BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH
3.1. Konsep Kemiskinan Kemiskinan adalah isu yang kompleks dan multidimensional, karena banyaknya pendekatan yang dilakukan terhadap kondisi yang disebut miskin, maka banyak definisi tentang kemiskinan. Menurut Bank Dunia (2000), pada umumnya definisi kemiskinan mengacu kepada ide dasar bahwa kemiskinan adalah masalah “kekurangan” dalam “kesejahteraan”. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu situasi dimana suatu standar kehidupan yang “layak” tidak tercapai. Dalam menentukan standar kehidupan yang “layak”, BPS melakukan pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar, dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Dengan pendekatan ini kemudian ditentukan Garis Kemiskinan (yang merupakan gabungan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan non-Makanan), penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan penduduk miskin. Cara penentuan penduduk miskin semacam ini disebut penentuan kemiskinan absolut. Kemiskinan merupakan persoalan mendasar yang dihadapi oleh setiap negara tidak terkecuali Indonesia sehingga penurunan angka kemiskinan merupakan agenda utama dalam rencana pembangunan. Pendapat tentang kemiskinan yang berkembang saat ini sangat tergantung dari sudut pandang dan persepsi masing-masing pengamat, mulai dari pengertian ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar sampai dengan pengertian yang melibatkan berbagai aspek kehidupan manusia (sosial, ekonomi, budaya dan politik). Hasil rumusan konferensi dunia tentang pembangunan sosial (World Summit for Social Development, Copenhagen 1995) menggambarkan bahwa: “Kemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan akses terhadap pendidikan dan layananlayanan pokok lainnya; kondisi tidak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; diskriminasi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 1
dan keterasingan sosial; rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya“. Definisi kemiskinan dapat diterangkan kedalam beberapa terminologi yang didasarkan atas ukuran tertentu seperti: 1.
Kemiskinan relatif yang didasarkan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat pada waktu tertentu.
2.
Kemiskinan absolut, merupakan kemiskinan berdasarkan ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan
pokok
minimum
(sandang,
pangan,
kesehatan,
pendidikan) yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang, nilai kebutuhan minimum ini dikenal dengan garis kemiskinan. 3.
Kemiskinan struktural, merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh struktur atau tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan atau tidak berpihak kepada sekelompok orang. Tatanan ini selanjutnya menghambat/mengurangi akses untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.
4.
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh adat dan budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang/kelompok untuk tetap melekat dengan indikator kemiskinan, sehingga menghalangi seseorang untuk melakukan perubahan-perubahan ketingkat kehidupan yang lebih baik.
5.
Para ahli kemudian mempertajam lagi definisi kemiskinan berdasarkan wilayah administratif yaitu kemiskinan perkotaan (urban poverty) dan kemiskinan pedesaan. Kemiskinan perkotaan mempunyai permasalahan yang kompleks baik dari akar permasalahan maupun implementasi kebijakan.
6.
Bappenas kemudian mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, lingkungan hidup, rasa aman dari dari perlakuan dan ancaman tindak kekerasan serta hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Dalam hal ini beberapa pendekatan yang digunakan adalah:
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 2
- Kebutuhan dasar (basic needs approach), melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan minimum pangan, sandang, kesehatan, pendidikan air bersih dan sanitasi. - Pendapatan (income approach), kemiskinan disebabkan karena rendahnya kepemilikan/penguasaan asset produktif sehingga mempengaruhi secara langsung pendapatan masyarakat. - Kemampuan dasar (human capability approach), menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat,
sehingga
menutup
kemungkinan
untuk
terlibat
dalam
pengambilan keputusan.
Menyimak beberapa terminologi kemiskinan di atas tampak dengan jelas bahwa kemiskinan mempunyai dimensi yang sangat luas menyangkut aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik sehingga dalam penanganannya perlu melihat aspek-aspek tersebut. Kesulitan umum yang muncul adalah penentuan indikator kebutuhan dasar yang dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat. Para ahli telah mencoba merumuskan konsep kebutuhan dasar serta alat ukurnya seperti: 1.
Komponen kebutuhan dasar terdiri dari kesehatan, bahan makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan, perumahan, sandang, rekreasi, jaminan sosial dan kebebasan manusia (United Nation,1966)
2.
3.
Komponen kebutuhan dasar terdiri dari (UNSRID, 1966): a.
Kebutuhan fisik primer (gizi, perumahan, kesehatan)
b.
Kebutuhan kultural (pendidikan, rekreasi, ketenangan hidup)
c.
Kebutuhan atas kelebihan pendapatan
Menurut Green (1978) yang dikutip Thee Kian Wie (1981) komponen kebutuhan dasar terdiri atas: a.
Personal consumption, yang meliputi: pangan, sandang, pemukiman
b.
Basic Public Service, meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum, pengangkutan dan kebudayaan
4.
Hendra Esmara (1986), komponen kebutuhan dasar primer untuk bangsa Indonesia mencakup pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Komponen kebutuhan dasar terdiri dari pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah pedesaan dan perkotaan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 3
5.
