suwatu pada akhir tahun 1973 mendapat kunjungan dari Dinas PU Kabupaten Sragen. Kunjungan ini bermaksud untuk menjadikan bendungan lebih baik dan dapat digunakan untuk lebih banyak wilayah lagi.20 Pemerintah Sragen merencanakan untuk menjadikan Bendung Suwatu mengaliri dua wilayah. Wilayah Kanan, adalah daerah yang memang sejak awal memiliki Bendung Suwatu yaitu Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon dan Kelurahan Pengkol. Wilayah Kiri adalah wilayah dari Kecamatan Mondokan yaitu Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo yang merupakan wilayah dari Kecamatan Sukodono. Bendung Suwatu kemudian diambil alih oleh Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen untuk kemudian dibangun Bendungan dan pintu pembagi air.
18
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
19
Wawancara dengan Mursidan tanggal 26 Oktober 2014
20
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
74
Pembangunannya oleh pemerintah Kabupaten Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen di bawah pengawasan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo pada tahun 1974.21 Pengerjaan Bendung Suwatu selesai pada awal tahun 1975 dan telah mendapatkan uji coba aliran pada bulan JanuariFebruari tahun 1975. Pada bulan Maret tanggal 25 tahun 1975, bendung ini diresmikan oleh Kepala Dinas P.U. Prov. Dati I Jateng Wilayah Surakarta seksi Sragen yang kebetulan saat itu dijabat oleh Bp. Moengin.22 Menurut penuturan Bapak Edi Widodo, latar belakang pengambilalihan pembangunan Bendung Suwatu dikarenakan Kelurahan Trombol masih kering dan belum memiliki sumber daya air untuk pertanian yang letak wilayahnya hanya berada disebelah kiri Bendung Suwatu. Dari situiasi ini kemudian pemerintah Kab. Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum mengupayakan pembangunan pintu pembagi dan penguatan bendungan air agar kapasitas dari Bendung Suwatu lebih optimal . Pertanian di wilayah Sragen utara Bengawan Solo hanya bergantung pada musim hujan. Sedang saat itu tanaman padi masih memiliki masa tanam yang cukup lama, setelah 6 bulan baru bisa dipanen. Kondisi seperti ini kemudian mendorong pemerintah Kab. Sragen, khususnya Dinas Pekerjaan Umum untuk semakin banyak melakukan langkah pembangunan sarana irigasi pertanian. Langkah yang ditempuh pemerintah Kab. Sragen saat itu adalah dengan banyak
21
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
22
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
75
melakukan survey atas laporan masyarakat terhadap kondisi pertanian di daerah masing-masing.23 Untuk kasus pada Bendung Suwatu proses konsultasi dari masyarakat sekitar Kelurahan Trombol yang melaporkan belum adanya sumber daya air untuk kepentingan pertanian. Sementara letak Kelurahan Trombol Kecamatan Mondokan dekat Bendung Suwatu. Pada saat itu, Bendung Suwatu memang hanya untuk masyarakat Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon dan Kelurahan Pengkol. Karena masyarakat dari ketiga desa tersebutlah yang memiliki sejarah dalam pembangunannya.24 Berdasarkan laporan masyarakat Kelurahan Trombol, kemudian Dinas P.U. mengirimkan tim yang ditugaskan untuk mensurvei daerah di sekitar bangunan Bendung. Dari survei ini ditemukan fakta bahwa memang daerah Kelurahan Trombol merupakan daerah kering yang membutuhkan jaringan irigasi baru
guna
keperluan
pertanian.
