BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Data Subyek Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) subyek penelitian, yaitu pihak PJ. Bisma Sehat, ahli gizi, pelanggan (pemilik depot jamu), dan konsumen di wilayah kabupaten Sukoharjo. Data Subyek Penelitian Pihak PJ. Bisma Sehat: 1.
H. Mulyadi (48 th; Pimpinan Perusahaan; Nguter RT/RW:01/07, Sukoharjo).
2.
Agus Ritanto (40 th; Bendahara dan Kepala Divisi Gudang; Nguter RT/RW:03/04, Sukoharjo).
3.
Rizky Yanuar (25 th; Marketing; Sragen). Subyek penelitian diatas dipilih untuk menjadi informan karena ketiga
informan tersebut memahami dan menguasai program-program dan alur kerja yang ada di PJ. Bisma Sehat. Pimpinan atau pemilik perusahaan menjadi subyek penelitian karena dibutuhkan informasi mengenai susunan alur kerja dalam perusahaan dan pengelolaan dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran produk
1
jamunya. Baik itu pengelolaan pada produk jamu, pada karyawan, maupun pada pelanggannya. Bendahara menjadi subyek penelitian guna mendapatkan informasi pengelolaan dana perusahaan dalam hal pemasaran produk jamu dan pemberian neon box bagi para pelanggan jamu Bisma Sehat. Marketing pabrik jamu Bisma Sehat dipilih menjadi subyek penelitian karena peranan marketing berhubungan langsung dengan pelanggan, sehingga melalui marketing, keluhan, pelayanan, dan kepuasan pelanggan dapat diatasi secara langsung. Data Subyek Penelitian Pihak Ahli Gizi: 1.
Drs. Widardo M.Sc. (52 th; Dosen Laboratorium Gizi Kemasyarakatan Fakultas Kedokteran UNS; Daratan RT/RW: 01/05, Ds. Ngemplak, Kec. Kartasura).
2.
Rahmawati S.Farm., Apt., (29 th; Apoteker Bisma Sehat; Ngabean RT/RW:02/01, Sukoharjo). Ahli Gizi ataupun informan ahli dipilih untuk menjadi subyek
penelitian agar dapat menjawab dan memberikan keterangan informasi mengenai jamu secara umum, dan kualitas jamu Bisma Sehat secara khusus, guna melengkapi dan memberikan penegasan data-data yang diperlukan. Data Subyek Penelitian Pihak Pelanggan (Pemilik Depot Jamu): 1.
Anas (29 th; Wiraswasta Jamu; JL. Slamet Riyadi Ngadijayan, Ngumpang RT/RW:04/03, Ngadirejo, Sukoharjo).
2.
Rizky (30 th; Wiraswasta Jamu dan Sembako; JL. Pemuda Bekonang RT/RW:02/03, Baleharjo, Sukoharjo).
3.
Candra (20 th; Wiraswasta Jamu; Bakalan RT/RW:01/02, Sukoharjo). Pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek penelitian
berjumlah 3 (tiga) informan yang terdiri dari latar belakang, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 3 (tiga) informan tersebut merupakan pelanggan yang melakukan usaha penjualan produk Bisma Sehat atau pemilik depot jamu di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Informan yang dipilih adalah informan yang berada di pinggiran kabupaten Sukoharjo, dikarenakan program yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat sasarannya adalah pinggiran kabupaten Sukoharjo terlebih dahulu baru kemudian menuju ke pusat kabupaten Sukoharjo. Data Subyek Penelitian Pihak Konsumen Jamu: 1.
Suprihatin
(45
th;
Karyawan
Tyfountex;
Soditan,
Ngadirejo,
Sukoharjo). 2.
Budi (37 th; Wiraswasta; Boyolali).
3.
Ikhsan (34 th; Karyawan Pusdiklat UNS; Mayang, Kartasura, Sukoharjo).
4.
Dwi Prayoga (20 th; Karyawan Swasta; Telukan, Sukoharjo).
5.
Danang (42 th; Sopir; Bekonang, Sukoharjo).
6.
Hendro (44 th; Karyawan Swasta; Cedakromo, Kartasura). Konsumen para pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek
penelitian ini berjumlah 6 (enam) informan yang terdiri dari latar belakang,
jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 6 (enam) informan tersebut merupakan konsumen yang mengkonsumsi jamu di depot jamu milik para pelanggan jamu Bisma Sehat di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
B. Data Wawancara, Observasi, dan Analisis Dalam
penelitian
“STRATEGI
KOMUNIKASI
PEMASARAN
PRODUK JAMU BISMA SEHAT (Studi Evaluasi Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo)” ini, penulis menggunakan kerangka berpikir model CIPP. CIPP yang terdiri dari Context, Input, Process, dan Product merupakan suatu bagian, keempatnya diteliti dan dianalisis untuk mengetahui dampak atau efek yang terjadi baik ke dalam perusahaan maupun ke luar perusahaan, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Secara keseluruhan semuanya diperhitungkan keterkaitan antar faktornya. Maka akan ditemukan solusi untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada saat pelaksanaan program. Kemudian akan disusun serangkaian saran dan rujukan untuk proses perbaikan dan pengembangan program untuk kedepannya. Berdasarkan keterangan mengenai 4 (empat) faktor tersebut, penulis mencoba untuk menganalisis data yang didapat dari lapangan dengan melihat kesesuaian antar faktornya, sebagai berikut:
3.1. Data dan Analisis Context Analisis konteks merupakan gambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, tujuan program, pelanggan dan konsumen yang dilayani, maupun pelayanan yang belum terpenuhi. Analisis konteks terbagi dalam 5 (lima) komponen yaitu, latar belakang pelaksanaan program, tujuan program, sasaran program, perencanaan program, dan kesesuaian antara program dengan visi misi perusahaan. a.
Latar Belakang Program Penilaian terhadap latar belakang program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut H. Mulyadi selaku pimpinan perusahaan dari PJ. Bisma Sehat, cara beliau dalam mempertahankan eksistensi produk jamunya di pangsa pasar jamu Sukoharjo, adalah sebagai berikut: “Selalu mengikuti seminar-seminar untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam pembuatan, pengelolaan, dan pemasaran produk jamu. Selain itu selalu mengikuti alur perkembangan jamu dari waktu ke waktu, biar tahu mbak, dan nggak ketinggalan jaman. Pemberian spanduk di warung makan sama angkringan, masang neon box di depot-depot jamu, buka booth pas CFDan, jadi sponsorship event, ikut pameran, nyebar brosur, ngasih kalender, dan kita juga punya blog mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Jawaban serupa juga diungkapkan oleh Agus Ritanto, namun ada tambahan keterangan lagi, yaitu pada pernyataan beliau yang mengatakan:
“Kita juga melakukan kunjungan langsung ke pelanggan untuk menjaga hubungan komunikasi yang baik.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB) Rizky Yanuar selaku marketing dari PJ. Bisma Sehat pun juga mengatakan seperti pernyataan dari H. Mulyadi dan Agus Ritanto, berikut penambahan informasi yang diberikan oleh Rizky: “Kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik Bisma Sehat, menerima siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi yang sedang magang. Dulu sih memang awal-awal pak Mulyadi merintis Bisma Sehat, kerjasamanya dengan ibu-ibu jamu gendong, tapi sekarang dari pihak kantor sendiri udah nggak kerjasama, tapi kita sudah ada rencana kerjasama lagi sama ibu-ibu jamu gendong. Tapi ibu-ibu jamu gendong itu dibawah bimbingan dari KOJAI juga lho mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB) Dari hasil jawaban ketiga informan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat ada berbagai macam. Menjadi sponsorship event, mengikuti pameran-pameran, membuka booth di CFD, mengikuti seminar, kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik jamu Bisma Sehat, menerima siswa-siswi atau mahasiswamahasiswi yang sedang magang, Bisma Sehat juga mempunyai blog, pembagian brosur, kalender, pemberian neon box, spanduk, dan stiker branding di depot-depot jamu pelanggan. Pemasangan spanduk di angkringan dan warung makan, kerjasama dengan ibuibu jamu gendong juga ada, tetapi tidak dari pihak Bisma Sehat melainkan dari agen distributor jamu Bisma Sehat.
Berdasarkan hasil analisis, model komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat ini sesuai dengan enam model utama bauran komunikasi pemasaran (Terence A. Shimp, 2003: 56), berikut penjabarannya: -
Penjualan perorangan (personal selling) dilakukan oleh agen distributor, pemilik atau pelanggan depot jamu. Ibu-ibu jamu gendong juga melakukan kegiatan komunikasi pemasaran, namun mereka tidak bekerjasama secara langsung dengan PJ. Bisma Sehat, tetapi dengan agen distributor jamu Bisma Sehat dan dibawah bimbingan KOJAI.
-
Iklan (advertising), untuk iklan berbayar, Bisma Sehat tidak menggunakannya karena berdasarkan pertimbangan anggaran biaya
promosi
yang
harus
dikeluarkan.
Bisma
Sehat
merupakan sebuah pabrik jamu yang sedang berkembang, oleh karena itu pada setiap pemilihan strategi pemasaran yang akan dilakukan, anggaran biaya selalu menjadi pertimbangannya. Hal ini didapat dari pernyataan Rizky Yanuar, yaitu: “Kami masih belum menggunakan iklan berbayar dikarenakan pertimbangan anggaran biayanya mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Tetapi Bisma Sehat menggunakan blog sebagai media iklannya untuk memudahkan konsumen memperoleh informasi tentang Bisma Sehat dan melakukan pemesanan terhadap produk jamunya.
Gambar 3.1. Blog Bisma Sehat
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat
-
Promosi
penjualan
(sales
promotion),
Bisma
Sehat
menggunakan marketing sebagai tenaga pemasarnya, belum ada SPG (Sales Promotion Girl) atau SPB (Sales Promotion Boy), ataupun kerjasama langsung dengan ibu-ibu jamu gendong. Kegiatan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian produk jamu dalam waktu yang singkat biasanya pada saat mengikuti pameran atau event. -
Pemasaran (marketing), beberapa pemasaran sudah dilakukan oleh Bisma Sehat, yaitu: Tabel 3.1.
Sponsorship PJ. Bisma Sehat No.
Event
1.
Seminar Peningkatan Mutu Obat Tradisional dalam Menjawab Tantangan MEA, USB
2.
PSG, Warto Cup (sepak bola), Begajah
3.
Acara Seni Sekolah, Solo
4.
Seminar Prospek Industri Jamu dalam Kondisi Perekonomian Saat Ini, GP Jamu Jateng
5.
Display Produk dan Goody Bag
6.
Gerakan Jumat Pintar oleh Gubernur Jawa Tengah dan Talk Show dengan Tema Generasi Sehat Berprestasi Tanpa Anemia, The Park Solo Baru
7.
Pameran Potensi Daerah, Sukoharjo
8.
Pagelaran Wayang, Telkom, Solo
9.
Sepeda Santai, Majasto
10.
Hari PMI, Car Free Day, Sukoharjo
11.
Hari Gizi Nasional, Car Free Day, Sukoharjo
12.
Karnaval HUT RI Ke-70, Sukoharjo
13.
Program Buka Mata Trans 7, Liputan Kampung Jamu, Nguter
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat
-
Publisitas (publicity), komunikasi massa menggunakan media televisi dilakukan oleh Bisma Sehat, walaupun tidak meliput PJ. Bisma Sehat, namun Bisma Sehat menjadi sponsor dalam liputan tersebut. Berikut pernyataan yang disampaikan Rizky Yanuar: “Kamis, tanggal 26 Mei 2016 kemarin juga ada liputan dari Trans 7 mbak untuk acara Buka Mata, dari pihak Trans 7 datang kemari untuk mencari berita. Liputannya
dari jam 11 pagi sampai jam 4 sore. Bisma Sehat jadi sponsornya, tapi pabrik jamu disini nggak ada yang diliput, soalnya liputannya Kampung Jamu, temanya jamu gendong. Memang Bisma Sehat belum bekerjasama langsung dengan ibu-ibu jamu gendong, tapi untuk liputan ini Bisma Sehat ditunjuk oleh KOJAI untuk bekerjasama dengan jamu gendong.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 28 Mei 2016, pukul 16.00 WIB) Gambar 3.2. Liputan dari Trans 7 dan Bisma Sehat menjadi Sponsornya
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat
-
Komunikasi
di
tempat
pembelian
(point-of-purchase-
communication) yang dilakukan oleh Bisma Sehat adalah dengan pemberian neon box kepada depot-depot jamu milik pelanggan jamu Bisma Sehat. Selain pemberian neon box, juga ada spanduk, stiker branding, brosur, dan kalender. Program yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat adalah pemberian neon box di depot-depot jamu milik pelanggan jamu Bisma Sehat. Walaupun di sisi lain, ada beberapa model komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Rizky Yanuar: “Kita lagi konsen sama pemberian neon box di depot-depot jamu milik pelanggan kita mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh H. Mulyadi dan Agus Ritanto. Rizky Yanuar juga menambahkan: “Tapi kalau program yang lain pelaksanaannya maintance tergantung agenda event yang sudah disepakati dari beberapa pihak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB) Sedangkan, latar belakang pelaksanaan program-program yang dipilih oleh Bisma Sehat dalam upaya memajukan nama Jamu Bisma Sehat di pasar jamu menurut hasil wawancara dengan H. Mulyadi, adalah: “Agar orang-orang yang belum tahu jadi tahu kalau ada jamu produksi Bisma Sehat lewat media promosi yang kita lakukan mbak, terutama neon box yang dipasang di depot-depot jamu, kalau pemberian neon box tersebut sudah jalan bulan Agustus 2015.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Agus Ritanto memberikan jawaban yang berbeda dari yang disampaikan oleh H. Mulyadi, yaitu: “Sebagai promosi jamu Bisma Sehat, selain Sido Muncul, Air Mancur, Gujati, karena kebanyakan orang-orang familiar dengan merek itu, program mulai Agustus 2015 mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB) Sedangkan, Rizky Yanuar memberikan pernyataan yang sama seperti jawaban yang diberikan oleh H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa latar belakang
dilaksanakannya
program
tersebut
adalah
untuk
meningkatkan jumlah pelanggan pemilik depot jamu dan juga untuk meningkatkan jumlah konsumen jamu Bisma Sehat. Dengan adanya program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat melalui berbagai bauran promosi
yang dilakukannya, maka akan memudahkan orang-orang atau masyarakat untuk terbiasa mengenal dan mengetahui kalau ada merek jamu Bisma Sehat. Sehingga akan lebih menarik rasa keingintahuan konsumen untuk mencobanya. Menurut hasil observasi, program-program yang dipilih sebagai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat sudah tepat. Sewaktu melakukan wawancara dan proses mencari materi-materi yang dibutuhkan, pihak Bisma Sehat juga dengan ramah memberikannya. Berdasarkan hasil analisis, latar belakang dilaksanakannya program tersebut cukup kuat karena didasari oleh keinginan untuk meningkatkan penjualan, jumlah pelanggan, dan konsumen jamu Bisma Sehat. Seperti yang ditulis Agus Hermawan pada bukunya yang
berjudul
pemasaran mewujudkan
“Komunikasi
adalah tujuan
proses
Pemasaran”, perencanaan
perusahaan
yang
bahwa
strategi
perusahaan sesuai
dengan
untuk visi
perusahaan, persaingan merupakan motivasi utama dalam strategi pemasaran (Agus Hermawan, 2012: 40). Oleh karena itu, PJ. Bisma Sehat
memilih
program
pemasaran
tersebut,
namun
juga
memberikan pertimbangan mengenai anggaran biaya pemasaran yang sesuai sebagai strategi pemasaran produk jamunya.
b. Tujuan Program Penilaian terhadap tujuan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut H. Mulyadi, tujuan program yang dipilih dalam pemasaran produk jamu Bisma Sehat, adalah: “Tujuan memilih program ini untuk informasi dan promosi yang ditujukan kepada konsumen, pelanggan, dan masyarakat luas, agar mereka tahu adanya jamu dari Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Agus Ritanto dan Rizky Yanuar juga memberikan jawaban yang sama seperti H. Mulyadi, hanya saja Agus Ritanto memberikan tambahan pernyataan, yaitu: “Agar jumlah konsumen, pelanggan, dan permintaan produk meningkat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari dilaksanakannya program tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah penjualan produk jamu Bisma Sehat. Selain itu untuk memberikan informasi akan adanya jamu Bisma Sehat kepada khalayak. Strategi pemasaran mengacu pada rencana perusahaan
dalam
menempatkan
sumber
dayanya
dengan
memposisikan produk atau jasa dan menargetkan kelompok konsumen spesifik guna mendapatkan keuntungan. Menurut hasil analisis, jika dikaitkan dari hasil temuan wawancara yang diperoleh pada latar belakang program, bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat adalah
strategi yang dilakukan dalam tujuannya untuk memperoleh peningkatan
penjualan
produk,
pendapatan
perusahaan,
peningkatan jumlah pelanggan dan pengetahuan masyarakat luas akan produk jamu merek Bisma Sehat. Hal ini sesuai dalam buku “Perencanaan
dan
Strategi
Komunikasi”,
bahwa
strategi
komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal (Hafied Cangara, 2014: 64).
