BAB III RANCANG BANGUN WMN
3.1
Perancangan Testbed WMN Langkah pertama untuk merancang Testbed WMN adalah menentukan
langkah-langkah yang akan di gunakan dalam membangun testbed yang dibutuhkan. Berikut langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan membangun Testbed WMN dalam skripsi ini: •
Menentukan topologi Pada langkah ini akan dilakukan pemilihan kerangka bentuk topologi global yang cocok dan digunakan untuk jaringan Testbed WMN serta menentukan skenario pengujian sehingga dapat memenuhi tujuan dan harapan dari penulisan skripsi ini.
•
Menentukan lokasi Menentukan lokasi dengan di sesuaikan bentuk topologi jaringan testbed.
•
Menentukan perangkat keras Pada langkah ini akan di tentukan spesifikasi dari perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipakai pada testbed.
•
Melakukan Konfigurasi dan Instalasi Melakukan instalasi perangkat dan konfigurasi jaringan seperti WDS, IP Address, HWMP+, DHCP-Server dan network monitoring tools untuk melakukan monitoring jaringan Testbed WMN.
3.2
Membangun Jaringan Testbed Wireless Mesh Seperti yang sudah di uraikan di tahap perancangan jaringan testbed
WMN, di tahap ini adalah merealisasikan langkah-langkah tersebut.
39
3.2.1. Menentukan Topolagi Sesuai dengan tujuan dalam skripsi ini, yaitu melakukan pengujian performa protokol HWMP+ dengan mode reaktif dan proaktif yang digunakan pada jaringan backbone, maka topologi yang akan di bangun pada jaringan testbed akan menggunakan topologi partial mesh karena tipe topologi ini memang sangat cocok jika di diimplementasikan untuk jaringan backbone karena merupakan jaringan vital yang sangat bergantung pada redundansi untuk menjaga layanan bisa berjalan secara nonstop dan topologi ini sering digunakan oleh ISP. Pada jaringan tesbed ini memiliki topologi physical dan logic. Topologi Physical terdiri 5 buah Mesh Acces Point (MAP) dan 2 buah Mesh Client (MC). Tiap MAP mempunyai dua link yang terhubung dengan dua MAP lain, Mesh Client A terhubung menggunakan media nirkabel ke MAP2 dan Mesh Client B terhubung dengan media nirkabel ke MAP 5. Adapun bentuk topologi Physical testbed ada pada gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Topologi Physical Testbed WMN
40
Selain topologi Physical MWN yang akan di bangun juga mempunyai topologi Logical lihat Gambar 3.2 yaitu: Router GW dan PRTG terhubung langsung dengan MAP1 menggunakan media kabel, tiap-tiap MAP mempunyai dua link yang terhubung dengan dua MAP lain, Mesh Client A dan B mendapatkan IP-DHPC dari Router GW. Mesh Client A terhubung dengan media nirkabel ke MAP2 dan Mesh Client B juga terhubung dengan media nirkabel ke MAP 5.
Gambar 3. 2 Topologi Logical Testbed WMN
Dengan bentuk topologi seperti gambar 3.1 dan 3.2 di nilai sudah sesuai dengan harapan dan tujuan pembangunan testbed yaitu: untuk melakukan testing unjuk
kerja
perbandingan
jaringan
WMN
dengan
arsitektur
HWMP+
menggunakan mode Proactive dan Reactive serta menganalisa proses hand-off dari MAP ketika mesh client bergerak dan berpindah MAP.
