BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dianggap penting bagi masyarakat Indonesia karena hal tersebut terkait dengan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, pelaksanaan muktamar ini akan menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim. Masyarakat akan ikut memberitakan perhatian kepada berlangsungnya pelaksanaan muktamar ini karena kedua organisasi ini sedikit banyak akan ikut mempengaruhi kehidupan beragama masyarakat. Kompas dan Republika sebagai media nasional tentunya juga melihat pelaksanaan muktamar ini penting dan memiliki nilai berita sehingga layak untuk mendapat sorotan media. Kompas dan Republika juga memberikan porsi peliputan yang cukup besar untuk pemberitaan terkait muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015. Dari hasil penelitian Kompas dan Republika sama-sama menurunkan berita pelaksanaan muktamar dari sejak persiapan muktamar hingga penutupan muktamar. Keduanya memiliki periode yang hampir sama dalam menurunkan berita terkait muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Peneliti mengambil sampel berita muktamar pada periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 agar mendapat seluruh pemberitaan muktamar di Kompas dan Republika. Dari
69
70
hasil penelitian didapatkan bahwa Kompas menurunkan berita terkait muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 selama 15 hari sejak 27 Juli 2015 hingga 10 Agustus 2015. Sedangkan Republika menurunkan berita terkait muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) selama 16 hari sejak 25 Juli hingga 9 Agustus 2015. Dalam penelitian analisis isi tentu proses uji reliabilitas tidak dapat dilewati begitu saja. Uji reliabilitas dapat menguji apakah penelitian ini akan menghasilkan temuan yang sama jika dilakukan oleh orang lain. Apabila nilai yang ditunjukkan dari hasil uji reliabilitas memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, maka kebenaran penelitian akan semakin terjamin. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan dibantu oleh seorang pengkoder. Pengkoder yang ditunjuk dan peneliti kemudian melakukan pengkodingan pada sampel penelitian. Dari hasil pengkodingan peneliti dan pengkoder, jumlah keseluruhan berita penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Kompas dan Republika cukup memiliki perbedaan yang signifikan. Jumlah keseluruhan berita yang ditemukan peneliti dari periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 sebanyak 132 berita. Harian Kompas menyajikan berita liputan mengenai muktamar Muhammadiyah dan NU sebanyak 38 berita, sedangkan Republika menyajikan berita liputan mengenai muktamar Muhammadiyah dan NU sebanyak 94 berita. Pengkodingan juga dilakukan untuk setiap kategorisasi yang telah dibuat oleh peneliti (frekuensi, ragam topik, arah pemberitaan, sumber berita, dan penempatan halaman).
71
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan peneliti dan pengkoder dari setiap kategorisasi yang dibuat menghasilkan nilai reliabilitas sebagai berikut: a. Pada kategori frekuensi, tingkat reliabilitas pada surat kabar Kompas menunjukkan nilai sebesar 1 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder juga sebesar 1. Sedangkan pada surat kabar Republika memiliki nilai reliabilitas sebesar 1 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder juga bernilai 1. b. Pada kategori ragam topik, tingkat reliabilitas pada surat kabar Kompas menunjukkan nilai sebesar 0.82 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder sebesar 0.79. Sedangkan pada surat kabar Republika memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.90 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder bernilai sama yaitu 0.89 c. Pada kategori arah pemberitaan, tingkat reliabilitas pada surat kabar Kompas menunjukkan nilai sebesar 0.82 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder sebesar 0.64 (peneliti) dan 0.67 (pengkoder). Sedangkan pada surat kabar Republika memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.94 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder bernilai sebesar 0.77 (peneliti) dan 0.81 (pengkoder). d. Pada kategori sumber berita, tingkat reliabilitas pada surat kabar Kompas menunjukkan nilai sebesar 0.95 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder sebesar 0.92 (peneliti) dan 0.93 (pengkoder). Sedangkan pada surat kabar Republika memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.98 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder bernilai sama yaitu 0.97.
72
e. Pada kategori ragam topik, tingkat reliabilitas pada surat kabar Kompas menunjukkan nilai sempurna sebesar 1 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder juga sebesar 1. Sedangkan pada surat kabar Republika memiliki nilai reliabilitas sebesar 1 dengan tingkat kesepakatan masing-masing pengkoder juga bernilai 1. Dari hasil uji reliabilitas yang telah diuraikan diatas maka hasil temuan menunjukkan data telah memenuhi standar kepercayaan antar pengkoding. Karena angka minimum reliabilitas yang dapat ditoleransi adalah sebesar 0.70. Sedangkan dari hasil koding masing-masing kategori di atas menunjukan angka reliabilitas di atas 0.70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai reliabilitas penelitian ini cukup tinggi. Setelah memperoleh hasil uji reliabilitas yang memenuhi standar, peneliti akan menyajikan data yang nanti akan lebih lanjut dianalisis lebih dalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan kuantitas pemberitaan pada Kompas dan Republika setiap edisinya. Pada masa periode penyelenggaraan muktamar Muhammadiyah dan NU, peliputan berita pada media Kompas dan Republika rata-rata berjumlah 3 hingga 17 setiap edisinya. Namun jumlah pemberitaan pada periode persiapan muktamar, yaitu sebelum tanggal 31 Juli 2015 rata-rata hanya berjumalah 1-2 berita saja. Kompas pada tanggal 27 Juli hingga 30 Juli Agustus hanya menyajikan
berita
muktamar
1
berita.
Mendekati
pelaksanaan
muktamar
Muhammadiyah dan NU, pemberitaan di Kompas meningkat dengan rata-rata 3-5 berita per edisi. Frekuensi pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU paling
73
banyak pada tanggal 5 Agustus 2015 dengan jumlah 5 berita. Berbeda dengan Kompas, Republika memiliki frekuensi liputan berita terkait muktamar Muhammadiyah dan NU cukup banyak di setiap edisinya. Pada periode persiapan dari tanggal 25 Juli – 30 Juli rata-rata jumlah berita yang diliput Republika hanya 1-2 berita. Namun setelah mendekati pelaksanaan muktamar Muhammadiyah dan NU pemberitaan di Republika meningkat 3 – 17 berita, dengan jumlah berita terbanyak yaitu 17 berita pada 2 Agustus 2015. Kemudian frekuensinya menurun, Nahdlatul Ulama tidak lagi menurunkan berita muktamar NU dan Muhammadiyah setelah tanggal 9 Agustus 2015 sedangkan Kompas terakhir memberitakan berita NU dan Muhammadiyah pada 10 Agustus 2015 dan setelahnya tidak lagi menurunkan berita terkait muktamar Muhammadiyah. Hasil pengkodingan besaran frekuensi pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU 2015 secara lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut :
74
Tabel 1.a Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. Kompas No
Republika
Tanggal Frekuensi
P(%)
Frekuensi
P(%)
1
Sabtu, 25 Juli 2015
0
0.0
1
1.1
2
Minggu, 26 Juli 2015
0
0.0
1
1.1
3
Senin, 27 Juli 2015
1
2.6
2
2.1
4
Selasa, 28 Juli 2015
1
2.6
1
1.1
5
Rabu, 29 Juli 2015
1
2.6
0
0.0
6
Kamis, 30 Juli 2015
1
2.6
0
0.0
7
Jumat, 31 Juli 2015
2
5.3
3
3.2
8
Sabtu, 1 Agustus 2015
3
7.9
6
6.4
9
Minggu, 2 Agustus 2015
3
7.9
17
18.1
10
Senin, 3 Agustus 2015
3
7.9
12
12.8
11
Selasa, 4 Agustus 2015
4
10.5
14
14.9
12
Rabu, 5 Agustus 2015
5
13.2
10
10.6
13
Kamis, 6 Agustus 2015
3
7.9
11
11.7
14
Jumat, 7 Agustus 2015
4
10.5
7
7.4
15
Sabtu, 8 Agustus 2015
5
13.2
7
7.4
16
Minggu, 9 Agustus 2015
0
0.0
2
2.1
17
Senin, 10 Agustus 2015
2
5.3
0
0.0
38
100.0
94
100.0
Total Sumber: Hasil Koding Peneliti
75
Tabel 1.3 Daftar Judul Pemberitaan Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 di harian Kompas No 1 2
Tanggal 27-Jul-15
3 4
29-Jul-15
5 6 7 8 9
28-Jul-15
30-Jul-15 31-Jul-15
1-Agu-15
10 11 12 13 14 15
2-Agu-15
3-Agu-15
16 17 18 19 20 21
4-Agu-15
22
5-Agu-15
23 24 25 26 27
6-Agu-15
Judul Muncul Tiga Nama Calon Muktamar Muhammadiyah: Empat Nama Menguat Jadi Ketua Umum Pimpin Perbaikan Moral Muktamar Muhammadiyah: Dibutuhkan, Pimpinan Independen Kembalikan Sistem Musyawarah di NU Muktamar ke-33 NU: Potret Islam Nusantara Muhammadiyah Bahas Isu Bangsa -Panitia Muktamar NU Siapkan Kebutuhan Peserta (dual) Muktamar NU dari Masa ke Masa Nahdatul Ulama dan Tantangan Dunia Islam ke Masa depan NU Jadi Jembatan Peradaban – Muktamar teguhkan Islam Nusantara sebagai Jawaban Krisis Pemilihan Berjenjang Sulit untuk Diintervensi Muktamar 33 NU – Mulai dari Menabung 5000 hingga tidur di Mushala Muktamar NU Bisa Molor (Dual) Jombang dan KH Hasyim Asyari Muktamar ke-47 Muhammadiyah – Dari Makassar kembali ke Makassar Muhammadiyah jadi penggerak – pembukaan Muktamar Berlangsung meriah Gerak Ormas dalam Politik Kebangsaan Tangisan Gus Mus yang menyadarkan Pemakzulan jika Langgar Konstitusi Doa Gus Mus yang terkabul Ormas Perlu Lebih terlibat – NU Bentuk Tiga Badan khusus Muktamar ke-47 Muhammadiyah – Semangat Lintas Batas yang Mencerahkan Muktamar ke-33 NU – Saat Kaum Muda Bermusyawarah Hari ini Ketua PP Muhammadiyah Dipilih Kisah Bentor dan Ekonomi Jombang Jihad Konstitusi dilanjutkan Pelajaran Demokrasi dari Makassar
76
28 29 30 31 32 33
Politik Kebangsaan menjadi amanat Ormas keagamaan – Pemberantasan korupsi jadi perhatian 7-Agu-15 Kembangkan Dakwah mencerahkan Pemilihan Rais Aam Melalui Sistem Ahwa Jusuf Kalla Apresiasi Peran Aisyah Organisasi Kemasyarakatan – Muhammadiyah: Jangan Pilih pemimpin korup 34 Saatnya melihat ke depan 8-Agu-15 Islam Nusantara sebagai Pola Perilaku 35 Muktamar Muhammadiyah: Pandu Indonesia Jadi 36 produktif Muktamar NU: dari gegeran menjadi ger-geran 37 38 Muktamar Muhammadiyah: Kerelaan, Kekuatan motor 10-Agu-15 Pergerakan menuju Indonesia yang berkemajuan TOTAL 38 Sumber: Hasil Koding Peneliti
77
Tabel 1.4 Daftar Judul Pemberitaan Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 di harian Republika No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tanggal 25-Jul-15 26-Jul-15 27-Jul-15 28-Jul-15 31-Jul-15
1-Agu-15
14 15 16 17 18 19 20 21 22 2-Agu-15 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
3-Agu-15
Judul Kiai Said: Muktamar NU harus bermartabat Ormas Islam Harus Jawab Tantangan Muktamar Muhammadiyah Dorong Islam Berkemajuan Said Aqil Siroj: pendanaan NU harus mandiri Tak ada Persaingan calon ketum Muhammadiyah Gerakan Mencerahkan Indonesia Mengemban Harapan Umat Bawa Misi Muhammadiyah di Manapun Berada Muktamar NU Bahas Persoalan Umat dan Bangsa AHWA Bukan Manuver Berebut Kekuasaan Jangan Ada politik Uang Rais Aam Harus penuhi kriteria terbaik Muktamar Muhammadiyah Mantapkan Gerakan Pencerahan Memilih tanpa berkonflik Muhammadiyah Fokus Target Realistis Membawa Kegembiraan ke Makassar Pemkot Makassar Siapkan Call Center Khusus Muktamar Pawai Karnaval Meriahkan Muktamar Muktamar selalu dinamis KH solahudin: NU Harus Jaga Agama dan Negara Pembukaan Muktamar oleh Jokowi & Jokowi: NU Harus Jadi Jembatan Peradaban Muktamar Muhammadiyah diharapkan Perhatikan Ketimpangan Ekonomi NU hongkong Hadiri Muktamar Sistem AHWA Belum Final Terselip Doa Hingga Harapan untuk NU NU dan Wajah Islam Nusantara Dari NU untuk Indonesia dan Dunia Bursa Kandidat, KH Asad Ali Kemandirian NU Agenda Utama Menag Buka Seminar Peziarah Makam Gus Dur Membeludak KH Said Aqli Siroj Mengawali Khittah NU Pembahasan Tatib Berlangsung A lot
78
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
4-Agu-15
5-Agu-15
6-Agu-15
Gus Sholah Pastikan Calonkan Diri Islam Nusantara bukan Aliran Muhammadiyah Perkuat bidang penelitian Perkuat di Misi kemanusiaan Internasional Penggembira muktamar Berburu Batu sisik Naga 16 Negara Jadi Peserta Pertemuan Internasional Ketum Harus Representasikan Islam berkemajuan Perkampungan Istimewa untuk Penggembira Muhammadiyah Tanam Padi ramah Lingkungan Karnaval sambut peserta dan penggembira Muhammadiyah diminta kuasai perdagangan Pembukaan Muktamar Muhammadiyah Pleno Sepakati Tata Tertib Muktamar NU Kaum Muda NU Serukan Jihad Lingkungan Lembaga Pendidikan NU di Luar Jawa Butuh Perhatian NU Perbolehkan BPJS Kesehatan Terapis Bekam Manjakan Muktamirin Muhammadiyah Berperan penting dalam pemdidikan Indonesia Ojek dan Bentor Terciprat Untung Kasman Singodimedjo Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional Muktamar dipastikan bebas dari Intervensi politik Harapan besar kuntuk sang ketua umum Gubernur Sulsel Jamin keamanan Muktamirin Muhammadiyah Papua Barat Berperan Bagi pendidikan Muhammadiyah diminta terus lakukan pembaruan AHWA ditentukan lewat Voting BUMN Muhammadiyah perlu dimunculkan Pendidikan Ujung tombak Islam berkemajuan Khotbah Wada Din Syamsudin Pedagang bazar untung besar Perangko foto pribadi Badan Kerukunan Umat Diusulkan PMII Tolak jadi badan otonom NU Nadliyin diminta meneladani Gus dur NU didorong bentuk komite perdamaian Haedar Nashir Raih Suara terbanyak NU Larang Utang luar negeri NU Harus Bersatu Pasca Muktamar Sembilan Kiai Penjaga AHWA Nahdlatul Ulama
79
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Muhammadiyah didorong tetap netral Gus Mus keberatan Jadi rais Aam Forum Saudagar Rilis Enam Rekomendaasi IMM Agar Jadi Orgamisasi Berkemajuan Muhammadiyah untuk Tolikara Jurnalis jadi fotografer dadakan di Arena Muktamar Sejumlah negara Jadi peninjau Muktamar Ketua Umum Terpilih Daerah Terpencil Butuh Alumnus Muhammadiyah TV MU Ingin Jadi TV Nasional 7-Agu-15 28 BRT Disiagakan Angkut Muktamirin Bukopin Syariah Biayai Pendidikan Unismuh Muhammadiyah Bahas Komitmen Pada Pancasila Muhammadiyah ingin miliki pabrik farmasi JK Minta Muhammadiyah Dorong Kemakmuran Saleh Sebut Haedar Sosok Pekerja Wapres Sebut Din Syamsudin Cocok Jadi Menlu 8-Agu-15 Serahkan Lukisan dari Din Syamsudin ke Haedar Nashir Muhammadiyah Lahirkan 13 Rekomendasi Muhammadiyah Harus kembangkan Ekonomi Saintek Kokohkan Dakwah melalui Filantropi Muhammadiyah Fajar Baru Islam Indonesia 9-Agu-15 Haedar Nashir Muhammadiyah Menjaga Kiblat Bangsa TOTAL 94 Sumber: Hasil Koding Peneliti Untuk melihat perbedaan kecenderungan penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di harian Kompas dan Republika peneliti membagi berdasarkan kategorisasi frekuensi, topik berita, arah pemberitaan, sumber berita, dan penempatan halaman. Secara lebih terperinci kecenderungan kedua media tersebut bisa dilihat berdasarkan hasil koding pada masing-masing kategori berikut:
80
1. Kategori Frekuensi Kategori ini untuk melihat frekuensi berita muktamar setiap organisasi yang muncul berdasarkan yang diliput pada surat kabar Kompas dan Republika. Kategori ini diturunkan menjadi tiga kategori, yaitu Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) serta gabungan antara keduanya NU dan Muhammadiyah. Distribusi frekuensi masingmasing kategori dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2.a Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015.