Gambar 3.3. Pemberian neon box dan spanduk di depot jamu milik salah satu pelanggan Bisma Sehat
Sumber: Dokumentasi pribadi
Menurut hasil observasi, strategi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat guna sebagai informasi dan promosi tidak hanya dengan pemberian neon box saja, melainkan juga dengan pemberian spanduk, stiker yang ditempel pada etalase, MMT, kalender, mengikuti beberapa event, menjadi sponsorship, adanya mahasiswa-mahasiswi maupun siswa-siswi yang magang, blog, mengikuti seminar, dan kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik jamu Bisma Sehat. Sedangkan, untuk pemberian display promosi sedemikian rupa di depot-depot jamu milik pelanggan, akan menarik perhatian konsumen pada produk jamu Bisma Sehat, dan tercapainya tujuan program pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Karena pada dasarnya pemasaran bersandar pada konsep inti, salah satunya adalah hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan,
pemasok, dan penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan. c.
Sasaran Program Penilaian terhadap sasaran program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Untuk segmentasi pasar dari Bisma Sehat, H. Mulyadi menjelaskan, bahwa: “Untuk segmentasinya menengah kebawah mbak. Sasaran program ini untuk pelanggan sama konsumen jamu Bisma Sehat di wilayah Sukoharjo dan sekitarnya, karena di Sukoharjo tempat Kampung Jamu yang pasti persaingan dengan perusahaan jamu lainnya ketat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Rizky Yanuar sependapat dengan jawaban yang diberikan oleh H. Mulyadi. Agus Ritanto memberikan tambahan jawaban: “Kita selalu membandrol harga yang terjangkau dan relatif murah, namun kualitas produk tetap terjamin.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB) Untuk program pemberian neon box, ada biaya yang harus dikeluarkan pelanggan untuk mendapatkan seperangkat media promosi, yaitu dari pernyataan yang diberikan oleh Rizky Yanuar: “Pemilik depot harus belanja aneka produk dari Bisma Sehat sebesar Rp 300.000,- biar dapet neon box mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan dan dianalisis bahwa sasaran program ini adalah para pelanggan atau pemilik depot jamu di area wilayah Sukoharjo untuk mau
bekerjasama mengikuti program pemberian neon box yang diberikan oleh pihak Bisma Sehat dengan pembelanjaan nominal tertentu. Sesuai pada buku “Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication” yang membahas pada konsep inti dalam pemasaran, dituliskan bahwa pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan/keinginan tertentu yang sama dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20). Sasaran program ini sangat tepat karena dengan adanya kerjasama dan partisipasi dari pelanggan atau pemilik depot, maka akan memudahkan terealisasinya program ini. Sehingga pesan komunikasi yang ditujukan melalui media neon box ini bisa tersampaikan kepada khalayak atau masyarakat luas. Berdasarkan hasil observasi, sasaran dari program ini adalah pelanggan yang mempunyai depot jamu Bisma Sehat. Namun belum difokuskan sasaran yang menjadi target sasarannya, sebaiknya pelanggan di area kabupaten Sukoharjo saja terlebih dahulu untuk menguatkan nama jamu Bisma Sehat di kabupaten Sukoharjo, yang mana adalah tempat berdirinya Bisma Sehat. Untuk segmentasinya adalah menengah kebawah.
d. Perencanaan Program Penilaian terhadap perencanaan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Pada perencanaan program komunikasi pemasaran jamu Bisma Sehat, untuk program yang sedang gencar dilakukan dan juga program penunjangnya, berikut pernyataan dari H. Mulyadi: “Perencanaan program Agustus 2015 dalam jangka waktu yang nggak ditentukan, kalau untuk program yang lainnya kita lakukan maintance setiap tahunnya. Misinya untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada pelanggan, konsumen, sama masyarakat luas mbak kalau ada produk jamu buatan pabrik jamu Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Agus Ritanto dan Rizky Yanuar juga memberikan pernyataan yang sama seperti H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan program dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Program ini ditujukan kepada para pemilik depot jamu dan sekaligus pelanggan jamu Bisma Sehat. Untuk program komunikasi pemasaran yang lainnya tetap dilakukan secara berkala. Hal ini dimaksudkan untuk membangun dan menjadikan nama jamu Bisma Sehat familiar di masyarakat. Perencanaan program ini dirasa perlu diberikan target tertentu sampai kapan program akan dilaksanakan di wilayah Sukoharjo. Karena apabila hanya mengandalkan sampai benar-benar merata ke seluruh wilayah, maka dalam pelaksanaan dan perkembangan
program akan terkesan lambat. Menurut hasil analisis, suatu strategi komunikasi pemasaran dalam promosi, harus serentak dan gencar dilaksanakan, dengan acuan target tertentu. Dengan begitu tujuan dari program akan segera terealisasikan. Hal ini sesuai dengan jurnal internasional yang berjudul “Model of Marketing Communications
Effectiveness
in
the
Business-to-Business
Markets”, disitu dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan komunikasi pemasaran yang baik dapat membuat program komunikasinya sukses dan memastikan kinerja pasar jangka panjang, ada dampak positif antara memiliki kemampuan komunikasi pemasaran yang kuat dan kinerja perusahaan (Damjana dan Bruno, 2015: 373). e.
Kesesuaian Program dengan Visi dan Misi PJ. Bisma Sehat Penilaian terhadap kesesuaian program dengan visi dan misi perusahaan yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Mengenai kesesuaian program dengan visi dan misi dari PJ. Bisma Sehat, H. Mulyadi memberikan penjelasannya sebagai berikut: “Dengan program ini produk Bisma Sehat menjadi dikenal di masyarakat luas, dan untuk kita bisa lebih mengembangkan industri jamu tradisional dengan kualitas terbaik. Ini sesuai dengan visi misi PJ. Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Agus Ritanto dan Rizky Yanuar juga berpendapat sama dengan H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat
disimpulkan bahwa program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat sudah sesuai dengan visi dan misi dari perusahaan. Karena selain dampak yang ditimbulkan nantinya berupa banyaknya masyarakat yang mengetahui adanya produk jamu milik pabrik jamu Bisma Sehat, juga bisa mengembangkan industri jamu tradisional dengan kualitas terbaik. Menurut hasil analisis, keberlangsungan komunikasi di dalam perusahaan atau komunikasi organisasi sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu perusahaan tersebut. Seperti yang dituliskan dalam
buku
“Manajemen
Perusahaan”,
bahwa
manfaat
komunikasi, memberi pengaruh positif bagi kemajuan perusahaan, memperbesar
semangat
kerja,
menambah
pengetahuan,
mempermudah penyelesaian masalah, menyamakan persepsi, bertukar ide untuk kemajuan organisasi (Kadar Nurzaman, 2014: 188). Untuk menjadikan program ini lebih berhasil lagi, perlu perbaikan dalam manajemen perusahaannya agar diatur lebih terstruktur sesuai pekerjaan masing-masing bidang, menambahkan personil marketing dan memaksimalkan kinerja dari masingmasing karyawan. Karena agar program dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi perusahaan, diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi program yang dipilih oleh perusahaan.
3.2. Data dan Analisis Input Analisis input dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis input terbagi dalam 3 (tiga) komponen yaitu, pelaksana program (software), pembagian tugas dan persiapan, sarana dan prasarana. a.
Pelaksana Program (software) Penilaian terhadap pelaksana program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Rizky Yanuar selaku marketing promosi dari PJ. Bisma Sehat menjelaskan mengenai siapa saja yang menjadi pelaksana program pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat, berikut penjelasannya: “Pelaksana program semua anggota Bisma Sehat mbak, dalam pembagian tugas yang banyak berperan bagian marketing, dari luar perusahaan tidak ada yang membantu. Persiapannya skill dari masing-masing peran struktural untuk bekerja maksimal. Tingkat pendidikan untuk marketing, keuangan, apoteker S1, kalau asisten apoteker D3, karyawan lainnya SMA atau sederajat. Pelaksananya nggak ditentukan dari berapa lama masa kerjanya, tapi gimana skillnya. Pelatihannya dengan mengikuti seminar-seminar dan bimbingan dari KOJAI.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksana program ini adalah dari pihak Bisma Sehat itu sendiri
tanpa adanya bantuan dari pihak di luar perusahaan untuk pelaksanaan programnya. Bagian marketing mempunyai peranan yang cukup banyak karena bertanggungjawab atas berjalannya program. Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan salah satu bauran utama komunikasi pemasaran yang menjelaskan bahwa promosi penjualan (sales promotion) adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh tenaga pemasar untuk merangsang dan mempengaruhi sikap pelanggan/konsumen melakukan pembelian suatu produk dalam waktu yang singkat (Terence A. Shimp, 2003: 5-6). Karena melalui marketing, peningkatan pelanggan dan konsumen dalam suatu perusahaan mengalami perkembangan. Jadi marketing mempunyai peranan yang besar dalam suatu perusahaan. Dalam hasil temuan observasi dan wawancara dengan pihak PJ. Bisma Sehat, tidak hanya bagian marketing saja yang berperan dalam program ini, bagian struktural PJ. Bisma Sehat juga ikut membantu kelancaran program. H. Mulyadi dan Agus Ritanto juga sependapat dengan pernyataan dari Rizky Yanuar. Tabel 3.2. Data Kualifikasi Pendidikan Karyawan PJ. Bisma Sehat No.
Kualifikasi Pendidikan
Jumlah
1.
S2 Farmasi
-
2.
S2 Non Farmasi
-
3.
Apoteker
4.
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK):
1 orang
- S1 Farmasi
-
- D3 Farmasi
1 orang
5.
S1 Non Farmasi
1 orang
6.
D3 Non Farmasi
2 orang
7.
SMA
6 orang
8.
SMP
19 orang
9.
SD
-
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 20 Januari 2016
Tidak hanya bagian marketing yang banyak berperan dalam program ini. Semua anggota dari PJ. Bisma Sehat juga ikut membantu dalam kelancaran program. Pelaksana program ini dinilai dari tingkat pendidikannya yaitu untuk marketing, keuangan, apoteker S1, asisten apoteker D3, dan karyawan lainnya SMA atau sederajat. Tabel 3.3. Seminar dan Pelatihan yang diikuti Karyawan PJ. Bisma Sehat Lokasi dan Tanggal
No.
Pelatihan yang diikuti
1.
Sosialisasi dan Bimbingan Teknis dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Keamanan, Kemanfaatan, Mutu, Promosi, dan Potensi Pasar Obat Asli Indonesia
Sukoharjo, 29-30 Juli 2015
2.
Seminar Prospek Industri Jamu dalam Kondisi Perekonomian Indonesia saat ini
Surakarta, 26 Agustus 2015
3.
Peningkatan Daya Saing Industri atau Usaha Obat Tradisional
Semarang, 7-8 September 2015
4.
Pelatihan SDM Industri Obat Tradisional Direktorat Jenderal Basis Industri
Semarang, 15-18 September 2015
Manufaktur 5.
Bimbingan Teknis, Sosialisasi HAKI
Sukoharjo, 17 September 2015
6.
Workshop dan Sosialisasi HAKI, Implementasi Kekayaan Intelektual dan Perspektif ABG di Dunia Usaha, UMS
Sukoharjo, 21 September 2015
7.
Komunikasi Hasil Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan tahun 2015
Jakarta, 28 September 2015
8.
Peningkatan Kapasitas Penanggungjawab Teknis Bidang Obat Tradisional
Semarang, 12-13 Oktober 2015
9.
Pelayanan Prima dalam Rangka Pendaftaran Obat Tradisional untuk UMKM di Daerah
Sukoharjo, 16-18 November 2015
10.
Pertemuan Diseminasi Penerapan CPOTB bagi Industri dan Usaha Obat Tradisional
Semarang, 19 November 2015
11.
Cerdas Cermat UMKM Obat Tradisional
Jakarta, 7-8 Desember 2015
12.
Studi Kelayakan Usaha bagi UMKM yang meliputi Aspek Pasar, Aspek Produksi, Aspek Legal, dan Aspek Keuangan
Sukoharjo, 18-19 Januari 2016
13.
Forum Advokasi dan Komunikasi tentang Implementasi E-Reg dan Tata Cara Pendaftaran Obat Tradisional untuk UMKM di Daerah
Semarang, 11-12 Februari 2016
14.
Bimbingan dan Penerapan SNI Mutu Komoditi
Sukoharjo, 16-18 Februari 2016
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Seminar
dan
pelatihan
tersebut
dilaksanakan
untuk
meningkatkan wawasan, kemampuan, dan menunjang karyawan serta pemilik PJ. Bisma Sehat dalam melakukan kegiatan produksi dan komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat. Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan salah satu konsep inti dari
pemasaran yang menjelaskan, bahwa produk/jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20). Oleh karena itu, seminar dan pelatihan tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat untuk meningkatkan kualitas SDM karyawannya dan nantinya akan berdampak pada kualitas dan mutu yang baik pada produk jamu Bisma Sehat. Analisis ini ditegaskan oleh pernyataan yang dikemukakan oleh H. Mulyadi, sebagai berikut: “Selalu meningkatkan kualitas jamu yang kita produksi mbak, jadi saya dan apoteker Bisma Sehat selalu berinovasi dalam meracik varian jamu baru maupun jamu lama untuk lebih ditingkatkan lagi racikannya agar rasanya mantab dan sesuai.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Gambar 3.4. Salah satu seminar dan pelatihan bimbingan tehnik dan PKL yang diadakan oleh PT. Sido Muncul
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat, 2015
Gambar 3.5. Seminar Musyawarah Nasional Ke-VII (Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia) di Istana Negara
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat, 2015
b. Pembagian Tugas dan Persiapan Penilaian terhadap pembagian tugas dan persiapan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Terkait dengan pembagian tugas dan persiapan program yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, berikut jawaban dari Rizky Yanuar:
“Pada pelaksanaannya, bagian marketing dan keuangan yang berperan penuh sama program ini. Untuk persiapan programnya, semua anggota struktural Bisma Sehat terlibat didalamnya juga kok mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembagian tugas dan persiapan program, bagian marketing dan bagian keuangan/bendahara mempunyai tanggungjawab dan peranan
penting
didalamnya.
Walaupun
tidak
menutup
kemungkinan jika bagian-bagian struktural dalam Bisma Sehat juga terlibat didalamnya. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh H. Mulyadi dan Agus Ritanto. Dalam pembagian tugas yang mempunyai peranan penting adalah marketing dan keuangan, namun dalam persiapannya semua anggota struktural ikut membantu kelancaran program. Kesesuaian pembagian kerja dan tanggungjawab dengan kerjasama antara bagian struktural inilah yang akan menunjang kesuksesan dan kelancaran pelaksanaan program. Berdasarkan hasil observasi dan analisis, pembagian tugas dan persiapan ini belum dibuat tim khusus yang digerakkan untuk menjadi pelaksana program. Karena marketing sebagai pelaksana utama program masih mendapatkan bantuan dari beberapa bagian struktural dari PJ. Bisma Sehat. Di lain sisi, dengan adanya tim khusus
pelaksana
program,
maka
akan
dapat
menunjang
kesuksesan dan kelancaran pelaksanaan program. Karena menurut
Freddy Rangkuti (2009: 19-20), dituliskan bahwa hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan, pemasok, dan penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan. Oleh karena itu, untuk menunjang kesuksesan dalam suatu program pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, membutuhkan tim khusus dalam setiap pelaksanaan programnya. c.
Sarana dan Prasarana Penilaian terhadap sarana dan prasarana program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut Rizky Yanuar, sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan program adalah: “Sarananya, spanduk, MMT, stiker untuk ditempel di etalase, kendaraan operasionalnya mobil dan motor. Dana per bulan untuk program ini Rp 3.900.000,-, itu untuk membuat 10 neon box, tapi anggarannya itu bisa lebih karena jumlah banyaknya permintaan pelanggan, dana tersebut dari Bisma Sehat sendiri mbak, nggak ada bantuan dari luar, hanya partisipasi kerjasama dengan pelanggan kita.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) H. Mulyadi dan Agus Ritanto juga memberikan jawaban yang sama dengan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan program ini adalah neon box, spanduk, MMT, stiker untuk ditempel di etalase, kendaraan operasionalnya mobil dan motor. Sedangkan alokasi anggaran dana
yang dikeluarkan setiap bulannya untuk program ini sebesar Rp 3.900.000,-. Namun anggaran tersebut masih bisa naik lagi tergantung jumlah permintaan pelanggan. Untuk program yang sedang gencar dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, sarana yang digunakan dalam kelancaran program berupa neon box karena adalah program yang diberikan oleh pihak Bisma Sehat dalam meningkatkan penjualan dan memberikan informasi akan adanya jamu Bisma Sehat di khalayak umum. Kendaraan operasional mobil dan motor sangat diperlukan untuk akses menuju depot-depot jamu milik pelanggan jamu Bisma Sehat. Sedangkan untuk program-program pemasaran yang lain seperti mengikuti pameran, menjadi sponsorship pada suatu acara, kunjungan dari instansi maupun sekolah, magang yang dilakukan oleh siswa atau mahasiswa, mengikuti seminar, itu dilakukan secara maintance. Dan untuk iklan melalui media internet, Bisma Sehat menggunakan blog, karena pertimbangan anggaran biaya
promosi
yang
dikeluarkan apabila menggunakan iklan berbayar. Menurut hasil observasi, sarana dan fasilitas yang disediakan ini masih kurang memadai untuk pelaksanaan program. Karena berdasarkan pengamatan peneliti, kendaraan operasional yang tersedia hanya 2 mobil, 1 beroperasi di Jawa Timur, yang satunya beroperasi di karesidenan Surakarta, sedangkan motor yang digunakan adalah motor milik pribadi masing-masing karyawan.