Pembangunan
jaringan
irigasi
sangat
memungkinkan bila diambilkan dari Bendung Suwatu. Maka kemudian pada awal tahun „74an, proyek pembangunan bendungan air dan pintu pembagi air, bendung Suwatu resmi dikerjakan.25 Proyek ini bernama "Bendung Gotro". Pemberian nama ini berdasarkan proses pembangunan yang dilakukan bersama antara pemerintah Kab. Sragen dan masyarakat di Kelurahan Tanon, Kelurahan Suwatu, Kelurahan Pengkol, Kelurahan Trombol dan kelurahan Bendo. Bendung Gotro merupakan singkatan 23
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
24
Wawancara dengan Sardju tanggal 9 Maret 2015
25
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
76
dari bendung gotong royong, pembangunan oleh pemerintah Kab. Sragen bersama masyarakat kelima Kelurahan tersebut .26 Pembangunan ini terlebih dahulu melewati proses musyawarah mufakat. Menurut keterangan Bp. Edi
Widodo, musyawarah ini
adalah untuk
membicarakan pengelolaan Bendung Suwatu. Selama ini, pengelola Bendung Suwatu adalah perwakilan dari masyarakat Kelurahan Tanon, Keluahan Suwatu dan Kelurahan Pengkol. Tokoh-tokoh masyarakat dari masing-masing kelurahan yang terlewati oleh jalur air dari sungai Kedung Dowo. Tokoh masyarakat yang harus menyatakan kesetujuanya adalah ketiga Lurah. Dari desa Tanon Pawiro Sumarto, dari desa Suwatu Atmo Sukarto dan dari desa Pengkol Gito Wiyono. Tokoh ini yang menjadi penggerak pembangunan Bendung Suwatu.27 Pertemuan ini difasilitasi oleh pemerintah dengan mempertemukan tokoh masyarakat dari Kelurahan Tanon, Suwatu, Pengkol, Trombol, dan Bendo. Agenda dalam pertemuan itu adalah membahas persetujuan masing-masing Kelurahan terutama dari desa yang telah memiliki Bendung Suwatu terlebih dahulu yaitu Suwatu, Tanon dan Pengkol. Setelah mendapat persetujuan dari tiga desa tersebut, selanjutnya diadakan pembahasan pelaksanaan pengerukan tanah untuk dijadikan sungai dan pembebasan tanah. Proses ini dilaksanakan agar tidak terjadi kendala saat proses pengerjaan, baik bagi masyarakat maupun pemerintah saat pengerjaan proyek.28
26
Wawancara dengan Wagiman tanggal 25 Oktober 2014
27
Wawancara dengan Sardju tanggal 9 Maret 2015
28
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
77
Hasil musyawarah dari tokoh-tokoh masyarakat diatas menghasilkan kesepakatan dalam proses pengerjaan proyek. Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat sekitar dalam pengerukan sungai. Pemerintah sebagai penyelenggara proyek dan masyarakat menyediakan tenaga pekerja proyek. Tenaga proyek diambil dari masyarakat ke-tiga kelurahan. Kelurahan tersebut adalah Suwatu, Tanon dan Pengkol sebagai pekerja saluran buang menuju Bengawan Solo, sedang masyarakat Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo mengerjakan “saluran kiri”. Masing-masing masyarakat mengerjakan pembangunan di wilayahnya. Setelah itu, pemerintah melakukan seleksi terhadap calon-calon tenaga. Tenaga yang terpilih menjadi pekerja tetap dalam proyek pembangunan. Proses pengerjaan dibantu pula oleh masyarakat dengan sistem kerja bakti. Kerja bakti dilaksanakan berdasarkan daerah yang dilewati proyek. Tenaga kerja bakti diambilkan dari masyarakat dearah sekitar itu.29 Pembangunan bendung diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Kab. Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum dengan melibatkan profesional di dalamnya. Pengerjaan bangun bendungan penampung air memakan waktu sekitar 6 bulan. Pengerjaannya meliputi bangun utama dan saluran pembagi air, baik yang menuju saluran Bendung Suwatu saluran kanan maupun Bendung Suwatu saluran kiri. Dikerjakan pula pemasangan pintu kuras pada bangun utama. Pintu pembagi air di kedua sisi bendung utama yang berfungsi mengatur air untuk wilayah saluran kanan dan saluran kiri Bendung Suwatu30.
29
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
30
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
78
Di bawah ini merupakan gambar situasi dari Bendung Suwatu saluran kanan dan Bendung Suwatu saluran kiri.
Gambar. 3 Situasi dari Bendung Suwatu Saluran Kanan 1981-1982 Sumber: Inventarisasi Tanah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen.
