BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC PADA BAGIAN KELUARAN DENGAN MODULASI TIGA ARAS Pada bab III penulis akan menjelaskan perancangan dari penguat kelas D tanpa tapis LC dengan menerapkan modulasi dengan tiga aras keluaran. Uraian perancangan penguat kelas D tanpa tapis LC meliputi perancangan tiap bagian yang meliputi perancangan loop filter (
) pada bagian modulator dan perancangan pengkuantisasi
yang terdiri dari rangkaian komparator dan D-FlipFlop (DFF), switching logic serta tingkat daya dengan MOSFET seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Perancangan tiap-tiap bagian akan mengacu kepada spesifikasi yang antara lain adalah, 1. Berdaya keluaran maksimum 20 Watt pada beban 4 Ohm. 2. Mempunyai efisiensi > 85%. 3. Mempunyai THD < 0.5%. 4. S/N > 97 dB. 5. Kepekaan penguat: 0.1 V/W pada beban 4 ohm. 6. Mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada frekuensi 20 – 20 kHz dengan toleransi ± 0.5 dB.
Gambar 3.1. Blok Diagram Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC dengan Menggunakan Modulasi Tiga Aras Keluaran [14].
26
Pada perancangan loop filter (
), pertama akan dirancang terlebih dahulu
fungsi alihragam derau (noise transfer function
).
akan dirancang
sebagai tapis lolos atas agar derau pada pita frekuensi audio ditekan. Orde dari tapis akan menentukan SNR dari keluaran penguat. Orde dari tapis akan ditentukan mengacu kepada persamaan (2.10) sehingga mendapatkan SNR sesuai spesifikasi yang diharapkan yaitu lebih besar dari 97dB. Setelah didapatkan
, tapis
dapat
dicari menurut persamaan (2.7). Untuk mendapatkan fungsi tanggapan frekuensi dari dan
akan digunakan bantuan perangkat lunak MATLAB. Dari
yang didapat dapat pula dicari signal transfer function (
),
akan
menentukan bentuk dari tanggapan frekuensi penguat secara keseluruhan. Diharapkan penguat mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada 20 – 20 kHz dengan toleransi 0.5 dB. Tapis
akan dirancang menggunakan persamaan (2.11) sesuai dengan tapis
yang telah dirancang sebelumnya. Kemudian tapis
ini akan direalisasikan ke
dalam perangkat keras menggunakan rangkaian RC-Opamp. Selanjutnya bagian switching logic dan tingkat daya dengan MOSFET akan dirancang sesuai dengan peraturan pensaklaran seperti yang telah dijelaskan pada bab II dengan masukan adalah isyarat
dan
yang akan menghasilkan beda potensial
yang dirasakan oleh penyuara sebagai isyarat
.
Penggunaan besarnya catu daya yang digunakan dan jenis MOSFET yang dipakai pada bagian penguat jembatan penuh dengan MOSFET akan mempengaruhi besarnya daya keluaran maksimum yang dapat dicapai oleh penguat dan efisiensi pada penguat yang dirancang. Penjelasan perancangan yang akan dijelaskan pada bab III ini akan dibagi menjadi dua tahapan. Yang pertama, pada subbab 3.1 akan dijelaskan mengenai perancangan loop filter
pada penyandi dengan noise-shaping coding yang meliputi
perancangan dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB untuk mencari fungsi tanggapan frekuensi
dan
, kemudian akan dilanjutkan realisasi dari tapis
ke dalam perangkat keras dengan RC-Opamp. Selanjutnya, pada subbab 3.2 akan dibahas perancangan bagian pengkuantisasi yang meliputi komparator dan DFF,
switching logic dan pre-drive serta penguat jembatan penuh (full bridge) dengan MOSFET.
27
3.1.
Perancangan Loop Filter
pada Teknik Penyandian Noise-Shaping
Coding Perancangan tapis
dimulai dari tapis
pada subbab 2.1.2.2. Pada perancangan tapis fungsi alihragam derau (noise transfer function
seperti yang telah dijelaskan harus dirancang terlebih dahulu ).
akan menentukan
bentuk spektral derau kuantisasi yang muncul pada keluaran penguat pada daerah stop-
band. Bentuk spektral derau kuantisasi secara keseluruhan akan mengikuti bentuk dari tanggapan
[13].