Hal ini akan memperlambat penyebaran neon box di wilayah Sukoharjo. Perlu penambahan sarana kendaraan operasional untuk mempercepat tercapainya tujuan dari program. Berdasarkan hasil analisis, PJ. Bisma Sehat membutuhkan beberapa perbaikan pada sarana dan prasarana dalam menunjang kelangsungan dari program. Seperti pada buku “Evaluasi Kinerja; Suatu Pengantar”, dituliskan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang berorientasi pada pengambilan keputusan, karena itu evaluasi harus membantu
para
pengambil
keputusan
dalam
menetapkan
keputusannya, misal untuk memperbaiki program dan memilih pendekatan yang lebih baik (Zaini Rohmad, 2014: 41-42). Maka dari itu, program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat perlu dilakukan evaluasi untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kinerja dari program tersebut. 3.3. Data dan Analisis Process Analisis proses dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis proses terbagi dalam 7 (tujuh) komponen yaitu, bentuk kegiatan, fokus kegiatan, kelancaran pelaksanaan program, strategi, continuity dan consistency program, pendukung kelancaran program, dan hambatan program. a.
Bentuk Kegiatan
Penilaian
terhadap
bentuk
kegiatan
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program dan lebih spesifiknya dengan pihak marketing promosi yaitu Rizky Yanuar, jawabannya sebagai berikut: “Kegiatan komunikasi langsung itu seperti penawaran produk kita mbak, terutama cara agar pelanggan mau membeli produk kita dengan nominal tertentu biar dapet neon box, bisa juga melalui kunjungan dari instansi atau sekolah kemari, saat kita mengikuti seminar, menjadi sponsor pada event, melalui agen-agen distributor dan pelanggan jamu kita. Kegiatan komunikasi nggak langsungnya seperti lewat media brosur, kalender, neon box, spanduk, MMT, blog, stand pameran, sama stiker branding. Kita masih belum menggunakan iklan berbayar dikarenakan pertimbangan anggaran biayanya mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatannya dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan dengan komunikasi langsung dan dengan komunikasi tidak langsung. Kegiatan komunikasi langsung berupa komunikasi secara tatap muka dengan bertemu secara langsung antara pihak Bisma Sehat
dengan
pelanggan.
Kemudian
menjelaskan
kepada
pelanggannya atau komunikan tentang program yang sedang dilaksanakan beserta manfaatnya, dan mengajak secara persuasif kepada mereka untuk bersedia mengikuti program tersebut. Karena menggunakan komunikasi langsung akan jauh lebih efektif untuk membujuk seseorang untuk membeli produk yang kita tawarkan. Gambar 3.6.
Salah satu kegiatan Komunikasi Langsung yang dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat kepada calon pelanggannya
Sumber: Dokumentasi pribadi
Kegiatan komunikasi tidak langsung menggunakan fasilitas dari media eksternal, seperti lewat media brosur, kalender, neon box, spanduk, MMT, blog, stand pameran, dan stiker branding. Berdasarkan hasil observasi, media lini bawah yang digunakan sebagai alat promosi tersebut dipilih dengan mempertimbangkan anggaran dana yang disediakan untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Pihak PJ. Bisma Sehat termasuk industri jamu yang sedang berkembang, oleh karena itu alokasi dana yang digunakan dalam
promosi
harus
mempertimbangkan
keefektifan
dan
efisiensinya. Berdasarkan hasil analisis, Dalam proses komunikasi secara langsung, pengaruh seorang komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya, atau bisa sebaliknya (Burhan Bungin, 2013: 70). Apabila tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya tinggi, maka kredibilitas dari komunikator tersebut
mendapat kesan positif dari komunikannya. Karena pesan yang disampaikan pada proses komunikasi secara langsung dapat sampai dan diterima dengan baik oleh komunikannya. Gambar 3.7. Salah satu kegiatan Komunikasi Tidak Langsung yang dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat dengan pemberian alat promosi neon box kepada pelanggannya
Sumber: Dokumentasi pribadi
Bentuk kegiatan ini sudah sesuai untuk dilakukan dalam mendukung kelancaran program. Karena dengan adanya kegiatan dalam bentuk komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung, maka program yang dilaksanakan bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan. b. Fokus Kegiatan Penilaian
terhadap
fokus
kegiatan
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara
dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Fokus kegiatan pada program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat menurut H. Mulyadi, adalah: “Fokus kegiatan Bisma Sehat adalah komunikasi secara langsung dengan pelanggan, karena komunikasi tatap muka itu jauh lebih efektif, kalau media yang digunakan secara tidak langsung merupakan fokus selanjutnya setelah komunikasi langsung.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Dalam pembahasan ini, Agus Ritanto memberikan jawaban yang sama dengan H. Mulyadi, sedangkan Rizky Yanuar memberikan tambahan pernyataannya, yaitu: “Fokus kegiatan Bisma Sehat ya memberikan neon box pada depot-depot jamu. Kalau kegiatan penunjang yang lainnya seperti pemasangan spanduk, pemberian stiker branding, tenda pameran, brosur, blog, mengikuti beberapa event, menjadi sponsorship dalam suatu pameran, mengikuti beberapa seminar, pemberian kalender mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa fokus kegiatannya adalah pemberian neon box di depotdepot jamu pelanggan Bisma Sehat dengan komunikasi secara langsung. Pemasangan spanduk, pemberian stiker branding pada etalase depot jamu, tenda pameran, brosur, blog, mengikuti beberapa event, menjadi sponsorship, mengikuti beberapa seminar, dan pemberian kalender adalah fokus kegiatan selanjutnya setelah kegiatan komunikasi secara langsung dilakukan. Menurut hasil analisis, komunikasi secara langsung sangat dibutuhkan agar nantinya pihak pelanggan juga bisa menawarkan
produk jamu Bisma Sehat kepada konsumennya. Ini sesuai pada buku “Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran” yang menuliskan, bahwa salah satu peranan komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran perusahaan adalah menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan (Sutisna, 2002: 311). Jadi, antara pihak PJ. Bisma Sehat dengan pelanggan bisa saling bekerjasama untuk meningkatkan jumlah penjualan dan menarik konsumen untuk mengetahui akan produk jamu Bisma Sehat. Karena komunikasi yang melibatkan alat peraga seperti spanduk,
stiker,
MMT,
dan
neon
box,
didesain
untuk
mempengaruhi keputusan membeli di tempat pembelian yang sudah di display oleh perusahaan guna menarik perhatian konsumen, ini sesuai dengan salah satu fungsi model utama bauran komunikasi yaitu komunikasi di tempat pembelian (point-ofpurchase communication) (Terence A. Shimp, 2003: 5-6). Oleh karena itu, informasi dan pengarahan yang diberikan oleh pihak PJ. Bisma Sehat dengan pihak pelanggan (pemilik depot jamu) adalah dengan melakukan komunikasi secara langsung terlebih
dahulu.
Agar
pihak
pelanggan
juga
mampu
mempresentasi/menawarkan produk jamu Bisma Sehat beserta khasiatnya kepada konsumennya. c.
Kelancaran Pelaksanaan Program
Penilaian terhadap kelancaran pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi: “Pelaksanaan program ini berjalan lancar berkat dukungan dan partisipasi pelanggan, jadi berpengaruh terhadap jumlah permintaan akan produk jamu kami yang meningkat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Jawaban yang sama juga diberikan oleh Agus Ritanto dan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program-program pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat berjalan lancar. Hal ini karena dukungan dan antusiasme dari pelanggan. Menurut
hasil
analisis,
pelanggan
ikut
berpartisipasi
mendukung dan antusias dengan program yang diberikan oleh PJ. Bisma Sehat. Pelanggan bersedia bekerjasama untuk membangun hubungan mitra bisnis dengan pihak PJ. Bisma Sehat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak karena akan meningkatkan jumlah penjualan produk jamu Bisma Sehat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi pemasaran menurut buku “Manajemen Pemasaran (Edisi Alih Bahasa Indonesia); Edisi 12 Jilid 2”, bahwa komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual (Philip
Kotler, 2007: 204). Karena secara tidak langsung program-program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat telah membuat pelanggannya antusias dan berpartisipasi untuk mengikuti. Dan secara langsungnya adalah bentuk penyajian penawaran dan informasi yang dikemas secara menarik oleh pihak PJ. Bisma Sehat kepada pelanggan dan masyarakat luas.
Gambar 3.8. Beberapa contoh partisipasi pelanggan dalam program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat
Sumber: Dokumentasi pribadi
d. Strategi Penilaian terhadap strategi program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Cara yang dilakukan H. Mulyadi untuk meningkatkan penjualan dan jumlah pelanggan Bisma Sehat, adalah: “Selalu meningkatkan kualitas jamu yang kita produksi mbak, jadi saya dan apoteker Bisma Sehat selalu berinovasi dalam meracik varian jamu baru maupun jamu lama untuk lebih ditingkatkan lagi racikannya agar rasanya mantab dan sesuai. Harga juga terjangkau untuk produk jamu kita mbak. Untuk pelanggan-pelanggan, kita selalu memantau setiap pelanggan dengan intensitas komunikasi yang sering, itu marketing kita mbak tugasnya. Jadi langsung mendatangi satu-satu pelanggan, nanya tentang penjualan, lalu nanya juga masukan dari mereka, dan apa yang mereka mau dari kita.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 09.00 WIB) Sedangkan menurut Agus Ritanto, adalah: “Selalu berinovasi dan mereview produk-produk jamu kami. Pelayanan terhadap pelanggan seperti apa ya mbak, emm...kayak kalau pelanggan ngasih masukan-masukan dan saran buat kita. Nanti kita evaluasi keluhan dan saran
tersebut, lalu kita mencoba memperbaikinya, hal ini agar pelanggan loyal dan puas bekerjasama dengan Bisma Sehat. Sehingga imbasnya pada peningkatan angka penjualan produk jamu Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 11.00 WIB) Dari jawaban H. Mulyadi dan Agus Ritanto, dapat dianalisis ,bahwa cara Bisma Sehat dalam berinovasi dengan produk-produk jamunya dan meningkatkan kualitas produk jamu yang mereka produksi, sesuai dengan teori pada buku Ensiklopedi Obat Jawa; Ramuan dan Teknik Pengobatan “Tradisional yang Disusun oleh Para Raja dan Pujangga Jawa”, tentang keuntungan obat tradisional jamu apabila digunakan adalah tidak adanya efek samping
yang
menimbulkan
penyakit
lain,
karena
tidak
mengandung zat kimia, dan harus diteliti secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas jamu tradisional (Wiwien Widyawati, 2010: 131). Rizky Yanuar juga memiliki penjelasan yang berbeda, yaitu: “Kalau untuk meningkatkan penjualan dan jumlah pelanggan, kita sering mengikuti event-event dan menjadi sponsorship, selain itu juga seminar pelatihan untuk meningkatkan SDM karyawan Bisma Sehat, kita juga punya blog, menyebar brosur, pasang MMT, spanduk, neon box, kalender, dan yang terutama pelayanan yang baik dan cepat terhadap pelanggan.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan dalam program tersebut adalah selalu meningkatkan kualitas dan mutu produk yang diproduksinya. Bisma Sehat berinovasi untuk meracik varian produk-produk jamu baru, dan juga mambandrol harga yang terjangkau pada produk
jamunya. Selain itu pihak marketing PJ. Bisma Sehat selalu memantau dan menjaga intensitas komunikasi dengan para pelanggan, agar para pelanggan merasa puas bekerjasama dengan Bisma Sehat. Hal
ini
akan
berdampak
pada
peningkatan
jumlah
ketersediaan produk jamu Bisma Sehat dan juga peningkatan pendapatan. Seminar pelatihan diikuti Bisma Sehat untuk meningkatkan
SDM
karyawannya
agar
dapat
mengelola
manajemen dan mengolah bahan baku dengan sebaik-baiknya. Bisma Sehat juga sering mengikuti event-event dan menjadi sponsorship, mempunyai blog, penyebaran brosur, pemasangan MMT, spanduk, neon box, kalender, dan yang terutama pelayanan yang baik dan cepat terhadap pelanggan. Pemilihan media tersebut adalah below the line advertising (media lini bawah). Below the line advertising (media lini bawah) adalah suatu iklan yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa bantuan dari biro iklan. Berdasarkan hasil analisis, strategi ini sudah tepat untuk dipilih dan dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat. Strategi ini lebih efektif dan lebih memangkas budget. Walaupun dibutuhkan banyak tenaga marketing dan sedikit lambat penyebarannya namun lebih sedikit
anggaran
dana
yang
dikeluarkan
daripada
jika
menggunakan juga media lini atas (above the line advertising).
Kesimpulannya,
dalam
melakukan
komunikasi
pemasaran
diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi. Komunikasi pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang berjalan satu arah, sebaliknya malah dua arah (Ilham Prisgunanto, 2006: 14). Yang dimaksud disini adalah apabila sebuah perusahaan melakukan aktivitas strategi pemasaran dengan bagian pemasaran, perusahaan sudah berusaha memberikan informasi kepada pelanggan dalam keperluan untuk mendapatkan masukan akan produk mereka. Masukan dari pelanggan akan sangat berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang mereka miliki. e.
Continuity dan Consistency Program Penilaian terhadap continuity dan consistency program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui observasi dari hasil wawancara dengan pihak yang bersangkutan yaitu PJ. Bisma Sehat. Berdasarkan pengamatan peneliti, menurut pernyataan yang diberikan oleh H. Mulyadi, “Perencanaan program Agustus 2015 dalam jangka waktu yang nggak ditentukan, kalau untuk program yang lainnya kita lakukan maintenance setiap tahunnya.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Kontinuitas pelaksanaan program perlu dilakukan secara bertahap, berkelanjutan, dan menetapkan target tertentu. Hal ini dimaksudkan agar program tersebut dapat tersebar secara cepat dan
merata di seluruh wilayah Sukoharjo. Dimana di kabupaten Sukoharjo merupakan sentral jamu, yang pastinya persaingan ketat berada di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis, program ini perlu menetapkan target tertentu dan penambahan target setiap bulannya, juga perekruitan
tenaga
marketing
yang
lebih
banyak
agar
penyebarannya cepat dan masyarakat mengetahui tentang adanya produk jamu Bisma Sehat beserta khasiatnya. Sehingga nama jamu Bisma Sehat bisa disejajarkan dengan pabrik jamu yang terlebih dahulu sudah muncul dan punya nama besar. Hal ini sesuai dengan teori dari buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28). Seorang pemasar dituntut untuk berpikir kreatif dan selalu melakukan inovasi-inovasi yang baru bagi usahanya karena pemasaran adalah suatu seni dalam berdagang, pihak PJ. Bisma Sehat harus berani berspekulasi atas usahanya. f.
Pendukung Kelancaran Program Penilaian terhadap pendukung kelancaran program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara
dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari Rizky Yanuar terkait dengan pendukung kelancaran program: “Karena ini adalah program bisnis ke bisnis, faktor pendukungnya pihak-pihak yang berpartisipasi dan mendukung program kami, seperti para pelanggan jamu Bisma Sehat dan peningkatan jumlah konsumen jamu Bisma Sehat di depot pelanggan tersebut.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) H. Mulyadi dan Agus Ritanto juga mempunyai pernyataan yang sama dengan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan program adalah pihak-pihak yang membantu pelaksanaan program, yaitu pihak pelanggan jamu Bisma Sehat, konsumen, dan juga pihak dari PJ. Bisma Sehat. Berdasarkan hasil analisis, pihak-pihak pendukung seperti pihak pelanggan dan pihak PJ. Bisma Sehat saling berpartisipasi dalam pelaksanaan program yang berdampak pada peningkatan jumlah
konsumen
pelaksanaan
jamu
program
Bisma mampu
Sehat.