Pendekatan BKKBN melalui konsep/pendekatan kesejahteraan keluarga dengan membagi keluarga atas lima tahapan yaitu: Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III dan Sejahtera III Plus. Yang dikategorikan sebagai keluarga miskin adalah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I.
6.
Kriteria penduduk miskin menurut BPS (SPKPM, 2000) dengan menggunakan konsep kebutuhan dasar/garis kemiskinan, melalui kegiatan ini diperoleh 8 variabel yang layak dan operasional untuk penentuan rumah tangga miskin dilapangan.
Berdasarkan berbagai terminologi/konsep serta pendekatan penentuan tingkat kemiskinan dengan melihat kepada berbegai aspek ekonomi, sosial dan budaya serta karakteristik rumah tangga maka BPS melalui PPLS ’08 menetapkan 14 variabel penentu kemiskinan yaitu luas lantai rumah, jenis lantai rumah, jenis dinding rumah, fasilitas tempat buang air besar, sumber air minum, penerangan yang digunakan, bahan bakar yang digunakan, frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan membeli daging, kemampuan membeli pakaian, kemampuan berobat ke Puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala rumah tangga, dan kepemilikan asset. Variabel kemiskinan ini telah digunakan di Indonesia dalam penentuan rumah tangga miskin untuk intervensi program penanggulangan kemiskinan. Seiring dengan berjalannya waktu serta perkembangan penafsiran tentang kemiskinan dan pelaksanaan otonomi daerah maka dirasa perlu untuk memilah variabel kemiskinan yang sesuai dengan kondisi lokal. Hal ini dimungkinkan dalam rangka optimalisasi kondisi sosial, ekonomi dan budaya lokal yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 4
3.2. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah 3.2.1.Data Makro (Susenas BPS) a.
Perbandingan Antar Waktu
-
Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Grafik 3.1
Sumber: BPS Kota Solok
Berdasarkan Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) BPS dapat dilihat tingkat kemiskinan suatu daerah melalui beberapa indikator di bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang infrastruktur dasar, dan bidang ketahanan pangan. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan di Kota Solok adalah sebesar 7,32% dan pada tahun 2009 terdapat adanya penurunan sebesar 0,56% menjadi 6,76%. Hal ini disebabkan pada bidang kesehatan adanya penurunan capaian indikator angka kematian bayi, penduduk dengan keluhan kesehatan, penduduk dengan pengobatan sendiri dan angka morbiditas. Begitu juga dibidang pendidikan yaitu adanya penurunan capaian pada indikator angka putus sekolah SD/MI dan tingkat SMA/MA serta angka buta huruf penduduk usia 15+. Akan tetapi pada tahun 2010 tingkat kemiskinan di Kota Solok kembali meningkat menjadi 6,99%. Ini dikarenakan adanya kenaikan harga sembako khususnya beras serta pada bidang pendidikan juga mengalami kenaikan yaitu indikator angka putus sekolah SMA/MA. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan Kota Solok terdapat penurunan sebesar 0,27% yaitu menjadi 6,72%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 5
Grafik 3.2
Sumber: BPS Kota Solok dan Badan KBPMP Kota Solok
Tingkat kemiskinan di Kota Solok pada tahun 2012-2015 diprediksi akan mengalami penurunan sebesar 0,12% per tahun berdasarkan capaian tingkat kemiskinan BPS dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2012 sebesar 6,60%, 2013 sebesar 6,47%, pada tahun 2014 sebesar 6,35% dan tahun 2015 sebesar 6,22% atau turun sebesar 0,48% dari tahun 2011. Sedangkan target RPJMD Kota Solok dalam hal penurunan tingkat kemiskinan hingga tahun 2015 lebih optimis dari pada prediksi BPS. Tingkat kemiskinan ditargetkan menurun sebesar 1,79% per tahunnya, yaitu menjadi 10,3 pada tahun 2012, 8,51% pada tahun 2013, 6,72% di tahun 2014 dan 4,96% di tahun 2015 atau turun sebesar 7,13% dari tahun 2011.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 6
Grafik 3.3
Sumber: BPS Kota Solok
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa Indeks kedalaman kemiskinan tahun 2008 adalah sebesar 1,15%. Semakin tinggi indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan mengakibatkan tingkat kemiskinan semakin tinggi. Pada tahun 2009 terdapat penurunan indeks kedalaman kemiskinan yaitu tercatat menjadi 1,04% namun pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 1,15% dan pada tahun 2011 indeks kedalaman kemiskinan di Kota Solok turun menjadi 1,06%. Pada tahun 2012 diprediksi indeks kedalaman kemiskinan Kota Solok adalah sebesar 1,01%. Angka ini diperoleh dari ratarata penurunan indeks kedalaman kemiskinan sebesar 0,055% per tahun selama sembilan tahun terakhir. Dan hingga tahun 2015, indeks kedalaman kemiskinan diprediksi adalah sebesar 0,84%. Pada tahun 2008 indeks keparahan kemiskinan di Kota Solok adalah 0,33% dan terjadi penurunan ditahun 2009 yaitu menjadi 0,28%. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi 0,38% dan untuk tahun 2011 terdapat penurunan indeks kedalaman kemiskinan yaitu menjadi 0,26%. Pada tahun 2012 diprediksi indeks keparahan kemiskinan adalah sebesar 0,21%. Capaian ini didapat dari rata-rata sembilan tahun terakhir indeks kedalaman kemiskinan yaitu sebesar 0,047%. Sehingga diprediksi pada tahun 2015 indeks keparahan kemiskinan mencapai angka 0,07%. Semakin tinggi indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan mengakibatkan tingkat kemiskinan semakin tinggi.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 7