Derau kuantisasi akan dibentuk dengan menekan derau pada pita frekuensi audio dan meloloskan frekuensi tinggi yang tidak direproduksi oleh penyuara dan didengar telinga. Oleh karena itu,
akan dirancang sebagai tapis lolos tinggi dengan
frekuensi penggal di atas frekuensi audio. Pada spesifikasi, SNR yang diharapkan dari penguat adalah 97dB. Dari persamaan 2.10 dapat dicari orde dari tapis NTF yang akan dirancang agar memenuhi spesifikasi yang diharapkan. Persamaan 2.10 ditulis lagi seperti di bawah ini,
.
Pada persamaan 2.10,
merupakan jumlah bit. Keluaran dari pengkuantisasi
akan menghasilkan tiga aras kuantisasi sehingga
dan didapatkan nilai
.
Frekuensi pencuplikan yang akan dirancang adalah sebesar 1 MHz sehingga menghasilkan
dan didapatkan nilai
. Pada perhitungan untuk
persamaan 2.10 diasumsikan tegangan keluaran pada penyuara Setelah didapatkan nilai untuk
,
adalah 1 V.
dan , akan dicari nilai dari orde tapis yaitu
yang sesuai sehingga dihasilkan SNR yang memenuhi spesifikasi. Orde tapis yang dipilih adalah
. Untuk tapis orde 5 akan dihasilkan SNR sebesar 125,6 dB. Nilai
ini memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan yaitu SNR > 97 dB. Pada perancangan, NTF akan didesain sebagai tapis lolos tinggi orde 5 dengan frekuensi penggal 40 kHz (> 20 kHz). Tanggapan frekuensi dari tapis dipilih tanggapan Butterworth karena tanggapan Butterworth mudah untuk direalisasikan (dilihat dari bentuk fungsi pindahnya yang sederhana). 28
Untuk mendapatkan tanggapan frekuensi dari
akan digunakan bantuan
perangkat lunak MATLAB dengan souce code sebagai berikut, %Deklarasi orde dari tapis yang dirancang = 5 orde = 5; %Deklarasi frekuensi cutoff dari tapis yang dirancang wedge = 40E3 * 2 * pi; %Tanggapan frekuensi diperoleh dengan menggunakan fungsi butter pada MATLAB. %Argumen dari fungsi butter yaitu orde tapis, frekuensi cutoff tapis, jenis lolos tapis dan %jenis tapis apakah digital atau analog (‘s’ menunjukkan tapis analog) [Nntf, Dntf] = butter(5, wedge, 'high' ,'s'); %menampilkan transfer function untuk NTF fisplay('tf NTF'); tf(Nntf, Dntf) %menampilkan gambar tanggapan frekuensi NTF figure; bode(Nntf, Dntf); title('NTF'); %menghitung denumerator (D) dan numerator (N) untuk tapis W(s) D = Nntf; N = Dntf - Nntf; %menampilkan transfer function untuk W(s) display('tf W'); tf(N, D) %menampilkan letak kutub dan nol dari tapis W(s) figure; zplane(Nntf, Dntf); %menampilkan gambar tanggapan frekuensi W^(-1)(s) figure; bode(D, N); title('W inverse');
Dari hasil yang didapatkan, tanggapan dari
yang dirancang adalah
sebagai berikut,
......................................................................................................................................(3.1) Dari hasil simulasi MATLAB didapatkan gambar tanggapan frekuensi seperti dapat dilihat pada Gambar 3.2.
29
NTF 0 System: sys Frequency (rad/sec): 2.54e+005 Magnitude (dB): -2.9
-50
Magnitude (dB)
-100 -150 -200 -250 -300 -350 -400 450
Phase (deg)
360 270 180 90 0 3
4
10
5
10
6
10
7
10
10
Frequency (rad/sec)
Gambar 3.2. Gambar Tanggapan Frekuensi dari
Hasil Simulasi MATLAB.