41
3.2.2. Lokasi Testbed Lokasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
menentukan
dalam
pembangunan testbed WMN. Dalam hal ini adalah penempatan MAP sebagai infrastruktur dari WMN. Lokasi penempatan MAP diambil dengan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Setting semua MAP dengan maksimal TX Power:5dbi, setting SSID, Frekwensi yang berbeda di tiap-tiap MAP. 2. Kemudian pasang dan aktifkan MAP di tiap pojok ruang •
MAP1 di ruang engineer
•
MAP2 di ruang tunggu tamu
•
MAP3 di ruang inventory
•
MAP4 di ruang meeting besar
•
MAP5 di ruang meeting kecil
kemudian menghubungkan laptop ke MAP1 dan berjalan menjauh dari posisi MAP1 untuk memonitor kualitas link dan jangkauan terjauh dari MAP1. Hal serupa juga di lakukan pada MAP2, MAP3, MAP4 dan MAP5. 3. Setelah mendapatkan titik yang paling optimal dan titik terburuk langkah selanjutnya adalah menggeser MAP ke titik yang paling optimal di tiaptiap sel pada MAP. Catatan: pastikan proses test dilakukan dengan memasukkan faktor yang paling buruk yaitu dengan menutup semua pintu dari tiap-tiap ruangan.
Setelah melakukan ke-3 langkah di atas di peroleh beberapa overlap antar MAP sebagai berikut: 1. MAP1 overlap terhadap MAP2, MAP3 dan MAP5 2. MAP2 overlap terhadap MAP4, MAP1 dan MAP3 3. MAP3 overlap terhadap MAP1dan MAP5 4. MAP4 overlap terhadap MAP2 dan MAP5 5. MAP5 overlap terhadap MAP1, MAP2, MAP3 dan MAP5.
42
Gambar 3. 3 Denah lokasi dan Posisi penempatan MAP
3.2.3. Skenario Pengujian testbed WMN Dari jaringan testbed yang dibangun akan diberikan beberapa skenario pengujian. Skenario tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran dari kinerja testbed WMN yang telah di bangun. Skenario pengujian tersebut antara lain: 1. Pengujian untuk melihat perbandingan kinerja mode reactive dan proactive terhadap penentuan best path yang berpengaruh terhadap throughput dan latency pada tiap-tiap MAP dari jaringan WMN multi-hop. 2. Pengujian untuk mendapatkan nilai jitter pada proses hand-off ketika mesh client bergerak dan berpindah MAP. 3.2.3.1.Pengujian Mode REACTIVE Skenario pengujian mode Reactive bertujuan untuk mendapatkan data waktu latency pada tiap-tiap MAP, throughput dan lama waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman data. Skenario ini dilakukan dengan menggunakan topologi yang sudah di bangun tanpa mengaktifkan mesh portal pada MAP1. Skenario pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti aplikasi FileZilla, aplikasi monitoring PRTG, selain itu pengujian dilakukan dalam kondisi yang berbeda-beda untuk melihat performa jaringan dalam berbagai kondisi
43
tersebut. Adapun gambaran skenario pengujian mode reactive pada wireless mesh network ini dapat dilihat pada gambar 3.4
Gambar 3. 4 Skenario Pengujian Mode Reactive Pengujian dilakukan dengan durasi 2 jam dimana waktu tersebut dibagibagi lagi menjadi dua bagian dimana satu jam pertama beban yang diberikan pada jaringan tidak terlalu besar seperti ping, bagian kedua selama satu jam berikutnya jaringan diberikan beban dengan cara melakukan upload data dari MC-A ke MCB sebesar 3GB. Hasil lengkap pengujian latency berdasarkan pembacaan PRTG yang dapat dilihat pada lampiran 1a dan 1b, sedangkan pembacaan trafik pada masing-masing MAP oleh PRTG dapat dilihat pada lampiran 1c. dan pembacaan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman data sebesar 3GB dihasilkan oleh FileZilla yang dapat dilihat pada lampiran 1d. Skenario input data pada pengujian mode reactive dapat dilihat pada tabel 3.1.