Faktor
pendukung
mempermudah
kelanjutan
pelaksanaan program sehingga tujuan dari program tersebut akan mudah diterima oleh sasaran program. Hal ini sesuai dengan buku “Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication” yang dituliskan, bahwa Hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan, pemasok, dan
penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20). Jadi, yang menjadi pendukung kelancaran program adalah anggota karyawan PJ. Bisma Sehat dan pihak pelanggan, baru kemudian berdampak juga dukungan dari konsumen yang cocok mengkonsumsi produk jamu Bisma Sehat. g.
Hambatan Program Penilaian terhadap hambatan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut Agus Ritanto, hambatan dari program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat, adalah: “Yang jadi hambatannya itu kita kurang personil di bidang marketing dalam penyebaran program, jadi berjalannya hanya sesuai kemampuan saja, dan juga maraknya jamu-jamu yang mengandung BKO. Logistik bahan kemasannya juga masih perlu perbaikan lagi, kita juga belum ada kerjasama dengan petani, untuk mencari bahan baku masih lewat pengepul, tapi tetap disortasi dulu mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB) Rizky Yanuar sependapat dengan Agus Ritanto, sedangkan H. Mulyadi mempunyai jawaban yang lain, yaitu: “Kalau faktor penghambat buat kami nggak dijadiin hambatan tapi malah jadi acuan mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi hambatan dari program ini adalah kurangnya tenaga marketing dalam menyebarkan dan melakukan kunjungan
ke setiap depot jamu di wilayah kabupaten Sukoharjo, sehingga program tersebut penyebarannya berjalan lambat karena hanya memanfaatkan tenaga marketing seadanya saja. Logistik bahan kemasan juga berpengaruh terhadap minat pelanggan dalam membeli dan menerima produk jamu Bisma Sehat, oleh karena itu masih perlu perbaikan lagi. Logistik bahan kemasan masih sering menunggu bahan kemasan, ketebalan, dan kerapatan kemasan masih perlu perbaikan. Selain itu untuk masalah ketersediaan bahan baku, Rahmawati selaku apoteker PJ. Bisma Sehat memberikan pernyataannya, yaitu: “Kalau kendala mengenai bahan baku produk, ya karena yang namanya bahan baku jamu ya mbak ya itu kadang musiman seperti itu, harganya naik turun, sok ada sok enggak, ya wajarlah.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Kerjasama dengan petani juga belum ada, sehingga bahan baku pembuatan jamu masih lewat pengepul. Hal ini akan memperlambat produksi jamu yang nantinya akan disetorkan ke pelanggan-pelanggan, karena bahan baku dari pengepul harus melalui proses disortasi terlebih dahulu yang pastinya memakan waktu. Belum lagi maraknya jamu-jamu yang mengandung BKO (bahan kimia obat), hal ini sangat merugikan pihak PJ. Bisma Sehat karena mereka harus mengupayakan memberikan penjelasan, pengarahan, komunikasi secara intensif kepada pelanggan untuk
memastikan bahwa produk jamu Bisma Sehat tidak mengandung BKO. Berdasarkan hasil analisis, hambatan yang muncul dari pelaksanaan program ini adalah kurangnya tenaga marketing dalam penyebaran program, perlu perbaikan logistik bahan baku agar produk jamu dikemas dengan bahan yang tebal. Kerjasama dengan petani belum ada sehingga memakan banyak waktu dalam proses disortasi bahan baku jamu karena membeli dari pengepul. Dan maraknya jamu mengandung BKO yang beredar, sehingga meresahkan pelanggan jamu. Mereka takut dan ragu untuk membeli produk jamu karena kekhawatiran mereka akan efek samping dari jamu yang mengandung BKO. Perlu adanya komunikasi secara intensif, pengarahan, penjelasan mengenai produk jamu Bisma Sehat. Hal ini sesuai dengan buku “Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication”, bahwa pemasaran bersandar pada konsep inti, salah satu konsep inti tersebut adalah nilai dan kepuasan, merupakan konsep penuntun dalam memilih produk mana yang dapat memuaskan dan mempunyai kapasitas berbeda sebagai perangkat tujuan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20). Temuan hasil wawancara ini pun diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Drs. Widardo M.Sc selaku informan ahli, yaitu:
“Saya sering menemui kasus jamu-jamu yang mengandung BKO, itu sangat berbahaya mbak apabila dikonsumsi. Karena memang orang-orang apabila sakit lebih cenderung lari ke obat herbal, dan pilihannya pada jamu, maka dari itu ada oknum tertentu yang sengaja mencampur jamu dengan BKO agar terlihat manjur efeknya, padahal efeknya malah menyerang organ tubuh yang lain.” (wawancara langsung di Lab. Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Dari pernyataan tersebut, pihak PJ. Bisma Sehat terutama bagian marketing mempunyai peran penting dalam melakukan komunikasi secara tatap muka dengan pihak pelanggan. Dengan tujuan menginformasikan tentang bahaya jamu yang mengandung BKO dan bagaimana cara membedakan jamu yang mengandung BKO dengan jamu herbal. Hal ini sesuai dengan buku “Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran”, bahwa peran komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran perusahaan adalah membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan lebih baik atau setidak-tidaknya
mempunyai
sisi-sisi
positif
yang
lebih
dibandingkan dengan produk pesaing (Sutisna, 2002: 311). 3.4. Data dan Analisis Product Analisis produk dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data produk ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis produk terbagi dalam 2 (dua) komponen yaitu, pencapaian tujuan dan parameter keberhasilan. a.
Pencapaian Tujuan
Penilaian
terhadap
pencapaian
tujuan
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi terkait dengan pencapaian tujuan dari Bisma Sehat: “Kalau masyarakat sudah mengenal dan membudayakan mengkonsumsi jamu Bisma Sehat secara merata di berbagai daerah terutama Sukoharjo.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Sedangkan Rizky Yanuar memberikan jawaban yang lain, sebagai tambahan informasi dari jawaban H. Mulyadi: “Pencapaian tujuannya agar dapat dikenal masyarakat, kalau memang ada jamu bernama Bisma Sehat, mempunyai banyak varian dengan macam-macam khasiatnya.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Agus Ritanto juga sependapat dengan pernyataan dari Rizky Yanuar dan H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan dari program yang dilaksanakan PJ. Bisma Sehat ini adalah apabila masyarakat kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya sudah mengetahui akan adanya produk jamu Bisma Sehat. Jamu Bisma Sehat bisa familiar di telinga masyarakat. Jamu Bisma Sehat bisa sejajar dengan merek jamu lainnya yang sudah lebih dulu muncul dan punya nama besar. Selain itu pencapaian tujuan dari PJ. Bisma Sehat adalah apabila masyarakat membiasakan mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesegaran dan stamina tubuh. Masyarakat juga mengkonsumsi
varian jamu Bisma Sehat dan merasakan khasiat dari produk jamu tersebut. Berdasarkan hasil analisis, permasalahan ini sesuai dengan teori pada buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh PJ. Bisma Sehat, komunikasi pemasarannya harus diperbaiki lagi, mulai dari tenaga marketing yang memadai, pengetahuan pihak PJ. Bisma Sehat dan pelanggan, menambah alat promosi pemasaran, dan kemampuan komunikasinya dalam menarik konsumen untuk mengkonsumsi jamu Bisma Sehat. Karena tanpa adanya komunikasi yang intensif antara pihak PJ. Bisma Sehat dengan pelanggan (pemilik depot jamu), dan antara pelanggan dengan konsumen jamu, maka pesan komunikasi pada program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat tidak akan sampai ke komunikan. b. Parameter Keberhasilan Penilaian terhadap parameter keberhasilan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi:
“Program ini mendapat antusiasme yang tinggi dari para pelanggan. Untuk pemberian neon box di depot-depot jamu yang tadinya target hanya 10 neon box setiap bulan, bisa melebihi target karena jumlah permintaan pelanggan sangat banyak. Jika masyarakat mengenal adanya jamu Bisma Sehat, banyak peminat, dan dampaknya permintaan jumlah produk mengalami peningkatan.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Jawaban serupa juga diungkapkan oleh Agus Ritanto dan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa program pemberian neon box yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat sudah memenuhi target. Bahkan melebihi target yang ditentukan oleh PJ. Bisma Sehat. Target dari PJ. Bisma Sehat setiap bulannya adalah pemberian 10 neon box pada depot jamu. Namun diluar dugaan, para pelanggan sangat antusias dan jumlah permintaan neon box pun semakin banyak.
Tabel 3.4. Data Pelanggan Pemberian Neon box (Agustus 2015-Februari 2016) No.
Nama Konsumen Tagihan
1.
Sa’ad, Makam Haji
2.
Romy, JL. Slamet Riyadi, Ngadirejo
3.
Depot Jamu Anas, JL. Slamet Riyadi, Ngadirejo
4.
Ildo, JL. Slamet Riyadi, Ngadirejo
5.
Ari (grosir), Celep
6.
Baki Sehat, Purbayan
7.
Hanik, Cemani
8.
Ibu Rini, Cemani
9.
Depot Jamu Rizky, Bekonang
10.
Bpk. Kristian, Kartasura
11.
Bima Sehat, Cemani
12.
Seger Waras, Banmati
13.
Ibu Igor (Rian), Cemani
14.
Jiwa Sehat, Kajuapak
15.
Sugeng, Godok
16.
Depot Jamu Erlin, Polokarto
17.
Depot Jamu Dua Putri Sehat, Klodran
18.
Depot Jamu Kris, Banyu Agung
19.
Sabdo Sehat, Sumber
20.
Sinar Gugah, Banyu Agung
21.
Aliya, Nusukan
22.
Dewi Sri (grosir), Gayam
23.
Depot Jamu Candra, Bakalan
24.
Raka Sehat, Bekonang
25.
Putra Ranah II, Krajan
26.
Mutiara Sehat, Ps. Pedan
27.
Depot Jamu Kunden, Pedan
28.
Toko Arliyah, Ps. Mangu
29.
Extra Sehat, Delanggu
30.
Ibu Wiji, Donohudan
31.
Tarno Sehat, Jumapolo
32.
Mutiara Sehat, Sukoharjo
33.
Akri Sehat, Donohudan
34.
Fajirin, Jaten
35.
Bpk. Purnomo, Ps. Mangu
36.
Jamu Jago, Tugu Wangkis
37.
Gagan Jamu, Donohudan
38.
M. Kristiawan, Dibal
39.
Bpk. Bayan, Kadirejo
40.
Bpk. Warsono, Jetis
41.
Hamuja Wirun, Bekonang
42.
Samono, Jombor Baru
43.
Sularto, Mancasan
44.
Toko Pari, Jebres
45.
Aliya Sehat, Gemolong
46.
Jamoko, Gondang
47.
Kraguman Jaya, Klaten
48.
Adi (Dhea), Manisharjo
49.
Akri Sehat, Ps. Imogiri
50.
Niko (Dhea Sehat), Imogiri
51.
Ronaldi (grosir), Godean
52.
Andri, JL. Indrayanti Barat Km.7
53.
Narifa Jaya, Bakalan
54.
Dhea, Ps. Bantul
55.
Jamu Pengging, Boyolali
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Dari data dokumentasi pelanggan yang mendapatkan neon box, warna kuning adalah pelanggan yang berlokasi di area
kabupaten Sukoharjo. Menurut hasil observasi, program tersebut tidak hanya terfokus di area wilayah kabupaten Sukoharjo saja, melainkan mencakup wilayah lain seperti Surakarta, Boyolali, Sragen, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, dan Sleman. Hal ini akan semakin memperlambat penyebaran pemberian neon box di area wilayah kabupaten Sukoharjo. Walaupun di sisi lain dengan adanya program ini, akan membantu penjualan jamu Bisma Sehat di depot jamu
milik pelanggan,
sehingga
berdampak
pada
jumlah
peningkatan permintaan produk jamu Bisma Sehat. Maka dari itu, program ini sudah sesuai dan memenuhi target, namun perlu adanya pemilahan agar kabupaten Sukoharjo lebih difokuskan penyebarannya terlebih dahulu. Namun berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh, pendapatan/omset penjualan bersih produk jamu Bisma Sehat sebelum adanya program dengan sesudah adanya program, tidak ada kenaikan dari pendapatannya. Sebaliknya sebelum adanya program, pada awal tahun, terdapat kenaikan pendapatan bersih. Gambar 3.9. Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2014)
Ju li Se pt em be r N ov em be r
M ei
et
Area 2
M ar
Ja
nu ar
i
50 40 30 20 10 0
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 28 April 2016
Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2015)
Ju li Se pt em be r N ov em be r
M ei
Area 2
M ar et
Ja n
ua r
i
60 50 40 30 20 10 0
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Dengan dilaksanakannya program pemberian alat promosi pada depot jamu pelanggan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memang sudah memenuhi target untuk jumlah permintaan pelanggan terhadap pemberian neon box di depot jamunya. Namun, untuk pendapatan setelah dipasangnya neon box, belum ada kenaikan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan buku “Perencanaan dan Strategi Komunikasi”, bahwa dalam
menjalankan strategi komunikasi, seorang komunikator yang mana adalah pabrik jamu Bisma Sehat harus menjaga apa yang akan dikomunikasikan, pesan atau informasi apa yang akan disampaikan didalamnya, dikemas secara runtut agar yang menjadi tujuan dari Bisma Sehat dalam strategi komunikasi tersebut dapat tercapai. Pemilihan strategi memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru, maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga (Hafied Cangara, 2014: 65). Oleh karena itu, pihak PJ. Bisma Sehat harus senantiasa melakukan evaluasi untuk semua program yang mereka jalankan, agar tidak salah dalam menjalankan program tersebut. Dan akan berimbas kerugian dari segi banyaknya waktu yang terbuang siasia, materi yang dikeluarkan namun tidak ada perubahan peningkatan keuntungan seperti yang diharapkan, dan juga tenaga yang terbuang sia-sia untuk program yang kurang efektif. Seperti teori pada buku “Evaluasi Kinerja; Suatu Pengantar”, evaluasi kerja sangat penting untuk dilaksanakan dalam sebuah perusahaan atau organisasi dalam memberikan informasi mengenai beberapa hal, antara lain untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai, untuk membantu dalam membuat tujuan-tujuan baru, untuk membantu mengetahui tingkat efisiensi setiap pribadi, untuk menemukan kelemahan-kelemahan, untuk menemukan kelebihan,
dan untuk menstimulasi perkembangan dan kemajuan (Zaini Rohmad, 2014: 3). Selain itu yang menjadi parameter keberhasilannya menurut Rizky Yanuar adalah: “Yang jadi parameter kami kalau masyarakat terbiasa mengkonsumsi produk jamu dari Bisma Sehat, nama Bisma Sehat familiar di telinga masyarakat, dan permintaan selalu meningkat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Jadi, PJ. Bisma Sehat berkeinginan untuk mengembangkan usahanya di industri jamu secara meluas, agar dapat dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu meracik jamu merupakan keahlian yang dimiliki nenek moyang secara turun-menurun, Bisma Sehat salah satunya merupakan pabrik jamu yang melestarikan dan ingin mengembangkan jamu agar tidak terabaikan dengan senantiasa mengemas dan menciptakan varian-varian baru pada racikan jamu yang diproduksinya. Berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa strategi pemasaran adalah proses perencanaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang sesuai dengan visi perusahaan, persaingan merupakan motivasi utama dalam strategi pemasaran (Agus Hermawan, 2012: 40). Apabila dikaitkan dengan teori tersebut, Rizky Yanuar mengarahkan jawabannya untuk membuat masyarakat terbiasa minum jamu tradisional, terutama produk jamu Bisma Sehat dan nama Bisma Sehat familiar di masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan salah satu
visi dan misi dari PJ. Bisma Sehat, yaitu menjadi industri jamu yang terkemuka di Indonesia, menghasilkan produk yang bermanfaat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang halal, aman serta bermutu sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. c.