Setelah didapatkan tanggapan dari
, akan dicari tanggapan dari tapis
. Dari persamaan 2.7 didapatkan hubungan dari
dan
sebagai berikut,
. Dengan memasukkan tanggapan
yang didapat ke dalam persamaan di
atas akan didapatkan tanggapan frekuensi dari tapis
sebagai berikut, ..............................(3.2)
Gambar 3.3 akan memperlihatkan letak kutub dan nol dari tapis agar modulator/penyandi yang dibuat stabil adalah nol dari tapis
. Syarat harus ada di
sebelah kiri sumbu imajiner [13]. Hal ini dikarenakan kestabilan dari modulator ditentukan oleh kutub dari imajiner dan tapis merupakan kutub dari
yang harus selalu berada di sebelah kiri sumbu
yang didapatkan dari .
30
akan mempunyai nol yang
5
x 10 2 1.5 1
Imaginary Part
0.5 5
0 -0.5 -1 -1.5 -2 -3
-2
-1 Real Part
0
1
2 5
x 10
Gambar 3.3. Hasil Simulasi MATLAB Letak Kutub dan Nol tapis
Tapis
.
ini kemudian akan direalisasikan ke dalam rangkaian menggunakan
state-variable filter. Pada perancangan, penulis menggunakan bentuk observer canonical [9] dengan modifikasi agar fungsi pindah dapat direalisasikan ke dalam untai analog. Berikut ini adalah blok diagram dari bentuk observer canonical dari tapis yang dirancang.
Gambar 3.4. Blok Diagram dari Tapis Orde 5 yang Akan Dirancang dalam Bentuk
Observer Canonical. Fungsi pindah dari blok diagram pada Gambar 3.4 adalah, ......................................(3.3)
31
dan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan state-variable sebagai berikut,
……………………...(3.4)
Mengacu pada persamaan 2.11 akan didapatkan matriks
,
dan
sebagai
berikut,
,
,
. merupakan koefisien untuk masing-masing integrator (1/s). Jika fungsi pindah pada persamaan 3.2 dibandingkan dengan fungsi pindah tapis persamaan 3.3, maka bisa didapatkan nilai untuk koefien
dan
pada sebagai
berikut, ,
,
,
,
,
,
,
,
,
.
Setelah didapatkan nilai-nilai koefisien tersebut, tapis
ini akan
direalisasikan ke dalam untai RC-Opamp mengacu pada blok diagram pada Gambar 3.4. Pada Gambar 3.5 diperlihatkan contoh hubungan dari bentuk observer canonical dengan rangkaian RC-Opamp.
32
Gambar 3.5. Hubungan Bentuk Observer Canonical dengan Rangkaian RC-Opamp. Berlaku hubungan
.
Dari hubungan blok pada Gambar 3.5 maka rangkaian RC-Opamp yang mempresentasikan tapis
dapat dilihat pada Gambar 3.6.
10k
10k 1nF
10k
1300
-5V OPAMP5
10k
+ 5V
-5V OPAMP5
-5V OPAMP5
13000
+ 5V
1000
10k
-5V OPAMP5
+ 5V
+ 5V
1nF
100pF
8300
83000
10k
100pF
10k
3300
-5V OPAMP5
1k
+ 5V
-5V OPAMP5 33000
-5V OPAMP5
+ 5V
+
1000
-5V OPAMP5 + 5V
5V
1nF 81000
8100 -5V OPAMP5
10k
R (Isyarat Audio)
-5V OPAMP5 +
1k
-5V OPAMP5 -E
10k + 5V
+ 5V
10k -Y ( (OUT-) - (OUT+) )
5V
Gambar 3.6. Rangkaian dari Tapis
Rangkaian tapis
yang Dirancang.