No
Organisasi
Kompas Frekuensi P(%)
Republika Frekuensi P(%)
1
Nahdlatul Ulama
18
47.4
34
36.2
2
Muhammadiyah
14
36.8
58
61.7
3
NU dan Muhammadiyah
6
15.8
2
2.1
38
100.0
94
100.0
TOTAL Sumber: Hasil Koding Peneliti a. Nahdlatul Ulama (NU)
Kategori ini memuat semua berita yang membahas atau meliput kegiatan muktamar pada organisasi Islam Nahdlatul Ulama di masing-masing media Kompas atau Republika. Berdasarkan tabel hasil penelitian, pada periode tanggal 20 Juli – 10 Agustus 2015 muktamar Nahdlatul Ulama mendapat sorotan media Kompas sebanyak 18 berita atau 47.4% dari keseluruhan berita mengenai muktamar yaitu 38 berita. Sedangkan Republika menyajikan berita muktamar Nahdlatul Ulama sejumlah 34 dari
81
94 berita atau 36.2% dari keseluruhan berita mengenai muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Berikut adalah contoh berita dengan kategori Nahdlatul Ulama: NU Jadi Jembatan Peradaban – Muktamar teguhkan Islam Nusantara sebagai Jawaban Krisis JOMBANG, KOMPAS – Presiden Joko Widodo berharap Nahdlatul Ulama berperan menjadi jembatan peradaban di Tanah Air dan dunia. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar, hal itu memungkinkan karena NU seak awal kelahirannya mengedepankan nilai-nilai Islam yang moderat. Ketika membuka Muktamar Ke-33 NU di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8) malam, Presiden Jokowi mengatakan peran yang diharapkan dari NU, khususnya terkait upaya pengentasan warga dari kemiskinan, keterbelakangan, dan ketimpangan sosial. “Persoalan itulah yang bisa menjadi akar dari gerakan radikalisme,” ujarnya. (Kompas, 2 Agustus 2015)
Kiai Said: Muktamar NU Harus Bermartabat JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sais Aqil Siroj berharap Muktamar ke-33 NU di Jombang berlangsung bermartabat. Kiai Said mewanti-wanti agar agenda pemilihan ketua umum PBNU saat muktamar tidak menjadi ajang politik uang. “Muktamar NU harus bermartabat. Tidak ada politik uang, fitnah, dan intervensi pihak luar,” kata Kiai Said saat jumpa pers di kantor PBNU Jakarta, Jumat (24/7). (Republika, 25 Juli 2015)
b. Muhammadiyah Kategori ini memuat semua berita yang membahas atau meliput kegiatan muktamar pada organisasi Islam Muhammadiyah di masing-masing media Kompas dan Republika. Berdasarkan tabel hasil penelitian, pada periode tanggal 20 Juli – 10 Agustus 2015 Kompas menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dengan
82
persentase sebesar 36.8% dan frekuensi berita sebanyak 14 dari 38 berita. Harian Republika memberikan sorotan pada pemberitaan muktamar Muhammadiyah sebanyak 61.7% dari keseluruhan berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Frekuensi berita yang disajikan sebesar 58 berita dari 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan kategori Muhammadiyah: Muktamar ke-47 Muhammadiyah – Pelajaran Demokrasi dari Makassar Dua puluh bilik suara berjajar rapi di depan panggung auditorium Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (5/8) pagi. Sementara di sisi kiri panggung, delapan kotak suara berhias tenun sutra siap menampung surat suara peserta. Sebanyak 2568 pemilik hak suara dalam Muktamar ke-47 Muhammadiyah duduk rapi menanti giliran. Sebelas lelaki dan dua perempuan duduk di atas panggung menghadap para peserta muktamar. Mereka adalah panitia pemilihan di bawah pimpinan Ahmad Dahlan Rais (Kompas, 6 Agustus 2015)
Muktamar Muhammadiyah Dorong Islam Berkemajuan JAKARTA – Muktamar ke-47 Muhammadiyah akan menjadi momentum pemantapan peran organisasi sebagai gerakan pencerahan. Muhammadiyah ingin berkontribusi lebih besar bagi kemajuan umat dan bangsa. “Tema (muktamar) itu untuk merevitalisasi visi keagamaan Muhammadiyah, yaitu Islam berkemajuan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin di sela acara Halal Bi Halal Perhimpunan Indonesia untuk Kegamaan dan Kebudayaan (IARC) di Jakarta pada Ahad (26/7). (Republika, 27 Juli 2015)
c. NU dan Muhammadiyah Kategori ini menyajikan berita yang membahas kegiatan muktamar pada organisasi Islam Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam satu berita. Media menggabungkan
83
peliputan masing-masing organisasi dan disajikan ke dalam satu berita. Berdasarkan tabel hasil penelitian, pada periode tanggal 20 Juli – 10 Agustus 2015 Frekuensi berita gabungan antara muktamar NU dan Muhammadiyah disajikan Kompas dengan persentase sebanyak 15.8% atau 6 dari 38 berita. Sedangkan Republika menyajikan berita gabungan sebanyak 2.1% atau 2 berita dari keseluruhan berita muktamar NU dan Muhammadiyah yaitu 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan kategori NU dan Muhammadiyah: Gerak Ormas dalam Politik Kebangsaan Keberadaan organisasi kemasyarakatan diyakini mampu menjadi perekat kebangsaan. Institusi nonpemerintah yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat tersebut dipandang dapat menjembatani antara kepentingan rakyat dan negara. Meskipun gerak langkahnya belum maksimal dalam menjawab kebutuhan rakyat, ormas tetap diterima publik. Penghargaan publik terhadap dua organisasi keagamaan besar di Indonesia tentu tak menempatkan keduanya layaknya kekuatan politik. Peran NU dan Muhammadiyah sebagai penjaga moral bangsa, termasuk moral politik, lebih besar maknanya bagi bangsa ini. Meskipun demikian, menjaga jarak dengan politik bukan berarti tidak mampu memengaruhi proses politik di negeri ini. Politik kebangsaan menjadi jalan bagi Muhammadiyah dan NU untuk tetap memberikan peran dan komitmennya bagi pembangunan karakter bangsa. (Kompas, 4 Agustus 2015)
Ormas Islam Harus Jawab Tantangan Muhammadiyah harus memiliki prinsip dan pemikiran gerakan yang kuat, NU harus menjadi jawaban. JAKARTA – Dua Ormas Islam terbesar di Tanah Air, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah bakal menggelar muktamar untuk memilih nakhoda baru dan membahas masalah keumatan pada awal Agustus mendatang.
84
Muktamar ke-33 NU akan dihelat di Jombang, Jawa Timur, pada 1 hingga 5 Agustus 2015. Sedangkan, Muhammadiyah bakal menggelar pertemuan tertingginya yang ke47 di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 3 hingga 7 Agustus 2015. Hasil muktamar kedua ormas Islam itu diharapkan mampu menjawab tantangan yang dihadapi umat dan bangsa. (Republika, 26 Juli 2015)
2. Kategori Ragam Topik Berita Kategori ragam topik berita pada penelitian ini untuk melihat kecenderungan topik apa yang disajikan oleh Kompas dan Republika dalam pemberitaan muktamar NU dan Muhammadiyah. Ragam topik berita diturunkan ke dalam beberapa kategori, yaitu: pembahasan isu aktual, agenda muktamar, sejarah organisasi, peran dalam politik, Peran Organisasi untuk Bangsa, arah gerak organisasi, program kerja, pembukaan/penutupan muktamar, proses pemilihan ketua, antuasiasme muktamar kepemimpinan, dan peran serta dunia global. Distribusi frekuensi masing-masing kategori dapat dilihat dari tabel berikut:
85
Tabel 3.a Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 berdasar Kategori Ragam Topik Berita Kompas No
Republika
Topik Frekuensi
P(%)
Frekuensi
P(%)
1
Pembahasan Isu Aktual
4
10.5
15
16.0
2
Agenda Muktamar
2
5.3
9
9.6
3
Sejarah Organisasi
3
7.9
5
5.3
4
Peran Dalam Politik Kebangsaan
3
7.9
2
2.1
5
Arah Gerak Organisasi
4
10.5
7
7.4
6
Program Kerja
0
0.0
13
13.8
7
Pembukaan/ Penutupan Muktamar
2
5.3
3
3.2
8
Proses Pemilihan Ketua
11
28.9
15
16.0
9
Antuasiasme muktamar
2
5.3
14
14.9
10
Kepemimpinan
6
15.8
8
8.5
11
Peran Serta Dunia Global
1
2.6
3
3.2
38
100.0
94
100.0
Total Sumber: Hasil Koding Peneliti a. Pembahasan Isu Aktual
Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan pembahasan isu-isu aktual, misalnya isu pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan isu-isu umum yang sedang berkembang di dunia. Menurut hasil penelitian, Kompas mengangkat isu-isu aktual dalam menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU dengan persentase 10.5% atau sebanyak 4 dari 38 berita.
86
Republika lebih banyak mengangkat isu aktual dalam pemberitaannya sebesar 16% dan frekuensi berita yang muncul sebanyak 15 dari 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik pembahasan isu aktual: Pemberantasan Korupsi jadi Perhatian JOMBANG, KOMPAS – Pemberantasan korupsi menjadi salah satu materi yang dibahas dalam Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang, jawa Timur, dan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan. Di Jombang, kegeraman kaum nadliyin terhadap korupsi diwujudkan dalam rekomendasi haram hukumnya pengacara membela koruptor yang sudah jelas-jelas bersalah. Pasalnya, membela koruptor yang bersalah dapat membuat pengacara memanipulasi fakta. (Kompas, 7 Agustus 2015)
Muktamar Muhammadiyah diharapkan Perhatikan Ketimpangan Ekonomi JAKARTA - Muktamar Muhammadiyah diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap masalah ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Apalagi mengingat koefisien Gini sampai akhir 2014 mencapai angka 0.42. “Ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan antara penduduk miskin dan penduduk miskin dan penduduk kaya terlihat secara jelas semakin melebar dan tajam,” kata Bendahara PP Muhammadiyah Anwar Abbas, Sabtu (1/8). (Republika, 2 Agustus 2015)
b. Agenda Muktamar Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan mengenai agenda muktamar misalnya persiapan muktamar yang terkait dengan penyelenggaraan secara teknis dan materi dan kegiatan yang dilakukan di muktamar selain kegiatan yang ada pada kategori lain. Menurut hasil penelitian, Kompas mengangkat agenda muktamar dalam menyajikan berita muktamar
87
Muhammadiyah dan NU dengan persentase hanya 5.3% atau sebanyak 2 dari 38 berita. Republika lebih banyak mengangkat topik ini dalam pemberitaannya sebesar 9.6% dan frekuensi berita yang muncul sebanyak 9 dari 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik agenda muktamar: Muhammadiyah Bahas Isu Bangsa : Panitia Muktamar NU Siapkan kebutuhanPeserta. MAKASSAR, KOMPAS – Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, mulai Senin (3/8) sampai Jumat (7/8), akan membahas isu kebangsaan, yakni Pancasila, keumatan dan keberagaman. Hal ini sangat krusial karena kin Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan mulai diabaikan sebagai rujukan dalam kehidupan. Sementara itu, untuk pertama kali dalam sejarah Nahdlatul Ulama sejak berdiri 1926, Muktamar ke-33 NU di Jombang Jawa Timur, dibuka pada Sabtu (1/8) malam. Panitia mengubah tradisi pembukaan muktamar dari siang hari ke malam hari semata-mata agar rakyat bisa menghadiri dan menikmati acara yang digelar di alun-alun Kota Jombang. (Kompas, 1 Agustus 2015)
Muktamar NU Bahas Persoalan Umat dan Bangsa JOMBANG – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa timur, akan resmi dibuka Presiden Joko Widodo, Sabtu (1/8), sekitar pukul 19.30 WIB. Sekitar 1000 Santri akan dilibatkan sebagai paduan suara dalam acara pembukaan. Sekjen PBNU Marsudi Syuhud mengatakan, muktamar akan membahas beragam hal melalui forum bahtsul Masail. “Nantinya, dibentuk tiga komisi dan masing-masing akan membahas enam persoalan,” kata dia, Jumat (31/7). (Republika, 1 Agustus 2015)
c. Sejarah Organisasi
88
Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan dengan sejarah organisasi misalnya perjalanan organisasi dari masa ke masa, atau sejarah muktamar dari masa ke masa dan berita-berita yang membahas perjalanan terkait organisasi. Menurut hasil penelitian, Kompas mengangkat agenda muktamar dalam menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU dengan persentase 7.9% atau sebanyak 3 dari 38 berita. Republika mengangkat isu ini dalam pemberitaannya sebesar 5.3% dan frekuensi berita yang muncul sebanyak 5 dari 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik sejarah organisasi: Muktamar NU dari Masa ke Masa Muktamar adalah forum permusyawaratan tertinggi di Nahdlatul Ulama. Dalam forum ini, dibicarakan arah dan kebijakan strategis organisasi, termasuk diantaranya pemilihan pengurus. Sejak didirikan oleh KH Hasyim Asyari pada tanggal 31 Januari 1926, NU Telah menggelar 32 muktamar. Seiring dengan makin berkembangnya organisasi NU, peserta muktamar juga terus bertambah. Jika muktamar pertama pada 1926 diikuti 93 ulama, muktamar ke-33 di Jombang akan diikuti oleh sekitar 4000 peserta resmi.( Kompas, 1 Agustus 2015)
Muktamar selalu dinamis Sepanjang sejarah berdirinya NU, organisasi ini telah melangsungkan lebih dari 30 kali muktamar. Forum musyawarah yang digelar secara berkala tersebut memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis, karena tidak saja membahas program-program NU untuk periode ke depan melainkan juga berkaitan erat dengan proses pergantian kepemimpinan (sukses). (Republika, 2 Agustus 2015)
89
d. Peran Dalam Politik Kebangsaan Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan mengenai peran organisasi dalam dunia politik, misalnya keikutsertaan anggota organisasi dalam partai politik atau rencana organisasi untuk masuk dalam pemerintahan dan peran organisasi untuk bangsa dalam segala aspek kehidupan . Menurut hasil penelitian, Kompas menyajikan berita mengenai peran organisasi dalam politik sebanyak 3 berita atau 5.3% dari 38 berita. Sama halnya dengan Kompas, Republika juga memberitakan isu ini sebanyak 2 berita atau 2.1% dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik peran organisasi dalam politik: Gerak Ormas dalam Politik Kebangsaan Keberadaan organisasi kemasyarakatan diyakini mampu menjadi perekat kebangsaan. Institusi nonpemerintah yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat tersebut dipandang dapat menjembatani antara kepentingan rakyat dan negara. Meskipun gerak langkahnya belum maksimal dalam menjawab kebutuhan rakyat, ormas tetap diterima publik. Publik menilai ormas mampu menjadi media penyalur aspirasi di tenagh melemahnya kepercayaan terhadap partai politik. (Kompas, 4 Agustus 2015)
Muhammadiyah didorong tetap netral MAKASSAR – Muktamarke-47 Muhammadiyah belum pungkas memutuskan sikap politik Muhammadiyah. Kendati demikian, para senior organisasi masyarakat Islam tersebut menginginkan Muhammadiyah tetap dalam khitahnya sebagai lembaga dakwah. “Ada sinyal kuatnya tarikan kepada Muhammadiyah untuk mendukung partai politik, jelas ini akan mengurangi penerapan khitah yang dicetuskan di Makassar 1971 lalu,” kata Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin, Rabu (5/8). Khitah yang
90
dimaksud, kata Din, merupakan hasil keputusan Muktamar ke-38 di Makassar 44tahun lalu yang menegaskan Muhammadiyah bersikap netral, tidak terlibat aktif, serta tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. (Republika, 6 Agustus 2015)