Untuk melakukan pengujian mode reactive dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mesh Client A dan B mendapatkan IP DHCP dari Router 2) Aplikasi PRTG melakukan ping dan menangkap SNMP Trafik pada semua MAP. 3) Mesh Client A dan B mengaktifkan aplikasi FileZilla 4) Mesh Client A mengirimkan data sebesar 3GB ke Mesh Client B
44
5) Lama pengiriman data ini akan di gunakan untuk menghitung throughput dan latency pada masing-masing MAP. 3.2.3.2.Pengujian Mode PROACTIVE Skenario pengujian mode Proactive bertujuan untuk mendapatkan data waktu latency pada tiap-tiap MAP, throughput dan lama waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman data. Skenario ini dilakukan dengan menggunakan topologi yang sudah di bangun dengan mengaktifkan mesh portal pada MAP1. Skenario pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti aplikasi FileZilla, aplikasi monitoring PRTG, selain itu pengujian dilakukan dalam kondisi yang berbeda-beda untuk melihat performa jaringan dalam berbagai kondisi tersebut. Adapun gambaran skenario pengujian mode Proactive pada wireless mesh network iini dapat dilihat pada gambar 3.5
Gambar 3. 5 Skenario pengujian mode proactive
Pengujian dilakukan dengan durasi 2 jam dimana waktu tersebut dibagibagi lagi menjadi dua bagian dimana satu jam pertama beban yang diberikan pada jaringan tidak terlalu besar seperti ping, bagian kedua selama satu jam berikutnya jaringan diberikan beban dengan cara melakukan upload data dari MC-A ke MCB sebesar 3GB. Hasil lengkap pengujian latency berdasarkan pembacaan PRTG yang dapat dilihat pada lampiran 2a dan 2b, sedangkan pembacaan trafik pada masing-masing MAP oleh PRTG dapat dilihat pada lampiran 2c. dan pembacaan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman data sebesar 3GB dihasilkan 45
oleh FileZilla yang dapat dilihat pada lampiran 2d. Skenario input data pada pengujian mode reactive dapat dilihat pada tabel 3.1. Untuk melakukan pengujian mode proactive dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengaktifkan Mesh Portal pada MAP1 2) Mesh Client A dan B mendapatkan IP DHCP dari Router 3) Aplikasi PRTG melakukan ping dan menangkap SNMP Trafik pada semua MAP. 4) Mesh Client A dan B mengaktifkan aplikasi File Zilla 5) Mesh Client A mengirimkan data (upload) sebesar 3GB ke Mesh Client B 6) Lama pengiriman data ini akan di gunakan untuk menghitung throughput dan latency, trafik pada masing-masing MAP. Tabel 3. 1 Skenario input data mode reactive dan proactive M AP2
AP1
M AP3
M AP4
M AP5
M
Non aplikasi (Latency /ms) Aplikasi (Latency /ms) Average Traffic Total (Mbps)
3.2.3.3.Pengujian Multi Hop Skenario ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja system multi-hop pada WMN. adapun parameter-parameter yang akan diamati adalah throughput dari system multi-hop. Pengujian tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan antara lain pengujian dengan 1 hop, pengujian dengan 2 hop, pengujian dengan 3 hop, pengujian dengan 4 hop dan pengujian dengan 5 hop. Pada setiap pengujian multi-hop ini hanya MAP yang digunakan saja yang akan di aktifkan. Misal pada pengujian 1 hop maka hanya MAP 1 saja yang akan di aktifkan. Gambaran dari skenario ini dapat dilihat pada Gambar 3.6