yang telah dirancang ini kemudian akan disimulasikan
dengan menggunakan perangkat lunak Circuit Maker untuk dilihat tanggapan frekuensi dan
nya. Rangkaian untuk melihat hasil simulasi dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
33
10k
10k 1nF
10k
1300
-5V OPAMP5
10k
+ 5V
-5V OPAMP5
13000
+ 5V
-5V OPAMP5
+ 5V
1nF
-5V OPAMP5 + 5V
10k
-5V OPAMP5
1000
+ 5V
100pF
8300
83000
10k
100pF
10k
3300 1k
-5V OPAMP5 33000
-5V OPAMP5
+ 5V
+
-5V OPAMP5
1000
+ 5V
5V
10k 1nF 10k B
81000
-5V
V36 -100m/100mV
LF353
8100 -5V OPAMP5
10k
+ 5V
+ 10kHz
1k
-5V OPAMP5 + 5V
5V A
Gambar 3.7. Rangkaian untuk Mensimulasikan Tanggapan Frekuensi . Kursor A menunjukkan tanggapan frekuensi menunjukkan tanggapan frekuensi
Hasil dari simulasi untuk
dan
34
dan
(s) sedangkan kursor B .
dapat dilihat pada Gambar 3.8.
50.00 dB
A: c6_2 B: u18b_7
0.000 dB -50.00 dB -100.0 dB -150.0 dB 1.000 Hz
A: c6_2 B: u18b_7
100.0 Hz
10.00kHz
1.000MHz
100.0MHz
100.0 Hz
10.00kHz
1.000MHz
100.0MHz
0.000kDeg -0.500kDeg -1.000kDeg -1.500kDeg -2.000kDeg 1.000 Hz
Measurement Cursors 1
u18b_7
X: 39.224k
Y: -3.5393
Gambar 3.8. Hasil simulasi tanggapan
dan
dengan menggunakan
perangkat lunak Circuit Maker (garis biru merupakan tanggapan merah merupakan tanggapan
dan garis
).
Dapat dilihat dari hasil simulasi rangkaian
sesuai dengan yang
diharapkan mempunyai tanggapan lolos tinggi Butterworth dengan frekuensi penggal yang merupakan signal transfer function
ada di sekitar 40kHz. Sedangkan
mempunyai penguatan yang rata pada rentang frekuensi audio yaitu (20Hz – 20kHz). Setelah dirancang tapis
kemudian akan dirancang tapis
dihitung berdasarkan dari perancangan tapis
keluaran yaitu isyarat
dalam bentuk state
. Tapis
variabledapat dilihat pada persamaan 2.11. Pada tapis
yang akan
akan ditambahkan satu buah
yang memenuhi persamaan 2.12.
Dengan memasukkan nilai dari matriks
,
dan
dari tapis
yang telah
dihitung sebelumnya akan didapatkan keluaran dari isyarat z adalah, , . ................................................................................................(3.5) Tapis G(s) merupakan tapis
yang ditambah dengan satu buah keluaran
isyarat ( ) yang memenuhi persamaan (3.5). blok diagaram keseluruhan tapis dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan realisasi rangkaian RC-Opamp tapis
dapat
dilihat pada Gambar 3.10. Opamp yang digunakan untuk implementasi ini adalah LF353. LF353 mempunyai nilai GBW yang cukup besar yaitu 4 MHz.
35
Gambar 3.9. Diagram Kotak Tapis
10k
.
10k 1nF
10k
1300
-5V OPAMP5
10k
+ 5V
-5V OPAMP5
13000
+ 5V
-5V OPAMP5
10k
-5V OPAMP5
1000
+ 5V
+ 5V
1nF
100pF
8300
83000
10k
100pF
10k
3300
-5V OPAMP5 + 5V
1k
-5V OPAMP5 33000
-5V OPAMP5
+ 5V
+
-5V OPAMP5
1000
+ 5V
5V
1nF 8100 81000 -5V OPAMP5
10k
10k
R (Isyarat Audio) 81000
-5V V36 -100m/100mV
LF353
10k
1k
+ 5V
-5V OPAMP5
-E
+ 5V
10k
+ 10k
10kHz
-5V OPAMP5
Z
5V + 5V -Y ( (OUT-) - (OUT+) )
Gambar 3.10. Rangkaian Keseluruhan dari Tapis
dengan Menggunakan RC-
.
3.2.