79
Gambar. 4 Situasi dari Bendung Suwatu Saluran Kanan 1981-1982 Sumber: Inventarisasi Tanah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen. Kesepakatan selanjutnya adalah mengenai pembebasan lahan. Proses pembebasan lahan dilakukan dengan menjalin komunikasi kepada masyarakat yang terdampak proyek pembangunan saluran. Komunikasi ini dilakukan di kantor kelurahan masing-masing desa, Suwatu, Pengkol Trombol dan Bendo. Untuk Kelurahan Tanon tidak ada tanah dari masyarakatnya yang terdampak, sehingga tidak ada komunikasi pembebasan lahan. Menurut penuturan Bp. Isban, masyarakat diberi pengertian berupa kewajiban mengabdikan diri kepada negara. Negara membutuhkan rakyatnya untuk bisa menjadi kuat. Selain wujud
80
pengabdian kepada negara, perbuatan ini (memberikan tanah kepada negara) merupakan wujud amal jariyah yang pahalanya tidak terputus bahkan setelah anda sekalian meninggal dunia.31 Komunikasi pengabdian kepada negara dan agama yang dilakukan oleh jajaran pemerintah Kab. Sragen ini, terbukti mampu mengkondisikan masyarakat kedalam sikap yang penuh penghayatan akan makna pengabdian. Melalui komunikasi yang dibangun dengan baik antara pemerintah Kab. Sragen dengan masyarakat pada proyek pembangunan Bendung Suwatu maka pengerjaan proyek dapat berjalan dengan baik. Dalam komunikasi yang berlangsung itu, disepakati pula bahwa pemerintah Kab. Sragen akan memberikan ganti rugi sebesar Rp. 200,./m2 untuk setiap tanah yang masuk dalam pembangunan saluran Bendung Suwatu. Dengan demikian, masyarakat yang memiliki tanah untuk pembangunan saluran air tidak merasa dirugikan.32 Tanah lahan kemudian dikeruk untuk dijadikan sungai. Tanah-tanah yang kemudian berada di jalur sungai, dibeli pemerintah untuk kemudian dijadikan sungai. Pembebasan tanah ini, berlangsung cukup baik antara pemerintah dan masyarakat karena telah terbangun kesadaran bersama akan arti pentingnya bangunan bendung Bendung Suwatu untuk kemaslahatan hidup bersama. Kesadaran akan pentingnya saluran irigasi untuk pertanian. Bahwa saluran ini akan digunakan oleh masyarakat banyak dan turun tenurun akan menjadi penopang kegiatan pertanian.33 Di bawah ini merupakan nama-nama penduduk
31
Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015
32
Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015
33
Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015
81
yang dibebaskan tanahnya oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan Bendung Suwatu. Tabel 14 Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu, Kelurahan Trombol, Kecamatan Mondokan Macam Tanah Luas/ M2
No.
Nama Pemilik
Alamat
1
Loso al Kasmuri
2
Kasan Munangin Kadisono Sawah
1365,02
3
Dulsirin
Pondok
Sawah
496,80
4
Sarikun
Pondok
Sawah
261,60
5
Sumardi
Pondok
Sawah
912,08
6
Sumbudi
Pondok
Sawah
1460,11
Pondok
Sawah
292,50
Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975
Tabel 15 Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu, Kelurahan Tanon, Kecamatan Tanon No
Nama Pemilik
Alamat Macam Tanah Luas/ M2
1
Kasan Munangin Suwatu
Pekarangan
414,37
2
Isban/salinem
Pekarangan
135,40
Suwatu
Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975.
82
Tabel 16 Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu, Kelurahan Bendo, Kecamatan Sukodono No
Nama Pemilik
Alamat
Macam Tanah Luas/M2
1
Dwijidimedjo
Mayah
Sawah
1.711,02
2
Sukamto/Atmo
Mayah
Sawah
3.228,75
3
Wiryosurono
Sampang
Sawah
3.548,76
4
Siti pariyatun
Ngablak
Sawah
45,.
5
Kartosetu
Ganggangan Sawah
2.500,75
6
Sabarsu jarwo
Ngablak
Sawah
2.500
7
Ibu Mordjo
Mayah
Sawah
2.435.
8
Maridjo
Ganggangan Sawah
32,30
9
Dirjodimedjo
Mayah
Sawah
288,61
10
Marsono
Mayah
Sawah
3.341,60
11
Wiryokarsono
Mayah
Sawah
85,80
12
Martoredjo/Rebo
Ngablak
Sawah
230,51
13
Djoyosumarno/Marno Ganggangan Sawah
1.455,40
14
Wiryosuwito
Ganggangan Sawah
1.455,40
15
Partodikromo
Ganggangan Sawah
78,75
16
Supadmi/Sarwanto
Ganggangan Sawah
263,29
17
Kartosentono
Ganggangan Sawah
620,20
18
Tugiyo
Mantup
Sawah
56,10
19
Djoyorebin
Mayah
Sawah
1.112,50
83
20
Narto/B.Suminem
Mayah
Pekarangan
54
21
Djojorebin
Mayah
Pekarangan
576
22
Martotaruno
Mayah
Pekarangan
259,87
23
Parmin
Mayah
Pekarangan
88
24
Darno/Sapar
Mayah
Pekarangan
84
25
Samingun/Sodinomo
Mayah
Pekarangan
1215
26
Kartono
Mayah
Pekarangan
233,60
27
Tjiptowidodo
Mayah
Pekarangan
243
Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975. Dengan demikian, Bendung Suwatu dapat diselesaikan pengerjaanya. Bendung Suwatu, menjadi penopang kegiatan pertanian di wilayah Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon, Kelurahan Pengkol dan pada perkembangannya diperluas ke wilayah Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo. Dari data diatas, maka dapat menjadi sebuah contoh model perubahan sistem pertanian pada daerah kering.