46
Gambar 3. 6 Skenario Pengujian Multi-hop Pengamatan throughput pada pengujian system multi-hop dilakukan dengan mengaktifkan aplikasi FileZilla untuk melakukan transfer data sebesar 500MB dari Mesh Client A ke Mesh Client B. Pengujian dilakukan secara berulang-berulang dari 1-Hop sampai 5-Hop. Pembacaan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman data sebesar 500MB dihasilkan oleh FileZilla yang dapat dilihat pada lampiran 3. Skenario input data pada pengujian system multihop dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2 skenario input data system multi-hop Hop1
Hop2
Hop3
Hop4
Hop5
Throughput (Mbps) 3.2.3.4.Pengujian Hand Off pada Mesh Client Bergerak Skenario pengujian Handoff
pada mesh client bergerak ini bertujuan
untuk mencatat nilai jitter pada saat Mesh Client berpindah dari MAP satu ke MAP yang lain. Dengan skenario Mesh client A bersifat statis (tidak bergerak) dan terhubung ke MAP1 menggunakan media nirkabel. Sedangkan Mobile client B bersifat mobile (bergerak) dan berpindah pindah dari MAP1 ke MAP2 ke 47
MAP4 ke MAP5 ke MAP3 dan kembali ke MAP1. Pada percobaan ini dilakukan selama 24 menit pada rentang waktu pkl. 12:56:00 PM - 1:20:00 PM. Hasil lengkap waktu perpindahan pada pengujian hand-off berdasarkan pembacaan pada Mikrotik SysLog yang dapat di lihat pada lampiran 4. Skenario pengujian handoff dapat di lihat pada Gambar 3.7 dan Skenario input data pada pengujian system multi-hop dapat dilihat pada tabel 3.3
Gambar 3. 7 Skenario perpindahan mesh client Untuk melakukan pengujian handoff pada Mesh Client dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mesh Client A dan B mendapat IP DHCP dari router yang terhubung ke MAP1 dengan media kabel. 2. Mesh Client A bersifat statis (tidak bergerak) dan terhubung ke MAP1 menggunakan media nirkabel. 3. Mesh Client A mengaktifkan aplikasi Mikrotik SysLog untuk menangkap waktu perpindahan. 4. PRTG melakukan ping terus menerus ke Mesh Client B 5. Mesh Client B bersifat mobile (bergerak) 48
6. Percobaan dilakukan satu kali, Perpindahan dilakukan lima kali dimulai dari MAP1, MAP2, MAP4, MAP5 dan MAP3.
Tabel 3. 3 Skenario input data handoff Menit KeDelay (/ms)
3.3
1
2
4
5
6
Spesifikasi Perangkat
3.3.1. Spesifikasi Hardware Sesuai dengan rancangan topologi di atas untuk membangun sebuah
jaringan testbed dibutuhkan 5 buat MAP, satu buah router dan 2 buah mesh client. 3.3.1.1.Spesifikasi Hardware MAP MAP yang akan digunakan untuk membangun jaringan testbed adalah RouterBoard (RB) 751u-2HnD seperti terlihat pada gambar 3.8a dan 3.8b
Gambar 3.8 RouterBoard 751u-2HnD
RB751U-2HnD adalah sebuah wireless AP SOHO dengan system operasi Mikrotik RouterOS, mempunyai 5 buah Ethernet, Ethernet, satu USB2.0 dan card wireless dengan power besar mendukung 802.11b/g/n beserta antenna di dalamnya. Selain
itu RB751U-2HnD juga menyediakan external konektor MMCX jika ingin 49
mengganti antenna bawaan dengan antenna external. RB751U-2HnD didesain dengan bentuk yang kecil dan terlihat bagus baik di gunakan dalam rumah ataupun kantor. Berikut spesifikasi detail RB751U-2HnD yang akan digunakan untuk keperluan testbed WMN