Pendapat Ahli Gizi Penilaian terhadap produk jamu PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu ahli gizi internal dan ahli gizi eksternal. Mengenai kesesuaian angka kecukupan gizi pada produk jamu Bisma Sehat, Rahmawati selaku apoteker dari PJ. Bisma Sehat memberikan penjelasan, seperti berikut: “Untuk angka kecukukupan gizi itu produk jamu itu kan bukan dinilai dari gizi tetapi dari khasiat secara empiris jadi dari e...pengetahuan dari nenek moyang. Jadi kalau untuk kandungan gizi kemarin sempet saya tanya sama anak siswa gizi itu dia juga belum ada penelitian mengenai itu, tapi untuk khasiat secara empirik turun-temurun misalnya meningkatkan nafsu makan dari temulawak itu kan ada zat curcuminnya itu yang berefek untuk meningkatkan nafsu makan, itu sudah banyak penelitiannya.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Sedangkan untuk kiat dalam meningkatkan minat konsumen akan produk jamu Bisma Sehat, berikut jawaban dari Rahmawati: “Untuk minat konsumen akan produk jamu, itu kan kita pertama kualitas itu pasti, kita menjaga kualitas jadi setidaknya standar bersih, aman, dan berkhasiat. Itu adalah...corone opo ya emm...pakemnya seperti itu. Terus cita rasa alhamdulillah lumayan diterima sama konsumen, sedangkan varian produk kita setiap waktu selalu berinovasi mulai itu dari pihak kami misalnya kami membuat varianvarian baru atau bisa juga dari permintaan pasar seperti itu. Untuk saat ini varian baru yang ada di kami adalah madu,
terus jamu dalam bentuk sirup dan serbuk, kalau serbuk instan sudah banyak ya tapi saat ini kami punya sirup juga.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Rahmawati juga memberikan penjelasan untuk meningkatkan kualitas produk, sehingga sesuai dengan selera konsumen, yaitu: “Untuk meningkatkan kualitas, kualitas itu dari banyak faktor ya mbak ya dari bahan baku kami memilih bahan baku yang baik. Jadi kami juga punya supplier-supplier khusus yang bahan bakunya masuk kami tu harus sesuai standar kami, kalau misalnya nggak sesuai ya kita tolak kita kembalikan seperti itu. Terus sebelum kami mendaftarkan produk-produk kami pada BPOM itu kan harus ada uji, dan ujinya lumayan ribet mbak, lengkap. Mulai dari uji mikroba, uji makroskobik, uji kadar air, uji logam berat, itu kami mengujikan sebelum pendaftaran, kalau untuk selanjutnya kami menjaga kualitas agar produk yang kami produksi itu tetap memenuhi syarat yang ada dari BPOM misalnya bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 10%, kemudian angka lempeng total tidak boleh lebih dari angka 104 seperti itu.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Apakah jamu Bisma Sehat sudah layak untuk disejajarkan/bahkan lebih unggul dibanding produk jamu di kawasan industri jamu Nguter dan apa sudah mampu bersaing dengan jamu yang sudah punya nama besar, berikut jawaban dari Rahmawati: “Kemudian mengenai kelayakan Bisma Sehat untuk disejajarkan dengan industri-industri jamu yang sudah lumayan besar yang sudah berkualitas. Kalau untuk diwilayah Nguter, Bisma mungkin bisa dianggap ya setara atau ya bisa dianggap nomer 3 lah se-Nguter bersama dengan Gujati dan Sabdo Palon. Tapi kalau untuk yang sekelas Air Mancur, Sido Muncul, itu kualitas produknya kami kurang tahu, tetapi kalau untuk pengujiannya itu yang pasti kami belum bisa menguji mikroskobik untuk setiap kali release. Kalau dari Sido Muncul, Air Mancur itu kan dia setiap kali release sudah menguji, dan kami menjaga kualitas agar sama
seperti yang kami ujikan sebelumnya tetapi kami belum bisa memberikan data laboratoriumnya.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Rahmawati juga memberikan penjelasan terkait dengan kendala
dalam
ketersediaan
bahan
baku
produk,
berikut
penjelasannya: “Kalau kendala mengenai bahan baku produk, ya karena yang namanya bahan baku jamu ya mbak ya itu kadang musiman seperti itu, harganya naik turun, sok ada sok enggak, ya wajarlah.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Berikutnya adalah saran yang diberikan oleh Rahmawati untuk kemajuan PJ. Bisma Sehat: “Mengenai saran untuk Bisma Sehat, Bisma Sehat insyaallah akan selalu menjaga kualitas, dan meningkatkan kualitasnya, menjalin komunikasi dengan baik, membangun kerjasama dengan akademisi, sesama bisnisman, dan dari pihak pemerintah, seperti itu.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa PJ. Bisma Sehat selalu menjaga kualitas, keamanan, dan standar komposisi produk jamu. Walaupun begitu untuk masalah perijinan, Bisma Sehat masih belum bisa mengujikan semua produknya untuk sekali release, jadi hanya sampel awalnya saja yang diujikan, untuk yang selanjutnya hanya menjaga dan mempertahankan kualitas produk jamu berdasarkan sampel yang sudah diujikan di BPOM. Hal ini dikarenakan kemungkinan faktor biaya, dan juga banyaknya prosedur yang harus dilakukan. Untuk ketersediaan bahan baku, Bisma Sehat mempunyai kelemahan
karena belum menanam bahan bakunya sendiri, melainkan masih mengambil dari supplier-suppliernya. Yang belum bisa dipastikan apakah ketersediaan dan bahan bakunya berkualitas atau tidak. Untuk varian jenis produk jamu, sudah ada inovasi berupa madu dan sirup. Menurut hasil analisis wawancara dengan Rahmawati perihal kualitas produk jamu Bisma Sehat, berdasarkan teori dari buku “Herbal Nusantara; 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia”, bahwa jamu adalah ramuan turun-temurun dari leluhur, dimana bahan herbalnya diambil dari tumbuhan yang ada di Indonesia, baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu (Ibunda Suparni dan Ari Wulandari, 2012: 3). Namun Rahmawati juga menegaskan bahwa kandungan pada jamu Bisma Sehat sudah aman dikonsumsi, karena sebelumnya sudah melakukan pengujian keamanan, seperti uji mikroba, uji makroskobik, uji kadar air, dan uji logam berat. Jawaban Rahmawati tersebut sesuai dengan teori pada buku “Ensiklopedi Obat Jawa; Ramuan dan Teknik Pengobatan Tradisional yang Disusun oleh Para Raja dan Pujangga Jawa”, bahwa keuntungan obat tradisional jamu apabila digunakan adalah tidak adanya efek samping yang menimbulkan penyakit lain, karena tidak mengandung zat kimia, dan harus diteliti secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas jamu tradisional (Wiwien Widyawati, 2010: 131).
Berikut pendapat ahli gizi eksternal, Drs. Widardo selaku Dosen Gizi di fakultas Kedokteran UNS memberikan penjelasan mengenai obat tradisional jamu, menurut pendapat beliau: “Jamu bukanlah obat, namun minuman tradisional yang diracik dengan rempah-rempah tanaman secara tradisional untuk menjaga stamina dan menyegarkan tubuh, dengan khasiat yang bertahap.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Terkait dengan jamu apakah bisa dikatakan alternatif pengobatan herbal, menurut beliau adalah: “Nggak bisa mbak, pada dasarnya kalau sudah sakit, obat dari dokter maupun di apotek lebih efektif daripada jamu, jamu hanya diminum saat tubuh belum sakit, gunanya untuk menjaga stamina dan kesegaran tubuh. Di dalam kedokteran, dasar utama jamu belum ada. Sedangkan kalau obat, sudah diteliti sampai tingkat klinis. Penelitian sudah dilakukan berkali-kali, bahkan bertahun-tahun, uji cobanya juga melalui hewan terlebih dahulu, baru kemudian pengujian dilakukan kepada manusia. Lain dengan jamu, pengujian langsung dilakukan pada manusia, racikannya pun hanya berdasarkan pengalaman turun-temurun, khasiatnya masih berdasarkan sugesti dan pendapat-pendapat orang.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Drs. Widardo juga menjelaskan untuk khasiat dan efek samping dari mengkonsumsi jamu jangka pendek dan jangka panjang, yaitu: “Konsumsi jamu itu nggak ada efek sampingnya baik jangka pendek maupun jangka panjang, asalkan jamu tersebut benarbenar sesuai takaran yang pas dan tidak ada tambahan bahan campuran lainnya. Karena apabila didalam jamu terdapat unsur bahan tambahan, apalagi melebihi dosis yang dianjurkan, dan pada kemasan tidak ditulis keseluruhan komposisi bahannya, maka akan berbahaya bagi tubuh pengkonsumsi terutama untuk ginjalnya. Saya sering menemui kasus jamu-jamu yang mengandung BKO, itu
sangat berbahaya mbak apabila dikonsumsi. Karena memang orang-orang apabila sakit lebih cenderung lari ke obat herbal, dan pilihannya pada jamu, maka dari itu ada oknum tertentu yang sengaja mencampur jamu dengan BKO agar terlihat manjur efeknya, padahal efeknya malah menyerang organ tubuh yang lain.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Untuk komposisi pada produk jamu Bisma Sehat, berikut penjelasan dari Drs. Widardo: “Kalau menurut pengamatan saya, kelengkapan penulisan komposisi bahan-bahannya harus ada di label packaging kemasannya. Karena disini hanya ditulis bahan utamanya saja, tambahan yang lain, angka kecukupan gizi tidak ditulis. Dan pada beberapa produknya, khasiat produk A dengan produk B sama, sama-sama menyegarkan tubuh, padahal dilihat dari komposisi bahan saja dan fungsi dari bahan tersebut sudah berbeda. Dan untuk ijin edar dari BPOM sudah ada, berarti sudah sesuai dengan prosedur keamanan.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Gizi dan vitamin yang dibutuhkan pada produk jamu Bisma Sehat apakah sudah memenuhi yang dibutuhkan oleh tubuh, berikut penjelasan dari Drs. Widardo: “Berdasarkan pengamatan saya, bahan yang digunakan pada setiap produknya sudah sesuai dengan fungsi dan manfaat dari bahan tersebut untuk tubuh. Racikan dan takaran bahannya, dijaga secara konsisten sesuai dosis, jangan terlalu banyak. Untuk gizi dan vitamin, perlu diteliti lagi untuk uji keamanan mikrobia dan uji analisis kandungan.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Selanjutnya adalah saran yang diberikan oleh Pak Widardo selaku Dosen Gizi untuk pihak pabrik jamu Bisma Sehat terkait dengan produk jamu yang dijualnya dan perkembangan untuk perbaikan dan kemajuan jamu Bisma Sehat, sebagai berikut:
“Saran saya, untuk kelengkapan komposisi bahan-bahan yang digunakan dan khasiat dari jamu tersebut, harus ada di label packaging. Harus selalu mendaftarkan setiap produknya yang baru di BPOM sebelum diedarkan. Apabila menggunakan bahan tambahan, bahan tersebut harus jelas, tidak berbahaya, dan sesuai dosis, jangan meningkatkan dosisnya, karena akan berbahaya terutama untuk ginjal. Apabila kualitas bahan dan komposisinya dipertahankan dan dijaga, maka jamu Bisma Sehat akan berkembang menjadi besar sebagai minuman kesehatan tradisional.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum jamu bukanlah obat alternatif untuk menyembuhkan suatu penyakit. Karena pada dasarnya apabila badan dalam keadaan sakit, harus diobati dengan resep dokter yang sudah teruji secara klinis obat-obatnya. Jamu hanya dikonsumsi sebagai minuman yang menyegarkan dan menjaga daya tahan tubuh saat tubuh dalam keadaan sehat. Singkat kata, jamu hanyalah minuman kesehatan, bukan obat. Dimana minuman tersebut adalah warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Selain itu perlu ada perbaikan lagi dalam penambahan komposisi dan khasiat pada packaging produk, agar konsumen tahu kandungan gizi dan vitamin yang terdapat didalam produk jamu Bisma Sehat. sedangkan dari pihak ahli gizi internal pun juga belum bisa menjelaskan secara spesifik mengenai angka kecukupan gizi dari produk jamu Bisma Sehat. Menurut hasil analisis, ahli gizi kurang mendukung apabila jamu disebut sebagai obat tradisional, obat alternatif, maupun obat
herbal. Karena siapa saja yang punya skill meracik jamu, bisa meracik dan membuat jamu tanpa harus melalui uji klinis dan uji keamanan mikroba. Hal ini sangat berbahaya apabila komposisi dosisnya tidak sesuai dan tetap diedarkan untuk diperjual-belikan, belum lagi kehigienisan dalam pembuatan jamu. Hal ini sesuai dengan buku “Obat Tradisonal”, bahwa obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat (Abdul Latief, 2012: 5). Ditinjau dari bentuk, sifat, dan zat-zat yang terkandung didalamnya, tumbuh-tumbuhan mempunyai khasiat yang berbedabeda. Perbedaan khasiat antara yang satu dengan yang lainnya memaksa manusia untuk lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Ahli gizi lebih menyetujui apabila jamu dikatakan sebagai minuman tradisional yang menyegarkan dan menjaga stamina tubuh. Untuk jamu Bisma Sehat, ahli gizi merevisi pada bagian packaging yang seharusnya tertera dengan jelas komposisi, dosis, kandungan gizi dan vitamin pada jamu, karena khasiat antara jamu satu dengan jamu yang lainnya itu berbeda. Untuk pendaftaran produk jamu ke BPOM sebelum diedarkan ke pasaran sudah sesuai dengan prosedur. 3.5. Dampak
Analisis dampak untuk mengetahui efektivitas kegiatan dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data dari analisis dampak ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis dampak terbagi dalam 2 (dua) komponen yaitu, dampak internal (ke dalam) dan dampak eksternal (ke luar). Dari dua komponen tersebut muncul dampak positif dan dampak negatif. a.
Dampak Internal Penilaian
terhadap
dampak
internal
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui observasi dan pengamatan terhadap hasil wawancara dengan pihak yang bersangkutan yaitu PJ. Bisma Sehat. Berdasarkan
hasil
observasi,
dampak
internal
yang
ditimbulkan dari pelaksanaan program tersebut ada 2 (dua) macam yaitu dampak internal positif dan dampak internal negatif. Dampak internal positifnya adalah program tersebut bisa menjadi jembatan antara pelanggan dengan pelaksana program yaitu
pihak
PJ.