Perancangan Bagian Pengkuantisasi Bagian pengkuantisasi akan mengkuantisasi isyarat keluaran dari tapis
yaitu isyarat
dan
sesuai dengan syarat kuantisasi yang telah ditentukan seperti telah
disebutkan dalam bab 2.1.3. Penguat yang dibuat akan mempunyai tiga aras kuantisasi agar menghasilkan tiga aras keluaran seperti yang diharapkan. Pengkuantisasi yang dirancang akan mempunyai aras kuantisasi 36
. Angka 1 disini
mempresentasikan tegangan catu daya positif yang digunakan yaitu Vdd, -1 sebagai tegangan catu daya negatif yang digunakan yaitu -Vdd dan 0 sebagai tegangan 0V. Bagian pengkuantisasi akan mengkuantisasi isyarat aras kuantisasi yang ada bergantung pada isyarat
ke aras terdekat dengan
. Sesuai dengan contoh yang
diberikan pada bab 2.1.3. Jika dijabarkan, maka hubungan antara isyarat
,
dan keluaran
adalah
sebagai berikut,
. Tabel keluaran untuk bagian pengkuantisasi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Tabel Kondisi Masukan dan Keluaran Bagian Pengkuantisasi. Kondisi
Kondisi
masukan e> 0, z> 0
keluaran (y = +1)
e< 0, z< 0 ez< 0
(y = -1) (y = 0)
Bagian pengkuantisasi yang akan dirancang ini akan terdiri dari blok komparator dan DFF, blok switching logic dan pre-drive serta blok tingkat daya dengan MOSFET. Blok diagram bagian pengkuantisasi dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Diagram Kotak Bagian Pengkuantisasi.
37
Bagian komparator dan DFF digunakan sebagai rangkaian hold dan sample untuk isyarat
dan . Bagian switching logic dan pre-drive digunakan untuk mengatur
kondisi tiap MOSFET pada bagian tingkat daya selain itu, juga untuk memberikan
dead-time agar tidak terjadi kondisi shoot-through current pada MOSFET (hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada perancangan switching logic). Yang terakhir adalah bagian tingkat daya dengan MOSFET yang digunakan untuk menguatkan daya dari isyarat hasil modulasi agar isyarat keluaran dapat mengemudikan penyuara. Bagian tingkat daya akan diwujudkan dengan topologi H-bridge.
3.2.1. Perancangan Komparator dan DFF Rangkaian bagian komparator dan DFF yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 3.12.
-5V
LM319
e
CD4013 D
+ 5V
CP
-5V
-z
LM319
CD4013 D
+ 5V
CP
e'
Q _ Q
z'
Q _ Q
-5/5V
400kHz
CLOCK
Gambar 3.12. Rangkaian Komparator dan DFF yang Dirancang.
Bagian komparator akan melakukan proses komparasi untuk isyarat e dan z terhadap tegangan referensi 0 sehingga didapatkan keluaran dari komparator bernilai 0 atau 1. Kemudian DFF akan digunakan untuk melakukan sample dan hold dari isyarat keluaran e dan z yang telah dikomparator. Pada perancangan, bagian komparator akan diwujudkan dengan komponen LM319 yang merupakan IC komparator. Alasan dari pemilihan komponen ini adalah LM319 mempunyai slew-rate yang tinggi yaitu 187,5 V/us. Dan untuk DFF akan digunakan IC DFF yaitu 4013.
38
Isyarat pulsa kotak sebagai isyarat clock untuk DFF akan direalisasikan dengan menggunakan komponen XR2206. Isyarat pulsa kotak akan dibuat dengan frekuensi sebesar 400kHz (memenuhi syarat frekuensi sampling yang digunakan yaitu minimal 20 kali dari frekuensi isyarat audio yaitu 20kHz). Digunakan komponen XR2206 karena XR2206 merupakan IC monolithic function generator yang dapat menghasilkan gelombang sinus, kotak dan segitiga yang mempunyai kestabilan serta akurasi yang tinggi. Gambar 3.14 menunjukkan rangkaian dari XR2206 yang akan dibuat.