Pada tahun 2009 tingkat pengangguran terbuka Kota Solok meningkat sebesar 1,72% dari 9,59% menjadi 11,31%. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya orang yang datang ke Kota Solok karena sebagai daerah perlintasan dan mengadu nasib disini. Dari tahun 2010 hingga tahun 2012 capaian tingkat pengangguran terbuka Kota Solok mengalami penurunan. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi tingkat pengangguran salah satunya melalui pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Dari capaian tujuh tahun terakhir, untuk tingkat pengangguran terbuka diprediksi terjadi penurunan sebesar 0.85% per tahun, maka diprediksi tingkat pengangguran terbuka pada tahun pada tahun 2013 adalah sebesar 4,46%, pada tahun 2014 sebesar 3,61% dan pada 2015 adalah sebesar 2,76%. -
Bidang Pendidikan Grafik 3.4
Sumber: BPS Kota Solok
Pada tahun 2009 angka partisipasi kasar SD/MI Kota Solok meningkat 8,94% dari 104,90% menjadi 113,84%. Dan pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 2,88% menjadi 116,72%. Namun pada tahun 2011 APK Kota Solok turun sebesar 9,64% menjadi 107,07% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 109,97%. Pada tahun 2009 APK SMP/MTs mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menurun sebesar 12,21% dari 100,14% menjadi 87,94%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 8
Pada tahun 2010 APK SMP/MTs mengalami kenaikan sebesar 40,94% menjadi 128,87%. Namun pada tahun 2011 kembali menurun menjadi 82,33% yaitu terjadi penurunan sebesar 46,54%. Pada tahun 2012 meningkat hanya 8,42% menjadi 90,75%. Pada tahun 2009 APK SMA/MA Kota Solok menurun sebesar 38,28% dari 123,37% menjadi 85,09%. Dalam hal ini, diperlukan adanya peningkatan kompetensi dan kualifikasi guru yang mengajar. Selain itu, perlu ditumbuhkan kepercayaan orang tua terhadap kepala sekolah untuk mengembangkan program-program sekolah dan kepala sekolah juga memberikan kepercayaan pada guru-guru dalam mengembangkan kurikulumnya
dan
mengorganisir
pelaksanaan
program-program
yang
telah
ditetapkan. Pada tahun 2010 untuk capaian APK SMA/MA meningkat sebesar 18,12% menjadi 103,21%. Pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 26,62% menjadi 76,59% dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 7,38% menjadi 83,97%. Grafik 3.5
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Pendidikan Kota Solok
Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI Kota Solok pada tahun 2015 diprediksi adalah sebesar 112% atau naik 2,03% dari tahun 2012. Angka ini diperoleh berdasarkan capaian data BPS selama sepuluh tahun terakhir, dimana rata-rata kenaikan per tahunnya adalah sebesar 0,68%. Sedangkan berdasarkan target RPJMD Kota Solok lebih tinggi dari BPS, yaitu dari tahun 2012 hingga tahun 2015 ditargetkan peningkatan APK SD/MI sebesar 5,44%. Pada tahun 2011 ditargetkan sebesar 120% dan hanya berhasil dicapai sebesar 118,61% dan pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 122% dan hanya tercapai 119,56%. Hingga tahun 2015 ditargetkan angka partisipasi kasar SD/MI adalah sebesar 125%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 9
Grafik 3.6
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Pendidikan Kota Solok
Angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTs Kota Solok pada tahun 2011 berdasarkan data Dinas Pendidikan ditargetkan sebesar 107% dan berhasil dicapai sebesar 114,11%. Pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 110% dan berhasil dicapai sebesar 129,96%. Diharapkan hingga tahun 2015 capaian yang diperoleh dapat melampaui target seperti tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan untuk prediksi angka BPS tidak sebesar target RPJMD Kota Solok. Untuk tahun 2015 APK SMP/MTs telah dapat dicapai pada tahun 2012. Berdasarkan data BPS, dari tahun 2012 hingga tahun 2015 akan diprediksi kenaikan APK SMP/MTs sebesar 11,77%, sehingga pada tahun 2015 APK SMP/MTs di Kota Solok menjadi 102,52%. Angka diperoleh dengan memperhatikan capaian APK SMP/MTs dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir dimana mengalami peningkatan rata-rata per tahunnya sebesar 3,92%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 10
Grafik 3.7
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Pendidikan Kota Solok