e. Arah Gerak Organisasi Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan mengenai arah gerak organisasi. Topik ini memuat berita yang membahas mengenai arah gerak organisasi yang bersifat prinsipil atau idealisme organisasi yang sudah tertanam sejak lama. Berdasarkan hasil penelitian, Kompas menyajikan berita mengenai arah gerak organisasi sebanyak 4 berita atau 10.5% dari 38 berita. Republika memberitakan isu ini sebanyak 7 berita atau 7.4 % dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik arah gerak organisasi: Muktamar ke-33 NU: Pimpin Perbaikan Moral Pemuda Muhammadiyah juga mengharapkan Muhammadiyah tetap konsisten menampilkan wajah Islam yang menggembirakan dan memajukan. Bagaimana membawa Islam sebagai solusi bagi permasalahan sosial-kemasyarakatan. Hal yang tak kalah penting, Muhammadiyah harus bisa merawat toleransi. Beni menambahkan, Muhammadiyah ke depan diharapkan menadi organisasi yang lebih terbuka. Dengan demikian selayaknya Muhammadiyah mampu mentransformasikan ide dan gagasan untuk menghadapi tantangan global. (Kompas, 29 Juli 2015) Muhammadiyah diminta terus lakukan pembaruan MAKASSAR – Sekretaris Umum PP Persatuan Islam (Persis) Irfan Safruddin berharap Muhammadiyah dapat terus konsisten melakukan gerakan-gerakan tajdid atau pembaruan. Menurutnya, Muhammadiyah memiliki peran penting dalam perkembangan umat Islam dan bangsa Indonesia ke depan. “Saya harap Muhammadiyah bisa membawa umat menjadi lebih cerdas, modern, dan maju seperti halnya tema besar muktamar kali ini, yaitu gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan,” kata Irfan kepada Republika usai pembukaan Muktamar ke-
91
47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (3/8). (Republika, 4 Agustus 2015) f. Program Kerja Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan mengenai program kerja organisasi, misalnya program kerja yang harus dilakukan organisasi ke depannya atau program konkrit yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut hasil penelitian, Kompas sama sekali tidak menyajikan berita yang terkait program kerja organisasi. Berbeda dengan Kompas, Republika memberitakan isu ini sebanyak 13 berita atau 13.8% dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik program kerja: Badan Kerukunan Umat Diusulkan JOMBANG – Peserta sidang Komisi Bahtsul Masail Qanuniyah (perundangundangan) pada muktamar ke-33 NU mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Badan Nasional Kerukunan Umat Beragama dan tersebut dibutuhkan untuk mengantisipasi konflik agama. (Republika, 5 Agustus 2015)
g. Pembukaan/ Penutupan Muktamar Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan mengenai pembukaan dan penutupan muktamar. Menurut hasil penelitian, Kompas menyajikan berita mengenai pembukaan dan penutupan muktamar sebanyak 2 berita atau 5.3% dari 38 berita. Republika memberitakan topik ini sebanyak 3 berita atau 3.2% dari total keseluruhan jumlah berita, yaitu 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik pembukaan dan penutupan muktamar:
92
NU Jadi Jembatan Peradaban – Muktamar teguhkan Islam Nusantara sebagai Jawaban Krisis Ketika membuka Muktamar ke-33 NU di alun-alun Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8) malam, Presiden Jokowi mengatakan, peran yang diharapkan dari NU, khususnya terkait upaya pengentasan warga dari kemiskinan, keterbelakangan, dan ketimpangan sosial. “Persoalan itulah yang bisa menjadi akar dari gerakan radikalisme,” ujarnya. Pembukaan muktamar antara lain dihadiri Rais Aam Pengurus Besar (PB) NU KH Mustofa Bisri, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mantan persiden Megawati Soekarno Putri, Gubernur Jatim Soekarwo, serta pimpinan partai politik dan lembaga negara. (Kompas, 2 Agustus 2015)
Jokowi: NU Harus Jadi Jembatan Peradaban JOMBANG – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi membuka Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8). Dalam sambutannya, mantan gubernur DKI ini berharap organisasi Islam terbesar di Indonesia mampu menjadi jembatan peradaban. Bukan hanya jembatan bagi perbedaan dalam keagamaan, tetapi juga jembatan peradaban antarbangsa dalam wujud nyata sebagai rahmatanlilalamin,” kata Jokowi di arena muktamar. (Republika, 2 Agustus 2015)
h. Proses Pemilihan Ketua Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan mengenai proses pemilihan ketua, Topik tersebut tidak hanya terbatas pada pemilihan ketua saja namun juga bursa kandidat, mekanisme pemilihan, dan suasana proses pemilihan. Berdasarkan hasil penelitian, Isu ini merupakan yang paling banyak yang diberitakan Kompas yaitu sebanyak 11 berita atau 28.9% dari 38 berita. Sama halnya dengan Kompas, Republika juga banyak memberitakan isu ini dengan
93
persentase 16% atau sebanyak 15 berita dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik proses pemilihan ketua: Pemilihan Rais Aam Melalui Sistem Ahwa JOMBANG, KOMPAS – Muktamar ke- 33 Nahdlatul Ulama, Selasa (4/8). Akhirnya menyepakati mekanisme pemilihan rais aam atau pemimpin tertinggi dalam organisasi NU lewat sistem perwakilan (ahlul halli wa aqdi). Mekanisme pemilihan lewat sitem ini juga direkomendasikan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU yang akan diterapkan pada muktamar mendatang. (Kompas, 5 Agustus 2015)
Memilih tanpa berkonflik JAKARTA – Muhammadiyah memiliki menerapkan mekanisme penyaringan yang ketat bagi setiap kandidat calon ketua umum. Mekanisme ini bisa dipercaya bisa meredam hal-hal negative serupa konflik, mobilisasi masssa, hingga politik uang saat hari pemilihan. “Tidak ada hal negatif karema sistemnya kolektif kolegial,” kata Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir kepada Republika, Jumat (31/7). (Republika, 1 Agustus 2015)
i. Antuasiasme muktamar Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan dengan antusiasme muktamar. Antusiasme muktamar ini datang dari banyaknya pihak yang mendukung, suasana muktamar, dan pihak yang ikut mendapat pengaruh dari penyelenggaraan muktamar. Berdasar hasil penelitian, Kompas menyajikan berita mengenai peran organisasi dalam politik sebanyak 2 berita atau 5.3% dari 38 berita. Republika cukup banyak memberitakan isu ini dengan persentase 14.9% atau sebanyak 14 berita dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik antuasiasme muktamar:
94
Kisah Bentor dan Ekonomi Jombang Selain sektor transportasi, muktamar juga menggerakkan roda ekonomi masyarakat di berbagai bidang lainnya, seperti jasa penginapan, endera mata, dan makanan. Panitia muktamar ke-33 NU memperkirakan ada 5000 Anggota panitia dan peserta muktamar. Jumlah itu belum termasuk “penggembira” yang datang untuk mengikuti rangkaian kegiatan muktamar secara parsial. Nur (44), penjual soto sekitar 200 meter dari alun-alun juga meraasakan peningkatan omzet usaha yang lumayan besar. Biasanya ia hanya memperoleh Rp. 300.000 per hari. Namun, pada pembukaan muktamar, ia mendapat Rp 1,7 juta. (Kompas, 6 Agustus 2015)
Penggembira Muktamar Berburu Batu Sisik Naga MAKASSAR – Meski belum dibuka secara resmi, bazar yang diadakan oleh Muhammadiyah di kawasan Monumen Mandala sudah dipadati peserta dan penggembira muktamar Muhammadiyah. Salah satu stan yang ramai didatangi adalah satn penjual batu akik. Puluhan penggembira ramai-ramai mencari batu akik khas Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah batu sisik naga. Dengan corak yang sangat khas layaknya sisik seekor naga, batu ini mampu menarik minat penggembira untuk membeli. (Republika, 3 Agustus 2015)
j. Kepemimpinan Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan dengan kepemimpinan organisasi. Topik kepemimpinan merujuk pada berita yang menyajikan ulasan mengenai tokoh-tokoh pemimpin yang dipercaya dalam organisasi. Menurut hasil penelitian, Kompas menyajikan berita mengenai peran organisasi dalam politik sebanyak 6 berita atau 15.8% dari 38 berita. Sedangkan Republika memberitakan isu ini sebanyak 8 berita atau 8.5% dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik kepemimpinan:
95
Muktamar Muhammadiyah: Dibutuhkan, Pimpinan Independen JAKARTA, KOMPAS – Persyarikatan Muhammadiyah butuh pemimpin yang memiliki independensi politik. Dengan begitu, organisasi kemasyarakatan Islam tersebut tidak akan mudah diintervensi oleh kepentingan kelompok politik tertentu. Selama ini, banyak kader Muhammadiyah yang aktif di sejumlah partai politik. Perbedaan partai politik. Perbedaan partai politik, menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provisi Banten Hasan Alaydrus, membuat Muhammadiyah terkadang kesulitan menyatukan kader. “Sebaiknya (pimpinan Muhammadiyah) netral, independen,” kata Hasan Alaydrus, Rabu (29/7). (Kompas, 30 Juli 2015)
Bursa Kandidat, KH Asad Ali: Kemandirian NU Agenda Utama Di struktur PBNU saat ini, Kiai Asad tercatat sebagai wakil ketua umum. Tokoh kelahiran Kudus, 19 Desember 1949 ini pernah dipercaya menjabat sebagai wakil kepala Badan Intelijen Negara pada era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Sosok yang pernah nyantri di Pesantren al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, itu pun melanglang buana di Timur Tengah. Kiprahnya di NNU dirintis sejak muda, mulai dari IPNU, PMII, hingga GP Ansor. Cita-citanya satu, ingin menjadikan NU sebagi organisasi yang kuat dan mandiri. Berikut petikan perbincangan Republika dengan jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) soal pencalonannya sebagai ketua umum PBNU. (Republika, 2 Agustus 2015)
k. Peran Serta Dunia Global Kategori ini memuat berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU yang berkaitan dengan peran serta dunia global, misalnya keikutsertaan organisasi lain negeri dalam pelaksanaan muktamar Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama. Menurut hasil penelitian, Kompas menyajikan berita mengenai peran organisasi dalam politik sebanyak 1 berita atau 2.6% dari 38 berita. Sedangkan Republika memberitakan topik ini sebanyak 3 berita atau 3.2% dari total keseluruhan jumlah berita. Berikut adalah contoh berita dengan topik peran serta dunia global:
96
Muktamar ke-47 Muhammadiyah – Semangat Lintas Batas yang Mencerahkan Menjelang pembukaan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (2/8) lalu, puluham lelaki dan perempuan berkumpul di salah satu ruangan hotrl di kota tersebut. Selain ada yan berwajah Melayu dan Eropa, juga ada yang berwajah Afrika. Yang perempuan memakai baju kurung dan berkerudung dan sebagian lelaki menggunakan peci. Merek ternyata berasa dari Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Korea, Jepang, Eropa, dan Afrika, yang menghadiri salah satu dari rangkaian acara Muktamar MUhammadiyah, yaitu Muhammadiyah International Meetin (MIM) atau pertemuan para perwakilan Persyarikatan Muhammadiyah yang ada di luar negeri. (Kompas, 5 Agustus 2015)
NU hongkong Hadiri Muktamar Sejumlah delegasi dari cabang-cabang Nahdlatul Ulama (NU) datang dari luar negeri, salah satunya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Hongkong. Bahkan, ini adalah kali pertama cabang tersebut menghadiri forum tertinggi organisasi tersebut. (Republika 2 Agustus 2015)
3. Kategori Arah Pemberitaan Kategori ini untuk melihat kecenderungan arah pemberitaan berita muktamar NU dan Muhammadiyah di harian Kompas dan Republika. Kategori ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu favorable atau mendukung, unfavorable atau tidak mendukung, dan netral. Distribusi frekuensi masing-masing kategori dapat dilihat dari tabel berikut:
97
Tabel 4.a Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 berdasar Kategori Arah Pemberitaan
No
Arah Pemberitaan
Kompas
Republika
Frekuensi
P(%)
Frekuensi
P(%)
1
Favorable
18
47.4
13
13.8
2
Unfavorable
1
2.6
1
1.1
3
Netral
19
50.0
80
85.1
38
100.0
94
100.0
Total Sumber: Hasil koding peneliti a. Favorable
Kategori ini merujuk kepada berita-berita dengan nada pemberitaan atau arah pemberitaan yang positif. Berita yang dituliskan secara eksplisit maupun implisit menyatakan dukungan, pujian, sanjungan dan menyatakan persetujuan sesuai konten berita. Berdasarkan tabel hasil penelitian, Kompas memberitakan berita secara positif sebanyak 18 dari 38 berita atau 47.4% -nya. Sedangkan Republika menyajikan berita dengan arah pemberitaan positif sebesar 13.8% atau 13 berita dari 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan arah pemberitaan favorable (mendukung): NU Jadi Jembatan Peradaban – Muktamar teguhkan Islam Nusantara sebagai Jawaban Krisis Presiden meminta NU meningkatkan kerjasama dengan berbagai kalangan guna menciptakan tatanan dunia yang berkeadilan. “NU berperan penting menampilkan wajah Islam yang moderat. Kita perlu menyampaikan terima kasih kepada hadratusyaikh Hasyim As’yari (pendiri NU) yang menanamkan benih unggul sikap moderat bagi warga nadliyin, “ ujar presiden. Menurut Presiden, sejarah perkembangan
98
Islam di Indonesia menarik dunia Barat. “Perdana Menteri Inggris David Chameron langsung menyatakan kepada saya saat bertemu (Senin, 27/7). Beliau sangat tertarik sejarah Islam yang moderat, maju, dan toleran,” tutur Jokowi. Sejauh ini, tambah Presiden, NU telah memberi kontribusi yang besar untuk menjaga Indonesia dan tetap menjadi Indonesia. (Kompas 2 Agustus 2015)
Muktamar Muhammadiyah Dorong Islam Berkemajuan Sudah lebih seabad umur Muhammadiyah semenjak dilahirkannya tanggal 18 November 1912 silam. Sekarang kiprah ormas Islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini sudah menyentuh seluruh lini dan aspek kehidupan umat. Muhammadiyah punya aset terbesar, kader terbanyak, serta punya sistem yang sangat baik dalam menjalankan roda organisasinya. Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin mengakui sumbangsih Muhammadiyah kepada bangsa dan negara luar biasa besarnya. Karenanya, ia berharap hasil muktamar ke-47 mendatang bisa memberikan pencerahan besar bagi sekelumit permasalahan bangsa saat ini. (Republika, 27 Juli 2015)
b. Unfavorable Kategori ini merujuk kepada berita-berita dengan nada pemberitaan atau arah pemberitaan yang cenderung negatif. Berita yang dituliskan secara eksplisit maupun implisit menolak atau tidak mendukung, mencela serta meremehkan sesuai konten berita. Berdasarkan tabel hasil penelitian, Kompas dan Republika sama-sama menyajikan berita dengan nada pemberitaan yang negative sebesar 1 berita dengan persentase masing-masing 2.6% untuk Kompas dan 1.1% untuk Republika. Berikut adalah contoh berita dengan arah pemberitaan unfavorable (tidak mendukung):
99
Muktamar NU: dari Gegeran menjadi “Ger-geran” Perbedaan pendangan di tubuh NU setelah Muktamar ke-33 di Jombang tentu tak separah dua muktamar itu. Masih besar keyakinan akan adanya penyamaan pandangan yang berbeda. Seperti disapaikan KH Abdussalam Sohib, pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang: “Saya percaya, NU itu awalnya gegeran, tetapi akhirnya ger-geran.” Semoga saja Pak Kiai… (Kompas, 10 Agustus 2015)
AHWA Bukan Manuver Berebut Kekuasaan Dijelaskan pula bahwa digunakannya sistem ini didasari oleh temuan adanya kepentingan politik sesaat dalam proses pemilihan kepemimpinan NU di berbagai tingkatan. Lebih memprihatinkan lagi, pertarungan dalam forum-forum permusyawaratan NU di berbagai tingkatan selalu melibatkan politik uang untuk jual beli suara. Hal itu tentu akan menjurus kepada kerusakan moral yang luar biasa di jajaran kepemimpinan PBNU. (Republika 1 Agustus 2015) c. Netral Kategori ini merujuk kepada berita-berita dengan nada pemberitaan atau arah pemberitaan yang netral. Sehingga berita yang dituliskan secara eksplisit maupun implisit tidak memihak dan memberitakan apa adanya peristiwa. Berdasarkan tabel hasil penelitian, Kompas memberitakan berita secara netral sebanyak 19 dari 38 berita atau 50% -nya. Sedangkan Republika menyajikan berita dengan arah pemberitaan netral sebesar 85.1% atau 80 berita dari 94 berita. Berikut adalah contoh berita dengan arah pemberitaan netral: Politik Kebangsaan menjadi Amanat MAKASSAR, KOMPAS – Setelah melalui proses panjang dan berjenjang, Kamis (6/8). Haidar Nasir ditetapkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat MUhammadiyah periode 2015-2020. Sementara itu, istri Haidar, yaitu Siti Noordjannah Djohantini, menjadi Ketua Umum PP Aisyiyah.