• • • • • • • • • • • • • • • •
Features: RB751U-2HnD (USB, 2GHz, 802.11n, dual chain) CPU: Atheros AR7241 400MHz CPU Memory: 32MB DDR SDRAM onboard memory Data storage: 64MB onboard NAND storage chip Ethernet: Five independent 10/100 Ethernet ports LEDs: Power, NAND activity, 5 Ethernet LEDs, wireless activity LED Power options: PoE: 8-30V DC on Ether1. Jack: 8-30V DC Dimensions: 113x138x29mm. Weight without packaging and cables: 230g Power consumption: Up to 10W Operating Temp: -20C .. +50C Operating System: MikroTikRouterOS, Level4 license Package contains: RouterBOARD in a plastic case, power adapter Antennas: 2x2 MIMO PIF antennas, max gain 2.5dBi; external MMCX option RX sensitivity : 802.11g :-96dBm @ 6Mbit/s to-81dBm @ 54Mbit/s 802.11n: –96 dBm @ MCS0 to –78 dBm @ MCS7 TX power: 802.11g: 30dBm @ 6Mbps to 27dBm @ 54 Mbps 802.11n: 30dBm @ MCS0 to 26dBm @ MCS7 Modulations: OFDM: BPSK, QPSK, 16QAM, 64QAM, DSSS: DBPSK, DQPSK, CCK
3.3.1.2.Spesifikasi Hardware Router Hardware router yang akan di gunakan untuk keperluan testbed kali ini adalah sebuah Mikrotik Router Virtual yang di jalankan pada sebuah software Oracle VM VirtualBox yang di install pada sebuah laptop dengan spesifikasi prosesor intel core 2 duo dengan memori 2GB. Berikut spesifikasi detail Mikrotik router Virtual yang akan di fungsikan sebagai router pada jaringan tesbed
• • • •
Processor Memory Data storage Operating System
: Intel Core2 Duo : 64 MB : 512 MB : MikroTik RouterOS v5.20, Level6 license 50
•
: Satu Buah 10/100 Ethernet ports
Ethernet
3.3.1.3.Spesifikasi Hardware Mesh Client Untuk spesifikasi hardware Mesh Client pada jaringan testbed ini tidak
terlalu di tentukan spesifikasi-nya, dikarenakan jaringan mesh ini dapat terintegrasi dengan perangkat apapun asalkan perangkat tersebut dilengkapi dengan wireless card yang mendukung 802.11b/g/n.
3.3.2. Spesifikasi Software Sama seperti spesifikasi hardware, spesifikasi software yang digunakan
pada jaringan testbed dibagi sesuai dengan kebutuhan pada MAP, Router dan Mesh client.
3.3.2.1 Spesifikasi Software MAP
Gambar 3.9 LisensiRB751U-2HnD
Spesifikasi software yang digunakan pada MAP adalah menyangkut penggunaan Lisensi yang ada pada MAP tersebut. Untuk keperluan jaringan testbed wireless mesh dibutuhkan Lisensi Mikrotik RouterOS minimal Level 4.
Seperti terlihat pada Gambar 3.9 pada MAPRB751U-2HnD sudah menggunakan
51
lisensi mikrotik routerOS Level 4 sehingga tidak dibutuhkan upgrade lisensi ataupun modifikasi lain guna memenuhi kebutuhan dalam membangun jaringan
testbed wireless mesh.
3.3.2.2 Spesifikasi Software Router Sama seperti pada MAP spesifikasi software yang difokuskan disini adalah lisensi yang digunakan. Untuk kebutuhan router minimal dibutuhkan
lisensi level 4 s/d 6, dimana level 6 ini adalah level tertinggi pada Mikrotik router Os. Lisensi router dapat dilihat di gambar 3.10
Gambar 3. 10 Liseni Mesh Router
3.3.2.3 Spesifikasi Software Mesh client Untuk Mesh Client tidak ada spesifikasi khusus dalam pemilihan software untuk digunakan. Semua system seperti windows, Linux, android dan sebagainya dapat digunakan selama kompatibel untuk penggunaan jaringan baik nirkabel
maupun wired.