Bisma
Sehat
untuk
bekerjasama
dalam
memperkenalkan produk jamu Bisma Sehat kepada konsumen dan masyarakat luas. Dampak internal positif diperoleh dari hasil pernyataan informan pemilik depot jamu yang bernama Rizky yaitu:
“Dampak positifnya, banyak orang jadi tahu, jumlah konsumen saya bertambah, karena penasaran ingin coba, dan banyak juga yang cocok sama jamunya.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Dengan adanya program-program komunikasi pemasaran yang dilakukan PJ. Bisma Sehat kepada pelanggan, maka akan membantu pihak pelanggan dalam menawarkan produk jamu Bisma Sehat kepada konsumennya. Tidak hanya itu saja, melalui program tersebut berdampak dengan peningkatan permintaan akan ketersediaan produk jamu Bisma Sehat di depot-depot jamu milik pelanggan. Berikut pernyataan Rizky: “Pendapatannya lumayan bagus mbak, berpengaruh sekali sama jumlah permintaan jamu Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Dari hasil program pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, khalayak dan calon konsumen menjadi tahu akan adanya jamu bernama Bisma Sehat dan akan berdampak pada jumlah permintaan ketersediaan produk jamu di depot jamu milik pelanggan. Sehingga kesejahteraan finansial karyawan dan pelanggan pemilik depot jamu akan meningkat. Nama jamu Bisma Sehat menjadi dikenal oleh masyarakat luas karena terpasang di depan depot-depot jamu milik pelanggan. Dampak internal negatifnya adalah karena banyaknya jumlah permintaan akan ketersediaan barang, PJ. Bisma Sehat harus cepat
memproduksi produk jamunya. Sedangkan bahan baku jamunya diambil melalui pengepul, karena pihak PJ. Bisma Sehat belum bekerjasama dengan petani. Berikut pernyataan informan dari PJ. Bisma Sehat yaitu Agus: “Kita kurang personil di bidang marketing dalam penyebaran program, jadi berjalannya hanya sesuai kemampuan saja Kita juga belum ada kerjasama dengan petani, untuk mencari bahan baku masih lewat pengepul, tapi tetap disortasi dulu mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB) Jika melalui pengepul, harus memakan waktu karena pihak Bisma Sehat harus melakukan disortasi terlebih dahulu terhadap bahan baku yang diambilnya dari pengepul dengan tujuan untuk mendapatkan bahan baku yang baik dan berkualitas. Berdasarkan hasil analisis, menurut buku “Komunikasi Pemasaran”, dalam melakukan komunikasi pemasaran diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi. Komunikasi pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang berjalan satu arah, sebaliknya malah dua arah (Ilham Prisgunanto, 2006: 14). Yang dimaksud disini adalah apabila sebuah perusahaan melakukan aktivitas strategi pemasaran dengan bagian pemasaran, perusahaan
sudah
berusaha
memberikan
informasi
kepada
pelanggan dalam keperluan untuk mendapatkan masukan akan produk mereka. Masukan dari pelanggan akan sangat berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan
yang mereka miliki. Untuk memaksimalkan kinerja dari pihak PJ. Bisma Sehat, pihak Bisma Sehat sebaiknya meminta pendapat juga dari para pelanggannya, kemudian menyusun strategi, taktik, dan upaya perbaikan di sisi manajemen, ketersediaan bahan baku, dan penyajian produk yang baik. Jadi, apapun upaya yang dilakukan Bisma Sehat nantinya tidak sia-sia. b. Dampak Eksternal Penilaian
terhadap
dampak
eksternal
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu informan pelanggan (pemilik depot jamu) yang bersangkutan. Untuk penjualan produk jamu terlaris, di masing-masing depot jamu milik pelanggan, berikut jawabannya: Jawaban Anas: “Yang terlaris itu produknya Air Mancur, Sido Muncul, sama Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB) Jawaban Rizky: “Yang terlaris itu produknya Air Mancur sama Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Air Mancur sama Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pelanggan mengatakan bahwa produk yang terlaris
adalah Air Mancur dan Bisma Sehat. Namun ada pula yang menjawab Sido Muncul. Sedangkan, sewaktu peneliti menanyakan kepada para informan mengenai apa yang terlintas pertama kali jika mendengar jamu Bisma Sehat, apakah wayang Bismanya yang jadi maskot dari Bisma Sehat yang terpikirkan, berikut pernyataan dari mereka: Jawaban Anas: “Jamu Greges Otot sama Tangkuatnya mbak, soalnya itu paling banyak peminatnya, jadi sekalinya denger Bisma Sehat, ya arahnya langsung ke jamu itu.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Senin 6 Juni 2016, pukul 21.00 WIB) Jawaban Rizky: “Jamu dari Nguter Sukoharjo mbak, terutama kalau denger ada konsumen yang minta dibuatkan jamu buat pegel linu sama asam urat, langsung yang saya racik jamu dari Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 7 Juni 2016, pukul 20.30 WIB) Jawaban Candra: “Jamu pegel linu, Bismangin, sama flu tulang mbak, bukan wayangnya. Soalnya ada juga nama jamu Cap Wayang dari Kudus. Mungkin Bisma Sehat milih maskot wayang Bisma biar memajukan produk nasional ke luar negeri kali mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Selasa 7 Juni 2016, pukul 22.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kalau untuk apa yang menjadi pengingat apabila mendengar nama jamu Bisma Sehat, ketiga pelanggan menjawab tentang varian produknya, bukan maskotnya. Jadi, pihak PJ. Bisma Sehat lebih mengutamakan membangun brand image dari kualitas setiap varian produknya daripada melalui maskot ataupun slogannya. Hal
ini sesuai dengan teori dalam pemasaran, karena menurut konsep inti pemasaran pada buku “Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication”, bahwa produk/jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20). Untuk alasan memilih produk jamu Bisma Sehat, yang mana merek Bisma Sehat belum familiar di telinga masyarakat dan belum tahu seperti apa pasarannya, berikut jawaban dari para pelanggan: Jawaban Anas: “Awalnya cuma karena pengen coba aja produknya baru. Kalau soal kualitas masih menang Sido Muncul, tapi Bisma Sehat lumayan bagus dibandingkan Gujati, Sabdo Palon, peminatnya pun juga lumayan. Tekstur jamu dan kekentalannya bagus, harga terjangkau.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB) Jawaban Rizky: “Ya karena pinter-pinternya marketingnya aja nawarin ke saya, terus saya coba sampelnya, enak, dan langsung ambil produknya, tapi cuma beberapa aja sih mbak. Awal-awal buat percobaan, takut kalau nggak laku. Marketingnya juga nawarin sampel dulu nitip produk, tapi saya pikir ini jamu enak kok rasanya, hampir-hampir kayak Air Mancur, jadi ya pasti lakulah. Makanya saya pilih buat langsung ambil barang, langsung saya bayar aja. Selain itu rasa jamunya ini ada mentholnya gitu mbak, lain dari yang lain, barangnya juga gampang dicari.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Karena salesnya ramah banget mbak, baik, jadi sungkan buat nolak. Kebetulan produknya juga enak, ini terobosan
baru sepertinya, rata-rata produknya itu ada rasa semriwingnya. Beda dengan merek yang lain.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa jawaban yang beragam ditemukan pada ketiga pelanggan, 2 pelanggan
menjawab
bahwa
itu
dikarenakan
kemampuan
marketing dalam mengemas product knowledge yang dijualnya berupa penjelasan dan komunikasi persuasinya yang menarik. Sedangkan 1 pelanggan menjawab bahwa memang produknya bagus. Menurut hasil analisis, hal ini tidak terlepas dari peran komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran perusahaan, yaitu mengadaptasi penawaran dan daya tarik promosional produk untuk kebutuhan yang unik dan konsumen yang spesifik (Sutisna, 2002: 311). Untuk awal mula mengetahui adanya produk jamu Bisma Sehat, berikut penjelasan dari para pelanggan: Jawaban Anas: “Awalnya mas Rizky salesnya itu datang kesini mbak, terus nawarin jamu Bisma Sehat, ngasih penjelasan sama sampel. Terus mas Rizky nitip jamu disini mbak, tapi disuruh bayarnya bulan depan. Jadi kayak ngasih modal gitu mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB)
Jawaban Rizky: “Awalnya ditawarin sama marketingnya. Saya penasaran, lalu coba-coba aja siapa tahu banyak yang suka dan cocok.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra:
“Ada sales datang kesini, nawarin produk jamunya, berhubung ramah banget, saya tanya macam-macam dijawab semua, saya nggak enak kalau nggak ambil jamunya. Pas awal itu, saya dikasih semacam sampel, mau dijual terserah, nggak dijual juga nggak apa-apa.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pelanggan mempunyai jawaban yang sama, yaitu dikarenakan kunjungan langsung yang yang dilakukan oleh pihak marketing PJ. Bisma Sehat ke depot-depot jamu milik pelanggan. Atau bisa diartikan dengan istilah lain, yaitu “Jemput Bola.” Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan peranan komunikasi pemasaran, yaitu menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan (Sutisna, 2002: 311). Mengenai penjualan produk jamu Bisma Sehat dan peminatnya, berikut jawaban dari para informan: Jawaban Anas: “Kalau untuk penjualan ya lumayanlah mbak, pas lagi rame ya lumayan pendapatannya, pas sepi ya pas-pasan pendapatannya. Tapi kalau dibandingkan Sido Muncul dan Air Mancur itu larisnya sama lho mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB)
Jawaban Rizky: “Tetap saja Air Mancur lebih dominan disini mbak, tapi saya selalu nawarin ke konsumen kok kalau ada jamu baru, enak, kental, khasiatnya juga sama kayak Air Mancur. Kalau nggak bantu nawarin gitu ya agak susah, kan ini baru itungannya mbak dibanding sama Air Mancur. Walaupun udah ada neon box, terus ini ada spanduk, ada tumpukan karton bekas saya
kulakan di Bisma Sehat, orang itu kalau nggak diajak ngobrol nawarin, pasti ya diem aja, nek nggak cuma sekedar nanya. Peminatnya lumayan banyak yang cocok mbak, makanya saya rutin order sebulan sekali ke Kantor Bisma.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Lumayan mbak, soalnya kan konsumen itu kalau kesini seringnya cuma bilang jamu capek, jamu pegel, tapi nggak nyebut merek jamunya minta apa. Jadi ya tergantung dari yang ngeracik jamunya, biasanya ngeracik gitu nggak 1 merek aja mbak tapi dicampur 2 merek jamu, biar mantab rasanya. Bisma Sehat biasanya saya campur dengan Sido Muncul atau Air Mancur, biar lebih enak mbak rasanya.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pelanggan mengatakan bahwa penjualannya lumayan, namun apabila dibandingkan dengan Sido Muncul atau Air Mancur, masih lebih unggul 2 jamu tersebut. Walaupun menurut Mas Anas, ketiga merek jamu tersebut larisnya sama. Berikutnya adalah mengenai apa yang sudah diberikan Bisma Sehat kepada pelanggannya, para informan tersebut menjawab, seperti berikut: Jawaban Anas: “Ini mbak, kayak spanduk, neon box, stiker yang ditempel di etalase, sama pelayanannya itu bagus banget mbak, modal percaya sama pelanggannya, nggak ada aturan yang mengikat soal kerjasama penjualan jamunya.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB) Jawaban Rizky: “Ya...ini, spanduk, neon box, MMT, brosur-brosur ini mbak, silahkan baca mungkin. Kalau ditunjuk untuk ikut pameran, belum pernah mbak, ya semoga saja nanti, nggak tahu kapan,
saya bisa diikutkan kalau seandainya ada event seperti itu.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Bisma Sehat ngasih itu mbak, neon box, ini spanduk, nempelin stiker disini, kalender.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk apa yang sudah diberikan PJ. Bisma Sehat kepada pelanggan, ketiga pelanggan memberikan jawaban yang sama. Yaitu ketiganya mengatakan bahwa Bisma Sehat memberi spanduk, MMT, brosur, spanduk, neon box, dan stiker branding. Untuk syarat kerjasamanya, tidak ada prosedur aturan khusus yang memberatkan pelanggan. Sistemnya adalah modal kepercayaan. Kalau mengikutsertakan pelanggan/pemilik depot jamu untuk meracik seduhan jamu di event yang diikuti oleh PJ. Bisma Sehat atau pada saat Bisma Sehat menjadi sponsorship pada sebuah acara, saat ini belum ada. Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan, bahwa pengiklan, pemasar, dan sektor bisnis berkembang yang mendukung untuk menggunakan data besar guna memenuhi tujuan mereka sendiri (Nick dan Joseph, 2014: 1710). Di dalam strategi pemasaran produk jamu Bisma Sehat terdapat perencanaan program-program pemasaran guna mewujudkan tujuan dan keberhasilan dari perusahaan dalam menjual produk atau jasanya di pasaran. Untuk pelayanan yang
diberikan Bisma Sehat selama bekerjasama dengan pelanggannya, berikut penjelasan dari para informan pelanggan: Jawaban Anas: “Pelayanannya sangat bagus mbak, sering datang kesini sekedar nanya gimana penjualannya, ada masukan apa untuk Bisma Sehat. Salesnya ramah banget mbak, beda dengan Sido Muncul, Gujati, Sabdo Palon. Terus kalau barang mau habis, sekarang order telepon kantor atau telepon salesnya, besok barang sudah diantar kesini, jadi nggak perlu nunggu berhari-hari.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB) Jawaban Rizky: “Untuk sales yang lama, memuaskan mbak. Tapi saya dengar, Bisma Sehat lagi merekrut sales-sales marketing baru, ya semoga tidak mengecewakan. Kalau order tidak terlambat dengan banyak alasan.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Pelayanannya baik, sangat ramah, ya semoga tidak hanya di awal-awal saja, tapi untuk seterusnya tetap seperti ini.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat, terutama untuk sales marketingnya, pelayanannya baik dan pelanggan merasa puas. Harapan pelanggan agar apabila ada marketing baru, marketing tersebut harus banyak belajar dari marketing lama perihal pelayanan yang baik, cepat, dan tanggap terhadap
pelanggannya.
Sedangkan,
untuk
perbandingannya
dengan pelayanan yang diberikan oleh pabrik jamu yang lain
terhadap pelanggannya, berikut informasi yang diberikan oleh para informan: Jawaban Anas: “Kalo pabrik jamu yang lain itu cuma Air Mancur yang masih rutin mengunjungi, kalau yang lainnya sudah jarang mbak. Sido Muncul sekarang cuma nyetor ke agen distributor aja yang pembeliannya partai besar, kalau seperti depot-depot jamu kayak gini, udah nggak mau nyetor lagi.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Senin 6 Juni 2016, pukul 21.00 WIB) Jawaban Rizky: “Pabrik jamu yang lain masih sering mengunjungi depot saya mbak, tapi ya itu kalau order sering lemot, responnya lama, alasan inilah itulah. Saya kan jadi repot nanti kalau ada konsumen saya yang minta dibuatkan jamu, tapi bahannya nggak ada.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 7 Juni 2016, pukul 20.30 WIB) Jawaban Candra: “Pabrik jamu yang lain juga baik pelayanannya, cuma yang sering mengunjungi itu dari Bisma Sehat, karena sedang mencari pasaran sepertinya.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Selasa 7 Juni 2016, pukul 22.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk pabrik jamu lainnya, pelayanannya juga baik. Namun karena mungkin sudah mempunyai pasaran di pangsa pasar jamu, oleh karena itu intensitas mengunjungi pelanggan-pelanggannya sudah mulai berkurang. Tidak sesering yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, yang notabene masih dalam tahap berkembang dan mencari pasaran di bidang produsen jamu. Berikut adalah kesan para pelanggan selama bekerjasama dengan PJ. Bisma Sehat dan pabrik jamu yang lain:
Jawaban Anas: “Kerjasama dengan Bisma Sehat memuaskan, walaupun sebenarnya jamunya udah berdiri lama, tapi baru aktif di karesidenan Surakarta ya baru-baru ini, tapi sudah bisa unggul dibanding Gujati sama Sabdo Palon yang sudah besar dan lama di Nguter sana. Jadi untuk sekarang ini, Bisma Sehat sedang naik daun di Sukoharjo mbak. Tapi untuk pemberian bonus, sampai sekarang Bisma Sehat belum ada sih mbak, kalau dulu awal kerjasama sama Air Mancur, Sido Muncul, dan Gujati, sering kasih bonus, kayak kaos, gelas, termos, tempat tisu.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB) Jawaban Rizky: “Kesan saya puas mbak kerjasama dengan Bisma Sehat, selama ini hubungannya selalu baik, nggak pernah mengecewakan. Bahan baku jamu, takarannya sudah pas, kalau harga naik nggak apa-apa mbak, yang penting kemasannya diperbaiki lagi. Pihak Bisma Sehat kalau berkunjung kesini juga bantu-bantu promosi ke konsumen.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Menurut saya, semuanya memuaskan mbak, yang penting nomer kantor apa nomer salesnya gampang dihubungi, jadi kan kalau barang habis bisa langsung distok barang baru, biar nggak usah susah-susah nyarinya. Untuk Bisma Sehat semoga bisa meniru Air Mancur yang sudah lama dan punya nama di masyarakat soal pelayanan sama komunikasinya, juga sering ngasih bonus ke pelanggan seperti saya ini mbak. Bisma Sehat kan belum pernah ngasih, padahal sudah 1 tahunan lho saya jadi pelanggannya.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelanggan merasa puas untuk bekerjasama dengan Bisma Sehat, hanya saja merasa kecewa karena tidak ada bonus yang diberikan Bisma Sehat kepada pelanggan. Berbeda dengan pabrik jamu lain yang pada awalnya banyak memberi bonus kepada para
pelanggannya. Selain itu harapan dari pelanggan adalah agar komunikasi yang dilakukan PJ. Bisma Sehat kepada pelanggan tetap terjaga dengan baik seperti saat ini, agar pelanggan tetap setia dan loyal bekerjasama dengan Bisma Sehat. Untuk citra pabrik jamu Bisma Sehat menurut para pelanggan, berikut penjelasannya: Jawaban Anas: “Bagus mbak, sangat perhatian sama pelanggannya, komunikasinya selalu jalan terus. Mau merangkul pedagangpedagang kecil kayak kita, sistem kerjasamanya juga enak, modelnya titip jual gitu mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Kamis 17 Desember 2015, pukul 16.00 WIB) Jawaban Rizky: “Sangat menjaga hubungan baik dengan pelanggannya mbak, komunikasinya juga intensif.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 17.00 WIB) Jawaban Candra: “Sangat menjaga hubungan dengan pelanggannya mbak, pelayanannya baik dan ramah. Produknya walaupun masih baru tapi bisa mempunyai ciri khas sendiri dengan rasa semriwingnya, untuk rasanya, enak.” (wawancara langsung di depot jamu Bakalan Sukoharjo, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 19.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelanggan memberikan apresiasi yang baik pada Bisma Sehat karena bersedia merangkul pedagang-pedagang kecil dengan memberikan modal jamu dengan sistem titip jual di depot jamu milik pelanggan. Sehingga tidak memberatkan pelanggan dalam menjual jamu Bisma Sehat di depotnya. Selain itu Bisma Sehat menjaga hubungan pada pelanggan-pelanggannya dengan baik. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap jumlah permintaan ketersediaan produk di depot jamu milik pelanggan. Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan buku “Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, bahwa dalam proses komunikasi secara langsung, pengaruh seorang komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya, atau bisa sebaliknya
(Burhan
Bungin,
2013:
70).
Apabila
tingkat
kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya tinggi, maka kredibilitas dari komunikator tersebut mendapat kesan positif dari komunikannya. Karena pesan yang disampaikan pada proses komunikasi secara langsung dapat sampai dan diterima dengan baik oleh komunikannya. Yang perlu dijadikan perbaikan lagi oleh PJ. Bisma Sehat adalah kualitas produknya harus ditingkatkan agar rasa dari jamu tersebut mantab dan bisa disejajarkan dengan jamu yang sudah punya nama besar. Pelayanan terhadap pelanggan pun harus cepat, tidak hanya pihak kantor saja yang merespon permintaan pelanggan dengan cepat, pihak marketing pun harus siap setiap waktu dalam merespon permintaan pelanggan. Pemberian hadiah kepada pelanggan juga perlu diperhatikan karena melalui pelangganlah program ini dapat berjalan secara optimal. Jadi pelayanan kepada pelanggan harus lebih ditingkatkan lagi untuk menjaga loyalitas pelanggan terhadap Bisma Sehat.