100
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Zainuddin Maliki mengatakan, banyak tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah ke depan. “Tapi yang saya ingin tekankan adalah melaksanakan amanat muktamar untuk tetap mengembangkan politik kebangsaan,” katanya, semalam. (Kompas, Republika, 7 Agustus 2015)
Ketua Umum Terpilih JAKARTA – Muktamar yang digelar dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah , memunculkan ketua umum periode 2015-2020. KH Said Aqil Siroj terpilih secara diplomasi pada Muktamar ke-33 NU di Jombang, sedangkan Haedar Nasir dipilih melalui musyawarah donator PP Muhammadiyah pada Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar. Dalam putaran pertama sidang voting pemilihan rais aam tanfidziyah PBNU yang berlangsung sejak Rabu (5/8) malam hingga Kamis (6/8) pukul 02.30 WIB, Said Aqil Siroj mendapatkan 287 suara. (Republika, 7 Agustus 2015)
4. Kategori Sumber Berita Kategori ini untuk melihat kecenderungan sumber berita muktamar NU dan Muhammadiyah diperoleh pada harian Kompas dan Republika. Kategori ini diturunkan menjadi 9 kategori, yaitu pemerintah, petinggi organisasi, anggota, intelek, internasional, warga, tokoh, lainnya, dan organisasi lain. Distribusi frekuensi masingmasing kategori dapat dilihat dari tabel berikut:
101
Tabel 5.a Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 berdasar Kategori Sumber Berita Kompas No
Republika
Sumber Berita Frekuensi
P(%)
Frekuensi
P(%)
1
Pemerintah
2
5.3
11
11.7
2
Petinggi Organisasi
22
57.9
48
51.1
3
Anggota
2
5.3
7
7.4
4
Intelek
4
10.5
9
9.6
5
Internasional
1
2.6
1
1.1
6
Warga
2
5.3
8
8.5
7
Tokoh
1
2.6
4
4.3
8
Lain
4
10.5
3
3.2
9
Organisasi lain
0
0.0
3
3.2
38
100.0
94
100.0
Total Sumber: Hasil koding peneliti
a. Pemerintah Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari Pemerintah, seperti presiden, wakil preside, menteri, pejabat daerah, dan sebagainya. Sumber berita dari pemerintah dalam pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas sebesar 5.3% dengan frekuensi sebanyak 2 berita. Sedangkan Republika menjadikan pemerintah sebagai sumber berita dengan persentase 11.7% dan frekuensi sebanyak 11 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari pemerintah:
102
Muhammadiyah jadi penggerak – pembukaan Muktamar Berlangsung meriah “Sejak didirikan di Yogyakarta tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah telah berperan aktif mencerdaskan umat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persyarikatan telah membawa semangat pembaruan yang membara agar Islam selalu relevan dengan zaman, agar Islam menjadi jawaban terhadap masalah umat dan bangsa,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan muktamar Satu Abad Aisyiyah yang dihadiri sedikitnya 50.000 orang di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (3/8). (Kompas 4 Agustus 2015)
Muktamar Muhammadiyah Dorong Islam Berkemajuan Sudah lebih seabad umur Muhammadiyah semenjak dilahirkannya tanggal 18 November 1912 silam. Sekarang kiprah ormas Islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini sudah menyentuh seluruh lini dan aspek kehidupan umat. Muhammadiyah punya aset terbesar, kader terbanyak, serta punya sistem yang sangat baik dalam menjalankan roda organisasinya. Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin mengakui sumbangsih Muhammadiyah kepada bangsa dan negara luar biasa besarnya. Karenanya, ia berharap hasil muktamar ke-47 mendatang bisa memberikan pencerahan besar bagi sekelumit permasalahan bangsa saat ini. (Republika, 27 Juli 2015)
b. Petinggi Organisasi Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari petinggi organisasi. Petinggi organisasi ini termasuk seperti pemimpin organisasi, tokoh organisasi, pengurus organisasi, pengurus muktamar, dan sebagainya. Sumber berita dari petinggi organisasi dalam pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas sebesar 57.9% dengan frekuensi sebanyak 22 berita. Sedangkan Republika menjadikan petinggi organisasi sebagai sumber berita dengan persentase 51.1% dan frekuensi sebanyak 48 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari petinggi organisasi:
103
Muncul Tiga Nama Calon Ketua Panitia Muktamar NU Syaifulla Yusuf, Minggu (26/7), mengungkapkan, tiga nama yang disebut-sebut menjadi calon kuat Ketua Umum Tanfidziyah PBNU untuk lima tahun mendatang adalah Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Wakil Ketua PBNU As’ad Said Ali, dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Salahuddin Wahid atau Gus Solah. (Kompas, 27 Juli 2015)
Kiai Said: Muktamar NU harus bermartabat JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj berharap Muktamar ke-33 NU di Jombang berlangsung bermartabat. Kiai Said mewanti-wnati agar agenda pemilihan ketua umum PBNU saat muktamar tidak menjadi ajang politik uang. “Muktamarvg NU harus bermartabat. Tidak ada politik uang, fitnah, dan iintervensi pihak luar,’’ kata Kiai Said saat jumpa pers di kantor PBNU Jakarta, Jumat (24/7). (Republika, 25 Juli 2015)
c. Anggota Kategori ini vmerujuk kepada berita-berita yang bersumber dari Anggota. Anggota ini termasuk anggota umum organisasi dan peserta muktamar organisasi yang tidak termasuk dalam keanggotaan pengurus. Kompas menyajikan berita yang bersumber dari anggota sebanyak 2 berita dengan persentase 5.3%. Republika menyajikan berita bersumber dari anggota sebesar 7.4% atau frekuensi sebanyak 7 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari anggota: Muktamar Muhammadiyah: Kerelaan, Kekuatan motor Pergerakan menuju Indonesia yang berkemajuan “Daerah yang kaya seperti di daerah saya di Pekajangan, Pekalongan (jawa Tengah), yang dulu 100 persen anggota Muhammadiyah, kini mati (ekonominya). Anak-anak pengusaha Muhammadiyah yang sekolah tinggi sampai ke luar negeri juga tak mau pulang meneruskan usaha mereka. Akibatnya, jumlah pengusaha Muhammadiyah
104
semakin berkurang,” kata Soetrisno, yang ditemui saat Silaturahim Saudagar Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, pekan lalu. Kini, anggota Muhammadiyah yang banyak berprofesi sebagai pedangang ditengarai memang maik berkurang. Anggota persyarikatan diperkirakan lebih banyak berlatar belakang birokrat. Di Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bandung, Jawa Barat misalnya, 70 persen anggotanya adalah birokrat, Ada guru, dosen atau pegawai instansi oemerintahan. Hanya 30 persen berprofesi pengusaha. (Kompas 10 Agustus 2015)
28 BRT Disiagakan Angkut Muktamirin Sebelumnya, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo memberikan bantuan berupa sejumlah kendaraan untuk mengangkut muktamirin. Pemilik suara dari seluruh Indonesia diketahui sebanyak 2568 orang untuk memilih 13 Pimpinan Pengurus Pusat Muhammadiyah. Sejumlah muktamirin menuturkan, jamuan dan fasilitas yang diberikan panitia sangat baik. Termasuk, kesiapan transportasi antarjemput selama kegiatan berlangsung. “Pelayanan panitia sangat baik, busway ini sangat enak ditumpangi, selain luas juga dingin. Selain itu, jamuan makanan juga baik, semoga ini bisa dipertahankan hingga selesainya acara.” Ujar Hasniwati, salah satu muktamirin di arena muktamar. (Republika, 7 Agustus 2015)
d. Intelek Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari Intelek. Intelek dalam penelitian ini termasuk orang-orang dengan latar belakang pendidikan yang baik, seperti mahasiswa, dosen, dan sebagainya. Kompas menyajikan berita yang bersumber dari intelek sebanyak 4 berita dengan persentase 10.5%. Dan Republika menyajikan berita bersumber dari anggota sebesar 9.6% atau frekuensi sebanyak 9 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari intelek:
105
Nahdlatul Ulama dan Tantangan Dunia Islam ke Masa Depan Guru Besar Monash University, Australia, Greg Barton menyebut Nahdlatul Ulama sebagai harapan bagi umat Islam untuk kembali menjadikan agama ini pilar peradaban dunia. NU diharapkan mampu menerjemahkan dengan baik apa yang disebut sebagai Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam. “NU merupakan salah satu ormas Islam paling besar di dunia. Pengaruhnya sangat signifikan di Indonesia dan dunia. NU bisa memberi harapan bagi seluruh umat Islam,” ujar Greg dalam seminar Pra-Muktamar ke-33 NU yang digelar harian Kompas bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Surabaya, awal Juli lalu. (Kompas, 1 Agustus 2015) Lembaga Pendidikan NU di Luar Jawa Butuh Perhatian JOMBANG – Lembaga pendidikan milik Nahdlatul Ulama (NU) yang berada di luar Jawa membutuhkan perhatian khusus dari induk organisasi melalui pimpinan pusat LP Ma’arif NU. Wakil Ketua PW LP Ma’arif Sumatra Barat Sudirman Syair Datuak Simulo Nan Balopiah mengatakan, kendala utama pengembangan pendidikan Ma’arif di daerah adalah rendahnya sumber daya manusia yang dipercaya memimpin LP Ma’arif NU. (Republika, 4 Agustus 2015)
e. Internasional Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari dunia Internasional. Dunia internasional ini merupakan sumber-sumber yang berasal dari masyarakat dari luar negeri atau organisasi dari luar negeri. Sumber berita dari internasional dalam pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas sebesar 2.6% dan Republika menyajikan berita bersumber internasional sebesar 1.1%. Baik Kompas dan Republika memiliki frekuensi sebanyak 1 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari internasional:
106
Muktamar ke-47 Muhammadiyah – Semangat Lintas Batas yang Mencerahkan Salah satu yang datang adalah Muhammadiyah Association Singapura (MAS), yang membawa Sembilan anggotanya. MAS adalah salah satu organisasi saudara yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, yang sepenuhnya dikelola warga Singapura. Kamal Osman, Middle Zone Chairman MAS, mengatakan, organisasinya berdiri tahun 1957. “Kebanyakan pendirinya berasal dari Padang, Sumatera Barat. Awalnya 57 anggota tetapi kini anggota kami sekitar 2000 orang,” kata Kamal. (Kompas, 5 Agustus 2015)
NU hongkong Hadiri Muktamar Dalam muktamar kali ini, tutur Zal, PCI Hongkong akan menyampaikan aspirasi berupa dukungan pembangunan masjid. Setiap Ahad, pengajian digelar di tempat terbuka. Terkadang di Victoria Park, di bawah jembatan atau lokasi terbuka lainnya. “Jika kita diusir. Kami sedang mengupayakan tempat yang lebih baik,” ujar Zal kepada wartawan di Jombang, Sabtu (1/8) Zal menceritakan, saat ini ada sekitar 170 buruh migran asal Indonesia atau TKI yang kerja di Hongkong. Dengan jumlah yang besar, menurut Zal, komunitas Muslim Indonesia belum memiliki masjid yang represntatif. “Ada enam masjid di sana. Ratarata perintis imigran Pakistan. Sebagian oleh masyarakat Muslim China,” kata Zal. (Republika 2 Agustus 2015)
f. Warga Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari warga biasa dan masyarakat setempat. Sumber berita dari warga dalam pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas sebesar 5.3% dengan frekuensi sebanyak 2 berita. Sedangkan Republika menjadikan petinggi organisasi sebagai sumber berita dengan persentase 8.5% dan frekuensi sebanyak 8 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari warga:
107
Muktamar 33 NU – Mulai dari Menabung 5000 hingga tidur di Mushala Salah satunya Musarofal Bisri (58) yang saat ditemui tengah duduk di halte tak jauh dari alun-alun Kabupaten Jombang, Sabtu (1/8). Dengan bangga seraya mengumbar senyum, Musarofal menceritakan “perjuangannya” untuk bisa datang di acara pembukaan muktamar. Laki-laki bertubuh kurus itu mengaku menabung selama dua bulan lalu untuk bisa membayar ongkos bus sekaligus kebutuhan lainnya di Jombang. “Saya sisihkan Rp 5000 dari penghasilan,” kata Musarofal yang sehari-hari mengayuh becak di Kecamatan Jangkar, Situbondo, Jatim. Sebagai tukang becak, beruntung Musarofal pernah bawa pulang Rp 50.000 meskipun sehari-hari ia hanya mendapat rata-rata Rp 25.000. Maklum, di tenagh-tengah para tukang becak yang sudah digerakkan dengan mesin motor, Musarofal masih mengayuh. Apalagi istrinya juga tak bekerja . Uang hasil mengayuh becak itulah yang ia tabung untuk hadir di Muktamar NU. (Kompas, 2 Agustus 2015) Terselip Doa Hingga Harapan untuk NU Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur mengundang perhatian banyak kalangan. Tak sedikit pula yang menitipkan doa hingga harapan untuk organisasi yang berdiri 31 Januari 1926. Seorang seniman, Muhammad Holis Satriawan, mendoakan kesuksesan dan kelancaran Muktamar ke-33 NAhdlatul Ulama melalui lukisan cepat yang diselesaikannya hanya dalam tempo waktu 15 menit. “Ini sebagai bentuk pesan moral agar muktamar NU berjalan sukses dan tidak ada konflik antarkelompok demi kepentingan tertentu.” Ujarnya seusai melukis cepat di Surabaya, Jumat (31/7). (Republika 2 Agustus 2015)
g. Tokoh Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari tokoh. Tokoh dalam penelitian ini termasuk tokoh-tokoh yang dikenal masyarakat luas baik tokoh budaya, sosial, dan sebagainya. Kompas menyajikan berita yang bersumber dari intelek sebanyak 1 berita dengan persentase 2.6%. Dan Republika menyajikan berita
108