52
3.4
Konfigurasi WMN Setelah menentukan topologi, lokasi dan penentuan spesifikasi hardware
dan software tahap berikutnya adalah mengkonfigurasi jaringan agar dapat beroperasi sesuai dengan ketentuan HWMP+ dengan mode proactive dan reactive adalah sebagai berikut ini: a) Pengalamatkan IP Address Memberikan pengalamatan pada setiap MAP, mesh client, router dan Monitoring sistem. b) Konfigurasi interface Wireless Konfigurasi interface wireless di setiap MAP disini adalah penentuan mode, band, channel, SSID dan WDS Mode sehingga dapat terhubung dengan baik antar satu sama lain. c) Konfigurasi Mesh Konfigurasi Mesh pada MAP yang dimaksud adalah menambahkan interface mesh, menambahkan mesh port.
3.4.1 IP Address Seperti terlihat di tabel 3.4. Pada WMN konfigurasi IP Address pada MAP hanya berfungi sebagai monitoring dan mengelola node tersebut jika dibutuhkan perubahan konfigurasi. Berbeda dengan IP pada Mesh Client yang digunakan untuk menghubungkan dengan device lain dalam satu jaringan maupun di luar jaringan mesh Tabel 3. 4 Pengalamatan IP address NO
NAMA
IP ADD
NETMASK
GATEWAY
INTERFACE
TYPE
1
MAP1
10.0.0.1
255.255.255.240
MESH
STATIK
2
MAP2
10.0.0.2
255.255.255.240
MESH
STATIK
3
MAP3
10.0.0.3
255.255.255.240
MESH
STATIK
4
MAP4
10.0.0.4
255.255.255.240
MESH
STATIK
5
MAP5
10.0.0.5
255.255.255.240
MESH
STATIK
6
PRTG
10.0.0.7
244.255.255.340
10.0.0.14
Eth0
STATIK
7
MESH CLIENT A
10.0.0.10
255.255.255.240
10.0.0.14
Wireless LAN
DHCP-CLIENT
8
MESH CLIENT B
10.0.0.12
255.255.255.240
10.0.0.14
Wireless LAN
GATEWAY
10.0.0.14
255.255.255.240
DHCP-CLIENT DHCPSERVER
9
Ether1
53
3.4.2 Konfigurasi Interface Wireless Untuk konfigurasi interface wireless pada tiap-tiap MAP menggunakan konfigurasi yang sama baik SSID, Mode, Chanel dan WDS Mode agar dapat saling berhubungan dengan baik. Pada jaringan tesbed ini akan menggunakan WDS Statik, hal ini disesuai dengan topologi yang digunakan yaitu topologi mesh parsial. Berikut konfigurasi interface wireless pada tiap-tiap MAP dapat dilihat pada tabel 3.5 Tabel 3. 5 Konfigurasi Interface Wireless MAP NO
NAMA MAP
MAC ADDRES
MODE
BAND
FREQU ENCY
SSID
RADIO NAME
1
MAP1
00:0C:42:E3:C7:BD
2
MAP2
D4:CA:6D:4C:8D:D7
3
MAP3
D4:CA:6D:27:A7:AF
4
MAP4
D4:CA:6D:7D:0D:CD
MAP4
5
MAP5
D4:CA:6D:52:4D:69
MAP5
WDS
MAP1 MAP2 AP BRIDGE
2GHzB/G/N
2437
MESH
MAP3
STATIC MESH
Tabel 3. 6 Interface WDS NO
NAMA MAP
1
MAP1
2
MAP2
3
MAP3
4
MAP4
5
MAP5
WDS NAME MAP2 MAP3 MAP1 MAP4 MAP1 MAP5 MAP2 MAP5 MAP3 MAP4
MAC ADDRES D4:CA:6D:4C:8D:D7 D4:CA:6D:27:A7:AF 00:0C:42:E3:C7:BD D4:CA:6D:7D:0D:CD 00:0C:42:E3:C7:BD D4:CA:6D:52:4D:69 D4:CA:6D:4C:8D:D7 D4:CA:6D:52:4D:69 D4:CA:6D:27:A7:AF D4:CA:6D:7D:0D:CD
Seperti terlihat pada tabel 3.6. Tahap selanjutnya membuat Interface WDS,. Tiap-tiap MAP mempunyai jumlah interface wds yang berbeda-beda sesuai topologi yang digunakan, interface wds menggambarkan banyaknya link yang dimiliki oleh setiap MAP. Pada jaringan testbed ini tiap MAP memiliki dua buah interface WDS static.