Menurut data BPS, angka partisipasi kasar (APK) SMA/MA Kota Solok pada tahun 2015 diprediksi berada pada angka 94,06% dimana diprediksi mengalami kenaikan sebesar 10,09% dari capaian pada tahun 2012. Angka ini diperoleh dari rata-rata capaian APK SMA/MA dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir yaitu sebesar 3,36% per tahun. Sedangkan berdasarkan RPJMD Kota Solok pada tahun 2011 dan tahun 2012 capaian APK SMA/MA sudah melampaui target. Pada tahun 2011 APK SMA/MA ditargetkan sebesar 133% dan berhasil dicapai sebesar 173,67%. Pada tahun 2012 ditargetkan pada RPJMD Kota Solok untuk APK SMA/MA adalah sebesar 134% sedangkan pencapaiannya adalah 173,67%. Diharapkan pada tahun 2015 target APK SMA/MA sebesar 140% dapat dicapai atau melebihi capaian pada tahun 2012.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 11
Grafik 3.8
Sumber: BPS Kota Solok
Dari tahun 2008 hingga tahun 2010 APM SD/MI Kota Solok mengalami peningkatan yang melambat dan tahun 2011 menurun sebesar 2,19%. 2011 pada semua jenjang pendidikan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh belum fokusnya para guru dalam mendidik muridnya. Kesamaan memperoleh pendidikan, tidak ada perbedaan baik berupa perhatian dan pelajaran yang diberikan untuk peserta didik. Namun untuk APM SD/MI Kota Solok pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 3,95% menjadi 96,98%. Untuk APM SMP/MTs dari tahun 2008 hingga tahun 2012 selalu mengalami turun naik dalam pencapaiannya. Pada tahun 2010 APM SMP/MTs beranjak naik namun pada tahun 2011 terjadi penurunan yang cukup drastis walupun pada tahun 2012 terdapat peningkatan capaian APM SMP/MTs akan tetapi kenaikannya tidak banyak yaitu hanya sebesar 19,6% dari 60,07% menjadi 79,67%. Pada tahun 2009 APM SMA/MA Kota Solok menurun sebesar 32,54% dari 97,88% menjadi 65,34%. Pada tahun 2010 capaian APM SMA/MA Kota Solok meningkat sebesar 18,71% menjadi 84,05%. Namun pada tahun 2011 kondisi ini tidak dapat dipertahankan, ini terlihat dari capaian APM SMA/MA turun sebesar 24,51% menjadi 59,54%. Dan pada tahun 2012 APM SMA/MA Kota Solok meningkat sebesar 7,9% menjadi 67,44%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 12
Grafik 3.9
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Pendidikan Kota Solok
Angka partisipasi murni (APM) SD/MI Kota Solok antara target RPJMD dan angka prediksi BPS pada tahun 2015 berada pada angka 99% dan 99,12%. Angka ini samasama mengalami peningkatan yang tidak begitu besar dari beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan angka BPS dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terdapat peningkatan rata-rata per tahunnya sebesar 0,71% sehingga diprediksi pada tahun 2015 APM SD/MI menjadi 99,12% atau naik sebesar 2,14% dari tahun 2012. Dan jika dilihat dari RPJMD Kota Solok, pada tahun 2011 dicapai angka sebesar 102,06% sedangkan yang ditargetkan adalah 96,80%. Pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 97% dan berhasil dicapai sebesar 101,32%. Capaian ini diharapkan dapat terus meningkat walapun pada tahun 2015 ditargetkan APM SD/MI Kota Solok adalah sebesar 99%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 13
Grafik 3.10
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Pendidikan Kota Solok
Angka partispasi murni (APM) SMP/MTs Kota Solok pada tahun 2015 berdasarkan prediksi angka BPS adalah 86,98% dimana rata-rata peningkatan per tahunnya selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 2,44%. Target RPJMD Kota Solok untuk APM SMP/MTs pada tahun 2011 adalah 70% dan berhasil dicapai sebesar 76,85%. Pada tahun 2012 ditargetkan APM SMP/MTs Kota Solok sebesar 75% dan berhasil dicapai pada angka 88,69%. Capaian ini mendekati target RPJMD tahun 2015 yaitu sebesar 90%. Grafik 3.11
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Pendidikan Kota Solok
Untuk angka partisipasi murni SMA/MA Kota Solok pada tahun 2015 diprediksi akan mengalami peningkatan menjadi 76,38% dimana peningkatan rata-rata per tahunnya adalah 2,98% dari perhitungan angka BPS dalam kurun waktu 10 tahun. Sedangkan untuk target RPJMD pada tahun 2011 adalah sebesar 69% dan berhasil dicapai sebesar 119,96%. Pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 70% dan berhasil Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 14
dicapai sebesar 116,09%. Capaian ini telah melebihi target hingga tahun 2015 dimana hanya ditargetkan untuk APM SMA/MA ini sebesar 85%. Grafik 3.12
Sumber: BPS Kota Solok