bersumber dari anggota sebesar 4.3% dan frekuensi sebanyak 4 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari tokoh: Jombang dan KH Hasyim Asyari Kini, Jombang memang identic dengan Gus Dur. Menjelang gerbang masuk ke Jombang, beberapa spanduk bertuliskan “Jombang Kota Gus Dur” terlihat mendampingi berbagai spanduk ucapan selamat atas perhelatan Muktamar ke- 33 NU di Jombang, Jawa Timur, 1-5 Agustus. Di salah satu jalur utama di Jombang, ada pula nama Jalan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Sosok Ketua Umum Pengurus Besar NU 1984-1999 itu menjadi magnet bagi warga nadliyin dan warga Jombang, khususnya. “Menurut saya, karena Gus Dur memanusiakan manusia. Gus Dur juga tidak menbedabedakan orang. Kedua, Gus Dur juga ikhlas berjuang demi umat,” kata Alisa Wahid, putri Gus Dur yang juga Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian. (Kompas, 3 Agustus 2015) Nadliyin Diminta Meneladani Gus Dur Keluarga besar almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan para Gusdurian memperingati hari lagir presiden ke-4 RI tersebut yang jatuh pada 4 Agustus. Kemarin, almarhum tepat menginjak usia ke 75 tahun. Putri almarhumah Gus Dur, yaitu Alisa Wahid, mengatakan, peringatan tersebut dilakukan dengan sederhana karena sesuai dengan ajaran Gus Dur. Acara ini bukan mewah, tapi semua sederhana karena kesederhanaan, penampilan, berpikir, bertindak itu juga perilaku Gus Dur, “katanya du Universitas Hasyim Asyari di PP Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kemarin. (Republika 5 Agustus 2015)
h. Lain-lain Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang tidak bersumber dari orang lain. Lain-lain dalam penelitian ini merupakan sumber-sumber dokumen, buku, internet, data statistik, dan observasi jurnalis. Di media Kompas tidak ditemukan berita yang menyajikan dari sumber lain. Sedangkan Republika menyajikan berita dari sumber lain
109
sebesar 3.2% atau frekuensi sebanyak 3 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari lain-lain: Muktamar NU dari Masa ke Masa Muktamar adalah forum permusyawaratan tertinggi di Nahdlatul Ulama. Dalam forum ini, dibicarakan arah dan kebijakan strategis organisasi, termasuk diantaranya pemilihan pengurus. Sejak didirikan oleh KH Hasyim Asyari pada tanggal 31 Januari 1926, NU Telah menggelar 32 muktamar. Seiring dengan makin berkembangnya organisasi NU, peserta muktamar juga terus bertambah. Jika muktamar pertama pada 1926 diikuti 93 ulama, muktamar ke-33 di Jombang akan diikuti oleh sekitar 4000 peserta resmi. Sumber: Litbang “Kompas”/PUR, diolah dari pemberitaan “Kompas”/ laman Nahdlatul Ulama, dan sumber lain. ( Kompas, 1 Agustus 2015) Muktamar selalu dinamis Sepanjang sejarah berdirinya NU, organisasi ini telah melangsungkan lebih dari 30 kali muktamar. Forum musyawarah yang digelar secara berkala tersebut memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis, karena tidak saja membahas program-program NU untuk periode ke depan melainkan juga berkaitan erat dengan proses pergantian kepemimpinan (sukses). Bersumber dari buku dan ensiklopedi NU (Republika, 2 Agustus 2015)
i. Organisasi lain Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang bersumber dari organisasi lain. Organisasi lain dalam penelitian ini merupakan sumber dari organisasi atau instansi lain di Indonesia selain Muhammadiyah dan NU. Dalam surat kabar Kompas tidak ditemukan berita yang bersumber dari organisasi lain. Sedangkan Republika menyajikan berita bersumber dari organisasi lain sebesar 3.2% atau frekuensi sebanyak 3 berita. Berikut adalah contoh berita dengan sumber berita dari organisasi lain:
110
PMII Tolak jadi badan otonom NU JOMBANG – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyampaikan keberatan terhadap keputusan Sidang Komisi Organisasi Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang. Organisasi yang dibidani NU itu menolak dimasukkan ke dalam AD/ART NU sebagai badan otonom atau banom. Ketua umum PB PMII Aminuddin Ma’ruf menyampaikan, meski lahir dari NU melalui Deklarasi Munarjati di Malang tahun 1972, organisasi berbendera kuning itu telah menyatakan bersifat independen atau tidak terikat dengan organisasi manapun. Namun begitu, menurut Ma;ruf, PMII tidak mengingkari adanya ikatan sejarah dan ideology dengan NU. Hubungan itu disebutnya sebagai interdependensi. (Republika 5 Agustus 2015)
5. Kategori Penempatan Halaman Kategori ini untuk melihat kecenderungan berita muktamar NU dan Muhammadiyah ditempatkan pada harian Kompas dan Republika. Kategori ini dibagi menjadi lima kategori, yaitu halaman depan – headline, halaman depan – tidak headline¸ halaman dalam, halaman belakang, dan edisi khusus.. Distribusi frekuensi masing-masing kategori dapat dilihat dari tabel berikut:
111
Tabel 6.a Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015 berdasar Kategori Penempatan Halaman Kompas No
1 2
Republika
Penempatan Halaman Halaman Depan – headline Halaman Depan - tidak headline
Frekuensi
P(%)
Frekuensi
P(%)
4
10.5
5
5.3
2
5.3
4
4.3
3
Halaman Dalam
32
84.2
62
65.9
4
Halaman Belakang
0
0.0
0
0.0
5
Edisi Khusus
0
0.0
23
24.5
38
100.0
94
100.0
Total Sumber: Hasil koding peneliti a. Halaman Depan – headline
Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang ditempatkan di halaman pertama surat kabar dan menjadi headline berita pada hari itu. Berdasarkan hasil tabel penelitian, Kompas menempatkan berita muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di halaman pertama dan menjadikan headline sebanyak 4 berita dengan persentase 10.5% dan sedangkan Republika menurunkan berita muktamar di halaman pertama dan dijadikan headline sebanyak 5.3% dari 94 berita, yaitu 5 berita. Berikut adalah contoh berita yang ditempatkan di halaman depan dan menjadi hedline: Muhammadiyah jadi Penggerak – Pembukaan Muktamar Berlangsung Meriah MAKASSAR, KOMPAS – Persyarikatan Muhammadiyah diharapkan terus menjadi motor penggerak kemajuan bangsa melalui aktivitas di bidang pendidikan dan
112
kesehatan. Lewat peran tersebut, selama ini Muhammadiyah membawa misi Islam berkemajuan. “Sejak didirikan di Yogyakarta tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah telah berperan aktif mencerdaskan umat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persyarikatan telah membawa semangat pembaruan yang membara agar Islam selalu relevan dengan zaman, agar Islam menjadi jawaban terhadap masalah umat dan bangsa,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah yang dihadiri sedikitnya 50.000 orang di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (3/8). (Halaman 1 - Kompas, 4 Agustus 2015)
Jokowi: NU Harus Jadi Jembatan Peradaban JOMBANG – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi membuka Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8). Dalam sambutannya, mantan gubernur DKI ini berharap organisasi Islam terbesar di Indonesia mampu menjadi jembatan peradaban. Bukan hanya jembatan bagi perbedaan dalam keagamaan, tetapi juga jembatan peradaban antarbangsa dalam wujud nyata sebagai rahmatanlilalamin,” kata Jokowi di arena muktamar. (Halaman 1 - Republika, 2 Agustus 2015) b. Halaman Depan - tidak headline Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang ditempatkan di halaman pertama surat kabar dan namun tidak menjadi headline berita pada hari itu. Berdasarkan
hasil
tabel
penelitian, Kompas
menyajikan
berita
muktamar
Muhammadiyah dan NU sebanyak 5.3% atau 2 berita dan ditempatkan di halaman depan namun tidak dijadikan headline. Dan sedangkan Republika menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU dan ditempatkan pada halaman pertama namun
113
tidak dijadikan headline sebesar 4.3% atau 4 berita dari total 94 berita. Berikut adalah contoh berita yang ditempatkan di halaman depan dan tidak headline: Pemilihan Rais Aam Melalui Sistem Ahwa JOMBANG, KOMPAS – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, Selasa (4/8), akhirnya menyepakati mekanisme pemilihan rais aam atau pemimpin tertinggi dalam organisasi NU lewat sistem perwakilan (ahlul halli wa aqdi). Mekanisme pemilihan lewat sistem ini juga direkomendasikan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU yang akan diterapkan pada muktamar mendatang. (Halaman 1 - Kompas, 5 Agustus 2015)
Muktamar NU Bahas Persoalan Umat dan Bangsa JOMBANG – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa Timur, akan resmi dibuka Presiden Joko Widodo, Sabtu (1/8), sekitar pukul 19.30 WIB. Sekitar 1000 santri akan dilibatkan sebagai paduan suara dalam acara pembukaan. Mereka berasal dari empat pesantren yang menjadi tuan rumah pelaksanaan muktamar, yaitu pesantren Tebuireng, Bahrul Ulum Tambakberas, Mambaul Ma’arif Denanyar, serta Darul Ulum Peterongan. (Halaman 1 - Republika, 1 Agustus 2015)
c. Halaman Dalam Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang ditempatkan di halaman dalam surat kabar atau halaman setelah halaman pertama. Data menunjukkan bahwa berita muktamar paling banyak ditempatkan pada halaman dalam surat kabar. Sebesar 84.2% berita atau sebanyak 32 berita yang diturunkan Kompas dan ditempatkan di halaman dalam surat kabar. Republika sendiri menyajikan berita muktamar pada halaman dalam surat kabar sebesar 65.9% atau 62 berita. Berikut adalah contoh berita yang ditempatkan di halaman dalam:
114
Tangisan Gus Mus yang menyadarkan Semua menyimak dengan takzim saat Pejabat Sementara Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri berbicara di hadapan muktamirin, Senin (3/8). KH Mustofa Bisri, yang akrab dipanggil Gus Mus, bersama kiai sepuh NU lainnya terpaksa turun tangan mengatasi kegaduhan muktamar, yang percikannya mulai terjadi sejak registrasi peserta pada Sabtu lalu. (Halaman 4 - Kompas, 4 Agustus 2015)
KH Salahuddin Wahid : Jangan Ada politik Uang Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) akan digelar di Jombang, Jawa Timur, pada 1-5 Agustus. KH Salahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Sholah senter disebut-sebut sebagai salah satu calon yang akan maju dalam pemilihan ketua umum (ketum) Pengurus Besar NU (PBNU). Bagaimana pandangan adik kandung KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini terkait muktamar dan bursa calon ketum PBNU? Berikut ini petikan wawancaranya dengan Republika. (Halaman 7, Republika, 1 Agustus 2015) d. Halaman Belakang Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang ditempatkan di halaman belakang atau terakhir di surat kabar. Baik Kompas maupun Republik tidak menyajikan berita yang ditempatkan di halaman belakang surat kabar Kompas. e. Edisi Khusus Kategori ini merujuk kepada berita-berita yang secara khusus ditempatkan pada edisi khusus yang diciptakan oleh media untuk secara mendalam membahas topik muktamar. Dalam penelitian ini, Kompas tidak membuat edisi khusus yang dikhususkan untuk memuat berita-berita muktamar. Berbeda dengan Kompas,
115
Republika membuat edisi khusus untuk secara eksklusif membahas penyelenggaraan muktamar dan menempatkan porsi berita sebesar 24.5% atau sebanyak 23 berita dari total keseluruhan berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Berikut adalah contoh berita yang ditempatkan di edisi khusus: Muktamar Muhammadiyah Mantapkan Gerakan Pencerahan MAKASSAR – Bagi oraganisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, Muhammadiyah memajukan umat dan bangsa tidak mengenal kata jeda. Usia satu abad lebih bukan halangan bagi mereka mencerahkan kehidupan. Pada Muktamar ke-47 mendatang di Makassar, Muhammadiyah hendak memantapkan peran positif mereka dengan mengusung tema “Gerakan Pencerahan menuju Indonesia Berkemajuan.” (Halaman 8 - Republika, 1 Agustus 2015)
B. Analisis Data Pada analisis data ini peneliti akan menguraikan analisa data dari penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di harian Kompas dan Republika periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. Pada Bab III peneliti telah menyajikan data primer hasil pengkodingan pada kedua surat kabar selanjutnya peneliti akan melakukan analisis dan interpretasi data yang telah dideskripsikan sebelumnya. Dalam analisis data ini akan terlihat perbedaan kecenderungan dalam pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika berdasarkan kategori frekuensi, ragam topik, arah pemberitaan, sumber berita, dan penempatan halaman. Perbedaan kecenderungan tersebut dilihat dari membandingkan antara data yang diperoleh dari surat kabar Kompas dan Republika periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan dalam penyajian berita
116
muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika, analisis dilakukan dengan uji perhitungan chi square. Penghitungan chi square ini menggunakan rumus: (𝑓𝑜 − 𝑓ℎ )2 X = 𝑓ℎ 2
Keterangan: fo= Frekuensi yang didapat berdasarkan data yang diperoleh fh = Frekuensi yang diharapkan Dalam penelitian ini, perhitungan Chi Square menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini: 1) Setelah perbandingan frekuensi disajikan, langkah selanjutnya mencari nilai frekuensi yang diharapkan (fh) masing-masing kategori dengan rumus 𝑓ℎ =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Setelah menemukan nilai fh, kemudian nilai fh bisa dimasukkan ke rumus chi square X2 =
(𝑓𝑜 −𝑓ℎ )2 𝑓ℎ
2) Menentukan nilai derajat kebebasan (df) masing-masing kategori dengan rumus (k-1)(b-1), dimana k adalah jumlah kolom dan b merupakan jumlah baris. 3) Menentukan taraf signifikansi atau nilai kritis sesuai dengan tabel critical value for X2. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan nilai kritis sebesar 5%, yang berarti tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan yang kecil adalah 5% dan yang besar adalah 95%
117
4) Mengkonsultasikan hasil nilai chi square ke dalam tabel nilai kritis sesuai dengan nilai df masing-masing kategori pada taraf signifikansi 5%. 5) Menginterpretasikan hasil dengan kesimpulan, jika X2 > Nilai kritis maka terdapat perbedaan signifikan pada kategori tersebut. Sebaliknya, jika X 2 < Nilai kritis, maka tidak ada perbedaan yang signifikan pada kategori tersebut.