54
3.4.3 Konfigurasi Interface Mesh Tahap selanjutnya adalah menambahkan interface mesh pada tiap-tiap MAP, kemudian menambahkan interface wds ke dalam mesh port. Konfigurasi Interface mesh dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3. 7 Konfigurasi Interface mesh dan Port Mesh NO
NAMA
INTERFACE MESH
MESH PORT ETH1
MAP1
MAP2
MAP3
ѵ
ѵ
ѵ
ѵ
MESH
ѵ
ѵ
MESH
ѵ
1
MAP1
MESH
2
MAP2
3
MAP3
4
MAP4
MESH
5
MAP5
MESH
MAP4
MAP5
ѵ ѵ
ѵ ѵ
ѵ ѵ
ѵ
ѵ
ѵ
3.4.4 Scripting dan Scheduler RouterOs Pada routerOS scrip dibagi menjadi beberapa baris perintah. Baris perintah di eksekusi satu persatu sampai akhir script atau sampai terjadi error. Scripting pada routerOS digunakan untuk mengotomatisasi beberapa tugas dalam pengelolaan routerboard, penggunaan script dibatasi pada beberapa peristiwa yang terjadi. Penggunaan Script dapat disimpan di repository scrip dan dijalankan dengan scheduler, netwatch atau dapat langsung dituliskan di konsol. Dalam skripsi ini script digunakan terbatas untuk memeriksa tabel registrasi pada interface wireless pada tiap-tiap MAP dengan tujuan memeriksa semua mesh client yang terhubung ke MAP dan memutuskan koneksi antara MAP dengan mesh client jika memiliki tingkat CCQ kurang dari 40%. Dengan harapan bahwa mesh client akan mencoba terhubung kembali dengan MAP yang terbaik. scrip ini akan dijalankan secara terus menerus oleh MAP dimulai dari startup dan di ulang setiap 30detik. Script: /interface wireless registration-table :foreach i in=[ /interface wireless registration-table find ap=no] do={ :if ([get $i tx-ccq] < "40") do={ :log warning ([get $i mac-address] . " was disconnected due to low CCQ - Tx: " . [get $i tx-ccq] . "% / Rx: " . [get $i rx-ccq] . "%") /interface wireless registration-table remove $i
55
:delay 5s } } Scheduler: /sys scheduler add name="station-check-schedule" start-time=startup \ interval=30s on-event="/system script run statio-check;" 3.4.5 PRTG Network Monitoring Pada skripsi ini PRTG (Paessler Router Traphic Grahper) yang digunakan adalah versi V13.1.2.1462. PRTG merupakan software monitoring yang digunakan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: •
Mengawasi terhadap koneksi resource-resource pada jaringan
•
Mengawasi dan mengukur penggunaan bandwidth pada device-device jaringan
•
Mengawasi dan mengukur delay pada device-device jaringan.
•
Mencari dan menemukan serta mengakses device-device yang ada pada jaringan
•
Mendeteksi aktifitas yang tidak seharusnya (suspicious and malicious) baik dari user ataupun device yang ada dalam jaringan
•
Mengawasi penggunaan terhadap resource sistem, seperti konsumsi CPU, penggunaan memory, sisa kapasitas drive yang tersedia, dll.
•
mengelompokkan paket-paket yang lewat pada traffic berdasarkan sumber (source) dan tujuan-nya (destination)
56
Gambar 3. 11 PRTG Network Monitoring Seperti terlihat pada gambar 3.11 PRTG Networks monitoring digunakan
sebagai tool untuk monitoring SNMP traffic dan delay pada jaringan testbed yang dibangun.
57