C. Pemeliharaan Sistem Irigasi Waduk Ketro Tahun 1980an 1. Gambaran Umum Waduk Ketro Kali Ketro seperti sungai-sungai lainnya di pulau Jawa, pada musim kemarau debit air yang mengalir kecil sedangkan pada musim penghujan air melimpah. Dengan kondisi demikian, diperlukan sebuah perencanaan yang baik dalam pengelolaan potensi sumber daya airnya. Pengelolaan disesuaikan dengan potensi yang ada, sehingga pemanfaatannya bisa maksimal. Pemanfaatan tersebut dapat berupa bangunan pengairan. Pada ruas Kali Ketro tersebut terdapat
84
bendungan Ketro yang berfungsi untuk pengairan dan perikanan darat, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bendungan Ketro tersebut dibangun pada zaman kependudukan Belanda. Pembangunan masa itu merupakan pembangunan pengairan dengan perluasan jaringan irigasi yang berguna untuk menyeimbangkan pemanfaatan air, melindungi areal produksi, menghindari kerusakan akibat banjir dan kekeringan, serta mendukung pemanfaatan areal pertanian dan perikanan bagi masyarakat.34 Perjalanan waktu yang terjadi pada waduk ketro sejak dibangun pada zaman kependudukan Belanda sampai tahun „70an adalah rentang waktu yang cukup lama. Perubahan yang terjadi tentu saja tidak menguntungkan antara bagi perkembangaan dunia pertanian di sekitar Waduk Ketro. Potensi sumber air dan kebutuhan air tidak lagi bisa dicukupi seperti diawal pembangunan. Waktu yang cukup panjang tanpa pemeliharaan yang cukup, mendorong terjadinya perubahan kondisi fisik daerah pengaliran sungai. Kemampuan waduk yang semakin menurun akibat pengelolaan yang buruk. Banyak dari badan bangunan bendung rusak dan kebocoran yang terjadi di banyak titik dari bangunan bendungan mengakibatkan banyak terjadi rembesan. Kondisi ini menyebabkan potensi sumber air dan kapasitas penampunganya semakin menurun. Sedangkan pada sisi yang lain, kebutuhan air semakin meningkat dengan pesat. Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan pola hidup masyarakat mendorong semakin banyaknya kebutuhan air pertanian untuk menjamin kelangsungan pertanian dan pertahanan pangan. 34
Surono, Tunggul H.N, “Evaluasi Waduk Dan Perencanaan Bendungan Ketro Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah”, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Ekstensi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, 2005, Halaman 1.
85
Memelihara berfungsinya sumber daya air, maka perlu adanya langkahlangkah perbaikan oleh pemerintah. Selain itu peran aktif masyarakat baik secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah, merupakan sebuah usaha bersama yang harus dilakukan. Di samping itu, pengelolaan sumber air yang tidak benar kadang-kadang dapat mengakibatkan bencana dan kekeringan.35 2. Perbaikan Kondisi Fisik Waduk Ketro Fungsi utama sebagai penyedia kebutuhan air pertanian, waduk Ketro tidak mampu untuk menyediakan. Kebutuhan petani dan masyarakat tidak akan dapat dicapai untuk kepentingan peningkatan pangan di masa selanjutnya, apalagi kebutuhan pangan masyarakat terus meningkat. Waduk Ketro tidak maksimal dalam peran dan fungsinya, sehingga harus diperbaiki guna mendapatkan fungsi maksimal dari waduk Ketro. Masalah yang terjadi pada bendungan dalam masa sampai tahun 1970an di bendungan Ketro adalah : a. Adanya sedimen yang tinggi berupa pasir pada bendungan. b. Terjadinya rembesan di tubuh bendungan. c. Selama kurun waktu ±40 tahun masa operasional bendungan, sudah terjadi perubahan tata guna lahan baik di hulu waduk maupun di lingkungan waduk itu sendiri. Pada program Repelita I dan II seperti pada pembahasan sebelumnya, fokus Pemerintah Soeharta adalah pembangunan kesejahteraan masyarakat,
35
Ibid.