Angka putus sekolah SD/MI Kota Solok tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 2,42%. Namun hingga 2011 angka putus eskolah SD/MI meningkat hingga mencapai angka 1,13%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anakanak usia SD/MI yang tidak melanjutkan sekolahnya karena keluar dari sekolah akibat melanggar tata tertib sekolah. Sebelum diambil tindakan akhir untuk mengeluarkan siswa dari sekolah, tentu para guru bimbingan konseling telah melakukan prosesproses perbaikan perilaku siswa tersebut. Akan tetapi bagi siswa yang memang tidak bisa dilakukan lagi perbaikan, maka tindakan yang paling baik dan tepat dilakukan oleh pihak sekolah adalah mengeluarkannya dari sekolah. Angka putus sekolah SMP/MTs Kota Solok tahun 2009 meningkat 2,59% dari 7,02% menjadi 9,61%. Pada tahun 2010 menurun sebesar 2,4% menjadi 7,21%. Dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 3,83% menjadi 11,04%. Pada tahun 2012 angka putus sekolah SMP/MTs Kota Solok menurun drastis sebesar 6,61% menjadi 4,43%. Adanya peningkatan angka putus sekolah SMP/MTs ini juga sama halnya dengan angka putus sekolah di SD/MI yang disebabkan oleh adanya siswa yang melanggar tata tertib dan tidak bisa dilakukan bimbingan lebih lanjut. Angka Putus Sekolah SMA/MA Kota Solok pada lima tahun terakhir terjadi penurunan yang melambat. Tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 2,37% dari 25,45% menjadi 23,08%. Pada tahun 2010 meningkat
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 15
sebesar 0,59% menjadi 23,67%. Pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,3% menjadi 23,37% dan juga menurun pada tahun 2012 menurun sebesar 1,2% menjadi 22,17%. Untuk angka putus sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA tahun 2013 hingga pada tahun 2015 diprediksi tidak begitu besar penurunannya. Hal ini disebabkan karena pada kondisi lima tahun terakhir, untuk angka putus sekolah ketiga jenjang pendidikan ini hanya memiliki rata-rata penurunan hanya 0,0015%. Grafik 3.13
Sumber: BPS Kota Solok
Begitu juga halnya dengan angka buta huruf di ketiga jenjang pendidikan di Kota Solok dimana pada tahun 2015 angka buta huruf penduduk usia 15+ menjadi 0,78%, angka buta huruf penduduk usia 16-44 menjadi 0,1%, dan angka buta huruf penduduk usia 45+ menjadi 5,73% dimana rata-rata penurunan per tahun tidak melampaui angka 0,1%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 16
-
Bidang Kesehatan Grafik 3.14
Sumber: BPS Kota Solok
Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) Kota Solok tahun 2005 menurun sebesar 9,31 (per 1.000 kelahiran hidup) dari 43 (per 1.000 kelahiran hidup) menjadi 33,69 (per 1.000 kelahiran hidup). Pada tahun 2008 turun sebesar 2,74 (per 1.000 kelahiran hidup) menjadi 30,95 (per 1.000 kelahiran hidup). Begitu juga di tahun 2009 yang mengalami penurunan sebesar 0,63 (per 1.000 kelahiran hidup) menjadi 30,32 (per 1.000 kelahiran hidup). Penurunan ini disebabkan oleh pengetahuan ibu dalam hal mengasuh dan menjaga bayi sudah meningkat. Namun pada tahun 2012 terjadi peningkatan angka kematian bayi yaitu sebesar 4,57 (per 1.000 kelahiran hidup) menjadi 34,89 (per 1.000 kelahiran hidup). Hal ini disebabkan oleh terlambatnya pengambilan keputusan pada saat proses melahirkan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 17
Grafik 3.15
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Kesehatan Kota Solok
Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) di Kota Solok berdasarkan data BPS dalam kurun waktu 4 tahun terakhir rata-rata mengalami penurunan sebesar 6,37% sehingga pada tahun 2015 diprediksi angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) menjadi 15,79. Sedangkan berdasarkan data RPJMD Kota Solok pada tahun 2011 angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) ditargetkan sebesar 25 dan berhasil dicapai 7,2. Pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 24 dan dapat dicapai pada angka 9,18. Untuk tahun 2013 hingga 2015 angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) ditargetkan sebesar 23.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 18
Grafik 3.16
Sumber: BPS Kota Solok
Pada tahun 2009 penduduk dengan keluhan kesehatan Kota Solok adalah sebesar 28,01% dimana capaian ini menurun sebesar 4,52% dari 32,53%. Tahun 2010 mencapai angka 25,58% atau turun sebesar 2,43% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh telah bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan. Namun pada tahun 2011 penduduk dengan keluhan kesehatan Kota Solok meningkat sebesar 8,02% menjadi 33,60%. Pada tahun 2012 turun sebesar 1,58% menjadi 32,02%. Penduduk dengan pengobatan sendiri Kota Solok dari tahun 2008 ke tahun 2011 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 6,8% dari 54,79% menjadi 47,99%. Pada tahun 2010 meningkat sebesar 7,78% menjadi 55,77% dan di tahun 2011 turun sebesar 5,86% menjadi 49,91% begitu juga pada tahun 2012 juga mengalami penurunan yaitu menjadi 49,34% atau turun sebesar 0,57%. Kelahiran ditolong tenaga kesehatan terlatih dari tahun ke tahun cenderung meningkat walaupun peningkatannya tidak dratis. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 1,75% dari 96,83% menjadi 98,58%. Namun pada tahun 2010 turun sebesar 1,07% menjadi 97,51%. Pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,29% menjadi 97,80% hingga tahun 2012 juga mengalami peningkatan menjadi 98,74% atau naik sebesar 0,94%. Pada tahun 2009 dan 2010 terdapat penurunan angka morbiditas Kota Solok yaitu pada tahun 2009 turun sebesar 2% menjadi 14,09% dan tahun 2010 turun sebesar 2,24% menjadi 11,85%. Akan tetapi pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar % menjadi 17,56% begitu juga pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar % menjadi 20,29%. Hal ini dikarenakan terjadinya komplikasi persalinan seperti Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 19