Penilaian
terhadap
dampak
eksternal
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu informan konsumen dari pelanggan (pemilik depot jamu) yang bersangkutan. Peneliti menanyakan mengenai pengetahuan konsumen akan jamu Bisma Sehat, dan berikut jawaban dari para konsumen: Jawaban Suprihatin: “Bisma Sehat kui opo to mbak, aku ora ngerti.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 18.00 WIB) Jawaban Ikhsan: “Tahu mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 18.30 WIB) Jawaban Hendro: “Tahu tapi belum pernah nyoba jamune e mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 19.00 WIB) Jawaban Budi: “Nggak tahu mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 20.00 WIB) Jawaban Dwi Prayoga: “Tahu mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 20.40 WIB) Jawaban Danang: “Ngerti no mbak, lha kui ono lampune ning ngarepan.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 21.00 WIB)
Mengenai apa yang terlintas pertama kali jika mendengar nama jamu Bisma Sehat, informan memberi jawaban seperti dibawah ini: Jawaban Ikhsan: “Wayang Bisma.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 18.30 WIB) Jawaban Hendro: “Apa ya mbak, nggak ada bayangan apa-apa i.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 19.00 WIB) Jawaban Dwi Prayoga: “Emm...wayang Bisma ya mbak ya.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 20.40 WIB) Jawaban Danang: “Wayang Bisma.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 21.00 WIB) Berikutnya adalah mengenai dari mana mengetahui produk jamu merek Bisma Sehat, informan memberikan jawaban yang bervariasi, yaitu: Jawaban Ikhsan: “Dulu tahunya pas ada acara di Benteng Vastenburg, ada acara wayangan sama penanggulangan bencana. Nganter anak kesana lihat tank-tank, eh..sampingnya ada pameran, ya disitu saya lihatnya mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 18.30 WIB) Jawaban Hendro: “Dari lampu sama spanduk yang dipasang didepan mbak, dulu juga ditawarin minum jamu Bisma Sehat sebelum lampu sama spanduknya dipasang. Dulu juga pernah sih mbak pas ada acara wayangan di PLN lihat ada stand jamu Bisma
Sehat, tapi ya cuma lihat aja nggak mampir ke standnya.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 19.00 WIB) Jawaban Dwi Prayoga: “Dari spanduk ini mbak, sama dulu pas jalan-jalan di Hartono Mall ada pameran UMKM kalau nggak salah ya. Dari situ saya juga lihat ada jamu Bisma Sehat, pas itu ditawarin suruh nyoba juga mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 20.40 WIB) Jawaban Danang: “Yo seko lampune kui mbak, ning jero kan yo ono spanduk, etalasene iki kan yo ditempleki stiker Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 21.00 WIB) Kemudian, untuk saran yang ditujukan kepada pihak pabrik jamu Bisma Sehat terkait tentang produk dan cara komunikasi pemasarannya, berikut dibawah ini: Jawaban Suprihatin: “Diakehi saben depot jamu dipasang neon box ben koyo Gujati, Air Mancur, Sido Muncul, dadi wong-wong kulino nyawang trus mudeng jamu Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 18.00 WIB) Jawaban Ikhsan: “Promosinya mungkin harus lebih gencar semua depot dipasang neon box, biar orang-orang jadi tahu kalau ada jamu namanya Bisma Sehat.” (wawancara langsung di depot jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 18.30 WIB) Jawaban Hendro: “Bisma Sehat harus besar-besaran promosi, biar mancing rasa ingin tahu konsumen, konsumen yang sudah lama mengkonsumsi jamu itu cocok-cocokkan, susah beralih merek, nyoba-nyoba baru takut nggak cocok, apalagi saya denger ada jamu yang mengandung bahan kimia berbahaya, lebih selektiflah milihnya.” (wawancara langsung di depot
jamu Ngumpang Ngadirejo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 19.00 WIB) Jawaban Budi: “Harusnya yang punya depot juga nawarin kalau ada produk baru, konsumen suruh nyoba dulu aja biar tahu rasanya, barangkali cocok, jadi semacam sampel gratis gitu mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 20.00 WIB) Jawaban Dwi Prayoga: “Produknya udah oke, tapi ditambah lagi ramuannya biar lebih pas rasa sama khasiatnya, kalau pemasarannya udah bagus, tapi baru beberapa depot yang pasang neon box Bisma Sehat, belum semuanya pasang beginian mbak.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 20.40 WIB) Jawaban Danang: “Produk e kuwi wes lumayan mbak tapi ijik kudu ditambah meneh racikane ben rasane mantab, dadi ora perlu dicampur karo jamu liyane. Nek pemasarane ketoe kudu kabeh depot dikei lampu ngene ki mbak, nek ora yo kalah karo jamu liyane sing wes duwe jeneng.” (wawancara langsung di depot jamu Baleharjo Sukoharjo, Selasa 26 Januari 2016, pukul 21.00 WIB) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua konsumen mengetahui adanya jamu Bisma Sehat. Beberapa diantaranya mengetahui jamu Bisma Sehat dari neon box, spanduk, dan pada saat Bisma Sehat mengikuti pameranpameran. Hal ini membuktikan bahwa program pemasaran ini belum berjalan sesuai harapan dari pelaksana program. Perbaikan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat adalah penyebaran secara menyeluruh untuk pemasangan neon box di depot-depot jamu di wilayah Sukoharjo tentunya dan seringnya
mengikuti
event-event
pameran
dan
menjadi
sponsorship. Agar masyarakat menjadi familiar dengan nama jamu Bisma Sehat. Selain itu pihak pelanggan atau pemilik depot jamu juga harus memberikan informasi mengenai produk jamu Bisma Sehat kepada konsumennya. Komunikasi secara intensif dan pengarahan harus selalu dilakukan oleh pihak pelaksana program kepada pelanggan dan konsumennya agar mereka tidak takut akan adanya jamu yang mengandung BKO. Karena konsumen yang sudah biasa minum jamu dengan merek yang sudah familiar dan sudah punya nama besar, biasanya lebih susah untuk beralih minum jamu dengan merek yang baru karena ketakutan mereka akan jamu yang mengandung BKO. Apabila dilihat dari dampak pelaksanaan program bagi pelanggan dan pihak PJ. Bisma Sehat ditinjau dari perspektif dampak komunikasi adalah adanya perubahan pengetahuan, pandangan, sikap, dan kepercayaan. Peneliti menggunakan model AIDA sebagai hierarki tanggapan komunikasinya (Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007: 210). Semua model tanggapan tersebut melewati tahap kognitif, afektif, dan behavioral (perilaku). Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut: -
Dampak kognitif Merupakan dampak yang timbul pada komunikan sehingga
menyebabkan
komunikan
menjadi
tahu
dan
meningkatkan intelektualitasnya. Kaitannya dalam penelitian ini, dampak kognitif dapat dilihat dari peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang produk yang ditawarkan melalui program pemasangan neon box, spanduk, stiker, MMT di depot jamu pelanggan oleh PJ. Bisma Sehat, mengikuti eventevent, dan menjadi sponsorship pada sebuah pameran, penyebaran brosur, kunjungan yang dilakukan oleh instansi dan akademisi, menerima siswa-siswi mahasiswa-mahasiswi yang sedang magang ataupun melakukan riset penelitian. Akan tetapi dalam kenyataannya, masyarakat khususnya konsumen jamu masih ada yang belum mengetahui tentang adanya produk jamu Bisma Sehat. Dengan demikian, dampak kognitif ini belum sepenuhnya berhasil dengan baik. -
Dampak afektif Dampak afektif pelaksanaan program di wilayah kabupaten Sukoharjo adalah untuk pelanggan atau pemilik depot jamu itu sendiri. Adanya program ini dimaksudkan untuk membantu tingkat penjualan produk jamu Bisma Sehat di depot jamu milik pelanggan Bisma Sehat. Namun pada kenyataannya, konsumen masih ada yang tidak menanyakan tentang produk jamu Bisma Sehat di depot jamu yang sudah dipasang neon box dan display promosinya. Mereka tidak begitu peduli dan hanya memesan jamu yang biasa mereka
minum atau jamu untuk keluhan sakit tertentu. Padahal sebenarnya selama ini para konsumen tersebut sudah merasakan produk jamu Bisma Sehat dari racikan jamu yang dibuat oleh pelanggan/pemilik depot jamu. -
Dampak behavioral (perilaku) Dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perubahan tingkah laku, tindakan, dan kegiatan. Dampak behavioral ini nampak dari respon dan antusias pelanggan tentang program pemasaran yang ditawarkan oleh Bisma Sehat di depot jamu miliknya, dan juga peningkatan permintaan produk jamu Bisma Sehat. Dalam dampak behavioral ini, pelanggan sangat antusias dengan program yang ditawarkan oleh PJ. Bisma Sehat.
C. Rangkuman Tabel 3.5. Hasil Evaluasi Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo DATA CONTEXT
HASIL a. Latar Belakang Program Latar belakang dilaksanakannya program ini untuk meningkatkan penjualan, jumlah pelanggan (pemilik depot jamu), dan konsumen jamu Bisma Sehat. Selain itu untuk membuat nama jamu Bisma Sehat menjadi familiar di masyarakat. Program pemberian neon box mulai dilaksanakan pada Agustus 2015. Sedangkan untuk program yang secara berkala dilakukan dan merupakan program penunjangnya adalah pemberian spanduk di warung makan dan angkringan, buka booth di CFDan, jadi sponsorship event, mengikuti pameran, penyebaran brosur dan kalender, blog, kunjungan dari sekolah maupun instansi ke PJ. Bisma Sehat, menerima siswa/i atau mahasiswa/i magang atau yang sedang melakukan
RUJUKAN Latar belakang pelaksanaan adalah hal yang paling utama dalam menjalankan suatu program. Jadi, latar belakang digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pelaksanaan suatu program.
KETERANGAN/ANALISIS Latar belakang dilaksanakannya program ini untuk menjaga loyalitas pelanggan, meningkatkan penjualan, dan konsumen jamu Bisma Sehat. Namun pelaksanaan program agak terlambat, karena jamu Bisma Sehat sudah ada sejak tahun 1996, mulai berkembang dan mempunyai pabrik pada tahun 2009. Hal ini menjadikan khalayak kurang familiar dengan produk jamu Bisma Sehat.
riset penelitian. b. Tujuan Program
Tujuan dari dilaksanakannya program tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah penjualan produk jamu Bisma Sehat. Selain itu untuk memberikan informasi akan adanya jamu Bisma Sehat kepada khalayak. c. Sasaran Program Sasaran program ini adalah para pelanggan atau pemilik depot jamu di area wilayah Sukoharjo untuk mau bekerjasama dengan pihak Bisma Sehat dan melakukan pembelanjaan berbagai produk Bisma Sehat dengan nominal Rp 300.000,- untuk mendapatkan neon box. Sedangkan untuk program penunjang lainnya, segmentasinya menengah kebawah.
d. Perencanaan Program Perencanaan program dilaksanakan
Penetapan tujuan merupakan hal pertama yang dilakukan dalam perencanaan program.
Tujuan ini sesuai dengan latar belakang program sehingga kerjasama antara pihak PJ. Bisma Sehat dengan pelanggan dapat saling menguntungkan di kedua belah pihak.
Penetapan kelompok sasaran dimaksudkan supaya tujuan dan strategi yang dilaksanakan dapat mencapai hasil secara optimal.
Sasaran dari program ini adalah pelanggan yang mempunyai depot jamu Bisma Sehat. Namun belum difokuskan yang menjadi target sasarannya, sebaiknya pelanggan di area kabupaten Sukoharjo saja terlebih dahulu untuk menguatkan nama jamu Bisma Sehat di kabupaten Sukoharjo, yang mana adalah tempat berdirinya Bisma Sehat. Untuk program penunjangnya, sebaiknya sering dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, agar masyarakat luas yang hubungannya bukan mitra bisnis, bisa familiar dengan merek jamu Bisma Sehat.
Perencanaan suatu program yang baik harus disusun rincian kegiatan, tujuan
Perencanaan pelaksanaan program adalah pada bulan Agustus sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
pada bulan Agustus 2015 sampai batas waktu yang tidak ditentukan karena pihak PJ. Bisma Sehat ingin menginformasikan keberadaan jamu Bisma Sehat kepada masyarakat. Namun sebaiknya dalam perencanaan dibuat target tertentu agar program dapat tersebar di seluruh wilayah Sukoharjo dengan cepat, karena sekarang ini penyebarannya masih lambat. e. Kesesuaian Program dengan Visi dan Misi PJ. Bisma Sehat Jika dikaitkan dengan visi dan misi PJ. Bisma Sehat, maka program ini sudah sesuai meskipun belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Perbaikan harus dilakukan pada manajemen perusahaan agar diatur lebih terstruktur, dan memaksimalkan kinerja masing-masing karyawan.
INPUT
a. Pelaksana Program Pelaksana program ini adalah dari pihak Bisma Sehat tanpa adanya bantuan dari pihak di luar perusahaan, pihak luar
kegiatan, publik sasaran, strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, pesan yang akan disampaikan, sumber daya sebagai penunjang, teknis pelaksanaan, penilaian atau evaluasi.
Agar pelaksanaan program dapat berjalan lancar, cepat, dan serentak, seharusnya ada target tertentu yang harus dipenuhi setiap bulannya. Dan bila perlu, target itu ditingkatkan setiap bulannya. Dan untuk programprogram pemasaran penunjang lainnya sebaiknya intensitasnya lebih sering dilaksanakan dan aktif.
Suatu program yang dimiliki oleh sebuah perusahaan terutama kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan, informasi, dan penyebaran produk kepada konsumen/masyarakat luas, seharusnya menyangkut dan bermanfaat bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Program bisa dikatakan sesuai dengan visi dan misi apabila konsumen dan masyarakat luas mengetahui tentang keberadaan jamu Bisma Sehat, sehingga bisa dirasakan manfaatnya bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Program ini sebenarnya sudah sesuai visi dan misi perusahaan, namun belum semuanya terlaksana dengan baik. Perlu adanya evaluasi dan perbaikan di beberapa bagian agar hasil dari program ini dapat berjalan sesuai harapan.
Komunikator dalam kegiatan ini merupakan tokoh yang berperan penting dalam memberikan informasi kepada pelanggan/publik sasaran.
Kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki para karyawan PJ. Bisma Sehat cukup memadai sebagai pelaksana program. Akan tetapi, untuk selanjutnya pelaksanaan program
hanya memberikan dukungan. Di dalam pelaksanaan program, bagian marketing mempunyai peranan yang cukup besar karena bertanggungjawab atas berjalannya program. Tidak hanya bagian marketing saja yang banyak berperan dalam program ini, semua anggota dari PJ. Bisma Sehat juga ikut membantu dalam kelancaran program.
Dengan demikian, seorang komunikator harus dapat berikap aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif sehingga memiliki kemampuan sebagai kreator, konseptor, dan juga problem solver yang baik.
tersebut lebih baik ditambah tenaga marketing dan membentuk tim khusus sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik dan optimal. Tingkat pendidikan pada pelaksana program tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap pelaksanaan program, hal ini dikarenakan para karyawan dibekali oleh pelatihan dan pengarahan yang menunjang tugas mereka. Dengan adanya pengalaman yang sudah mereka peroleh melalui pengarahan, pelatihan, dan praktek lapangan, maka diharapkan akan lebih meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan program dan pelayanan terhadap pelanggan.
Pembagian tugas dan tanggungjawab dalam sebuah kelompok kerja penting untuk dilaksanakan demi kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan suatu program. Namun
Pembagian tugas dalam suatu kegiatan promosi, merupakan hal yang penting untuk dilakukan, tetapi juga bukan merupakan hal utama yang harus dilakukan. Hal ini tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut dalam
Tingkat pendidikan dari pelaksana program cukup memadai yaitu berpendidikan S1. Sedangkan pembantu pelaksana program berpendidikan S1 dan D3. Pelaksana program tidak ditentukan dari berapa lama masa kerjanya, melainkan bagaimana skill yang dimiliki masing-masing individu. Pelatihannya dengan mengikuti seminar-seminar dan bimbingan yang diberikan oleh KOJAI. b. Pembagian Tugas dan Persiapan Belum ada pembagian tugas khusus kepada pelaksana program. Namun pihak marketing mempunyai tugas yang cukup banyak dalam menjalankan program. Meskipun pembagian tugas
dan persiapan sederhana dan kurang detail untuk tim pelaksana programnya, namun tanggungjawab dan pembagian tugas sudah cukup memadai.
c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan program ini adalah neon box, spanduk, MMT, stiker untuk ditempel di etalase, kendaraan operasionalnya mobil dan motor.
demikian, tidak selalu dalam suatu kelompok kerja tersebut ada pembagian tugas khusus kepada perorangan atau pada divisi tertentu untuk melakukan program yang dilaksanakan.
melakukan suatu pemilihan alat promosi terhadap produknya, apakah berhasil menarik minat pelanggan dan membuat pelanggan antusias atau tidak dengan program yang ditawarkan.