118
Tabel 1.b Perbandingan Distribusi Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. Kompas No
Republika
Tanggal Frekuensi
P(%)
Frekuensi
P(%)
1
Sabtu, 25 Juli 2015
0
0.0
1
1.1
2
Minggu, 26 Juli 2015
0
0.0
1
1.1
3
Senin, 27 Juli 2015
1
2.6
2
2.1
4
Selasa, 28 Juli 2015
1
2.6
1
1.1
5
Rabu, 29 Juli 2015
1
2.6
0
0.0
6
Kamis, 30 Juli 2015
1
2.6
0
0.0
7
Jumat, 31 Juli 2015
2
5.3
3
3.2
8
Sabtu, 1 Agustus 2015
3
7.9
6
6.4
9
Minggu, 2 Agustus 2015
3
7.9
17
18.1
10
Senin, 3 Agustus 2015
3
7.9
12
12.8
11
Selasa, 4 Agustus 2015
4
10.5
14
14.9
12
Rabu, 5 Agustus 2015
5
13.2
10
10.6
13
Kamis, 6 Agustus 2015
3
7.9
11
11.7
14
Jumat, 7 Agustus 2015
4
10.5
7
7.4
15
Sabtu, 8 Agustus 2015
5
13.2
7
7.4
16
Minggu, 9 Agustus 2015
0
0.0
2
2.1
17
Senin, 10 Agustus 2015
2
5.3
0
0.0
38
100
94
100
Total Sumber: Tabel 1.a
119
Tabel 1.c Perbandingan Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. No
Surat Kabar
Frekuensi
Persentase
1
Kompas
38
28.8
2
Republika
94
71.2
132
100
Jumlah Sumber: Tabel 1.b
Secara umum, dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan perbandingan distribusi penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU di harian Kompas dan Republika. Tabel 1.b menunjukan bahwa distribusi pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika dari periode 20 Juli hingga 10 Agustus. Selama periode 20 Juli – 10 Agustus 2015, surat kabar Kompas menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU sebanyak 38 berita dan Republika menyajikan berita sebanyak 94 berita. Namun ternyata keduanya tidak memulai pemberitaan dari tanggal 20 Juli 2015. Selama periode tersebut, Kompas mulai memberitakan muktamar Muhammadiyah dan NU dari tanggal 27 Juli 2015 dan Republika mulai dari tanggal 25 Juli 2015. Pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU terakhir pada kedua surat kabar ini juga terdapat perbedaan, Kompas berakhir pada 10 Agustus 2015, sedangkan Republika berakhir pada tanggal 9 Agustus 2015. Jika dilihat dari frekuensi berita setiap harinya selama periode penelitian, baik Kompas maupun Republika memiliki distribusi frekuensi yang sama. Pemberitaan tersebut dimulai dari periode persiapan atau sebelum penyelenggaran muktamar (20-
120
31 Juli 2015), periode pelaksanaan (1-7 Agustus 2015), dan periode penutupan atau setelah penyelenggaraan (setelah tanggal 7 Agustus 2015). Kompas dan Republika memiliki distribusi berita dengan sedikit pemberitaan pada periode persiapan yaitu (13 berita saja ), kemudian pada periode pelaksanaan berita di kedua media mengalami puncak pemberitaan dengan 3 hingga 17 berita, dan mengalami penurunan pemberitaan kembali setelah penutupan muktamar dengan 2 hingga 7 berita saja. Hal tersebut sesuai dengan nilai berita magnitude dan timeliness. Berita timeliness merupakan berita yang laporan peristiwanya masih segar atau baru (Santana, 2005:18). Bertepatan dengan waktu pelaksanaan muktamar sendiri nilai berita muktamar Muhammadiyah dan NU akan semakin naik sehingga akan lebih banyak pemberitaan dan muktamar ini memiliki skala peristiwa yang besar karena forum yang diikuti oleh seluruh wakil dari seluruh daerah di Indonesia. Data di atas juga menunjukan bahwa Republika memulai pemberitaan dari tanggal 25 Juli 2015 sedangkan Kompas memulai berita tentang muktamar Muhammadiyah dan NU dari tanggal 27 Juli 2015. Hal ini menandakan bahwa Republika ingin membangun kesadaran pembacanya lebih cepat tentang akan diselenggarakannya muktamar Muhammadiyah dan NU. Kompas juga cukup membangun kesadaran pembacanya tentang akan dilaksanakannya muktamar Muhammadiyah dan NU dengan memberikan pemberitaan setiap hari pada masa periode persiapan.
121
Berdasarkan data yang telah diolah di atas terdapat perbedaan frekuensi pemberitaan yang cukup signifikan antara surat kabar Kompas dan Republika. Dari tabel di atas, secara garis besar dapat terlihat terdapat perbedaan frekuensi pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU yang cukup jelas. Jumlah frekuensi pemberitaan yang berbeda ini menunjukan bahwa Republika lebih menganggap muktamar Muhammadiyah dan NU sebagai berita yang sangat penting untuk diikuti setiap perkembangannya dibanding Kompas. Meskipun Kompas memberitakan muktamar Muhammadiyah dan NU cukup banyak dan mengikuti setiap kegiatannya namun Kompas hanya menyajikan peristiwa-peristiwa yang penting dan berpengaruh bagi masyarakat luas. Sedangkan Republika sangat intens memberitakan muktamar Muhammadiyah dan NU sehingga tidak hanya peristiwa atau isu yang penting saja namun Republika juga meliput kegiatan-kegiatan yang turut meramaikan muktamar. Dari hal tersebut juga dapat kita tarik pemikiran bahwa latar belakang media juga mempengaruhi bagaimana media memandang peristiwa. Dalam hal ini, Republika memiliki latar belakang surat kabar yang bernuansa Islam sehingga akan berpengaruh pada cara pandangnya terhadap muktamar Muhammadiyah dan NU. Republika memiliki perhatian lebih terhadap organisasi-organisasi muslim. Sedangkan Kompas merupakan media yang berlatar belakang sejarah didirikan oleh mayoritas orang-orang Katolik. Namun sebagai media umum dan terbuka, Kompas tetap memberitakan muktamar Muhammadiyah dan NU meskipun jumlahnya lebih sedikit dari Republika. Hal ini juga bisa dikarenakan Kompas dipandang sebagai surat kabar Nasional yang
122
memiliki pembaca dari berbagai kalangan dan golongan. Sedangkan Republika meskipun sebagai harian umum namun karakteristik pembaca Republik tentu mayoritas adalah muslim sehingga lebih memiliki kedekatan dengan peristiwa yaitu, muktamar Muhammadiyah dan NU. Untuk melihat lebih jelas perbandingan masing-masing penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika, kategori Pengujian chi square ini selanjutnya akan diturunkan ke masing-masing kategori yang ditetapkan yaitu, frekuensi, ragam topik, arah pemberitaan, sumber berita, dan penempatan halaman. 1. Kategori Frekuensi Tabel 2.b Perbandingan Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 No 1 2
Organisasi
Nahdlatul Ulama Muhammadiyah NU dan 3 Muhammadiyah TOTAL Sumber: tabel 1.a
Kompas F P(%) 18 47.4 14 36.8
Republika F P(%) 34 36.2 58 61.7
Total F P(%) 52 39.4 72 54.5
6
15.8
2
2.1
8
6.1
38
100
94
100
132
100
Dari data di atas terlihat bahwa harian Kompas menyajikan berita tentang muktamar Nahdlatul pada posisi pertama dengan persentase sebesar 47.4% atau frekuensi sebanyak 18 berita. Pada urutan kedua, pemberitaan tentang muktamar Muhammadiyah sebesar 36.8% dengan frekuensi 14 berita. Kompas juga menyajikan
123
berita dengan topik muktamar Muhamadiyah dan NU dalam satu berita dengan frekuensi 15.8% dengan frekuensi hanya 8 berita. Sedangkan Republika menyajikan porsi berita paling besar adalah topik muktamar Muhammadiyah dengan persentase 61.6% dengan frekuensi 58 berita. Urutan kedua adalah topik muktamar NU dengan persentase 36.2% dengan frekuensi 34 berita. Republika juga menyajikan berita gabungan antara muktamar Muhammadiyah dan NU sebesar 2.1 atau hanya 2 berita. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa antara Kompas dan Republika memiliki frekuensi yang berbeda antara muktamar Muhammadiyah dan NU. Setelah itu, perbedaan ini dapat diuji dengan uji chi square apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak antara Kompas dan Republika. Perhitungan uji chi square dimulai dengan melihat perbedaan antara frekuensi yang diamati (fo) dengan frekuensi yang diharapkan (fh). Untuk menuju pada perhitungan chi square, terlebih dahulu mencari nilai fh pada masing-masing kategori. Perhitungan frekuensi yang diharapkan (fh) pada setiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut ini:
124
Tabel 2.c Frekuensi yang Diharapkan (fh) Kategori Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 No 1
Kategori
Kompas
Republika
38 𝑥 52
94 𝑥 52
Nahdlatul Ulama
132 38 𝑥 72
2
132
Muhammadiyah
38 𝑥 8
3
NU dan Muhammadiyah Total
132
= 14.97 = 20.73
132 94 𝑥 72 132 94 𝑥 8
= 2.30
132
38
Total
= 37.03
52
= 51.27
72 8
= 5.70
94
132
Sumber: Tabel 2.b Setelah mendapat nilai fh, kemudian nilai fh dapat dimasukkan pada perhitungan nilai chi square / X2 Tabel 2.d Perhitungan Nilai X2 Kategori Frekuensi Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 𝒇𝒐−𝒇𝒉𝟐
Nama Surat Kabar
Kompas
Republika
Kategori
fo
fh
fo - fh
Nahdlatul Ulama Muhammadiyah NU dan Muhammadiyah Nahdlatul Ulama Muhammadiyah NU dan Muhammadiyah
18 14 6 34 58 2
14.97 20.73 2.30 37.03 51.27 5.70
3.03 -6.73 3.70 -3.03 6.73 -3.70
Sumber: Tabel 2.c
(fo – fh
)2
9.18 45.26 13.67 9.18 45.26 13.67 X2
𝒇𝒉
0.61 2.18 5.93 0.25 0.88 2.40 12.26
125
Perhitungan chi square pada tabel di atas menunjukan bahwa X2 = 12.26 dengan derajat kebebasan = 2. Nilai kritis X2 telah ditetapkan pada tingkatan 5% yaitu, 5.991. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa nilai X2 melampaui nilai kritis. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi penyajian berita pada harian Kompas dan Republika. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan porsi berita untuk muktamar Muhammadiyah dan muktamar NU di harian Kompas dan Republika. Perbedaan signifikan antara Kompas dan Republika dapat dimengerti karena memang selisih jumlah berita yang cukup besar pada beberapa kategori pada masing-masing surat kabar. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan kebijakan redaksional kedua surat kabar yang bisa mencerminkan sikap, arah, dan kepentingan media massa. Kompas dan Republika memiliki berita yang lebih diunggulkan atau lebih banyak diliput. Kompas lebih banyak menyajikan berita terkait muktamar Nahdlatul Ulama. Sedangkan
Republika
lebih
banyak
menyajikan
berita
terkait
muktamar
Muhammadiyah. Penyajian berita Kompas yang lebih berat kepada berita muktamar NU memiliki kemungkinan karena organisasi Islam NU sendiri merupakan organisasi terbesar di Indonesia sehingga Kompas berusaha untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang lebih umum. NU sendiri memiliki latar belakang memiliki petinggi organisasi yang dekat dengan pemerintah. Sedangkan Republika lebih berat menyajikan berita muktamar Muhammadiyah. Hal ini dapat mencerminkan arah dan kepentingan Republika
yang
memberikan
lebih
banyak
perhatian
terhadap
muktamar
126
Muhammadiyah. Meskipun begitu, keduanya sama-sama berusaha untuk obyektif dengan menyajikan berita yang menyandingkan berita muktamar Muhammadiyah dan NU dalam satu berita. Kompas yang dianggap sebagai media yang lebih umum menyajikan cukup banyak berita gabungan antara Muhammadiyah dan NU. Penyajian berita tersebut memberi arti bahwa, baik Kompas dan Republika menilai muktamar Muhammadiyah dan NU memiliki nilai berita yang sama pentingnya. 2. Kategori Ragam Topik Tabel 3.b Perbandingan Frekuensi Kategori Ragam Topik Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 No
Topik
Pembahasan Isu Aktual 2 Agenda Muktamar 3 Sejarah Organisasi Peran Dalam 4 Politik Kebangsaan Arah Gerak 5 Organisasi 6 Program Kerja Pembukaan/ 7 Penutupan Muktamar Proses Pemilihan 8 Ketua Antuasiasme 9 muktamar 10 Kepemimpinan Peran Serta Dunia 11 Global Total Sumber: Tabel 3.a 1
Kompas F P(%)
Republika F P(%)
Total F P(%)
4
10.5
15
16
19
14.4
2 3
5.3 7.9
9 5
9.6 5.3
11 8
8.3 6.1
3
7.9
2
2.1
5
3.8
4
10.5
7
7.4
11
8.3
0
0
13
13.8
13
9.8
2
5.3
3
3.2
5
3.8
11
28.9
15
16
26
19.7
2
5.3
14
14.9
16
12.1
6
15.8
8
8.5
14
10.6
1
2.6
3
3.2
4
3.0
38
100
94
100
132
100
127
Dari tabel di atas dapat dilihat terdapat 11 topik yang keluar pada pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Secara sekilas Kompas dan Republika terdapat perbedaan pada frekuensi ragam topik. Pada harian Kompas, topik yang sering dibahas adalah proses pemilihan ketua dengan persentase 28.9% dengan frekuensi 11 berita, kemudian di urutan kedua topik kepemimpinan sebesar 15.8% dengan frekuensi 6 berita, pada urutan ketiga dengan persentase 10.5% dan frekuensinya 4 berita ada topik pembahasan isu aktual dam arah gerak organisasi. Selanjutnya dengan persentase 7.9% dengan frekuensi 3 berita terdapat topik sejarah organisasi dan peran dalam politik. Topik pembukaan/penutupan muktamar dan antusiasme disajikan Kompas hanya 2 berita atau sebesar 5.3 %. Terakhir topik peran serta dunia disajikan hanya 1 berita atau hanya 2.6%. Pada surat kabar Republika, topik yang menjadi sorotan utama adalah topik pembahasan isu aktual dan proses pemilihan ketua dengan persentase 16% dan frekuensinya 15 berita. Urutan kedua topik yang dibahas paling banyak adalah antusiasme muktamar 14.9% dengan frekuensi sebesar 14 berita. Selanjutnya, topik program kerja dengan persentase 13.8% dan frekuensinya 13 berita. Kemudian secara berurutan, agenda muktamar (9.6%), kepemimpinan (8.5%), arah gerak organisasi (7.4%), sejarah organisasi (5.3%), pembukaan/penutupan muktamar (3.2%), peran serta dunia global (3.2%), dan terakhir peran dalam politik (2.1%). Dari data tersebut bisa dilihat terdapat perbedaan pada topik penyajian berita pada berita muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika. Namun untuk lebih
128
mengetahui apakah perbedaan signifikan atau tidak pada kategori topik maka perlu dilakukan penghitungan Chi Square dan dilakukan dengan tahap seperti pada tabel berikut: Tab 3.c Frekuensi yang Diharapkan (fh) Kategori Ragam Topik Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 No
Kategori
Kompas 38 𝑥 19
1
Pembahasan Isu Aktual
2
Agenda Muktamar
3