Gambar 3.13.Rangkaian Penghasil Gelombang Kotak dengan Menggunakan Komponen XR2206.
Frekuensi dari rangkaian Gambar 3.13 dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut [17],
Agar didapatkan dan
, maka akan dipilih nilai untuk komponen .
3.2.2. Perancangan Switching Logic dan Pre-Drive 39
Bagian switching logic digunakan untuk mengatur kondisi MOSFET pada bagian tingkat daya. Bagian MOSFET pada bagian tingkat daya akan diwujudkan dalam topologi H-bridge yang akan dibahas pada bab 3.3. Pada Tabel 1.1 pada bab 2.2.2 dapat dilihat kondisi tiap MOSFET beserta keluarannya. Jika digabungkan dengan Tabel I akan didapatkan kondisi-kondisi untuk tiap nilai
dan
beserta kondisi tiap MOSFET
beserta keluarannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini dengan MOSFET M1 ~ M4 mengacu pada Gambar 2.17.
Tabel 3.2. Kondisi Isyarat ,
dan Kondisi Tiap MOSFET Beserta Keluarannya.
Kondisi isyarat Kondisi
Kondisi tiap MOSFET
e dan z
keluaran
M1
M2
M3
M4
e> 0, z> 0
y = +1
On
Off
Off
On
e< 0, z< 0
y = -1
Off
On
On
Off
ez< 0
y=0
Off
On
Off
On
3.2.2.1.
Switching Logic
Rangkaian switching logic dirancang untuk mengatur kondisi M1~M4 agar sesuai dengan isyarat
dan
sesuai dengan Tabel III selain itu juga untuk menyediakan
dead-time bagi MOSFET pada bagian tingkat daya. Pada konfigurasi H-
seperti Gambar 3.14, ketika M1 ‘on’, maka M2 akan
‘off’ demikian juga sebaliknya. Saat peralihan dari ‘on’ ke ‘off’, M1 dan M2 ada pada kondisi ‘on’ pada saat yang sama pada durasi waktu yang sangat singkat.Hal ini akan membuat jalur dari Vdd menuju -Vdd dengan resistansi yang sangat kecil karena MOSFET mempunyai resistansi yang sangat kecil antara drain dan source-nya ketika MOSFET ‘on’. Sebagai akibatnya mengalir arus yang besar (shoot-through current) melewati M1 dan M2. Hal ini akan menyebabkan MOSFET menjadi panas sehingga ada daya yang terbuang atau bahkan MOSFET dapat menjadi rusak.
40
Gambar 3.14. Bentuk Gelombang pada MOSFET M1 dan M2.
Untuk mencegah terjadinya kondisi shoot-through ini gate-driver harus dapat memaksa M1 benar-benar ‘off’ sebelum M2 ‘on’ demikian sebaliknya. Interval waktu dimana kedua MOSFET dalam kondisi ‘off’ dinamakan dead time. Bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Dead-time (biru muda) pada Bagian Keluaran MOSFET.
Rangkaian switching logic dibuat berdasarkan referensi [14]. Rangkaian dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Rangkaian Switching Logic [14]. 41
Pada Gambar 3.16, dua buah gerbang logika NOT (dalam kotak warna merah) bertujuan untuk memberikan dead-time. Gerbang logika NOT pada rangkaian switching
logic yang digunakan untuk menghasilkan dead-time adalah CD4069 yang mempunyai waktu transisi keluaran baik dari logika ‘high’ ke ‘low’ ataupun ‘low’ ke ‘high’ sebesar 35ns. Sehingga akan dicapai dead-time sekitar 35ns. Ada empat kondisi dari
dan
yang mengendalikan keluaran dari rangkaian
switching logic seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Tabel Logika Keluaran Switching Logic. Kondisi masukan
Kondisi keluaran 1N
1P
2N
2P
‘1’
‘1’
‘1’
‘1’
e’ = ‘0’, z’ = ‘0’
‘1’
‘1’
‘0’
‘0’
e’ = ‘1’, z’ = ‘1’
‘0’
‘0’
‘1’
‘1’
e’ = ‘1’, z’ = ‘0’ atau
e’ = ‘0’, z’ = ‘1’
1P akan dihubungkan kepada gate dari M1, 1N dihubungkan ke M2, 2N dihubungkan ke M4, 2P dihubungkan ke M3.