pendarahan dan atonia uteri serta penyakit penyerta sehingga tidak dapat dilakukan pertolongan lebih lanjut. Selain itu masih kurang lengkapnya sarana prasarana pelayanan serta kompetensi tenaga kesehatan. Pengetahuan masyarakat tentang perawatan kesehatan juga masih perlu ditingkatkan. Grafik 3.17
Sumber: BPS Kota Solok
Berdasarkan data BPS, penduduk dengan keluhan kesehatan Kota Solok dalam kurun waktu 10 tahun mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,84% sehingga ditargetkan pada tahun 2015 berada pada angka 26,49%. Untuk penduduk dengan pengobatan sendiri di Kota Solok selama 10 tahun terakhir terdapat penurunan sebesar 1,48% dan diharapkan target 44,89% di tahun 2015 dapat dicapai karena pada tahun 2012 capaian untuk penduduk dengan pengobatan sendiri sudah berada pada angka 49,34%. Sedangkan untuk angka morbiditas diharapkan dapat mengalami penurunan menjadi 6,38% pada tahun 2015 dimana rata-rata penurunan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir yaitu 4,64% per tahun.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 20
Grafik 3.18
Sumber: BPS Kota Solok dan Dinas Kesehatan Kota Solok
Untuk kelahiran ditolong tenaga kesehatan terlatih di Kota Solok, berdasarkan data BPS dalam jangka waktu 10 tahun mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,24% sehingga pada tahun 2015 ditargetkan mencapai 99,45%. Sedangkan berdasarkan data RPJMD untuk kelahiran ditolong tenaga kesehatan terlatih pada tahun 2011 ditargetkan 40% dan berhasil dicapai 99,7%. Pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 60% dan berhasil dicapai menjadi 92,36%. Capaian ini telah melampaui target dan diharapakan capaian ini dapat terus ditingkatkan hingga tahun 2015 yang ditargetkan sebesar 90%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 21
Grafik 3.19
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Solok
Untuk angka kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran hidup) berdasarkan RPJMD Kota Solok pada tahun 2011 ditargetkan sebesar 190 dan pencapaiannya adalah 160,9. Pada tahun 2012 ditargetkan 166 dan dicapai lebih besar yaitu 250,4. Angka ini diharapkan dapat turun yaitu pada tahun 2013 menjadi 142 dan pada tahun 2015 menjadi 102. Untuk prevalensi balita kurang gizi di Kota Solok tahun 2011 ditargetkan sebesar 18,4% dan berhasil dicapai 8,74%. Pada tahun 2012 untuk prevalensi balita gizi kurang ditargetkan sebesar 18% dan berhasil dicapai pada angka 6,25%. Diharapkan capain ini dapat terus menurun dan lebih baik dari yang ditargetkan pada tahun 2015 yaitu 15%.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 22
-
Bidang Infrastruktur Dasar Grafik 3.20
Sumber: BPS Kota Solok
Pada tahun 2009 proporsi rumah tangga tanpa sanitasi layak di Kota Solok turun sebesar 1,71% menjadi 11,59%. Namun pada tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan mencapai angka 18.77% yang disebabkan oleh kurangnya masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, banyaknya timbulan sampah yang dihasilkan oleh manusia, kondisi drainase sudah banyak yang telah rusak dan tidak tersistem dengan baik akibat tercampur antara limpasan air hujan, rembesan air tanah dan buangan air limbah yang menyatu sehingga perlu ditata kembali dan pembangunan drainase. Pada tahun 2012 terjadi penurunan yang tidak signifikan yaitu turun sebesar 4,35% menjadi 14,42% yang disebabkan masyarakat mulai memahami dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai buah dari gencarnya sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat oleh Dinas Kesehatan bersama pihak-pihak terkait. Proporsi rumah tangga dengan air minum layak Kota Solok pada tahun 2009 meningkat sebesar 2,74% menjadi 76,64% dari 73,90%. Pada tahun 2010 sampai dengan 2012 proporsi rumah tangga dengan air minum layak Kota Solok mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan pengelola air minum PDAM Tirta Lembang masih terbatas, meskipun adanya sumber air yang berlimpah tetapi tidak dapat diolah dengan baik untuk dijadikan air minum mengingat selama ini pengolahan air minum dilakukan dengan cara konvensional.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 23