Sejarah Organisasi
4
Peran Dalam Politik Kebangsaan
132 38 𝑥 11 132 38 𝑥 8 132 38 𝑥 5 132
= 5.47 = 3.17
= 2.30 = 1.44
38 𝑥 11
5
Arah Gerak Organisasi
= 132 203.17 38 𝑥 13
6
Program Kerja
7
Pembukaan/ Penutupan Muktamar
8
Proses Pemilihan Ketua
9
Antuasiasme muktamar
10
Kepemimpinan
132 38 𝑥 5 132
= 1.44
38 𝑥 26 132 38 𝑥 16 132 38 𝑥 14 132 38 𝑥 4
11
Peran Serta Dunia Global Total
Sumber: Tabel 3.b
132
= 3.74
= 7.48 = 4.61 = 4.03
= 1.15 38
Republika 94 𝑥 19 132 94 𝑥 11 132 94 𝑥 8 132 94 𝑥 5 132
= 7.83
11
= 9.26
13
= 3.56
94 𝑥 26 132 94 𝑥 16 132 94 𝑥 14
132
11
5
132
94 𝑥 4
= 7.83
= 3.56
94 𝑥 13
132
19
8
132
132
= 13.53
= 5.70
94 𝑥 11
94 𝑥 5
Total
5
= 18.52
26
= 11.39
16
= 9.97
14
= 2.85 94
4 132
129
Kemudian, nilai (fh) dapat dimasukkan ke dalam perhitungan uji chi square: Tabel 3.d Perhitungan Nilai X2 Kategori Ragam Topik Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 Nama Surat Kabar
Kategori
Pembahasan Isu Aktual Agenda Muktamar Sejarah Organisasi Peran Dalam Politik Kebangsaan Arah Gerak Organisasi Program Kerja Kompas Pembukaan/ Penutupan Muktamar Proses Pemilihan Ketua Antuasiasme muktamar Kepemimpinan Peran Serta Dunia Global Pembahasan Isu Aktual Agenda Muktamar Sejarah Organisasi Peran Dalam Politik Kebangsaan Arah Gerak Organisasi Republika Program Kerja Pembukaan/ Penutupan Muktamar Proses Pemilihan Ketua Antuasiasme muktamar Kepemimpinan
fo
fh
fo - fh
(fo – fh)2
𝒇𝒐−𝒇𝒉𝟐 𝒇𝒉
4 2 3
5.47 3.17 2.30
-1.47 -1.17 0.70
2.16 1.36 0.49
0.39 0.43 0.21
3
1.44
1.56
2.44
1.69
4 0
3.17 3.74
0.83 -3.74
0.69 14.01
0.22 3.74
2
1.44
0.56
0.31
0.22
11 2 6
7.48 4.61 4.03
3.52 -2.61 1.97
12.36 6.79 3.88
1.65 1.47 0.96
1
1.15
-0.15
0.02
0.02
15 9 5
13.53 7.83 5.70
1.47 1.17 -0.70
2.16 1.36 0.49
0.16 0.17 0.09
2
3.56
-1.56
2.44
0.68
7 13
7.83 9.26
-0.83 3.74
0.69 14.01
0.09 1.51
3
3.56
-0.56
0.31
0.09
15 14
18.52 11.39
-3.52 2.61
12.36 6.79
0.67 0.60
8
9.97
-1.97
3.88
0.39
130
Peran Serta Dunia Global
3
2.85
0.15
0.02 X2
0.01 15.47
Sumber: Tabel 3.c Perhitungan chi square pada tabel di atas menunjukan bahwa X2 = 15.47 dengan derajat kebebasan = 10. Nilai kritis X2 telah ditetapkan pada tingkatan 5% yaitu, 18.307. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ternyata nilai X2 tidak melampaui nilai kritis yang ditetapkan. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ragam topik penyajian berita pada harian Kompas dan Republika. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa Kompas dan Republika memiliki kecenderungan yang sama dalam menyajikan topik berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Hal tersebut memberi arti bahwa Kompas dan Republika tetap mementingkan kebutuhan pembacanya. Meskipun porsi topik yang disajikan dalam Kompas dan Republika memiliki perbedaan namun keduanya memiliki kecenderungan untuk mengusung tema yang dibutuhkan oleh pembaca. Kompas dan Republika sama-sama menyajikan topik mengenai proses pemilihan ketua dan kepemimpinan dengan porsi cukup banyak. Dimana topik ini merupakan topik paling penting dan paling ingin diketahui juga dibutuhkan oleh masyarakat. Karena pemimpin organisasi yang terpilih pada muktamar tersebut nantinya akan memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat muslim di Indonesia. Pemimpin organisasi tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap jalannya
131
pemerintahan dan kebijakan yang berlaku karena kedua organisasi ini merupakan organisasi Islam paling besar di Indonesia. Topik pembahasan isu aktual, program kerja, dan arah gerak organisasi juga cukup memiliki porsi di kedua surat kabar karena dengan topik ini media dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca bahwa kedua organisasi ini memiliki perhatian terhadap isu-isu aktual yang juga memberikan pengaruh kepada kemajuan negeri. Menurut Septiawan Santana berita yang memiliki nilai consequence tentu akan lebih menarik dan dibutuhkan masyarakat (2005:18). Dalam hal ini, kedua harian ini mengimplementasikannya ke dalam penyajian ragam topik berita. Berita-berita yang mengandung nilai konsekuensi bagi masyarakat akan lebih dibutuhkan sehingga Kompas dan Republika tetap memprioritaskan topik-topik sesuai kepentingan masyarakat. Dari hal tersebut dapat ditarik pemikiran bahwa meskipun media memiliki kebijakan redaksional yang memungkinkan media memainkan isu suatu peristiwa namun media dalam penyajian topik muktamar masih tetap memikirkan kepentingan masyarakat. Terlebih dengan perbedaan latar belakang Kompas dan Republika ternyata keduanya dalam penyusunan dan penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU tetap mementingkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, masyarakat merupakan realitas pasar yang harus dihadapi media. Masyarakat sebagai konsumen media akan mencari media jika kebutuhan mereka dapat disajikan oleh media. Maka bagaimanapun juga media tetap harus
132
mementingkan dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat sebagai pembaca. Sesuai dengan
kebijakan redaksional Kompas yang disebutkan oleh Oetama Kompas
memiliki karakter untuk mengutamakan kepuasan konsumen dalam hal ini pembaca (2007: 65-66). 3. Kategori Arah Pemberitaan Tabel 4.b Perbandingan Frekuensi Kategori Arah Pemberitaan Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. No 1 2 3
Arah Pemberitaan
Favorable Unfavorable Netral Total Sumber: Tabel 4.a
Kompas F P(%) 18 47.4 1 2.6 19 50 38 100
Republika F P(%) 13 13.8 1 1.1 80 85.1 94 100
Total F P(%) 31 23.5 2 1.5 99 75.0 132 100
Dari data tersebut dapat terlihat perbedaan frekuensi arah pemberitaan penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika. Pada harian Kompas terdapat pemberitaan dengan arah pemberitaan yang netral sebanyak 50% atau dengan frekuensi 19 berita. Sebesar 18 berita atau 47.4% pemberitaan dengan arah pemberitaan mendukung (favorable). Dan hanya 1 berita atau persentase berita 2.6% dengan arah pemberitaan yang tidak mendukung (unfavorable). Sedangkan pada harian Republika, persentase penyajian berita terbesar adalah berita dengan arah pemberitaan netral dengan persentase sebesar 85.1% dengan frekuensi 80 berita. Kemudian terdapat berita dengan arah pemberitaan yang
133
mendukung (favorable) dengan persentase 13.8% atau 13 berita dan terdapat berita dengan arah pemberitaan tidak mendukung (unfavorable) sebesar 1.1% atau hanya 1 berita. Dari data tersebut dapat dilihat terdapat perbedaan persentase pada masingmasing kategori di kedua surat kabar terkait arah pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU. Namun untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan perlu dilakukan uji perhitungan Chi Square. Tahap-tahap yang dilakukan seperti kategori sebelumnya dengan menghitung nilai frekuensi yang diharapkan (fh) agar dapat dilanjutkan menghitung rumus chi square. Tabel penghitungan frekuensi yang diharapkan (fh) seperti pada tabel berikut: Tabel 4.c Penghitungan Frekuensi yang Diharapkan Kategori Arah Pemberitaan Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 Kategori 1
Favorable
Kompas
Republika
38 𝑥 31
94 𝑥 31
132 38 𝑥 2
2
Unfavorable
3
Netral
132
= 0.58
38 𝑥 99 132
Total
= 8.92
= 28.50 38
132 94 𝑥 2 132
= 1.42
94 𝑥 99 132
= 22.08
Total 31 2
= 70.50
99
94
132
Sumber: Tabel 4.b Kemudian, jika frekuensi yang diharapkan (fh) telah ditemukan nilainya selanjutnya bisa dimasukkan ke dalam perhitungan uji chi square seperti pada tabel berikut:
134
Tabel 4.d Perhitungan Nilai X2 Kategori Arah Pemberitaan Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 Nama Surat Kabar
Kategori
Favorable Kompas Unfavorable Netral Favorable Republika Unfavorable Netral
fo 18 1 19 13 1 80
fh 8.92 0.58 28.50 22.08 1.42 70.50
fo - fh 9.08 0.42 -9.50 -9.08 -0.42 9.50
(fo – fh)2
𝒇𝒐−𝒇𝒉𝟐
82.37 0.18 90.25 82.37 0.18 90.25 X2
9.23 0.31 3.17 3.73 0.13 1.28 17.85
𝒇𝒉
Sumber: Tabel 4.c Berdasarkan tabel penghitungan nilai X2 di atas didapat nilai chi square adalah 17.85. Derajat kebebasan pada kategori arah pemberitaan ini adalah 2. Nilai kritis X 2 yang ditetapkan adalah 5.991. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ternyata nilai X2 melampaui nilai kritis yang ditetapkan. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap arah pemberitaan penyajian muktamar Muhammadiyah dan NU. Perbedaan yang signifikan ini dapat dimaklumi karena perbedaan selisih pada masing-masing kategori di masing-masing media cukup jauh. Perbedaan ini dapat dilihat pada arah pemberitaan favorable dan netral. Arah pemberitaan ini tentunya sangat dipengaruhi kebijakan redaksional masing-masing media. Dalam hal ini Kompas lebih banyak memberitakan berita dengan nada mendukung. Sedangkan Republika lebih banyak menyajikan berita yang netral. Namun kedua media dalam menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU berusaha untuk tidak
135
memberikan penilaian yang negatif yang dibuktikan dengan hanya 1 berita dengan nada tidak mendukung di Kompas dan Republika. Meskipun sebenarnya sangat mudah bagi media untuk memunculkan berita dengan arah pemberitaan unfavorable karena melihat proses muktamar NU yang terdapat beberapa kericuhan. Perbedaan tersebut memberi kemungkinan bahwa Kompas sebagai surat kabar umum cukup memberikan apresiasi kepada muktamar Muhammadiyah dan NU. Hal tersebut bisa dikarenakan Muhammadiyah dan NU merupakan organisasi Islam yang terbesar di Indonesia dan muktamar ini merupakan forum permusyawaratan terbesar yang dinanti oleh banyak kalangan. Apresiasi Kompas disajikan dengan arah pemberitaan Kompas yang cenderung mendukung dan netral karena melihat selisih kedua kategori tersebut tidak terpaut jauh. Sesuai dengan kebijakan redaksionalnya Kompas memang bersifat umum, terbuka, dan demokratis sehinga tentu Kompas menyajikan berita yang bersifat demokratis. Republika sendiri lebih banyak menyajikan pemberitaan dengan arah yang netral. Hal ini juga memberikan kemungkinan bahwa Republika sebagai media nasional yang bernuansa Islam berusaha untuk tetap netral kepada kedua organisasi Islam ini. Melihat kedua muktamar organisasi Islam terbesar yaitu, Muhammadiyah dan NU diselenggarakan bersamaan waktunya, maka Republika berusaha untuk tidak memihak salah satu organisasi dengan penyajian yang netral. Sebagai surat kabar bernuansa Islam dianggap sangat tidak etis jika memberi penilaian, informasi, ataupun berita untuk salah satu golongan atau organisasi Islam. Meskipun pada analisis kategori
136
frekuensi Republika memberikan porsi frekuensi yang cukup besar pada muktamar Muhammadiyah namun pada kategori arah pemberitaan Republika cenderung cukup netral. Sesuai dengan misi yang diusung oleh Republika yaitu, Merajut tali persaudaraan dengan organisasi-organisasi Islam di Indonesia. Sehingga meskipun terdapat kericuhan pada muktamar NU dan kecenderungan Republika terhadap muktamar Muhammadiyah namun dengan pemberitaan yang netral dapat menjalankan misi persaudaraan dari Republika. 4. Kategori Sumber Berita Tabel 5.b Perbandingan Frekuensi Kategori Arah Sumber Berita Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. Kompas Republika Total No Sumber Berita F P(%) F P(%) F P(%) 1 Pemerintah 2 5.3 11 11.7 13 11.7 Petinggi 2 22 57.9 48 51.1 Organisasi 70 51.1 3 Anggota 2 5.3 7 7.4 9 7.4 4 Intelek 4 10.5 9 9.6 13 9.6 5 Internasional 1 2.6 1 1.1 2 1.1 6 Warga 2 5.3 8 8.5 10 8.5 7 Tokoh 1 2.6 4 4.3 5 4.3 8 Lain 4 10.5 3 3.2 7 3.2 9 Organisasi lain 0 0 3 3.2 3 3.2 Total 38 100 94 100 132 100 Sumber: Tabel 5.a. Dari data di atas dapat dilihat terdapat 8 sumber berita yang dijadikan narasumber pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika. Pada surat kabar Kompas, penyajian berita muktamar ditemukan paling
137
banyak bersumber dari petinggi organisasi yaitu sebanyak 57.9% atau dengan frekuensi 22 berita. Kemudian dari sumber berita intelek dan sumber lain (dokumen dan observasi) sama-sama menempati posisi kedua dengan persentase 10.5% dan frekuensi 4 berita. Selanjutnya, sumber berita dari pemerintah, anggota organisasi, dan warga ditemukan masing-masing sebanyak 2 berita atau 5.3%. Terakhir, sumber berita dari internasional dan tokoh hanya terdapat 1 berita dengan frekuensi 2.6%. Berbeda dengan Kompas, Republika ditemukan 9 sumber berita pada pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU. Sumber berita petinggi organisasi juga merupakan sumber berita terbanyak yang ditemukan dengan persentase 51.1% atau 48 berita. Pada urutan kedua terdapat sumber berita dari pemerintah dengan persentase sebanyak 11.7 berita atau 11 berita. Di urutan ketiga terdapat sumber berita dari intelek dengan persentase 9.6% atau frekuensi 9 berita. Selanjutnya, warga sebagai sumber berita sebanyak 8.5% atau frekuensi 8 berita. Urutan selanjutnya, terdapat anggota organisasi sebanyak 7 berita atau persentase sebesar 7.4%. Kemudian, sumber berita tokoh terdapat di 4 berita atau persentase sebesar 4.3%. Sumber berita lain-lain dan organisasi luar muncul pada 3 berita atau dengan persentase 3.2%. dan terakhir sumber berita internasional hanya muncul sekali atau dengan persentase 1.1% saja. Berdasarkan hasil di atas, secara umum kategori sumber berita pada penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU pada surat kabar Kompas dan Republika terdapat perbedaan frekuensi. Namun, untuk melihat lebih jelas signifikan atau tidaknya perbedaan penyajian berita, maka perlu dihitung dengan uji chi square.