86
dengan meningkatkan produksi bidang pertanian.36 Tiga agenda besar pemerintah pada sektor ini adalah pencetakan sawah baru, pembentukan jaringan irigasi baru, dan juga perawatan jaringan irigasi lama. Pada kasus di Waduk Ketro, maka agenda pemerintah melalui program Repelita demi mensejahterakan rakyat adalah perawatan jaringan irigasi lama. Proyek pembangunan kembali Waduk Ketro kemudian dimulai pada tahun 1975. Re-konstruksi Waduk Ketro dalam pengawasan dari Balai PSDA Bengawan Solo yang berada langsung dalam pengawasan Dinas PSDA Jawa Tengah. Pembangunan kurang lebih berjalan selama 9 tahun, yaitu dari 1975-1984. Pembangunan meliputi re-kontruksi pintu-pintu air dan memperbaiki badan bendung yang rusak. Pengerukan sedimen-sedimen yang berada di dasar waduk. Sedimen-sedimen ini dikeruk agar penyimpanan air dapat optimal. Dengan mengatasi masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang timbul pada proses pemanfaatan debit air khususnya di bendungan Ketro untuk sarana irigasi diminimalisir. 3. Data Topografi Waduk Ketro Waduk Ketro terletak di Desa Ketro, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Bendungan ini termasuk daerah pengaliran sungai Ketro yang hulunya
36
Adapun sasaran pembangunan jang hendak ditjapai sangatlah sederhana, jaitu: pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan Rakjat, perluasaan lapangan pekerdjaan dan kesedjahteraan rochani. Dalam melaksanakan pembangunan ini maka titik beratnja dipusatkan pada bidang pertanian. Dengan demikian medan-djuang jang dipilih adalah medan pertanian. Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana Pembangunan Lima Tahun, Departemen Penerangan R.I. halaman, 15. Data bersumber pada http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8438/1709/. Diakses pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.30 WIB.
87
terdapat di Bengawan Solo. Panjang sungai Ketro hingga bendungan Ketro kurang lebih 5 km dengan kemiringan dasar sungai kurang lebih 0,0125. Daerah yang akan direncanakan bangunan air merupakan daerah pertanian dengan kondisi medan datar.37 4. Data Teknis Bendungan Ketro Data-data teknis Waduk Ketro : a. Umum - Nama bendungan
: Ketro
- Lokasi desa/Kecamatan
: Ketro/Tanon
- Nama sungai
: Ketro
- Manfaat
: DO 557,5 ha
b. Hidrologi - Catchment Area
: 5 km2
- Curah hujan tahunan
: 2500 mm/thn
c. Waduk Elevasi dan luas muka air (MA) waduk : - MA banjir
: EL + 100 m, Luas genangan: 110 ha
- MA normal
: EL + 99 m, Luas genangan: 81.60 ha
- MA minimum
: EL + 92,1 m, Luas genangan: 8.00 ha
d. Volume Waduk
37
- MA banjir
: 3.77 juta m3
- MA normal
: 2.80 juta m3
- Volume mati
: 0,10 juta m3
Wawancara dengan Bapak Hartono pada tanggal 14 Maret 2015
88
- Volume efektif
: 2.70 juta m3
e. Bendungan - Tipe
: Komposit pasangan batu dan urugan tanah
- Tinggi di atas dasar sungai : 11 m - Tinggi di atas galian
: 15 m
- Panjang puncak
: 1200 m
- Lebar puncak
:3m
- Elevasi puncak
: EL + 102 m dpl
f. Pelimpah - Tipe
: “Ogee” tanpa pintu
- Kapasitas
: 22 m3/detik
- Elevasi mercu
: El + 99 m.dpl
- Panjang mercu bersih : 11 m g. Bangunan Pengeluaran untuk Irigasi - Tipe
: Konduit
- Bentuk
: Lingkaran
- Garis tengah
: 1,20 m
- Jumlah
: 1 buah
- Panjang
: 35 m
- Tipe alat operasi
: Pintu sorong (type romiyn)
- Kapasitas
: 0,612 m3/detik38
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat melalui kebijkakan yang kemudian dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan langkah nyata dalam
38
Data teknis waduk ketro. Balai PSDA Bengawan Solo.
89
peningkatan kesejahteraan masyarakat memalui pertanian. Pembangunan sektor pertanian merupakan pembangunan yang efektif dan efisien mengingat potensi yang ada di Indonesia khusus di pulau Jawa. Dengan mengenali potensi pertanian dan melakukan pembangunan berdasarkan potensi tanah tersebut menjadi kunci pembangunan
kesejahteraan
pemerintahan Presiden Soeharto.
masyarakat
yang
dilakukan
pada
zaman