Adapun proporsi rumah tangga dengan akses listrik mengalami perkembangan yang tidak begitu signifikan dari tahun 2008-2012. Rata-rata per tahun capaiannya adalah berkisar pada angka 98% kecuali pada tahun 2010, dimana proporsi rumah tangga dengan akses listrik adalah sebesar 95,56%. Berdasarkan data BPS untuk proporsi rumah tangga tanpa sanitasi layak ditargetkan pada tahun 2015 sebesar 13,96%, dimana selama 6 tahun terakhir terdapat penurunan rata-rata sebesar 0,15% per tahun. Untuk proporsi rumah tangga dengan air minum layak ditargetkan pada tahun 2015 adalah sebesar 51,51% dengan memperhatikan kenaikan selama enam tahun terahir, dimana terdapat peningkatan rata-rata per tahunnya sebesar 0,89%. Proporsi rumah tangga dengan akses listrik di Kota Solok ditargetkan pada tahun 2015 sebesar 99,81% yakni dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir rata-rata peningkatannya adalah sebesar 0,6%. Grafik 3.21
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Solok
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa panjang jalan kondisi baik di Kota Solok pada tahun 2011 ditargetkan 50% dan berhasil dicapai sebesar 80,63%. Tahun 2012 ditargetkan sebesar 52% dan dicapai sebesar 52,86%. Capaian ini diharapkan dapat terus meningkat hingga tahun 2015 dimana ditargetkan panjang jalan kondisi baik di Kota Solok adalah 65%. Untuk panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase di Kota Solok pada tahun 2012 ditargetkan 49,8% dan hanya berhasil dicapai sebesar 49,67%. Dan pada tahun 2015 ditargetkan bisa mencapai angka 54%. Untuk rasio Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 24
drainase dalam kondisi baik ditargetkan pada tahun 2011 adalah sebesar 80% dan bisa dicapai sebesar 82,5%. Pada tahun 2015 rasio drainase dalam kondisi baik ditargetkan sebesar 90%. Untuk penduduk berakses air bersih di Kota Solok pada tahun 2011 ditargetkan sebesar 94,5% dan berhasil dicapai sebesar 87,85%. Dan pada tahun 2015 penduduk berakses air bersih ditargetkan meningkat menjadi 97%. b.
Perbandingan Antar Wilayah Tingkat Kemiskinan Grafik 3.22
Sumber: BPS Kota Solok dan Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa, pada tahun 2012 tingkat kemiskinan di Kota Solok diprediksi sebesar 6,60%, untuk Provinsi Sumbar adalah sebesar 8,84% dan Nasional sebesar 11,42%. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan Kota Solok sebesar adalah 6,72% berada di bawah rata-rata provinsi yaitu sebesar 8.99% dan nasional sebesar 11,49%. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Solok sudah berjalan sebagaimana mestinya dan diharapkan capaian ini dapat berjalan mengikuti provinsi dan
nasional
untuk
tahun-tahun
berikutnya.
Jika
dibandingkan
dengan
Kabupaten/Kota lain yang ada di Sumatera Barat, maka Kota Solok termasuk 6 (enam) terbaik dengan tingkat kemiskinan yang cukup rendah.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 25
Grafik 3.23
Sumber: BPS Kota Solok dan Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Pada tahun 2012 Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Solok diprediksi sebesar 0,97%, Sumatera Barat sebesar 1.31% dan Nasional sebesar 2%. Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Solok berada pada posisi ke 8 dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat. Kota Solok berada di atas posisi Kabupaten Pasaman Barat, Kota Bukittinggi dan Kota Padang, dimana indeks kedalaman kemiskinan Kota Solok pada tahun 2011 adalah sebesar 1,06% dan posisi ini berada dibawah capaian provinsi (1,50%) dan nasional (2,08%). Semakin kecil capaian indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten/Kota, maka makin baik kondisi kemiskinan Kabupaten/Kota tersebut. Grafik 3.24
Sumber: BPS Kota Solok dan Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Indeks Keparahan Kemiskinan Kota Solok tahun 2011 juga berada pada posisi ke 8 dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat dimana capaian Kota Solok adalah sebesar 0,26%. Kota Solok berada pada posisi setelah Kota Bukittinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Dharmasraya. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 26
Sedangkan untuk capaian indeks keparahan kemiskinan provinsi dan nasional adalah sebesar 0,43% dan 0,55%. Untuk tahun 2012 Indeks Kedalaman Keparahan Kota Solok adalah 0,20%, Provinsi sebesar 0,22% dan Nasional 0,46%. Grafik 3.25
Sumber: BPS Kota Solok dan Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Pada tahun 2012 tingkat pengangguran Kota Solok berada pada posisi ke-8 dari 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Posisi terbaik untuk tingkat pengangguran terbuka adalah Kabupaten Lima Puluh Kota dan disusul oleh Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Agam, sedangkan Kota Pariaman adalah kota dimana tingkat pengangguran terbukanya paling tinggi.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 27
c.