3.2.2.2.
Rangkaian Pre-Drive
Keempat buah keluaran dari switching logic akan mengendalikan kondisi tiaptiap MOSFET pada bagian keluaran sesuai dengan hubungan 1N, 1P, 2N dan 2P seperti pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17. MOSFET yang Dikonfigurasikan Jembatan Penuh. 42
Ketika MOSFET dioperasikan dalam kondisi switching dibutuhkan arus yang cukup besar untuk mengisi kapasitansi dari gate MOSFET dalam waktu yang singkat. Oleh karenanya, masih dibutuhkan rangkaian pre-drive sebelum dihubungkan ke MOSFET karena arus keluaran dari IC logika CMOS pada bagian switching logic yang relatif kecil (0.5 ~ 4 mA) yang menyebabkan keluaran dari IC logika tidak dapat dihubungkan secara langsung ke MOSFET. Oleh karena itu, dibutuhkan untai buffer yang mampu menyuplai arus yang cukup besar kepada gate MOSFET. Rangkaian pre-drive yang dirancang menggunakan rangkaian totem pole dengan transistor seperti dapat dilihat pada Gambar 3.18.
5V
2N3904 out
in
2N3906
-5V
Gambar 3.18. Rangkaian Totem Pole dengan Transistor Sebagai Rangkaian Pre Drive.
Pemilihan komponen transistor yang dipakai ini erat kaitannya dengan perancangan MOSFET pada bagian tingkat daya. MOSFET mempunyai kapasitansi pada bagian gerbangnya yang harus terisi hingga tegangan melebihi nilai threshold (
) agar MOSFET menjadi saturasi. Ketika MOSFET dipakai untuk aplikasi
pensaklaran frekuensi tinggi, untuk menjalankan MOSFET dibutuhkan arus yang besar untuk mengisi kapasitansi MOSFET sesuai dengan total muatan yang diperlukan untuk mencapai kondisi saturasi dalam waktu yang singkat. Hubungan antara arus gerbang yang dibutuhkan (
), total muatan gerbang (
dilihat pada persamaan di bawah ini [14], .
43
) dan waktu transisi (
) dapat
Frekuensi pensaklaran yang dipilih adalah sebesar 1 MHz atau mempunyai periode 1 s. Diinginkan perubahan dari kondisi off menuju on dari MOSFET maksimal sebesar 0.2
s, demikian pula sebaliknya. Dari perancangan bagian tingkat daya
diputuskan untuk menggunakan MOSFET tipe IRF540 dan IRF9530 dengan pertimbangan mempunyai nilai
yang cukup kecil (0.055 Ohm dan 0.3 Ohm)
dan mempunyai total muatan gerbang yang cukup kecil pula (30 nC dan 25 nC). Untuk perhitungan dipakai
yang paling besar yaitu 30 nC dan
yang diinginkan maksimum adalah 0.2 s, maka nilai
harus memenuhi,
dan menghasilkan, . Pada rangkaian ini dipilih pasangan transistor NPN-PNP 2N3904 dan 2N3906. Karena kedua transistor ini mempunyai arus maksimum yang dapat dilewatkan sebesar 200 mA dan nilai ini memenuhi nilai
hasil perhitungan.
Untuk setiap keluaran dari switching logic 1N, 1P, 2N, 2P harus diberi untai predrive dengan transistor ini sebelum masuk ke gerbang dari MOSFET pada bagian tingkat daya.