138
Penghitungan terlebih dahulu dengan menghitung nilai frekuensi yang diharapkan (fh) seperti pada tabel berikut: Tabel 5.c Frekuensi yang Diharapkan (fh) Kategori Sumber Berita Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 No 1
Kategori
Kompas
Republika
38 𝑥 13
94 𝑥 13
Pemerintah
132 38 𝑥 70
2
Petinggi Organisasi
3
Anggota
4
Intelek
132 38 𝑥 9 132
5
Internasional
132
6
Warga
7
Tokoh
8
Lain
132
38 𝑥 5 132 38 𝑥 7 132 38 𝑥 3
9
Organisasi lain Total
132
= 3.74
= 200.58
38 𝑥 10 132
= 20.15
= 2.59
38 𝑥 13
38 𝑥 2
= 3.74
= 2.88
= 1.44 = 2.02 = 0.86 38
132 94 𝑥 70 132 94 𝑥 9 132
132 94 𝑥 2 132
94 𝑥 5 132 94 𝑥 7 132 94 𝑥 3 132
13
= 49.85
70
= 9.26
= 1.42
94 𝑥 10 132
= 9.26
= 6.41
94 𝑥 13
Total
= 7.12
9 13 2 10
= 3.56
5
= 4.98
7
= 2.14
3
94
132
Sumber: Tabel 5.b Kemudian, nilai frekuensi yang diharapkan (fh) dapat dimasukkan ke dalam rumus uji chi square, seperti pada tabel berikut:
139
Tabel 5.d Perhitungan Nilai X2 Kategori Sumber Berita Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 Nama Surat Kabar
Kompas
Republika
Kategori Pemerintah Petinggi Organisasi Anggota Intelek Internasional Warga Tokoh Lain Organisasi lain Pemerintah Petinggi Organisasi Anggota Intelek Internasional Warga Tokoh Lain Organisasi lain
fo 2 22 2 4 1 2 1 4 0 11 48 7 9 1 8 4 3 3
fh 3.74 20.15 2.59 3.74 0.58 2.88 1.44 2.02 0.86 9.26 49.85 6.41 9.26 1.42 7.12 3.56 4.98 2.14
fo - fh -1.74 1.85 -0.59 0.26 0.42 -0.88 -0.44 1.98 -0.86 1.74 -1.85 0.59 -0.26 -0.42 0.88 0.44 -1.98 0.86
(fo – fh)2 3.04 3.42 0.35 0.07 0.18 0.77 0.19 3.94 0.75 3.04 3.42 0.35 0.07 0.18 0.77 0.19 3.94 0.75 X2
𝒇𝒐−𝒇𝒉𝟐 𝒇𝒉
0.81 0.17 0.13 0.02 0.31 0.27 0.13 1.96 0.86 0.33 0.07 0.05 0.01 0.13 0.11 0.05 0.79 0.35 6.55
Sumber: Tabel 5.c Pada tabel di atas dihasilkan nilai X2 pada kategori sumber berita sebesar 6.55. Nilai derajat kebebasan (df) pada kategori sumber berita ini adalah 8. Nilai kritis yang telah ditetapkan pada taraf signifikansi 5% adalah 15.507. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai X2 tidak melampaui nilai kritis yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
140
berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kategori sumber berita di surat kabar Kompas dan Republika. Dalam hal ini memberi arti bahwa Kompas dan Republika memiliki kecenderungan yang sama dalam mencari sumber berita tentang muktamar Muhammadiyah. Di sini juga terlihat meskipun pemilihan narasumber merupakan kebijakan redaksional namun Kompas dan Republika berusaha tetap memilih narasumber yang tepat dan sesuai dengan berita yang akan disajikan. Pemilihan narasumber dapat mempengaruhi bagaimana cara pandang berita yang disampaikan. Berdasarkan data yang ada, Kompas dan Republika berusaha untuk menyajikan berita dari sumber-sumber terpercaya yang dapat memberikan informasi yang benar. Pada hal ini, Kompas dan Republika lebih banyak menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU bersumber dari petinggi organisasi. Hal ini karena petinggi organisasi baik pengurus organisasi, ketua umum organisasi, atau panitia muktamar merupakan sumber paling terpercaya. Kompas dan Republika juga memilih narasumber kepada yang benar-benar mendukung berita yang akan disampaikan. Kedua surat kabar ini dari pemilihan sumber berita terlihat ingin menunjukan pengaruh dari muktamar Muhammadiyah dan NU ke dalam berbagai aspek. Pemilihan tersebut terlihat dari sumber berita dari pemerintah (menteri, presiden, wakil presiden, dan pejabat daerah), kaum intelek (mahasiswa, peneliti, dosen, dll), serta warga. Ini memberi arti Kompas dan Republika ingin menunjukan muktamar Muhammadiyah
141
dan NU memiliki pengaruh terhadap pemerintahan, terhadap dunia akademis, dan kepada masyarakat langsung. Kompas dan Republika juga menyajikan sumber lain yaitu dari data dokumen, riset, buku, atau observasi langsung. Hal ini menunjukan kedua surat kabar berusaha menyajikan berita yang terpercaya dan valid berdasar data hasil penelitian. Hasil penelitian sumber berita ini memberi arti bahwa Kompas dan Republika meskipun memiliki kebijakan redaksional dan berkuasa akan hal tersebut tetapi sebagai institusi pers tetap mempraktikkan dasar jurnalisme yaitu kebenaran dalam pengumpulan dan verifikasi fakta. Sebagai institusi pers juga sesuai dengan prinsip jurnalisme menurut Bill Kovack dan Rosentiel yaitu inti jurnalisme adalah melakukan verifikasi dengan mencari informasi dari sumber dan saksi yang tepat untuk berkomentar akan suatu peristiwa (dalam Luwi Ishwara, 2008:9). Dalam kebijakan redaksional Kompas dan Republika juga mengangkat profesionalisme dalam bekerja. Profesionalitas institusi pers tentunya juga dilihat bagaimana media mencari berita. Bill Kovack juga mengungkapkan dasar prinsip jurnalisme mengenai seorang jurnalis harus mengejar kebenaran berita. Dalam kategori sumber berita Kompas dan Republika mempraktikkan prinsip jurnalisme dalam mencari kebenaran berita melalui pemilihan sumber berita.
142
5. Kategori Penempatan Halaman Tabel 6.b Perbandingan Frekuensi Kategori Arah Penempatan Halaman Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Harian Kompas dan Republika Periode 20 Juli – 10 Agustus 2015. No 1 2 3 4 5
Penempatan Halaman Halaman Depan – headline Halaman Depan - tidak headline Halaman Dalam Halaman Belakang Edisi Khusus
Total Sumber: Tabel 6.a
Kompas
Republika
Total
F
P(%)
F
P(%)
F
P(%)
4
10.5
5
5.3
9
2
5.3
4
4.3
6
32
84.2
62
65.9
94
0
0
0
0
0
0
0
23
24.5
23
17.4
38
100
94
100
132
100
6.8 4.5 71.2 0.0
Dari tabel di atas dapat terlihat perbandingan frekuensi kategori penempatan halaman penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan NU. Pada surat kabar Kompas, berita muktamar Muhammadiyah dan NU ditempatkan paling banyak di halaman dalam dengan persentase sebesar 84.2% atau frekuensi 32 berita. Kemudian pada halaman depan dan menjadi headline sebanyak 4 berita dengan persentase 10.5%. Urutan selanjutnya, sebanyak 2 berita dengan persentase 5.3% ditempatkan pada halaman depan namun tidak headline. Di surat kabar Kompas tidak ditemukan berita yang ditempatkan di halaman belakang dan tidak membuat edisi khusus untuk pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU. Surat kabar Republika juga menempatkan berita muktamar Muhammadiyah dan NU paling banyak di halaman dalam sebesar 65.9% atau 62 berita. Di urutan kedua
143
terdapat edisi khusus untuk menyajikan berita-berita muktamar Muhammadiyah dan NU sebanyak 23 berita atau dengan frekuensi 24.5%. Di posisi ketiga, Republika menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU di halaman depan dan menjadi headline sebesar 5.3% atau frekuensi 5 berita. Selanjutnya, di halaman depan namun tidak menjadi headline sebanyak 4.3% atau dengan frekuensi 4 berita. Republika tidak menempatkan berita muktamar Muhammadiyah dan NU di halaman belakang. Secara umum, terdapat cukup banyak perbedaan frekuensi antara Kompas dan Republika dalam menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Namun hal ini juga perlu dilihat signifikan atau tidaknya perbedaannya melalui uji perhitungan chi square. Seperti proses sebelumnya, nilai frekuensi yang diharapkan (fh) perlu dicara untuk dapat diteruskan ke rumus tabel chi square. Perhitungan nilai frekuensi yang diharapkan (fh) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
144
Tabel 6.c Frekuensi yang Diharapkan (fh) Kategori Penempatan Halaman Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 No
Kategori
1
Halaman Depan – headline
2
Halaman Depan - tidak headline
3
Halaman Dalam
Kompas
Republika
38 𝑥 9
94 𝑥 9
132
= 2.59
38 𝑥 6 132
= 1.73
38 𝑥 94 132 38 𝑥 0
4
Halaman Belakang
132
=0
38 𝑥 23
5
Edisi Khusus
132
Total
= 27.06
= 6.62 38
132 94 𝑥 6 132
= 6.41
9
= 4.27
6
94 𝑥 94 132 94 𝑥 0 132
= 66.94
=0
94 𝑥 23 132
Total
94 0
= 16.38
23
94
132
Sumber: Tabel 6.b Setelah ditemukan nilai frekuensi yang diharapkan (fh) pada masing-masing kategori penempatan halaman, selanjutnya nilai tersebut dapat dimasukkan ke dalam rumus tabel chi square seperti pada tabel di bawah:
145
Tabel 6.d Perhitungan Nilai X2 Kategori Penempatan Halaman Penyajian Berita Muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Harian Kompas dan Republika Perode 20 Juli – 10 Agustus 2015 Nama Surat Kabar
Kompas
Republik a
Kategori Halaman Depan – headline Halaman Depan - tidak headline Halaman Dalam Halaman Belakang Edisi Khusus Halaman Depan – headline Halaman Depan - tidak headline Halaman Dalam Halaman Belakang Edisi Khusus
fo
fh
4
2.59
2
1.73
32 0 0
27.06 0 6.62
5
6.41
4
4.27
62 0 23
66.94 0 16.38
𝒇𝒐−𝒇𝒉𝟐
f o - fh
(fo – fh)2
1.41
1.99
0.77
0.27 4.94 0 -6.62
0.07 24.40 0 43.84
0.04 0.90 0 6.62
-1.41
1.99
0.31
-0.27 -4.94 0 6.62
0.07 24.40 0 43.84 X2
0.02 0.36 0 2.68 11.70
𝒇𝒉
Sumber: Tabel 6.c Berdasar hasil tabel penghitungan X2 didapatkan hasil nilai X2 adalaha 11.70. Nilai derajat kebebasan (df) pada kategori penempatan halaman adalah 4. Nilai kritis berada pada taraf signifikansi 5% yaitu 9.488. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai X2 melampaui nilai kritis yang ditetapkan. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kategori penempatan halaman penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Penempatan halaman berita pada surat kabar sangat ditentukan oleh nilai berita yang terkandung pada peristiwa tersebut. Penempatan berita yang memiliki nilai berita
146
tinggi biasanya ditempatkan pada halaman muka. Penempatan halaman merupakan termasuk dalam kebijakan redaksional masing-masing surat kabar. Penempatan halaman penyajian berita muktamar Muhammadiyah dan NU di surat kabar Kompas dan Republika terdapat perbedaan. Hal ini juga karena kebijakan redaksional Kompas dan Republika yang melihat berita muktamar Muhammadiyah dan NU memiliki nilai yang berbeda. Hal ini bisa dipengaruhi karena kepentingan, ideologi media, latar belakang media, dll. Sebenarnya, dalam hal ini Kompas dan Republika sama-sama menempatkan berita muktamar Muhammadiyah dan NU paling banyak di halaman dalam daripada halaman depan. Hal ini memberi arti bahwa masih terdapat berita umum lain yang harus diprioritaskan. Namun Kompas dan Republika tidak menganggap berita ini tidak penting buktinya dengan menempatkan beberapa berita pada peristiwa besar di muktamar pada halaman depan baik headline maupun tidak. Seperti halnya Rolnicki mengemukakan bahwa headline merupakan berita yang dianggap paling besar, penting, dan menarik dibanding semua berita pada hari itu (2008:221). Sehingga penempatan pada headline tentu saja memberi arti bahwa berita muktamar Muhammadiyah dan NU merupakan berita penting. Kedua surat kabar juga tidak menempatkan satu berita pun di halaman belakang. Perbedaaan yang signifikan terdapat pada Republika yang menyajikan edisi khusus untuk berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Edisi khusus ini berarti bahwa suatu peristiwa membutuhkan liputan lebih karena dianggap dibutuhkan untuk
147
masyarakat. Edisi khusus ini disajikan Republika khusus untuk menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Perbedaan ini bisa dikarenakan karena segmen pembaca Republika yang didominasi oleh masyarakat muslim sehingga lebih membutuhkan infomasi muktamar Muhammadiyah dan NU lebih dalam dan banyak. Nilai berita muktamar Muhammadiyah dan NU juga bertambah berdasarkan proximity yaitu kedekatan peristiwa dan segmen pembacanya yang sesuai (Santana, 2005:18). Sedangkan Kompas memiliki segmen pembaca umum sehingga pemberitaan cukup pada batas menyampaikan setiap informasi penting terkait muktamar Muhammadiyah dan NU. Dalam penelitian ini memberi kesimpulan bahwa, Kompas dan Republika sama-sama menganggap bahwa muktamar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan peristiwa yang layak menjadi berita dan menganggap ini penting dalam porsi masing-masing media. Dalam penyajian beritanya Kompas dan Republika memiliki kecenderungan yang berbeda. Dalam penyajian beritanya, kedua media tersebut cenderung mengikuti kebijakan redaksional dan latar belakang media juga mempengaruhi. Republika dalam hal ini, sangat banyak memberi exposure terhadap pemberitaan muktamar Muhammadiyah dan NU dan menganggap perhelatan ini merupakan suatu hal yang penting. Sedangkan Kompas menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU dengan cukup. Meskipun Kompas dan Republika memiliki kecenderungan yang berbeda pada pemberitaan muktamar, namun keduanya masih mementingkan kepentingan
148
masyarakat. Dalam hal ini, kedua media ini memberitakan dan memberikan porsi berita sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan berusaha menyajikan berita yang terpercaya. Peneliti mengamati perbedaan kecenderungan ini tidak menunjukan adanya sisi negatif. Dalam perhelatan muktamar NU sendiri terdapat sedikit kericuhan dalam proses pemilihan ketua umum namun dalam harian Kompas dan Republika kericuhan ini tidak diangkat sebagai berita yang negatif dan tidak nampak dalam pemberitaannya. Baik Kompas maupun Republika melihat hal ini sebagai dinamika dalam organisasi. Kompas sebagai harian umum cukup apresiastif dalam menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU. Republika sebagai surat kabar bernuansa Islam juga cukup obyektif dalam menyajikan berita muktamar Muhammadiyah dan NU.