Penetapan penyediaan fasilitas dan anggaran dana seharusnya didasari proses perencanaan dan riset.
Sarana dan fasilitas yang disediakan masih kurang memadai untuk pelaksanaan program ini. Karena berdasarkan pengamatan peneliti, kendaraan operasional yang tersedia hanya 2 mobil, 1 beroperasi di Jawa Timur, yang satunya beroperasi di karesidenan Surakarta, sedangkan motor yang digunakan adalah motor milik pribadi masing-masing karyawan. Hal ini akan memperlambat penyebaran informasi dan promosi di wilayah Sukoharjo. Perlu penambahan sarana kendaraan operasional untuk mempercepat tercapainya tujuan dari program.
Bentuk kegiatan program adalah komunikasi untuk menciptakan efek atau
Media eksternal berupa media lini bawah yang digunakan sebagai alat promosi tersebut dipilih dengan
Alokasi anggaran dana yang dikeluarkan setiap bulannya untuk program ini sebesar Rp 3.900.000,-. Penyediaan sarana dan prasarana serta dana dari alokasi anggaran yang telah disediakan dari PJ. Bisma Sehat dinilai kurang memadai. Karena untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan penambahan sarana dan prasarana dari anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. PROCESS
a. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan dibedakan menjadi dua
yaitu dengan komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung berupa komunikasi secara tatap muka dengan bertemu secara langsung antara pihak Bisma Sehat dengan pelanggan. Kemudian menjelaskan kepada pelanggannya tentang program yang sedang dilaksanakan beserta manfaatnya, dan menarik mereka untuk bersedia mengikuti program tersebut. Komunikasi tidak langsung menggunakan fasilitas dari media eksternal, seperti lewat media brosur, kalender, neon box, spanduk, stiker branding, blog, event, sponsorship, seminar, kunjungan dari sekolah maupun instansi, dan publisitas. b. Fokus Kegiatan Fokus kegiatan dari program komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat adalah dengan komunikasi secara langsung. Berdasarkan pengamatan peneliti, komunikasi secara langsung dinilai lebih efektif dalam meyakinkan dan menarik calon pelanggan dan konsumen.
dampak tertentu seperti yang direncanakan, dilaksanakan secara terorganisir untuk kepentingan kedua belah pihak.
mempertimbangkan anggaran dana yang disediakan untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Pihak PJ. Bisma Sehat termasuk industri jamu yang sedang berkembang, oleh karena itu alokasi dana yang digunakan dalam promosi harus mempertimbangkan keefektifan dan efisiensinya. Komunikasi langsung secara tatap muka dirasa efektif mengajak secara
persuasif kepada pelanggan untuk bersedia mengikuti program tersebut.
Untuk meraih sasaran yang ingin dicapai, pelaksana program seharusnya memperhatikan proses dan cara komunikasi yang baik, yaitu bagaimana menarik perhatian dan minat pelanggan untuk berkenan bekerjasama mengikuti program yang ditawarkan oleh perusahaan.
Peran komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran adalah menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan.
c. Kelancaran Pelaksanaan Program Pelaksanaan program komunikasi pemasaran kepada pelanggan Bisma Sehat berjalan lancar. Hal ini karena dukungan dan antusiasme dari pelanggan.
d. Strategi Strategi yang dilakukan dalam program tersebut dengan kunjungan langsung ke pelanggan, marketing menjelaskan dan menawarkan program dari PJ. Bisma Sehat. Pemilihan medianya adalah below the line advertising (neon box, spanduk, MMT, stiker, blog, kalender, brosur), pemilihan media ini dipilih karena lebih memangkas anggaran dalam iklannya. Mengikuti event, menjadi sponsorship pada suatu acara. Berinovasi dengan varian produk
Program dikatakan lancar jika mendapat respon baik dari pelanggan/publik sasaran. Menimbulkan feedback dan menghasilkan efek tertentu. Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh pelaksana program kepada publik sasaran bertujuan untuk menarik minat dan antusias untuk bekerjasama.
Pelanggan ikut berpartisipasi mendukung dan antusias dengan program yang diberikan oleh PJ. Bisma Sehat. Pelanggan bersedia bekerjasama untuk membangun hubungan mitra bisnis dengan pihak PJ. Bisma Sehat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak karena akan meningkatkan jumlah penjualan produk jamu Bisma Sehat.
Penerapan strategi komunikasi yang efektif dalam kegiatan promosi ini adalah proses komunikasi yang bersifat persuasif dan mempengaruhi minat publik sasaran. Dengan demikian, akan mampu menciptakan keinginan, minat, dan kerjasama dengan perusahaan yang terkait.
Strategi yang dipakai oleh PJ. Bisma Sehat di wilayah kabupaten Sukoharjo dengan melakukan komunikasi secara langsung kepada pelanggan sudah efektif untuk memberikan informasi dan menarik minat pelanggan. Sedangkan pemilihan media promosinya sudah tepat, karena dapat memangkas anggaran dana dalam iklannya.
baru dan tetap menjaga kualitas produk jamu Bisma Sehat, adalah upaya yang dilakukan oleh Bisma Sehat. Selain itu menetapkan harga yang terjangkau dan mengutamakan mutu dan kualitas produknya. e. Continuity dan Consistency Program Kontinuitas pelaksanaan program perlu dilakukan secara bertahap, berkelanjutan, dan menetapkan target tertentu. Hal ini dimaksudkan agar program tersebut dapat tersebar secara cepat dan merata di seluruh wilayah kabupaten Sukoharjo. f. Pendukung Kelancaran Program Faktor pendukung pelaksanaan program adalah pihak-pihak yang membantu pelaksanaan program, yaitu pihak pelanggan jamu Bisma Sehat, konsumen, dan juga pihak dari PJ. Bisma Sehat. Faktor pendukung pelaksanaan program dapat mempermudah keberlanjutan tujuan program sehingga program akan diterima dengan baik oleh publik sasaran.
Program harus dilakukan meluas dan merata secara terus-menerus agar tujuan program dapat tercapai.
Kontinuitas pelaksanaan program kepada pelanggan perlu dilakukan secara berkelanjutan sampai merata di seluruh wilayah kabupaten Sukoharjo, dimana merupakan sentral Kampung Jamu yang terdapat banyak industriindustri jamu didalamnya.
Dalam menentukan pihak eksternal dan internal sebagai pendukung kelancaran program, pelaksana program perlu untuk mengetahui apa saja kekuatan, kelemahan, ancaman, dan kesempatan yang dimiliki. Hal ini perlu dilakukan agar berbagai pihak saling bekerjasama dengan baik dan saling pengertian.
Pihak yang diajak bekerjasama dalam mendukung pelaksanaan dan kelancaran program di wilayah kabupaten Sukoharjo, sudah tepat dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan menjadi sasarannya.
g. Hambatan Program Kurangnya tenaga marketing dalam menyebarkan dan melakukan kunjungan ke setiap depot jamu di wilayah kabupaten Sukoharjo, sehingga program tersebut penyebarannya berjalan lambat karena hanya memanfaatkan tenaga marketing seadanya saja. Kerjasama dengan petani belum ada sehingga memakan banyak waktu dalam proses disortasi bahan baku jamu karena membeli dari pengepul. Logistik ketersediaan bahan baku produk yang kadang tidak bisa diprediksi ketersediaannya dan kualitasnya. Maraknya jamu yang mengandung BKO beredar, sehingga meresahkan pelanggan jamu. Sikap masyarakat dan konsumen jamu yang tidak memperhatikan adanya media komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat. Kurangnya kendaraan operasional, sehingga menghambat pergerakan
Dalam pelaksanaan program, akan muncul hambatanhambatan. Hambatan tersebut harus dievaluasi untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi dan menghambat jalannya program. Pelaksana program harus bekerjasama dengan baik, membuka pengetahuan di sekitarnya untuk mencari informasi, dan menjalin komunikasi dengan pelanggan/publik sasaran.
Hambatan tidak lepas dari jalannya pelaksanaan program, namun hal ini sebagai acuan pihak PJ. Bisma Sehat untuk dapat menanganinya secara tepat, dan cambuk untuk menjadi lebih baik dalam melaksanakan program. Komunikasi harus dilakukan secara intensif kepada pelanggan agar kepuasan dan loyalitas mereka dapat terjaga. Selain itu pihak pelaksana harus bersikap terbuka untuk menampung informasi dan kritikan dari pelanggan/konsumen/masyarakat luas.
pelaksanaan program di wilayah Sukoharjo. Kinerja pelaksana program yang kurang maksimal dan terstruktur dengan baik. PRODUCT
a. Pencapaian Tujuan Strategi komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat sebaiknya diperbaiki lagi, mulai dari tenaga marketing yang memadai, prasarana, pengetahuan pihak pelanggan akan program yang dilaksanakan dan product knowledge, menambah alat promosi pemasaran, dan kerjasamanya dalam menarik konsumen untuk mengkonsumsi jamu Bisma Sehat. Agar pencapaian tujuan program dapat terealisasi. Karena masih banyak yang belum mengetahui adanya jamu dengan merek Bisma Sehat.
b. Parameter Keberhasilan Program ini akan membantu penjualan jamu Bisma Sehat di depot jamu milik pelanggan, karena merupakan model program bisnis ke bisnis. Sehingga berdampak pada jumlah peningkatan
Keberhasilan pelaksanaan program dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya, terutama dalam hal ini adalah target sasaran dari suatu program.
Meskipun dalam setiap programnya, pihak perusahaan telah meningkatkan kinerja pada pelaksana program dan pendukung pelaksana program, tetapi program tersebut belum cukup optimal. Karena ternyata masih ada konsumen yang belum tahu tentang produk jamu Bisma Sehat. Oleh karena itu, untuk lebih mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai tujuan, perlu evaluasi perbaikan dalam pelaksanaan program, misalnya dengan menambah tenaga marketing, strategi komunikasi pemasarannya harus diperbaiki lagi, dan menambah alat promosi pemasaran.
Idealnya keberhasilan program dilaksanakan secara berkelanjutan di berbagai daerah sehingga pelanggan/publik sasaran sebagai pihak yang menjadi target sasaran dapat
Program tidak hanya terfokus di area wilayah kabupaten Sukoharjo saja, melainkan mencakup wilayah lain seperti Surakarta, Boyolali, Sragen, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, dan Sleman. Oleh karena itu, hal yang perlu mendapat perhatian
permintaan produk jamu Bisma Sehat. Program ini sudah sesuai dan memenuhi target untuk jumlah permintaan pelanggan terhadap pemberian neon box di depot jamunya, namun perlu adanya pemilahan agar kabupaten Sukoharjo lebih difokuskan penyebarannya terlebih dahulu. Untuk pendapatan/omset setelah dipasangnya neon box, belum ada kenaikan yang signifikan. c. Harapan Pelanggan/Publik Sasaran dan Ahli Untuk jamu Bisma Sehat, ahli gizi merevisi pada bagian packaging yang seharusnya tertera dengan jelas komposisi, dosis, kandungan gizi dan vitamin pada jamu. Untuk pendaftaran produk jamu ke BPOM sebelum diedarkan ke pasaran sudah sesuai dengan prosedur. Ahli gizi juga kurang mendukung apabila jamu disebut sebagai obat tradisional, obat alternatif, maupun obat herbal, karena jamu tergolong minuman tradisional yang menyegarkan dan menjaga stamina tubuh.
mendukung program ini.
adalah peningkatan kualitas pelaksanaan (baik dari pelaksana program maupun sarana dan prasarana pendukung lainnya).
Harapan atau masukan dari pelanggan, konsumen, dan ahli dapat dijadikan data dan referensi untuk mengetahui kekurangan apa yang masih ada dalam pelaksanaan program.
Dengan adanya masukan dan saran dari pelanggan pemilik depot jamu, konsumen jamu, dan ahli gizi, maka dapat dijadikan sebagai referensi dan evaluasi untuk melakukan perbaikanperbaikan kegiatan program sehingga ke depannya akan dapat terlaksana dengan lebih baik lagi.
Pelanggan/pemilik depot jamu berharap, kualitas produk Bisma Sehat ditingkatkan agar rasa dari jamu tersebut mantab dan bisa disejajarkan dengan jamu yang sudah punya nama besar. Tidak hanya pihak kantor saja yang merespon permintaan pelanggan dengan cepat, pihak marketing harus siap setiap waktu dalam merespon permintaan pelanggan. Perbaikan yang harus dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat menurut konsumen adalah penyebaran promosi secara menyeluruh agar masyarakat menjadi familiar dengan nama jamu Bisma Sehat. Konsumen yang sudah biasa minum jamu, biasanya lebih susah untuk beralih minum jamu dengan merek yang baru karena ketakutan mereka akan jamu yang mengandung BKO. DAMPAK
a. Internal Positif Program pemberian neon box bisa menjadi jembatan antara pelanggan dengan pelaksana program yaitu pihak PJ. Bisma Sehat untuk bekerjasama dalam memperkenalkan produk jamu
Efek komunikasi yang diharapkan adalah adanya perubahan dalam: Pengetahuan Sikap, minat, dan respon
a. Internal Positif Berdampak pada jumlah permintaan ketersediaan produk jamu di depot jamu milik pelanggan. Sehingga kesejahteraan karyawan dan pelanggan pemilik
Bisma Sehat kepada konsumen dan masyarakat luas. b. Internal Negatif Pemerataan promosi yang dilakukan PJ. Bisma Sehat masih kurang maksimal, sehingga masih banyak konsumen yang belum tahu apa itu produk jamu Bisma Sehat. Dan juga perlu adanya intensitas yang lebih sering dalam melakukan kegiatan komunikasi pemasaran yang diikuti oleh Bisma Sehat agar namanya menjadi familiar. c. Eksternal Positif Walaupun program masih tergolong baru dan belum semua depot jamu di wilayah Sukoharjo memasang neon box, namun ada beberapa konsumen yang sudah mengetahui produk jamu Bisma Sehat melalui media promosi yang lain, yang juga dilakukan oleh Bisma Sehat untuk menunjang program yang sedang gencar dilakukannya saat ini. Peningkatan jumlah permintaan neon box dan ketersediaan produk jamu Bisma Sehat bertambah.
Kepercayaan dan kepuasan Efek yang ditimbulkan dari suatu proses pada program tersebut ada efek negatif dan efek positif. Efek negatif harus dievaluasi, dikaji ulang, dan diperbaiki untuk mengoptimalkan pelaksanaan program.
depot jamu akan meningkat. Nama jamu Bisma Sehat menjadi dikenal oleh masyarakat luas karena terpasang di depan depot-depot jamu milik pelanggan. b. Internal Negatif Kesiapan sumber daya manusia terhadap adanya suatu program baru sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan karena hal ini akan berdampak pada loyalitas dan kepuasan pelanggan sebagai pihak yang menjadi sasaran program agar percaya untuk bekerjasama dengan PJ. Bisma Sehat. Marketing PJ. Bisma Sehat dituntut untuk bisa menguasai lapangan dan mampu melakukan strategi komunikasi yang baik kepada pelanggan dan calon pelanggannya. c. Eksternal Positif Dari data dampak yang disajikan dapat diketahui bahwa program sudah berjalan sesuai rencana dan tujuan dari program. Namun masih kurang optimal.
d. Eksternal Negatif Perbaikan yang harus dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat adalah penyebaran secara komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat di wilayah Sukoharjo tentunya. Agar masyarakat menjadi familiar dengan nama jamu Bisma Sehat. Dampak kognitif Masyarakat khususnya konsumen jamu masih ada yang belum mengetahui tentang adanya produk jamu Bisma Sehat. Dengan demikian, dampak kognitif ini belum sepenuhnya berhasil dengan baik. Dampak afektif Konsumen masih ada yang tidak menanyakan tentang produk jamu Bisma Sehat di depot jamu yang sudah dipasang neon box. Mereka tidak begitu peduli dan hanya memesan jamu yang biasa mereka minum atau jamu untuk keluhan sakit tertentu, tanpa tahu apakah jamu yang mereka minum adalah jamu Bisma Sehat atau tidak. Padahal sebenarnya selama ini para
d. Eksternal Negatif Program pemberian neon box yang dilaksanakan di wilayah kabupaten Sukoharjo, pelayanannya perlu dipercepat lagi dengan beberapa tenaga marketing agar pelanggan atau pemilik depot jamu tidak kecewa. Namun untuk program penunjang lainnya juga jangan dikesampingkan, karena ada beberapa konsumen yang mengetahui jamu dengan merek Bisma Sehat melalui event atau pameran.
konsumen tersebut sudah merasakan produk jamu Bisma Sehat dari racikan jamu yang dibuat oleh pelanggan/pemilik depot jamu. Dampak behavioral Pelanggan sangat antusias dengan program yang ditawarkan oleh PJ. Bisma Sehat dan juga peningkatan permintaan produk jamu Bisma Sehat.