Analisis Relevansi dan Efektivitas Tingkat Kemiskinan Grafik 3.26
Sumber: BPS Kota Solok dan Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009 tingkat kemiskinan Kota Solok relevan dengan tingkat kemiskinan provinsi dan nasional. Artinya target tingkat kemiskinan yang diharapkan selalu turun (Provinsi dan nasional) dapat terealisasi di Kota Solok. Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan di Kota Solok mengalami peningkatan dan kondisi ini tidak relevan dengan capaian provinsi dan nasional. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Kota Solok belum mendukung sasaran provinsi dan nasional pada tahun tersebut. Namun pada tahun 2011,
Kota
Solok
telah
mengkaji
kembali
sasaran
dan
program-program
penanggulangan kemiskinan yang ada akan tetapi capaian ini kurang relevan dengan capaian provinsi dan nasional, dimana capaian Kota Solok mengalami sedikit penurunan sedangkan capaian provinsi dan nasional penurunannya cukup besar. Pada tahun 2012 diprediksi tingkat kemiskinan Kota Solok adalah 6,60%, Provinsi 8,48% dan Nasional 11,42% dimana penurunan ini relevan antara capaian Kota Solok, Provinsi dan Nasional.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 28
Grafik 3.27
Sumber: BPS Kota Solok dan Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Pada tahun 2008 tingkat pengangguran terbuka Kota Solok sebesar 9,59% dan meningkat pada tahun 2009 yaitu mencapai angka 11,31%. Capaian ini tidak relevan dengan provinsi dan nasional. Tahun 2010 sampai dengan 2011 tingkat pengangguran terbuka Kota Solok relevan dengan tingkat pengangguran terbuka provinsi dan nasional. Namun pada tahun 2012 capaian tingkat pengangguran Kota Solok menurun menjadi 5,31%, Sumbar 6,52% dan Nasional 6,14%. Capaian Kota Solok tidak relevan dengan capaian Provinsi yang mengalami peningkatan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan percepatan dalam menanggulangi kemiskinan yang lebih tepat sasaran. Grafik 3.28
Sumber: Aplikasi Data TNP2K
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan Kota Solok dari 10 tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat. Walaupun dalam waktu tiga tahun terakhir tingkat kemiskinan Kota Solok mengalami penurunan akan tetapi penurunan ini sangat kecil (penurunan melambat). Capaian pada tahun 2008 mengalami Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 29
peningkatan yang cukup drastis dari tahun sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa program/kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan belum efektif. Diperlukan kaji ulang terhadap kebijakan dan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan ke depan agar hasil yang dicapai lebih efektif. Untuk tingkat pengangguran terbuka di Kota Solok trennya mengalami penurunan dan ini dapat diartikan bahwa penurunan tingkat pengangguran terbuka dapat dikatakan telah dilakukan dengan efektif namun tetap diperlukan percepatan supaya tingkat pengangguran terbuka ini dapat lebih ditekan. Kondisi umum kemiskinan berdasarkan data makro (susenas BPS) di Kota Solok dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Kondisi Umum Kemiskinanan Kota Solok Tahun 2012 PERSPEKTIF
Persentase Penduduk Miskin (%)
INDIKATOR
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (%)
Indeks Keparahan Kemiskinan (%)
Tingkat pengangguran Terbuka (%)
Posisi Relatif Tahun Terakhir No. 5 terendah dari 19 Kab/Kota dan lebih rendah dari capaian Prov. & Nas No.3 terendah dari 19 Kab/Kota dan lebih rendah dari capaian Prov. & Nas No.8 terendah dari 19 Kab/Kota dan lebih rendah dari capaian Prov. & Nas No.11 terendah dari 19 Kab/Kota dan lebih rendah dari capaian Prov. & Nas No.8 terendah dari 19 Kab/Kota dan lebih rendah dari capaian Prov. & Nas
Perkembangan Antar-Waktu
Efektivitas
Relevansi
Terdapat perlambatan penurunan
Blm efektif
Relevan dengan capaian Prov. & Nas
Terdapat perlambatan penurunan
Blm efektif
Relevan dengan capaian Prov. & Nas
Terdapat perlambatan penurunan
Blm efektif
Relevan dengan capaian Prov. & Nas
Terdapat perlambatan penurunan
Blm efektif
Relevan dengan capaian Prov. & Nas
Terdapat percepatan penurunan
Efektif
Tidak relevan dengan capaian Prov. & kurang relevan dengan capaian Nas
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 30
3.2.2 Data Mikro (Hasil PPLS-BPS) Berdasarkan Data PPLS 2011, jumlah rumah tangga miskin Kota Solok adalah 2.774 rumah tangga yang tersebar di Kecamatan Lubuk sikarah sebanyak 1.681 RT dan Kecamatan Tanjung Harapan sebanyak 1.093 RT. Dengan jumlah individunya sebesar 13.061 jiwa, 7.928 jiwa di Kecamatan Lubuk Sikarah dan 5.133 jiwa di Kecamatan Tanjung Harapan. Distribusi kepala rumah tangga perempuan adalah sebanyak 291 KRT, 161 KRT di Kecamatan Lubuk Sikarah dan 130 KRT di Kecamatan Tanjung Harapan. Untuk data mikro dapat dijelaskan berdasarkan Data PPLS 2011 Kota Solok berikut ini.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kota Solok Tahun 2011-2015
BAB III - 31