3.2.3. Perancangan Bagian Tingkat Daya dengan MOSFET Bagian tingkat daya dirancang menggunakan penguat jembatan penuh (full
bridge) dengan MOSFET seperti dapat dilihat pada Gambar 2.19.b agar dapat menghasilkan tiga aras keluaran. Pada subbab ini akan dijelaskan perancangan bagian tingkat daya dengan full bridge MOSFET agar bagian keluaran memenuhi spesifikasi pada bagian perancangan yang meliputi besarnya daya keluaran maksimum yang dihasilkan sebesar 20Watt dan efisiensi yang diharapkan dari penguat > 85%. Pada spesifikasi besarnya daya keluaran maksimum yang diinginkan dari perancangan penguat kelas D tanpa tapis LC adalah sebesar 20Watt pada beban 4 Ohm. Pada perancangan akan digunakan dua buah catu daya sebagai catu daya tegangan positif dan negatif (Vdd dan -Vdd). Tegangan positif maksimum yang dapat melewati beban yaitu penyuara adalah 2Vdd dan tegangan negatif maksimum yang dapat melewati beban adalah -2Vdd. Untuk menghitung besarnya Vdd yang digunakan digunakan rumus daya yaitu
44
. Dari persamaan di atas akan dihasilkan tegangan maksimum Vp yang diperlukan sebesar 8.94 Volt.
. hasil perhitungan tersebut adalah tegangan catu daya minimum yang digunakan untuk menghasilkan daya maksimum pada keluaran sebesar 20Watt. Pada perancangan akan digunakan
sebesar 5V. Sehingga catu daya positif dan negatif
yang digunakan dalam penguat audio yang dibuat adalah 5V dan -5V.
Efisiensi dari penguat yang diharapkan adalah lebih besar dari 85%. Efisiensi dari penguat dipengaruhi oleh komponen MOSFET yang dipakai. Efsiensi merupakan perbandingan antara daya yang masuk ke dalam penyuara dibandingkan dengan daya keluaran yang disuply oleh catu daya kepada rangkaian secara keseluruhan. Pada rangkaian penguat kelas D ini efisiensi hanya akan dilihat pada bagian keluaran karena rangkaian lainnya adalah rangkaian tapis dengan opamp dan rangkaian logika yang menarik arus dari catu daya lebih sedikit (skala miliAmpere) jika dibandingkan dengan arus dari catu daya yang ditarik oleh bagian keluaran (skala Ampere). Disipasi daya pada MOSFET akan mengurangi efisiensi dari penguat audio kelas D yang dibuat. Disipasi daya yang terjadi pada MOSFET akan bergantung pada parameter
. Dimana
ini merupakan besarnya hambatan (Ohm) pada
drain-source MOSFET ketika MOSFET berada dalam kondisi saturasi (sedang bekerja pada daerah triode).
Gambar 3.19. Kondisi MOSFET ketika Keluarannya adalah ’1’. 45
Gambar 3.19 memperlihatkan salah satu contoh kondisi keluaran dari full bridge MOSFET. Jika efisiensi pada penguat kelas D ditinjau dari keluaran H-bridge saja maka efisiensi pada penyuara adalah sebesar, .
yang dipakai sebagai beban adalah penyuara 4 Ohm. Pada perancangan, digunakan dua pasangan MOSFET tipe P dan tipe N yaitu IRF540 dan IRF9530. Alasan dari pemilihan komponen ini adalah MOSFET tipe ini mempunyai
yang kecil
yaitu untuk IRF540 adalah 0.055 Ohm dan untuk IRF9540 adalah 0.3 Ohm. Dari penggunaan komponen tersebut, effisiensi hasil perhitungan adalah sebesar 91.95%. Namun, pada kondisi sebenarnya effisiensi penguat tidak dapat lebih besar dari effisiensi hasil perhitungan, karena masih ada faktor seperti disipasi daya yang muncul pada proses switching yang terjadi pada gate MOSFET serta disipasi daya pada komponen-komponen lainnya yang dipakai.
3.2.4. Gambaran Perancangan Penguat Kelas D Keseluruhan Diagram kotak perancangan penguat dapat dilihat pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20. Diagram Kotak Perancangan Penguat Kelas D Keseluruhan.
46
Pada perancangan, isyarat keluaran sebelum diumpan balik akan dilemahkan sebesar 0,1 kali. Hal ini bertujuan agar isyarat masukan dari tapis W yaitu isyarat masukan dikurangi isyarat keluaran tidak terpotong pada batas catu-daya (clipping).
47